Keragaan Ekspor Cakalang (Skipjack) Beku dan Madidihang (Yellowfin) Segar Indonesia Ke Pasar Jepang
KERAGAAN EKSPOR CAKALANG (SKIPJACK) BEKU
DAN MADlDlHANG (YELLOWFIN) SEGAR INDONESIA
KE PASAR JEPANG
Oleh:
OLLlVlA
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002
L
0
L
e
!d
u c p u r e oue r e yoam
tLat d eepd
d
u n er af e t L e pm,,um..
me LoPJiay
up
.
Z e d i c a t e d to my dearedt
&a,
Vama,
Urn,Z i d i t
a n d A u n t &finy
ABSTRAK
OLLIVIA. Keragaan Ekspor Cakalang (Skipjack) Beku dan Madidihang ( Yellowfin) Segar
lndonesia ke Pasar Jepang. Di bawah bimbingan SRI HARTOYO sebagai ketua dan ANNY
RATNAWATI sebagai anggota komisi.
Usaha perikanan laut Indonesia baru memanfaatkan 58.5 persen sumberdaya yang ada,
namun relatif efisien secara ekonomi dan mampu menyerap banyak tenaga kerja. Saat ini
armada penangkap ikan lndonesia masih minim, sementara over fishing mendorong
munculnya penetapan kuota tangkap. Kealpaan lndonesia dalam komisi regional perikanan
menyebabkan posisinya rawan akan tuduhan penangkapan yang tidak mengikuti aturan
sehingga produk ikan lndonesia dapat terkena sanksi boikot oleh pengimpor. Dalam rangka
pembangunan sektor perikanan dan menjawab isu pelestarian sumberdaya alam, responsible
fisheries, globalisasi dan perdagangan bebas, pemerintah menetapkan sepuluh komoditas
unggulan dan tuna merupakan salah satunya. Produk skipjack beku dan yellowfin segar
mendominasi ekspor tuna lndonesia dengan tujuan utama Jepang. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis keragaan ekspor skipjack beku dan yellowfin segar lndonesia ke Jepang.
Model ekspor skipjack beku dan yellowfin segar lndonesia ke Jepang digambarkan
memiliki keterkaitan antara volume tangkapan tuna, volume ekspor ke Jepang, impor tuna
Jepang, impor dan ekspor tuna Dunia, integrasi pasar tuna Dunia, dan harga ekspor lndonesia
serta harga domestik. Model terdiri dari 13 persamaan struktural, dua persamaan identitas, 15
peubah endogen dan 41 peubah predetermined. Model ekonometrika yang dirumuskan diduga
dengan metode 2SLS menggunakan data sekunder time serles 1989-2000. Model valid untuk
dilakukan simulasi historis meliputi perubahan faktor internal, eksternal dan kebijakan.
Penambahan kapal purse seine di atas 100 GT berdampak besar terhadap naiknya
volume tangkapan sk~pjackdan yellowfin. Ekspor skipjack beku dan yellowfin segar lndonesia
ke Jepang dipengaruhi harga ekspornya, harga ekspor lndonesia dipengaruhi harga Dunia
yaitu harga impor Jepang dan Thailand. Jepang sebagai pasar tujuan mayoritas produk tuna
lndonesia sangat sensitif terhadap standar mutu terutama untuk produk tuna segar. Menjaga
standar mutu, antara lam dengan membatasi ukuran alat tangkap, dapat menjaga kestabilan
harga tuna domestik karena tuna rejected tidak akan membanjiri pasar tuna domestik.
Kata kunci: skipjack beku, yellowfin segar
SURATPERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:
KERAGAAN EKSPOR CAKALANG (SKIPJACK) BEKU DAN MADlDlHANG
(YELLOWFIN) SEGAR INDONESIA KE PASAR JEPANG
Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua
sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa
kebenarannya.
Bogor, 04 April 2002
Nrp. 980261EPN
KERAGAAN EKSPOR CAKALANG (SKIPJACK) BEKU
DAN MADIDIHANG (YELLOWFIN) SEGAR INDONESIA
KE PASAR JEPANG
Oleh:
Ollivia
EPN 98026
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi llmu Ekonomi Pertanian
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002
Judul Tesis
: Keragaan Ekspor Cakalang (Skipjack) Beku dan
Madidihang (Yellowfin) Segar Indonesia Ke Pasar
Jepang.
Nama Mahasiswa : Ollivia
Nomor Pokok
: 98026
Program Studi
: llmu Ekonomi Pertanian
Menyetujui,
-
Dr. Ir. Anny Ratnawati, MS
Anggota
Dr. Ir. Sri Hartovo, MS
Ketua
Mengetahui,
2. Ketua Program Studi
llmu Ekonomi Pertanian
Dr. Ir. Bonar M. Sinaqa, MA
Tanggal Lulus: 04 April 2002
/"-
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 23 Pebruari 1973 di Bajubang, Propinsi Jambi,
sebagai anak sulung dari tiga bersaudara pasangan Zulfikar Hasibuan d m Arnetty Hamir.
Tahun 1991 penulis menarnatkan sekolah lanjutan atas dari SMA Don Bosco Padang.
Melalui program Undangan Siswa Masuk IPB (USMI) penulis meneruskan kuliah pada tahun
yang sama pada Jurusan Matematika, minor Ekonomi, Fakultas Matematika dan llmu
Pengetahuan Alam (FMIPA), lnstitut Pertanian Bogor.
Tahun 1998 penulis diterima sebagai mahasiswa pada Program Studi llmu Ekonomi
Pertanian, Program Pascasarjana, lnstitut Pertanian Bogor dengan minat pada bidang
Tataniaga dan Perdagangan Internasional.
UCAPAN TERIMA KASlH
Segala puji penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah membukakan jalan dan
memberikan kemudahan sehingga akhirnya tesis yang berjudul "Keragaan Ekspor Cakalang
(Skipjack) Beku dan Madidihang (Yellowfin) Segar Indonesia ke Pasar Jepang" dapat
diselesaikan. Tesis ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi llmu Ekonomi Pertanian, Program Pascasarjana, lnstitut Pertanian Bogor.
Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Sri Hartoyo,
MS selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Dr. Ir, Anny Ratnawati, MS selaku anggota Komisi
Pembimbing serta kepada Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA selaku Ketua Program Studi llmu
Ekonomi Pertanian atas kesediaannya meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan
bimbingan serta saran selama penelitian dan penyusunan tesis ini.
Tiada kata yang dapat mewakili ungkapan rasa terima kasih penulis kepada keluarga
tercinta. Papa Zulfikar Hasibuan, Mama Arnetty Hamir, Tante Yenny Fauziah, serta Adikadikku tersayang Uce Rizqan Haland dan M. Aditya Sagitra atas segala bentuk dukungan
yang sangat penulis perlukan dalam menghadapi semua kesulitan dan tantangan selama
menyelesaikan pendidikan pada program pascasarjana ini.
Ucapan terima kasih juga tak lupa penulis sampaikan kepada:
1. Teman-teman seperjuangan EPN 98, Ida dan Andy atas bantuan datanya; Mbak Titiek,
Mbak Arien dan Mas Gatoet tempat bertanya; Mas Saad dan Boim tempat berbagi
keluhan; especially to you guys Mas Yan, Yudi dan Jamie without you Iwouldn't be here...
2. Yana dan Wiwiek, I know there were time I be a totally boring and iritating person yet
you 're always there anytime Ineed a shoulder to cry on, love you guys. ...
3. My beloved friends Iway, Akey dan Nuril, I trully am speechless... There's no doubt that I
can always count on you...
4. Oma dan.Opa Badril Anwar serta Om dan Tante yang telah memberikan dukungan moril
dan doa selama penulis menyelesaikan pendidikan S1 dan S2 di Bogor.
5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas semua bantuan yang telah
diberikan kepada penulis.
Akhirnya, penulis menyadari banyaknya kekurangan dan keterbatasan pada tesis ini,
oleh karena itu penulis terbuka atas segala bentuk kritik dan saran untuk tujuan perbaikan
demi penelitian lanjutan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Harapan penulis, tesis ini
dapat memberikan manfaat bagi yang memerlukannya.
Bogor, 04 April 2002
Ollivia
DAFTAR IS1
Halaman
...
DAFTAR TABEL ..............................................................................................................
III
DAFTAR GAMBAR ............................ .
.
.....................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................................
vii
.........................................................................................
I. PENDAHULUAN............
.
.
1
1.1. Latar Belakang ....................................................................................................... 1
1.2. Perurnusan Masalah .................................................................................................
4
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..............................................................................
6
6
1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ............................................................
II. PRODUKSI DAN PERDAGANGAN SKIPJACK BEKU DAN YELLOWFIN SEGAR
DUNIA .............................................................................................................................. 8
2.1. Gambaran Tuna Jenis Skipjack dan Yellowfin Dunia ................................................ 8
2.2. Potensi Produksi Skipjack dan Yellowfin Dunia..................................................... 12
2.3. Ekspor Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Dunia ..............................
.
.
. . . . . . 18
2.4. lmpor Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Dunia.....................................................20
2.5. Harga Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Dunia ....................................................
22
2.6. Kebijakan Penangkapan dan Perdagangan Tuna Dunia......................................... 24
Ill. PERIKANAN TUNA INDONESIA .................................................................................. 31
3.1. Gambaran Tuna Indonesia......................................................................................
31
3.2. Produksi Tuna Jenis Skipjack dan Yellowfin Indonesia ..........................................35
3.3. Ekspor Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Indonesia ...................................... 4
2
3.4. Harga Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Indonesia .............................................. 44
3.5. Kebijakan Penangkapan dan Perdagangan Tuna Indonesia ..................................46
.
IV KERANGKA TEORlTlS .............................................................................................. 52
4.1. Keterkaitan Usaha Penangkapan Tuna. Kebijakan Pemerintah dan Pasar Tuna ... 52
.
...........................................52
4.2. Perilaku Produksi Komoditi Perikanan ....................
54
4.3. Perdagangan Produk Perikanan .............................................................................
4.4. Penawaran Ekspor dan Permintaar-t lmpor Tuna di Pasar lnternasional ................. 57
4.5. Konsep Elastisitas ...................................................................................................
58
4.6. lntegrasi Pasar Tuna ..............................................................................................
58
4.7. Penelitian-penelitianTerdahulu ...........................................................................
59
.
V METODE PENELITIAN................................................................................................65
5.1. Jenis dan Sumber Data .........................................................................................65
5.2. Perumusan Model Ekspor Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Indonesia ..............65
72
5.3. Prosedur Analisis ................................................................................................
VI. KERAGAAN EKSPOR SKlPJACK BEKU DAN YELLOWFIN SEGAR INDONESIA
77
KE PASAR JEPANG ................................................................................................
6.1. Hasil Umum Pendugaan Model Ekonometrika ........................................................77
6.2. Produksi Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Indonesia........................................ 78
6.3. Ekspor Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Indonesia ke Jepang ........................... 82
6.4. lmpor Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Jepang ................................................
84
6.5. Harga Skipjack Beku dan Yellowfin Segar .............................................................. 87
VII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL. EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN
TERHADAP KERAGAAN EKSPOR SKIPJACK BEKU DAN YELLOWFIN SEGAR
INDONESIA KE PASAR JEPANG ...............................................................................
94
7.1. Validasi Model ........................................................................................................
94
7.2. Dampak Perubahan Faktor Internal. Eksternal dan Kebijakan ................................95
7.3. Evaluasi Dampak Perubahan Faktor Internal. Eksternal dan Kebijakan
terhadap Produksi. Ekspor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar
Indonesia...............................................................................................................
119
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ......................
.
...........................................................
131
8.1. Kesimpulan .........................................................................................................131
8.2. Saran Kebijakan ...................................................................................................
133
8.3. Saran Penelitian ................................................................................................
134
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................
135
LAMPIRAN ............................................................................................................... 137
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
.
1. lmpor Tuna Segar Jepang Berdasarkan Negara Pengekspor .......................................... 21
2. Perkembangan Jumlah Kapal Penangkap lkan Berdasarkan Ukuran GT ......................... 39
..
3. Musim Tangkapan Skrpjack...............................................................................................
45
4 . Harga Patokan lkan Jenis Pelagis Besar untuk Perhitungan Pungutan Hasil
Perikanan .................. :.....................................................................................................5 0
5. Hasil Pendugaan Persamaan Tangkapan Skipjack dan Yellowfin Indonesia.................... 78
6. Hasil Pendugaan Persamaan Produksi Skipjack Beku Indonesia .....................................81
7. Hasil Pendugaan Persamaan Ekspor Skipjack Beku dan Yellowfin Segar ke Jepang ...... 83
8. Hasil Pendugaan Persamaan lmpor Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Jepang .............85
9. Hasil Pendugaan Persamaan Harga Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Dunia...............88
10. Hasil Pendugaan Persamaan Harga Ekspor Skipjack Beku dan Yellowfin Segar
Indonesia..........................................................................................................................
91
11. Hasil Validasi Model Ekspor Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Indonesia......................94
12. Dampak Penurunan Tingkat Suku Bunga (40%) Terhadap Produksi. Ekspor.
lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia. Jepang dan Dunia ..... 96
13. Dampak Penurunan Tingkat lnflasi (30%) Terhadap Produksi. Ekspor.
lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia. Jepang dan Dunia ......97
14. Dampak Peningkatan Kapasitas Kapal(50%) Terhadap Produksi. Ekspor.
lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia. Jepang dan Dunia ......98
15. Dampak Peningkatan Jumlah Alat Tangkap Purse seine (20%) Terhadap Produksi,
Ekspor. lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia. Jepang
dan Dunia ......................................................................................................................100
16. Dampak Depresiasi Rupiah (30%) Terhadap Produksi. Ekspor. lmpor dan Harga
Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia. Jepang dan Dunia................................102
16. Dampak Penurunan Tingkat Suku Bunga dan lnflasi Terhadap Produksi. Ekspor.
lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia. Jepang dan Dunia .... 103
18. Dampak Penurunan Tingkat Suku Bunga. lnflasi dan Depresiasi Rupiah Terhadap
Produksi. Ekspor. lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia.
Jepang dan Dunia .........................................................................................................104
19. Dampak Depresiasi Yen (10%) Terhadap Produksi. Ekspor. lmpor dan Harga
Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia. Jepang dan Dunia ................................105
20. Dampak Apresiasi Yen (10%) Terhadap Produksi, Ekspor, lmpor dan Harga
Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia, Jepang dan Dunia .................. .
...... 107
.
21. Dampak.Peningkatan Ekspor Skipjack Beku Taiwan (40%) Terhadap Produksi, Ekspor,
lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia, Jepang dan Dunia .... 108
22. Dampak Penurunan Ekspor Skipjack Beku Taiwan (10%) Terhadap Produksi, Ekspor,
lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia, Jepang dan Dunia .... 109
23. Dampak Peningkatan Ekspor Yellowfin Segar Philipina (50%) Terhadap Produksi,
Ekspor, lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia, Jepang
dan Dunia .................;................................................................................................
110
24. Dampak Penurunan Eskpor Yellowfin Segar Philipina (10%) Terhadap Produksi,
Ekspor, lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia, Jepang dan
Dunia ...............................................................................................................................
111
25. Dampak Peningkatan lmpor Skipjack Beku Thailand (50%) Terhadap Produksi, Ekspor,
lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia, Jepang dan Dunia .... 112
26. Dampak Penurunan lmpor Skipjack Beku Thailand (10%) Terhadap Produksi, Ekspor,
lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia, Jepang dan Dunia .... 113
27. Dampak Peningkatan Ekspor Skipjack Beku Taiwan dan Yellowfin Segar Philipina
Terhadap Produksi, Ekspor, lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar
Indonesia, Jepang dan Dunia ..........................................................................................
114
28. Dampak Penghapusan Kebijakan Penyeragaman Alat Tangkap Terhadap Produksi,
Ekspor, lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia, Jepang
dan Dunia ........................................................................................................................115
29. Dampak Penghapusan Kebijakan Perlindungan Dolphin Terhadap Produksi, Ekspor,
lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia, Jepang dan Dunia .... 116
30. Dampak Penghapusan Kebijakan Standar Mutu Ekspor Tuna Segar Terhadap
Produksi, Ekspor, lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia,
Jepang dan Dunia ........................................................................................................... 117
31. Dampak Depresiasi Yen (10%) dan Rupiah (30%) Terhadap Produksi, Ekspor, lmpor
dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia, Jepang dan Dunia ..............118
32. Dampak Simulasi Faktor Internal, Eksternal dan Kebijakan Terhadap Volume
Tangkapan Skipjack dan Yellowfin serta Produksi Skipjack Beku Indonesia ................. 120
33. Dampak Simulasi Faktor Internal, Eksternal dan Kebijakan Terhadap Volume
Ekspor Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Indonesia ke Jepang ...................................123
34. Dampak Simulasi Faktor Internal, Eksternal dan Kebijakan Terhadap Harga Ekspor
Skipjack Beku, Yellowfin Segar serta Harga Tuna Domestik Indonesia ...................................125
35. Dampak Simulasi Faktor Internal, Eksternal dan Kebijakan Terhadap Volume dan Harga lmpor
Skipjack Beku serta Volume dan Harga lmpor Yellowfin Segar Jepang ...................................128
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Pangsa Ekspor Yellowfin Segar Dunia Berdasarkan Pengekspor Utama ........................... 3
2 . Pangsa Ekspor Skipjack Beku Dunia Berdasarkan Pengekspor Utama..........................
3
3 . Volume Tangkapan Dunia untuk Jenis Skipjack. Yellowfin. Bigeye dan Albacore ...............8
4 . Volume Tangkapan Dunia untuk Jenis Skipjack. Yellowfin. Bigeye. Albacore di
Samudera Hindia. Pasifik Barat dan Tengah. Atlantik dan Pasifik Timur .............................9
.
................
5 . Peta Samudera Pasifik Barat dan Tengah serta Pasifik Timur ................
13
6 . Volume Tangkapan Skipjack. Yellowfin. Bigeye dan Albacore di Samudera
Pasifik Barat Tengah .........................................................................................................
13
7 . Hasil Tangkapan Semua Jenis Tuna dengan Metode Purse seine. Pole and line dan
Long line di Samudera Pasifik Barat Tengah ................. .
.
.............................................14
8 . Hasil Tangkapan Skipjack dengan Metode Pole and line dan Purse seine
14
di Samudera Pasifik Barat Tengah ....................................................................................
9 . Hasil Tangkapan Yellowfin dengan Metode Pole and line. Long line dan Purse seine
di Samudera Pasifik Barat Tengah ...................................................................................15
10. Volume Tangkapan Tuna dengan Purse seine. Long line. Bait boat dan Gill net
di Samudera Hindia pada tahun 1950-1998 ...................................................................... 16
11. Hasil Tangkapan Skipjack di Samudera Atlantik Barat dan Timur .................................
17
12. Hasil Tangkapan Skipjack dengan Metode Bait boat dan Purse seine di Samudera
Atlantik Timur ................................................................................................................... 17
13. Hasil Tangkapan Skipjack dengan Metode Bait boat dan Purse seine di Samudera
Atlantik Barat ...................................................................................................................
17
14. Hasil Tangkapan Yellowfin dengan Metode Long line. Purse seine dan Bait boat di
Samudera Atlantik ......................................................................................................... 18
15. Volume Tangkapan Skipjack Dunia Berdasarkan Negara Produsen Utama .....................19
16. Volume Ekspor Skipjack Beku Dunia Berdasarkan Negara Pengekspor Utama ............... 19
17. Volume Tangkapan Yellowfin Dunia Berdasarkan Negara Produsen Utama .................... 20
18. Volume Ekspor Yellowfin Segar Dunia Berdasarkan Negara Pengekspor Utama............. 20
19. Volume lmpor Yellowfin Segar Dunia Berdasarkan Negara Pengimpor Utama ................21
20 . Volume lmpor Skipjack Beku Dunia Berdasarkan Negara Pengimpor Utama ...................22
21 . Perkembangan Harga Skipjack Beku di Afrika. USA dan Asia ..........................................23
22 . Perkembangan Harga lmpor Yellowfin Segar Jepang dan AS .......................................... 24
23 . Area Bertelur Skipjack di Samudera Atlantik .....................................................................
25
24 . Stok Biomass Skipjack di Samudera Atlantik ...................................................................
26
25. lndeks G&G untuk Stok Skipjack di Samudera Atlantik ................................................... 26
26 . Area Bertelur Yellowfin di Samudera Atlantik .................................................................. 27
....................................27
27 . Stok Biomass Yetlowfin di Samudera Atlantik ..........................
.
.
.................................................................................................
31
28 . Tuna Skipjack ............
32
29 . Tuna Albacore ........... .......................................................................................................
;
30. Tuna Yellowfin...................................................................................................................
33
31 . Tuna Bigeye .................................................................................................................... 33
32. Tuna Bluefin ...................................................................................................................
3 4
33 . Perbandingan Volume Tangkapan Skipjack dan Produksi serta Ekspor Produk
Skipjack Beku Indonesia .......................
. . . . . . . . . . . . . ..
. ..
. ..
. ..
...
37
34 . Perbandingan Volume Tangkapan dan Ekspor Yellowfin Segar Indonesia .......................38
35 . Perbandingan Jumlah Kapal Tangkap Berukuran di atas 30 GT ....................................... 39
36. Kapal Tuna Long line Berukuran di bawah 100 GT ........................................................... 40
37 Kapal Tcna Long line Berukuran di atas 100 GT ..............................................................
40
38 . Kapal Tuna Pole and line Berukuran 30-50 GT .................................................................41
39 . Volume Ekspor Skipjack Beku Indonesia Berdasarkan Negara Tujuan Utama..................43
40 . Volume Ekspor Yellowfin Segar Indonesia Berdasarkan Negara Tujuan Utama.............. 43
41 . Perkembangan Harga FOB Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Indonesia.......................44
42 . Keterkaitan Sumberdaya. Usaha Penangkapan. Kebijakan Pemerintah dan
Pasar Tuna ....................................................................................................................
52
43 . Kurva Penerimaan Nelayan dalam Usaha Penangkapan lkan ......................... .
.
..........54
44 . Perdagangan antara Negara Pengekspor dan Pengimpor .............................................
55
45 . Model Keterkaitan Ekspor Skipjack Beku dan Yellowfin Segar lndonesia ke
67
Pasar Jepang ...................................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
1. Data Peubah yang Digunakan dalam Penelitian .....................
.
....
.....
Halaman
.............. 137
2. Program Komputer Prosedur Syslin Metode 2SLS SASETS Versi 8 .............................139
3. Hasil Pendugaan Model Prosedur Syslin Metode 2SLS SASIETS Versi 8 ...................... 140
4. Program Komputer Validasi Model Prosedur Simnlin Metode 2SLS SASIETS Versi 8 ... 145
5. Hasil Validasi Model Prosedur.Simnlin Metode 2SLS SASIETS Versi 8 .........................146
6. Program Komputer Simulasi Penurunan Tingkat Suku Bunga Sebesar 40 Persen
Prosedur Simnlin Metode 2SLS SASIETS Versi 8 ........................
.
........... ............. 148
7. Hasil Simulasi Penurunan Tingkat Suku Bunga Sebesar 40 Persen Prosedur
Simnlin Metode 2SLS SASIETS Versi 8 .......................................................................149
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
lndonesia merupakan negara kepulauan dengan lebih dari dua pertiga wilayahnya
berupa perairan. Dengan perincian luas laut sebesar 5.8 juta km2 terdiri dari laut teritorial 0.8
juta km2, laut nusantara 2.3 juta km2, Zona Ekonomi Ekslusif lndonesia 2.7 juta km2 dan
panjang garis pantai 81 000 km. Potensi sumberdaya perikanan lndonesia sangat besar yaitu
mencapai 6.18 juta ton ikan per tahun. Hingga tahun 1998 diperkirakan sebanyak 2.6 juta ton
ikan per tahun yang belum termanfaatkan.
Walaupun baru dimanfaatkan sekitar 58.5 persen, namun usaha perikanan laut
lndonesia relatif efisien. Hal ini terlihat dari nilai ICOR (Incremental Capital Output Ratio)
sebesar 3.42 yang artinya tingkat efisiensinya relatif tinggi dibanding usaha sektor lainnya.
Begitu pula angka ILOR (Incremental Labour Output Ratio) yang mencapai 7-9 yang berarti
mampu menyerap banyak tenaga kerja. Dari total penduduk lndonesia yang berjumlah lebih
kurang 210 juta orang pada tahun 2000, sebanyak 5 juta orang terlibat langsung dalam
kegiatan di bidang perikanan. lronisnya lebih dari 80 persen nelayan lndonesia berada di
bawah garis kemiskinan.
Pengembangan sumberdaya laut saat ini menunjukkan kontribusi ekonomi kelautan
(perikanan, perhubungan laut, pertambangan, pariwisata, industri maritim, benda-benda
berharga) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 20 persen. lndustri perikanan
sendiri memberikan kontribusi hanya sebesar 2 persen terhadap sektor ekonomi secara
keseluruhan. Oleh karena itu, dalam rangka pembangunan sektar perikanan serta menjawab
isu-isu yang berkembang (pelestarian sumber daya alam, responsible fisheries, globalisasi
dan perdagangan bebas antarnegara Asean maupun di Asia Pasifik), pemerintah menetapkan
sepuluh kornoditas unggulan dengan tujuan untuk menarik pemilik modal dan lembaga
keuangan dalam dan luar negeri. Sepuluh komoditas yang dianggap paling prospektif itu
adalah tuna, kakap putih, kerapu, rumput laut, mutiara, udang, nila gift, kodok lembu, ikan hias
dan labi-labi.
Hingga saat ini usaha penangkapan tuna lndonesia belum optimal, namun volume
tangkapannya relatif terus mengalami peningkatan. Tangkapan tuna pada tahun 1988
sebesar 349 668 ton dan pada tahun 2000 mencapai 615 230 ton, dengan laju pertumbuhan
volume tangkapan sebesar 6.1 persen per tahun. Ekspor tuna lndonesia (tuna segar, tuna
beku, tuna kaleng) periode 1988-2000 berfluktuasi namun relatif terus mengalami
peningkatan. Pada tahun 1988 volume ekspor tuna sebesar 49 257 ton, dengan laju
pertumbuhan rata-rata 13.77 persen per tahun, mencapai 166 021 ton pada tahun 2000 dan
pangsa rata-rata sebesar 20 persen terhadap volume produksinya.
Komoditas tuna ekspor lndonesia didominasi oleh jenis skipjack beku dan yellowfin
segar dengan negara tujuan utama Jepang diikuti oleh Amerika Serikat (AS) dan Thailand.
Untuk jenis skipjack beku, lndonesia merupakan eksportir terbesar ke lima dunia. Untuk jenis
yellowfin segar, lndonesia merupakan eksportir terbesar dunia diikuti oieh Philipina. Gambar 1
dan Gambar 2 menunjukkan perkembangan pangsa ekspor skipjack beku dan yellowfin segar
lndonesia terhadap ekspor skipjack beku dan yellowfin segar Dunia periode 1989-2000.
Masyarakat Jepang yang merupakan konsumen utama tuna, terus mengalami
peningkatan volume impor tuna semenjak tahun 1990. Pangsa impor Jepang terhadap impor
tuna segar Dunia periode 1988-2000 rata-rata sebesar 40 persen dan pangsa impor Jepang
terhadap impor tuna beku Dunia sebesar 20 persen. Melemahnya perekonomian Jepang
dalam empat tahun belakangan dan banjirnya pasokan tuna yang masuk ke Jepang menjadi
salah satu penyebab penurunan harga tuna secara global. Hal ini menunjukkan bahwa pasar
tuna dunia berpatokan pada pasar Jepang. Akibatnya lndonesia sebagai eksportir terbesar
untuk produk tuna segar dan ke tiga untuk produk tuna beku ke Jepang, turut terkena
dampaknya. Terlebih semenjak krisis ekonomi dan moneter yang hingga tahun 1998 telah
menyebabkan suku. bunga meningkat hingga di atas 50 persen, pengangguran mencapai 11
persen serta depresiasi rupiah terhadap dollar AS yang mencapai 300 persen, telah berakibat
usaha penangkapan tuna banyak yang terancam gulung tikar. Peluang dan tantangan di atas
perlu dicermati oleh pemerintah dalam rangka peningkatan ekspor tuna lndonesia di pasar
internasional, terutama untuk meningkatkan devisa negara dalam upaya mengatasi berbagai
masalah pada masa kondisi ekonomi dunia dan domestik sekarang ini.
Gambar 1. Pangsa Ekspor Yellowfin Segar Dunia Befdasarkan Negara Pengekspor Utama
100%
80%
I
60°h
I
40%
1
20%
t
I
0%
Sisa Dunia
Indonesia
Spanyol
Jepang
o Korea
ca Taiwan
1
Gambar 2. Pangsa Ekspor Skipjack Beku Dunia Be~dasarkanNegara Pengekspor Utama
1.2. Perumusan Masalah
lndonesia yang memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia hanya mampu
menghasilkan devisa US$. 2 milyar per tahun. Padahal Thailand yang hanya memiliki panjang
pantai 2 400 km mampu menghasilkan devisa dari perikanan sebesar US$. 4.6 milyar per
tahun. lronis jika mengingat setiap tahunnya negara mengalami kerugian sebesar US$. 4
milyar akibat pencurian ikan oleh nelayan-nelayan asal Jepang, Thailand, Taiwan dan Korea
Selatan. Nasib nelayan lndonesia sendiri paling memprihatinkan dalam golongan petani.
Potensi ikan tuna di kawasan lndonesia Timur merupakan yang paling tinggi di dunia,
yakni mencapai 65 persen potensi dunia. Kawasan lndonesia Barat juga memiliki potensi tuna
yang cukup besar, namun baik nelayan maupun pengusaha tuna lndonesia tidak mampu
memanfaatkannya. Akibatnya, nelayan asing yang memanfaatkannya dengan menggunakan
kapal penangkap tuna yang lebih canggih dibanding yang digunakan oleh nelayan Indonesia.
Rendahnya tingkat pemanfaatan potensi sumber daya laut lndonesia tersebut antara lain
dikarenakan kurangnya armada kapal penangkap tuna (terutama yang berukuran di atas 30
GT) karena bisnis tuna bersifat padat modal (capital intensive).
Dari Konferensi Tuna lntemasional ke-7 (Mei 2000 di Bali) yang diikuti oleh Jepang,
Korea Selatan, Taiwan dan lndonesia sebagai tuan rumah, ada dua masalah pokok dalam
perikanan tuna Indonesia. Pertama, harga tuna di pasar dunia turun hingga 50 persen akibat
over slrpply bersamaan dengan lesunya perekonomian Jepang dalam empat tahun
belakangan. Isu dolphin yang dimunculkan Food and Agriculture Organization (FAO) pada
tahun 1992 juga turut dimanfaatkan negara pengimpor untuk menekan harga. Dalam kasus
ini, nelayan lndonesia termasuk yang dituduh tidak selektif dalam melakukan penangkapan.
Penangkapan tuna oleh nelayan yang menggunakan umpan bandeng memancing datangnya
dolphin, walaupun kemudian dilepas namun tak lama kemudian mati, padahal dolphin
merupakan salah satu hewan yang dilindungi (Wibowo, 2000).
lmbas dari turunnya harga tuna dunia menyebabkan harga skipjack beku lndonesia
juga mengalami penurunan. Setelah mengalami harga tertinggi US$. 1.3401kg (tahun 1989),
harga skipjack beku ekspor lndonesia cenderung terus menurun hingga mencapai US$.
0.4001kg (tahun 2000). Pada akhir tahun 2000 terjadi perbaikan harga menjadi US$. 0.5001kg
akibat meningkatnya permintaan impor skipjack beku Jepang. Begitu juga dengan yellowfin
segar, sejak tahun 1988 mengalami peningkatan harga yang signifikan hingga mencapai US$.
5.0841kg (tahun 1993), harga yellowfin segar ekspor lndonesia cenderung terus menurun
hingga di bawah US$. 3.001kg (tahun 1998). Untuk itu perlu dilihat faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat harga tuna ekspor baik di tingkat pengimpor maupun pengekspor.
Kedua, lndonesia kekurangan armada kapal penangkap tuna dalam memenuhi
kebutuhan domestik maupun ekspor ke Jepang. Langkanya armada kapal akibat adanya
larangan impor kapal hingga tahun 1997 merupakan kendala utama peningkatan ekspor tuna
Indonesia. Usaha penangkapan tuna membutuhkan Investas1 besar sehingga diperlukan
investasi yang lebih banyak baik dari dalam negeri maupun asing. Melemahnya nilai tukar
rupiah juga membuat biaya produksi makin tlnggi sementara para eksportir masih dibebankan
pajak ekspor dan pungutan-pungutan lain yang dirasakan sangat memberatkan. Untuk itu
pemerintah perlu memperhatikan besarnya tingkat suku bunga dan nilai tukar rupiah dalam
upaya meringankan beban nelayan dan pengusaha perikanan tuna. Bagaimana pengaruh
kebijakan pemerintah terhadap produksi dan ekspor tuna Indonesia?
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku penawaran
skipjack beku dan yellowfin segar lndonesia ke pasar Jepang. Secara khusus, penelitian ini
bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai:
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi volume tangkapan skipjack dan yellowfin Indonesia.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran skipjack beku dan yellowfin
segar lndonesia ke Jepang.
3. Dampak kebijakan dalam perikanan tuna dunia dan nasional terhadap produksi dan ekspor
skipjack beku dan yellowfin segar Indonesia.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi tambahan yang bermanfaat
bagi para pengambil kebijakan maupun pengusaha tuna lndonesia dalam menetapkan strategi
ekspornya.
1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
lndonesia mengekspor beberapa jenis ikan tuna ke beberapa negara. Karena paling
banyak diminati di pasar internas~onaldan mendominasi ekspor tuna Indonesia, maka ekspor
skipjack beku dan yellowfin segar lebih difokuskan dalam penelitian ini. Jepang merupakan
pasar tujuan utama tuna lndonesia dan juga tuna dunia pada umumnya. Tingginya tingkat
persaingan di pasar tuna Jepang menyebabkan penelitian ini lebih ditekankan pada analisis
penawaran ekspor skipjack beku dan yellowfin segar lndonesia ke pasar Jepang. Ekspor
skipjack beku dan yellowfin segar lndonesia selain ke Jepang digolongkan pada penawaran
untuk Sisa Dunia. Untuk melihat penawaran negara pesaing di pasar Jepang, digunakan
Taiwan dan Philipina sebagai negara pengekspor skipjack beku dan yellowfin segar utama
dunia. Produksi skipjack beku dan yellowfin segar lndonesia tidak didisagregasi berdasarkan
wilayah perrghasilnya karena fokus penelitian ini adalah penawaran ekspor tuna lndonesia
bukan peritaku produksinya. Walaupun tidak dapat menjelaskan pe~ilakuproduksi dan ekspor
skipjack beku dan yellowfin segar daerah asalnya, secara umum dapat menggambarkan
ekspor tuna Indonesia.
Berbagai terbitan nasional maupun internasional menampilkan data ekspor tuna
lndonesia sebelum tahun 1988. Namun untuk spesifikasi produk tuna ekspor dalam bentuk
skipjack beku dan yellowfin segar baru ditemukan mulai tahun 1988. Keterbatasan time series
yang digunakan dalam penelitian ini (tahun 1989-2000), menyebabkan model kurang reliable
untuk melakukan forecasting
keragaan penawaran skipjack beku dan yellowfin segar
lndonesia ke Jepang beberapa tahun ke depan.
II. PRODUKSI DAN PERDAGANGAN SKIPJACK BEKU DAN YELLOWFIN
SEGAR DUNlA
2.1. Gambaran Tuna Jenis Skipjack dan Yellowfin Dunia
Ada empat wilayah perairan di mana kapal-kapal ikan melakukan eksploitasi
penangkapan tuna, yaitu Samudera Atlantik, Samudera Pasifik Barat dan Samudera Pasifik
Tengah, Samudera Pasifik Timur dan terakhir Samudera Hindia. lkan tuna meliputi jenis
skipjack (50 persen dari total tangkapan tuna), yellowfin (35%), bigeye (10%) dan albacore
(5%). Gambar 3 menunjukkan perkembangan volume tangkapan global untuk masing-masing
jenis tuna periode 1962-1999 dan Gambar 4 menunjukkan perkembangan volume tangkapan
global untuk keempat jenis tuna tersebut di Samudera Hindia, Pasifik dan Atlantik periode
1962-2000.
-------------------------
nit
Gambar 3. Volume Tangkapan Dunia untuk Jenis Skipjack, Yellowfin, Bigeye dan Albacore
Sumber : OFP, 2000
Catatan : SKJ= Skipjack, YFT= Yellowfin, BET= Bigeye, ALB= Albacore
Gambar 4. Volume Tangkapan Dunia untuk Jenis Skipjack, Yellowfin, Bigeye, Albacore di Samudera
Hindia, Pasifik Barat dan Tengah, Atlantik dan Pdsifik Timur
Surnber: OFP, 2000
Catatan: WCPO= West Central Pacific Ocean, EPO= East Pasific Ocean
2.1.1. Tuna Skipjack
: skipjack tuna (stripe-bellied bonito)
Nama latin
: Katsuwonuspelamis
Nama Indonesia
: cakalang
Ukuran dan bobot
: rata-rata 35 cm dan 3 kg
Wilayah tangkapan
: Samudera Pasifik Barat (55%)
Samudera Pasifik Timur (12%)
Samudera Hindia (20%)
Samudera Atiantik (13%)
Metoda penangkapan
: sebagian besar menggunakan purse seine (pukat
cincinl lingkar)
Pangsa tangkapan terhadap semua tuna : 50-55% atau 1 500 000 mlt
Wilayah produksi utama
: Thailand, Philipina, Indonesia, Ecuador, Ghana,
Colombia, Ivory Coast, Senegal, Samoa, Spanyol
dan ltalia
Usia hidup
: maksimal3 tahun
Negara utama tujuan pasar
: Jepang, Eropa Barat dan Amerika Serikat
Bentuk produk yang.banyak diminati
: kaleng, segar (utuh), beku loin, segar-beku fillet
dan smoked
Deskripsi skipjack
: Skipjack adalah jenis tuna yang paling banyak
dikonsumsi. Tingkat migrasinya sangat tinggi,
dapat ditemukan di perairan tropis. Biasanya
dolphin (lumba-lumba) tidak berenang bersama
skipjack sehingga aman bagi spesies dolphin.
Ketersediaan di masa yang akan datang : Stok skipjack 1.5 juta mlt adalah jumlah maksimum
yang dapat dipertanggung-jawabkan ekosistem.
Mayoritas wilayah tangkapan telah dieksploitasi
secara besar-besaran, dan beberapa di antaranya
seperti Samudera Atlantik mengalami penurunan
jumlah tangkapan akibat over fishing.
2.1.2. Tuna Yellowfin
Nama lnggris
: yellowfin tuna
Nama latin
: Thunnus albacares
Nama Indonesia
: madidihang
Ukuran dan bobot
: 40-180 crn dan 5-20 kg
Wilayah tangkapan
: Sarnudera Pasifik Timur (25%)
Samudera Pasifik Barat (35%)
Samudera Hindia (25%)
Samudera Atlantik (15%)
Metoda penangkapan
: sebagian besar dengan purse seine dan sisanya
dengan rawai tuna (long line)
Pangsa tangkapan terhadap semua tuna : 35% atau 1 100 000 mlt
Wilayah produksi utama
: Thailand, Philipina, Indonesia, Mexico, Venezuela,
Ecuador, Colombia, Spanyol dan ltalia
Usia hidup
: 4-7 tahun
Negara utama tujuan pasar
: Jepang, Eropa Barat dan Amerika Serikat
Bentuk produk yang banyak diminati
: kaleng, segar (utuh), beku loin, segar fillet dan
smoked
Deskripsi yellowfin
: Yellowfin merupakan jenis kedua setelah skipjack
yang paling diminati, berukuran besar dan dapat
berenang dengan kecepatan tinggi. Hal ini
menerangkan mengapa pada beberapa perairan
dolphin dan segerombolan yellowfin berenang
bersama.
Ketersediaan di masa yang akan datang : Menurut para ilmuwan eksploitasi yellowfin pada
Samudera Pasifik Timur telah optimal, begitu pula
di Samudera Pasifik Barat sehingga tidak akan ada
pertumbuhan yang signifikan
pada volume
tangkapan di masa yang akan datang. Di
Samudera Hindia masih akan ada pertumbuhan
yang sangat kecil. Yang perlu diperhatikan dalam
penangkapan yellowfin adalah meningkatnya
tangkapan terhadap baby-yellowfin (terutama di
Samudera Atlantik, Hindia dan Pasifik Barat). Hal
ini dapat membahayakan ketersediaan stok dalam
jangka panjang.
2.2. Potensi Produksi Skipjack dan Yellowfin Dunia
a. Samudera Pasifik
Dari ketiga wilayah perairan, Samudera Pasifik merupakan wilayah yang paling
banyak ditemukan tuna. Gambar 5 menunjukkan Samudera Pasifik terbagi menjadi dua
bagian utama yaitu Samudera Pasifik Barat dan Tengah serta Samudera Pasifik Timur. Lebih
dari 60 persen total volume tuna dunia ditangkap di Samudera Pasifik. Untuk jenis skipjack,
lebih kurang 67 persen dari total volume tangkapan skipjack dunia berasal dari Samudera
Pasifik bagian barat maupun timur. Untuk jenis yellowfin, lebih kurang 60 persen dari volume
tangkapan dunia berasal dari Samudera Pasifik bagian barat maupun timur. Diperkirakan
eksploitasi yang berlebihan selama ini (khususnya untuk jenis yellowfin) menyebabkan tidak
akan ada perkembangan yang berarti terhadap jumlah tangkapannya di masa-masa yang
akan datang. Gambar 6 menunjukkan perkembangan komposisi volume tangkapan beberapa
jenis tuna periode 1962-2000 di Pasifik Barat dan Tengah yang didominasi oleh jenis skipjack
dan yellowfin.
Western a n d Central
Pacific Ocean
-,
I
120E
14OE
?GO€
180
160W
Eastern Pacific
Ocean
140W
120W
lOOW
BOW
Gambar 5. Peta Samudera Pasifik Barat dan Tengah serta Pasifik Timur
Sumber: OFP, 2000
Gambar 6. Volume Tangkapan Skipjack, Yellowfin, Bigeye dan Albacore di Samudera Pasifik Barat
Tengah
Sumber: OFP, 2000
Metoda penangkapan yang digunakan untuk semua jenis tuna di wilayah ini
didominasi oleh penggunaan purse seine (pangsa 60% dari total tangkapan), diikuti huhate
(pole and line) dan long line. Untuk jenis skipjack maupun yellowfin, metoda penangkapan
yang paling banyak digunakan adalah dengan alat tangkap purse seine. Gambar 7 , Gambar 8
dan Gambar 9 menunjukkan perkembangan volume tangkapan skipjack dan yellowfin periode
1962-2000 herdasarkan alat tangkap yang digunakan di Samudera Pasifik Barat Tengah.
Gambar 7. Hasil Tangkapan Semua Jenis Tuna dengan Metode Purse seine, Pole-and-line dan Long
line di Samudera Pasifik Barat Tengah
Sumber. OFP, 2000
Catatan: OTH= Others, PS= Purse seine, PL= Pole and line, LL= Long line
Sebesar 75 persen dari hasil tangkapan skipjack di wilayah ini dihasilkan oleh
penggunaan purse seine diikuti pole and line sebesar 20 persen. Untuk jenis yellowfin,
sebesar 60 persen dari hasil tangkapannya diperoleh dengan menggunakan purse seine
diikuti long line sebesar 10 persen
Gambar 8. Hasil Tangkapan Skipjack dengan Metode Pole and line dan Purse seine di Samudera
Pasifik Barat Tengah
Sumber OFP. 2000
Gambar 9. Hasil Tangkapan Yellowfin dengan Metode Pole and line, Long line dan Purse seine di
Samudera Pasifik Barat Tengah
Sumber: OFP, 2000
b. Samudera Hindia
Samudera Hindia merupakan wilayah perairan kedua yang paling banyak ditemukan
tuna. Perairan ini merupakan area penangkapan bagi lebih kurang 19 persen dari total volume
tuna dunia. Sebanyak 25 persen dari volume tangkapan yellowfin dunia dan 20 persen dari
volume tangkapan skipjack dunia diperoleh dari Samudera Hindia. Di antara wilayah perairan
yang ada, hanya Samudera Hindia yang diperkirakan masih akan mengalami pertumbuhan
volume tangkapan (khususnya untuk jenis yellowfin).
Gambar 10 menunjukkan perkembangan volume tangkapan semua jenis tuna dari
tahun 1950 sampai dengan 1998 di Samudera Hindia beserta alat tangkap yang digunakan.
Metoda penangkapan dengan menggunakan alat tangkap purse seine merupakan metoda
yang paling banyak digunakan di wilayah perairan ini.
Ca!~hap?r
UFICL PS
LK@;
1 m340
$11 13
0 Repofltd
OPatlially Eslimattd
i Fully Estimaled
A
-
70$,%0
2
&:6:.0
0
Gambar 10. Volume Tangkapan Tuna dengan menggunakan Purse seine, Long line, Bait boat dan
Gill net di Samudera Hindia pada tahun 1950-1998
Sumber: IOTC, 2000
Catatan: BB= Bait boat, GLL= Gill net, UNCL= Unclear
c. Samudera Atlantik
Samudera Atlantik merupakan wilayah perairan ketiga di mana banyak ditemukan
tuna. Lebih kurang sebanyak 13 persen dari total volums tuna dunia ditangkap di perairan ini.
Untuk jenis skipjack, sebanyak 13 persen dari volume tangkapan dunia berasal dari Samudera
Atlantik. Untuk jenis yellowfin, volume tangkapannya mencapai lebih kurang 15 persen dari
volume dunia.
Kegiatan penangkapan tuna (khususnya untuk jenis skipjack) di wilayah perairan ini
telah sampai pada taraf over fishing. Untuk jenis yellowfin, ketersediaan stoknya pada masa
yang akan datang dikhawatirkan akan terancam akibat ramainya kegiatan penangkapan baby
yellowfin. Metoda penangkapan tuna untuk jenis skipjack maupun yellowfin yang paling
banyak digunakan di wilayah ini adalah dengan menggunakan alat tangkap purse seine.
Gambar 11, Gambar 12 dan Gambar 13 menunjukkan perkembangan volume tangkapan
skipjack periode 1965-2000 berdasarkan alat tangkap yang digunakan di Samudera Atlantik.
'y).:)
'915
1980
1%3Li'Jts
V
1990
$
5
2UCQ
rsr
Gambar 11. Hasil Tangkapan Skipjack di Samudera Atlantik Barat dan Timur
Surnber: ICCAT,2001
Gambar 12. Hasil Tangkapan Skipjack dengan Metode Bait boat dan Purse seine di Samudera
Atlantik Timur
Sumber: ICCAT,2001
Gambar 13. Hasil Tangkapan Skipjack dengan Metode Bait boat dan Purse seine di Samudera
Atlantik Barat
Surnber: ICCAT,2001
Garnbar 14 rnenunjukkan perkernbangan volume tangkapan yellowfin periode 1965-2000
berdasarkan alat tangkap yang digunakan di Samudera Atlantik.
Gambar 14. Hasil Tangkapan Yellowfin dengan Metode Long line, Purse seine dan Bait boat di
Samudera Atlantik
Sumber: ICCAT,2001
2.3. Ekspor Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Dunia
Produk ikan tuna jenis skipjack dan yellowfin diperdagangkan di pasar internasional
dalam bentuk Canned (kalengan), Fresh whole fish (segar, utuh), Frozen Loins (beku tanpa
kepala dan sirip), Fresh-Frozen Fillets (segar maupun beku fillet) dan Smoked (dilakukan
pengasapan). Ekspor tuna lndonesia (hingga saat ini) didominasi produk skipjack beku dan
yellowfin segar.
lndonesia merupakan negara kedua setelah Jepang sebagai produsen utama skipjack
dunia (pangsa 10%). Namun untuk produk skipjack beku, lndonesia bukanlah negara
pengekspor terbesar. Hanya 5 persen pangsa ekspor skipjack beku Dunia berasal dari
Indonesia. Pengekspor skipjack beku terbesar di dunia adalah Taiwan (30%), diikuti Korea
(10-20%), Jepang, Spanyol, Indonesia, Prancis serta Ivory Coast. Gambar 15 dan Gambar 16
menunjukkan perkembangan komposisi volume tangkapan skipjack dan ekspor produk
skipjack beku Dunia periode 1988-2000 berdasarkan negara utama.
Sisa Dunia
hdonesia
Spanyol
Jepang
Korea
Taiwan
Gambar 15. Volume Tangkapan Skipjack Dunia Berdasarkan Negara Produsen Utama
Sisa Dunia
w Indonesia
Spanyol
rrra Jepang
Korea
Taiwan
Gambar 16. Volume Ekspor Skipjack Beku Dunia Berdasarkan Negara Pengekspor Utama
Untuk produk yellowfin segar (pangsa produksi lo%), Indonesia dapat dikatakan
sebagai pengekspor terbesar (pangsa 40% dari ekspor yellowfin segar Dunia). Negara
pengekspor utama lainnya adalah Philipina (20%) dan Amerika Serikat (AS) kurang dari 5
persen. Dari data yang tercatat pada perikanan FAO, kegiatan ekspor Philipina baru dimulai
pada tahun 1991. Untuk Amerika Serikat sebagai negara pengimpor utama sekaligus
pengekspor yellowfin segar, data menunjukkan AS baru mulai mengekspor yellowfin segar
pada tahun 1993. Gambar 17 dan Gambar 18 menunjukkan perkembangan komposisi volume
tangkapan dan ekspor yellowfin segar Dunia periode 1988-2000 berdasarkan negara utama.
1200000
~
1000000 ;
'
ton
800000
600000
/
1
"i
o Sisa Dunia
a Philipina
hdonesia
400000
200000 -/
0I
Gambar 17. Volume Tangkapan Yellowfin Dunia Berdasarkan Negara Produsen Utama
60000
50000 -!
40000 :
toll
30000
20000
Sisa Dunia
IPhilipina
o Indonesia
10000 1
0'
Gambar 18. Volume Ekspor Yellowfin Segar Dunia Berdasarkan Negara Pengekspor Utama
2.4, lmpor Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Dunia
a. Jepang
Masyarakat Jepang mempunyai tingkat pengeluaran konsumsi makanan lebih kurang
13 persen untuk produk sea food, 10 persen untuk daging dan produknya, 7.5 persen untuk
produk makanan awetan dan 16.5 persen untuk makanan di luar rumah (restoran). Ini
menunjukkan posisi Jepang sebagai pasar potensial untuk produk tuna. Sejak tahun 1986
impor tuna Jepang terus meningkat seiring dengan apresiasi yen terhadap US dollar. Tabel 1
menunjukkan volume ekspor dan negara pengekspor utama tuna segar ke Jepang.
Setelah Taiwan dan Republik Korea sebagai negara pengekspor utama tuna ke
Jepang, Indonesia merupakan pengekspor terbesar ketiga. Selain itu, ada Malaysia dan
Singapura yang belakangan ini ekspor tunanya ke Jepang terus meningkat. Jepang sangat
dominan bagi pasar yellowfin segar Dunia, Gambar 19 menunjukkan perkembangan volume
impor yellowfin segar Dunia pe
DAN MADlDlHANG (YELLOWFIN) SEGAR INDONESIA
KE PASAR JEPANG
Oleh:
OLLlVlA
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002
L
0
L
e
!d
u c p u r e oue r e yoam
tLat d eepd
d
u n er af e t L e pm,,um..
me LoPJiay
up
.
Z e d i c a t e d to my dearedt
&a,
Vama,
Urn,Z i d i t
a n d A u n t &finy
ABSTRAK
OLLIVIA. Keragaan Ekspor Cakalang (Skipjack) Beku dan Madidihang ( Yellowfin) Segar
lndonesia ke Pasar Jepang. Di bawah bimbingan SRI HARTOYO sebagai ketua dan ANNY
RATNAWATI sebagai anggota komisi.
Usaha perikanan laut Indonesia baru memanfaatkan 58.5 persen sumberdaya yang ada,
namun relatif efisien secara ekonomi dan mampu menyerap banyak tenaga kerja. Saat ini
armada penangkap ikan lndonesia masih minim, sementara over fishing mendorong
munculnya penetapan kuota tangkap. Kealpaan lndonesia dalam komisi regional perikanan
menyebabkan posisinya rawan akan tuduhan penangkapan yang tidak mengikuti aturan
sehingga produk ikan lndonesia dapat terkena sanksi boikot oleh pengimpor. Dalam rangka
pembangunan sektor perikanan dan menjawab isu pelestarian sumberdaya alam, responsible
fisheries, globalisasi dan perdagangan bebas, pemerintah menetapkan sepuluh komoditas
unggulan dan tuna merupakan salah satunya. Produk skipjack beku dan yellowfin segar
mendominasi ekspor tuna lndonesia dengan tujuan utama Jepang. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis keragaan ekspor skipjack beku dan yellowfin segar lndonesia ke Jepang.
Model ekspor skipjack beku dan yellowfin segar lndonesia ke Jepang digambarkan
memiliki keterkaitan antara volume tangkapan tuna, volume ekspor ke Jepang, impor tuna
Jepang, impor dan ekspor tuna Dunia, integrasi pasar tuna Dunia, dan harga ekspor lndonesia
serta harga domestik. Model terdiri dari 13 persamaan struktural, dua persamaan identitas, 15
peubah endogen dan 41 peubah predetermined. Model ekonometrika yang dirumuskan diduga
dengan metode 2SLS menggunakan data sekunder time serles 1989-2000. Model valid untuk
dilakukan simulasi historis meliputi perubahan faktor internal, eksternal dan kebijakan.
Penambahan kapal purse seine di atas 100 GT berdampak besar terhadap naiknya
volume tangkapan sk~pjackdan yellowfin. Ekspor skipjack beku dan yellowfin segar lndonesia
ke Jepang dipengaruhi harga ekspornya, harga ekspor lndonesia dipengaruhi harga Dunia
yaitu harga impor Jepang dan Thailand. Jepang sebagai pasar tujuan mayoritas produk tuna
lndonesia sangat sensitif terhadap standar mutu terutama untuk produk tuna segar. Menjaga
standar mutu, antara lam dengan membatasi ukuran alat tangkap, dapat menjaga kestabilan
harga tuna domestik karena tuna rejected tidak akan membanjiri pasar tuna domestik.
Kata kunci: skipjack beku, yellowfin segar
SURATPERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:
KERAGAAN EKSPOR CAKALANG (SKIPJACK) BEKU DAN MADlDlHANG
(YELLOWFIN) SEGAR INDONESIA KE PASAR JEPANG
Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua
sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa
kebenarannya.
Bogor, 04 April 2002
Nrp. 980261EPN
KERAGAAN EKSPOR CAKALANG (SKIPJACK) BEKU
DAN MADIDIHANG (YELLOWFIN) SEGAR INDONESIA
KE PASAR JEPANG
Oleh:
Ollivia
EPN 98026
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi llmu Ekonomi Pertanian
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002
Judul Tesis
: Keragaan Ekspor Cakalang (Skipjack) Beku dan
Madidihang (Yellowfin) Segar Indonesia Ke Pasar
Jepang.
Nama Mahasiswa : Ollivia
Nomor Pokok
: 98026
Program Studi
: llmu Ekonomi Pertanian
Menyetujui,
-
Dr. Ir. Anny Ratnawati, MS
Anggota
Dr. Ir. Sri Hartovo, MS
Ketua
Mengetahui,
2. Ketua Program Studi
llmu Ekonomi Pertanian
Dr. Ir. Bonar M. Sinaqa, MA
Tanggal Lulus: 04 April 2002
/"-
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 23 Pebruari 1973 di Bajubang, Propinsi Jambi,
sebagai anak sulung dari tiga bersaudara pasangan Zulfikar Hasibuan d m Arnetty Hamir.
Tahun 1991 penulis menarnatkan sekolah lanjutan atas dari SMA Don Bosco Padang.
Melalui program Undangan Siswa Masuk IPB (USMI) penulis meneruskan kuliah pada tahun
yang sama pada Jurusan Matematika, minor Ekonomi, Fakultas Matematika dan llmu
Pengetahuan Alam (FMIPA), lnstitut Pertanian Bogor.
Tahun 1998 penulis diterima sebagai mahasiswa pada Program Studi llmu Ekonomi
Pertanian, Program Pascasarjana, lnstitut Pertanian Bogor dengan minat pada bidang
Tataniaga dan Perdagangan Internasional.
UCAPAN TERIMA KASlH
Segala puji penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah membukakan jalan dan
memberikan kemudahan sehingga akhirnya tesis yang berjudul "Keragaan Ekspor Cakalang
(Skipjack) Beku dan Madidihang (Yellowfin) Segar Indonesia ke Pasar Jepang" dapat
diselesaikan. Tesis ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi llmu Ekonomi Pertanian, Program Pascasarjana, lnstitut Pertanian Bogor.
Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Sri Hartoyo,
MS selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Dr. Ir, Anny Ratnawati, MS selaku anggota Komisi
Pembimbing serta kepada Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA selaku Ketua Program Studi llmu
Ekonomi Pertanian atas kesediaannya meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan
bimbingan serta saran selama penelitian dan penyusunan tesis ini.
Tiada kata yang dapat mewakili ungkapan rasa terima kasih penulis kepada keluarga
tercinta. Papa Zulfikar Hasibuan, Mama Arnetty Hamir, Tante Yenny Fauziah, serta Adikadikku tersayang Uce Rizqan Haland dan M. Aditya Sagitra atas segala bentuk dukungan
yang sangat penulis perlukan dalam menghadapi semua kesulitan dan tantangan selama
menyelesaikan pendidikan pada program pascasarjana ini.
Ucapan terima kasih juga tak lupa penulis sampaikan kepada:
1. Teman-teman seperjuangan EPN 98, Ida dan Andy atas bantuan datanya; Mbak Titiek,
Mbak Arien dan Mas Gatoet tempat bertanya; Mas Saad dan Boim tempat berbagi
keluhan; especially to you guys Mas Yan, Yudi dan Jamie without you Iwouldn't be here...
2. Yana dan Wiwiek, I know there were time I be a totally boring and iritating person yet
you 're always there anytime Ineed a shoulder to cry on, love you guys. ...
3. My beloved friends Iway, Akey dan Nuril, I trully am speechless... There's no doubt that I
can always count on you...
4. Oma dan.Opa Badril Anwar serta Om dan Tante yang telah memberikan dukungan moril
dan doa selama penulis menyelesaikan pendidikan S1 dan S2 di Bogor.
5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas semua bantuan yang telah
diberikan kepada penulis.
Akhirnya, penulis menyadari banyaknya kekurangan dan keterbatasan pada tesis ini,
oleh karena itu penulis terbuka atas segala bentuk kritik dan saran untuk tujuan perbaikan
demi penelitian lanjutan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Harapan penulis, tesis ini
dapat memberikan manfaat bagi yang memerlukannya.
Bogor, 04 April 2002
Ollivia
DAFTAR IS1
Halaman
...
DAFTAR TABEL ..............................................................................................................
III
DAFTAR GAMBAR ............................ .
.
.....................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................................
vii
.........................................................................................
I. PENDAHULUAN............
.
.
1
1.1. Latar Belakang ....................................................................................................... 1
1.2. Perurnusan Masalah .................................................................................................
4
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..............................................................................
6
6
1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ............................................................
II. PRODUKSI DAN PERDAGANGAN SKIPJACK BEKU DAN YELLOWFIN SEGAR
DUNIA .............................................................................................................................. 8
2.1. Gambaran Tuna Jenis Skipjack dan Yellowfin Dunia ................................................ 8
2.2. Potensi Produksi Skipjack dan Yellowfin Dunia..................................................... 12
2.3. Ekspor Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Dunia ..............................
.
.
. . . . . . 18
2.4. lmpor Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Dunia.....................................................20
2.5. Harga Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Dunia ....................................................
22
2.6. Kebijakan Penangkapan dan Perdagangan Tuna Dunia......................................... 24
Ill. PERIKANAN TUNA INDONESIA .................................................................................. 31
3.1. Gambaran Tuna Indonesia......................................................................................
31
3.2. Produksi Tuna Jenis Skipjack dan Yellowfin Indonesia ..........................................35
3.3. Ekspor Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Indonesia ...................................... 4
2
3.4. Harga Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Indonesia .............................................. 44
3.5. Kebijakan Penangkapan dan Perdagangan Tuna Indonesia ..................................46
.
IV KERANGKA TEORlTlS .............................................................................................. 52
4.1. Keterkaitan Usaha Penangkapan Tuna. Kebijakan Pemerintah dan Pasar Tuna ... 52
.
...........................................52
4.2. Perilaku Produksi Komoditi Perikanan ....................
54
4.3. Perdagangan Produk Perikanan .............................................................................
4.4. Penawaran Ekspor dan Permintaar-t lmpor Tuna di Pasar lnternasional ................. 57
4.5. Konsep Elastisitas ...................................................................................................
58
4.6. lntegrasi Pasar Tuna ..............................................................................................
58
4.7. Penelitian-penelitianTerdahulu ...........................................................................
59
.
V METODE PENELITIAN................................................................................................65
5.1. Jenis dan Sumber Data .........................................................................................65
5.2. Perumusan Model Ekspor Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Indonesia ..............65
72
5.3. Prosedur Analisis ................................................................................................
VI. KERAGAAN EKSPOR SKlPJACK BEKU DAN YELLOWFIN SEGAR INDONESIA
77
KE PASAR JEPANG ................................................................................................
6.1. Hasil Umum Pendugaan Model Ekonometrika ........................................................77
6.2. Produksi Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Indonesia........................................ 78
6.3. Ekspor Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Indonesia ke Jepang ........................... 82
6.4. lmpor Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Jepang ................................................
84
6.5. Harga Skipjack Beku dan Yellowfin Segar .............................................................. 87
VII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL. EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN
TERHADAP KERAGAAN EKSPOR SKIPJACK BEKU DAN YELLOWFIN SEGAR
INDONESIA KE PASAR JEPANG ...............................................................................
94
7.1. Validasi Model ........................................................................................................
94
7.2. Dampak Perubahan Faktor Internal. Eksternal dan Kebijakan ................................95
7.3. Evaluasi Dampak Perubahan Faktor Internal. Eksternal dan Kebijakan
terhadap Produksi. Ekspor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar
Indonesia...............................................................................................................
119
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ......................
.
...........................................................
131
8.1. Kesimpulan .........................................................................................................131
8.2. Saran Kebijakan ...................................................................................................
133
8.3. Saran Penelitian ................................................................................................
134
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................
135
LAMPIRAN ............................................................................................................... 137
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
.
1. lmpor Tuna Segar Jepang Berdasarkan Negara Pengekspor .......................................... 21
2. Perkembangan Jumlah Kapal Penangkap lkan Berdasarkan Ukuran GT ......................... 39
..
3. Musim Tangkapan Skrpjack...............................................................................................
45
4 . Harga Patokan lkan Jenis Pelagis Besar untuk Perhitungan Pungutan Hasil
Perikanan .................. :.....................................................................................................5 0
5. Hasil Pendugaan Persamaan Tangkapan Skipjack dan Yellowfin Indonesia.................... 78
6. Hasil Pendugaan Persamaan Produksi Skipjack Beku Indonesia .....................................81
7. Hasil Pendugaan Persamaan Ekspor Skipjack Beku dan Yellowfin Segar ke Jepang ...... 83
8. Hasil Pendugaan Persamaan lmpor Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Jepang .............85
9. Hasil Pendugaan Persamaan Harga Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Dunia...............88
10. Hasil Pendugaan Persamaan Harga Ekspor Skipjack Beku dan Yellowfin Segar
Indonesia..........................................................................................................................
91
11. Hasil Validasi Model Ekspor Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Indonesia......................94
12. Dampak Penurunan Tingkat Suku Bunga (40%) Terhadap Produksi. Ekspor.
lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia. Jepang dan Dunia ..... 96
13. Dampak Penurunan Tingkat lnflasi (30%) Terhadap Produksi. Ekspor.
lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia. Jepang dan Dunia ......97
14. Dampak Peningkatan Kapasitas Kapal(50%) Terhadap Produksi. Ekspor.
lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia. Jepang dan Dunia ......98
15. Dampak Peningkatan Jumlah Alat Tangkap Purse seine (20%) Terhadap Produksi,
Ekspor. lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia. Jepang
dan Dunia ......................................................................................................................100
16. Dampak Depresiasi Rupiah (30%) Terhadap Produksi. Ekspor. lmpor dan Harga
Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia. Jepang dan Dunia................................102
16. Dampak Penurunan Tingkat Suku Bunga dan lnflasi Terhadap Produksi. Ekspor.
lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia. Jepang dan Dunia .... 103
18. Dampak Penurunan Tingkat Suku Bunga. lnflasi dan Depresiasi Rupiah Terhadap
Produksi. Ekspor. lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia.
Jepang dan Dunia .........................................................................................................104
19. Dampak Depresiasi Yen (10%) Terhadap Produksi. Ekspor. lmpor dan Harga
Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia. Jepang dan Dunia ................................105
20. Dampak Apresiasi Yen (10%) Terhadap Produksi, Ekspor, lmpor dan Harga
Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia, Jepang dan Dunia .................. .
...... 107
.
21. Dampak.Peningkatan Ekspor Skipjack Beku Taiwan (40%) Terhadap Produksi, Ekspor,
lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia, Jepang dan Dunia .... 108
22. Dampak Penurunan Ekspor Skipjack Beku Taiwan (10%) Terhadap Produksi, Ekspor,
lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia, Jepang dan Dunia .... 109
23. Dampak Peningkatan Ekspor Yellowfin Segar Philipina (50%) Terhadap Produksi,
Ekspor, lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia, Jepang
dan Dunia .................;................................................................................................
110
24. Dampak Penurunan Eskpor Yellowfin Segar Philipina (10%) Terhadap Produksi,
Ekspor, lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia, Jepang dan
Dunia ...............................................................................................................................
111
25. Dampak Peningkatan lmpor Skipjack Beku Thailand (50%) Terhadap Produksi, Ekspor,
lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia, Jepang dan Dunia .... 112
26. Dampak Penurunan lmpor Skipjack Beku Thailand (10%) Terhadap Produksi, Ekspor,
lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia, Jepang dan Dunia .... 113
27. Dampak Peningkatan Ekspor Skipjack Beku Taiwan dan Yellowfin Segar Philipina
Terhadap Produksi, Ekspor, lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar
Indonesia, Jepang dan Dunia ..........................................................................................
114
28. Dampak Penghapusan Kebijakan Penyeragaman Alat Tangkap Terhadap Produksi,
Ekspor, lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia, Jepang
dan Dunia ........................................................................................................................115
29. Dampak Penghapusan Kebijakan Perlindungan Dolphin Terhadap Produksi, Ekspor,
lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia, Jepang dan Dunia .... 116
30. Dampak Penghapusan Kebijakan Standar Mutu Ekspor Tuna Segar Terhadap
Produksi, Ekspor, lmpor dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia,
Jepang dan Dunia ........................................................................................................... 117
31. Dampak Depresiasi Yen (10%) dan Rupiah (30%) Terhadap Produksi, Ekspor, lmpor
dan Harga Skipjack Beku serta Yellowfin Segar Indonesia, Jepang dan Dunia ..............118
32. Dampak Simulasi Faktor Internal, Eksternal dan Kebijakan Terhadap Volume
Tangkapan Skipjack dan Yellowfin serta Produksi Skipjack Beku Indonesia ................. 120
33. Dampak Simulasi Faktor Internal, Eksternal dan Kebijakan Terhadap Volume
Ekspor Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Indonesia ke Jepang ...................................123
34. Dampak Simulasi Faktor Internal, Eksternal dan Kebijakan Terhadap Harga Ekspor
Skipjack Beku, Yellowfin Segar serta Harga Tuna Domestik Indonesia ...................................125
35. Dampak Simulasi Faktor Internal, Eksternal dan Kebijakan Terhadap Volume dan Harga lmpor
Skipjack Beku serta Volume dan Harga lmpor Yellowfin Segar Jepang ...................................128
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Pangsa Ekspor Yellowfin Segar Dunia Berdasarkan Pengekspor Utama ........................... 3
2 . Pangsa Ekspor Skipjack Beku Dunia Berdasarkan Pengekspor Utama..........................
3
3 . Volume Tangkapan Dunia untuk Jenis Skipjack. Yellowfin. Bigeye dan Albacore ...............8
4 . Volume Tangkapan Dunia untuk Jenis Skipjack. Yellowfin. Bigeye. Albacore di
Samudera Hindia. Pasifik Barat dan Tengah. Atlantik dan Pasifik Timur .............................9
.
................
5 . Peta Samudera Pasifik Barat dan Tengah serta Pasifik Timur ................
13
6 . Volume Tangkapan Skipjack. Yellowfin. Bigeye dan Albacore di Samudera
Pasifik Barat Tengah .........................................................................................................
13
7 . Hasil Tangkapan Semua Jenis Tuna dengan Metode Purse seine. Pole and line dan
Long line di Samudera Pasifik Barat Tengah ................. .
.
.............................................14
8 . Hasil Tangkapan Skipjack dengan Metode Pole and line dan Purse seine
14
di Samudera Pasifik Barat Tengah ....................................................................................
9 . Hasil Tangkapan Yellowfin dengan Metode Pole and line. Long line dan Purse seine
di Samudera Pasifik Barat Tengah ...................................................................................15
10. Volume Tangkapan Tuna dengan Purse seine. Long line. Bait boat dan Gill net
di Samudera Hindia pada tahun 1950-1998 ...................................................................... 16
11. Hasil Tangkapan Skipjack di Samudera Atlantik Barat dan Timur .................................
17
12. Hasil Tangkapan Skipjack dengan Metode Bait boat dan Purse seine di Samudera
Atlantik Timur ................................................................................................................... 17
13. Hasil Tangkapan Skipjack dengan Metode Bait boat dan Purse seine di Samudera
Atlantik Barat ...................................................................................................................
17
14. Hasil Tangkapan Yellowfin dengan Metode Long line. Purse seine dan Bait boat di
Samudera Atlantik ......................................................................................................... 18
15. Volume Tangkapan Skipjack Dunia Berdasarkan Negara Produsen Utama .....................19
16. Volume Ekspor Skipjack Beku Dunia Berdasarkan Negara Pengekspor Utama ............... 19
17. Volume Tangkapan Yellowfin Dunia Berdasarkan Negara Produsen Utama .................... 20
18. Volume Ekspor Yellowfin Segar Dunia Berdasarkan Negara Pengekspor Utama............. 20
19. Volume lmpor Yellowfin Segar Dunia Berdasarkan Negara Pengimpor Utama ................21
20 . Volume lmpor Skipjack Beku Dunia Berdasarkan Negara Pengimpor Utama ...................22
21 . Perkembangan Harga Skipjack Beku di Afrika. USA dan Asia ..........................................23
22 . Perkembangan Harga lmpor Yellowfin Segar Jepang dan AS .......................................... 24
23 . Area Bertelur Skipjack di Samudera Atlantik .....................................................................
25
24 . Stok Biomass Skipjack di Samudera Atlantik ...................................................................
26
25. lndeks G&G untuk Stok Skipjack di Samudera Atlantik ................................................... 26
26 . Area Bertelur Yellowfin di Samudera Atlantik .................................................................. 27
....................................27
27 . Stok Biomass Yetlowfin di Samudera Atlantik ..........................
.
.
.................................................................................................
31
28 . Tuna Skipjack ............
32
29 . Tuna Albacore ........... .......................................................................................................
;
30. Tuna Yellowfin...................................................................................................................
33
31 . Tuna Bigeye .................................................................................................................... 33
32. Tuna Bluefin ...................................................................................................................
3 4
33 . Perbandingan Volume Tangkapan Skipjack dan Produksi serta Ekspor Produk
Skipjack Beku Indonesia .......................
. . . . . . . . . . . . . ..
. ..
. ..
. ..
...
37
34 . Perbandingan Volume Tangkapan dan Ekspor Yellowfin Segar Indonesia .......................38
35 . Perbandingan Jumlah Kapal Tangkap Berukuran di atas 30 GT ....................................... 39
36. Kapal Tuna Long line Berukuran di bawah 100 GT ........................................................... 40
37 Kapal Tcna Long line Berukuran di atas 100 GT ..............................................................
40
38 . Kapal Tuna Pole and line Berukuran 30-50 GT .................................................................41
39 . Volume Ekspor Skipjack Beku Indonesia Berdasarkan Negara Tujuan Utama..................43
40 . Volume Ekspor Yellowfin Segar Indonesia Berdasarkan Negara Tujuan Utama.............. 43
41 . Perkembangan Harga FOB Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Indonesia.......................44
42 . Keterkaitan Sumberdaya. Usaha Penangkapan. Kebijakan Pemerintah dan
Pasar Tuna ....................................................................................................................
52
43 . Kurva Penerimaan Nelayan dalam Usaha Penangkapan lkan ......................... .
.
..........54
44 . Perdagangan antara Negara Pengekspor dan Pengimpor .............................................
55
45 . Model Keterkaitan Ekspor Skipjack Beku dan Yellowfin Segar lndonesia ke
67
Pasar Jepang ...................................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
1. Data Peubah yang Digunakan dalam Penelitian .....................
.
....
.....
Halaman
.............. 137
2. Program Komputer Prosedur Syslin Metode 2SLS SASETS Versi 8 .............................139
3. Hasil Pendugaan Model Prosedur Syslin Metode 2SLS SASIETS Versi 8 ...................... 140
4. Program Komputer Validasi Model Prosedur Simnlin Metode 2SLS SASIETS Versi 8 ... 145
5. Hasil Validasi Model Prosedur.Simnlin Metode 2SLS SASIETS Versi 8 .........................146
6. Program Komputer Simulasi Penurunan Tingkat Suku Bunga Sebesar 40 Persen
Prosedur Simnlin Metode 2SLS SASIETS Versi 8 ........................
.
........... ............. 148
7. Hasil Simulasi Penurunan Tingkat Suku Bunga Sebesar 40 Persen Prosedur
Simnlin Metode 2SLS SASIETS Versi 8 .......................................................................149
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
lndonesia merupakan negara kepulauan dengan lebih dari dua pertiga wilayahnya
berupa perairan. Dengan perincian luas laut sebesar 5.8 juta km2 terdiri dari laut teritorial 0.8
juta km2, laut nusantara 2.3 juta km2, Zona Ekonomi Ekslusif lndonesia 2.7 juta km2 dan
panjang garis pantai 81 000 km. Potensi sumberdaya perikanan lndonesia sangat besar yaitu
mencapai 6.18 juta ton ikan per tahun. Hingga tahun 1998 diperkirakan sebanyak 2.6 juta ton
ikan per tahun yang belum termanfaatkan.
Walaupun baru dimanfaatkan sekitar 58.5 persen, namun usaha perikanan laut
lndonesia relatif efisien. Hal ini terlihat dari nilai ICOR (Incremental Capital Output Ratio)
sebesar 3.42 yang artinya tingkat efisiensinya relatif tinggi dibanding usaha sektor lainnya.
Begitu pula angka ILOR (Incremental Labour Output Ratio) yang mencapai 7-9 yang berarti
mampu menyerap banyak tenaga kerja. Dari total penduduk lndonesia yang berjumlah lebih
kurang 210 juta orang pada tahun 2000, sebanyak 5 juta orang terlibat langsung dalam
kegiatan di bidang perikanan. lronisnya lebih dari 80 persen nelayan lndonesia berada di
bawah garis kemiskinan.
Pengembangan sumberdaya laut saat ini menunjukkan kontribusi ekonomi kelautan
(perikanan, perhubungan laut, pertambangan, pariwisata, industri maritim, benda-benda
berharga) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 20 persen. lndustri perikanan
sendiri memberikan kontribusi hanya sebesar 2 persen terhadap sektor ekonomi secara
keseluruhan. Oleh karena itu, dalam rangka pembangunan sektar perikanan serta menjawab
isu-isu yang berkembang (pelestarian sumber daya alam, responsible fisheries, globalisasi
dan perdagangan bebas antarnegara Asean maupun di Asia Pasifik), pemerintah menetapkan
sepuluh kornoditas unggulan dengan tujuan untuk menarik pemilik modal dan lembaga
keuangan dalam dan luar negeri. Sepuluh komoditas yang dianggap paling prospektif itu
adalah tuna, kakap putih, kerapu, rumput laut, mutiara, udang, nila gift, kodok lembu, ikan hias
dan labi-labi.
Hingga saat ini usaha penangkapan tuna lndonesia belum optimal, namun volume
tangkapannya relatif terus mengalami peningkatan. Tangkapan tuna pada tahun 1988
sebesar 349 668 ton dan pada tahun 2000 mencapai 615 230 ton, dengan laju pertumbuhan
volume tangkapan sebesar 6.1 persen per tahun. Ekspor tuna lndonesia (tuna segar, tuna
beku, tuna kaleng) periode 1988-2000 berfluktuasi namun relatif terus mengalami
peningkatan. Pada tahun 1988 volume ekspor tuna sebesar 49 257 ton, dengan laju
pertumbuhan rata-rata 13.77 persen per tahun, mencapai 166 021 ton pada tahun 2000 dan
pangsa rata-rata sebesar 20 persen terhadap volume produksinya.
Komoditas tuna ekspor lndonesia didominasi oleh jenis skipjack beku dan yellowfin
segar dengan negara tujuan utama Jepang diikuti oleh Amerika Serikat (AS) dan Thailand.
Untuk jenis skipjack beku, lndonesia merupakan eksportir terbesar ke lima dunia. Untuk jenis
yellowfin segar, lndonesia merupakan eksportir terbesar dunia diikuti oieh Philipina. Gambar 1
dan Gambar 2 menunjukkan perkembangan pangsa ekspor skipjack beku dan yellowfin segar
lndonesia terhadap ekspor skipjack beku dan yellowfin segar Dunia periode 1989-2000.
Masyarakat Jepang yang merupakan konsumen utama tuna, terus mengalami
peningkatan volume impor tuna semenjak tahun 1990. Pangsa impor Jepang terhadap impor
tuna segar Dunia periode 1988-2000 rata-rata sebesar 40 persen dan pangsa impor Jepang
terhadap impor tuna beku Dunia sebesar 20 persen. Melemahnya perekonomian Jepang
dalam empat tahun belakangan dan banjirnya pasokan tuna yang masuk ke Jepang menjadi
salah satu penyebab penurunan harga tuna secara global. Hal ini menunjukkan bahwa pasar
tuna dunia berpatokan pada pasar Jepang. Akibatnya lndonesia sebagai eksportir terbesar
untuk produk tuna segar dan ke tiga untuk produk tuna beku ke Jepang, turut terkena
dampaknya. Terlebih semenjak krisis ekonomi dan moneter yang hingga tahun 1998 telah
menyebabkan suku. bunga meningkat hingga di atas 50 persen, pengangguran mencapai 11
persen serta depresiasi rupiah terhadap dollar AS yang mencapai 300 persen, telah berakibat
usaha penangkapan tuna banyak yang terancam gulung tikar. Peluang dan tantangan di atas
perlu dicermati oleh pemerintah dalam rangka peningkatan ekspor tuna lndonesia di pasar
internasional, terutama untuk meningkatkan devisa negara dalam upaya mengatasi berbagai
masalah pada masa kondisi ekonomi dunia dan domestik sekarang ini.
Gambar 1. Pangsa Ekspor Yellowfin Segar Dunia Befdasarkan Negara Pengekspor Utama
100%
80%
I
60°h
I
40%
1
20%
t
I
0%
Sisa Dunia
Indonesia
Spanyol
Jepang
o Korea
ca Taiwan
1
Gambar 2. Pangsa Ekspor Skipjack Beku Dunia Be~dasarkanNegara Pengekspor Utama
1.2. Perumusan Masalah
lndonesia yang memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia hanya mampu
menghasilkan devisa US$. 2 milyar per tahun. Padahal Thailand yang hanya memiliki panjang
pantai 2 400 km mampu menghasilkan devisa dari perikanan sebesar US$. 4.6 milyar per
tahun. lronis jika mengingat setiap tahunnya negara mengalami kerugian sebesar US$. 4
milyar akibat pencurian ikan oleh nelayan-nelayan asal Jepang, Thailand, Taiwan dan Korea
Selatan. Nasib nelayan lndonesia sendiri paling memprihatinkan dalam golongan petani.
Potensi ikan tuna di kawasan lndonesia Timur merupakan yang paling tinggi di dunia,
yakni mencapai 65 persen potensi dunia. Kawasan lndonesia Barat juga memiliki potensi tuna
yang cukup besar, namun baik nelayan maupun pengusaha tuna lndonesia tidak mampu
memanfaatkannya. Akibatnya, nelayan asing yang memanfaatkannya dengan menggunakan
kapal penangkap tuna yang lebih canggih dibanding yang digunakan oleh nelayan Indonesia.
Rendahnya tingkat pemanfaatan potensi sumber daya laut lndonesia tersebut antara lain
dikarenakan kurangnya armada kapal penangkap tuna (terutama yang berukuran di atas 30
GT) karena bisnis tuna bersifat padat modal (capital intensive).
Dari Konferensi Tuna lntemasional ke-7 (Mei 2000 di Bali) yang diikuti oleh Jepang,
Korea Selatan, Taiwan dan lndonesia sebagai tuan rumah, ada dua masalah pokok dalam
perikanan tuna Indonesia. Pertama, harga tuna di pasar dunia turun hingga 50 persen akibat
over slrpply bersamaan dengan lesunya perekonomian Jepang dalam empat tahun
belakangan. Isu dolphin yang dimunculkan Food and Agriculture Organization (FAO) pada
tahun 1992 juga turut dimanfaatkan negara pengimpor untuk menekan harga. Dalam kasus
ini, nelayan lndonesia termasuk yang dituduh tidak selektif dalam melakukan penangkapan.
Penangkapan tuna oleh nelayan yang menggunakan umpan bandeng memancing datangnya
dolphin, walaupun kemudian dilepas namun tak lama kemudian mati, padahal dolphin
merupakan salah satu hewan yang dilindungi (Wibowo, 2000).
lmbas dari turunnya harga tuna dunia menyebabkan harga skipjack beku lndonesia
juga mengalami penurunan. Setelah mengalami harga tertinggi US$. 1.3401kg (tahun 1989),
harga skipjack beku ekspor lndonesia cenderung terus menurun hingga mencapai US$.
0.4001kg (tahun 2000). Pada akhir tahun 2000 terjadi perbaikan harga menjadi US$. 0.5001kg
akibat meningkatnya permintaan impor skipjack beku Jepang. Begitu juga dengan yellowfin
segar, sejak tahun 1988 mengalami peningkatan harga yang signifikan hingga mencapai US$.
5.0841kg (tahun 1993), harga yellowfin segar ekspor lndonesia cenderung terus menurun
hingga di bawah US$. 3.001kg (tahun 1998). Untuk itu perlu dilihat faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat harga tuna ekspor baik di tingkat pengimpor maupun pengekspor.
Kedua, lndonesia kekurangan armada kapal penangkap tuna dalam memenuhi
kebutuhan domestik maupun ekspor ke Jepang. Langkanya armada kapal akibat adanya
larangan impor kapal hingga tahun 1997 merupakan kendala utama peningkatan ekspor tuna
Indonesia. Usaha penangkapan tuna membutuhkan Investas1 besar sehingga diperlukan
investasi yang lebih banyak baik dari dalam negeri maupun asing. Melemahnya nilai tukar
rupiah juga membuat biaya produksi makin tlnggi sementara para eksportir masih dibebankan
pajak ekspor dan pungutan-pungutan lain yang dirasakan sangat memberatkan. Untuk itu
pemerintah perlu memperhatikan besarnya tingkat suku bunga dan nilai tukar rupiah dalam
upaya meringankan beban nelayan dan pengusaha perikanan tuna. Bagaimana pengaruh
kebijakan pemerintah terhadap produksi dan ekspor tuna Indonesia?
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku penawaran
skipjack beku dan yellowfin segar lndonesia ke pasar Jepang. Secara khusus, penelitian ini
bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai:
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi volume tangkapan skipjack dan yellowfin Indonesia.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran skipjack beku dan yellowfin
segar lndonesia ke Jepang.
3. Dampak kebijakan dalam perikanan tuna dunia dan nasional terhadap produksi dan ekspor
skipjack beku dan yellowfin segar Indonesia.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi tambahan yang bermanfaat
bagi para pengambil kebijakan maupun pengusaha tuna lndonesia dalam menetapkan strategi
ekspornya.
1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
lndonesia mengekspor beberapa jenis ikan tuna ke beberapa negara. Karena paling
banyak diminati di pasar internas~onaldan mendominasi ekspor tuna Indonesia, maka ekspor
skipjack beku dan yellowfin segar lebih difokuskan dalam penelitian ini. Jepang merupakan
pasar tujuan utama tuna lndonesia dan juga tuna dunia pada umumnya. Tingginya tingkat
persaingan di pasar tuna Jepang menyebabkan penelitian ini lebih ditekankan pada analisis
penawaran ekspor skipjack beku dan yellowfin segar lndonesia ke pasar Jepang. Ekspor
skipjack beku dan yellowfin segar lndonesia selain ke Jepang digolongkan pada penawaran
untuk Sisa Dunia. Untuk melihat penawaran negara pesaing di pasar Jepang, digunakan
Taiwan dan Philipina sebagai negara pengekspor skipjack beku dan yellowfin segar utama
dunia. Produksi skipjack beku dan yellowfin segar lndonesia tidak didisagregasi berdasarkan
wilayah perrghasilnya karena fokus penelitian ini adalah penawaran ekspor tuna lndonesia
bukan peritaku produksinya. Walaupun tidak dapat menjelaskan pe~ilakuproduksi dan ekspor
skipjack beku dan yellowfin segar daerah asalnya, secara umum dapat menggambarkan
ekspor tuna Indonesia.
Berbagai terbitan nasional maupun internasional menampilkan data ekspor tuna
lndonesia sebelum tahun 1988. Namun untuk spesifikasi produk tuna ekspor dalam bentuk
skipjack beku dan yellowfin segar baru ditemukan mulai tahun 1988. Keterbatasan time series
yang digunakan dalam penelitian ini (tahun 1989-2000), menyebabkan model kurang reliable
untuk melakukan forecasting
keragaan penawaran skipjack beku dan yellowfin segar
lndonesia ke Jepang beberapa tahun ke depan.
II. PRODUKSI DAN PERDAGANGAN SKIPJACK BEKU DAN YELLOWFIN
SEGAR DUNlA
2.1. Gambaran Tuna Jenis Skipjack dan Yellowfin Dunia
Ada empat wilayah perairan di mana kapal-kapal ikan melakukan eksploitasi
penangkapan tuna, yaitu Samudera Atlantik, Samudera Pasifik Barat dan Samudera Pasifik
Tengah, Samudera Pasifik Timur dan terakhir Samudera Hindia. lkan tuna meliputi jenis
skipjack (50 persen dari total tangkapan tuna), yellowfin (35%), bigeye (10%) dan albacore
(5%). Gambar 3 menunjukkan perkembangan volume tangkapan global untuk masing-masing
jenis tuna periode 1962-1999 dan Gambar 4 menunjukkan perkembangan volume tangkapan
global untuk keempat jenis tuna tersebut di Samudera Hindia, Pasifik dan Atlantik periode
1962-2000.
-------------------------
nit
Gambar 3. Volume Tangkapan Dunia untuk Jenis Skipjack, Yellowfin, Bigeye dan Albacore
Sumber : OFP, 2000
Catatan : SKJ= Skipjack, YFT= Yellowfin, BET= Bigeye, ALB= Albacore
Gambar 4. Volume Tangkapan Dunia untuk Jenis Skipjack, Yellowfin, Bigeye, Albacore di Samudera
Hindia, Pasifik Barat dan Tengah, Atlantik dan Pdsifik Timur
Surnber: OFP, 2000
Catatan: WCPO= West Central Pacific Ocean, EPO= East Pasific Ocean
2.1.1. Tuna Skipjack
: skipjack tuna (stripe-bellied bonito)
Nama latin
: Katsuwonuspelamis
Nama Indonesia
: cakalang
Ukuran dan bobot
: rata-rata 35 cm dan 3 kg
Wilayah tangkapan
: Samudera Pasifik Barat (55%)
Samudera Pasifik Timur (12%)
Samudera Hindia (20%)
Samudera Atiantik (13%)
Metoda penangkapan
: sebagian besar menggunakan purse seine (pukat
cincinl lingkar)
Pangsa tangkapan terhadap semua tuna : 50-55% atau 1 500 000 mlt
Wilayah produksi utama
: Thailand, Philipina, Indonesia, Ecuador, Ghana,
Colombia, Ivory Coast, Senegal, Samoa, Spanyol
dan ltalia
Usia hidup
: maksimal3 tahun
Negara utama tujuan pasar
: Jepang, Eropa Barat dan Amerika Serikat
Bentuk produk yang.banyak diminati
: kaleng, segar (utuh), beku loin, segar-beku fillet
dan smoked
Deskripsi skipjack
: Skipjack adalah jenis tuna yang paling banyak
dikonsumsi. Tingkat migrasinya sangat tinggi,
dapat ditemukan di perairan tropis. Biasanya
dolphin (lumba-lumba) tidak berenang bersama
skipjack sehingga aman bagi spesies dolphin.
Ketersediaan di masa yang akan datang : Stok skipjack 1.5 juta mlt adalah jumlah maksimum
yang dapat dipertanggung-jawabkan ekosistem.
Mayoritas wilayah tangkapan telah dieksploitasi
secara besar-besaran, dan beberapa di antaranya
seperti Samudera Atlantik mengalami penurunan
jumlah tangkapan akibat over fishing.
2.1.2. Tuna Yellowfin
Nama lnggris
: yellowfin tuna
Nama latin
: Thunnus albacares
Nama Indonesia
: madidihang
Ukuran dan bobot
: 40-180 crn dan 5-20 kg
Wilayah tangkapan
: Sarnudera Pasifik Timur (25%)
Samudera Pasifik Barat (35%)
Samudera Hindia (25%)
Samudera Atlantik (15%)
Metoda penangkapan
: sebagian besar dengan purse seine dan sisanya
dengan rawai tuna (long line)
Pangsa tangkapan terhadap semua tuna : 35% atau 1 100 000 mlt
Wilayah produksi utama
: Thailand, Philipina, Indonesia, Mexico, Venezuela,
Ecuador, Colombia, Spanyol dan ltalia
Usia hidup
: 4-7 tahun
Negara utama tujuan pasar
: Jepang, Eropa Barat dan Amerika Serikat
Bentuk produk yang banyak diminati
: kaleng, segar (utuh), beku loin, segar fillet dan
smoked
Deskripsi yellowfin
: Yellowfin merupakan jenis kedua setelah skipjack
yang paling diminati, berukuran besar dan dapat
berenang dengan kecepatan tinggi. Hal ini
menerangkan mengapa pada beberapa perairan
dolphin dan segerombolan yellowfin berenang
bersama.
Ketersediaan di masa yang akan datang : Menurut para ilmuwan eksploitasi yellowfin pada
Samudera Pasifik Timur telah optimal, begitu pula
di Samudera Pasifik Barat sehingga tidak akan ada
pertumbuhan yang signifikan
pada volume
tangkapan di masa yang akan datang. Di
Samudera Hindia masih akan ada pertumbuhan
yang sangat kecil. Yang perlu diperhatikan dalam
penangkapan yellowfin adalah meningkatnya
tangkapan terhadap baby-yellowfin (terutama di
Samudera Atlantik, Hindia dan Pasifik Barat). Hal
ini dapat membahayakan ketersediaan stok dalam
jangka panjang.
2.2. Potensi Produksi Skipjack dan Yellowfin Dunia
a. Samudera Pasifik
Dari ketiga wilayah perairan, Samudera Pasifik merupakan wilayah yang paling
banyak ditemukan tuna. Gambar 5 menunjukkan Samudera Pasifik terbagi menjadi dua
bagian utama yaitu Samudera Pasifik Barat dan Tengah serta Samudera Pasifik Timur. Lebih
dari 60 persen total volume tuna dunia ditangkap di Samudera Pasifik. Untuk jenis skipjack,
lebih kurang 67 persen dari total volume tangkapan skipjack dunia berasal dari Samudera
Pasifik bagian barat maupun timur. Untuk jenis yellowfin, lebih kurang 60 persen dari volume
tangkapan dunia berasal dari Samudera Pasifik bagian barat maupun timur. Diperkirakan
eksploitasi yang berlebihan selama ini (khususnya untuk jenis yellowfin) menyebabkan tidak
akan ada perkembangan yang berarti terhadap jumlah tangkapannya di masa-masa yang
akan datang. Gambar 6 menunjukkan perkembangan komposisi volume tangkapan beberapa
jenis tuna periode 1962-2000 di Pasifik Barat dan Tengah yang didominasi oleh jenis skipjack
dan yellowfin.
Western a n d Central
Pacific Ocean
-,
I
120E
14OE
?GO€
180
160W
Eastern Pacific
Ocean
140W
120W
lOOW
BOW
Gambar 5. Peta Samudera Pasifik Barat dan Tengah serta Pasifik Timur
Sumber: OFP, 2000
Gambar 6. Volume Tangkapan Skipjack, Yellowfin, Bigeye dan Albacore di Samudera Pasifik Barat
Tengah
Sumber: OFP, 2000
Metoda penangkapan yang digunakan untuk semua jenis tuna di wilayah ini
didominasi oleh penggunaan purse seine (pangsa 60% dari total tangkapan), diikuti huhate
(pole and line) dan long line. Untuk jenis skipjack maupun yellowfin, metoda penangkapan
yang paling banyak digunakan adalah dengan alat tangkap purse seine. Gambar 7 , Gambar 8
dan Gambar 9 menunjukkan perkembangan volume tangkapan skipjack dan yellowfin periode
1962-2000 herdasarkan alat tangkap yang digunakan di Samudera Pasifik Barat Tengah.
Gambar 7. Hasil Tangkapan Semua Jenis Tuna dengan Metode Purse seine, Pole-and-line dan Long
line di Samudera Pasifik Barat Tengah
Sumber. OFP, 2000
Catatan: OTH= Others, PS= Purse seine, PL= Pole and line, LL= Long line
Sebesar 75 persen dari hasil tangkapan skipjack di wilayah ini dihasilkan oleh
penggunaan purse seine diikuti pole and line sebesar 20 persen. Untuk jenis yellowfin,
sebesar 60 persen dari hasil tangkapannya diperoleh dengan menggunakan purse seine
diikuti long line sebesar 10 persen
Gambar 8. Hasil Tangkapan Skipjack dengan Metode Pole and line dan Purse seine di Samudera
Pasifik Barat Tengah
Sumber OFP. 2000
Gambar 9. Hasil Tangkapan Yellowfin dengan Metode Pole and line, Long line dan Purse seine di
Samudera Pasifik Barat Tengah
Sumber: OFP, 2000
b. Samudera Hindia
Samudera Hindia merupakan wilayah perairan kedua yang paling banyak ditemukan
tuna. Perairan ini merupakan area penangkapan bagi lebih kurang 19 persen dari total volume
tuna dunia. Sebanyak 25 persen dari volume tangkapan yellowfin dunia dan 20 persen dari
volume tangkapan skipjack dunia diperoleh dari Samudera Hindia. Di antara wilayah perairan
yang ada, hanya Samudera Hindia yang diperkirakan masih akan mengalami pertumbuhan
volume tangkapan (khususnya untuk jenis yellowfin).
Gambar 10 menunjukkan perkembangan volume tangkapan semua jenis tuna dari
tahun 1950 sampai dengan 1998 di Samudera Hindia beserta alat tangkap yang digunakan.
Metoda penangkapan dengan menggunakan alat tangkap purse seine merupakan metoda
yang paling banyak digunakan di wilayah perairan ini.
Ca!~hap?r
UFICL PS
LK@;
1 m340
$11 13
0 Repofltd
OPatlially Eslimattd
i Fully Estimaled
A
-
70$,%0
2
&:6:.0
0
Gambar 10. Volume Tangkapan Tuna dengan menggunakan Purse seine, Long line, Bait boat dan
Gill net di Samudera Hindia pada tahun 1950-1998
Sumber: IOTC, 2000
Catatan: BB= Bait boat, GLL= Gill net, UNCL= Unclear
c. Samudera Atlantik
Samudera Atlantik merupakan wilayah perairan ketiga di mana banyak ditemukan
tuna. Lebih kurang sebanyak 13 persen dari total volums tuna dunia ditangkap di perairan ini.
Untuk jenis skipjack, sebanyak 13 persen dari volume tangkapan dunia berasal dari Samudera
Atlantik. Untuk jenis yellowfin, volume tangkapannya mencapai lebih kurang 15 persen dari
volume dunia.
Kegiatan penangkapan tuna (khususnya untuk jenis skipjack) di wilayah perairan ini
telah sampai pada taraf over fishing. Untuk jenis yellowfin, ketersediaan stoknya pada masa
yang akan datang dikhawatirkan akan terancam akibat ramainya kegiatan penangkapan baby
yellowfin. Metoda penangkapan tuna untuk jenis skipjack maupun yellowfin yang paling
banyak digunakan di wilayah ini adalah dengan menggunakan alat tangkap purse seine.
Gambar 11, Gambar 12 dan Gambar 13 menunjukkan perkembangan volume tangkapan
skipjack periode 1965-2000 berdasarkan alat tangkap yang digunakan di Samudera Atlantik.
'y).:)
'915
1980
1%3Li'Jts
V
1990
$
5
2UCQ
rsr
Gambar 11. Hasil Tangkapan Skipjack di Samudera Atlantik Barat dan Timur
Surnber: ICCAT,2001
Gambar 12. Hasil Tangkapan Skipjack dengan Metode Bait boat dan Purse seine di Samudera
Atlantik Timur
Sumber: ICCAT,2001
Gambar 13. Hasil Tangkapan Skipjack dengan Metode Bait boat dan Purse seine di Samudera
Atlantik Barat
Surnber: ICCAT,2001
Garnbar 14 rnenunjukkan perkernbangan volume tangkapan yellowfin periode 1965-2000
berdasarkan alat tangkap yang digunakan di Samudera Atlantik.
Gambar 14. Hasil Tangkapan Yellowfin dengan Metode Long line, Purse seine dan Bait boat di
Samudera Atlantik
Sumber: ICCAT,2001
2.3. Ekspor Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Dunia
Produk ikan tuna jenis skipjack dan yellowfin diperdagangkan di pasar internasional
dalam bentuk Canned (kalengan), Fresh whole fish (segar, utuh), Frozen Loins (beku tanpa
kepala dan sirip), Fresh-Frozen Fillets (segar maupun beku fillet) dan Smoked (dilakukan
pengasapan). Ekspor tuna lndonesia (hingga saat ini) didominasi produk skipjack beku dan
yellowfin segar.
lndonesia merupakan negara kedua setelah Jepang sebagai produsen utama skipjack
dunia (pangsa 10%). Namun untuk produk skipjack beku, lndonesia bukanlah negara
pengekspor terbesar. Hanya 5 persen pangsa ekspor skipjack beku Dunia berasal dari
Indonesia. Pengekspor skipjack beku terbesar di dunia adalah Taiwan (30%), diikuti Korea
(10-20%), Jepang, Spanyol, Indonesia, Prancis serta Ivory Coast. Gambar 15 dan Gambar 16
menunjukkan perkembangan komposisi volume tangkapan skipjack dan ekspor produk
skipjack beku Dunia periode 1988-2000 berdasarkan negara utama.
Sisa Dunia
hdonesia
Spanyol
Jepang
Korea
Taiwan
Gambar 15. Volume Tangkapan Skipjack Dunia Berdasarkan Negara Produsen Utama
Sisa Dunia
w Indonesia
Spanyol
rrra Jepang
Korea
Taiwan
Gambar 16. Volume Ekspor Skipjack Beku Dunia Berdasarkan Negara Pengekspor Utama
Untuk produk yellowfin segar (pangsa produksi lo%), Indonesia dapat dikatakan
sebagai pengekspor terbesar (pangsa 40% dari ekspor yellowfin segar Dunia). Negara
pengekspor utama lainnya adalah Philipina (20%) dan Amerika Serikat (AS) kurang dari 5
persen. Dari data yang tercatat pada perikanan FAO, kegiatan ekspor Philipina baru dimulai
pada tahun 1991. Untuk Amerika Serikat sebagai negara pengimpor utama sekaligus
pengekspor yellowfin segar, data menunjukkan AS baru mulai mengekspor yellowfin segar
pada tahun 1993. Gambar 17 dan Gambar 18 menunjukkan perkembangan komposisi volume
tangkapan dan ekspor yellowfin segar Dunia periode 1988-2000 berdasarkan negara utama.
1200000
~
1000000 ;
'
ton
800000
600000
/
1
"i
o Sisa Dunia
a Philipina
hdonesia
400000
200000 -/
0I
Gambar 17. Volume Tangkapan Yellowfin Dunia Berdasarkan Negara Produsen Utama
60000
50000 -!
40000 :
toll
30000
20000
Sisa Dunia
IPhilipina
o Indonesia
10000 1
0'
Gambar 18. Volume Ekspor Yellowfin Segar Dunia Berdasarkan Negara Pengekspor Utama
2.4, lmpor Skipjack Beku dan Yellowfin Segar Dunia
a. Jepang
Masyarakat Jepang mempunyai tingkat pengeluaran konsumsi makanan lebih kurang
13 persen untuk produk sea food, 10 persen untuk daging dan produknya, 7.5 persen untuk
produk makanan awetan dan 16.5 persen untuk makanan di luar rumah (restoran). Ini
menunjukkan posisi Jepang sebagai pasar potensial untuk produk tuna. Sejak tahun 1986
impor tuna Jepang terus meningkat seiring dengan apresiasi yen terhadap US dollar. Tabel 1
menunjukkan volume ekspor dan negara pengekspor utama tuna segar ke Jepang.
Setelah Taiwan dan Republik Korea sebagai negara pengekspor utama tuna ke
Jepang, Indonesia merupakan pengekspor terbesar ketiga. Selain itu, ada Malaysia dan
Singapura yang belakangan ini ekspor tunanya ke Jepang terus meningkat. Jepang sangat
dominan bagi pasar yellowfin segar Dunia, Gambar 19 menunjukkan perkembangan volume
impor yellowfin segar Dunia pe