Kebijakan subsidi pupuk dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan distribusi pendapatan dalam perekonomian Indonesia

KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK DAN PENGARUHNYA
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN
DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

DUDI SETIADI HENDRAWAN

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan
dalam disertasi saya yang berjudul :

KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK DAN PENGARUHNYA
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN DISTRIBUSI
PENDAPATAN DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

merupakan gagasan atau hasil penelitian sendiri, dengan bimbingan Komisi
Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjuk rujukannya. Disertasi ini belum

pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program yang sejenis di perguruan
tinggi lain. Seluruh sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan
dengan jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Januari 2012

Dudi Setiadi Hendrawan
NRP. A 161050121

ABSTRACT
DUDI SETIADI HENDRAWAN. Fertilizer Subsidy Policy and Its Impact on
Growth and Income Distribution in the Indonesian Economy (ARIEF
DARYANTO as Chairman, BUNASOR SANIM and HERMANTO SIREGAR as
Members of the Advisory Committee)

This study aims to analyze the role of fertilizer industry and the impact of
fertilizer subsidy policy towards the value-added and income distribution, analyze
the factors affecting the fertilizer subsidy policies, determine fertilizer subsidy
model and fertilizer distribution system in implementing the policies of fertilizer
in Indonesia. The methods of analysis used are Social Accounting Matrix (SAM),

Analytic Network Process (ANP) and Bayes methods. Fertilizer industry
contributes up to 1.64 percent to the GDP, respectively derived from the inorganic
fertilizer industry 1.63 percent and the organic fertilizer industry 0.01 percent. The
role of fertilizer sector towards the distribution of income in the economy based
on its multiplier value is in accordance with agriculture and construction sectors.
The multiplier value of organic fertilizer is 6.7319, which is greater than the
multiplier value of inorganic fertilizer of 5.7021. Fertilizer subsidy policy scenario
which is diverted to the agricultural infrastructure provides the highest impact on
improving the total output of the economy. The direct to farmer policy scenario
provides a better effect to the increase in labor income in the agricultural sector,
farm households and a decrease in household income inequality. Subsidy policy
scenario through a producer with a composition of 20 percent organic fertilizer
and 80 percent inorganic fertilizers provides a better impact on the stability of the
production of fertilizers and a decrease in income inequality in the production
sector. The economic conditions are the most influential factor in the environment
cluster. The availability of fertilizer subsidy is a priority objective. The type of
fertilizer that is prioritized is the inorganic fertilizer. The actor who is prioritized
in the fertilizer subsidy policy is the Ministry of Agriculture, and the supervision
is a priority factor in running the fertilizer distribution system. The best
subsidized model found is the fertilizer subsidy through the producer with direct

distribution system conducted by the producer to the farmer where the
composition of the subsidized fertilizer is 80 percent inorganic fertilizer and 20
percent organic fertilizer.
Keywords : Subsidy Policy, Fertilizer Subsidy, Fertilizer Distribution, Social
Accounting Matrix, Analytic Network Process

RINGKASAN

DUDI SETIADI HENDRAWAN. Kebijakan Subsidi Pupuk dan Pengaruhnya
terhadap Pertumbuhan dan Distribusi Pendapatan dalam Perekonomian Indonesia
(ARIEF DARYANTO sebagai Ketua, BUNASOR SANIM dan HERMANTO
SIREGAR sebagai Anggota Komisi Pembimbing)
Kontribusi sektor pertanian termasuk perikanan dan kehutanan terhadap
PDB nasional pada tahun 2008 sebesar 14.4 persen menempati urutan kedua
setelah sektor industri pengolahan. Selain itu, menurut Daryanto (2009), sektor
pertanian mempunyai efek pengganda (multiplier effect) yang besar terkait dengan
adanya keterkaitan ke depan dan ke belakang (forward and backward linkages)
dengan sektor-sektor lainnya.
Pupuk merupakan salah satu faktor produksi yang sangat menentukan
produksi dan produktivitas pertanian. Oleh karena itu, ketersediaan pupuk di pasar

baik dari segi kuantitas, kualitas dan harga yang terjangkau menjadi salah satu
syarat yang harus dapat dijamin oleh pemerintah. Terkait dengan hal tersebut,
pemerintah berupaya untuk menyediakan sarana produksi ini dalam jumlah yang
relatif mencukupi kebutuhan dengan diimbangi harga yang terjangkau oleh
kalangan pengguna pupuk. Hal inilah yang mendasari pemerintah memberlakukan
subsidi pupuk bagi petani.
Kebijakan subsidi pupuk mulai tahun 1960 sampai dengan sekarang, tetapi
fakta di lapangan menunjukkan bahwa perkembangan program pemberian pupuk
bersubsidi oleh pemerintah belum dirasakan efektif mengingat belum tercapainya
6 tepat (jumlah, jenis, mutu, harga tempat, dan waktu). Ada beberapa hal yang
diduga menjadi penyebabnya, yaitu pasar pupuk domestik masih bersifat
dualistik, maraknya ekspor pupuk secara ilegal, adanya rasa fanatisme petani
terhadap merk pupuk tertentu, masih banyak distributor pupuk yang tidak
memiliki armada dan gudang penyimpanan di lini III (Syafa’at et al, 2006).
Berdasarkan uraian di atas nampak bahwa kelemahan yang terdapat dalam
kontruksi dasar kebijakan subsidi pupuk yang berlaku saat ini telah mendorong
terjadinya langka pasok dan lonjak harga, sehingga HET yang berlaku seringkali
menjadi tidak efektif. Kondisi ini membuat pemerintah, DPR maupun masyarakat
relatif belum puas terhadap kebijakan subsidi pupuk yang berlaku saat ini
sehingga terdapat wacana untuk mengganti modus subsidi pupuk dari subsidi

yang dibayarkan langsung kepada produsen (pabrik) pupuk menjadi subsidi yang
dibayarkan langsung kepada petani. Penelitian ini bertujuan untuk (1)
menganalisis peranan sektor industri pupuk saat ini terhadap nilai tambah dan dan
distribusi pendapatan yang meliputi pendapatan sektor produksi, rumah tangga
dan tenaga kerja khususya yang berkaitan dengan sektor pertanian, (2)
menganalisis dampak perubahan pola subsidi pupuk terhadap nilai tambah dan
distribusi pendapatan yang meliputi pendapatan sektor produksi, rumah tangga
dan tenaga kerja khususnya yang berkaitan dengan sektor pertanian, (3)
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan subsidi pupuk (4)
menetapkan prioritas pola subsidi dan sistem distribusi yang terbaik dalam
mengimplementasikan kebijakan pupuk di Indonesia.

Metode analisis yang digunakan adalah model Sistem Neraca Sosial
Ekonomi (SNSE) atau Social Accounting Matrix (SAM) untuk analisis peran
industri pupuk dan analisis dampak perubahan pola subsidi pupuk. Model
Analytic Network Process (ANP) digunakan untuk analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kebijakan subsidi pupuk dan menentukan bobot (prioritas) masingmasing elemen faktor tersebut serta metode Bayes digunakan untuk menentukan
alternatif pola subsidi terbaik yang dipilih dalam rangka implementasi kebijakan
subsidi pupuk.
Dalam kerangka dasar SNSE 2008, nilai tambah perekonomian dibagi atas

komponen pendapatan tenaga kerja, modal dan pajak tidak langsung. Kontribusi
sektor pupuk terhadap total nilai tambah perekonomian Indonesia hanya mencapai
1.64 persen, yang berasal dari industri pupuk anorganik sebesar 1.63% dan
industri pupuk organik sebesar 0.01 persen. Total pengeluaran pupuk organik
sebesar Rp. 690,02 milyar, dimana sekitar 80.16 persen dipancarkan ke tenaga
kerja, sisanya 15.46 persen untuk modal, dan 4.38 persen untuk penerimaan pajak.
Sedangkan pengeluaran industri pupuk anorganik sebesar 77 666.05 lebih banyak
dialokasikan untuk modal yakni sebesar 55.49 persen dan untuk tenaga kerja
sebesar 34.66 persen serta pajak sebesar 9.86 persen.
Distribusi pendapatan dalam struktur SNSE secara khusus dapat dilihat
pada neraca endogen yang diagregasi menjadi tiga bagian yakni neraca distribusi
pendapatan faktorial, institusi dan produksi. Peranan sektor pupuk terhadap
distribusi pendapatan dapat dapat digunakan nilai multiplier SNSE. Peranan
sektor pupuk terhadap distribusi pendapatan dalam perekonomian Indonesia
sejajar dengan sektor pertanian dan kontruksi, yaitu nilai multiplier outputnya
berkisar antara 5.7021 sampai 6.8716. Nilai multiplier output untuk sektor pupuk
organik adalah sebesar 6.7319 lebih besar dibandingkan sektor pupuk anorganik
sebesar 5.7021. Angka multiplier total output sebesar 6.7319 pada sektor pupuk
organik mengindikasikan bahwa jika ada stimulus fiskal sebesar 1 milyar pada
sektor pupuk organik maka total pendapatan dalam perekonomian Indonesia

secara keseluruhan akan meningkat sebanyak 6.7319 milyar rupiah. Sedangkan
melalui sektor pupuk anorganik, jika diberi stimulus fiskal sebanyak 1 milyar
rupiah akan memberi dampak terhadap kenaikan total pendapatan dalam
perekonomian Indonesia sebesar 5.7021 milyar rupiah.
Berdasarkan hasil simulasi, kebijakan pengalihan subsidi pupuk menjadi
pembangunan infrastruktur pertanian berupa jalan, irigasi dan jembatan (sek-3)
memberikan dampak yang lebih besar terhadap peningkatan output perekonomian
dibandingkan dengan kebijakan subsidi (skenario) lainnya. Kebijakan subsidi
pupuk yang dialihkan langsung kepada petani (SIM-2) memberikan dampak yang
paling besar terhadap peningkatan pendapatan institusi (peningkatan terhadap
nilai base-nya sebesar 0.2822 persen) dibandingkan dengan skenario lainnya,
tetapi kebijakan tersebut kontraktif terhadap pertumbuhan ekonomi karena dapat
menurunkan nilai tambah sebesar 0.4596 persen dari nilai base. Sedangkan
kebijakan lainnya merupakan kebijakan yang ekspansif yang mampu
meningkatkan nilai tambah, serta dapat memberikan peningkatan terhadap
pendapatan institusi dan sektor produksi.
Berdasarkan hasil disagregasi nilai tambah, kebijakan subsidi langsung
kepada petani (SIM-2) memberikan dampak peningkatan pendapatan tenaga kerja
di sektor pertanian lebih besar dibandingkan dengan yang lainnya yaitu sebesar


0.5377 persen diikuti dengan SIM-4 dan SIM-3 berturut-turut sebesar 0.1591
persen dan 0.1481 persen. Hal ini menunjukkan kebijakan subsidi pupuk lebih
berpihak pada peningkatan pendapatan tenaga kerja di sektor pertanian.
Kebijakan subsidi pupuk langsung kepada petani (SIM-2) memberikan
dampak peningkatan terhadap rumah tangga pertanian paling tinggi sebesar
2.1354 persen, diikuti dengan SIM-4 (0.1423 persen) dan SIM-3 (0.1324 persen).
Lebih jauh lagi, apabila tenaga kerja di sektor pertanian disagregasi lagi, SIM-2
akan memberikan peningkatan pendapatan kepada buruh tani paling tinggi sebesar
3.4375 persen dan urutan kedua adalah kebijakan SIM-4 yang memberikan
dampak peningkatan pendapatan terhadap buruh sebesar 0.1171 persen. Dengan
demikian kebijakan pupuk cenderung memihak kepada peningkatan pendapatan
tenaga kerja pertanian, khususnya tenaga kerja buruh.
Adanya keterkaitan yang kuat antar sektor produksi merupakan salah satu
kunci keberhasilan pembangunan suatu sektor dalam perekonomian. SIM-2
memberikan dampak yag paling besar terhadap sektor pertanian dengan
peningkatan 0.5150 persen, diikuti oleh SIM-3 dan SIM-4. Tetapi apabila sektor
pertanian disagregasi, maka SIM-4 dan SIM-2 memberikan dampak yang lebih
besar terhadap produksi sektor pertanian tanaman pangan yaitu masing-masing
0.6443 persen dan 0.6309 persen. Dengan hasil tersebut dapat diketahui bahwa
kebijakan pupuk cenderung akan memberikan dampak peningkatan terhadap

tanaman pangan yang lebih besar. Di lain pihak, SIM-2 memberikan dampak
penurunan yang paling tinggi terhadap industri pupuk (-3.6441%) dibandingkan
dengan kebijakan subsidi pupuk melalui produsen yaitu SIM-1 dan SIM-2 yang
masing-masing memberikan peningkatan terhadap output sektor industri pupuk
sebesar 1.378 persen dan 1.3524 persen. Dengan demikian dapat dijelaskan
bahwa kebijakan subsidi langsung kepada petani akan mempengaruhi
ketersediaan pupuk menjadi kurang, sedangkan kebijakan subsidi pupuk melalui
produsen akan dapat menjamin ketersediaan pupuk.
Kebijakan susbidi pupuk langsung kepada petani memberikan dampak
penurunan ketimpangan pendapatan untuk rumah tangga dan tenaga kerja yang
paling besar, masing-masing terjadi penurunan nilai ketimpangan (RGE) dari
base-nya sebesar -0.3138 persen dan -0.5731 persen. Di lain pihak kebijakan
subsidi tidak langsung (melalui produsen) dengan komposisi pupuk organik 20
persen (SIM-4) akan memberikan dampak penurunan paling besar terhadap
pendapatan sektor produksi.
Seperti dijelaskan di atas, dampak subsidi pupuk terhadap perekonomian
dan distribusi pendapatan serta ketimpangan akan memberikan dampak ekonomi
yang berbeda-beda terhadap tenaga kerja, rumah tangga dan pendapatan sektoral.
Oleh karena itu, untuk memilih alternatif kebijakan subsidi pupuk yang lebih baik,
tidak hanya ditentukan oleh indikator-indikator ekonomi saja tetapi juga perlu ada

indikator nonekonomi. Untuk menentukan prioritas pola subsidi dan distribusi
pupuk tersebut, teknik analisa yang digunakan adalah metode Analytic Network
Process (ANP). Terdapat tujuh variabel (klaster) dan 25 sub-variabel yang
berpengaruh dalam penentuan kebijakan pupuk bersubsidi yang berhasil
diidentifikasi pada fase konstruksi framework/model.
Berdasarkan analisis ANP, faktor kondisi lingkungan yang paling
berpengaruh terhadap kebijakan subisidi pupuk adalah kondisi ekonomi, diikuti
oleh politik, sosial dan teknologi. Tujuan subsidi pupuk yang paling dipentingkan

adalah ketersediaan pupuk, disusul secara berturut-turut adalah peningkatan
produksi pangan, peningkatan pendapatan petani dan penyerapan tenaga kerja.
Adapun jenis subsidi pupuk yang diprioritaskan tetap yaitu pupuk anorganik
disusul dengan pupuk organik. Aktor yang dipentingkan dalam penentuan dan
implementasi kebijakan pupuk dalam Kementan, BUMN (Produsen pupuk), DPR,
kementerian lain (perindustrian dan perdagangan), Pemda, swasta dan petani. Di
lain pihak, pengawasan merupakan faktor yang paling penting yang harus
diperhatikan dalam memilih pola subsidi dan sistem distribusi pupuk, disusul
dengan faktor biaya dan sarana prasarana.
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, pola subsidi dan sistem
distribusi yang terpilih atau diprioritaskan dengan bobot yang paling besar adalah

pola subsidi via produsen dengan sistem distribusi langsung oleh produsen.
Berdasarkan hasil tersebut pola subsidi pupuk yang diterapkan saat ini masih
merupakan pilihan pola subsidi untuk diterapkan yaitu pola subsidi tidak langsung
melalui produsen (PT. PUSRI). Adapun kelemahan-kelemahannya bisa diatasi
dengan perbaikan sistem distribusinya yaitu melalui produsen atau lembaga yang
bertanggungjawab terhadap distribusi dari produsen ke petani. Hasil ini diperkuat
dengan hasil yang diperoleh dari penentuan alternatif kebijakan berdasarkan hasil
simulasi dengan menggunakan metode Bayes yang menghasilkan nilai terbobot
paling besar adalah SIM-4, yaitu pola subsidi pupuk tidak langsung (melalui
produsen) dengan komposisi jenis subsidi 20 persen untuk pupuk organik dan 80
persen untuk pupuk anorganik. Nilai terbobot paling besar tersebut
merepresentasikan kebijakan subsidi pupuk yang terbaik untuk dipilih saat ini.
Rekomendasi kebijakan yang disarankan adalah (1) pemerintah harus
melakukan sosialisasi kepada petani mengenai teknologi pemupukan terutama
untuk penggunaan pupuk organik dan menyiapkan industri pupuk organik yang
berkualitas untuk menjamin ketersediaan pupuk organik baik oleh BUMN
maupun oleh perusahaan swasta nasional; (2) memperbaiki pendataan kebutuhan
pupuk melalui Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK); (3) melakukan
uji coba penerapan pola subsidi yang direkomendasikan ini di wilayah-wilayah
yang dapat merepresentasikan seluruh wilayah yang ada di Indonesia (4) perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai mekanisme secara lebih detil untuk
sistem produksi pupuk organik yang lebih efisien dan efektif serta mekanisme
distribusi langsung yang dilakukan oleh produsen ke petani; (5) perlu dilakukan
penelitian teknis mengenai komposisi penggunaan pupuk organik dan anorganik
yang optimal dalam meningkatkan produktivitas.

@ Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2012
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Institut Pertanian
Bogor
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa izin Institut Pertanian bogor

KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK DAN PENGARUHNYA
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN
DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

Dudi Setiadi Hendrawan

Disertasi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor
pada
Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

Penguji Luar Komisi Ujian Tertutup :
1. Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS
Staf Pengajar Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor
2. Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, MSc
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi
Institut Pertanian Bogor

dan Manajemen,

Penguji Luar Komisi Ujian Terbuka :
1. Dr. Ir. M. Fadhil Hasan, MSc
Peneliti Senior pada Institute for Development of Economics and Finance
(INDEF)
2. Dr. Ir. Heny K. Daryanto, MEc
Staf Pengajar Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor

Judul

: Kebijakan Subsidi Pupuk dan Pengaruhnya
Terhadap Pertumbuhan dan Distribusi Pendapatan
dalam Perekonomian Indonesia

Nama Mahasiswa

: Dudi Setiadi Hendrawan

Nomor Pokok

: A. 161050121

Program Studi

: Ilmu Ekonomi Pertanian

Menyetujui,
1. Ketua Pembimbing

Dr. Ir. Arief Daryanto, MEc
Ketua

Prof. Dr. Ir. Bunasor Sanim, MSc
Anggota

Prof. Dr. Ir. Hermanto Siregar, MEc
Anggota

Mengetahui,
2. Ketua Program Studi
Ilmu Ekonomi Pertanian

3. Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA

Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc. Agr

Tanggal Ujian: 21 Desember 2011

Tanggal Pengesahan :

PRAKATA

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kekuatan kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan disertasi yang berjudul “Kebijakan Subsidi
Pupuk dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan dan Distribusi Pendapatan dalam
Perekonomian Indonesia”.

Penyusunan disertasi ini adalah merupakan salah

syarat untuk memperoleh gelar doktor pada Sekolah Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada
1. Dr. Ir. Arief Daryanto, MEc selaku ketua komisi pembimbing, Prof. Dr. Ir.
Bunasor Sanim dan Prof. Dr. Ir. Hermanto Siregar, MEc sebagai anggota
komisi pembimbing yang telah secara intensif membimbing penulis mulai dari
perumusan masalah, penentuan model analisis, hingga penyajian hasil
penelitian.
2. Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA sebagai Ketua Program Studi Ilmu
Ekonomi Pertanian yang selalu memberikan motivasi untuk terus semangat
menyelesaikan studi serta staf sekretariat EPN (Sdri. Rubby dan Sdri. Yani)
yang selalu mengingatkan tahapan-tahapan dalam penyelesaian studi.
3. Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS staf pengajar Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas
Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor dan Dr. Ir. Dedi Budiman
Hakim, MSc Ketua Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan
Manajemen Institut Pertanian Bogor sebagai penguji luar komisi pada ujian

tertutup, yang telah memberikan kritik dan masukan bagi penyempurnaan
disertasi ini.
4. Dr. Ir. M. Fadhil Hasan, MSc peneliti senior pada Institute for Development of
Economics and Finance (INDEF) dan Dr. Ir. Heny K. Daryanto, MEc staf
pengajar Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor sebagi penguji luar komisi pada ujian terbuka, yang telah
memberikan kritik dan masukan bagi penyempurnaan disertasi ini.
5. Segenap direksi dan manajemen MB-IPB (Dr. Ir. Arief Daryanto, MEc, Prof.
Dr. Ujang Sumarwan, Dr. Ir. Noer Azam Achsani dan Ir. Idqan Fahmi, MEc)
yang telah mengijinkan penulis sekaligus memberikan dorongan untuk
mengikuti studi program Doktor pada program studi Ilmu Ekonomi Pertanian
IPB.
6. Istri tercinta Lidia Tri Putri, SS, MM dan anak-anak tersayang Luthfa Jamilah,
M. Luthfi Hendrawan, Lunadia Jamilah atas dorongan dan pengorbanannya
selama penulis menyelesaikan studi. Tidak lupa juga kepada ibunda tercinta
Hj. Siti Aisyah dan ibu mertua Hj. Yusna Nawi atas Doa dan pengorbanannya.
7. Rekan-rekan manajer MB-IPB (Ir. Yudi Setiadi, MM dan Tri Yudi Widayanti,
MM) dan staf di MB-IPB, terutama teman sejawat di Divisi Penelitian,
Pengembangan dan kemitraan yaitu Suhendi, Andin, Zenal, Gunawan, Retno,
dan Okty atas dukungan, bantuan dan pengertiannya selama dalam
menyelesaikan studi.

Lebih khusus kepada Sahabat Sejati Penulis yaitu

Saudaraku Drs. Yudha Herryawan Asnawi, MM yang selalu memberikan
energi hidup, inspirasi serta dukungan moral selama proses penyelesaian studi.

ii

8. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi EPN dari berbagai angkatan dan
khususnya kepada Dr. Yundi Hafizrianda sebagai teman diskusi dan sekaligus
membantu dalam pendalaman SNSE.
9. Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu yang telah membantu
penulis baik langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian studi.
Kepada semuanya, semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas budi baik
dan bantuan yang telah diberikan. Penulis menyadari bahwa dengan segala
keterbatasan yang dimiliki maka disertasi ini belumlah sempurna. Oleh karena
itu, segala kritik, masukan dan saran dari segala pihak sangat diharapkan penulis
untuk perbaikan disertasi ini.
Bogor,

Januari 2012

Dudi Setiadi Hendrawan

iii

iv

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 14 Februari 1970 dari ayah Abdul
Rosyid (Almarhum) dan Ibu Siti Aisyah yang merupakan putera kesembilan dari
sepuluh bersaudara. Penulis menikah dengan Lidia Tri Putri, SS., MM yang
dikaruniai 3 orang anak yaitu Luthfa Jamilah, M. Lutfi Hendrawan dan Lunadia
Jamilah.
Tahun 1989 penulis menyelesaikan sekolah dari SMA Negeri 5 Bandung
dan diterima langsung melalui program Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di
Institut Pertanian Bogor untuk mengikuti pendidikan sarjana. Tahun 1995, penulis
berhasil menyelesaikan pendidikan S-1 pada Jurusan Teknologi Industri Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Pada tahun yang sama,

penulis diterima

bekerja di Program Magister Manajemen Agribisnis IPB. Dua tahun kemudian,
pada tahun 1997 penulis diberi kesempatan untuk melanjutkan kuliah di Program
Magister Manajemen Agribisnis-IPB dan lulus pada tahun 2000.
Pada bulan Agustus 2005, penulis melanjutkan kuliah ke jenjang
pendidikan Doktor pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian Sekolah
Pascasarjana IPB. Saat ini penulis bekerja pada Program Pascasarjana Manajemen
dan Bisnis IPB (MB-IPB) sebagai manajer Divisi Penelitian, Pengembangan dan
Kemitraan. Selain itu, penulis juga mengajar di Program Pascasarjana Manajemen
dan Bisnis IPB serta sebagai peneliti dan konsultan pada beberapa instansi
pemerintah, BUMN dan Swasta.

v

vi

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xvii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xxi
I. PENDAHULUAN ....................................................................................

1

1.1. Latar Belakang ..................................................................................

1

1.2. Perumusan Masalah...........................................................................

7

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 14
1.4. Lingkup Penelitian ............................................................................ 15
1.5. Novelties ........................................................................................... 16
II. GAMBARAN UMUM KINERJA SEKTOR PERTANIAN DAN
PERPUPUKAN DI INDONESIA ............................................................. 17
2.1. Kinerja Sektor Pengguna Pupuk ........................................................ 17
2.1.1. Kinerja Tanaman Pangan Indonesia ....................................... 17
2.1.2. Kinerja Tanaman Perkebunan Indonesia ................................. 21
2.1.3. Kinerja Tanaman Hortikultura Indonesia ............................... 23
2.2. Kinerja Perpupukan di Indonesia ....................................................... 24
2.2.1. Pupuk Anorganik ................................................................... 24
2.2.2. Pupuk Organik ....................................................................... 27
2.2.3. Peran Industri Pupuk dalam Pembangunan Nasional .............. 32
2.2.4. Permasalahan Industri Pupuk ................................................. 32
2.2.4.1. Bahan Baku Pupuk…………………………. ............. 32
2.2.4.2. Harga, Distribusi dan Ekspor………………. ............. 37

vii

2.2.4.3. Pendanaan…………………………………… ............ 40
2.3. Anggaran Subsidi Pertanian .............................................................. 41
III. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 43
3.1. Pengertian Dasar Subsidi ................................................................... 43
3.1.1. Definisi Subsidi ...................................................................... 43
3.1.2. Subsidi Dalam Konteks Teori Mikroekonomi ......................... 44
3.1.3 Subsidi Dalam Konteks Teori Makroekonomi......................... 54
3.2. Kebijakan Subsidi Pupuk di Indonesia .............................................. 58
3.2.1. Dinamika Kebijakan Subsidi Pupuk.............................. ........... 58
3.2.2. Mekanisme Distribusi Pupuk dari Periode ke Periode. ............ 61
3.3. Subsidi Input Pertanian ..................................................................... 67
3.4. Tinjauan Studi Peranan Sektoral dalam Pereokomian……….. ........... 69
3.5. Tinjauan Studi Tentang Kebijakan Subsidi Pupuk………… .............. 72
3.6. Tinjauan Studi Tentang Penentuan Prioritas Alternatif
Keputusan dengan Menggunakan Metode Analytic Network
Process (ANP) .................................................................................. 86
IV. KERANGKA PEMIKIRAN ..................................................................... 93
4.1. Kerangka Pemikiran Penelitian.......................................................... 93
4.2. Distribusi Pendapatan ........................................................................ 101
4.3. Model SAM ...................................................................................... 107
4.3.1. Kerangka Dasar SAM ........................................................... 108
4.3.2. Analisis Pengganda SAM ...................................................... 114
4.3.3. Metode Structural Path Analysis (SPA) ................................. 119
4.3.4. Estimasi SAM dengan Metode Cross-Entropy ....................... 127
4.4. Analytic Network Process (ANP)....................................................... 129

viii

V. METODE PENELITIAN ......................................................................... 139
5.1. Waktu dan Kegiatan Penelitian ......................................................... 139
5.2. Analisis Data ..................................................................................... 139
5.3. Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 139
5.4. Pengolahan Data ............................................................................... 141
5.4.1. Data Tahapan Penyusunan dan Analisis Tabel Sistem
Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) ............................................. 141
5.4.2. Simulasi Kebijakan ................................................................ 152
5.4.3. Tahapan Analisis ANP............................................................ 154
5.4.4. Tahapan Analisis Pengambilan Keputusan dengan Metode
Bayes .................................................................................... 156
VI. STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN ANGKA PENGGANDA
SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI ................................................ 157
6.1. Struktur Nilai Tambah ...................................................................... 158
6.2. Struktur Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga ...................... 163
6.3. Struktur Penerimaan dan Pengeluaran Produksi ................................ 173
6.4. Analisis Angka Pengganda Sistem Neraca Sosial Ekonomi .............. 182
VII. PERANAN SEKTOR PUPUK DALAM PEREKONOMIAN................. 197
7.1. Peranan Langsung Sektor Pupuk Terhadap Nilai Tambah ................. 197
7.2. Peranan Sektor Pupuk dalam Distribusi Pendapatan ........................ 203
7.3. Analisis Jalur Struktural Sektor Pupuk.............................................. 222
7.4. Dampak Kebijakan Pembangunan Sektor Pupuk ............................. 231
7.4.1. Dampak Kebijakan Pembangunan Sektor Pupuk Terhadap
Perekonomian ......................................................................... 231
7.4.2. Disagregasi Dampak Kebijakan Pembangunan Sektor Pupuk
Terhadap Nilai Tambah ........................................................... 239

ix

7.4.3. Disagregasi Dampak Kebijakan Pembangunan Sektor Pupuk
Terhadap Pendapatan Rumah Tangga ...................................... 242
7.4.4. Disagregasi Dampak Kebijakan Pembangunan Sektor Pupuk
Terhadap Pendapatan Produksi ................................................ 246
7.5. Dampak Kebijakan Subsidi Pupuk terhadap Ketimpangan
Pendapatan ....................................................................................... 250
VIII. ANALISIS KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK: PENENTUAN POLA
SUBSIDI DAN SISTEM DISTRUBSI PUPUK ..................................... 257
8.1. Fase Konstruksi Framework/Model ............................................... 258
8.1.1. Klaster Kondisi Lingkungan ................................................. 258
8.1.2. Klaster Tujuan Subsidi .......................................................... 260
8.1.3. Klaster Peran Aktor .............................................................. 260
8.1.4. Klaster Jenis Subsidi ............................................................. 261
8.1.5. Klaster Faktor Kunci Sukses Keberhasilan Distribusi Pupuk
Bersubsidi ............................................................................. 262
8.1.6. Klaster Pola Subsidi dan Sistem Distribusi ........................... 262
8.2. Fase Kuantifikasi Framework/Model .............................................. 263
8.3. Fase Analisis Hasil ......................................................................... 266
8.3.1. Klaster Kondisi Lingkungan ................................................. 266
8.3.2. Klaster Tujuan Subsidi ......................................................... 267
8.3.3. Klaster Jenis Subsidi ............................................................. 269
8.3.4. Klaster Peran Aktor .............................................................. 271
8.3.5. Klaster Faktor Kunci Kebrhasilan Distribusi Pupuk .............. 275
8.3.6. Klaster Pola Subsidi dan Sistem Distribusi Pupuk ................. 276
8.4. Pemilihan Pola Subsidi Pupuk Berdasarkan ANP dan SNSE .......... 284
8.5. Implikasi Kebijakan ........................................................................ 286

x

8.5.1. Peningkatan Ketepatan dalam Menetapkan Alokasi Anggaran
Subsidi Berdasarkan Kebutuhan Pupuk dari Petani ..................... 287
8.5.2. Peningkatan Ketepatan Penyaluran Pupuk Bersubsidi ............ 289
8.5.3. Peningkatan Ketepatan Penggunaan Pupuk Bersubsidi ......... 290
8.5.4. Peningkatan Efisiensi Penggunaan Pupuk Anorganik Melalui
Penggunaan Pupuk Organik ........................................................ 291
8.5.5. Pengaturan Penyaluran Pupuk didasarkan pada Pupuk
Bersubsidi Sebagai Barang dalam Pengawasan ........................ 293
8.5.6. Peningkatan Pemantauan dan Pengawasan Pengadaan dan
Penyaluran Pupuk Bersubsidi ..................................................... 294
IX. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 297
9.1. Kesimpulan.......................................................................................... 297
9.2. Saran ................................................................................................... 299
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 301
LAMPIRAN .................................................................................................... 307

xi

xii

DAFTAR TABEL
Nomor
1.

Halaman

Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan
Usaha (Milyar Rupiah) ............................................................................

2

2.

Neraca Ekspor-Impor Indonesia 2006-2008 ............................................

3

3.

Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Indonesia ..........................

18

4.

Produksi Palawija di Indonesia, 2004-2010 (Juta Ton) ............................

18

5.

Produktivitas dan Luas Panen Kedelai dan Jagung, 2004-2010................

19

6.

Produksi Beberapa Tanaman Perkebunan Utama,
2004-2010 (Juta Ton).................................................................................

22

Perkembangan Luas Areal Beberapa Tanaman Perkebunan Utama,
2004-2010 (Juta Ha) ...............................................................................

22

8.

Perkembangan Produksi dan Luas Areal Tanaman Hortikultura ..............

23

9.

Kebutuhan Pupuk 2005-2010 (Ton/Tahun)...............................................

25

10. Konsumsi Pupuk Bersubsidi, 2003-2011 (Ton/Tahun) ............................

25

11. Perkembangan HET Pupuk, 1995-2010 (Rp/Kg) .....................................

26

12. Perkembangan Ekspor Pupuk Urea Indonesia, 2005-2010 (Ton) .............

27

13. Distribusi Anggaran Pertanian, 2005-2009 ..............................................

41

7.

14. Struktur Social Accounting Matrix (SAM) .............................................. 110
15. Skema Sederhana SAM .......................................................................... 112
16. Preferensi Skala Saaty’s 1–9 untuk AHP ................................................. 134
17. Daftar Responden Ahli ........................................................................... 140
18. Klasifikasi yang Akan Ditetapkan dalam Neraca Faktor Produksi SNSE
Tahun 2008 ............................................................................................ 142
19. Pembagian Kelompok Institusi ............................................................... 143

xiii

20. Neraca Aktivitas Sektor Produksi Hasil Agregasi Tabel I-O Indonesia
Tahun 2008 Hasil Updating...................................................................... 144
21. Neraca Eksogen Hasil Agregasi Tabel I-O Indonesia Tahun 2008 Hasil
Updating ................................................................................................. 144
22. Struktur Ekonomi Indonesia Berdasarkan Kajian Sistem Neraca Sosial
Ekonomi Tahun 2008 .............................................................................. 159
23. Distribusi Pendapatan Nilai Tambah Berdasarkan Kajian Sistem Neraca
Sosial Ekonomi Tahun 2008 (%) ............................................................. 161
24. Struktur Pendapatan Rumah Tangga Berdasarkan SNSE Tahun 2008 ..... 165
25. Struktur Pengeluaran Rumah Tangga Berdasarkan SNSE Tahun 2008 .... 168
26. Struktur Output Perekonomian Dirinci Menurut Sektor-Sektor Produksi
Berdasarkan SNSE Tahun 2008 ............................................................. 173
27. Sumber Pendapatan Sektor Produksi Berdasarkan SNSE Tahun 2008 .... 175
28. Struktur Pengeluaran Input Produksi Secara Sektoral Berdasarkan SNSE
Tahun 2008 ............................................................................................ 178
29. Dampak Pengganda Sektoral Berdasarkan Multiplier SNSE 2008 .......... 183
30. Alokasi Dampak Pengganda Sektor Produksi Dalam Neraca Aktivitas
Secara Proporsional (%) ......................................................................... 185
31. Dampak Pengganda Sektor Produksi Terhadap Pertambahan Pendapatan
Rumah Tangga ....................................................................................... 186
32. Dampak Pengganda Sektor Produksi Terhadap Nilai Tambah ................ 189
33. Multiplier Input-Output Berdasarkan SNSE 2008 ................................... 192
34. Struktur Nilai Tambah Sektor Pupuk dan Beberapa Sektor yang Terkait
Dirinci Menurut Komponennya Berdasarkan SNSE 2008........................ 198
35. Peranan Sektor Pupuk Terhadap Nilai Tambah dan Perbandingannya
dengan Beberapa Sektor yang Terkait Menurut SNSE 2008 ................... 199
36. Peranan Sektor Pupuk Terhadap Distribusi Pendapatan Faktorial,
Institusi, Produksi dan Total Output Berdasarkan Multiplier SNSE 2008 204
37. Peranan Sektor Pupuk Terhadap Distribusi Pendapatan Faktorial
Berdasarkan Multiplier Pendapatan Faktorial .......................................... 208
38. Peranan Sektor Pupuk Terhadap Distribusi Pendapatan Rumah Tangga,
Perusahaan dan Pemerintah Berdasarkan Multiplier Pendapatan Institusi 211

xiv

39. Peranan Sektor Pupuk Terhadap Distribusi Pendapatan Produksi
Berdasarkan Multiplier Pendapatan Sektor Produksi .............................. 218
40. Keterkaitan Antara Sektor Pupuk dan Sektor Pertanian Berdasarkan
Multiplier Produksi ................................................................................ 220
41. Jalur Struktural Sektor Pupuk Organik dalam Blok Faktor Produksi dan
Institusi .................................................................................................. 223
42. Dampak Kebijakan di Industri Pupuk, Infrastruktur, dan Pendapatan
Rumah tangga Tani Terhadap Total Pendapatan Nilai Tambah, Institusi
dan Produksi .......................................................................................... 232
43. Disagregasi Dampak Kebijakan Industri Pupuk, Infrastruktur dan
Pendapatan Rumah Tangga Tani Terhadap Nilai Tambah ...................... 239
44. Disagregasi Dampak Kebijakan Industri Pupuk, Infrastruktur dan
Pendapatan Rumah tangga Tani Terhadap Pendapatan Institusi .............. 243
45. Disagregasi Dampak Kebijakan Industri Pupuk, Infrastruktur dan
Pendapatan Rumah tangga Tani Terhadap Hasil Produksi Sektor-Sektor
Ekonomi ................................................................................................ 247
46. Hasil Simulasi Kebijakan Perpupukan, Infrastruktur dan Rumahtangga
Terhadap Ketimpangan Pendapatan ........................................................ 252
47. Kategori Ketimpangan Untuk Masing-Masing Distribusi Pendapatan....... 253
48. Besarnya Bobot dan Urutan Tingkat Kepentingan (Prioritas) Untuk
Masing-Masing Komponen-Komponen Pada Setiap Klaster ................... 265
49. Ringkasan Perbandingan Subsidi Tidak Langsung Versus Subsidi
Langsung ............................................................................................... 277
50. Matriks Keputusan Penilaian Terhadap Kebijakan Subsidi Pupuk Sesuai
dengan Metode Bayes ............................................................................ 285
51. Implikasi Kebijakan Subsidi Pupuk ......................................................... 287

xv

xvi

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1.

Produksi Pupuk Tahun 2005-2010 (Ton/Tahun) ......................................

24

2.

Pengaruh Pajak atau Subsidi.....................................................................

46

3.

Pengaruh Subsidi dengan Kurva Permintaan Inelastis…………………...

46

4.

Pengaruh Subsidi dengan Kurva Penawaran Elastis……………………. .

47

5.

Pengaruh Subsidi dengan Kurva Permintaan Elastis…………………….

47

6.

Pengaruh Subsidi dengan Kurva Penawaran Inelastis…………………..

48

7.

Pengaruh Subsidi Pupuk Terhadap Pasar Input, Jumlah Produksi Padi,
dan Pasar Output Beras ...........................................................................

52

Alokasi Belanja Subsidi Pemerintah Indonesia Menurut Jenis Tahun
2005-2010 ...............................................................................................

55

Dampak Subsidi Pupuk Terhadap Perekonomian Secara Teoritis ............

57

10. Jalur Distribusi Pupuk Sebelum Pencabutan Kebijakan Subsidi Pupuk ....

62

11. Jalur Distribusi Pupuk Sebelum dan Setelah Pencabutan Kebijakan
Subsidi Pupuk .........................................................................................

64

12. Jalur Distribusi Pupuk yang Ditetapkan Tim Interdepth, April, 2011 .......

65

13. Jalur Distribusi Pupuk Saat Ini...................................................................

65

14. Mekanisme Pengawasan Distribusi Pupuk...............................................

67

15. Kerangka Analisis Penelitian...................................................................

95

16. Kerangka Pemikiran Dampak Subsidi Pupuk Terhadap Perekonomian ...

98

8.
9.

17. Arus Uang Melalui Perekonomian........................................................... 102
18. Distribusi Pendapatan dengan Pendekatan Fungsional ............................. 104
19. Aliran Pendapatan dalam Perekonomian ................................................. 111
20. Proses Pengganda Antara Neraca Endogen SAM .................................... 117
21. Jalur Dasar .............................................................................................. 120
xvii

22. Jalur Sirkuit............................................................................................. 120
23. Jalur Dasar Termasuk Jalur Sirkuit .......................................................... 123
24. Jaringan Jalur Dasar dan Jalur Sirkuit yang Menghubungkan simpul i
dan j ....................................................................................................... 126
25. Perbedaan Hierarki dan Jaringan ............................................................. 131
26. Struktur Analitycal Network Process ....................................................... 133
27. Struktur dengan Tiga Level ..................................................................... 135
28. Proses Penyusunan SNSE 2008 ............................................................... 149
29. Algoritma Perhitungan Bobot dengan ANP ............................................. 155
30. Proporsi Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga untuk Komoditi Pangan
Hasil Pertanian dan Industri Dirinci Menurut Kelompok Rumah Tangga . 169
31. Proporsi Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga untuk Komoditi Pangan
dan Non Pangan Dirinci Menurut Kelompok Rumah Tangga ................. 170
32. Proporsi Pengeluaran Konsumsi Pangan dan Nonpangan pada Rumah
Tangga Berpendapatan Rendah, Sedang dan Tinggi ................................ 172
33. Sumber-Sumber Pendapatan Sektor Produksi Berdasarkan SNSE 2008 ... 176
34. Struktur Pengeluaran Sektor-Sektor Produksi Berdasarkan SNSE 2008 .. 179
35. Sektor-Sektor Kunci Dalam Perekonomian Indonesia Berdasarkan
Angka Pengganda Input-Output Pada SNSE 2008 .................................. 193
36. Struktur Biaya Input Sektor Pertanian Menurut SNSE 2008 ................... 202
37. Nilai Multiplier Pendapatan Rumah Tangga Pada Sektor Pupuk Organik
dan Sektor Pupuk Anorganik .................................................................. 213
38. Nilai Multiplier Pendapatan Rumah Tangga Buruh Tani dan Petani
Gurem Pada Sektor Pupuk, Pertanian dan Kontruksi .............................. 215
39. Alokasi Pupuk Bersubsidi di Sektor Pertanian Tahun 2011 ..................... 221
40. Jalur Struktural Pengaruh Subsidi Pupuk Organik Terhadap Tenaga
Kerja ...................................................................................................... 229
41. Jalur Struktural Pengaruh Subsidi Pupuk Organik Terhadap Rumah
Tangga ................................................................................................... 229
42. Framework Kebijakan Subsidi Pupuk di Indonesia ................................. 259

xviii

43. Framework ANP Untuk Kebijakan Subsidi Pupuk di Indonesia Pada
Software Superdecisions ........................................................................ 263
44. Salah Satu Contoh Bentuk Pairwise Comparison Untuk Penentuan Pola
Subsidi dan Sistem Distribusi Pupuk Berdasarkan Klaster Tujuan
Subsidi Pada Software Superdecisions ................................................... 264
45. Prioritas Klaster Environment ................................................................. 266
46. Prioritas Tujuan Subsidi ......................................................................... 268
47. Prioritas Jenis Subsidi ............................................................................. 269
48. Prioritas Peran Aktor .............................................................................. 273
49. Prioritas Klaster KSF Distribusi ............................................................. 276
50. Prioritas Klaster Pola Subsidi dan Sistem Distribusi Pupuk .................... 279

xix

xx

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1.

Kode SNSE tahun 2008 (Updating) ......................................................... 307

2.

SNSE 2008 (Updating) Hasil Disagregasi Sektor Pupuk Menjadi Pupuk
Organik dan Anorganik .......................................................................... 308

3.

Nilai Multiplier SNSE tahun 2008 (Updating) ......................................... 314

4.

Nilai Ketimpangan Pendapangan pendapatan Tenaga Kerja, Rumah
Tangga dan Sektor Produksi berdasarkan SNSE 2008 (UPDATING) ...... 319

5.

Kuesioner dan Matrik Komparasi Berpasangan untuk Gabungan Seluruh
Responden .............................................................................................. 320

xxi

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Dalam kearifan intelektual, usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat
Indonesia tidak mungkin terlepas dari pembangunan pertanian, karena sektor
tersebut sampai saat ini

masih menjadi prioritas utama kegiatan ekonomi

(Gumbira-Sa’id, 2006). Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang
berkontribusi besar dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Hal ini
didasarkan pada kontribusi sektor pertanian dalam pembentukan Produk Domestik
Bruto (PDB), penciptaan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat
dan perolehan devisa.
Kontribusi sektor pertanian termasuk perikanan dan kehutanan terhadap
PDB nasional dalam lima tahun terakhir adalah sebesar 13–14 persen. Kontribusi
sektor pertanian tersebut menempati urutan ketiga setelah sektor industri
pengolahan (27–28 persen) dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (14–16
persen). Bahkan pada tahun 2008 menempati urutan kedua setelah sektor industri
pengolahan. Kontribusi sektor pertanian terhadap PDB sebesar 13.7 persen pada
tahun 2007 dan meningkat menjadi 14.4 persen pada tahun 2008 seperti terlihat
pada Tabel 1.
Peranan besar yang dimiliki sektor pertanian dalam pertumbuhan PDB
memberikan sinyal positif bagi Indonesia untuk lebih serius dan secara konsisten
menerapkan revitalisasi pembangunan pertanian, jika pemerintah serius untuk
mengurangi kemiskinan, sekaligus menciptakan pertumbuhan dan lapangan
pekerjaan. Peran revitalisasi pertanian tidak hanya sebatas membangun kesadaran

2

pentingnya pertanian semata, tetapi juga terkait dengan adanya perubahan
paradigma pola pikir masyarakat yang memandang pertanian tidak hanya sekedar
bercocok tanam menghasilkan komoditas untuk dikonsumsi. Menurut Daryanto
(2009), sektor pertanian mempunyai efek pengganda (multiplier effect) yang besar
terkait dengan adanya keterkaitan ke depan dan ke belakang (forward and
backward linkages) dengan sektor-sektor lainnya, terutama industri pengolahan
dan jasa. Disamping itu, kontribusi sektor pertanian harus diartikan secara lebih
luas sebagai suatu kegiatan penciptaan nilai tambah mulai dari usahatani
(kandang) hingga makanan yang tersaji di atas meja (from farm to table business).
Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan
Usaha (Milyar Rupiah)
Lapangan Usaha
Pertanian, Peternakan,
Kehutanan & Perikanan
Pertambangan & Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas & Air Bersih
Konstruksi
Perdagangan, Hotel &
Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Real Estate & Jasa
Perusahaan
Jasa-jasa
Produk Domestik Bruto
Produk Domestik Bruto Tanpa
Migas

2004
329 124.6
(14.3)
205 252
(8.9)
644 342.6
(28.1)
23 730.3
(1.0)
151 247.6
(6.6)
368 555.9
(16.1)
142 292
(6.2)
194 410.9
(8.5)
236 870.3
(10.3)
2 295 826.2

2005
364 169.3
(13.1)
309 014.1
(11.1)
760 361.3
(27.4)
26 693.8
(1.0)
195 110.6
(7.0)
431 620.2
(15.6)
180 584.9
(6.5)
230 522.7
(8.3)
276 204.2
(10.0)
2 774 281.1

2006
433 223.4
(13.0)
366 520.8
(11.0)
919 539.3
(27.5)
30 354.8
(0.9)
251 132.3
(7.5)
501 542.4
(15.0)
231 523.5
(6.9)
269 121.4
(8.1)
336 258.9
(10.1)
3 339 216.8

2007*
541 592.6
(13.7)
441 006.6
(11.2)
1 068 653.9
(27.1)
34 724.6
(0.9)
305 215.6
(7.7)
589 351.8
(14.9)
264 264.2
(6.7)
305 213.5
(7.7)
399 298.6
(10.1)
3 949 321.4

2008**
713 291.4
(14.4)
543 363.8
(10.9)
1 380 731.5
(27.8)
40 846.7
(0.8)
419 321.6
8.5)
692 118.8
(14.0)
312 454.1
(6.3)
368 129.7
(7.4)
483 771.3
(9.8)
4 954 028.9

2 083 077.9

2 458 234.3

2 967 040.3

3 532 807.7

4 426 384.7

Sumber: BPS, 2008 (diolah)
Keterangan: Angka ( ) adalah persentase terhadap Total PDB
*Angka sementara
** Angka sangat sementara

3

Pada bulan Februari 2008, sektor p