Kerangka pemikiran tersebut menunjukkan adanya empat hubungan dasar. Pertama adalah hubungan antara total belanja publik atas kesehatan dengan
komposisinya. Apabila anggaran untuk kesehatan dialokasikan pada layanan publik yang memiliki dampak yang kecil atau sedikit dalam masyarakat luas maka
hubungannya akan melemah. Kemudian pada garis hubungan yang kedua merupakan penjabaran anggaran kedalam pelayanan masyarakat yang efektif.
Apabila pengeluaran pada sektor tersebut tidak tepat sasaran, maka pengeluaran tersebut dapat dikatakan sebagai indikator kurang baiknya penyediaan layanan
tersebut, walaupun penyediaan pelayanan tersebut sangat potensial. Pada hubungan yang ketiga, menunjukkan bagaimana jumlah penyediaan
layanan masyarakat yang efektif dipengaruhi oleh belanja publik. Apabila penyediaan barang publik tersebut melebihi penyediaan dari swasta maka efek
dari total dari penyediaan layanan kesehatan akan menurun. Hubungan yang terakhir adalah antara penyediaan layanan kesehatan baik publik maupun swasta
dengan peningkatan kesehatan masyarakat pada level individu. Benefit Incidence Analysis adalah alat analisis yang fokus terhadap
hubungan yang pertama, yaitu kepada siapa pemerintah memberikan manfaat layanan-layanan masyarakat yang bertujuan meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat miskin. Ketika menganalisis pengeluaran terhadap suatu fasilitas, maka dapat juga dihubungkan dengan hubungan yang kedua.
2.2 Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian-penelitian terdahulu yang digunakan sebagai refrensi adalah sebagai berikut :
1. Satya Adhi Hogantara 2011 meneliti tentang progresivitas Program BOS
untuk sekolah negeri di Kota Semarang. Hasil penelitian tersebut dapat dibandingkan dengan penelitian ini yang meneliti progresivitas Program
BOS untuk sekolah swasta di Kota Semarang. Kedua penelitian ini menggunakan metode analisis yang sama yaitu Benefit Incidence Analysis.
2. Hamid R. Davoodi 2010 yang meneliti program subsidi pendidikan dan
kesehatan di 56 negara di seluruh dunia dari tahun 1960 sampai dengan tahun 2000. Keterkaitannya dengan penelitian ini adalah penggunaan
Benefit Incidence Analysis sebagai metode penelitian. 3.
Janet S. Cuenca 2008 yang meneliti program subsidi pendidikan di Philipina tahun 2008 sampai dengan tahun 2009 untuk jenjang pendidikan
elementary education, secondary education, dan Technical and Vocational Education and Training TVET. Pada penelitian ini juga menggunakan
Benefit Incidence Analysis sebagai metode penelitian. 4.
Reuben Adelou Alabi 2010 meneliti mengenai pengeluaran publik di Nigeria untuk pendidikan dan kesehatan. Penelitian ini menggunakan
Benefit Incidence Analysis sebagai metode penelitian. Pengeluaran publik di Nigeria khususnya pada kesehatan dan pendidikan belum dapat
dikatakan sebagai kebijakan yang pro-poor karena pengeluaran publik di Nigeria lebih banyak untuk pembangunan infrastruktur.
5. Abdul Kadir Karding 2008 meneliti mengenai pelaksanaan Program
BOS untuk SMP negeri di Kota Semarang. penelitian ini menggunakan metode analisis Evaluasi Kualitatif Deskriptif. Dalam penelitian ini juga
ditemukan bahwa penggunaan dana BOS sebesar 30 untuk pembayaran tenaga honorer, 25 untuk belanja barang dan jasa, 20 untuk kegiatan
belajar mengajar, 15 untuk kegiatan kesiswaan dan 10 untuk pemeliharan gedung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pelaksanaan
program BOS di Kota Semarang pada dasarnya telah terlaksana dengan baik dan sesuai dengan buku panduan BOS.
6. Dr Nicola Theron meneliti mengenai distribusi manfaat pada sektor
kesehatan di Afrika Selatan dengan menggunakan Benefit Incidence Analysis sebagai metode penelitiannya. Hasil penelitian ini adalah
program pengeluaran publik di Afrika Selatan dapat dikatakan progresif karena masyarakat kalangan atas membayar lebih besar dari manfaat yang
mereka dapatkan dari pengeluaran publik tersebut sehingga memberi manfaat lebih untuk masyarakat golongan miskin yang membayar lebih
sedikit dibanding kan dengan golongan kaya. Rincian penelitian terdahulu mengenai Bantuan Operasional Sekolah dan
Benefit Incidence Analysis yang dijadikan refrensi dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Judul Penelitian
dan Nama Peneliti Metode
Penelitian Hasil Penelitian
1 Evaluasi
Bantuan Operasional
Sekolah di Kota Semarang Benefit
Incidence Analysis,
Satya Adhi
hogantara, 2011
Benefit Incidence
Analysis Penelitian ini menggunakan data
dari lima sekolah negeri, dimana distribusi
subsidi Bantuan
Operasional Sekolah
yang diberikan pemerintah merupakan
kebijakan yang pro-poor atau telah
memihak kepada
masyarakat miskin
karena
masyarakat miskin
tersebut menerima
distribusi manfaat
sebesar 28,2. 2
Benefit Incidence of Public
Education and
Health Spending
Worldwide: Evidence from a
New
Database, Hamid R. Davoodi,
Erwin R. Tiongson, Sawitree
Sachjapinan Asawanuchit, 2010
Benefit Incidence
Analysis Penelitian ini menggunakan data
56 negara dengan tahun 1960- 2000,
secara keseluruhan
pengeluaran pemerintah
pada sekor kesehatan dan pendidikan
dapat dikatakan pro-poor dan progresif.
3 Benefit
Incidence Analysis of Public
Spending on
Education in the Philippines,
Janet S. Cuenca, 2008
Benefit Incidence
Analysis Pengeluaran
pemerintah pada
sektor pendidikan dapat dikatakan progresif
karena keuntungan
paling besar telah diperoleh masyarakat yang paling miskin.
4 Marginal
Benefit Incidence Analysis
of Public Spending in Nigeria, Reuben
Adelou Alabi, 2010 Benefit
Incidence Analysis
Secara keseluruhan, pengeluaran publik di Nigeria tidak pro-poor,
pengeluaran publik lebih kepada infrastruktur
5 Evaluasi
Pelaksanaan Program
Bantuan Operasional
Sekolah BOS
Sekolah Menengah Pertama Negeri di
Kota Semarang,
Abdul Kadir
Karding, 2008 Evaluasi
Kualitatif Deskriptif
Pelaksanaan program BOS di Kota Semarang pada dasarnya
telah terlaksana dengan baik dan sesuai dengan buku panduan
BOS, tetapi masih belum dapat menjangkau seluruh siswa miskin
karena baru terlayani sekitar 20 - 25.
6 Financing
and Benefit
Incidence Analysis
in the
South African
Health Sysitem: An Alternative
View Finding Significant
Cross Subsisation in
the Health
Sysitem from Rich Benefit
Incidence Analysis
Program pengeluaran
publik afrika
selatan untuk
bidang kesehatan sudah bisa dikatan
progreseif karena
masyarakat kalangan atas membayar lebih
besar dari manfaat yang mereka dapatkan dari pengeluaran publik
tersebut
sehingga memberi
manfaat lebih untuk masyarakat golongan
miskin karena
to Poor, Dr Nicola Theron, Johann van
Eeden, Barry
Childs membayar lebih sedikit dibanding
kan dengan golongan kaya.
Sumber : Berbagai Penelitian
2.3 Kerangka Pemikiran