121
Irwan Abbas, 2014 ETNOPEDAGOGI ETNIK BUGIS MAKASSAR
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Kota Makassar merupakan salah satu kota tua yang ada di kepulauan Nusantara, karena selain kota ini telah meninggalkan sejarah panjang juga telah
mengalami perkembangan sosial dan budaya silih berganti hingga saat ini Bahrum, 2003: 28. Kini, kota Makassar adalah merupakan sebuah kota
metropolitan, berbagai suku bangsa menetap di kota ini, yang terdiri dari empat suku besar, yakni suku Makassar, Bugis, Toraja, dan Mandar. Selain itu juga
terdapat orang Jawa yang tidak sedikit, orang Ambon, Minangkabau, Banjar, Batak, dan suku bangsa lainnya. Bahkan ada pula masyarakat dari keturunan
Arab, Pakistan, India, Melayu, Cina, Eropa, dan bangsa asing lainnya. Di antara bangsa pendatang, komunitas keturunan CinaTionghoa yang jumlahnya cukup
besar Bahrum, 2003: 35.
2. Subyek Penelitian
Subjek penelitian adalah masyarakat etnik Bugis Makassar. Peneliti menjadikan pilihan komunitas Bugis Makassar yang ada di kota Makassar dengan
dasar pertimbangan kedua suku tersebut memiliki banyak kemiripan dalam berbagai hal. Berbagai kemiripan tersebut adalah suatu hal yang wajar karena
suku Bugis dan Makassar berasal dari leluhur yang sama, dan merupakan komunitas terbesar yang mendiami kota Makassar.
Suku Bugis dan Makassar sering dianggap suku paling menonjol, selain memiliki jumlah penduduk yang paling besar, mereka berperan penting
tidak hanya dalam politik juga dalam bidang sejarah dan budaya, selain itu juga memiliki kesamaan linguistik Gau, 2010: 77-78.
Seperti yang disebutkan di atas, kedua kelompok suku tersebut memiliki persamaan kebudayaan dan adat istiadat pangngadakkangpangngadderreng,
dan telah terjadi kawin-mawin antara kalangan kelas atas, begitu juga pada masyarakat biasa.
Subjek dalam penelitian ini melibatkan beberapa kelompok masyarakat yang terdiri dari: tokoh masyarakat, akademisi, guru sekolah, budayawan Bugis
Makassar dan orang tua siswa. Untuk mendapatkan subjek dalam penelitian ini, maka peneliti memulai berdiskusi dengan budayawan Unhas, Nurhayati Rahman,
kemudian selanjutnya menemui budayawan dan akademisi yang lain, yakni
122
Irwan Abbas, 2014 ETNOPEDAGOGI ETNIK BUGIS MAKASSAR
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Mahmud Tang, Aminuddin Ram, Suryadi Mappanggara, A.B. Takko Bandung, Gusnawaty Ery Iswara, Shaifuddin Bahrum, Ahmad Saransi, Suradi Yasil, dan
Muhtadin Asnady. Selain itu juga dijadikan subjek dalam riset ini adalah tokoh-tokoh
masyarakat yang tersebar di beberapa wilayah kota Makassar, yakni: kepala sekolah dan guru-guru IPS, serta para orang tua siswa dari SMPN 1, SMPN 8,
SMPN 23, SMPN 30, SMPN 35, dan SMP swasta Maha Putra Makassar dan SMP IT Wahdah Islamiyah. Dipilihnya para siswa dari SMP tersebut yakni mewakili
berbagai SMP yang ada di kota Makassar yang masuk dalam kategori SMP Unggulan dan SMP yang tidak termasuk kategori unggulan atau SMP biasa,
serta SMP swasta yang lokasinya ada yang berada di tengah kota dan ada pula yang berada di pinggiran kota Makssar.
B.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian disertasi ini dikategorikan penelitian kualitatif karena karena prosedur penelitian
yang ditempuh menghasilkan data deskriptif. Dalam riset ini, mengamati ucapan atau tulisan dan perilaku dari orang-orang subyek itu sendiri. Dalam Penelitian
ini juga mengkaji apa yang dirasakan oleh orang Bugis Makassar dalam pergulatan dengan masyarakat sehari-hari. Data dikumpulkan dalam kondisi yang
asli atau alamiah natural setting. Peneliti sebagai alat penelitian, artinya peneliti sebagai alat utama pengumpul data yaitu dengan metode pengumpulan data
berdasarkan pengamatan dan wawancara. Dalam penelitian ini diusahakan pengumpulan data secara deskriptif yang kemudian ditulis dalam laporan. Data
yang diperoleh dari penelitian ini berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka. Penelitian ini juga untuk mengetahui makna dari latar belakang tingkah laku atau
perbuatan dan menggambarkan kebudayaan Bugis Makassar. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
fenomenologi dan hermeneutika. Peneliti fenomenologis berusaha untuk memahmi makna tentang suatu fenomena berdasarkan perspektif dari para
partisipan. Penelitian ini untuk mengungkapkan dan menemukan makna dan
123
Irwan Abbas, 2014 ETNOPEDAGOGI ETNIK BUGIS MAKASSAR
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
hakikat dari suatu fenomena. Dalam penelitian ini, peneliti memandang pengalaman dan perilaku sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan metode fenomenologi karena fokus dan permasalahan kajian mengupas berkaitan
dengan makna yang terkandung dibalik teks dalam naskah lontaraq dan meneropong makna dibalik sikap dan perilaku orang Bugis Makassar. Singkatnya,
peneliti berusaha memahami subyek dari sudut pandang subyek itu sendiri, dan tidak mengabaikan membuat penafsiran, dan membuat skema konseptual.
Gambar 3.2: Alur Pemikiran Penelitian
EKSTRA KURIKULER
KEARIFAN LOKAL MANUSIA
BUGIS MAKASSAR
SEKOLAH TERTULIS
NASKAH LONTARAQ PAPPASENGPAPPASANG
KELUARGA
BUGIS MAKASSAR
MASYARAKAT BUGIS
MAKASSAR KOKURIKULER
ADAT ISTIADAT KESEHARIAN
PEMBELAJARAN IPS
TIDAK TERTULIS
INTEGRASI NILAI NILAI PAPPASENG
PAPPASANG
SENI PERTUNJUKAN DRAMA, SINRILIQ,
KECAPI
MUATAN LOKAL
PESERTA DIDIKREMAJA BUGIS MAKASSAR
124
Irwan Abbas, 2014 ETNOPEDAGOGI ETNIK BUGIS MAKASSAR
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Dalam penelitian ini, juga menggunakan metode hermeneutika. Metode ini digunakan untuk mengkaji, menganalisa, dan menginterpretasikan menafsirkan
kandungan nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam naskah lontaraq pappasêngpappasang.
C. Sumber Data Penelitian