Analisis Permintaan Ekspor Ikan Tuna Segar Indonesia di Pasar Internasional

(1)

ANALISIS PERMINTAAN EKSPOR

IKAN TUNA SEGAR INDONESIA DI PASAR

INTERNASIONAL

WINANTI APSARI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Permintaan Ekspor Ikan Tuna Segar Indonesia di Pasar Internasional adalah karya saya dengan arahan dari Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juli 2011

Winanti Apsari NRP. H151090344


(4)

(5)

ABSTRACT

WINANTI APSARI. Export Demand Analysis of Indonesian Tunas in International Market. Under the Supervision of DEDI BUDIMAN HAKIM and MUHAMMAD FINDI ALEXANDI.

The purpose of this paper is to empirically analyze the effect of the export demand to total export of Indonesian Tunas in international market and to knowing the characteristic from the three main Importir Countries: United States of America, Europian Union, amd Japan. Indonesia as a maritime nation has a big chance for being a big exportir of tunas to maintain economic stabilitation not only depended by oil and gas sector that tend to be depleted

The methods which used in this paper is simultan equation model with three step least square. Result of this study is knowing the characteristics of Indonesian tuna export demand in the international market, which can become very important material for government and business actors in Indonesian tuna to take the best policy in order to increase the export of Indonesian tuna sustainably.

Keywords: Indonesian export tuna, simultan equation model,time series data, policy.


(6)

(7)

RINGKASAN

WINANTI APSARI. Analisis Permintaan Ekspor Ikan Tuna Segar Indonesia di Pasar Internasional. Dibimbing oleh DEDI BUDIMAN HAKIM dan MUHAMMAD FINDI ALEXANDI.

Sektor perikanan Indonesia dalam era perdagangan bebas mempunyai peluang yang cukup besar. Indonesia merupakan negara bahari yang sangat kaya dengan potensi perikananan dan kelautannya. Laut Indonesia memiliki luas kurang lebih 3,1 juta km2 (perairan laut teritorial 0,3 juta km2 dan perairan nusantara 2,8 juta km2) dan perairan Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI) seluas lebih kurang 2,7 juta km2 menyimpan banyak jenis ikan dan hasil perairan laut lainnya yang memiliki nilai ekonomis yang sangat penting.

Ikan tuna sebagai komoditas ekspor perikanan kedua telah menyumbangkan devisa pada tahun 2006 sebesar US$ 250.567 juta atau naik sebesar 17,95 persen dari ekspor ikan tuna pada tahun 2002 yang mencapai US$ 212.426 juta. Ekspor ikan tuna Indonesia selama 25 tahun terakhir ini memiliki pertumbuhan rata-rata yang positif dengan laju pertumbuhan rata rata volume sebesar 6.03persen dan 11.79 persen untuk laju pertumbuhan nilainya.

Pasar ikan tuna terbesar di dunia saat ini adalah Jepang, Amerika Serikat dan Uni Eropa. Ekspor ikan tuna ke Jepang sebesar 27 persen, dan ke Amerika Serikat 17 persen sedangkan ke Uni Eropa juga cukup besar volume dan nilainya yaitu sebesar 12 persen (FAO,2006). Di kawasan ASEAN, Indonesia menempati urutan kedua sebagai negara produsen ikan tuna setelah Thailand. Hal ini disebabkan perbedaan tingkat eksploitasi baik dari segi jumlah maupun teknologi penggunaan alat tangkap. Mengingat bahwa perairan Indonesia masih luas maka peluang untuk meningkatkan produksi masih besar dan itu berarti juga peluang untuk meningkatkan ekspor sebagai penambah devisa negara juga besar.

Penelitian ini menggunakan data sekunder, data time series dari tahun 1990-2009 bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), situs FAO, situs COMTRADE, IFS, Kementrian Kelautan dan Perikanan, Buletin Infofish, Bank Indonesia, dan Kementrian Perdagangan. Selain itu data juga dilengkapi dengan laporan hasil penelitian, jurnal yang berkaitan dengan topik kajian.

Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif mengenai perkembangan volume produksi dan ekspor ikan tuna di Indonesia ke negara tujuan ekspor utama yaitu Jepang, Amerika dan Uni Eropa, untuk mendapatkan gambaran tentang perkembangan ekspor ikan tuna Indonesia. Metode yang kedua adalah analisis permintaan ekspor ikan tuna di Indonesia di pasar internasional, metode yang digunakan adalah analisis regresi berganda dengan Three Least Square untuk menghilangkan autokorelasi dan heterokedastisitas. Program yang digunakan adalah program Eviews dan microsoft excel 2007 untuk mengolah data dengan simultan equation model.

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ikan tuna Indonesia secara signifikan adalah Interest Rate (Suku Bunga Riil), Produksi Ikan tuna tahun yang


(8)

lalu, Trend sebagai proxy perkembangan tekhnologi, dan Kebijakan pemerintah yang mendukung perkembangan produksi ikan tuna Indonesia seperti pengurusan izin usaha yang dipermudah, perbaikan pelabuhan dan pembangunan cold storage yang memadai, proteksi keamanan dengan penyelesaian masalah illegal fishing yang banyak terjadi di perairan Indonesia. Sedangkan variabel Jumlah Kapal dan Jumlah tenaga kerja yang terlibat pada proses usaha produksi mempengaruhi secara positif namun tidak signifikan terhadap produksi ikan tuna Indonesia.

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor ikan tuna Indonesia di pasar internasional dianalisis dengan melihat karakteristik permintaan ekspor tiga negara pengimpor terbesar yaitu Amerika Serikat, Jepang dan Uni Eropa. Faktor-faktor yang secara signifikan berpengaruh adalah harga ikan tuna Indonesia di negara tersebut, harga salmon sebagai ikan substitusi ikan tuna, harga ikan tuna thailand sebagai eksportir selain Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara pengimpor, GDP negara pengimpor, jumlah penduduk, tarif yang diberlakukan terhadap impor ikan tuna asal Indonesia, dan konsumsi ikan tuna perkapita.

Produksi dan ekspor ikan tuna Indonesia ternyata dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah Indonesia dan kebijakan yang diterapkan negara pengimpor. Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam mendorong produksi ikan tuna dan meningkatkan ekspor perlu terus dilakukan, disamping proyek meningkatkan mutu pangan masyarakat Indonesia dengan membudayakan makan ikan yang akan meningkatkan konsumsi domestik ikan tuna Indonesia. Kebijakan meningkatkan konsumsi domestik akan menurunkan permintaan ekspor karena harga yang meningkat bila tidak dibarengi dengan meningkatkan produksi ikan tuna Indonesia. Kebijakan penghapusan tarif di negara Jepang akan meningkatkan permintaan ekspor ikan tuna dari negara Jepang, yang akan mensubstitusi dan menurunkan permintaan ekspor ikan tuna Indonesia dari Amerika dan Uni Eropa bila produksi tidak dapat ditingkatkan. Penurunan harga di Amerika Serikat juga akan meningkatkan permintaan ekspor ikan tuna Indonesia dari Amerika Serikat, dan mensubstitusi permintaan ikan tuna di negara-negara yang lain juga bila produksi ikan tuna tidak ditingkatkan.

Kata Kunci: Ekspor ikan tuna Indonesia, Persamaan simultan, Data time series, Kebijakan.


(9)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa ijin IPB.


(10)

(11)

ANALISIS PERMINTAAN EKSPOR

IKAN TUNA SEGAR INDONESIA DI PASAR

INTERNASIONAL

WINANTI APSARI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Ekonomi

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(12)

(13)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Tesis : Analisis Permintaan Ekspor Ikan Tuna Segar Indonesia di Pasar Internasional.

Nama : Winanti Apsari

NRP : H151090344

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Disetujui, Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec. Dr. Muhammad Findi A, M.E.

Ketua Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Ilmu Ekonomi

Dr. Ir. R. Nunung Nuryartono, M.Si. Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.


(14)

(15)

(16)

(17)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala anugerah dan karunia-Nya sehingga tesis dengan judul Analisis Permintaan Ekspor Ikan Tuna Segar Indonesia di Pasar Internasional. dapat terselesaikan. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang pendidikan S2 dan memperoleh gelar Magister Sains dari Program Studi Ilmu Ekonomi di Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dedi Budiman Hakim, Ph.D selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Dr. Muhammad Findi Alexandi, M.E. selaku Anggota Komisi Pembimbing, yang dengan segala kesibukannya masih meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan yang sangat bermanfaat bagi penulisan tesis ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Sarpono atas kesediaannya menjadi penguji luar komisi serta kepada ketua dan sekretaris Program Studi Ilmu Ekonomi Sekolah Pascasarja IPB Dr. Ir. R. Nunung Nuryartono, M.Si dan Dr. Lukytawati Anggraeni. Demikian juga terima kasih dan penghargaan untuk semua dosen yang telah mengajar penulis. Dedikasi para dosen yang tinggi dan dukungan rekan-rekan kuliah, telah banyak membantu penulis dalam perkuliahan dengan baik.

Secara khusus, penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Kepala BPS yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti kuliah di Magister Program Studi Ilmu Ekonomi IPB. Demikian pula kepada Kepala Pusdiklat beserta jajarannya, yang telah membantu kelancaran administrasi selama penulis mengikuti program Tugas Belajar. Penulis juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada teman-teman BPS dan mahasiswa pascasarjana khususnya PS Ilmu Ekonomi yang telah banyak membantu penulis mulai dari proses kuliah hingga penyelesaian tesis ini.

Akhir kata penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada keluarga, bapak, adik-adik, suami, my little baby ‘L’, ocha sekeluarga, teman-teman di Riau 10a, serta pihak-pihak lain yang telah membantu namun namanya tak dapat penulis sebutkan satu per satu. Apabila terdapat kesalahan dalam penulisan tesis ini maka hanya penulis yang bertanggung jawab. Akhirnya, penulis berharap bahwa apa yang telah penulis kerjakan ini bermanfaat dan dapat memberikan kontribusi yang baik kepada berbagai pihak.

Bogor, Juli 2011


(18)

(19)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 1 April 1980 dari pasangan Bapak Ngadinu dan Ibu Agustina ni Ketut Sumarti (Alm). Penulis merupakan anak pertama dari enam bersaudara.

Penulis menamatkan pendidikan dasar di SDK ST. Kristoforus kemudian melanjutkan ke SMPK Bunda Hati Kudus pada tahun 1992 dan lulus pada tahun 1995. Setelah itu penulis melanjutkan ke SMAK Bunda Hati Kudus pada tahun 1998 dan melanjutkan pendidikan ke Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS) Jakarta, tamat pada tahun 2002 dengan gelar Sarjana Sains Terapan (SST).

Selanjutnya penulis bekerja pada Badan Pusat Statistik Kota Bitung Provinsi Sulawesi Utara. Pada tahun 2009, penulis diterima menjadi mahasiswa program studi Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen di Institut Pertanian Bogor melalui seleksi bea siswa tugas belajar kerja sama BPS dan IPB.


(20)

(21)

iii DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ...

DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ...

v vi vii

I.

II.

PENDAHULUAN ... 1.1. Latar Belakang ... 1.2. Perumusan Masalah ... 1.3. Tujuan Penelitian ... 1.4. Manfaat Penelitian ... 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 2.1. Tinjauan Teori ... 2.1.1. Teori Perdagangan Internasional ... 2.1.2. Teori Permintaan ... 2.1.3. Teori Ekspor ... 2.1.4. Teori Nilai Tukar ... 2.1.5. Suku Bunga ... 2.2. Penelitian Terdahulu ... 2.3. Kerangka Pemikiran ... 2.4. Hipotesa ...

1 1 5 8 8 9 11 11 11 13 15 16 17 17 25 27

III. METODE PENELITIAN ... 3.1. Jenis dan Sumber Data ... 3.2. Alat Analisis Data ... 3.2.1. Spesifikasi Model ... 3.2.2. Identifikasi Model ... 3.2.3. Validasi Model ... 3.2.4. Simulasi Model ...

29 29 30 30 37 40 41


(22)

iv IV.

V.

GAMBARAN UMUM ... 4.1 Perikanan Indonesia ... 4.2. Sistem Perdagangan Luar Negeri Negara Pengimpor Terbesar Ikan Tuna Indonesia ... 4.2.1. Sistem Perdagangan Jepang ... 4.2.2. Sistem Perdagangan Uni Eropa ... 4.2.3. Sistem Perdagangan Amerika Serikat ... 4.3. Kebijakan Pemerintah Indonesia ... 4.4. Teknologi Penangkapan Ikan Tuna ... HASIL DAN PEMBAHASAN ... 5.1. Hasil Pendugaan Model ... 5.2. Pembahasan Hasil Pendugaan Model ... 5.2.1. Produksi Ikan Tuna ... 5.2.2. Permintaan Domestik ... 5.2.3. Harga Ikan Tuna Domestik ... 5.2.4. Permintaan Ekspor dari Amerika Serikat ... 5.2.5. Permintaan Ekspor dari Uni Eropa ... 5.2.6. Permintaan Ekspor dari Jepang ... 5.3. Validasi Model ... 5.4. Hasil dan Pembahasan Simulasi Model ... 5.4.1. Dampak Kenaikan Jumlah Kapal Sebesar 25 Persen .... 5.4.2. Dampak Kebijakan Penurunan Suku Bunga oleh Bank

Indonesia ... 5.4.3. Dampak Kebijakan Penghapusan Tarif Impor Ikan

Tuna Indonesia oleh Pemerintah Jepang ... 5.4.4. Dampak Penurunan Harga Ekspor Ikan Tuna Indonesia di Negara Amerika Serikat ... VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 6.1. Kesimpulan ... 6.2. Saran ... DAFTAR PUSTAKA ...

45 45 46 46 46 48 49 56 57 57 57 58 60 61 63 65 68 70 71 72 73 75 77 79 79 80 83


(23)

v DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Produksi Perikanan Tangkap Dunia Menurut Negara Asal, 2003 – 2007 ... Nilai Ekspor Komoditas Perikanan Internasional Menurut Negara Asal, 2003 – 2007... Rekapitulasi penelitian terdahulu... Jenis dan Sumber data Penelitian... Hasil Pendugaan Parameter Produksi Ikan Tuna ... Hasil Pendugaan Parameter Permintaan Ikan tuna Domestik... Hasil Pendugaan Parameter Harga Ikan tuna Domestik ... Hasil Pendugaan Parameter Permintaan Ekspor Ikan tuna Indonesia dari AS ... Hasil Pendugaan Parameter Permintaan Ekspor Ikan tuna Indonesia dari UE... Hasil Pendugaan Parameter Permintaan Ekspor Ikan tuna Indonesia dari Jepang... Hasil Validasi Model Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan Ekspor Ikan tuna Indonesia di Pasar Internasional... Perubahan Nilai Rata-rata Simulasi Kenaikan Jumlah Kapal, Tahun 1990-2009... Perubahan Nilai Rata-rata Simulasi Penurunan Tingkat Suku Bunga, Tahun 1990-2009 ... Perubahan Nilai Rata-rata Simulasi Dampak Penghapusan Tarif Impor Ikan Tuna Indonesia oleh Pemerintah Jepang... Perubahan Nilai Rata-rata Simulasi Dampak penurunan harga ekspor ikan tuna Indonesia di negara Amerika Serikat sebesar 10 persen. ... 3 4 20 29 58 60 62 64 66 69 71 73 74 76 77


(24)

(25)

vii DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1

2

3

Volume Produksi, Volume Ekspor dan Nilai Ekspor Komoditas Ikan Tuna Indonesia, 2002 – 2009 ... Persentase Volume Ekspor Ikan Tuna Indonesia tahun 2009 Menurut Negara Tujuan Ekspor Terbesar ... Kerangka Pemikiran ...

6

7


(26)

(27)

ix DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 2

3

4

Daftar Negara-Negara yang Tergabung Dalam UniEropa ... Scripts Input dan Hasil Output Eviews Estimasi system persamaan struktural dengan Metode 3 SLS ... Scripts Input dan Hasil Output Eviews proses mencari nilai dasar dan hasil skenario simulasi... Hasil simulasi skenario baseline (nilai dasar), dan skenario 1-4 ...

89

90

93 94


(28)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor perikanan Indonesia dalam era perdagangan bebas mempunyai peluang yang cukup besar. Indonesia merupakan negara bahari yang sangat kaya dengan potensi perikananan dan kelautannya. Laut Indonesia memiliki luas kurang lebih 3,1 juta km2 (perairan laut teritorial 0,3 juta km2 dan perairan nusantara 2,8 juta km2) dan perairan Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI) seluas lebih kurang 2,7 juta km2 dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Hal ini menempatkan Indonesia sebagai negara yang menyimpan potensi perikanan yang sangat besar, dengan kekayaan banyak jenis ikan dan hasil perairan laut lainnya yang beragam.

Letak Indonesia yang sangat strategis dan berada di jalur pertemuan dua samudra besar sehingga memiliki keanekaragaman biota laut merupakan salah satu keunggulan komparatif yang tidak dimiliki oleh negara lain. Salah satu komoditas ekspor Indonesia yang diharapkan dapat menyumbangkan devisa negara dari sektor non migas yang diarahkan pada pasar ekspor memiliki produk andalannya udang dan ikan tuna. Sumberdaya perikanan dan kelautan yang sangat besar dan permintaan yang tinggi baik di dalam maupun di luar negeri, merupakan kesempatan untuk memperbaiki perekonomian negara melalui pemanfaatan sumberdaya perikanan yang ada dengan tidak hanya mengandalkan kekayaan migas kita yang telah makin menipis cadangannya. Indonesia memiliki peluang yang sangat besar untuk menjadi salah satu produsen dan eksportir utama produk perikanan di dunia internasional.

Ikan tuna sebagai komoditas ekspor perikanan kedua setelah udang telah menyumbangkan devisa pada tahun 2006 sebesar US$ 250.567 juta atau naik sebesar 17,95 persen dari ekspor ikan tuna pada tahun 2002 yang mencapai US$ 212.426 juta. Potensi lestari sumberdaya ikan laut Indonesia diperkirakan sebesar 6,4 juta ton per tahun yang tersebar di perairan wilayah Indonesia dan perairan ZEEI dengan jumlah tangkap yang diperbolehkan (JTB) sebesar 5,12 juta ton per tahun atau sekitar 80 persen dari potensi


(29)

lestari (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2005). Hasil produksi tangkapan tiap tahunnya masih jauh di bawah potensi lestari dan masih jauh dibawah jumlah tangkap yang diperbolehkan (JTB).

Ekspor ikan tuna Indonesia selama 25 tahun terakhir ini memiliki pertumbuhan rata-rata yang positif dengan laju pertumbuhan rata rata volume sebesar 6,03 persen dan 11,79 persen untuk laju pertumbuhan nilainya. Pasar ikan tuna terbesar di dunia saat ini adalah Jepang, Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE). Ekspor ikan tuna ke Jepang sebesar 27 persen, dan ke Amerika Serikat 17 persen sedangkan ke Uni Eropa juga cukup besar volume dan nilainya yaitu sebesar 12 persen (FAO,2006). Ekspor produk ikan segar dan produk turunannya tahun 2008 mencapai 2,47 miliar dolar AS dan menempati rangking 10 dalam sumbangannya terhadap PDB. Tahun 2009 nilai ekspor ikan segar dan produk turunannya mengalami penurunan menjadi 2,25 miliar dolar AS dan menempati ranking 11.

Indonesia menempati urutan kedua sebagai negara produsen ikan tuna setelah Thailand di kawasan ASEAN, hal ini disebabkan adanya perbedaan tingkat eksploitasi baik dari segi jumlah maupun teknologi penggunaan alat tangkap. Mengingat bahwa perairan Indonesia masih luas dan potensi lestari yang masih berada sangat jauh di atas hasil produksi tangkapan tuna saat ini, maka peluang untuk meningkatkan produksi masih besar dan itu berarti juga peluang untuk meningkatkan ekspor sebagai penambah devisa negara juga besar.

Dalam rangka mendayagunakan potensi sumber daya perikanan diperlukan upaya percepatan dan terobosan melalui suatu program nasional revitalisasi perikanan. Pelaksanaan program ini merupakan wujud dukungan politik, ekonomi dan sosial untuk menjadikan sektor perikanan sebagai salah satu penggerak utama pembangunan ekonomi nasional serta merupakan upaya untuk memacu pemanfaatan potensi sumber daya perikanan yang berwawasan lingkungan guna peningkatan kesejahteraan rakyat serta memacu meningkatnya sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Pemerintah melalui kementerian terkait yaitu Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia telah menggalakkan pembangunan di


(30)

sektor perikanan secara khusus ikan tuna dengan: (1) Meminta penurunan tarif pada pemerintah Jepang, AS dan UE yang sangat tinggi yaitu sebesar 10-21 persen sehingga Indonesia mendapat pengurangan tarif bea masuk 3,5 persen melalui kuota ekspor yang direview setiap 5 tahun. (2) Pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor PER.07/MEN/2005 tentang Organisasi dan Tatakerja Departemen Kelautan dan Perikanan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Nomor PER.08/MEN/2007 tentang pembentukan Komisi Tuna Indonesia dalam rangka penyatupaduan seluruh unsur yang terkait di bidang usaha tuna Indonesia, pemerintah maupun swasta. (3) Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia juga melakukan kerjasama maritim Asia Tenggara dalam rangka penanggulangan ilegal fishing yang marak terjadi di wilayah kita yang mengancam potensi lestari perairan kita. (4) Kementerian Perdagangan Republik Indonesia juga mengatur tentang penetapan harga patokan ikan untuk perhitungan pungutan hasil perikanan dalam Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 12/m-dag/per/3/2010.

Tabel 1. Produksi Perikanan Tangkap Dunia Menurut Negara Asal, 2003 – 2007

Negara

No Tahun

2003 2004 2005 2006 2007

Jumlah 88.243.068 92.279.764 92.182.739 89.863.279 90.063.851

1 China 14.347.274 14.464.803 14.588.940 14.631.018 14.659.036

2 Peru 6.086.060 9.604.527 9.388.488 7.017.491 7.210.544

3 Indonesia 4.644.715 4.653.888 4.709.074 4.823.587 4.936.629

4 USA 4.938.956 4.959.826 4.892.967 4.852.283 4.767.596

5 Japan 4.670.393 4.315.734 4.389.206 4.344.513 4.211.201

6 India 3.712.149 3.391.009 3.691.362 3.844.837 3.953.476

7 Chile 3.612.644 4.926.741 4.328.732 4.160.848 3.806.085

8 Russian 3.281.448 2.941.533 3.197.564 3.284.285 3.454.214

9 Philippines 2.165.812 2.211.245 2.269.668 2.318.981 2.499.634

10 Thailand 2.849.724 2.839.612 2.814.295 2.698.803 2.468.784

11 Lainnya 37.933.893 37.970.846 37.912.443 37.886.633 38.096.652


(31)

Peningkatan pertumbuhan jumlah penduduk dunia dewasa ini mendorong tingkat kebutuhan akan makan dan bahan makanan yang tinggi pula. Begitupun kebutuhan akan ikan dan produk ikan dunia dalam dekade terakhir mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Peningkatan kebutuhan ikan dan produk ikan dunia dipicu pula oleh kesadaran untuk mendapatkan sumber protein hewani namun memiliki kadar lemak serta kolesterol aman yang aman bagi kesehatan. Konsumsi ikan tuna dunia terus meningkat, sementara itu sumber daya laut Indonesia belum dimanfaatkan secara optimal.

Tabel 2. Nilai Ekspor Komoditas Perikanan Internasional Menurut Negara Asal, 2003 – 2007

Dalam (000 US$)

No Negara

Tahun

2003 2004 2005 2006 2007

Jumlah 63.925.994 71.856.899 78.630.105 86.098.718 93.520.503

1 China 5.362.366 6.779.9 7.519.357 8.968.051 9.250.710

2 Norway 3.669.067 4.170.9 4.885.226 5.503.429 6.228.123

3 Thailand 3.919.824 4.053.9 4.494.183 5.266.742 5.708.849

4 USA 3.457.908 3.693.0 4.232.041 4.143.146 4.436.746

5 Denmark 3.227.679 3.576.9 3.685.243 3.986.519 4.128.359 6 Viet Nam 2.203.499 2.450.1 2.756.139 3.372.242 3.783.834

7 Canada 3.317.675 3.506.6 3.595.693 3.659.857 3.711.890

8 Chile 2.194.610 2.547.2 2.966.917 3.556.594 3.677.002

9 Netherlands 2.196.412 2.468.3 2.820.138 2.811.705 3.280.643

10 Spain 2.241.793 2.581.8 2.579.057 2.848.676 3.230.749

11 Russian Federation

1.485.646 1.528.172 1.953.280 2.120.737 2.363.830

12 Germany 1.292.083 1.430.5 1.501.355 1.821.893 2.275.251 13 United

Kingdom

1.683.704 1.833.866 1.871.900 1.940.004 2.162.101 14 Indonesia 1.579.783 1.736.184 1.797.948 1.957.068 2.100.872 15 Iceland 1.521.163 1.782.7 1.783.382 1.811.742 2.028.480

16 Lainnya 24.572.78 27.716.13 30.188.24 32.330.31 35.153.06

Sumber : Kelautan dan Perikanan dalam Angka 2009, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia.

Sampai dengan tahun 2007, produksi ikan dunia telah mencapai 90 juta ton. Angka pertumbuhan rata-rata tiap tahunnya adalah 0,22 persen. Dari total


(32)

produksi dunia, 60 persennya merupakan produksi ikan dari negara-negara di Asia termasuk Indonesia (Kelautan dan Perikanan dalam Angka, 2009). Indonesia sendiri berada di urutan ke 3 dari penghasil produksi perikanan tangkap di dunia, seperti yang dapat di lihat dalam Tabel 1. Volume hasil tangkapan Indonesia menunjukkan kenaikan 2,34 persen dari tahun 2006-2007, lebih tinggi dari laju pertumbuhan hasil tangkap ikan dunia. Dengan demikian, dilihat dari sisi produksi, prospek ikan tuna Indonesia adalah sangat cerah.

Dari sisi perkembangan ekspor dunia untuk komoditas perikanan internasional, Indonesia hanya menduduki peringkat ke-14 dalam nilai ekspornya. China menguasai ekspor komoditas perikanan dunia yaitu dengan nilai ekspor untuk perikanan sebesar US$ 9,2 Milyar pada tahun 2007. Indonesia dengan total nilai US$ 2,1 Milyar, hanya menguasai 2,25 persen pasar komoditas perikanan di dunia. Total ekspor dunia tahun 2009 untuk komoditas ikan dan produk perikanan tanpa komoditas jenis udang dan komoditas tiram adalah sebesar US$ 56,26 Milyar, telah terjadi penurunan sekitar 16,66 persen. Ini di sebabkan kondisi cuaca yang tidak menentu sehingga menghambat kinerja ekspor dunia. Namun secara trend nilai ekspor dunia untuk komoditi ikan dan produk perikanan terus naik sampai 2008.

1.2 Perumusan Masalah

Ikan tuna di Indonesia merupakan hasil produksi perikanan tangkap terbesar di Indonesia setelah udang. Data Kelautan dan Perikanan dalam Kelautan dan Perikanan dalam Angka 2009 menunjukkan volume produksi tangkap ikan tuna di tahun 2008 mencapai 194.173 ton. Dari seluruh hasil perikanan tangkap di laut, sekitar 6,31 persen adalah ikan tuna.

Melihat nilai impor dunia yang mencapai 1,198 Milyar US$, dapat di katakan bahwa permintaan ikan tuna dunia cukup tinggi. Saat ini yang menjadi negara tujuan ekspor tuna Indonesia adalah Jepang, Amerika Serikat, Jerman, Netherlands¸ Perancis, Singapura, Philipina, Malaysia, China dan Thailand. Indonesia termasuk salah satu pengekspor utama dunia, terutama untuk pasar Jepang, Amerika Serikat dan Uni Eropa.

Perkembangan impor ikan tuna dunia yang meningkat menunjukkan permintaan dunia meningkat. Namun negara pengimpor tuna segar Indonesia


(33)

cenderung memperketat persyaratan mutu produk yang diimpor ke negaranya, sehubungan dengan isyu food safety, khususnya pasar Uni Eropa yang telah beberapa kali menutup keran impor ikan tuna Indonesia karena ikan tuna Indonesia tidak memenuhi persyaratan ambang batas mutu yang ditetapkan di Uni Eropa. Dengan demikian Indonesia dituntut untuk lebih meningkatkan kualitas perikanannya. Tingginya kebutuhan negara-negara lain akan ikan tuna membuat Indonesia yang mempunyai produksi ikan tuna yang tinggi mempunyai peluang untuk meraih pangsa pasar luar negeri. Namun, ekspor ikan tuna Indonesia belum mengoptimalkan potensi yang dimilikinya jika melihat data yang ada.

Sumber : Kelautan dan Perikanan dalam Angka 2009, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia.

Gambar 1. Volume Produksi, Volume Ekspor dan Nilai Ekspor Komoditas Ikan Tuna Indonesia, 2002 – 2009

Dengan Jepang, Indonesia masih menguasai pangsa pasar ikan tuna di Jepang, 29 persen pasar ikan tuna di Jepang dimiliki oleh Indonesia. Hal ini bisa berdampak positif dan juga negatif. Sisi positifnya, ikan tuna Indonesia sudah mempunyai nilai jual di Jepang. Namun, sisi negatifnya ketergantungan akan pasar Jepang dapat menjadi masalah bagi Indonesia saat terjadi kelebihan stok di Indonesia. Indonesia bisa menjual ke Jepang namun harganya bisa jatuh. Sehingga diperlukan ekspansi pasar lebih luas untuk produk perikanan (Investor Daily, 2010)


(34)

Produksi ikan tuna Indonesia sampai saat ini masih tetap diorientasikan ke pasar internasional dengan negara-negara tujuan ekspor Jepang, USA, Uni Eropa (Gambar 2). Namun akhir-akhir ini volume ekspor ikan tuna Indonesia mengalami penurunan. Turunnya ekspor ikan tuna Indonesia tersebut dapat diakibatkan oleh turunnya penawaran ikan tuna domestik dan juga turunnya ekspor ikan tuna Indonesia ke negara – negara tujuan ekspor utama. Turunnya volume ekspor ikan tuna domestik ini dimungkinkan akibat pengaruh eksternal seperti turunnya harga ikan tuna dunia, krisis di negara tujuan ekspor ataupun pengaruh internal di Indonesia akibat dari kebijakan makro ekonomi Indonesia yang kurang mendukung, seperti tingkat bunga yang selalu meningkat. Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi permasalahan umum penelitian ini adalah bagaimana kinerja permintaan ekspor ikan tuna Indonesia.

Sumber : Kelautan dan Perikanan dalam Angka 2009, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia.

Gambar 2. Persentase Volume Ekspor Ikan Tuna Indonesia tahun 2009 Menurut Negara Tujuan Ekspor Terbesar

Berdasarkan gambaran di atas, dimana ada peluang ekspor yang besar, namun ekspor yang masih berfluktuatif maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:


(35)

2. Bagaimana karakteristik permintaan ekspor ikan tuna Indonesia ke negara-negara tujuan utama yaitu Jepang, AS dan UE.

3. Bagaimana pengaruh kebijakan yang telah diterapkan oleh pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia serta Kementerian Perdagangan Republik Indonesia terkait dengan ekspor ikan tuna, dan pengaruh kebijakan yang diterapkan oleh negara importir terhadap impor ikan tuna dari Indonesia.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengaji kinerja permintaan ekspor tuna Indonesia, dengan tujuan spesifik sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi produksi ikan tuna Indonesia.

2. Mengidentifikasi karakteristik permintaan ekspor ikan tuna Indonesia ke negara-negara tujuan ekspor utama yaitu Jepang, AS dan UE.

3. Mendiskusikan alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan ekspor ikan tuna Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat melanjutkan dan menyempurnakan penelitian sebelumnya yang membahas tentang ikan tuna segar Indonesia dan memberikan referensi kepada masyarakat yang membutuhkan literatur tentang produksi ikan tuna di Indonesia serta tentang ekspor ikan tuna Indonesia sebagai data dasar (benchmark data) yang merupakan validasi bagi penelitian yang berkaitan dengan ekspor komoditas, khususnya ekspor komoditas ikan tuna segar; dan diharapkan penelitian ini juga dapat memperkaya khasanah penelitian tentang ikan tuna segar, dalam menentukan strategi kebijakan pengembangan ekspor ikan tuna segar Indonesia di masa yang akan datang. 1.5Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang memengaruhi ekspor ikan tuna segar di Indonesia, dengan periode waktu 1990-2009. Faktor internal yang memengaruhi ekspor ikan tuna segar Indonesia seperti harga domestik ikan tuna segar Indonesia, harga barang


(36)

substitusi yaitu ikan salmon dan udang, harga permintaan ekspor ikan tuna ke Jepang, AS, dan UE, dan volume ekspor ikan tuna segar, Interest rate, Jumlah kapal, Jumlah nelayan, kebijakan pemerintah Indonesia, dan variabel trend sebagai proxy pengembangan tekhnologi, sedangkan faktor eksternal yang dikaji adalah nilai tukar rupiah, harga ikan tuna Thailand sebagai kompetitor, harga ikan salmon sebagai barang substitusi, GNP negara pengimpor, populasi atau jumlah penduduk negara pengimpor, konsumsi ikan perkapita di negara-negara pengimpor serta faktor tarif dan variabel dummy kebijakan negara Amerika, Jepang dan UniEropa sebagai pengimpor utama ikan tuna Indonesia. Selain itu disertakan pula variabel trend sebagai alat untuk mengetahui perubahan preference masyarakat domestik dan negara pengimpor Amerika, UniEropa dan Jepangdari tahun ke tahun.


(37)

(38)

11

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Teori

2.1.1 Teori Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai perdagangan antar atau lintas negara, yang mencakup ekspor dan impor. Menurut Gonarsyah (1987) ada beberapa faktor yang mendorong timbulnya perdagangan internasional (ekspor-impor) suatu negara dengan negara lain, yaitu (1) Keinginan untuk memperluas pemasaran komoditi ekspor, (2) Memperbesar penerimaan bagi kegiatan pembangunan, (3) Adanya perbedaan penawaran permintaan antar negara, (4) Tidak semua negara menyediakan kebutuhan masyarakatnya serta (5) Akibat adanya perbedaan biaya relatif dalam menghasilkan komoditi tertentu. Di banyak negara, perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan GDP. Perdagangan internasional pun turut mendorong industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi, dan kehadiran perusahaan multinasional. Menurut Amir M.S, bila dibandingkan dengan pelaksanaan perdagangan di dalam negeri, perdagangan internasional sangatlah rumit dan kompleks. Kerumitan tersebut antara lain disebabkan karena adanya batas-batas politik dan kenegaraan yang dapat menghambat perdagangan, misalnya dengan adanya bea, tarif, atau quota barang impor. Selain itu, kesulitan lainnya timbul karena adanya perbedaan budaya, bahasa, mata uang, taksiran dan timbangan, dan hukum dalam perdagangan.

Perdagangan internasional mendorong manusia untuk menghasilkan produk-produk terbaik dan sekaligus memungkinkan manusia untuk mengkonsumsi lebih banyak ragam barang dan jasa yang berasal dari seluruh dunia yang tidak dihasilkan di dalam negeri. Selain itu, perdagangan internasional dapat meningkatkan kesejahteraan semua negara melalui spesialisasi dalam produksi barang dan jasa yang memiliki keunggulan komparatif. Menurut Ball dan McCulloch (2001), perdagangan internasional timbul karena adanya perbedaan harga relatif di antara negara. Perbedaan ini berasal dari perbedaan dalam biaya produksi yang disebabkan oleh:


(39)

12

2. Perbedaan-perbedaan dalam tingkat teknologi yang menentukan intesitas faktor yang digunakan.

3. Perbedaan-perbedaan dalam efisiensi pemanfaatan faktor-faktor produksi. 4. Kurs valuta asing.

Pada dasarnya faktor yang mendorong timbulnya perdagangan internasional dari suatu negara ke negara lain bersumber dari keinginan memperluas pemasaran komoditi ekspor dan memperbesar penerimaan devisa dalam penyediaan dana pembangunan dari negara yang bersangkutan. Teori perdagangan internasional mengaji dasar-dasar terjadinya perdagangan internasional serta keuntungan yang diperoleh dengan adanya perdagangan tersebut. Kebijakan perdagangan internasional membahas alasan-alasan dan pengaruh adanya hambatan-hambatan perdagangan, serta hal-hal yang menyangkut proteksionisme baru (Salvatore, 1997).

Heckser-Ohlin mengemukakan bahwa suatu negara melakukan perdagangan internasional karena adanya perbedaan endowment. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara dengan negara lain dapat terjadi karena adanya perbedaan jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki (endowment factors) masing-masing negara. Perbedaan tersebut menimbulkan terjadinya perdagangan internasional. Negara-negara yang memiliki faktor produksi relatif lebih banyak dan murah dalam memproduksinya akan melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barangnya. Sebaliknya, masing-masing negara akan mengimpor barang tertentu jika negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif langka dan mahal dalam memproduksinya (Salvatore, 1997). Kegiatan perdagangan internasional atau disebut sebagai kegiatan ekspor dan impor antar negara mengatakan bahwa suatu negara akan cenderung mengekspor barang-barang yang biaya produksi di dalam negerinya relatif lebih rendah dibandingkan dengan barang yang sama di luar negeri. Sebaliknya, suatu negara akan mengimpor barang-barang yang biaya produksi di dalam negerinya relatif lebih mahal dibandingkan dengan barang yang sama di luar negeri. Oleh karena itu bagi suatu negara, selisih antara penawaran dan permintaan domestik (excess supply) dapat diartikan sebagai penawaran ekspor. Sementara itu


(40)

13

permintaan impor merupakan kelebihan permintaan domestik di negara pengimpor (excess demand).

Gambarannya yaitu, suatu negara (misalnya negara A) akan cenderung mengekspor suatu komoditas ke negara lain (negara B) apabila harga domestik komoditas tersebut di negara A sebelum terjadi perdagangan internasional relatif lebih rendah dibandingkan dengan komoditas yang sama di negara B. Terjadinya harga yang relatif murah di negara A disebabkan karena adanya kelebihan penawaran, yaitu produksi domestik melebihi konsumsi domestik, sehingga memungkinkan negara A untuk menjual produksinya ke negara lain (negara B)

Di sisi lain, di negara B terjadi kelebihan permintaan, yaitu konsumsi domestik melebihi produksi domestik. Akibatnya harga komoditas tersebut di negara B relatif lebih tinggi dibandingkan dengan negara A. Akibat kelebihan permintaan tersebut, menyebabkan negara B berkeinginan untuk membeli komoditas bersangkutan yang harganya relatif lebih murah (negara A). Jadi, adanya perbedaan kebutuhan antar negara A dan B menyebabkan timbulnya perdagangan internasional antar kedua negara, dalam hal ini akan mengekspor ke negara B.

Harga yang terjadi di pasar internasional merupakan harga keseimbangan antara penawaran dan permintaan dunia. Perubahan dalam produksi dunia akan memengaruhi penawaran dunia, sedangkan perubahan dalam konsumsi dunia akan memengaruhi permintaan dunia. Kedua perubahan tersebut pada akhirnya akan memengaruhi harga dunia.

2.1.2 Teori Permintaan

Teori permintaan adalah teori yang menerangkan tentang ciri hubungan antar jumlah permintaan dan harga. Permintaan seseorang atau sesuatu masyarakat kepada suatu barang ditentukan oleh banyak faktor, di antara faktor-faktor tersebut yang terpenting adalah seperti yang dinyatakan dibawah ini : a. Harga barang itu sendiri.

b. Harga barang lain yang berkaitan dengan barang tersebut. c. Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat. d. Corak distribusi pandapatan dalam masyarakat.


(41)

14

f. Jumlah penduduk (populasi) dalam suatu negara. g. Ramalan mengenai keadaan dimasa yang akan datang.

Dalam menganalis ekonomi dianggap bahwa permintaan suatu barang terutama dipengaruhi oleh tingkat harganya. Oleh sebab itu dalam teori permintaan yang terutama dianalisis adalah hubungan antara jumlah permintaan suatu barang dengan harga barang tersebut. Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan makin rendahnya harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap suatu barang tersebut. Sebaliknya semakin tinggi harga barang tersebut maka semakin sedikit permintaan terhadap barang tersebut. (Sadono Sukirno, mikroekonomi, 2002:76). Jumlah permintaan dan tingkat harga memiliki hubungan karena kenaikan harga menyebabkan para pembeli mencari barang lain yang dapat digunakan sebagai pengganti (substitution) yang mengalami kenaikan harga. Sebaliknya apabila harga turun maka orang mengurangi pembelian terhadap barang lain yang sama jenisnya. Kemudian kenaikan harga menyebabkan pendapatan riil para pembeli berkurang.

Menurut Kotler (1991) permintaan pasar atas suatu produk adalah jumlah yang akan dibeli oleh suatu kelompok konsumen tertentu dalam suatu wilayah geografis tertentu, dalam suatu waktu tertentu yang berada di lingkungan pemasaran tertentu dengan program pemasaran tertentu.

Fungsi permintaan pasar dalam Colman dan Trevor Young (1989) adalah sebagai berikut:

Qs = f(P, M,POP,ID) Qs = Permintaan

P = harga komoditi M = Pendapatan Perkapita

POP= Populasi yang merupakan pasar produk tersebut ID = Index Disribution Income

Tingkat pendapatan yang merupakan sumber daya atau kemampuan membeli (purchasing power) dari konsumen adalah determinasi permintaan terpenting. Bertambahnya pendapatan konsumen akan memengaruhi peningkatan jumlah yang diminta (Hanafiah,1986).


(42)

15

Tomek W.G (1987) mengatakan empat faktor terbesar yang memengaruhi tingkat permintaan adalah ukuran populasi dan distribusinya menurut umur, daerah geografis dan sebagainya, pendapatan konsumen dan distribusinya, harga dan penggunaan komoditi dan jasa lain, selera serta preference konsumen. Faktor-faktor tersebut merupakan determinan dari permintaan.

Pada sebagian besar produk pertanian, pendapatan dan permintaan mempunyai hubungan yang positif, hal ini berarti peningkatan pendapatan akan menggeser permintaan ke kanan. Perubahan selera dan preference secara nyata mendorong perubahan permintaan untuk komoditi pertanian, walaupun efeknya sulit untuk dipisahkan karena muncul bersamaan dengan perubahan pendapatan atau variabel lain (Tomek, W.G, 1987)

2.1.3 Teori Ekspor

Kegiatan menjual barang atau jasa ke negara lain disebut ekspor, sedangkan kegiatan membeli barang atau jasa dari negara lain disebut impor, kegiatan demikian akan menghasilkan devisa bagi negara. Devisa merupakan masuknya uang asing ke negara kita, yang dapat digunakan untuk membayar pembelian atas impor barang dan jasa dari luar negeri.

Dalam teori, pengertian ekspor adalah kegiatan yang menyangkut produksi barang dan jasa yang diproduksi di dalam suatu negara tetapi untuk dikonsumsikan di luar batas negara tersebut (Boediono, 1990).

Pengertian ekspor menurut UU Kepabeanan adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean, dimana barang yang dimaksud terdiri dari barang dari dalam negeri (daerah pabean), barang dari luar negeri (luar daerah pabean), barang bekas atau baru.

Secara umum produk ekspor dan impor dibedakan menjadi dua yaitu barang migas dan barang non migas. Barang migas atau minyak bumi dan gas adalah barang tambang yang berupa minyak bumi dan gas. Barang non migas adalah barang-barang yangukan berupa minyak bumi dan gas,seperti hasil perkebunan, pertanian, peternakan, perikanan dan hasil pertambangan yang bukan berupa minyak bumi dan gas. Produk ekspor Indonesia meliputi hasil produk pertanian, hasil hutan, hasil perikanan dengan ekspor terbesar adalah udang dan


(43)

16

yang kedua adalah ikan tuna, hasil pertambangan, hasil industri dan begitupun juga jasa.

2.1.4 Teori Nilai Tukar

Kegiatan ekspor suatu komoditi yang terjadi di pasar internasional tidak terlepas dari masalah nilai tukar yang terjadi. Nilai tukar adalah mata uang suatu negara yang dinyatakan dalam mata uang lain yang dapat dibeli dan dijual (Lipsey, 1995). Nilai tukar mata uang ini memengaruhi kebijakan perdagangan antara masing-masing negara pengekspor dan pengimpor. Peningkatan atau penurunan nilai mata uang asing dapat memengaruhi volume ekspor yang diperdagangkan. Bertambah mahal atau murahnya suatu komoditas ekspor di pasar internasional sangat ditentukan oleh nilai tukar mata uang suatu negara.

Kebijakan mengenai permintaan ekspor seringakali dilakukan dengan pengaturan nilai tukar, karena ada dua alasan utama untuk bekerja dengan exchange rate real, pertama adalah keinginan untuk bekerja dalam batas waktu real untuk diambil analisa perdagangan dan pergerakan current account pada dasar yang sama seperti analisa real supply, real demand, dan harga riil dari komoditi. Kedua adalah keinginan untuk memperkenalkan analisis current account dalam dunia dengan sistem exchange rate yang berbeda (Helmers, 1988).

Penguatan nilai rupiah terhadap mata uang negara pengimpor utama yaitu dolar Amerika, yen Jepang dan Euro atau disebut apresiasi menyebabkan permintaan turun, sehingga akan menyebabkan: (1) Harga domestik negara pengimpor turun, (2) Meningkatkan harga di negara pengimpor, (3) Menurunkan ekspor negara pengekspor, (4) Menurunkan impor negara pengimpor (Tweeten, 1992). Secara implisit, revaluasi mata uang negara pengekspor berperan sebagai pajak ekspor yang akan menurunkan jumlah produk ekspor yang diminta pada tingkat harga tertentu.

Nilai tukar terhadap mata uang negara tujuan ekspor dapat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian baik dalam negeri maupun luar negeri. Dalam penelitian ini, perhitungan nilai tukar yang digunakan untuk setiap negara tujuan ekspor utama yaitu Amerika Serikat, Jepang dan UniEropa menggunakan nilai


(44)

17

tukar riil untuk memperhitungkan Purchasing Power Parity, dan menggunakan rumusan

2.1.5 Suku Bunga

Suku bunga merupakan indikator dari keadaan bisnis, karena biaya pinjaman merupakan pertimbangan paling penting dalam keputusan investasi. Biaya pinjaman yang tinggi menghambat investasi dan konsumsi, sementara biaya pinjaman yang rendah mendorong investasi dan konsumsi (Gorman, 2009)

Dalam proses ekspor ikan tuna, dibutuhkan gudang pendingin, pengepakan barang, dan penyimpanan stok ikan di kapal penangkap sebelum kapal didaratkan di pelabuhan. Dibutuhkan investasi yang cukup besar, iklim investasi dapat dijaga dengan stabil dengan menjaga suku bunga Bank Indonesia stabil. Suku bunga yang relatif tinggi akan membuat para pengusaha penangkapan tuna memilih untuk menginvestasikan uangnya di bank daripada menanggung resiko menanamkan modalnya pada penangkapan tuna, demikian pula para pengusaha yang memerlukan pinjaman dari bank akan merasa keberatan dengan bunga pinjaman yang tinggi. Apabila hal ini terjadi terus-menerus, investasi untuk membangun fasilitas pengolahan yang mendukung ekspor ikan tuna akan terus menurun, secara tidak langsung dampaknya akan terkena kepada ekspor secara secara keseluruhan.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berhubungan dengan ekspor ikan tuna sudah banyak dilakukan sebelumnya. Munir (1997) dan Olivia (2007) meneliti tentang ekspor ikan tuna dan ikan tuna Indonesia serta analisis ekspornya ke pasar jepang. Dengan metode 2 SLS, dianalisis faktor-faktor yang memengaruhi ekspor skipjack beku dan segar Indonesia ke pasar Jepang. Munir telah memasukkan peubah ekspor negara pesaing utama seperti Thailand, namun tidak ada peubah kebijakan pemerintah dalam ekspor dan produksi sehingga tidak dapat dilihat peranan pemerintah dalam mendorong peningkatan produksi dan ekspor skipjack. Variabel harga diambil dari harga Free On Board masing-masing produk. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap volume ekspor ikan tuna beku Indonesia


(45)

18

ke Jepang adalah harga FOB ekspor ikan tuna dan skipjack beku, nilai tukar rupiah terhadap US dollar, pendapatan nasional Jepang dan volume ekspor ikan tuna serta skipjack beku Indonesia ke Jepang pada tahun sebelumnya

Olivia (2007), dengan menggunakan model yang sama yaitu 2 SLS menunjukkan secara ekonometrika bahwa volume ekspor skipjack beku Indonesia ke Jepang sensitif terhadap perubahan faktor-faktor internal seperti depresiasi rupiah, peningkatan armada dan penurunan tingkat suku bunga riil. Sedangkan ekspor yellowfin segar Indonesia ke Jepang sensitif terhadap perubahan faktor eksternal seperti depresiasi yen dan kebijakan standar mutu tuna segar serta penyeragaman alat tangkap tuna ASEAN. Yellowfin segar relatif lebih sensitif dalam hal daya tahan dibanding skipjack beku.

Jurnal yang diterbitkan oleh universitas Groningen yang ditulis oleh Csilla Horvath dan Jaap Wieringa membahas tentang sistem pemasaran tuna yang mengakomodasikan produk berdasarkan kualitasnya. Dengan menggunakan VAR, penulis mengedepankan issue heterogenity data antar cross sections. Penelitian dilakukan pada pasar tuna chicago. Observasi dilakukan selama 104 minggu terhadap 28 supermarket yang menjual ikan tuna di kota tersebut, dengan variabel yang diamati adalah jumlah pembelian, harga, dan penataan display. Penelitian ini menggunakan data panel.

Sathiendrakumar (1997) meneliti tentang fungsi produksi tuna yang dibedakan pada dua tahapan bahasan, yang pertama membahas hubungan antara tangkapan dengan usaha yang dikeluarkan dalam proses penangkapan tuna, dan tahapan yang kedua adalah menemukan kombinasi input yang paling efisien untuk mendapatkan tiap tingkatan tangkapan yang diinginkan. Jurnal ini mendiskusikan model yang tepat untuk menjelaskan hubungan antara penangkapan tuna dan usaha yang optimal. Pada penelitian ini juga dipertimbangkan kebijakan dari departemen perdagangan dalam melindungi perdagangan tuna. Bambang Edi Priyono membahas hal serupa dengan menggunakan fungsi coubb douglass untuk mendapatkan skala ekonomis yang lebih menguntungkan.

Pada penelitian ini juga membandingkan penelitian-penelitian sebelumnya yang menulis tentang perkembangan produksi dan perdagangan ikan tuna dan peranannya bagi perekonomian negara-negara yang bersangkutan, seperti pada


(46)

19

penelitian B. Wijayaratne dan Rekha Maldeniya yang membahas pentingnya perikanan bagi srilanka, Hannah Parris and R. Quentin Grafton meneliti tentang betapa pentingnya peranan perikanan tuna bagi perkembangan kawasan pasific, dan Liborio S. Cabanilla meneliti tentang hubungan perdagangan antara Filifina dan Amerika Serikat, yang salah satu komoditinya adalah ikan tuna.

Bedanya penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada fokus penelitiannya dimana dalam penelitian ini membahas komoditi spesifik yaitu ikan tuna. Karena penelitian yang sudah ada lebih banyak membahas ikan tuna sebagai ekspor unggulan Indonesia, namun belum banyak yang membahas dari sisi permintaan ekspor dari negara-negara pengekspor ikan tuna Indonesia, dan menyempurnakan penelitian sebelumnya karena pada penelitian ini digunakan pemodelan secara simultan yang menganalisis hubungan saling memengaruhi antarfaktor-faktor di negara pengimpor tuna Indonesia yang tentunya berbeda satu sama lain dan bersinergi untuk memengaruhi permintaan ekspor di masing-masing negara terhadap ikan tuna Indonesia, dan pada akhirnya menganalisis pengaruhnya terhadap ekspor ikan tuna Indonesia .


(47)

20

Tabel 3. Rekapitulasi penelitian terdahulu.

NO JUDUL PENELITI PENERBIT METODE VARIABEL DATA RINGKASAN

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1

Combining Time Series and Cross Sectional Data for

the Analysis of Dynamic Marketing

Systems

Csilla Horváth and Jaap E.

Wieringa University of Groningen Groningen, The Netherlands VAR models, Time Series and Cross Sectional data

Harga, Jumlah Penjualan berdasarkan merk, dan metode display sebagai

variabel dummy

Hasil pooling terhadap 1000 responden

Penelitian tentang pasar tuna Chicago. Observasi dilakukan selama 104 minggu terhadap 28 supermarket di kota tersebut, mengamati pembelian, harga, penataan

display. Menggunakan analisis data panel. 2 Penerapan model penyesuaian parsial nerlove dalam proyeksi Produksi dan konsumsi beras Made oka adnyana 2001 Universitas udayana Model Penyesuaian parsial nerlove

Luas areal panen, produktivitas, harga, harga

pesaing, konversi lahan, harga input, sarana irigasi,

curah hujan

Data tahunan periode

1969-1999

Proyeksi areal panen, produktivitas dan produksi tanaman pangan.

3

Optimal Economic Fishery Effort in the

Maidivian Tuna Fishery: An Appropriate Model. Sathiendra kumar 1997 University of Newcastle New South Wales, Australia. fungsi Coubb Douglas

Jumlah kapal, jumlah perjalanan, jumlah tangkapan, rata-rata tangkapan per perjalanan.

Data time series tahun

1970-1984

Mengestimasi teknik dan menghubungkan penangkapan tuna dengan usaha untuk mendapatkan skala

ekonomi yang optimal, tentang penentuan harga dan kebijakan yang


(48)

21

4

Socioeconomic and Bioeconomic analysis of Coastal

Resources in Central and Northern Java, Indonesia Bambang Edi Priyono 2003 WorldFish Center Conference fungsi Coubb Douglas

Volume ekspor, exchange rate, pendapatan nelayan, volume produksi.

BOT, PDRB dan nilai tambah tahun

1985-1997, Gini ratio dan

faktor-faktor produksi.

Membahas teknis2 produksi untuk mendapatkan skala ekonomis yang lebih

menguntungkan, dengan berdasarkan prinsip-prinsip produksi.

5

Kajian Peluang Ekspor ke Cina kasus ikan tuna

Hasan Djima 2000 Universitas Indonesia Analisis deskriptif tentang politik ekonomi

Sumber Daya Alam, tenaga kerja, suku bunga,

stabilitas keamana dan politik

Statistik ekspor impor

dan hasil wawancara.

Meneliti ada di kuadran mana kekuatan daya saing komoditi ikan tuna Indonesia

di pasar RRC, dan menganalisis kelemahan-kelemahan ekspor ikan tuna Indonesia yang menjadi tantangan dalam

peningkatan ekspor komoditi ikan tuna Indonesia ke pasar Cina.

6

The Role of Fisheries Sector in the Coastal Fishing Communities of Sri

Lanka B. Wijayaratne Rekha Maldeniya Ministry of fisheries and aquatic resources Srilanka Analisis Deskriptif peranan sektor perikanan di Srilanka dengan

Volume Produksi, Cost, Investasi, regulasi dan persentase Share sektor perikanan terhadap total

GDP. Data sekunder dari NARA tahun 1986-2000, Ministry of Fisheries and Aquatic Resource

Membahas peran sektor perikanan bagi perekonomian, dari sisi pengaruhnya bagi lingkungan, peningkatan konsumsi

dan nutrisi masyarakat, pengaruhnya dalam meningkatkan income dan mengurangi pengangguran di negara tersebut, sampai pada isyu pemerataan


(49)

22 menghitung Cost dan total profit. Development (MFARD) and the other institutes.

pendapatan dan besarnya profit yang dihasilkan dari sektor perikanan.

7

Tuna-Led Sustainable Development in the

Pacific Hannah Parris and R. Quentin Grafton 2005 Australian National University Analisis deskriptif faktor-faktor produksi tuna di pasifik.

Bargaining power, Bundling of aid and fisheries Access, fostering

a domestic and commercially competitive

fishing industry, HDI

Data time series tahun

1950-2003

Membahas tentang peranan dan pentingnya produksi dan perdagangan

tuna di pasifik

8 Neoliberalism in Japan’s Tuna Fisheries, Government intervention and

reform in the Longline Industry Kate Barclay, Sun-Hui Koh 2005 THE AUSTRALIA NATIONAL UNIVERSITY Analisis Political Economy Produksi perikanan, regulasi, Jumlah kapal,

strategi perusahaan.

Data history dari tahun 1936-1965 dan data kini

tahun 1980-2000

Membahas tentang Neoliberalism sebagai politik ekonomi dalam perdagangan tuna. Kebijakan yang berorientasi pasar dengan dasar2 teori


(50)

23

9

Global integration of European tuna

markets Ramòn JIMENEZ-TORIBIO et all 2009 Laboratoire d’Economie et de Management Nantes-Atlantique VAR, VECM

Produksi, harga, income, musim, exchange rate,

interest rate

Data tahunan dari tahun 1995-2005

Membahas tentang hubungan antara faktor2 endogen dan eksogen yang memengaruhi produksi tuna beku, tuna

kaleng di Amerika dan pengaruhnya terhadap perikanan tuna. Menggunakan hubungan kointegrasi, granger causality,

VAR dan VECM

10

Agricultural Trade Between the Philippines and the

US: Status, Issues and

Prospects Liborio S. Cabanilla 2009 Philippine Institute for Development Studies Analisis Perdagangan internasional

Agricultural Trade, US Agriculture support programs, Domestic Support Programs, Non-Tariff Barriers, liberalization, border controls, market

Access

Data tahunan dari tahun 1994-2003

Membahas pengaruh kerjasama dengan US terhadap pertanian Filifina, termasuk


(51)

24

11

WHY DOES THE AVERAGE PRICE

OF TUNA FALL DURING LENT?

Aviv Nevo 2005

http://www.nb er.org/papers/ w11572

linear correlation coefficient; competitiven ess; trade

balance; economic

opening.

Material, financial and human

data 400 weeks starting

September 1989, in 29 different

product categories.

Membahas pola-pola kemungkinan konsumsi yang memengaruhi dan dipengaruhi oleh faktor2 endogen dan


(52)

25

2.3 Kerangka pemikiran

Ikan merupakan sumber bahan pangan yang bermutu tinggi. Ikan tuna sebagai salah satu sumber protein hewani yang kaya akan omega 3. Ikan tuna juga sebagai salah satu potensi sumber daya perikanan yang cukup penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam peningkatan ekspor dan menghasilkan devisa.

Permodelan yang dibangun disesuaikan dengan fenomena yang ada dengan batasan penelitian sebagai berikut :

1. Penawaran ikan tuna segar di Indonesia diasumsikan tidak ada stok, sehingga produksi yang dihasilkan sama dengan total penawarannya (market clearing). 2. Produksi ikan tuna segar di Indonesia lebih diorentasikan pada permintaan

domestik, dimana pemerintah melalui kementerian kelautan dan perikanan senantiasa meningkatkan target konsumsi domestik setiap tahunnya sehubungan dengan adanya kesadaran protein baik dari ikan yang dapat meningkatkan kualitas bangsa. Sehingga dengan demikian permintaan ikan tuna segar di pasar ekspor (internasional), adalah sisa dari produksi dikurangi ekspor konsumsi domestik.

3. Penawaran ekspor ikan tuna Indonesia mempunyai negara tujuan ekspor utama yakni Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Jepang.

4. Harga Internasional dan ekspor ikan tuna Indonesia ke Rest of The World yang merupakan sisa ekspor total Indonesia selain ketiga negara importir utama yang diteliti adalah given dan dianggap merupakan eksogen dalam penelitian ini sehingga tidak dimodelkan lagi.

Permintaan ekspor ke setiap negara tujuan saling bersubstitusi tergantung pada harga ekspor ikan tuna pada setiap negara tujuannya.

Keterkaitan antar peubah model permintaaan ikan tuna Indonesia di pasar internasional dapat ditunjukkan pada kerangka pemikiran Gambar 3


(53)

26


(54)

27

2.4 Hipotesa

Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu maka penelitian ini diajukan beberapa hipotesis yaitu :

1. Harga ikan tuna internasional

Harga ikan ikan tuna internasional berhubungan positif dengan harga ikan tuna domestik, jika harga ikan tuna internasional mengalami kenaikan maka harga ikan tuna domestik mengalami kenaikan yang searah dengan harga ikan tuna internasional, dengan asumsi ceteris paribus atau faktor-faktor yang lain tidak mengalami perubahan.

2. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, yen Jepang dan euro

Nilai tukar rupiah terhadap dollar amerika dan mata uang negara importir lainnya berhubungan positif dengan permintaan ekspor ikan tuna segar Indonesia di pasar internasional. Jika nilai tukar rupiah terjadi depresiasi maka permintaan ekspor ikan tuna segar Indonesia diduga akan meningkat, dengan asumsi ceteris paribus atau faktor-faktor yang lain tidak mengalami perubahan.

3. Jumlah penduduk (Populasi).

Jumlah penduduk berhubungan positif dengan permintaan ekspor ikan tuna segar dari negara yang bersangkutan dengan asumsi ceteris paribus. Semakin besar populasi negara pengimpor, maka kebutuhan konsumsi ikan tuna akan semakin banyak.

4. Preference yang ditunjukkan dengan trend.

Preference yang ditunjukkan dengan trend diduga berhubungan positif dengan permintaan ekspor dengan asumsi ceteris paribus. Meningkatnya trend akan meningkatkan permintaan ekspor ikan tuna segar Indonesia di pasar internasional. 5. Harga ikan salmon sebagai substitusi ikan tuna.

Harga ikan salmon diduga berhubungan positif dengan permintaan ekspor ikan tuna segar Indonesia di pasar internasional. Meningkatnya harga ikan salmon akan meningkatkan permintaan ikan tuna Indonesia, dan demikian pula sebaliknya, penurunan harga barang subtitusi akan menurunkan permintaan ekspor ikan tuna segar Indonesia, dengan asumsi ceteris paribus atau faktor-faktor yang lain tidak mengalami perubahan.


(55)

28

6. Harga ikan tuna Thailand.

Harga dari negara Thailand sebagai kompetitor Indonesia diduga berhubungan positif dengan permintaan ekspor. Kenaikan harga dari negara kompetitor akan menaikkan permintaan ekspor ikan tuna segar Indonesia dengan asumsi ceteris paribus atau harga ikan tuna Indonesia dan faktor-faktor lainnya tidak mengalami perubahan pula.


(56)

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari berbagai sumber. Data deret waktu (time series) meliputi data tahunan dari tahun 1995 sampai 2009 yang berasal antara lain dari Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (BPS RI), situs FAO, United Nations Commodity Trade Statistics Database (COMTRADE) dengan kode HS yang terdiri dari 030232, 030239, 030231, 030233, 030341, 030342, 030349, 030380, 160414, IFS, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (KKP RI), Perikanan dan Kelautan dalam angka, Buletin Infofish, Bank Indonesia, dan Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Selain itu data juga dilengkapi dengan data-data pendukung lainnya seperti buku, artikel dan jurnal diperoleh dari Lembaga Sumberdaya Informasi (LSI) IPB, perpustakaan BPS, dan situs-situs yang berkaitan dengan penelitian. Sumber data dan Jenis data dapat dilihat dari Tabel 4.

Tabel 4. Jenis dan Sumber data Penelitian

Jenis Data Sumber Data

1. Nilai (US$) dan Volume Ekspor Ikan Tuna UN COMTRADE 2. Harga Internasional Ikan Tuna (US$/MT) Buletin INFOFISH 3. Harga Ikan tuna Indonesia di Pasar Jepang,

Amerika Serikat dan Uni Eropa

UN COMTRADE

4. Harga Udang dan ikan salmon UN COMTRADE

5. Jumlah Kapal Ikan tuna KKP RI

6. Jumlah Tenagakerja sektor perikanan di Indonesia

BPS RI

7. Nilai Tukar (Rp/US$, Yen/US$,Euro/US$) Bank Indonesia

8. Produksi Ikan Tuna Indonesia BPS RI

9. GNP IFS

10. Jumlah Penduduk Indonesia dan masing-masing negara pengimpor


(57)

30

3.2 Alat Analisis Data

Metode yang digunakan adalah analisis regresi berganda dengan Three-Step Least Square untuk menghilangkan autokorelasi dan heterokedastisitas. Program yang digunakan adalah program Eviews dan Microsoft Excel 2007 untuk mengolah data dengan simultan equation model.

3.2.1 Spesifikasi Model

Model merupakan suatu penjelas dari fenomena aktual sebagai suatu sistem sehingga fenomena aktual dapat direpresentasikan oleh model untuk menjelaskan, memprediksi dan mengontrolnya. Sementara itu model ekonometrika adalah suatu pola khusus dari model aljabar, yaitu suatu model stochastic yang mencakup satu atau lebih peubah acak (Inriligator,1978).

Model ekonometrika merupakan gambaran dari hubungan masing-masing variabel penjelas (explanatory variables) terhadap peubah endogen (dependen variables) khususnya yang menyangkut tanda dan besaran (magnitude and sign) dari penduga parameter sesuai dengan harapan teoritis secara apriori. Model yang baik haruslah memenuhi kriteria teori ekonomi (theoritically meaningful), kriteria statistika yang dilihat dari suatu derajat ketepatan (goodness of fit) yang dikenal dengan koefisien determinasi (R2), nyata secara statistik (statistically significant), serta kriteria ekonometrika yang menetapkan apakah suatu taksiran memiliki sifat-sifat seperti yang dibutuhkan seperti unbiasedness, consistency, sufficiency dan efficiency (Koutsoyiannis, 1977).

Model ekonometrika dibedakan atas persamaan tunggal dan persamaan simultan, persamaan tunggal adalah persamaan dimana peubah terikat dinyatakan sebagai sebuah fungsi dari satu atau lebih peubah bebas, sehingga hubungan sebab akibat antara peubah terikat dan peubah bebas merupakan hubungan satu arah. Sedangkan persamaan simultan adalah suatu persamaan yang membentuk suatu sistem persamaan yang menggambarkan ketergantungan diantara berbagai peubah dalam persamaan tersebut.

Model ekonometrika yang akan digunakan untuk penelitian ini adalah model persamaan simultan. Model persamaan simultan adalah suatu model ekonometrika terdiri dari beberapa persamaan yang perilaku variabel-variabelnya saling berkaitan dan ditentukan secara bersamaan. Persamaan simultan biasa


(58)

31

digunakan untuk pemodelan ekonomi dan bisnis, karena proses dan perilaku ekonomi dan bisnis tersebut dapat direpresentasikan dengan baik melalui beberapa persamaan simultan yang saling memiliki ketergantungan.

Dalam model persamaan simultan, masing-masing persamaan menjelaskan satu variabel yang ditentukan dalam model tersebut. Persamaan simultan terdiri atas dua jenis persamaan yaitu 1) persamaan struktural, merupakan persamaan yang berupa suatu fungsi, terdiri dari variabel-variabel yang diambil berdasarkan teori ekonomi yang ada, dan 2) persamaan identitas, yaitu persamaan yang bukan merupakan fungsi, namun hanya persamaan yang terdiri dari penjumlahan beberapa variabel. Variabel-variabel dalam persamaan identitas dapat berasal dari variabel dependen pada persamaan struktural, maupun variabel yang berasal dari luar persamaan struktural.

Variabel yang digunakan dalam persamaan simultan dibedakan menjadi beberapa jenis. Variabel-variabel tersebut adalah 1) variabel endogen, yaitu variabel yang nilainya ditentukan dalam persamaan struktural dan 2) variabel predetermined yaitu variabel yang nilainya ditentukan terlebih dahulu. Variabel predetermined sendiri terbagi menjadi dua, yaitu a) variabel eksogen, yaitu variabel yang nilainya sepenuhnya ditentukan dari luar model persamaan dan b) variabel lagged endogen yaitu variabel yang nilainya ditentukan di dalam sistem persamaan struktural, namun berdasarkan nilai yang telah lalu (Juanda, 2009).

Pada penelitian ini akan dirumuskan model ekonometrika kinerja perdagangan ikan tuna yang merupakan persamaan simultan yang terdiri dari beberapa persamaan struktural dan persamaan identitas. Persamaan struktural merupakan representasi dari peubah-peubah endogen dan peubah eksogen yang secara operasional menghasilkan tanda dan besaran nilai-nilai penduga parameter sesuai dengan harapan teoritis secara apriori.

Model yang digunakan dalam penelitian ini mengambil model yang terbaik dari beberapa model permintaan ekspor yang dicoba. Dalam konteks perdagangan internasional, maka faktor nilai tukar (exchange rate) sangat berpengaruh, dengan variabel-variabel pendukung lain. Model yang digunakan mengacu pada model yang digunakan pada penelitian Candra F. Ananda dan fungsi permintaan Colman dan trevor Young (1989) dengan penyesuaian model


(59)

32

dengan melihat variabel-variabel yang ada karena terdapat adanya keterbatasan data yang menjadi keterbatasan penelitian.

3.2.1.1 Fungsi Produksi Ikan tuna Indonesia

Produksi ikan tuna di Indonesia berasal dari produksi hasil tangkapan di laut. Produksi ikan tuna Indonesia diduga dipengaruhi oleh suku bunga riil karena diasumsikan untuk melakukan penangkapan ikan tuna diperlukan investasi yang cukup besar dalam rangka penyediaan gudang pendingin demi menjaga mutu dan kesegaran ikan tuna sebelum dikirim ke pasar, pengepakan barang, dan penyimpanan stok ikan tuna di kapal penangkap sebelum kapal didaratkan di pelabuhan sehingga diperlukan penanaman modal yang sangat berkaitan erat dengan tingkat suku bunga riil karena suku bunga riil yang tinggi akan membuat para investor enggan untuk menanamkan modalnya pada penangkapan ikan tuna dan cenderung menanamkan modalnya pada jalur yang lebih menjanjikan seperti tabungan atau deposito.

Selain itu, produksi ikan tuna Indonesia yang merupakan persamaan struktural diduga juga dipengaruhi oleh jumlah kapal penangkap ikan tuna karena semakin banyak kapal yang beroperasi diasumsikan akan menaikkan hasil tangkapan ikan tuna Indonesia, demikian sebaliknya jumlah kapal yang sedikit akan mengurangi hasil produksi ikan tuna Indonesia. Karena keterbatasan data yang ada, kapasitas kapal belum diperhitungkan dalam penelitian ini, dan sebagai pendekatan jumlah kapal dipakai seluruh kapal yang terdaftar di Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan mengabaikan kapal-kapal ilegal yang tidak terdaftar namun melakukan kegitaan penangkapan di wilayah perairan Indonesia.

Produksi ikan tuna Indonesia juga diduga dipengaruhi oleh Tenagakerja yang terlibat pada proses penangkapan ikan tuna Indonesia, dan produksi ikan tuna tahun lalu yang diduga memengaruhi keputusan pihak yang melakukan penangkapan apakah akan melakukan penangkapan atau tidak. Semakin berkembangnya teknologi penangkapan juga akan meningkatkan produksi ikan tuna Indonesia¸ variabel trend yang digunakan srbagai proxy perkembangan teknologi dianggap dapat mewakili peran tekhnologi pada proses produksi yang dalam hal ini penangkapan ikan tuna, dan kebijakan pemerintah diduga juga memengaruhi produksi ikan tuna Indonesia, sehingga kebijakan pemerintah


(60)

33

dijadikan dummy variable dengan nilai 0 bila tidak ada kebijakan, dan nilai 1 bila ada kebijakan.

Oleh karena itu persamaan produksi ikan tuna dapat dirumuskan sebagai berikut.

QTt = a0+a1IRt+a2JKt+a3TKt + a4QTt-1 + a5T1t + a6KBJK...(1)

dimana:

QTt = produksi ikan tuna Indonesia (ton) a0 = intersept

a1- a6 = koefisien parameter

IRt = real interest rate

JKt = jumlah kapal

TKt = tenagakerja yang terlibat

QTt-1 = produksi ikan tuna tahun lalu

T1t = tren waktu sebagai proxy pengembangan teknologi

KBJK = kebijakan pemerintah; variabel dummy,0= tidak ada kebijakan 1= ada kebijakan

Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan adalah a1<0; dan a2,a3, a4,

a5 >0; 0< a6 <1

3.2.1.2.Permintaan domestik

Permintaan domestik merupakan persamaan struktural yang diduga dipengaruhi oleh: (1) harga ikan tuna domestik diduga berpengaruh negatif terhadap permintaan domestik ikan tuna, naiknya harga ikan tuna akan menyebabkan turunnya permintaan domestik dan sebaliknya turunnya harga ikan tuna akan meningkatkan permintaan domestik; (2) harga barang substitusi dalam hal ini didekati dengan harga udang, diduga naiknya harga barang substitusi akan menyebabkan beralihnya konsumsi protein ikan tuna menggantikan konsumsi protein dari udang, dan akan meningkatkan permintaan domestik ikan tuna; (3) GNP riil diduga berpengaruh positif terhadap permintaan ikan tuna domestik, kenaikan GNP diasumsikan akan meningkatkan daya beli masyarakat yang akan meningkatkan permintaan ikan tuna domestik; (4) Populasi diduga meningkatnya populasi akan meningkatkan permintaan ikan tuna domestik; (5) Trend sebagai


(1)

91

C(23) -1612012. 10321486 -0.156180 0.0876 C(24) 128091.2 1020430. 0.125527 0.0900 C(25) 1699787. 10308174 0.164897 0.8695 C(26) 92.23755 23.74033 3.885268 0.0002 C(27) 5.207955 3.899392 1.335581 0.1860 C(28) 0.663459 0.439146 1.510793 0.0653 C(29) -1073.834 13143.44 -0.081701 0.0435 C(30) 35062.25 43188.51 0.811842 0.4196 C(31) -186986.8 85216.37 -2.194259 0.0315 C(32) 121433.2 68979.12 1.760435 0.0827 C(33) 1922343. 427858.0 4.492946 0.0000 C(34) -4313.957 2200.137 -1.960768 0.0539 C(35) 54.71907 94.36425 0.579871 0.0563 C(36) 3.053559 4.852874 0.629227 0.5312 C(37) 0.005713 0.220153 0.025948 0.0979 C(38) 198722.8 45202.30 4.396299 0.0000 C(39) 199976.7 79254.33 2.523227 0.0001 C(40) 898478.7 571119.4 1.573189 0.1202 C(41) -101841.8 97258.27 -1.047127 0.2986 C(42) 28.45544 21.50922 1.322942 0.1902 C(43) 0.142498 0.044788 3.181614 0.0022 C(44) 0.002180 0.002899 0.752023 0.0454 C(45) 160418.5 12080.69 13.27891 0.0000 C(46) -0.453711 0.384193 -1.180947 0.2416 C(47) -6.78E-07 1.72E-07 -3.935930 0.0002 C(48) 0.633278 0.177884 3.560070 0.0007 C(49) 5.62E-07 2.88E-07 1.954212 0.0547 Determinant residual covariance 1.61E+43

Equation: XTAS=C(1)+C(2)*PTAS+C(3)*PSUBSTAS+C(4)*PTHAIAS+C(5) *ERAS+C(6)*GDPAS+C(7)*POP+C(8)*TRFAS+C(9)*KONSAS+C(10) *KBJKAS+C(11)*TAS

Instruments: IR JK TK T2 KBJK PSUBST GDP POP XTAS XTJ XTUE XROW PTAS PSUBSTAS PTHAIAS ERAS GDPAS POPAS TRFAS KONSAS Observations: 20

R-squared 0.859995 Mean dependent var 154278.0 Adjusted R-squared 0.858193 S.D. dependent var 18069.17 S.E. of regression 9823.500 Sum squared resid 8.69E+08 Durbin-Watson stat 2.681419

Equation: XTUE=C(12)+C(13)*PTUE+C(14)*PSUBSTUE+C(15)*PTHAIUE +C(16)*GDPUE+C(17)*POPUE+C(18)*TRFUE+C(19)*KONSUE+C(20) *KBJKUE+C(21)*TUE

Instruments: IR JK TK T2 KBJK PSUBST GDP POP XTAS XTJ XTUE XROW PTAS PSUBSTAS PTHAIAS ERAS GDPAS POPAS TRFAS KONSAS Observations: 20

R-squared 0.840720 Mean dependent var 98262.79 Adjusted R-squared 0.831815 S.D. dependent var 36463.94 S.E. of regression 22437.40 Sum squared resid 5.03E+09 Durbin-Watson stat 1.718717

Equation: XTJ=C(22)+C(23)*PTJ+C(24)*PSUBSTJ+C(25)*PTHAIJ+C(26) *ERJ+C(27)*GDPJ+C(28)*POPJ+C(29)*TRFJ+C(30)*KONSJ+C(31) *KBJKJ+C(32)*TJ


(2)

PTAS PSUBSTAS PTHAIAS ERAS GDPAS POPAS TRFAS KONSAS Observations: 20

R-squared 0.868246 Mean dependent var 1333921. Adjusted R-squared 0.831868 S.D. dependent var 291418.0 S.E. of regression 203838.3 Sum squared resid 3.74E+11 Durbin-Watson stat 2.327521

Equation: QT=C(33) +C(34)*IR +C(35)*JK+C(36)*TK+ C(37)*QT(-1)+ C(38) *T1+ C(39)*KBJK

Instruments: IR JK TK T2 KBJK PSUBST GDP POP XTAS XTJ XTUE XROW PTAS PSUBSTAS PTHAIAS ERAS GDPAS POPAS TRFAS

Observations: 20

R-squared 0.997803 Mean dependent var 3991429. Adjusted R-squared 0.997197 S.D. dependent var 1066510. S.E. of regression 61225.33 Sum squared resid 4.50E+10 Durbin-Watson stat 2.421818

Equation: QDT=C(40)+C(41)*PT+C(42)*PSUBST+ C(43)*GDP+C(44)*POP +C(45)*T2

Instruments: IR JK TK T2 KBJK PSUBST GDP POP XTAS XTJ XTUE XROW PTAS PSUBSTAS PTHAIAS ERAS GDPAS POPAS TRFAS KONSAS Observations: 20

R-squared 0.971614 Mean dependent var 1919528. Adjusted R-squared 0.961477 S.D. dependent var 675085.1 S.E. of regression 132501.6 Sum squared resid 2.46E+11 Durbin-Watson stat 2.325919

Equation: PT=C(46)+C(47)*QT+C(48)*PX+C(49)*QDT

Instruments: IR JK TK T2 KBJK PSUBST GDP POP XTAS XTJ XTUE XROW PTAS PSUBSTAS PTHAIAS ERAS GDPAS POPAS TRFAS KONSAS Observations: 20

R-squared 0.882640 Mean dependent var 2.321500 Adjusted R-squared 0.841884 S.D. dependent var 0.491842 S.E. of regression 0.249881 Sum squared resid 0.999044 Durbin-Watson stat 2.483803


(3)

93

Lampiran 3 Scripts Input dan Hasil Output Eviews proses mencari nilai dasar dan hasil skenario simulasi

XTAS = C(1) + C(2) * PTAS + C(3) * PSUBSTAS + C(4) * PTHAIAS + C(5) * ERAS + C(6) * GDPAS + C(7) * POP + C(8) * TRFAS + C(9) * KONSAS + C(10) * KBJKAS + C(11) * TAS XTUE = C(12) + C(13) * PTUE + C(14) * PSUBSTUE + C(15) * PTHAIUE + C(16) * GDPUE + C(17) * POPUE + C(18) * TRFUE + C(19) * KONSUE + C(20) * KBJKUE + C(21) * TUE XTJ = C(22) + C(23) * PTJ + C(24) * PSUBSTJ + C(25) * PTHAIJ + C(26) * ERJ + C(27) * GDPJ + C(28) * POPJ + C(29) * TRFJ + C(30) * KONSJ + C(31) * KBJKJ + C(32) * TJ QT = c(33) + c(34) * IR + c(35) * JK + c(36) * TK + c(37) * QT(-1) + c(38) * T1 + c(39) * KBJK

QDT = c(40) + c(41) * PT + c(42) * PSUBST + c(43) * GDP + c(44) * POP + c(45) * T2 PT = C(46) + C(47) * QT + C(48) * PX + C(49) * QDT

XT = XTAS + XTJ + XTUE + XROW XT = QT - QDT

Scenario baseline solve

Model: Tuna

Date: 07/13/11 Time: 21:58 Sample: 1990 2009 Solve Options:

Dynamic-Deterministic Simulation Solver: Broyden

Max iterations = 5000, Convergence = 1e-08 Parsing Analytic Jacobian:

4 derivatives kept, 0 derivatives discarded Scenario: Baseline

Solve begin 12:58:25 Solve complete 12:58:25


(4)

Lampiran 4 Hasil simulasi skenario baseline (nilai dasar), dan skenario 1-4.

0 1 2 3 4

PT 3,501 3,49708 3,496 4,028 3,498

QDT 1919528 1981191,550 1953433,690 1734791,550 1945792,550

QT 3892975 3994192,550 3997637,800 3987792,550 3887792,550

XT 1973447 2013001,000 2044204,110 2253001,000 1942000,000

XTAS 154278 156864,700 158381,548 150864,700 179042,000

XTJ 1333921 1353584,150 1347477,789 1453584,150 1232921,150

XTUE 98262,78 98335,783 99340,203 96425,783 98147,215

PERUBAHAN PERUBAHAN PERUBAHAN PERUBAHAN

NILAI % NILAI % NILAI % NILAI %

-0,00392 -0,11 -0,005 -0,14 0,527 15,05 -0,0031 -0,09

61663,47 3,21 33905,615 1,77 -184736,525 -9,62 26264,47 1,37

101217,10 2,60 104662,350 2,69 94817,100 2,44 -5182,90 -0,13

39553,60 2,00 70756,710 3,59 279553,600 14,17 -31447,40 -1,59

2586,67 1,68 4103,518 2,66 -3413,330 -2,21 24763,97 16,05

19663,00 1,47 13556,639 1,02 119663,000 8,97 -101000 -7,57


(5)

RINGKASAN

WINANTI APSARI. Analisis Permintaan Ekspor Ikan Tuna Segar Indonesia di Pasar Internasional. Dibimbing oleh DEDI BUDIMAN HAKIM dan MUHAMMAD FINDI ALEXANDI.

Sektor perikanan Indonesia dalam era perdagangan bebas mempunyai peluang yang cukup besar. Indonesia merupakan negara bahari yang sangat kaya dengan potensi perikananan dan kelautannya. Laut Indonesia memiliki luas kurang lebih 3,1 juta km2 (perairan laut teritorial 0,3 juta km2 dan perairan nusantara 2,8 juta km2) dan perairan Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI) seluas lebih kurang 2,7 juta km2 menyimpan banyak jenis ikan dan hasil perairan laut lainnya yang memiliki nilai ekonomis yang sangat penting.

Ikan tuna sebagai komoditas ekspor perikanan kedua telah menyumbangkan devisa pada tahun 2006 sebesar US$ 250.567 juta atau naik sebesar 17,95 persen dari ekspor ikan tuna pada tahun 2002 yang mencapai US$ 212.426 juta. Ekspor ikan tuna Indonesia selama 25 tahun terakhir ini memiliki pertumbuhan rata-rata yang positif dengan laju pertumbuhan rata rata volume sebesar 6.03persen dan 11.79 persen untuk laju pertumbuhan nilainya. Pasar ikan tuna terbesar di dunia saat ini adalah Jepang, Amerika Serikat dan Uni Eropa. Ekspor ikan tuna ke Jepang sebesar 27 persen, dan ke Amerika Serikat 17 persen sedangkan ke Uni Eropa juga cukup besar volume dan nilainya yaitu sebesar 12 persen (FAO,2006). Di kawasan ASEAN, Indonesia menempati urutan kedua sebagai negara produsen ikan tuna setelah Thailand. Hal ini disebabkan perbedaan tingkat eksploitasi baik dari segi jumlah maupun teknologi penggunaan alat tangkap. Mengingat bahwa perairan Indonesia masih luas maka peluang untuk meningkatkan produksi masih besar dan itu berarti juga peluang untuk meningkatkan ekspor sebagai penambah devisa negara juga besar.

Penelitian ini menggunakan data sekunder, data time series dari tahun 1990-2009 bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), situs FAO, situs COMTRADE, IFS, Kementrian Kelautan dan Perikanan, Buletin Infofish, Bank Indonesia, dan Kementrian Perdagangan. Selain itu data juga dilengkapi dengan laporan hasil penelitian, jurnal yang berkaitan dengan topik kajian.

Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif mengenai perkembangan volume produksi dan ekspor ikan tuna di Indonesia ke negara tujuan ekspor utama yaitu Jepang, Amerika dan Uni Eropa, untuk mendapatkan gambaran tentang perkembangan ekspor ikan tuna Indonesia. Metode yang kedua adalah analisis permintaan ekspor ikan tuna di Indonesia di pasar internasional, metode yang digunakan adalah analisis regresi berganda dengan Three Least Square untuk menghilangkan autokorelasi dan heterokedastisitas. Program yang digunakan adalah program Eviews dan microsoft excel 2007 untuk mengolah data dengan simultan equation model.

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ikan tuna Indonesia secara signifikan adalah Interest Rate (Suku Bunga Riil), Produksi Ikan tuna tahun yang


(6)

lalu, Trend sebagai proxy perkembangan tekhnologi, dan Kebijakan pemerintah yang mendukung perkembangan produksi ikan tuna Indonesia seperti pengurusan izin usaha yang dipermudah, perbaikan pelabuhan dan pembangunan cold storage yang memadai, proteksi keamanan dengan penyelesaian masalah illegal fishing yang banyak terjadi di perairan Indonesia. Sedangkan variabel Jumlah Kapal dan Jumlah tenaga kerja yang terlibat pada proses usaha produksi mempengaruhi secara positif namun tidak signifikan terhadap produksi ikan tuna Indonesia.

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor ikan tuna Indonesia di pasar internasional dianalisis dengan melihat karakteristik permintaan ekspor tiga negara pengimpor terbesar yaitu Amerika Serikat, Jepang dan Uni Eropa. Faktor-faktor yang secara signifikan berpengaruh adalah harga ikan tuna Indonesia di negara tersebut, harga salmon sebagai ikan substitusi ikan tuna, harga ikan tuna thailand sebagai eksportir selain Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara pengimpor, GDP negara pengimpor, jumlah penduduk, tarif yang diberlakukan terhadap impor ikan tuna asal Indonesia, dan konsumsi ikan tuna perkapita.

Produksi dan ekspor ikan tuna Indonesia ternyata dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah Indonesia dan kebijakan yang diterapkan negara pengimpor. Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam mendorong produksi ikan tuna dan meningkatkan ekspor perlu terus dilakukan, disamping proyek meningkatkan mutu pangan masyarakat Indonesia dengan membudayakan makan ikan yang akan meningkatkan konsumsi domestik ikan tuna Indonesia. Kebijakan meningkatkan konsumsi domestik akan menurunkan permintaan ekspor karena harga yang meningkat bila tidak dibarengi dengan meningkatkan produksi ikan tuna Indonesia. Kebijakan penghapusan tarif di negara Jepang akan meningkatkan permintaan ekspor ikan tuna dari negara Jepang, yang akan mensubstitusi dan menurunkan permintaan ekspor ikan tuna Indonesia dari Amerika dan Uni Eropa bila produksi tidak dapat ditingkatkan. Penurunan harga di Amerika Serikat juga akan meningkatkan permintaan ekspor ikan tuna Indonesia dari Amerika Serikat, dan mensubstitusi permintaan ikan tuna di negara-negara yang lain juga bila produksi ikan tuna tidak ditingkatkan.

Kata Kunci: Ekspor ikan tuna Indonesia, Persamaan simultan, Data time series, Kebijakan.