Assessment and Utilization Management of Water Resources Lubuk Paraku Sub-watershed Padang, West Sumatra

KAJIAN PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN
SUMBERDAYA AIR SUB DAS LUBUK PARAKU KOTA
PADANG SUMATERA BARAT

REBECHA PRANANTA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kajian Pengelolaan Dan
Pemanfaatan Sumberdaya Air Sub DAS Lubuk Paraku Kota Padang Sumatera
Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013

Rebecha Prananta
NIM E352100051

RINGKASAN
REBECHA PRANANTA. Kajian Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumberdaya Air
Sub DAS Lubuk Paraku Kota Padang Sumatera Barat. Dibimbing oleh ENDES N
DAHLAN dan OMO RUSDIANA.
Fungsi hidrologi DAS merupakan kemampuan suatu DAS dalam menyerap,
menahan, menyimpan, serta mengalirkan air secara perlahan agar terjadi suatu
keseimbangan tata air. Fungsi hidrologi yang baik adalah kemampuan suatu DAS
dalam menjaga keseimbangan tata air agar tidak terjadi banjir di musim penghujan
dan kekeringan di musim kemarau. Untuk menjaga fungsi hidrologi ini tetap baik
maka penggunaan lahan di DAS bagian hulu harus lebih diperhatikan. Sub DAS
Lubuk Paraku merupakan daerah hulu dari DAS Batang Arau dengan sungai
utama yaitu sungai Lubuk Paraku. Kawasan ini didominasi oleh kawasan
konservasi dan hutan lindung antara lain yaitu Tahura Dr. Mohammad Hatta dan

Cagar Alam Barisan I. Kawasan konservasi ini merupakan kawasan peresapan air
tanah bagi Kota Padang yang keberadaannya sangat penting sebagai buffer zone.
Aliran sungai Lubuk Paraku banyak dimanfaatkan untuk berbagai macam
kegiatan. Namun jika kegiatan tersebut dilakukan hanya untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya tanpa memperhitungkan daya dukung sumberdaya lahan,
maka akan terjadi penurunan kualitas sumberdaya lahan dan tingkat hidup
masyarakat serta kerusakan lingkungan. Selain itu dengan semakin banyaknya
jenis pemanfaatan sumber air yang berasal dari kawasan konservasi dan hutan
lindung, dapat mengakibatkan badan sungai tercemar akibat limbah yang
dihasilkan dari kegiatan pemanfaatan tersebut, dan dapat mengakibatkan harga air
secara pasar menurun atau berkurang namun dapat meningkatkan nilai air tersebut
karena kelangkaan air bersih semakin meningkat. Agar pasokan air terjamin,
maka kelestarian tutupan vegetasi permanen (hutan) pada daerah tangkapan air
harus tetap dipertahankan, yang dananya disediakan oleh para pengguna
sumberdaya air sungai Lubuk Paraku.
Penelitian ini mempunyai tiga tujuan yaitu: (1) Menerangkan kondisi
hidrologi Sungai Lubuk Paraku; (2) Menerangkan kondisi lahan Sub DAS Lubuk
Paraku; dan (3) Menguraikan bentuk-bentuk pemanfaatan dan menghitung nilai
ekonomi sumberdaya air Sungai Lubuk Paraku.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,

dengan menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif sesuai keperluan pada
masing-masing kajian. Pendekatan yang dipakai adalah pendekatan survei,
observasi, studi literatur dan wawancara menggunakan kuesioner atau wawancara
mendalam dengan responden terpilih.
Berdasarkan hasil analisis data disimpulkan bahwa kondisi hidrologi dan
tutupan lahan di Sub DAS Lubuk Paraku masih tergolong bagus. Hal ini ditunjang
dari hampir setiap parameter kualitas air sungai Lubuk Paraku termasuk dalam
kelas I menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran. Sedangkan
kuantitas (debit) airnya juga mengalami fluktuasi yang cenderung naik baik debit
bulanan maupun tahunan. Hal ini dikarenakan curah hujan di daerah Sub DAS
Lubuk Paraku tergolong tinggi. Untuk kontinuitas Sungai Lubuk Paraku, air

bersih dari sungai ini dapat diambil terus menerus dengan fluktuasi debit yang
relatif tetap, pada saat musim kemarau maupun musim hujan. Hal ini
mengakibatkan nilai Koefisien Regime Sungai (KRS) Sungai Lubuk Paraku
tergolong masih baik. Tutupan lahan di Sub DAS Lubuk Paraku sangat
didominasi oleh hutan sekunder seluas 1.520,15 Ha atau 61,27 %, kemudian hutan
primer 585,84 Ha atau 23,61 %, pertanian campur seluas 321,07 Ha atau 12,94 %,
dan areal sawah seluas 53,96 Ha atau 2,18 %. Indeks penutupan lahan vegetasi

(IPL) Sub DAS Lubuk Paraku didapatkan sebesar 84,11 % dan ini lebih besar dari
75 % yang berarti tutupan vegetasi di kawasan ini masuk dalam kategori baik.
Walaupun sebaran hutan sekunder sangat mendominasi di Sub DAS Lubuk
Paraku, namun sebaran lahan potensial kritis juga tersebar luas yaitu sebesar
1.815,35 Ha atau 73,17 % dari luas Sub DAS. Akan tetapi hal ini tidak
mempengaruhi kondisi hidrologi sumberdaya air yang berasal dari Sub DAS
Lubuk Paraku, karena yang menjadi faktor penting dalam penentuan kondisi
hidrologi adalah tutupan lahan daerah aliran sungai tersebut. Tutupan hutan
sekunder yang sangat mendominasi mengakibatkan kondisi debit selalu dalam
jumlah yang optimal sehingga aliran sungai Lubuk Paraku banyak dimanfaatkan
untuk berbagai kebutuhan antara lain kebutuhan air rumah tangga, pertanian,
industri dan pembangkit listrik. Nilai ekonomi sumberdaya air sungai Lubuk
Paraku didapatkan sebesar Rp 54.488.861.890/tahun dan nilai WTP sebesar Rp
363.273.000/tahun.
Kata kunci

: kondisi hidrologi, kondisi lahan, nilai ekonomi sumber daya air,
potensi pemanfaatan, Sub DAS Lubuk Paraku.

SUMMARY

REBECHA PRANANTA. Assessment and Utilization Management of Water
Resources Lubuk Paraku Sub-watershed Padang, West Sumatra. Supervised by
ENDES N DAHLAN and OMO RUSDIANA.
Hydrological function of a watershed is the ability to absorb, hold, store,
and slowly drain the water in order to create a balance of a water system.
Hydrological functions work well if a watershed system able to maintain the
balance of water in order to prevent flooding in wet season and drought in dry
season. To maintain those functions working properly, the land use in watershed
upstream should be considered. Lubuk Paraku sub-watershed is the headwaters of
Batang Arau river with the main river namely Lubuk Paraku. This region is
dominated by conservation areas and protected forests such as the Botanical
Forest Park Dr. Mohammad Hatta and the Nature Reserves Barisan I. Those
conservation areas are water catchment areas for Padang which have a very
important role as a buffer zone.
Lubuk Paraku watershed widely used for various activities. However, if the
activity conducted just to fulfilled human needs without considering the carrying
capacity of the resources, there will be a declining in the quality of land, the level
of life, and will caused environmental damage. In addition, the increasing number
of utilization types derived from conservation areas and protected areas, may
resulted contamination to water bodies, and may caused the decreasing of water

market price and the increasing of water scarcity value. To ensure the security of
water supply, preservation of permanent vegetation cover in the catchment areas
should be maintained, and the funds should be provided by the users of the water
resources of that sub watershed.
This study has three objectives, those are: (1) Explaining hydrologic
conditions of Paraku Lubuk sub-watershed; (2) Explaining conditions of Lubuk
Paraku sub-watershed land, and (3) Describing forms of resource utilization and
calculate the economic value of water resources of Lubuk Paraku sub-watershed.
The method used in this research is descriptive method, using quantitative
and qualitative analysis, as appropriate for each review in this paper. The
approach used is survey approach, observation, literature studies and interviews
using questionnaires or in-depth interviews with selected respondents.
Based on the analysis, data concluded the hydrological and land cover in
Lubuk Paraku sub-watershed still quite good. This was shown by almost every
parameters of water quality. Lubuk Paraku is included in class I according to the
Indonesian Government Regulation No. 82 of 2001 on Water Quality
Management and Pollution Control. Water quantity (debit) also had fluctuations
that tend to increase either monthly or annually. This occurred due to high rainfall
in Lubuk Paraku sub-watershed. For the continuity of Lubuk Paraku subwatershed, clean water from the river can be taken continuously with relative
fixed rate fluctuations during the dry season and the rainy season. This leads to

better value coefficient River Regime (KRS) Lubuk Paraku sub-watershed. Land
covers of Lubuk Paraku sub-watershed are dominated by secondary forest area of
1.520,15 hectares or 61,27 %, and 585,84 hectares of primary forest or 23,61 %,

mixed farming area of 321,07 hectares or 12,94 %, and an area of 53,96 hectares
paddy fields or 2,18 %. Land cover vegetation index (IPL) Lubuk Paraku subwatershed obtained at 84,11 % and was greater than 75 % which means the
vegetation cover in the region fall into either category.
Although the distribution of secondary forest dominates the land cover of
the Lubuk Paraku sub-watershed, critical potential land also widespread in subwatershed land, which amounted to 1.815,35 ha or 73,17 % of the sub-watershed.
However, it does not affect the hydrological conditions of water resources derived
from the Lubuk Paraku sub-watershed as an important factor, determinant of the
hydrological situation is the land cover of the basin. Dominance of secondary
forest always lead the optimal utilization of streamflow for varieties of needs;
include domestic water needs, agriculture, industry and power generation. The
economic value of water with market approach is much greater than non-market
approach, due to public awareness that water is the good that has a direct benefit,
so that people are willing to pay a higher in order to still get its benefits. Forest
has indirect benefits for the community with open access. Total economic value of
water resources of Paraku Lubuk sub-watershed obtained Rp 54.488.861.890/year
and WTP value of Rp 363.273.000/year.


Keywords

: economic value of water resource, hydrology, Lubuk Paraku subwatershed, potential utilization, soil conditions

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

KAJIAN PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN SUMBER
DAYA AIR SUB DAS LUBUK PARAKU KOTA PADANG
SUMATERA BARAT


REBECHA PRANANTA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Manajemen Ekowisata dan Jasa Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Penguji Luar Komisi: Dr. Ir. Yulius Hero, M.ScF

Judul Tesis
Nama
NIM

Kajian Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumberdaya Air Sub

DAS Lubuk Paraku Kota Padang Sumatera Barat
Rebecha Prananta
E352100051

Disetujui oleh
misi Pembimbing

Dr. Ir. Omo Rusdiana, M.ScF
Anggota

Ketua

Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Manajemen Ekowisata dan
J asa Lingkungan .

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Ricky Avenzora, M.ScF


Tanggal Ujian: 16 Agustus 2013

Tanggal Lulus:

Judul Tesis

:

Nama
NIM

:
:

Kajian Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumber Daya Air
Sub DAS Lubuk Paraku Kota Padang Sumatera Barat
Rebecha Prananta
E352100051

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Endes N. Dahlan, M.S
Ketua

Dr. Ir. Omo Rusdiana, M.ScF
Anggota

Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Manajemen Ekowisata dan
Jasa Lingkungan

Dr. Ir. Ricky Avenzora, M.ScF

Tanggal Ujian: 16 Agustus 2013

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan tesis ini berhasil
diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan
Mei 2012 sampai Juni 2012 ini ialah pemanfaatan air di Sub DAS Lubuk Paraku
Kota Padang Sumatera Barat.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Endes N Dahlan, M.S
dan Bapak Dr. Ir. Omo Rusdiana, M.ScF selaku pembimbing, yang telah
memberikan bimbingan, arahan, pertimbangan dan saran selama masa penelitian
sampai tersusunnya tesis ini, serta penulis juga mengucapkan terimakasih kepada
Bapak Dr. Ir. Yulius Hero, M.ScF selaku dosen penguji. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada instansi-instansi yang telah membantu
selama pengumpulan data. Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada ayah,
ummi, kakak, adik-adik, teman-teman MEJ dan KVT 2010 serta seluruh kerabat
atas segala doa, perhatian dan kasih sayangnya.
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan
dan banyak kekurangan. Oleh karena itu diharapkan adanya masukan berupa
kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhirnya penulis berharap semoga
tesis ini dapat bermanfaat bagi pembaca dalam memperluas wacana dan
pengetahuan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2013

Rebecha Prananta

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Kerangka Pemikiran Penelitian
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
2
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Bahan dan Alat
Metode Penelitian
Data dan Informasi yang Dikumpulkan
Teknik Pengumpulan Data
Analisis Data
3
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Kondisi Umum Sub DAS Lubuk Paraku
Kondisi Iklim Sub DAS Lubuk Paraku
Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Sub DAS Lubuk
Paraku
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Hidrologi Sungai Lubuk Paraku
Kondisi Lahan Sub DAS Lubuk Paraku
Bentuk-bentuk Pemanfaatan dan Pengguna Jasa Air Sungai Lubuk
Paraku
Hubungan Pemanfaatan Sumberdaya Air dengan Kondisi
Hidrologi
Nilai Ekonomi Sumberdaya Air Sungai Lubuk Paraku
5
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA

i
i
ii
1
1
3
4
6
6
6
7
7
7
7
7
9
12
16
16
19
19
22
22
32
36
45
46
53
54

DAFTAR TABEL
1
2
3

Data dan Informasi yang Dikumpulkan
Jumlah penduduk Kelurahan Indarung
Tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan Indarung

8
20
20

ii

4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Jenis-jenis mata pencaharian masyarakat Kelurahan Indarung
Jumlah penduduk Kelurahan Batu Gadang
Tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan Batu Gadang
Jenis-jenis mata pencaharian masyarakat Kelurahan Batu Gadang
Pemantauan Kualitas Air Sungai Lubuk Paraku (Time Series)
tahun 2005, 2007, 2009 dan 2011
Rerata curah hujan bulanan pada Sub DAS Lubuk Paraku (20082011)
Sebaran tutupan lahan di Sub DAS Lubuk Paraku
Sebaran lahan kritis di Sub DAS Lubuk Paraku
Jumlah debit air pada masing-masing sektor pemanfaatan
Daerah-daerah lokasi sampel penelitian
Sebaran responden dalam penggunaan air rumah tangga
Uraian pemanfaatan air pertanian sawah irigasi
Nilai ekonomi air untuk kebutuhan rumah tangga pada Sub DAS
Lubuk Paraku
Nilai ekonomi total air Sungai Lubuk Paraku pendekatan pasar

21
21
21
22
23
25
33
34
37
38
40
42
47
49

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Diagram Kerangka Pemikiran Penelitian
Posisi Sub DAS Lubuk Paraku pada DAS Batang Arau
Fungsi kawasan di Sub DAS Lubuk Paraku
Grafik rata-rata debit air bulanan dan rata-rata curah hujan
bulanan Sungai Lubuk Paraku tahun 2008 – 2011
Grafik rata-rata debit air tahunan Sungai Lubuk Paraku tahun
1996 - 2011
Grafik debit air maksimum Sungai Lubuk Paraku tahun
1996 - 2011
Grafik debit air minimum Sungai Lubuk Paraku tahun
1996 – 2011
Grafik nilai KRS Sungai Lubuk Paraku tahun 1996 – 2011
berdasarkan perbandingan Qmaks/Qmin
Grafik nilai KRS Sungai Lubuk Paraku tahun 1996 – 2011
berdasarkan perbandingan Qmaks/Qandal
Tutupan lahan Sub DAS Lubuk Paraku
Sebaran lahan kritis di Sub DAS Lubuk Paraku
Persentase tutupan lahan dan sebaran lahan kritis Sub DAS
Lubuk Paraku Kota Padang
Komposisi debit air masing-masing jenis pemanfaatan
Distribusi responden dalam memenuhi kebutuhan air rumah
tangga

5
17
18
27
28
29
29
30
31
33
35
36
37
39

iii

15
16
17

18
19

Distribusi air rumah tangga secara sederhana
Pola pemanfaatan air yang berlebihan pada tempat pencucian
mobil dan motor
(a) Sawah masyarakat yang airnya berasal dari aliran Sungai
Lubuk Paraku dan (b) Aliran sawah dari saluran irigasi
PLTA Rasak Bungo secara sederhana
Aliran air permukaan Sungai Lubuk Paraku pada kanal-kanal
yang dialirkan ke pabrik PT Semen Padang
Kurva penawaran rataan WTP responden yang menyatakan
bersedia membayar dan tidak

41
41

43
44
51

1
1 PENDAHULUAN

Latar Belakang
Derah Aliran Sungai (DAS) diartikan sebagai kawasan yang dibatasi oleh
pemisah topografis yang menampung, menyimpan, dan mengalirkan air hujan
yang jatuh diatasnya beserta sedimen dan bahan larut lainnya ke dalam sungai
yang akhirnya bermuara ke danau atau ke laut. Dalam pengelolaan DAS haruslah
berorientasi kepada segi-segi konservasi tanah dan air dengan titik berat kepada
peningkatan kesejahteraan masyarakat yang dapat dirasakan oleh segenap lapisan
masyarakat, baik dari kalangan petani, industri dan lainnya. Hasil akhir yang
menjadi titik sentral perhatian dalam pengelolaan DAS ialah kondisi tata air yang
stabil dari wilayah DAS tersebut.
Johnson et al (2001) menyatakan bahwa mayoritas penduduk dunia berada
di hilir daerah aliran sungai (DAS) berhutan (downstream forested watershed),
sehingga aliran air yang dimanfaatkan oleh masyarakat umumnya berasal dari
hutan yang berada di DAS bagian hulu. Apabila daerah-daerah aliran sungai
berhutan ditebang habis dan dimanfaatkan secara sembarangan tanpa
memperhatikan nilai-nilai jangka panjang, maka biaya yang harus ditanggung
oleh kawasan hilir dalam bentuk sedimentasi, pencemaran, kerusakan akibat
banjir dan kekeringan, mungkin jauh melebihi nilai kayu yang dihasilkan (Lee
1998). Oleh karena itu, pembalakan yang dilakukan harus disesuaikan dengan
kondisi daerah aliran sungai yang baik. Demikian pula pengkonversian lahan
hutan menjadi lahan pertanian, perumahan dan industri yang akan menyebabkan
turunnya permukaan air tanah, mata air dan sumur-sumur tidak berair sepanjang
musim. Oleh sebab itu untuk menjamin ketersediaan air dalam jumlah dan
kualitas yang memadai, maka upaya konservasi ekosistem hutan di dunia
dibutuhkan untuk melindungi pasokan air (water supply) dalam memenuhi
kebutuhan air masyarakat (Johnson et al 2001).
Perubahan penggunaan lahan pada suatu DAS serta pengelolaan lahan yang
tidak tepat dapat mengakibatkan gangguan terhadap fungsi hidrologis DAS.
Fungsi hidrologis DAS merupakan kemampuan suatu DAS dalam menyerap,
menahan, menyimpan, serta mengalirkan air secara perlahan agar terjadi suatu
keseimbangan tata air. Fungsi hidrologis yang baik adalah kemampuan suatu DAS
dalam menjaga keseimbangan tata air agar tidak terjadi banjir di musim penghujan
dan kekeringan di musim kemarau. Terganggunya salah satu komponen dalam
suatu DAS dapat mempengaruhi kualitas DAS tersebut. Aktivitas manusia juga
mempengaruhi sifat fisik dari suatu DAS, diantaranya yaitu pengelolaan terhadap
lahan yang dilakukan manusia karena adanya tekanan penduduk dan
perkembangan teknologi. Hal tersebut terjadi karena kebutuhan manusia akan
lahan semakin meningkat beriringan dengan pertumbuhan penduduk.
Adanya peningkatan degradasi fungsi DAS mendorong tumbuhnya
kesadaran untuk mengenali kegiatan pelayanan lingkungan yang dapat dilakukan
untuk menjaga fungsi DAS tersebut. Pola penggunaan lahan secara signifikan
berpengaruh terhadap fungsi DAS seperti kualitas air, debit air, pengendali erosi
dan sedimentasi di daerah hilir. Namun demikian, para pengelola lingkungan di
daerah hulu seringkali hanya menerima sebagian kecil insentif, sedangkan

2
keuntungan lebih banyak diterima di daerah hilir. Meningkatnya kesadaran akan
pentingnya pengelolaan DAS mendorong berbagai macam inisiatif untuk
melindungi DAS termasuk menyediakan insentif bagi masyarakat di daerah hulu
untuk melindungi fungsi DAS tersebut. Mekanisme imbal jasa dipandang sebagai
pendekatan langsung dalam konservasi DAS dan secara eksplisit menunjukkan
adanya kebutuhan untuk menjembatani kepentingan para pemilik lahan dan
penerima keuntungan melalui sistem pembayaran kompensasi.
Dalam konteks pengelolaan DAS terpadu dan berkelanjutan, agar
ketersediaan air pada DAS stabil (kuantitas, kualitas maupun kontinuitas)
sepanjang tahun, maka keberadaan hutan di hulu DAS sebagai daerah tangkapan
air harus tetap terpelihara dengan selalu melakukan kegiatan perlindungan hutan,
konservasi dan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL). Karena konservasi dan RHL
memerlukan dana yang besar dan berkelanjutan, sedangkan dana pemerintah
daerah Kota Padang untuk konservasi dan RHL pada DAS Batang Arau sangat
terbatas, maka salah satu peluang untuk pembiayaan pengelolaan DAS, khususnya
untuk kegiatan konservasi dan RHL adalah melalui pengembangan pembayaran
jasa lingkungan DAS sebagai salah satu bentuk implementasi pembagian
pembiayaan (cost sharing) hulu-hilir dalam pengelolaan DAS. Menurut Bockstael
et al (2000), nilai ekonomi suatu fungsi ekosistem atau jasa berkaitan dengan
kontribusinya untuk mensejahterakan manusia, dimana kesejahteraan itu diukur
dalam artian masing-masing individu yang mempunyai penilaiannya sendiri
terhadap kehidupan yang lebih baik.
Dari sisi fisik, daerah tangkapan air (DTA) di Sub DAS Lubuk Paraku
berfungsi sebagai kawasan lindung dan sumber air bagi daerah di bawahnya
dengan kuantitas air yang cukup besar serta kualitas air yang termasuk dalam
baku mutu air kelas satu. Oleh karena itu dalam konteks pengembangan cost
sharing hulu-hilir, daerah tangkapan air tersebut dapat berfungsi sebagai penyedia
jasa lingkungan. Agar pasokan jasa terjamin, maka kelestarian tutupan vegetasi
permanen (hutan) pada daerah tangkapan air harus tetap dipertahankan, yang
dananya disediakan oleh para pengguna sumberdaya air Sungai Lubuk Paraku.
Sub DAS Lubuk Paraku dengan sungai utama yaitu Sungai Lubuk Paraku
merupakan kawasan yang didominasi oleh kawasan konservasi dan hutan lindung
antara lain yaitu Tahura Dr. Mohammad Hatta dan Cagar Alam Barisan I.
Kawasan konservasi ini merupakan kawasan peresapan air tanah bagi Kota
Padang yang keberadaannya sangat penting sebagai buffer zone. Selain itu,
kawasan ini juga berfungsi sebagai penangkal polusi pabrik dan kendaraan yang
mulai mencemari udara Kota Padang (BPDAS Agam Kuantan 2011). Aliran
Sungai Lubuk Paraku merupakan sumber air baku bagi PT Semen Padang dan
masyarakat yang berada di daerah yang dialiri air sungai ini untuk berbagai
kebutuhan, seperti kebutuhan mandi cuci kakus (MCK) dan pertanian.
Tutupan lahan di Sub DAS Lubuk Paraku didominasi oleh hutan sekunder
dan hutan primer. Sebagian kecil lahan hutan ini kemudian dikonversi oleh
masyarakat menjadi pemukiman, sawah dan pertanian lahan kering seperti kebun
campuran, ladang, dan tegalan. Perubahan penggunaan lahan pada Sub DAS
Lubuk Paraku tersebut akan sangat berpengaruh terhadap fluktuasi aliran sungai
pada DAS secara keseluruhan.
Selama ini pengguna air yang berada di wilayah hilir kurang memberikan
kontribusi finansial bagi wilayah hulu yang selalu dituntut untuk mengkonservasi

3
daerah resapan airnya. Selain itu upaya penataan kebijakan pengelolaan sumber
air di kawasan ini perlu dilakukan sebagai upaya mengoptimalkan pengelolaan
sumber air secara berkelanjutan. Dengan adanya kawasan konservasi di wilayah
hulu Sub DAS Lubuk Paraku, maka pemanfaatan dan pengelolaan kawasan harus
memperhatikan fungsi utamanya sebagai daerah tangkapan air hujan (water
catchment area), melindungi tanah agar perembesan air ke dalam tanah dapat
lebih besar, dan mempertahankan hutan guna menjaga keseimbangan air serta
kelestarian ekosistem flora fauna yang ada didalamnya.

Perumusan Masalah
DAS bagian hulu dicirikan sebagai daerah dengan lansekap pegunungan
dengan variasi topografi, mempunyai curah hujan yang tinggi dan sebagai daerah
konservasi untuk mempertahankan kondisi lingkungan DAS agar tidak
terdegradasi. DAS bagian hulu mempunyai arti penting terutama dari segi
perlindungan fungsi tata air, karena itu setiap terjadinya kegiatan di daerah hulu
akan menimbulkan dampak di daerah hilir dalam bentuk perubahan fluktuasi debit
dan transpor sedimen aliran airnya. Bagian hulu DAS merupakan daerah resapan
air yang mengalirkan airnya ke daerah hilir, sehingga keterkaitan hulu dan hilir
DAS sangat erat. Apabila terjadi gangguan terhadap ekosistem hulu yang menjadi
resapan air, maka tanggung jawab tidak hanya dipikul oleh masyarakat hulu akan
tetapi juga merupakan tanggung jawab masyarakat hilirnya. Oleh karena itu,
tanggung jawab memelihara kondisi DAS seharusnya menjadi tanggung jawab
bersama daerah di hulu sampai dengan di hilirnya. Namun dalam kenyataannya,
pasokan air yang merupakan kontribusi daerah hulu terhadap daerah hilirnya
belum mendapatkan apresiasi dan penilaian yang pantas karena air umumnya
masih dipersepsi sebagai barang publik. Daerah hulu sebagai daerah resapan air
belum mendapatkan perhatian dan kontribusi dari daerah hilir yang memadai,
termasuk upaya daerah hilir membantu konservasi resapan air di daerah hulu.
Beban konservasi kawasan hulu pun sebenarnya menjadi tanggung jawab daerah
hilir sebagai pengguna air, sehingga tuntutan daerah hulu mendapatkan kontribusi
dana untuk konservasi kawasannya adalah wajar.
Perubahan penggunaan lahan akan merubah karakteristik aliran sungai, total
aliran permukaan, kualitas air, dan sifat hidrologi daerah yang bersangkutan.
Perubahan tutupan lahan memberikan pengaruh terhadap kualitas air di daerah
tersebut dan sekitarnya, dikarenakan setiap tipe tutupan lahan menghasilkan zatzat pencemar tanah dan air yang berbeda baik dalam jumlah maupun
komposisinya. Kecenderungan perubahan tataguna lahan dari kawasan hutan dan
budidaya menjadi kawasan pemukiman dan sistem pengolahan lahan yang tidak
sesuai dengan peruntukan, telah mencapai kawasan-kawasan lindung yang
seharusnya dikonservasi, seperti sempadan jurang dan sempadan sungai yang
akan berpengaruh terhadap sistem aliran air pemukaan (run off) dan infiltrasi.
Demikian pula halnya dengan daerah hulu Sub DAS Lubuk Paraku (kawasan
konservasi dan hutan lindung) yang merupakan daerah tangkapan hujan, yang
sering mendapat tekanan untuk dijadikan daerah pertanian yang intensif dan
perubahan peruntukan dari kawasan hutan dan budidaya menjadi kawasan
pemukiman. Jika tutupan vegetasi di bagian hulu Sub DAS Lubuk Paraku

4
semakin berkurang karena perubahan peruntukan tersebut, maka akan
mengakibatkan kawasan tersebut menjadi daerah kritis, sehingga mengakibatkan
frekuensi banjir tahunan di musim hujan dan pencemaran yang diiringi dengan
kasus konflik air terjadi sepanjang tahun. Walaupun berbagai upaya untuk
mengatasi hal ini telah dilakukan tetapi tetap tidak dapat mengimbangi turunnya
kualitas lingkungan atau dengan kata lain pendayagunaan wilayah DAS telah
melampaui upaya pelestariannya (Effendi 2003). Jika fenomena ini dibiarkan
berlangsung terus tanpa ada usaha-usaha menemukan solusinya, dikhawatirkan
sumber air yang berasal dari Sungai Lubuk Paraku akan semakin menyusut dan
mungkin suatu hari akan hilang, sedangkan di pihak lain sumber air yang berasal
dari Sungai Lubuk Paraku sangat dibutuhkan oleh berbagai pihak untuk berbagai
keperluan.
Aliran yang mengalir dari hulu Sub DAS Lubuk Paraku ke bagian hilirnya
berjalan mengikuti alur-alur sungai yang telah terbentuk secara alami, dan
melintasi beberapa daerah di dalam kota Padang. Sungai Lubuk Paraku
mempunyai fungsi yang strategis dalam menunjang pengembangan daerah di
sekitarnya, sehingga mempunyai multi fungsi yang sangat vital. Selain
pencemaran air, berbagai permasalahan sumber daya air seperti banjir sering
terjadi dengan luas rawan genangan banjir di daerah hulu maupun hilir.
Sumber air yang berasal dari dalam kawasan konservasi dan hutan lindung
memiliki peranan penting untuk menunjang kehidupan masyarakat yang berada di
sepanjang aliran sungai. Namun jika kegiatan tersebut dilakukan hanya untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa memperhitungkan daya dukung sumber
daya lahan tersebut, maka akan terjadi penurunan kualitas sumber daya lahan dan
tingkat hidup masyarakat serta kerusakan lingkungan. Selain itu, dengan semakin
banyaknya jenis pemanfaatan sumber air yang berasal dari kawasan konservasi
dan hutan lindung saat ini, dapat mengakibatkan badan sungai tercemar akibat
limbah yang dihasilkan dari kegiatan pemanfaatan tersebut, dan dapat
mengakibatkan harga air secara pasar menurun atau berkurang namun dapat
meningkatkan nilai air tersebut karena kelangkaan air bersih semakin meningkat.
Berdasarkan pemaparan di atas beberapa pertanyaan yang ingin dijawab dari
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kondisi hidrologi Sungai Lubuk Paraku.
2. Bagaimana kondisi lahan Sub DAS Lubuk Paraku.
3. Apa saja bentuk-bentuk pemanfaatan dan berapa nilai ekonomi sumberdaya
air sungai Lubuk Paraku.

Kerangka Pemikiran Penelitian
Di dalam wilayah Sub DAS Lubuk Paraku terdapat kawasan konservasi dan
hutan lindung yang berperan penting sebagai buffer zone bagi Kota Padang.
Kawasan konservasi dan hutan lindung ini menyediakan sejumlah jasa lingkungan
yang bermanfaat untuk menyangga kehidupan masyarakat di sekitarnya, salah
satunya yaitu manfaat jasa hidrologis. Kawasan tersebut menghasilkan sejumlah
sumber air yang alirannya banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat di sekitar kawasan dan di sepanjang aliran sungai. Agar kelestarian
dan keutuhan kawasan konservasi dan hutan lindung tersebut sebagai daerah hulu

5
tetap terjaga, maka diperlukan suatu pengelolaan yang optimal pada sumber air
dan alirannya. Skema kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada gambar
di bawah ini.
Wilayah Hulu DAS
Batang Arau

Kawasan konservasi
dan hutan lindung

Upaya Rehabilitasi dan
Konservasi Wilayah Hulu

Daerah Sub DAS
Lubuk Paraku

Kondisi
lahan

Kondisi hidrologi
sumberdaya air

kualitas, kuantitas
dan kontinuitas

Air pertanian
tradisional
(padi sawah)
sungai

Nilai ekonomi
sumber daya air

Sebaran tutupan
lahan dan lahan
kritis

Air
pembangkit
listrik

Nilai ekonomi pendekatan
non pasar (WTP)

Air industri

Air rumah
tangga

Nilai ekonomi
pendekatan pasar

Persepsi individu
pengguna air

Nilai WTP
konservasi untuk air

Total WTP konservasi kawasan
(kontribusi hilir ke hulu)

Gambar 1. Diagram Kerangka Pemikiran Penelitian Pemanfaatan Jasa Air Sub
DAS Lubuk Paraku Kota Padang, Sumatera Barat

6
Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan penelitian di atas, maka beberapa tujuan yang
ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Menerangkan kondisi hidrologi Sungai Lubuk Paraku.
2. Menerangkan kondisi lahan Sub DAS Lubuk Paraku.
3. Menguraikan bentuk-bentuk pemanfaatan dan menghitung nilai ekonomi
sumberdaya air yang berasal dari Sungai Lubuk Paraku.

Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat sebagai:
1. Acuan dalam kebijakan pengelolaan sumberdaya air yang berasal dari Sungai
Lubuk Paraku, baik dalam segi kualitas, kuantitas maupun kontinuitas atau
keberlanjutan sumber daya air tersebut.
2. Masukan dan rekomendasi kepada stakeholders terkait dalam menata
kebijakan pengelolaan sumberdaya air dan penggunaan lahan Sub DAS Lubuk
Paraku.
3. Landasan dan acuan bagi pihak pengelola dalam pengembangan potensi
sumberdaya air yang berasal dari Sungai Lubuk Paraku yang merupakan
daerah hulu DAS Batang Arau.

Ruang Lingkup Penelitian
Sumber air yang dimaksud dalam penelitian ini adalah air permukaan yang
berasal dari Sungai Lubuk Paraku yang merupakan sungai terbesar kedua dengan
debit air paling besar yang terdapat dalam DAS Batang Arau. Semua pengguna
yang dikaji berdasarkan tujuan penelitian merupakan sektor pengguna yang
memanfaatkan jasa air yang berasal dari Sungai Lubuk Paraku, dalam hal ini lebih
ditekankan pada wilayah hilir sebagai pengguna air terbesar. Batasan daerah
penelitian yaitu daerah yang berada dalam kawasan dan di sekitar kawasan Sub
DAS Lubuk Paraku. Pengguna sumberdaya air yang dimaksud disini adalah
rumah tangga, petani padi sawah, PT Semen Padang dan PLTA Rasak Bungo.
Penelitian untuk mengetahui kondisi hidrologi dilakukan pada aliran Sungai
Lubuk Paraku dan kondisi lahan dilakukan pada daerah hulu Sub DAS Lubuk
Paraku yang terdiri dari kawasan konservasi dan hutan lindung. Sementara untuk
mengetahui bentuk-bentuk pemanfaatan air dilakukan pada daerah yang
memanfaatkan aliran air Sungai Lubuk Paraku.

7
2 METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada daerah-daerah yang berada di dalam dan di
sekitar Sub DAS Lubuk Paraku yang memanfaatkan air sungai Lubuk Paraku
sebagai sumber air mereka, yaitu Ladang Padi, Indarung dan Batu Gadang.
Penelitian ini telah dilaksanakan selama dua bulan, yaitu mulai bulan Mei-Juni
2012.

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta lokasi penelitian,
kuesioner, panduan wawancara dan tally sheet yang diambil pada lokasi
penelitian. Sedangkan alat yang digunakan yaitu alat tulis, kamera dan recorder.

Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,
dengan menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif sesuai keperluan pada
masing-masing kajian. Pendekatan yang dipakai adalah pendekatan survei,
observasi, studi literatur dan wawancara menggunakan kuesioner atau wawancara
mendalam dengan responden terpilih. Untuk mencapai tujuan penelitian, maka
penelitian dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Untuk menerangkan kondisi hidrologi Sungai Lubuk Paraku dengan
pendekatan survei dan literatur,
2. Untuk menerangkan kondisi lahan Sub DAS Lubuk Paraku dengan
pendekatan literatur, dan
3. Untuk menguraikan bentuk-bentuk pemanfaatan dan menghitung nilai
ekonomi sumberdaya air yang berasal dari Sungai Lubuk Paraku dengan
pendekatan survei, observasi, wawancara dan pendekatan ekonomi atau secara
kuantitatif.

Data dan Informasi yang Dikumpulkan
Data merupakan sekumpulan informasi tentang sesuatu hal yang disusun
secara sistematis sesuai dengan tujuan tertentu. Jenis data yang dikumpulkan
dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer
dikumpulkan dengan melakukan wawancara langsung serta pengisian kuesioner
dan daftar tally sheet. Data sekunder didapat dari laporan-laporan atau literatur
instansi terkait maupun lembaga lain yang mendukung kegiatan penelitian ini.
Rincian jenis data yang diperlukan terdapat dalam Tabel 1 di bawah ini.

8

No.
1.

2.

3.

Tabel 1. Data dan Informasi yang diambil dalam penelitian
Variabel/pola yang akan
Data yang dikumpulkan
Sumber data
diukur
Kondisi hidrologi Sungai a. Data kualitas air: fisik (suhu,
BPDAS Agam
Lubuk Paraku
residu terlarut, residu
Kuantan, Bappeda Kota
tersuspensi), parameter kimia
Padang, Bapedalda
(pH, BOD, COD, besi, mangan,
Kota Padang PSDA
klorida, dll) dan mikrobiologi
Sumbar, Balai Wilayah
(fecal coliform)
Sungai Sumatera V
b. Data kuantitas air: data curah
Dirjen Sumber Daya
hujan tahunan sungai Lubuk
Air Kementerian
Paraku, debit rata-rata bulanan
Pekerjaan Umum
dan tahunan
Sumbar, BMKG
c. Data kontinuitas air: debit
Sicincin Sumbar, serta
maksimal dan minimal tahunan
studi literatur
Kondisi lahan Sub DAS
a. Kondisi umum daerah
Literatur, BPDAS
Lubuk Paraku
tangkapan air Sub DAS Lubuk
Agam Kuantan, PSDA
Paraku
Sumbar
b. Peta sebaran lahan kritis di Sub
DAS Lubuk Paraku
c. Peta tutupan lahan Sub DAS
Lubuk Paraku
Bentuk-bentuk
a. Sektor rumah tangga, berupa:
Survei, observasi dan
pemanfaatan air dari
- jenis sumber air yang
wawancara langsung
sungai Lubuk Paraku
digunakan
dengan pengguna air
- jumlah konsumsi air
(m3/orang/tahun)
- jenis pemanfaatan air
- jarak ke sumber air
- pola distribusi air rumah
tangga
b. Sektor pertanian, berupa:
- luas areal panen sawah/tahun
(ha)
- pola distribusi air sawah
c. Air pembangkit listrik, berupa:
- produksi listrik PLTA pada
kapasitas terpasang (Kwh)
- jumlah air untuk
menghasilkan listrik (m3)
d. Air industri, berupa:
- jumlah penggunaan air untuk
industri
- jenis penggunaan air
- pola distribusi air industri

9
4.

Nilai ekonomi air Sungai
Lubuk Paraku

Pendekatan pasar:
a. Sektor rumah tangga berupa:
- jumlah konsumsi air
(m3/orang/bulan)
- jumlah penduduk yang
menggunakan air sungai
Lubuk Paraku
- harga air setara tarif PDAM
Kota Padang
b. Sektor pertanian, berupa:
- biaya pengadaan air
(Rp/tahun)
- frekuensi panen per tahun
- luas total areal sawah irigasi
(ha)
c. Air pembangkit listrik, berupa:
- volume air yang digunakan
- volume air standar untuk
menghasilkan 1 Kwh listrik
(m3)
- energi listrik PLTA yang
dihasilkan
- tarif listrik PLN/Kwh
d. Air industri, berupa:
- jumlah penggunaan air di
industri
- harga satuan air baku untuk
industri
Pendekatan non pasar:
a. profil umum pengguna
sumberdaya air (data-data
sosial ekonomi)
b. persepsi individu pengguna
sumberdaya air
c. nilai WTP konservasi pengguna
sumberdaya air

Literatur, observasi,
wawancara langsung
dengan pihak terkait

Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data didapat dari studi pustaka, pengamatan lapangan
dan wawancara dengan pihak terkait. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Studi pustaka
Studi pustaka yaitu kegiatan pengumpulan data pustaka yang berhubungan
dengan penelitian yang diperoleh dari literatur. Sumber studi pustaka adalah
Kantor Balai Pengelolaan DAS Agam Kuantan Sumatera Barat, Balai Wilayah
Sungai Sumatera V Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan

10
Umum Sumatera Barat, Kantor PSDA Sumatera Barat, Kantor BMKG Sicincin
Sumatera Barat, Kantor Bapedalda Kota Padang dan Kantor Bappeda Kota
Padang. Studi pustaka dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran mengenai
kawasan Sub DAS Lubuk Paraku serta kondisi Sungai Lubuk Paraku dan
alirannya yang kemudian diverifikasi di lapangan.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap masyarakat pengguna dan instansi terkait yang
menggunakan sumber air yang berasal dari Sungai Lubuk Paraku. Responden
masyarakat dipilih secara purposive sampling, yaitu tokoh masyarakat atau
anggota masyarakat yang memiliki pengetahuan tentang data yang dibutuhkan.
Sementara wawancara dengan instansi terkait dilakukan dengan pihak PT Semen
Padang. Ada dua tipe wawancara yang dilakukan dalam penelitian, yaitu: (1)
wawancara berstruktur (structure interview), metode ini dilakukan dengan cara
menyusun daftar pertanyaan (kuesioner) yang bersifat tertutup dan terbuka; (2)
wawancara secara mendalam (in-depth interview), metode ini diterapkan dengan
penggunaan alat bantu berupa daftar pertanyaan yang dibuat dan disusun sebagai
interview guide yang sifatnya fleksibel.
3. Pengamatan lapangan
Pengamatan langsung di lapangan dilakukan dengan menggunakan metode
survei. Pengamatan lapang dilakukan untuk melihat dan mengetahui kondisi
kawasan sebenarnya.
Untuk teknik pengumpulan data pada masing-masing tujuan dijelaskan sebagai
berikut:
1. Kondisi hidrologi Sungai Lubuk Paraku
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan pada
tujuan ini adalah wawancara mendalam dengan instansi terkait dan studi
literatur. Wawancara mendalam dilakukan untuk memperoleh data mengenai
kualitas air Sungai Lubuk Paraku, debit (kuantitas) rata-rata bulanan dan
tahunan, curah hujan tahunan, debit maksimal dan minimal tahunan serta data
penting lainnya yang menunjang tujuan penelitian ini. Kondisi kualitas, kuantitas
dan kontinuitas aliran air Sungai Lubuk Paraku nanti dapat memberikan
gambaran mengenai kondisi tata air Sub DAS Lubuk Paraku.
2. Kondisi lahan Sub DAS Lubuk Paraku
Dalam tujuan ini, wawancara mendalam dengan instansi terkait dan studi
literatur dilakukan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan. Data yang
didapat dari instansi terkait diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai
kondisi lahan yang sebenarnya di Sub DAS Lubuk Paraku.
3. Bentuk-bentuk pemanfaatan sumberdaya air dan nilai ekonomi air yang
berasal dari Sungai Lubuk Paraku
Untuk mengetahui bentuk-bentuk pemanfaatan sumberdaya air pada tiap-tiap
sektor pengguna air, data dikumpulkan melalui teknik pengamatan langsung di
lapangan, wawancara berstruktur dan mendalam dengan menggunakan
kuesioner dan pengisian tally sheet. Wawancara dengan menggunakan kuesioner
lebih banyak dilakukan kepada responden pengguna air rumah tangga dan
pertanian. Untuk pengguna air pembangkit listrik dan industri, data dikumpulkan
dengan cara wawancara mendalam dengan instansi terkait. Pada penelitian ini,
data yang dikumpulkan merupakan data tentang potensi, jenis dan bentuk
pemanfaatan, jumlah volume air yang dimanfaatkan oleh masing-masing

11
pengguna, pola distribusi air, cara mendapatkan air, jenis sumber air yang
digunakan dan semua data penting lainnya. Sementara data-data yang
dibutuhkan untuk menghitung nilai ekonomi sumberdaya air dibagi menjadi dua
yaitu data nilai ekonomi pendekatan pasar dan pendekatan non pasar. Masingmasing data dikumpulkan melalui teknik wawancara dengan pengguna
sumberdaya air.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling
(sampel bertujuan). Teknik ini dilakukan karena beberapa pertimbangan, yaitu
adanya keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil
sampel yang besar dan jauh (Arikunto 2006). Pengambilan responden dilakukan
secara sengaja pada berbagai modus pengguna air, karena mengingat tingkat
pendapatan rumah tangga masyarakat bervariasi, sehingga akan mempengaruhi
dan menentukan tingkat konsumsi air.
Total sampel yang digunakan dalam tujuan penelitian ini berjumlah 160
orang responden. Sampel wilayah (area sampling) dipilih secara sengaja yang
meliputi daerah-daerah yang berada di dalam dan di sekitar kawasan Sub DAS
Lubuk Paraku yang memanfaatkan air Sungai Lubuk Paraku. Lokasi penelitian
diambil sebanyak tiga titik yang dianggap mewakili keseluruhan kondisi lokasi
di sekitar Sub DAS Lubuk Paraku, antara lain terdiri dari: 1) titik 1, daerah hulu
yang berbatasan langsung dengan kawasan konservasi dan hutan lindung yaitu
Ladang Padi; 2) titik 2 dan 3 merupakan daerah yang berada di sekitar Sub DAS
Lubuk Paraku dan sudah berada di luar kawasan, namun pada masing-masing
lokasi ini terdapat pengguna air yang memanfaatkan air dalam jumlah besar,
yaitu PT Semen Padang dan PLTA Rasak Bungo. Titik 2 dan 3 ini adalah
Indarung dan Batu Gadang. Pengambilan lokasi contoh tersebut didasarkan pada
azas keterwakilan kondisi/karakteristik: 1) mata pencaharian dominan
masyarakat; dan 2) aksesibilitas terhadap pusat perekonomian (rendah dan
tinggi) yang dicirikan oleh ketersediaan sarana transportasi.
Untuk penggunaan sampel secara jelas dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1. Pemanfaatan sumberdaya air sungai Lubuk Paraku dan nilai ekonomi
sumberdaya air dengan pendekatan pasar.
Pengambilan sampel untuk air rumah tangga dilakukan pada ketiga lokasi
sampel dengan jumlah responden masing-masing lokasi sebanyak 30 orang
sehingga total sampel menjadi 90 orang. Sementara untuk sampel air
pertanian, responden hanya diambil pada dua lokasi yaitu Indarung dan Batu
Gadang dengan jumlah sampel masing-masing lokasi sebanyak 30 orang,
sehingga total sampel berjumlah 60 orang. Total responden pengguna air
rumah tangga dan pertanian menjadi 150 orang, dan setiap responden ditanyai
mengenai data-data yang berhubungan dengan tujuan penelitian mengenai
bentuk-bentuk pemanfaatan sumberdaya air dan nilai ekonomi air pendekatan
pasar.
Sementara untuk mendapatkan data mengenai pemanfaatan sumberdaya air
dan nilai ekonomi air pendekatan pasar pada sektor industri dan pembangkit
listrik, wawancara mendalam dengan beberapa daftar pertanyaan dilakukan
dengan pihak terkait dalam hal ini adalah PT Semen Padang. PLTA Rasak
Bungo merupakan perusahaan pembangkit listrik yang berada di bawah
naungan PT Semen Padang, sehingga wawancara mendalam pada sektor ini
dilakukan pada PT Semen Padang.

12
2. Menghitung nilai ekonomi sumberdaya air dengan pendekatan non pasar.
Sampel yang digunakan berjumlah 160 orang yang mewakili keseluruhan
individu kepala keluarga pengguna sumberdaya air Sungai Lubuk Paraku.
Sampel terdiri dari 150 responden (90 responden air rumah tangga dan 60
responden air pertanian) dan 10 responden yang berasal dari wawancara
mendalam dengan pihak PT Semen Padang. Pada tujuan penelitian ini data
dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan seluruh responden
pengguna sumberdaya air. Setiap responden ditanyai mengenai persepsi
mereka tentang kesediaan membayar (WTP) untuk berkontribusi dalam
kegiatan konservasi sumberdaya air di wilayah hulu Sub DAS Lubuk Paraku.
Kemudian masing-masing pengguna sumberdaya air tersebut ditanyai perihal
nilai WTP yang rela mereka keluarkan sebagai bentuk kontribusi pengguna
sumberdaya air di wilayah hilir ke wilayah hulu.

Analisis Data
Data yang telah diperoleh selanjutnya dilakukan pengolahan dan
penyusunan. Analisis data dari masing-masing tujuan penelitian dilakukan sebagai
berikut:
a) Analisis kondisi hidrologi Sungai Lubuk Paraku
a. Analisis Kualitas dan Kuantitas Air Sungai Lubuk Paraku
Persyaratan kualitas menggambarkan mutu dari air baku air bersih.
Pentingnya analisis kualitas dan kuantitas sumber air akan berpengaruh terhadap
pola pemanfaatan dan peruntukan sumber air tersebut. Baik atau buruknya
kualitas dan kuantitas sumber air akan berdampak pada masyakat yang
memanfaatkan sumber air tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis
kualitas dan kuantitas air sungai Lubuk Paraku.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat periodik
(time series data) yang diperoleh dari instansi terkait. Kualitas air menyatakan
tingkat kesesuaian air untuk dipergunakan bagi pemenuhan kebutuhan tertentu
kehidupan manusia, seperti untuk mengairi tanaman, minuman ternak dan
kebutuhan manusia langsung seperti untuk minum, mandi, mencuci dan
sebagainya.
Untuk menganalisis data kualitas air yang berasal dari Sungai Lubuk Paraku
dilakukan secara deskriptif kualitatif. Pendekatan ini dilakukan dengan
membandingkan setiap parameter kualitas air yang diperoleh dari time series data
dengan acuan kualitas baku mutu air yang digunakan oleh Pemda Kota Padang
yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air serta pendekatan literatur. Sedangkan pada
analisis kuantitas air, data yang dibutuhkan yaitu data curah hujan tahunan,
fluktuasi debit bulanan dan tahunan Sungai Lubuk Paraku. Data curah hujan
kemudian dianalisis secara kualitatif, lalu dihubungkan dengan debit air sungai
Lubuk Paraku. Dari data yang didapat, kemudian dianalisis bagaimana jumlah dan
kondisi debit air sungai Lubuk Paraku tersebut.
b. Analisis Kontinuitas Air Sungai Lubuk Paraku
Untuk analisis kontinuitas sumberdaya air, tahapan yang dilakukan adalah
mengetahui terlebih dahulu fluktuasi debit maksimal dan minimal tahunan air

13
Sungai Lubuk Paraku dengan penghitungan berdasarkan perbandingan (rasio
Qmaks/Qmin atau Koefisien Regim Sungai (KRS)). Parameter KRS digunakan
untuk penilaian indikator debit air sungai (banjir dan kekeringan) di suatu DAS.
Berdasarkan SK Dirjen RLPS Nomor P.04/V-SET/2009, ada 2 (dua) kriteria
penilaian KRS, yaitu : (1) Nilai KRS berdasarkan nilai perbandingan antara debit
maksimum dan debit minimum tahunan (Qmaks/Qmin) dengan rentang: nilai
KRS < 50 termasuk kategori baik, nilai KRS 50 – 120 termasuk kategori sedang,
dan nilai KRS > 120 termasuk kategori jelek; dan (2) nilai KRS dihitung
berdasarkan perbandingan antara debit maksimum dan debit andalan
(Qmaks/Qandal), dimana Qa adalah debit rata-rata tahunan dikalikan dengan
faktor 0,25. Klasifikasi nilai KRS dibagi menjadi lima, yaitu: 1) nilai KRS 0 <
KRS ≤ 5 termasuk kelas sangat baik; 2) nilai KRS 5 < KRS ≤ 10 termasuk kelas
baik; 3) nilai KRS 10 < KRS ≤ 15 termasuk kelas sedang; 4) nilai KRS 15 < KRS
≤ 20 termasuk kelas agak jelek, dan 5) nilai KRS > 20 termasuk dalam kelas jelek.
Jika nilai KRS yang didapat termasuk dalam kelas jelek, maka tindakan
konservasi sangat perlu dilakukan guna mempertahankan fungsi kawasan
konservasi dan hutan lindung yang berada di wilayah hulu Sub DAS Lubuk
Paraku sebagai daerah tangkapan air bisa terus berkesinambungan demi
keberlanjutan dan kelangsungan kehidupan para pengguna air di sekitar kawasan.
Hal ini nanti akan mempengaruhi pengambilan kebijakan pengelolaan Sub DAS
Lubuk Paraku sendiri sebagai daerah hulu dan Daerah Tangkapan Air (water
catchment area), dalam segi kualitas, kuantitas dan kontinuitas sumberdaya air.
b) Analisis kondisi lahan Sub DAS Lubuk Paraku
Peta tutupan lahan dan sebaran lahan di Sub DAS Lubuk Paraku diperoleh
dari hasil map cropping terhadap peta tutupan lahan dan sebaran lahan DAS
Batang Arau yang didapatkan dari BPDAS Agam Kuantan (2011). Setelah
didapatkan peta tutupan lahan Sub DAS Lubuk Paraku, maka dilakukan
penghitungan penutupan oleh vegetasi (IPL). Berdasarkan SK Dirjen RLPS
Nomor P.04/V-SET/2009, penutupan oleh vegetasi (IPL) di suatu DAS dapat
dihitung dengan cara: LVP/luas DAS x 100 %. Dimana: IPL = indeks penutupan
lahan dan LVP = luas lahan bervegetasi permanen (informasi dari peta penutupan
lahan atau land use). IPL > 75 % tutupan vegetasi termasuk dalam kategori baik,
IPL = 30 – 75 % kategori sedang dan IPL < 30 % kategori jelek. Analisis
selanjutnya adalah mendeskripsikan dan membandingkan kondisi tutupan lahan
dengan sebaran lahan di Sub DAS Lubuk Paraku secaradeskriptif kualitatif. Dari
gambaran tersebut diharapkan dapat memberikan makna dan interpretasi yang
menggambarkan tentang kondisi tutupan lahan dan sebaran lahan Sub DAS Lubuk
Paraku yang sebenarnya.
c) Analisis bentuk-bentuk pemanfaatan air dan nilai ekonomi sumberdaya air
Sungai Lubuk Paraku
Untuk mengetahui bentuk-bentuk pemanfaatan sumberdaya air, data yang
didapatkan dianalisis secara