D IPS 0908306 Chapter3

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian adalah Kota Makasar. Makassar adalah sebuah kota besar di wilayah Indonesia bagian Timur yang merupakan sebuah kotamadya dan sekaligus menjadi ibukota provinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis kota ini terletak antara 119 derajat bujur timur, dan 5,8 derajat lintang selatan atau berada pada bagian barat daya Pulau Sulawesi dengan ketinggian dari permukaan laut berkisar antara 0 - 25 m. Kota Makassar berada pada daerah khatulistiwa dan terletak di pesisir pantai Selat Makassar, maka suhu udara berkisar antara 26,5º C - 36º C, curah hujan antara 2.000 - 3.000 mm, dan jumlah hari hujan rata-rata 108 hari pertahun. Kecepatan angin 4,0 knot. Iklim di kota Makassar hanya mengenal dua musim, yakni musim penghujan dan musim kemarau.

Gambar 3.1: Peta kota Makassar

Musim penghujan berlangsung pada bulan Oktober sampai bulan April yang dipengaruhi muson barat - dalam bahasa Makassar disebut baraq, dan musim kemarau berlangsung dari bulan Mei sampai dengan September yang dipengaruhi


(2)

angin muson timur – dalam bahasa Makassar disebut timoroq. Pada musim kemarau, daerah Sulawesi Selatan pada umumnya sering muncul angin kencang yang kering dan dingin bertiup dari timur, yang disebut angin barubu (fohn).

Kota Makassar memiliki wilayah yang berbatasan dengan Selat Makassar di sebelah barat, dan berbatasan dengan Kabupaten Pangkajene Kepulauan di sebelah utara, berbatasan dengan Kabupaten Maros di sebelah timur dan berbatasan dengan Kabupaten Gowa di sebelah selatan. Luas wilayah kota Makassar tercatat 175,77 km persegi yang meliputi 14 kecamatan, 143 kelurahan dan 980 RW serta 4867 RT. Penduduk kota Makassar tahun 2011 tercatat sebanyak 1.352.136 jiwa yang terdiri dari 667.681 laki-laki dan 684.455 perempuan. Tempat peribadatan umat Islam berupa masjid pada 2011 berjumlah 849 buah, gereja protestan 137 dan delapan buah gereja katolik. Tempat ibadah untuk Budha empat buah, Hindu dua buah dan Konghucu lima buah. Pada tahun 2011/2012, jumlah SD sebanyak 462 unit dengan jumlah guru sebanyak 6.586 orang dan jumlah murid 152.200 orang; jumlah SLTP sebanyak 179 unit dengan jumlah murid sebanyak 61.107 orang dan jumlah SLTA 117 sekolah dengan 4.164 orang guru serta memiliki murid sebanyak 52.046 orang (http://ciptakarya.pu.go.id/ profil/profil/ timur/sulsel/makassar.pdf).

JUMLAH DESA/KELURAHAN MENURUT KECAMATAN DI KOTA MAKASSAR

Kode Wil Kecamatan Kelurahan RW RT

(1) (2) (2) (3) (4)

010 Mariso 9 47 246

020 Mamajang 13 56 238

030 Tamalate 10 69 369

031 Rappocini 10 37 139

040 Makassar 14 45 169

050 Ujung Pandang 10 57 257

060 Wajo 8 77 464

070 Bontoala 12 50 199

080 Ujung Tanah 12 90 473

090 Tallo 15 108 532

100 Pa’nakukang 11 105 505

101 Manggala 6 66 366

110 Biringkanaya 7 106 566

111 Tamalanrea 6 67 330

7371 MAKASSAR 143 980 4.867


(3)

Kota Makassar merupakan salah satu kota tua yang ada di kepulauan Nusantara, karena selain kota ini telah meninggalkan sejarah panjang juga telah mengalami perkembangan sosial dan budaya silih berganti hingga saat ini (Bahrum, 2003: 28). Kini, kota Makassar adalah merupakan sebuah kota metropolitan, berbagai suku bangsa menetap di kota ini, yang terdiri dari empat suku besar, yakni suku Makassar, Bugis, Toraja, dan Mandar. Selain itu juga terdapat orang Jawa yang tidak sedikit, orang Ambon, Minangkabau, Banjar, Batak, dan suku bangsa lainnya. Bahkan ada pula masyarakat dari keturunan Arab, Pakistan, India, Melayu, Cina, Eropa, dan bangsa asing lainnya. Di antara bangsa pendatang, komunitas keturunan Cina/Tionghoa yang jumlahnya cukup besar (Bahrum, 2003: 35).

2. Subyek Penelitian

Subjek penelitian adalah masyarakat etnik Bugis Makassar. Peneliti menjadikan pilihan komunitas Bugis Makassar yang ada di kota Makassar dengan dasar pertimbangan kedua suku tersebut memiliki banyak kemiripan dalam berbagai hal. Berbagai kemiripan tersebut adalah suatu hal yang wajar karena suku Bugis dan Makassar berasal dari leluhur yang sama, dan merupakan komunitas terbesar yang mendiami kota Makassar.

Suku Bugis dan Makassar sering dianggap suku paling menonjol, selain memiliki jumlah penduduk yang paling besar, mereka berperan penting tidak hanya dalam politik juga dalam bidang sejarah dan budaya, selain itu juga memiliki kesamaan linguistik (Gau, 2010: 77-78).

Seperti yang disebutkan di atas, kedua kelompok suku tersebut memiliki persamaan kebudayaan dan adat istiadat (pangngadakkang/pangngadderreng), dan telah terjadi kawin-mawin antara kalangan kelas atas, begitu juga pada masyarakat biasa.

Subjek dalam penelitian ini melibatkan beberapa kelompok masyarakat yang terdiri dari: tokoh masyarakat, akademisi, guru sekolah, budayawan Bugis Makassar dan orang tua siswa. Untuk mendapatkan subjek dalam penelitian ini, maka peneliti memulai berdiskusi dengan budayawan Unhas, Nurhayati Rahman, kemudian selanjutnya menemui budayawan dan akademisi yang lain, yakni


(4)

Mahmud Tang, Aminuddin Ram, Suryadi Mappanggara, A.B. Takko Bandung, Gusnawaty Ery Iswara, Shaifuddin Bahrum, Ahmad Saransi, Suradi Yasil, dan Muhtadin Asnady.

Selain itu juga dijadikan subjek dalam riset ini adalah tokoh-tokoh masyarakat yang tersebar di beberapa wilayah kota Makassar, yakni: kepala sekolah dan guru-guru IPS, serta para orang tua siswa dari SMPN 1, SMPN 8, SMPN 23, SMPN 30, SMPN 35, dan SMP swasta Maha Putra Makassar dan SMP IT Wahdah Islamiyah. Dipilihnya para siswa dari SMP tersebut yakni mewakili berbagai SMP yang ada di kota Makassar yang masuk dalam kategori SMP Unggulan dan SMP yang tidak termasuk kategori unggulan (atau SMP biasa), serta SMP swasta yang lokasinya ada yang berada di tengah kota dan ada pula yang berada di pinggiran kota Makssar.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian disertasi ini dikategorikan penelitian kualitatif karena karena prosedur penelitian yang ditempuh menghasilkan data deskriptif. Dalam riset ini, mengamati ucapan atau tulisan dan perilaku dari orang-orang (subyek) itu sendiri. Dalam Penelitian ini juga mengkaji apa yang dirasakan oleh orang Bugis Makassar dalam pergulatan dengan masyarakat sehari-hari. Data dikumpulkan dalam kondisi yang asli atau alamiah (natural setting). Peneliti sebagai alat penelitian, artinya peneliti sebagai alat utama pengumpul data yaitu dengan metode pengumpulan data berdasarkan pengamatan dan wawancara. Dalam penelitian ini diusahakan pengumpulan data secara deskriptif yang kemudian ditulis dalam laporan. Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka. Penelitian ini juga untuk mengetahui makna dari latar belakang tingkah laku atau perbuatan dan menggambarkan kebudayaan Bugis Makassar.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode fenomenologi dan hermeneutika. Peneliti fenomenologis berusaha untuk memahmi makna tentang suatu fenomena berdasarkan perspektif dari para partisipan. Penelitian ini untuk mengungkapkan dan menemukan makna dan


(5)

hakikat dari suatu fenomena. Dalam penelitian ini, peneliti memandang pengalaman dan perilaku sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan metode fenomenologi karena fokus dan permasalahan kajian mengupas berkaitan dengan makna yang terkandung dibalik teks dalam naskah lontaraq dan meneropong makna dibalik sikap dan perilaku orang Bugis Makassar. Singkatnya, peneliti berusaha memahami subyek dari sudut pandang subyek itu sendiri, dan tidak mengabaikan membuat penafsiran, dan membuat skema konseptual.

Gambar 3.2: Alur Pemikiran Penelitian

EKSTRA KURIKULER

KEARIFAN LOKAL MANUSIA

BUGIS MAKASSAR

SEKOLAH TERTULIS

NASKAH LONTARAQ PAPPASENG/PAPPASANG

KELUARGA BUGIS MAKASSAR

MASYARAKAT BUGIS MAKASSAR

KOKURIKULER

ADAT ISTIADAT KESEHARIAN

PEMBELAJARAN IPS

TIDAK TERTULIS

INTEGRASI NILAI NILAI PAPPASENG/

PAPPASANG

SENI PERTUNJUKAN DRAMA, SINRILIQ,

KECAPI MUATAN LOKAL


(6)

Dalam penelitian ini, juga menggunakan metode hermeneutika. Metode ini digunakan untuk mengkaji, menganalisa, dan menginterpretasikan (menafsirkan) kandungan nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam naskah lontaraq pappasêng/pappasang.

C. Sumber Data Penelitian

Sumber data penelitian, terdiri atas dua, yakni berupa data primer dan berupa data sekunder. Berikut ini penjelasannya:

1). Data Primer. Sumber data yang digunakan adalah naskah lontaraq yang aslinya berbahasa Bugis Makassar, namun dalam penelitian ini naskah lontaraq yang digunakan adalah naskah yang telah dikumpulkan oleh para filolog dan budayawan Bugis Makassar dan telah ditransliterasikan ke dalam bahasa Indonesia yang berisi tentang berbagai pesan-pesan/nasihat-nasihat dari para leluhur manusia Bugis Makassar.

Di antara buku-buku utama yang digunakan adalah buku yang ditulis dan telah ditransliterasikan oleh Enre dan kawan-kawan (1985), Pappasenna To Maccae ri Luwuq sibawa Kajao Laliqdong ri Bone; Mattalitti (1986), Pappasêng to Riolota Wasiat Orang Dahulu; Gani dan kawan-kawan (1990), Wasiat-Wasiat dalam Lontarak Bugis; Sikki dan kawan-kawan (1998), Nilai dan Manfaat Pappasêng dalam Sastra Bugis; dan Machmud (1976), Silasa Kumpulan Petuah Bugis Makassar; Zainuddin (1992), Pangngajak Tomatoa. Selain itu juga diperoleh melalui wawancara mendalam dan observasi partisipasi

2). Data sekunder, diperoleh dari buku-buku, tesis, disertasi, bulletin dan jurnal-jurnal ilmiah, serta berbagai dokumen lainnya yang relevan dan membahas mengenai nilai-nilai kearifan lokal Manusia Bugis Makassar. Di antara disertasi berbasis naskah lontaraq yang digunakan di sini adalah disertasi Nurhayati Rahman (1998), “Sompeqna Sawerigading Lao ri Tana Cina (Episode Pelayaran

Sawerigading ke Tanah Cina” disertasi ini telah dibukukan dan diterbitkan oleh La Galigo Press (2006) dengan judul Cinta, Laut, dan Kekuasaan dalam Epos La Galigo (Episode Pelayaran Sawerigading ke Tanah Cina: Perspektif Filologi dan Semiotik, tesis Nurhayati Rahman yang diterbitkan pada 2009, Kearifan


(7)

Lingkungan Hidup Manusia Bugis Berdasarkan Naskah Meong Mpaloe, Disertasi

Manyambeang (1997), “Lontaraqna Tuanta Salamaka ri Gowa Suatu Analisis rintisan Filolingistik”, disertasi Mattulada. (1985). Latoa Satu Lukisan Analitis terhadap Antropologi Politik Orang Bugis, disertasi Rahman Rahim, (1985). Nilai-Nilai Utama Kebudayaan Bugis dan beberapa jurnal di antaranya jurnal Bingkisan Bunga Rampai Budaya Sulawesi Selatan, serta jurnal yang relevan lainnya.

D. Teknik Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang dilakukan adalah meliputi studi kepustakaan, wawancara, dan observasi, serta studi dokumentasi yang berhubungan dengan materi penelitian.

Pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumen/pernaskahan, kajian pustaka, dan dokumentasi, wawancara mendalam (in depth interview), observasi partisipasi, yang dilakukan pada bulan Mei-Agustus 2012, pada masyarakat Bugis makassar dan beberapa sekolah yang tersebar di kota Makassar. Untuk menjamin keabsahan data yang ditemukan, maka peneliti melakukan triangulasi sehingga didapatkan gambaran yang obyektif tentang nilai-nilai pedagogik yang terkandung dalam naskah lontaraq pappasêng.

Langkah wawancara serta melakukan diskusi secara mendalam (in depth interview) dengan informan di lapangan pada bulan September 2012-Maret 2013 untuk mendapatkan informasi dan gambaran tentang pewarisan nilai-nilai kultural Bugis Makassar yang terkandung dalam naskah lontaraq. Adapun untuk melakukan pengintegrasian/penginternalisasian nilai-nilai pedagogik naskah lontaraq dalam pembelajaran IPS di sekolah, maka peneliti melakukan analisis terhadap kurikulum yang berlaku (saat penelitian berlangsung), dan kurikulum 2013, menyiapkan berbagai pertanyaan untuk melakukan wawancara serta observasi guna menggali nilai-nilai pedagogik dalam naskah lontaraq pappasêng


(8)

etnopedagogi ini nantinya dapat diimplementasikan dalam kurikulum lokal dan diintegrasikan dalam pembelajaran IPS di sekolah.

a. Studi Pustaka

Dalam penelitian ini, peneliti memulai dengan studi pustaka, yakni menelusuri berbagai sumber kepustakaan untuk menemukan bahan dan data yang berkaitan dan membahas nilai-nilai pedagogi yang terdapat dalam naskah lontaraq khususnya lontaraq pappasêng (Bugis)/pappasang (Makassar).

Pada studi pustaka, peneliti juga mengkaji beberapa hasil riset yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya, yang membahas nilai-nilai kearifan lokal dan dapat digunakan sebagai bahan ajar dalam pembelajaran IPS di SMP. Selain itu, peneliti juga memperhatikan hasil riset, saran, dan rekomendasi dari hasil penelitian, baik yang berupa tesis maupun dalam bentuk disertasi serta hasil penelitian relevan lainnya.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) sebagai pengaju/pemberi pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewer) sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan itu (Basrowi & Suwandi, 2008: 127). Dalam penelitian kualitatif berusaha mengetahui bagaimana responden memandang dunia dari segi perspektifnya, menurut pikiran

dan perasaannya. Informasi demikian disebut informasi “emik”. Selain keterangan “emik”, peneliti juga ingin mengetahui hal-hal tertentu yang dirasa penting menurut pertimbangannya sendiri. Untuk memperoleh keterangan itu ia mengajukan sejumlah pertanyaan dalam bentuk wawancara. Data yang

diperolehnya akan bersifat “etik”, yakni ditinjau dari pandangan peneliti

(Nasution, 1992: 71).

Wawancara mendalam dilakukan dalam konteks observasi partisipasi. Peneliti terlibat secara intensif dengan setting penelitian penelitian terutama pada keterlibatannya dalam kehidupan informan. Wawancara dalam penelitian kualitatif merupakan wawancara yang sifatnya mendalam. Stainback (1988)


(9)

mengemukakan bahwa, interviewing provide the researcher a means to gain a deeper understanding of how the participant interpret a situation or phenomenon than can be gained through observation alone. Jadi, dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak ditemukan melalui observasi (Satori & Komariah, 2009: 130).

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan interview (lihat lampiran) untuk mengetahui proses pewarisan nilai-nilai pedagogi dalam naskah lontaraq pappasêng/pappasang. Peneliti melakukan wawancara kepada siswa, guru, kepala sekolah, orang tua, dan tokoh masyarakat, serta para akademisi dan budayawan Bugis Makassar. Selain itu peneliti juga mengeksplorasi dari para informan tentang urgensi penanaman kembali nilai-nilai kearifan lokal yang berupa nasihat-nasihat/petuah-petuah yang bersifat pedagogi bagi generasi muda Bugis Makassar Peneliti melakukan interview pada akademisi dan budayawan untuk mengetahui segala hal yang berkaitan mengenai keberlangsungan proses pewarisan nilai-nilai tradisi Bugis Makassar kepada generasi muda saat ini, relevansi nilai-nilai yang terdapat dalam lontaraq pappasêng/pappasang untuk diajarkan kepada siswa di sekolah, keunggulan yang terdapat dalam lontaraq pappasêng/pappasang sebagai bahan kajian atau bahan ajar dalam pendidikan IPS, nilai-nilai yang terdapat dalam lontaraq pappasêng/pappasang yang diajarkan kepada siswa, dukungan kepada guru untuk menerapkan nilai-nilai dalam lontaraq pappasêng/pappasang khususnya guru IPS, cara mengintegrasikan nilai-nilai pedagogik dalam naskah lontaraq pappasêng/ pappasang pada bahan ajar pendidikan IPS di sekolah

Interview yang ditujukan pada kepala sekolah SMP yang diteliti adalah untuk mengetahui visi, misi dan tujuan sekolah, penerapan kurikulum KTSP, visi dan misi sekolah mengakomodir kearifan lokal budaya setempat, pembelajaran mata IPS terdapat ruang bagi nilai-nilai kearifan lokal yang ditanamkan kepada siswa, proses pewarisan nilai-nilai tradisi Bugis Makassar kepada generasi muda saat ini, pemahaman tentang lontaraq pappasêng/pappasang dalam budaya Bugis-Makassar, nilai-nilai yang terdapat dalam lontaraq pappasêng/pappasang


(10)

masih relevan untuk ditanamkan kepada siswa di sekolah, relevansi keunggulan yang terdapat dalam lontaraq pappasêng/pappasang sebagai bahan kajian atau bahan ajar dalam pendidikan IPS, nilai-nilai yang terdapat dalam lontaraq pappasêng/pappasang yang diajarkan kepada siswa, dukungan kepada guru untuk menerapkan nilai-nilai dalam lontaraq pappasêng/pappasang khususnya guru IPS. Adapun interview pada guru untuk mengetahui bidang studi yang ajarkan telah disesuaikan dengan kurikulum KTSP, pemahaman kurikulum KTSP, pelaksanaan kurikulum KTSP di sekolah sudah sesuai dengan juklak dan juknis yang ada, nilai-nilai moral yang terkandung dalam SK dan KD pada bidang studi. penanaman nilai-nilai tersebut kepada peserta didik, nilai-nilai tersebut sesuai dengan budaya Bugis Makassar, nilai-nilai kearifan lokal apa saja yang diketahui, nilai-nilai tersebut terakomodir dalam Standar Isi (SK dan KD), pengembangkan niali-nilai kearifan lokal, istilah lontaraq pappasêng/pappasang, proses pewarisan nilai-nilai tradisi Bugis Makassar kepada generasi muda saat ini, nilai-nilai yang terkandung dalam lontaraq pappasêng/pappasang masih relevan dengan perkembangan zaman sekarang ini, keunggulan yang terdapat dalam naskah lontaraq pappasêng/pappasang sebagai bahan kajian atau bahan ajar dalam pendidikan IPS, pengajaran dan penanaman nilai-nilai tersebut dalam pembelajaran yang dilakukan, pengintegrasikan nilai-nilai kearifan lokal ke dalam bidang studi IPS yang diajarkan, penyebab dekadensi moral yang dialami generasi muda bangsa Indonesia ini karena semakin jauh dari nilai-nilai moral kultural khususnya yang terdapat dalam kearifan lokal budaya setempat.

Interview pada orang tua dilakukan untuk mengetahui alasan menyekolahkan anaknya di sekolah yang dipilih, pengetahuan tentang visi dan misi sekolah tersebut, harapan terhadap sekolah dalam mendidik anaknya, nilai-nilai moral yang ditanamkan disekolah, proses pewarisan nilai-nilai-nilai-nilai tradisi Bugis Makassar kepada generasi muda saat ini, istilah lontaraq pappasêng/pappasang yang merupakan budaya Bugis-Makassar, keunggulan yang terdapat dalam naskah lontaraq pappasêng/pappasang sebagai bahan kajian atau bahan ajar dalam pendidikan IPS, tentang lontaraq pappasêng/pappasang, sekolah tersebut mengakomodir kearifan lokal yang terkandung dalam budaya Bugis-Makassar


(11)

seperti lontaraq pappasêng/pappasang pengintegrasian lontaraq pappasêng/ pappasang ke dalam kurikulum (standar isi) pada bidang studi-bidang studi di sekolah khususnya bidang studi IPS, kondisi demoralisasi pada generasi muda bangsa ini khususnya di kota Makassar, diakibatkan karena pesan-pesan moral yang ada dalam kearifan lokal budaya Bugis Makassar tidak/kurang dilirik lagi oleh sekolah-sekolah yang ada, peran orang tua, sekolah, dan masyarakat (tri pusat pendidikan) dalam menanamkan nilai-nilai yang terdapat dalam lontaraq pappasêng/pappasang kepada siswa.

Lain halnya pada murid interview dilakukan untuk mengetahui pemilihan sekolah sebagai tempat untuk menimba ilmu, visi dan misi sekolah yang dipilih, harapan kepada sekolah dan guru dalam mendidik para siswanya, nilai-nilai moral yang ditanamkan guru khususnya guru IPS, nilai-nilai apa saja yang diketahuinya, pengetahuan bahwa nilai-nilai tersebut diambil dari kearifan lokal budaya Bugis Makassar, proses pewarisan nilai-nilai tradisi Bugis Makassar kepada generasi muda saat ini, istilah lontaraq pappasêng/pappasang dalam budaya Bugis Makassar, pengetahuan tentang lontaraq pappasêng/pappasang, keunggulan yang terdapat dalam naskah lontaraq pappasêng/pappasang sebagai bahan kajian atau bahan ajar dalam pendidikan IPS, dalam pembelajaran IPS diajarkan nilai-nilai moral yang terkandung dalam lontaraq pappasêng/pappasang, pemahaman guru terhadap lontaraq pappasêng/pappasang, nilai-nilai (lontaraq pappasêng/ pappasang) diintegrasikan ke dalam bidang studi IPS yang dipelajari, cara guru mengintegrasikan, mengajarkan, dan menanamkan nilai-nilai (lontaraq pappasêng/pappasang) tersebut kepada siswa melalui Pendidikan IPS, pendapatnya tentang lontaraq pappasêng/pappasang.

c. Observasi

Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi participant observation (observasi berperan serta) dan non participant observation. Selanjutnya dari segi instrumentasi yang digunakan maka observasi dapat dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak terstuktur (Baswori & Suwandi, 2008: 106).


(12)

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan participant observation. Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat mana dari setiap perilaku yang tampak (Sugiyono, 2009: 310).

Observasi partisipan memiliki kelebihan terutama keterpercayaan data dan kelengkapannya karena dikumpulkan dari lingkungannya yang alami, demikian pula observasi partisipan memberikan kesempatan yang luas bagi peneliti sebagai anggota dalam masyarakat tersebut untuk mengamati aspek-aspek perilaku yang tersembunyi/tertutup dan dapat memahami perilaku individu-individunya dalam bentuk yang lebih mendalam dan dapat membaca makna-makna yang terlukis dari wajah-wajah individualnya dan dapat mendiskusikan topik-topik yang dirasakan tidak mungkin dilakukan oleh peneliti yang asing dari masyarakat yang dijauhinya (Emzir, 2010: 39-40).

Dalam memahami perilaku generasi muda Bugis Makassar yang merupakan objek dalam studi ini, peneliti tinggal menetap dan berada dalam lingkungan masyarakat Bugis Makassar, sehingga peneliti dapat mengkaji, mencermati, serta menganalisa dengan saksama segala aktifitas serta berbagai perilaku dari objek yang diteliti.

Dalam melakukan observasi di sekolah, peneliti melakukan tiga tahap, tahap pertama dilakukan untuk mendapatkan gambaran awal pemahaman para guru, khususnya guru yang mengajarkan IPS di SMP. Peneliti mendapatkan informasi global/umum tentang wawasan para guru IPS di SMP yang diobservasi. Dari observasi awal tersebut diketahui bahwa masih banyak guru yang belum memahami tentang adanya ruang dalam muatan lokal untuk pengajaran nilai-nilai dalam kearifan lokal. Observasi tahap kedua, peneliti mencari tahu penyebab dan kendala-kendala utama para guru, sehingga tidak memanfaatkan ruang dalam muatan lokal untuk pengajaran nilai-nilai luhur Bugis Makassar yang terdapat dalam lontaraq pappasêng/pappasang tersebut. Pada observasi tahap yang ketiga,


(13)

peneliti melakukan indepth interview (wawancara yang mendalam) terhadap para guru, siswa, dan kepala sekolah. Dari hasil interview tersebut peneliti mendapatkan data yang komprehensif yang dibutuhkan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini.

Peneliti juga melakukan observasi langsung pada masyarakat Bugis Makassar dengan cara mengamati dan menginterview dua potret keluarga, yakni diwakili oleh satu keluarga Bugis dan satu keluarga Makassar. Untuk lebih memperkaya pemahaman dan pengetahuan tentang pewarisan nilai, peneliti juga mengamati pada keluarga Bugis dan Makassar lainnya. Hal ini ditujukan untuk melihat sejauh mana nilai-nilai pappasêng/pappasang ini masih diterapkan pada keluarga Bugis Makassar saat ini atau nilai-nilai tersebut telah ditinggalkan sama sekali.

d. Studi Dokumentasi

Dokumentasi, dari asal katanya dokumen yang berasal dari bahasa Latin, yaitu docore, yang berarti mengajar. Dalam bahasa Inggris disebut document yaitu

“something written or printed, to be used as a record or evidence”, atau sesuatu tertulis atau dicetak untuk digunakan sebagai suatu catatan atau bukti (Satori & Komariah, 2009: 146).

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain.

Mengenai studi dokumen ini, Bogdan (Sugiyono, 2009: 329) menyatakan, “in most traditions of qualitative research, the phrase personal document is used broadly to refer to any first person narrative produced by an individual which sescribes his or her own actions, experience and belief”. Dokumen ini digunakan dalam hubungannya dengan atau mendukung wawancara dan observasi berperan serta. Dalam studi ini, peneliti menggunakan data dokumen yakni berupa foto-foto naskah lontaraq, baik yang ditulis dalam daun lontar asli maupun yang ditulis di


(14)

atas kertas. Berbagai foto naskah dan dokumen lontaraq, peneliti dapatkan pada Laboratorium Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Unhas Makassar dan kantor ARSIP Daerah Sulawesi Selatan. Adapun foto situs/artefak, peneliti dapatkan dengan memotret langsung di lapangan/lokasi penelitian.

Selain itu, peneliti juga melakukan studi dokumen terhadap kurikulum pembelajaran IPS di tingkat SMP, buku teks yang dipakai, serta berbagai perangkat pembelajaran untuk menentukan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang dipilih untuk mengintergrasikan nilai-nilai pedagogik dalam naskah lontaraq terhadap pembelajaran IPS di sekolah. Peneliti juga membandingkan dan menganalisis dokumen kurikulum 2013 yang akan dan sementara berlangsung/diterapkan di sekolah.

E. Pemeriksaan dan Uji Kredibilitas Data

Dalam upaya mendapatkan data yang kredibel, peneliti berupaya membaca berbagai literatur yang berhubungan dengan naskah lontaraq, khususnya lontaraq pappasêng/pappasang dan berbagai dokumen yang berhubungan dengan temuan di lapangan, selanjutnya mendiskusikannya dengan teman-teman sejawat serta pakar budaya Bugis Makassar yang sebagian besar menjadi akademisi di Universitas Hasanuddin. Hal ini dilakukan dalam rangka untuk mempertemukan dan untuk semakin memperluas pemahaman terhadap tema yang diteliti sehingga data yang ditampilkan yang merupakan temuan di lapangan betul-betul data yang dapat dipercaya dan bisa dipertanggungjawakan keshahihannya.

Dalam menguji keabsahan data peneliti menggunakan teknik triangulasi, yaitu pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Dalam penelitian naturalistik, bila data berasal hanya dari satu sumber, maka kebenarannya belum dapat dipercaya. Akan tetapi bila dua sumber atau lebih menyatakan hal yang sama, maka tingkat kebenarannya akan lebih tinggi (Nasution, 1992: 115).

Menurut Moloeng (2007: 330), triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data untuk


(15)

keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Denzin dalam Kuntjara (2006: 110), membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber-sumber yang berbeda, metode yang berbeda, pencari data yang berbeda, dan teori yang berbeda pula digunakan untuk mencek satu hasil penemuan yang sudah didapat apakah cukup kredibel atau dapat dipercaya.

Langkah-langkah yang ditempuh peneliti, dengan menggunakan triangulasi ini, adalah sebagai berikut: a). Riset dilakukan langsung di lapangan, sehingga betul-betul data yang dibutuhkan tentang kearifan lokal Manusia Bugis Makassar dapat dieksplorasi dengan baik; b). Peneliti melakukan observasi dan interview, yakni untuk menjaring data primer yang berkaitan dengan kesiapan sekolah dalam penerapan pembelajaran berbasis kearifan lokal yang terdapat dalam naskah lontaraq, sementara studi dokumentasi digunakan untuk menjaring data sekunder yang dapat diangkat dari berbagai dokumen tentang lontaraq pappasêng/pappasang; c). Data yang berbeda dari sumber sekunder dan sumber primer, ditempuh dengan cara triangulasi data yakni meng-cross check kebenarannya pada para guru, orang tua/tokoh masyarakat, akademisi dan pakar Budaya Bugis Makassar; d). Pemeriksaan data dilakukan dalam bentuk diskusi ilmiah bersama dengan rekan sejawat, para mahasiswa, para akademisi, pakar budaya Bugis Makassar dan dosen pembimbing disertasi; e). Kajian terhadap hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya yang membahas seputar kearifan lokal di daerah lain dapat dijadikan sebuah bandingan dan evaluasi keabsahan data, sehingga dapat menjadi pijakan untuk membangun sebuah teori, generalisasi atau dalil-dali baru; f). Hasil deskripsi terhadap kebudayaan Manusia Bugis Makassar yang terdapat dalam lontaraq pappasêng/pappasang, mampu memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian, dan dapat menarik suatu kesimpulan akhir, serta memberikan rekomendasi-rekomendasi.


(16)

F. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan (Sugiyono, 2009: 336). Analisis (sebagai antonim dari sintesis) merujuk pada mekanisme pengkajian atas bagian-bagian serta keterkaitan antarbagian itu. Dengan demikian, kerja analisis mempersyaratkan identifikasi bagian-bagian terlebih dahulu. Namun, pemaknaan analisis hanya mungkin bilamana ada upaya menghubungkannya satu sama lain (Alwasilah, 2003: 67).

a. Analisis Isi (Content Analysis)

Semula, analisis konten banyak digunakan pada penelitian kuantitatif yang menghendaki deskripsi objektif dan sistematik. Dalam perkembangan selanjutnya analisis konten juga bisa dimanfaatkan untuk menganalisis data pada penelitian kualitatif, karena penelitian ini lebih banyak mengungkap ihwal pesan sebuah fenomena dan cara pengungkapan pesan itu sendiri. Hal ini berarti, penelitian budaya yang penuh dengan proses komunikasi dan pesan, boleh saja memanfaatkan analisis konten (Endraswara, 2006: 81). Sebagaimana yang disebutkan pada bab sebelumnya, Ibrahim (ed.), (2009: 97) mengutip pendapat Holsti (1968), yang menyebutkan bahwa analisis isi merupakan sembarang teknik penelitian yang ditujukan untuk membuat kesimpulan dengan cara mengidentifikasi karakteristik tertentu pada pesan-pesan secara sistematis dan objektif

Pada penelitian kualitatif, terutama dalam strategi verifikasi kualitatif, teknik analisis data ini dianggap sebagai teknik analisis data yang sering digunakan. Content analysis berangkat dari anggapan dasar dari ilmu-ilmu sosial bahwa studi tentang proses dan isi komunikasi adalah dasar dari studi-studi ilmu sosial (Bungin, 2005: 84). Menurut Eriyanto (2011: 10-11). Analisis isi adalah metode ilmiah untuk mempelajari dan menarik kesimpulan atas suatu fenomena dengan memanfaatkan dokumen (teks). Penggunaan analisis isi ini terdapat dalam tiga aspek.


(17)

Pertama, analisis isi ditempatkan sebagai metode utama. Kedua, analisis isi dipakai sebagai salah satu metode saja dalam penelitian. Peneliti menggunakan banyak metode (survei, eksperimen) dan analisis isi menjadi salah satu metode. Ketiga, analisis isi dipakai sebagai bahan pembanding untuk mengkaji kesahihan dari kesimpulan yang telah didapat dari metode lain. Peneliti telah memperoleh data yang diperoleh dari metode lain (survei, eksperimen dan sebagainya) dan menggunakan analisis isi untuk mengecek apakah kesimpulan yang dibuat oleh peneliti sahih atau tidak – dalam hal ini didukung oleh temuan dalam analisis isi.

Analisis konten adalah membuat inferensi sebuah pesan fenomena budaya. Hal ini lebih banyak ke arah kajian simbolik pesan budaya itu sendiri. Tanpa membuat inferensi yang jelas, peneliti akan kesulitan memahami dampak pesan itu senidri. Itulah sebabnya analisis konten boleh dikatakan salah satu ragam penelitian budaya yang dimungkinkan menghasilkan inferensi valid. Bahkan hasilnya pun kelak dapat diteliti ulang (Endraswara, 2006: 81).

Gambar 3.2: Teknik Content Analysis

Kajian Kluckhohn (Liliweri, 2001: 64) memaparkan aspek-aspek nilai yang perlu diungkap dalam analisis konten, yaitu: (1) nilai yang berhubungan dengan sifat dasar manusia, yaitu orientasi nilai tentang kejahatan dan kebaikan; (2) nilai yang berkaitan antara relasi manusia dengan alam; (3) nilai yang berhubungan dengan waktu, yaitu nilai masa lalu, kini, dan akan datang; (4) nilai rata-rata aktivitas manusia, yaitu nilai yang menjadikan manusia bermutu atau tidak; (5) nilai yang berhubungan dengan relasi individu dengan kelompok.

Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam menelaah kandungan lontaraq adalah, pertama-tama peneliti mengumpulkan berbagai buku yang merupakan hasil transliterasi para filolog dan ahli bahasa Bugis Makassar yang berkaitan dengan lontaraq, Langkah selanjutnya, peneliti memilih dari sekian buku yang membahas lontaraq, peneliti memilih lontaraq pappasêng/pappasang. Hal ini didasari karena kandungan yang terdapat dalam lontaraq

Menemukan lambang/simbol

Klasifikasi data berdasarkan lambang/

simbol

Prediksi/ Menganalisa Data


(18)

pappasêng/pappasang sangat kaya akan berbagai nilai pedagogik yang dapat dijadikan bahan ajar, khususnya dalam local content dalampembelajaran IPS.

Langkah selanjutnya, peneliti mengkategorisasikan berbagai nilai yang ada berdasarkan kandungan pesan yang terdapat di dalamnya. Nilai-nilai tersebut meliputi, nilai yang berhubungan dengan Tuhan; nilai yang berhubungan dengan diri sendiri; nilai yang berhubungan dengan sesama; nilai yang berhubungan dengan lingkungan; nilai yang berhubungan dengan kebangsaan.

b. Analisis Domain

Analisis domain dilakukan untuk memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh dari obyek/penelitian secara umum atau di tingkat permukaan, namun relatif utuh tentang obyek penelitian tersebut (Bungin, 2005: 85), ditemukan berbagai domain atau kategori. Langkah selanjutnya, analisis taksonomi. Domain yang dipilih tersebut selanjutnya dijabarkan menjadi lebih rinci, untuk mengetahui struktur internalnya. Selanjutnya, analisis komponensial. Mencari ciri spesifik pada setiap struktur internal dengan cara mengkontraskan antarelemen. Terakhir, analisis tema kultural. Mencari hubungan di antara domain, dan bagaimana hubungan dengan keseluruhan, dan selanjutnya dinyatakan ke dalam suatu tema/judul (Sugiyono, 2010: 349).

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan langkah-langkah analisis terhadap naskah lontaraq dengan dua cara di atas, yakni peneliti menganalisis dengan seksama isi atau kandungan dari naskah lontaraq pappasêng/pappasang yang ada. Untuk menganalisis isi dari naskah lontaraq, peneliti melakukan dengan teknik analisis taksonomik (Bungin, 2005: 89). Peneliti mencari tahu nilai-nilai pendidikan IPS yang terdapat dalam naskah lontaraq pappasêng, kemudian memberikan kategorisasi. Setelah berbagai pesan dalam pappasêng/pappasang tersebut dikategorisasikan, peneliti melakukan penafsiran secara hermeneutik, maksud dan makna yang terkandung dibalik pesan-pesan atau nasihat-nasihat tersebut.

Langkah selanjutnya peneliti menghubungkan kondisi realitas yang merupakan hasil pengamatan kondisi masyarakat Bugis Makassar saat ini dan


(19)

membandingkan dengan hal-hal yang idealitas yang seharusnya yang pernah ada seperti yang terkandung dalam nilai-nilai dalam naskah lontaraq pappasêng/pappasang. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan pemahaman, sejauh mana nilai-nilai yang pernah ada tersebut, masih tertanam atau telah ditinggalkan, bahkan mungkin telah dilupakan oleh para generasi muda dan masyarakat Bugis Makassar saat ini.

G. Proses Jalannya Penelitian

Pertama-tama langkah yang ditempuh oleh peneliti dalam penelitian ini adalah melakukan studi awal/observasi awal. Studi ini dilakukan untuk

menetapkan tema penelitian. Tema yang dipilih adalah “Etnopedagogik Etnik Bugis Makassar”. Tema ini sengaja dipilih berdasarkan sumber-sumber yang merupakan hasil riset terdahulu, baik berupa tesis maupun disertasi, berbagai dokumen yang relevan, serta hasil penelitian yang berhubungan dengan kearifan lokal. Setelah penentuan tema, maka langkah selanjutnya adalah menentukan

fokus penelitian. Fokus penelitian adalah “Studi Penelusuran Nilai-Nilai Pedagogik pada Naskah Lontaraq sebagai Pengembangan Bahan Ajar Pendidikan IPS di Sekolah”.

Studi awal sengaja dilakukan selain untuk memfokuskan inkuiri yang terdapat di lapangan, studi awal juga diharapkan dapat membantu untuk melakukan mapping penelitian. Pemetaan meliputi lokasi penelitian dan subjek penelitian. Pemetaan memiliki fungsi sebagai pengenalan terhadap kondisi lapangan. Pemahaman tentang lapangan dan subjek penelitian diharapkan dapat membangun suatu hubungan yang baik antara peneliti dan subjek yang diteliti. Rapport membantu keberadaan peneliti dapat diterima dengan baik oleh subjek penelitian sehingga dapat melakukan in depth interview (wawancara mendalam).

Seluruh data awal yang berhasil dikumpulkan dari kegiatan studi awal/observasi awal dijadikan bahan dalam penulisan proposal disertasi. Setelah proposal dipresentasikan dan mendapatkan persetujuan dari para penguji proposal dan ketua program studi IPS, ditandai dengan dikeluarkannya SK Promotor/Pembimbing disertasi oleh Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas


(20)

Pendidikan Indonesia, langkah selanjutnya adalah peneliti mulai mempersiapkan segala hal dan persyaratan yang berkaitan dengan masalah persuratan atau administrasi.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan metode fenomenologi karena fokus dan permasalahan kajian mengupas berkaitan dengan makna yang terkandung dibalik teks lontaraq untuk menelusuri nilai-nilai pedagogik/pendidikan pada masyarakat Bugis Makassar yang terdapat dalam naskah lontaraq sebagai sebuah pranata yang mengatur, mengendalikan dan memberi arah aktifitas kehidupan mereka.

Sumber data dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu data primer dan data sekunder. Data Primer adalah merupakan data yang dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya yakni dari naskah lontaraq sebagai sumber utama, dan para tokoh adat, serta ahli budaya sebagai informannya. Adapun data sekunder adalah merupakan data-data yang berupa naskah pendukung, dokumen yang relevan dengan pokok penelitian, baik itu berupa dokumen resmi maupun yang tidak resmi.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara, mengkaji dan menelaah naskah lontaraq yang telah ditansliterasi (diterjemahkan) ke dalam bahasa Indonesia, selanjutnya mengklasifikasikan nilai-nilai pedagogik masyarakat Bugis Makassar yang terkandung di dalamnya, dengan cara analisis konten dan domain, yakni dokumen yang telah dikategorisasikan tersebut kemudian dianalisis isinya, yaitu memeriksa dokumen secara sistematik dan objektif bentuk-bentuk komunikasinya yang tertuang secara tertulis. Selanjutnya, domain/kategori yang dipilih tersebut dijabarkan secara lebih rinci untuk mengetahui struktur internalnya.

Setelah mendapatkan pemahaman tentang nilai-nilai pedagogik yang terdapat dalam lontaraq, peneliti dibantu dengan rekan peneliti mencari informasi kondisi di lapangan, apakah nilai-nilai pedagogik yang terdapat dalam lontaraq diajarkan di persekolahan atau tidak. Sekolah yang diteliti adalah SMPN 1, SMPN 8, SMPN 23, SMPN 30, SMPN 35, dan SMP swasta Maha Putra Makassar dan SMP IT Wahdah Islamiyah. Pemilihan beberapa sekolah dari SMP yang ada di


(21)

kota Makassar mewakili berbagai SMP yang ada, baik SMP yang berstatus unggulan, dan yang tidak termasuk kategori unggulan (atau SMP biasa), serta SMP swasta yang lokasinya berada di tengah kota dan di pinggiran kota Makssar. Peneliti melakukan wawancara kepada kepala sekolah dan guru-guru IPS, serta para orang tua siswa dari SMP-SMP tersebut.

Peneliti juga melakukan pengamatan terlibat (observasi partisipan) dengan jalan ikut serta dalam kehidupan bermasyarakat di lingkungan masyarakat Bugis Makassar dilengkapi dengan wawancara mendalam (in deepth interview) terhadap anggota masyarakat setempat yang dipilih sebagai informan secara acak berkenaan dengan pewarisan nilai-nilai budaya Bugis Makassar kepada generasi muda serta pandangan mereka tentang dunianya. Pengamatan terlibat ini bertujuan untuk mengetahui tradisi pewarisan nilai-nilai pedagogik pada masyarakat Bugis Makassar dan untuk mengetahui relevansinya dengan kehidupan modern masyarakat Bugis Makassar. Untuk lebih memahami secara mendalam tentang proses pewarisan nilai pada komunitas Bugis Makassar, peneliti memilih dan mengamati dua keluarga, yang terdiri dari satu keluarga Bugis dan satu keluarga Makassar. Untuk lebih memperluas pemahaman dan pengetahuan tentang pewarisan nilai pada keluarga Bugis Makassar, peneliti juga mengamati dan melakukan wawancara pada keluarga lainnya.

Informasi-informasi yang diperoleh pada dua kegiatan di atas kemudian diujisilangkan (cross check) secara triangulasi, sehingga akan diperoleh data yang benar-benar mencerminkan atau mewakili pandangan kolektif masyarakat Bugis Makassar di kota Makassar. Triangulasi dilakukan kepada para tokoh masyarakat atau tokoh adat Bugis dan tokoh adat Makassar dan pada para ahli/akademisi yang memahami budaya Bugis Makassar, dalam hal ini adalah para dosen di Universitas Hasanuddin. Peneliti juga berdiskusi dengan para budayawan dan beberapa tokoh masyarakat Bugis dan Makassar lainnya.

Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih luas terhadap hasil penelitian, langkah yang ditempuh selanjutnya adalah peneliti membandingkan dengan berbagai hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya yang


(22)

membahas seputar kearifan lokal di daerah lain. Hal tersebut dilakukan agar dapat dijadikan sebagai sebuah evaluasi keabsahan data.

Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian dapat dilakukan. Sajian ini merupakan rakitan kalimat yang disusun secara logis dan sistematis, sehingga bila dibaca, akan mudah difahami berbagai hal yang terjadi dan memungkinkan peneliti untuk berbuat sesuatu pada analisis atau pun tindakan lain berdasarkan pemahamannya tersebut.

Untuk mendapatkan simpulan tentang etnopedagogik Bugis Makassar yang cukup mantap dan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan, dilakukan aktivitas pengulangan yang bertujuan sebagai pemantapan, penelusuran data kembali dengan cepat catatan lapangan. Verifikasi dilakukan dengan cara

Gambar 3.3:

Skema Alur Studi/Penelitian

Studi

Awal

Fokus Studi Kesimpulan

dan Saran Pemeriksaan &

Keabsahan Data Data

Temuan Nilai-Nilai Pedagogik

Analisis Data: Hermeneutik Analisis Content & Domain Hasil Studi Proses Penelitian: Studi

Pustaka,Wawancara, Observasi, Studi Dokumen

Masalah & Perumusan Masalah

Analisis Data


(23)

berdiskusi dengan ahli budaya/akademisi dan tokoh masyarakat Bugis Makassar, serta saling berdiskusi antarteman. Selanjutnya semua data yang ada diinterpretasikan. Analisis data dan interpretasi dilakukan sejak awal pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, verifikasi. Hasil analisis data dan interpretasi selanjutnya ditulis dengan sistimatis dalam laporan penelitian. Teks yang disusun secara sistematis merupakan deskripsi Nilai-Nilai Pedagogik Etnik Bugis Makassar, mampu memberikan jawaban atas pertanyaan penelitian, dan dapat menarik suatu kesimpulan, serta memberikan saran dan rekomendasi.


(1)

pappasêng/pappasang sangat kaya akan berbagai nilai pedagogik yang dapat dijadikan bahan ajar, khususnya dalam local content dalampembelajaran IPS.

Langkah selanjutnya, peneliti mengkategorisasikan berbagai nilai yang ada berdasarkan kandungan pesan yang terdapat di dalamnya. Nilai-nilai tersebut meliputi, nilai yang berhubungan dengan Tuhan; nilai yang berhubungan dengan diri sendiri; nilai yang berhubungan dengan sesama; nilai yang berhubungan dengan lingkungan; nilai yang berhubungan dengan kebangsaan.

b. Analisis Domain

Analisis domain dilakukan untuk memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh dari obyek/penelitian secara umum atau di tingkat permukaan, namun relatif utuh tentang obyek penelitian tersebut (Bungin, 2005: 85), ditemukan berbagai domain atau kategori. Langkah selanjutnya, analisis taksonomi. Domain yang dipilih tersebut selanjutnya dijabarkan menjadi lebih rinci, untuk mengetahui struktur internalnya. Selanjutnya, analisis komponensial. Mencari ciri spesifik pada setiap struktur internal dengan cara mengkontraskan antarelemen. Terakhir, analisis tema kultural. Mencari hubungan di antara domain, dan bagaimana hubungan dengan keseluruhan, dan selanjutnya dinyatakan ke dalam suatu tema/judul (Sugiyono, 2010: 349).

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan langkah-langkah analisis terhadap naskah lontaraq dengan dua cara di atas, yakni peneliti menganalisis dengan seksama isi atau kandungan dari naskah lontaraq pappasêng/pappasang

yang ada. Untuk menganalisis isi dari naskah lontaraq, peneliti melakukan dengan teknik analisis taksonomik (Bungin, 2005: 89). Peneliti mencari tahu nilai-nilai pendidikan IPS yang terdapat dalam naskah lontaraq pappasêng, kemudian memberikan kategorisasi. Setelah berbagai pesan dalam pappasêng/pappasang

tersebut dikategorisasikan, peneliti melakukan penafsiran secara hermeneutik, maksud dan makna yang terkandung dibalik pesan-pesan atau nasihat-nasihat tersebut.

Langkah selanjutnya peneliti menghubungkan kondisi realitas yang merupakan hasil pengamatan kondisi masyarakat Bugis Makassar saat ini dan


(2)

membandingkan dengan hal-hal yang idealitas yang seharusnya yang pernah ada seperti yang terkandung dalam nilai-nilai dalam naskah lontaraq

pappasêng/pappasang. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan pemahaman, sejauh mana nilai-nilai yang pernah ada tersebut, masih tertanam atau telah ditinggalkan, bahkan mungkin telah dilupakan oleh para generasi muda dan masyarakat Bugis Makassar saat ini.

G. Proses Jalannya Penelitian

Pertama-tama langkah yang ditempuh oleh peneliti dalam penelitian ini adalah melakukan studi awal/observasi awal. Studi ini dilakukan untuk

menetapkan tema penelitian. Tema yang dipilih adalah “Etnopedagogik Etnik Bugis Makassar”. Tema ini sengaja dipilih berdasarkan sumber-sumber yang merupakan hasil riset terdahulu, baik berupa tesis maupun disertasi, berbagai dokumen yang relevan, serta hasil penelitian yang berhubungan dengan kearifan lokal. Setelah penentuan tema, maka langkah selanjutnya adalah menentukan

fokus penelitian. Fokus penelitian adalah “Studi Penelusuran Nilai-Nilai Pedagogik pada Naskah Lontaraq sebagai Pengembangan Bahan Ajar Pendidikan IPS di Sekolah”.

Studi awal sengaja dilakukan selain untuk memfokuskan inkuiri yang terdapat di lapangan, studi awal juga diharapkan dapat membantu untuk melakukan mapping penelitian. Pemetaan meliputi lokasi penelitian dan subjek penelitian. Pemetaan memiliki fungsi sebagai pengenalan terhadap kondisi lapangan. Pemahaman tentang lapangan dan subjek penelitian diharapkan dapat membangun suatu hubungan yang baik antara peneliti dan subjek yang diteliti.

Rapport membantu keberadaan peneliti dapat diterima dengan baik oleh subjek penelitian sehingga dapat melakukan in depth interview (wawancara mendalam).

Seluruh data awal yang berhasil dikumpulkan dari kegiatan studi awal/observasi awal dijadikan bahan dalam penulisan proposal disertasi. Setelah proposal dipresentasikan dan mendapatkan persetujuan dari para penguji proposal dan ketua program studi IPS, ditandai dengan dikeluarkannya SK Promotor/Pembimbing disertasi oleh Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas


(3)

Pendidikan Indonesia, langkah selanjutnya adalah peneliti mulai mempersiapkan segala hal dan persyaratan yang berkaitan dengan masalah persuratan atau administrasi.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan metode fenomenologi karena fokus dan permasalahan kajian mengupas berkaitan dengan makna yang terkandung dibalik teks lontaraq untuk menelusuri nilai-nilai pedagogik/pendidikan pada masyarakat Bugis Makassar yang terdapat dalam naskah lontaraq sebagai sebuah pranata yang mengatur, mengendalikan dan memberi arah aktifitas kehidupan mereka.

Sumber data dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu data primer dan data sekunder. Data Primer adalah merupakan data yang dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya yakni dari naskah lontaraq sebagai sumber utama, dan para tokoh adat, serta ahli budaya sebagai informannya. Adapun data sekunder adalah merupakan data-data yang berupa naskah pendukung, dokumen yang relevan dengan pokok penelitian, baik itu berupa dokumen resmi maupun yang tidak resmi.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara, mengkaji dan menelaah naskah lontaraq yang telah ditansliterasi (diterjemahkan) ke dalam bahasa Indonesia, selanjutnya mengklasifikasikan nilai-nilai pedagogik masyarakat Bugis Makassar yang terkandung di dalamnya, dengan cara analisis konten dan domain, yakni dokumen yang telah dikategorisasikan tersebut kemudian dianalisis isinya, yaitu memeriksa dokumen secara sistematik dan objektif bentuk-bentuk komunikasinya yang tertuang secara tertulis. Selanjutnya, domain/kategori yang dipilih tersebut dijabarkan secara lebih rinci untuk mengetahui struktur internalnya.

Setelah mendapatkan pemahaman tentang nilai-nilai pedagogik yang terdapat dalam lontaraq, peneliti dibantu dengan rekan peneliti mencari informasi kondisi di lapangan, apakah nilai-nilai pedagogik yang terdapat dalam lontaraq diajarkan di persekolahan atau tidak. Sekolah yang diteliti adalah SMPN 1, SMPN 8, SMPN 23, SMPN 30, SMPN 35, dan SMP swasta Maha Putra Makassar dan SMP IT Wahdah Islamiyah. Pemilihan beberapa sekolah dari SMP yang ada di


(4)

kota Makassar mewakili berbagai SMP yang ada, baik SMP yang berstatus unggulan, dan yang tidak termasuk kategori unggulan (atau SMP biasa), serta SMP swasta yang lokasinya berada di tengah kota dan di pinggiran kota Makssar. Peneliti melakukan wawancara kepada kepala sekolah dan guru-guru IPS, serta para orang tua siswa dari SMP-SMP tersebut.

Peneliti juga melakukan pengamatan terlibat (observasi partisipan) dengan jalan ikut serta dalam kehidupan bermasyarakat di lingkungan masyarakat Bugis Makassar dilengkapi dengan wawancara mendalam (in deepth interview) terhadap anggota masyarakat setempat yang dipilih sebagai informan secara acak berkenaan dengan pewarisan nilai-nilai budaya Bugis Makassar kepada generasi muda serta pandangan mereka tentang dunianya. Pengamatan terlibat ini bertujuan untuk mengetahui tradisi pewarisan nilai-nilai pedagogik pada masyarakat Bugis Makassar dan untuk mengetahui relevansinya dengan kehidupan modern masyarakat Bugis Makassar. Untuk lebih memahami secara mendalam tentang proses pewarisan nilai pada komunitas Bugis Makassar, peneliti memilih dan mengamati dua keluarga, yang terdiri dari satu keluarga Bugis dan satu keluarga Makassar. Untuk lebih memperluas pemahaman dan pengetahuan tentang pewarisan nilai pada keluarga Bugis Makassar, peneliti juga mengamati dan melakukan wawancara pada keluarga lainnya.

Informasi-informasi yang diperoleh pada dua kegiatan di atas kemudian diujisilangkan (cross check) secara triangulasi, sehingga akan diperoleh data yang benar-benar mencerminkan atau mewakili pandangan kolektif masyarakat Bugis Makassar di kota Makassar. Triangulasi dilakukan kepada para tokoh masyarakat atau tokoh adat Bugis dan tokoh adat Makassar dan pada para ahli/akademisi yang memahami budaya Bugis Makassar, dalam hal ini adalah para dosen di Universitas Hasanuddin. Peneliti juga berdiskusi dengan para budayawan dan beberapa tokoh masyarakat Bugis dan Makassar lainnya.

Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih luas terhadap hasil penelitian, langkah yang ditempuh selanjutnya adalah peneliti membandingkan dengan berbagai hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya yang


(5)

membahas seputar kearifan lokal di daerah lain. Hal tersebut dilakukan agar dapat dijadikan sebagai sebuah evaluasi keabsahan data.

Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian dapat dilakukan. Sajian ini merupakan rakitan kalimat yang disusun secara logis dan sistematis, sehingga bila dibaca, akan mudah difahami berbagai hal yang terjadi dan memungkinkan peneliti untuk berbuat sesuatu pada analisis atau pun tindakan lain berdasarkan pemahamannya tersebut.

Untuk mendapatkan simpulan tentang etnopedagogik Bugis Makassar yang cukup mantap dan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan, dilakukan aktivitas pengulangan yang bertujuan sebagai pemantapan, penelusuran data kembali dengan cepat catatan lapangan. Verifikasi dilakukan dengan cara

Gambar 3.3:

Skema Alur Studi/Penelitian

Studi Awal

Fokus Studi Kesimpulan

dan Saran Pemeriksaan &

Keabsahan Data Data

Temuan Nilai-Nilai Pedagogik

Analisis Data: Hermeneutik Analisis Content & Domain Hasil Studi Proses Penelitian: Studi

Pustaka,Wawancara, Observasi, Studi Dokumen

Masalah & Perumusan Masalah

Analisis Data


(6)

berdiskusi dengan ahli budaya/akademisi dan tokoh masyarakat Bugis Makassar, serta saling berdiskusi antarteman. Selanjutnya semua data yang ada diinterpretasikan. Analisis data dan interpretasi dilakukan sejak awal pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, verifikasi. Hasil analisis data dan interpretasi selanjutnya ditulis dengan sistimatis dalam laporan penelitian. Teks yang disusun secara sistematis merupakan deskripsi Nilai-Nilai Pedagogik Etnik Bugis Makassar, mampu memberikan jawaban atas pertanyaan penelitian, dan dapat menarik suatu kesimpulan, serta memberikan saran dan rekomendasi.