TAP.COM - ANALISIS PERMINTAAN EKSPOR IKAN TUNA SEGAR INDONESIA DI PASAR ...

ANALISIS PERMINTAAN EKSPOR
IKAN TUNA SEGAR INDONESIA DI PASAR
INTERNASIONAL

WINANTI APSARI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Permintaan Ekspor
Ikan Tuna Segar Indonesia di Pasar Internasional adalah karya saya dengan arahan
dari Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juli 2011


Winanti Apsari
NRP. H151090344

ABSTRACT
WINANTI APSARI.
Export Demand Analysis of Indonesian Tunas in
International Market. Under the Supervision of DEDI BUDIMAN HAKIM and
MUHAMMAD FINDI ALEXANDI.
The purpose of this paper is to empirically analyze the effect of the export
demand to total export of Indonesian Tunas in international market and to
knowing the characteristic from the three main Importir Countries: United States
of America, Europian Union, amd Japan. Indonesia as a maritime nation has a
big chance for being a big exportir of tunas to maintain economic stabilitation not
only depended by oil and gas sector that tend to be depleted
The methods which used in this paper is simultan equation model with
three step least square. Result of this study is knowing the characteristics of
Indonesian tuna export demand in the international market, which can become
very important material for government and business actors in Indonesian tuna to
take the best policy in order to increase the export of Indonesian tuna sustainably.


Keywords: Indonesian export tuna, simultan equation model,time series data,
policy.

RINGKASAN
WINANTI APSARI. Analisis Permintaan Ekspor Ikan Tuna Segar Indonesia di
Pasar Internasional. Dibimbing oleh DEDI BUDIMAN HAKIM dan
MUHAMMAD FINDI ALEXANDI.
Sektor perikanan Indonesia dalam era perdagangan bebas mempunyai
peluang yang cukup besar. Indonesia merupakan negara bahari yang sangat kaya
dengan potensi perikananan dan kelautannya. Laut Indonesia memiliki luas
kurang lebih 3,1 juta km 2 (perairan laut teritorial 0,3 juta km 2 dan perairan
nusantara 2,8 juta km2) dan perairan Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia
(ZEEI) seluas lebih kurang 2,7 juta km2 menyimpan banyak jenis ikan dan
hasil perairan laut lainnya yang memiliki nilai ekonomis yang sangat
penting.
Ikan tuna sebagai komoditas ekspor perikanan kedua telah
menyumbangkan devisa pada tahun 2006 sebesar US$ 250.567 juta atau naik
sebesar 17,95 persen dari ekspor ikan tuna pada tahun 2002 yang mencapai
US$ 212.426 juta. Ekspor ikan tuna Indonesia selama 25 tahun terakhir ini

memiliki pertumbuhan rata-rata yang positif dengan laju pertumbuhan rata rata
volume sebesar 6.03persen dan 11.79 persen untuk laju pertumbuhan nilainya.
Pasar ikan tuna terbesar di dunia saat ini adalah Jepang, Amerika Serikat dan Uni
Eropa. Ekspor ikan tuna ke Jepang sebesar 27 persen, dan ke Amerika Serikat 17
persen sedangkan ke Uni Eropa juga cukup besar volume dan nilainya yaitu
sebesar 12 persen (FAO,2006). Di kawasan ASEAN, Indonesia menempati
urutan kedua sebagai negara produsen ikan tuna setelah Thailand. Hal ini
disebabkan perbedaan tingkat eksploitasi baik dari segi jumlah maupun
teknologi penggunaan alat tangkap. Mengingat bahwa perairan Indonesia
masih luas maka peluang untuk meningkatkan produksi masih besar dan itu
berarti juga peluang untuk meningkatkan ekspor sebagai penambah devisa
negara juga besar.
Penelitian ini menggunakan data sekunder, data time series dari tahun 19902009 bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), situs FAO, situs COMTRADE,
IFS, Kementrian Kelautan dan Perikanan, Buletin Infofish, Bank Indonesia, dan
Kementrian Perdagangan. Selain itu data juga dilengkapi dengan laporan hasil
penelitian, jurnal yang berkaitan dengan topik kajian.
Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif mengenai
perkembangan volume produksi dan ekspor ikan tuna di Indonesia ke negara
tujuan ekspor utama yaitu Jepang, Amerika dan Uni Eropa, untuk mendapatkan
gambaran tentang perkembangan ekspor ikan tuna Indonesia. Metode yang kedua

adalah analisis permintaan ekspor ikan tuna di Indonesia di pasar internasional,
metode yang digunakan adalah analisis regresi berganda dengan Three Least
Square untuk menghilangkan autokorelasi dan heterokedastisitas. Program yang
digunakan adalah program Eviews dan microsoft excel 2007 untuk mengolah data
dengan simultan equation model.
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ikan tuna Indonesia secara
signifikan adalah Interest Rate (Suku Bunga Riil), Produksi Ikan tuna tahun yang

lalu, Trend sebagai proxy perkembangan tekhnologi, dan Kebijakan pemerintah
yang mendukung perkembangan produksi ikan tuna Indonesia seperti pengurusan
izin usaha yang dipermudah, perbaikan pelabuhan dan pembangunan cold storage
yang memadai, proteksi keamanan dengan penyelesaian masalah illegal fishing
yang banyak terjadi di perairan Indonesia. Sedangkan variabel Jumlah Kapal dan
Jumlah tenaga kerja yang terlibat pada proses usaha produksi mempengaruhi
secara positif namun tidak signifikan terhadap produksi ikan tuna Indonesia.
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor ikan tuna Indonesia
di pasar internasional dianalisis dengan melihat karakteristik permintaan ekspor
tiga negara pengimpor terbesar yaitu Amerika Serikat, Jepang dan Uni Eropa.
Faktor-faktor yang secara signifikan berpengaruh adalah harga ikan tuna
Indonesia di negara tersebut, harga salmon sebagai ikan substitusi ikan tuna, harga

ikan tuna thailand sebagai eksportir selain Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap
mata uang negara pengimpor, GDP negara pengimpor, jumlah penduduk, tarif
yang diberlakukan terhadap impor ikan tuna asal Indonesia, dan konsumsi ikan
tuna perkapita.
Produksi dan ekspor ikan tuna Indonesia ternyata dipengaruhi oleh
kebijakan pemerintah Indonesia dan kebijakan yang diterapkan negara pengimpor.
Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam mendorong produksi
ikan tuna dan meningkatkan ekspor perlu terus dilakukan, disamping proyek
meningkatkan mutu pangan masyarakat Indonesia dengan membudayakan makan
ikan yang akan meningkatkan konsumsi domestik ikan tuna Indonesia. Kebijakan
meningkatkan konsumsi domestik akan menurunkan permintaan ekspor karena
harga yang meningkat bila tidak dibarengi dengan meningkatkan produksi ikan
tuna Indonesia.
Kebijakan penghapusan tarif di negara Jepang akan
meningkatkan permintaan ekspor ikan tuna dari negara Jepang, yang akan
mensubstitusi dan menurunkan permintaan ekspor ikan tuna Indonesia dari
Amerika dan Uni Eropa bila produksi tidak dapat ditingkatkan. Penurunan harga
di Amerika Serikat juga akan meningkatkan permintaan ekspor ikan tuna
Indonesia dari Amerika Serikat, dan mensubstitusi permintaan ikan tuna di
negara-negara yang lain juga bila produksi ikan tuna tidak ditingkatkan.

Kata Kunci: Ekspor ikan tuna Indonesia, Persamaan simultan, Data time series,
Kebijakan.

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah.
b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa ijin IPB.

ANALISIS PERMINTAAN EKSPOR
IKAN TUNA SEGAR INDONESIA DI PASAR
INTERNASIONAL

WINANTI APSARI


Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Ekonomi

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

HALAMAN PENGESAHAN
Judul Tesis
Nama
NRP
Program Studi

: Analisis Permintaan Ekspor Ikan Tuna Segar Indonesia di
Pasar Internasional.
: Winanti Apsari
: H151090344

: Ilmu Ekonomi

Disetujui,
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec.
Ketua

Dr. Muhammad Findi A, M.E.
Anggota

Diketahui,
Ketua Program Studi
Ilmu Ekonomi

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. R. Nunung Nuryartono, M.Si.

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.


Tanggal Ujian : 29 Juli 2011

Tanggal Lulus :

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Sarpono

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
anugerah dan karunia-Nya sehingga tesis dengan judul Analisis Permintaan
Ekspor Ikan Tuna Segar Indonesia di Pasar Internasional. dapat
terselesaikan. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang
pendidikan S2 dan memperoleh gelar Magister Sains dari Program Studi Ilmu
Ekonomi di Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada Dedi Budiman Hakim, Ph.D selaku Ketua Komisi Pembimbing
dan Dr. Muhammad Findi Alexandi, M.E. selaku Anggota Komisi Pembimbing,
yang dengan segala kesibukannya masih meluangkan waktu untuk memberikan
arahan dan bimbingan yang sangat bermanfaat bagi penulisan tesis ini. Ucapan
terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Sarpono atas kesediaannya
menjadi penguji luar komisi serta kepada ketua dan sekretaris Program Studi Ilmu

Ekonomi Sekolah Pascasarja IPB Dr. Ir. R. Nunung Nuryartono, M.Si dan Dr.
Lukytawati Anggraeni. Demikian juga terima kasih dan penghargaan untuk semua
dosen yang telah mengajar penulis. Dedikasi para dosen yang tinggi dan
dukungan rekan-rekan kuliah, telah banyak membantu penulis dalam perkuliahan
dengan baik.
Secara khusus, penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan
yang sebesar-besarnya kepada Kepala BPS yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk mengikuti kuliah di Magister Program Studi Ilmu Ekonomi
IPB. Demikian pula kepada Kepala Pusdiklat beserta jajarannya, yang telah
membantu kelancaran administrasi selama penulis mengikuti program Tugas
Belajar. Penulis juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada temanteman BPS dan mahasiswa pascasarjana khususnya PS Ilmu Ekonomi yang telah
banyak membantu penulis mulai dari proses kuliah hingga penyelesaian tesis ini.
Akhir kata penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang
sebesar-besarnya kepada keluarga, bapak, adik-adik, suami, my little baby ‘L’,
ocha sekeluarga, teman-teman di Riau 10a, serta pihak-pihak lain yang telah
membantu namun namanya tak dapat penulis sebutkan satu per satu. Apabila
terdapat kesalahan dalam penulisan tesis ini maka hanya penulis yang
bertanggung jawab. Akhirnya, penulis berharap bahwa apa yang telah penulis
kerjakan ini bermanfaat dan dapat memberikan kontribusi yang baik kepada
berbagai pihak.


Bogor, Juli 2011

Winanti Apsari

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 1 April 1980 dari pasangan Bapak
Ngadinu dan Ibu Agustina ni Ketut Sumarti (Alm). Penulis merupakan anak
pertama dari enam bersaudara.
Penulis menamatkan pendidikan dasar di SDK ST. Kristoforus kemudian
melanjutkan ke SMPK Bunda Hati Kudus pada tahun 1992 dan lulus pada tahun
1995. Setelah itu penulis melanjutkan ke SMAK Bunda Hati Kudus pada tahun
1998 dan melanjutkan pendidikan ke Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS)
Jakarta, tamat pada tahun 2002 dengan gelar Sarjana Sains Terapan (SST).
Selanjutnya penulis bekerja pada Badan Pusat Statistik Kota Bitung Provinsi
Sulawesi Utara. Pada tahun 2009, penulis diterima menjadi mahasiswa program
studi Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen di Institut Pertanian
Bogor melalui seleksi bea siswa tugas belajar kerja sama BPS dan IPB.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .....................................................................................

v

DAFTAR GAMBAR ................................................................................

vi

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................

vii

PENDAHULUAN ...........................................................................

1

1.1. Latar Belakang .........................................................................

1

1.2. Perumusan Masalah ..................................................................

5

1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................

8

1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................

8

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................

9

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ......

11

2.1. Tinjauan Teori ...........................................................................

11

2.1.1. Teori Perdagangan Internasional ...................................

11

2.1.2. Teori Permintaan ..........................................................

13

2.1.3. Teori Ekspor ..................................................................

15

2.1.4. Teori Nilai Tukar ...........................................................

16

2.1.5. Suku Bunga ...................................................................

17

2.2. Penelitian Terdahulu ................................................................

17

2.3. Kerangka Pemikiran .................................................................

25

2.4. Hipotesa ....................................................................................

27

METODE PENELITIAN ..............................................................

29

3.1. Jenis dan Sumber Data ............................................................

29

3.2. Alat Analisis Data ...................................................................

30

3.2.1. Spesifikasi Model ..........................................................

30

3.2.2. Identifikasi Model .........................................................

37

3.2.3. Validasi Model .............................................................

40

3.2.4. Simulasi Model ............................................................

41

I.

II.

III.

iii

IV.

GAMBARAN UMUM ....................................................................

45

4.1 Perikanan Indonesia ................................................................

45

4.2. Sistem Perdagangan Luar Negeri Negara Pengimpor Terbesar

V.

Ikan Tuna Indonesia ................................................................

46

4.2.1.

Sistem Perdagangan Jepang .........................................

46

4.2.2.

Sistem Perdagangan Uni Eropa ....................................

46

4.2.3.

Sistem Perdagangan Amerika Serikat ..........................

48

4.3. Kebijakan Pemerintah Indonesia ..............................................

49

4.4. Teknologi Penangkapan Ikan Tuna ..........................................

56

HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................

57

5.1. Hasil Pendugaan Model ..........................................................

57

5.2. Pembahasan Hasil Pendugaan Model .....................................

57

5.2.1. Produksi Ikan Tuna .......................................................

58

5.2.2. Permintaan Domestik ....................................................

60

5.2.3. Harga Ikan Tuna Domestik ...........................................

61

5.2.4. Permintaan Ekspor dari Amerika Serikat ......................

63

5.2.5. Permintaan Ekspor dari Uni Eropa ................................

65

5.2.6. Permintaan Ekspor dari Jepang .....................................

68

5.3. Validasi Model ........................................................................

70

5.4. Hasil dan Pembahasan Simulasi Model ..................................

71

5.4.1. Dampak Kenaikan Jumlah Kapal Sebesar 25 Persen ....

72

5.4.2. Dampak Kebijakan Penurunan Suku Bunga oleh Bank
Indonesia ......................................................................

73

5.4.3. Dampak Kebijakan Penghapusan Tarif Impor Ikan
Tuna Indonesia oleh Pemerintah Jepang ......................

75

5.4.4. Dampak Penurunan Harga Ekspor Ikan Tuna Indonesia
di Negara Amerika Serikat ..........................................

77

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................

79

6.1. Kesimpulan ..............................................................................

79

6.2. Saran ........................................................................................

80

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................

83

iv

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1 Produksi Perikanan Tangkap Dunia Menurut Negara Asal, 2003 –
2007 ..............................................................................................

3

2 Nilai Ekspor Komoditas Perikanan Internasional Menurut Negara
Asal, 2003 – 2007..............................................................................

4

3 Rekapitulasi penelitian terdahulu......................................................

20

4 Jenis dan Sumber data Penelitian......................................................

29

5 Hasil Pendugaan Parameter Produksi Ikan Tuna .............................

58

6 Hasil Pendugaan Parameter Permintaan Ikan tuna Domestik...........

60

7 Hasil Pendugaan Parameter Harga Ikan tuna Domestik ..................

62

8 Hasil Pendugaan Parameter Permintaan Ekspor Ikan tuna
Indonesia dari AS .............................................................................

64

9 Hasil Pendugaan Parameter Permintaan Ekspor Ikan tuna
Indonesia dari UE..............................................................................

66

10 Hasil Pendugaan Parameter Permintaan Ekspor Ikan tuna
Indonesia dari Jepang........................................................................

69

11 Hasil Validasi Model Faktor-faktor yang Memengaruhi
Permintaan
Ekspor
Ikan
tuna
Indonesia
di
Pasar
Internasional...............................................................................

71

12 Perubahan Nilai Rata-rata Simulasi Kenaikan Jumlah Kapal,
Tahun 1990-2009..............................................................................

73

13 Perubahan Nilai Rata-rata Simulasi Penurunan Tingkat Suku
Bunga, Tahun 1990-2009 .................................................................

74

14 Perubahan Nilai Rata-rata Simulasi Dampak Penghapusan Tarif
Impor Ikan Tuna Indonesia oleh Pemerintah Jepang........................

76

15 Perubahan Nilai Rata-rata Simulasi Dampak penurunan harga
ekspor ikan tuna Indonesia di negara Amerika Serikat sebesar 10
persen. ...............................................................................................

77

v

vi

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1 Volume Produksi, Volume Ekspor dan Nilai Ekspor Komoditas
Ikan Tuna Indonesia, 2002 – 2009
..............................................

6

2 Persentase Volume Ekspor Ikan Tuna Indonesia tahun 2009

7

Menurut Negara Tujuan Ekspor Terbesar ........................................
3 Kerangka Pemikiran .........................................................................

26

vii

viii

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1 Daftar Negara-Negara yang Tergabung Dalam UniEropa ..............

89

2 Scripts Input dan Hasil Output Eviews Estimasi system persamaan
struktural dengan Metode 3 SLS ......................................................

90

3 Scripts Input dan Hasil Output Eviews proses mencari nilai dasar
dan hasil skenario simulasi................................................................

93

4 Hasil simulasi skenario baseline (nilai dasar), dan skenario 1-4 .....

94

ix

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Sektor perikanan Indonesia dalam era perdagangan bebas mempunyai
peluang yang cukup besar. Indonesia merupakan negara bahari yang sangat kaya
dengan potensi perikananan dan kelautannya.

Laut Indonesia memiliki luas

kurang lebih 3,1 juta km 2 (perairan laut teritorial 0,3 juta km2 dan perairan
nusantara 2,8 juta km 2) dan perairan Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia
(ZEEI) seluas lebih kurang 2,7 juta km2 dengan garis pantai sepanjang
81.000 km.

Hal ini menempatkan Indonesia sebagai negara yang

menyimpan potensi perikanan yang sangat besar, dengan kekayaan banyak
jenis ikan dan hasil perairan laut lainnya yang beragam.
Letak Indonesia yang sangat strategis dan berada di jalur pertemuan
dua samudra besar sehingga memiliki keanekaragaman biota laut merupakan
salah satu keunggulan komparatif yang tidak dimiliki oleh negara lain. Salah
satu komoditas ekspor Indonesia yang diharapkan dapat menyumbangkan devisa
negara dari sektor non migas yang diarahkan pada pasar ekspor memiliki
produk andalannya udang dan ikan tuna.

Sumberdaya

perikanan

dan

kelautan yang sangat besar dan permintaan yang tinggi baik di dalam
maupun di luar negeri,

merupakan kesempatan

untuk memperbaiki

perekonomian negara melalui pemanfaatan sumberdaya perikanan yang
ada dengan tidak hanya mengandalkan kekayaan migas kita yang telah
makin menipis cadangannya. Indonesia memiliki peluang yang sangat besar
untuk menjadi salah satu produsen dan eksportir utama produk perikanan di
dunia internasional.
Ikan tuna sebagai komoditas ekspor perikanan kedua setelah udang
telah menyumbangkan devisa pada tahun 2006 sebesar US$ 250.567 juta atau
naik sebesar 17,95

persen dari ekspor ikan tuna pada tahun 2002 yang

mencapai US$ 212.426 juta. Potensi lestari sumberdaya ikan laut Indonesia
diperkirakan sebesar 6,4 juta ton per tahun yang tersebar di perairan wilayah
Indonesia dan perairan ZEEI dengan jumlah tangkap yang diperbolehkan
(JTB) sebesar 5,12 juta ton per tahun atau sekitar 80 persen dari potensi

lestari (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2005).

Hasil produksi

tangkapan tiap tahunnya masih jauh di bawah potensi lestari dan masih jauh
dibawah jumlah tangkap yang diperbolehkan (JTB).
Ekspor ikan tuna Indonesia selama 25 tahun terakhir ini memiliki
pertumbuhan rata-rata yang positif dengan laju pertumbuhan rata rata volume
sebesar 6,03 persen dan 11,79 persen untuk laju pertumbuhan nilainya. Pasar ikan
tuna terbesar di dunia saat ini adalah Jepang, Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa
(UE). Ekspor ikan tuna ke Jepang sebesar 27 persen, dan ke Amerika Serikat 17
persen sedangkan ke Uni Eropa juga cukup besar volume dan nilainya yaitu
sebesar 12 persen (FAO,2006). Ekspor produk ikan segar dan produk turunannya
tahun 2008 mencapai 2,47 miliar dolar AS dan menempati rangking 10 dalam
sumbangannya terhadap PDB. Tahun 2009 nilai ekspor ikan segar dan produk
turunannya mengalami penurunan menjadi 2,25 miliar dolar AS dan menempati
ranking 11.
Indonesia menempati urutan kedua sebagai negara produsen ikan
tuna setelah Thailand di kawasan ASEAN, hal ini disebabkan adanya
perbedaan tingkat eksploitasi baik dari segi jumlah maupun teknologi
penggunaan alat tangkap. Mengingat bahwa perairan Indonesia masih luas
dan potensi lestari yang masih berada sangat jauh di atas hasil produksi
tangkapan tuna saat ini, maka peluang untuk meningkatkan produksi masih
besar dan itu berarti juga peluang untuk meningkatkan ekspor sebagai
penambah devisa negara juga besar.
Dalam rangka mendayagunakan potensi sumber daya perikanan
diperlukan upaya percepatan dan terobosan melalui suatu program nasional
revitalisasi perikanan. Pelaksanaan program ini merupakan wujud dukungan
politik, ekonomi dan sosial untuk menjadikan sektor perikanan sebagai salah
satu penggerak utama pembangunan ekonomi nasional serta merupakan
upaya untuk memacu pemanfaatan potensi sumber daya perikanan yang
berwawasan lingkungan guna peningkatan kesejahteraan rakyat serta
memacu meningkatnya sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Pemerintah melalui kementerian terkait yaitu Kementerian Kelautan
dan Perikanan Republik Indonesia telah menggalakkan pembangunan di

sektor perikanan secara khusus ikan tuna dengan: (1) Meminta penurunan
tarif pada pemerintah Jepang, AS dan UE yang sangat tinggi yaitu sebesar
10-21 persen sehingga Indonesia mendapat pengurangan tarif bea masuk 3,5
persen melalui kuota ekspor yang direview setiap 5 tahun. (2) Pemerintah
mengeluarkan

Peraturan

Menteri

Kelautan

dan

Perikanan

Republik

Indonesia Nomor PER.07/MEN/2005 tentang Organisasi dan Tatakerja
Departemen Kelautan dan Perikanan sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Nomor PER.08/MEN/2007 tentang pembentukan Komisi
Tuna Indonesia dalam rangka penyatupaduan seluruh unsur yang terkait di
bidang usaha tuna Indonesia, pemerintah maupun swasta. (3) Pemerintah
melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia juga
melakukan kerjasama maritim Asia Tenggara dalam rangka penanggulangan
ilegal fishing yang marak terjadi di wilayah kita yang mengancam potensi
lestari perairan kita. (4) Kementerian Perdagangan Republik Indonesia juga
mengatur tentang penetapan harga patokan ikan untuk perhitungan pungutan hasil
perikanan dalam Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor
12/m-dag/per/3/2010.
Tabel 1. Produksi Perikanan Tangkap Dunia Menurut Negara Asal, 2003 – 2007
No

Tahun

Negara
2003
Jumlah

1

China

2004

2005

2006

2007

88.243.068

92.279.764

92.182.739

89.863.279

90.063.851

14.347.274

14.464.803

14.588.940

14.631.018

14.659.036

2

Peru

6.086.060

9.604.527

9.388.488

7.017.491

7.210.544

3
4
5

Indonesia
USA
Japan

4.644.715
4.938.956
4.670.393

4.653.888
4.959.826
4.315.734

4.709.074
4.892.967
4.389.206

4.823.587
4.852.283
4.344.513

4.936.629
4.767.596
4.211.201

6
7
8
9
10

India
Chile
Russian
Philippines
Thailand

3.712.149
3.612.644
3.281.448
2.165.812
2.849.724

3.391.009
4.926.741
2.941.533
2.211.245
2.839.612

3.691.362
4.328.732
3.197.564
2.269.668
2.814.295

3.844.837
4.160.848
3.284.285
2.318.981
2.698.803

3.953.476
3.806.085
3.454.214
2.499.634
2.468.784

11

Lainnya

37.933.893

37.970.846

37.912.443

37.886.633

38.096.652

Sumber : Kelautan dan Perikanan dalam Angka 2009

Peningkatan pertumbuhan jumlah penduduk dunia dewasa ini mendorong
tingkat kebutuhan akan makan dan bahan makanan yang tinggi pula. Begitupun
kebutuhan akan ikan dan produk ikan dunia dalam dekade terakhir mengalami
peningkatan yang sangat signifikan. Peningkatan kebutuhan ikan dan produk ikan
dunia dipicu pula oleh kesadaran untuk mendapatkan sumber protein hewani
namun memiliki kadar lemak serta kolesterol aman yang aman bagi kesehatan.
Konsumsi ikan tuna dunia terus meningkat, sementara itu sumber daya laut
Indonesia belum dimanfaatkan secara optimal.
Tabel 2. Nilai Ekspor Komoditas Perikanan Internasional Menurut Negara Asal,
2003 – 2007
Dalam (000 US$)
Tahun
No

Negara
2003
Jumlah

2004

2005

2006

2007

63.925.994

71.856.899

78.630.105

86.098.718

93.520.503

1
2

China
Norway

5.362.366
3.669.067

6.779.9
4.170.9

7.519.357
4.885.226

8.968.051
5.503.429

9.250.710
6.228.123

3

Thailand

3.919.824

4.053.9

4.494.183

5.266.742

5.708.849

4

USA

3.457.908

3.693.0

4.232.041

4.143.146

4.436.746

5

Denmark

3.227.679

3.576.9

3.685.243

3.986.519

4.128.359

6

Viet Nam

2.203.499

2.450.1

2.756.139

3.372.242

3.783.834

7

Canada

3.317.675

3.506.6

3.595.693

3.659.857

3.711.890

8

Chile

2.194.610

2.547.2

2.966.917

3.556.594

3.677.002

9

Netherlands

2.196.412

2.468.3

2.820.138

2.811.705

3.280.643

10

Spain

2.241.793

2.581.8

2.579.057

2.848.676

3.230.749

11

Russian

1.485.646

1.528.172

1.953.280

2.120.737

2.363.830

Federation
12

Germany

1.292.083

1.430.5

1.501.355

1.821.893

2.275.251

13

United

1.683.704

1.833.866

1.871.900

1.940.004

2.162.101

14

Kingdom
Indonesia

1.579.783

1.736.184

1.797.948

1.957.068

2.100.872

15

Iceland

1.521.163

1.782.7

1.783.382

1.811.742

2.028.480

16

Lainnya

24.572.78

27.716.13

30.188.24

32.330.31

35.153.06

Sumber : Kelautan dan Perikanan dalam Angka 2009, Kementerian Kelautan dan
Perikanan Republik Indonesia.
Sampai dengan tahun 2007, produksi ikan dunia telah mencapai 90 juta
ton. Angka pertumbuhan rata-rata tiap tahunnya adalah 0,22 persen. Dari total

produksi dunia, 60 persennya merupakan produksi ikan dari negara-negara di Asia
termasuk Indonesia (Kelautan dan Perikanan dalam Angka, 2009). Indonesia
sendiri berada di urutan ke 3 dari penghasil produksi perikanan tangkap di dunia,
seperti yang dapat di lihat dalam Tabel 1. Volume hasil tangkapan Indonesia
menunjukkan kenaikan 2,34 persen dari tahun 2006-2007, lebih tinggi dari laju
pertumbuhan hasil tangkap ikan dunia.

Dengan demikian, dilihat dari sisi

produksi, prospek ikan tuna Indonesia adalah sangat cerah.
Dari sisi perkembangan ekspor dunia untuk komoditas perikanan
internasional, Indonesia hanya menduduki peringkat ke-14 dalam nilai ekspornya.
China menguasai ekspor komoditas perikanan dunia yaitu dengan nilai ekspor
untuk perikanan sebesar US$ 9,2 Milyar pada tahun 2007. Indonesia dengan total
nilai US$ 2,1 Milyar, hanya menguasai 2,25 persen pasar komoditas perikanan di
dunia.

Total ekspor dunia tahun 2009 untuk komoditas ikan dan produk

perikanan tanpa komoditas jenis udang dan komoditas tiram adalah sebesar US$
56,26 Milyar, telah terjadi penurunan sekitar 16,66 persen. Ini di sebabkan kondisi
cuaca yang tidak menentu sehingga menghambat kinerja ekspor dunia. Namun
secara trend nilai ekspor dunia untuk komoditi ikan dan produk perikanan terus
naik sampai 2008.
1.2 Perumusan Masalah
Ikan tuna di Indonesia merupakan hasil produksi perikanan tangkap
terbesar di Indonesia setelah udang. Data Kelautan dan Perikanan dalam Kelautan
dan Perikanan dalam Angka 2009 menunjukkan volume produksi tangkap ikan
tuna di tahun 2008 mencapai 194.173 ton. Dari seluruh hasil perikanan tangkap di
laut, sekitar 6,31 persen adalah ikan tuna.
Melihat nilai impor dunia yang mencapai 1,198 Milyar US$, dapat di
katakan bahwa permintaan ikan tuna dunia cukup tinggi. Saat ini yang menjadi
negara tujuan ekspor tuna Indonesia adalah Jepang, Amerika Serikat, Jerman,
Netherlands¸ Perancis, Singapura, Philipina, Malaysia, China dan Thailand.
Indonesia termasuk salah satu pengekspor utama dunia, terutama untuk pasar
Jepang, Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Perkembangan impor ikan tuna dunia yang meningkat menunjukkan
permintaan dunia meningkat. Namun negara pengimpor tuna segar Indonesia

cenderung memperketat persyaratan mutu produk yang diimpor ke negaranya,
sehubungan dengan isyu food safety, khususnya pasar Uni Eropa yang telah
beberapa kali menutup keran impor ikan tuna Indonesia karena ikan tuna
Indonesia tidak memenuhi persyaratan ambang batas mutu yang ditetapkan di Uni
Eropa. Dengan demikian Indonesia dituntut untuk lebih meningkatkan kualitas
perikanannya. Tingginya kebutuhan negara-negara lain akan ikan tuna membuat
Indonesia yang mempunyai produksi ikan tuna yang tinggi mempunyai peluang
untuk meraih pangsa pasar luar negeri. Namun, ekspor ikan tuna Indonesia belum
mengoptimalkan potensi yang dimilikinya jika melihat data yang ada.

Sumber : Kelautan dan Perikanan dalam Angka 2009, Kementerian Kelautan dan
Perikanan Republik Indonesia.
Gambar 1. Volume Produksi, Volume Ekspor dan Nilai Ekspor Komoditas Ikan
Tuna Indonesia, 2002 – 2009
Dengan Jepang, Indonesia masih menguasai pangsa pasar ikan tuna di
Jepang, 29 persen pasar ikan tuna di Jepang dimiliki oleh Indonesia. Hal ini bisa
berdampak positif dan juga negatif. Sisi positifnya, ikan tuna Indonesia sudah
mempunyai nilai jual di Jepang. Namun, sisi negatifnya ketergantungan akan
pasar Jepang dapat menjadi masalah bagi Indonesia saat terjadi kelebihan stok di
Indonesia. Indonesia bisa menjual ke Jepang namun harganya bisa jatuh. Sehingga
diperlukan ekspansi pasar lebih luas untuk produk perikanan (Investor Daily,
2010)

Produksi ikan tuna Indonesia sampai saat ini masih tetap diorientasikan ke
pasar internasional dengan negara-negara tujuan ekspor Jepang, USA, Uni Eropa
(Gambar 2). Namun akhir-akhir ini volume ekspor ikan tuna Indonesia mengalami
penurunan. Turunnya ekspor ikan tuna Indonesia tersebut dapat diakibatkan oleh
turunnya penawaran ikan tuna domestik dan juga turunnya ekspor ikan tuna
Indonesia ke negara – negara tujuan ekspor utama. Turunnya volume ekspor ikan
tuna domestik ini dimungkinkan akibat pengaruh eksternal seperti turunnya harga
ikan tuna dunia, krisis di negara tujuan ekspor ataupun pengaruh internal di
Indonesia akibat dari kebijakan makro ekonomi Indonesia yang kurang
mendukung, seperti tingkat bunga yang selalu meningkat. Berdasarkan uraian di
atas, maka yang menjadi permasalahan umum penelitian ini adalah bagaimana
kinerja permintaan ekspor ikan tuna Indonesia.

Sumber : Kelautan dan Perikanan dalam Angka 2009, Kementerian Kelautan dan
Perikanan Republik Indonesia.
Gambar 2. Persentase Volume Ekspor Ikan Tuna Indonesia tahun 2009 Menurut
Negara Tujuan Ekspor Terbesar

Berdasarkan gambaran di atas, dimana ada peluang ekspor yang besar,
namun ekspor yang masih berfluktuatif maka dapat dirumuskan permasalahan
penelitian sebagai berikut:
1.

Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi produksi ikan tuna di Indonesia.

2.

Bagaimana karakteristik permintaan ekspor ikan tuna Indonesia ke negaranegara tujuan utama yaitu Jepang, AS dan UE.

3.

Bagaimana pengaruh kebijakan yang telah diterapkan oleh pemerintah
Indonesia dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia serta Kementerian Perdagangan Republik Indonesia terkait
dengan ekspor ikan tuna, dan pengaruh kebijakan yang diterapkan oleh
negara importir terhadap impor ikan tuna dari Indonesia.

1.3.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengaji kinerja permintaan

ekspor tuna Indonesia, dengan tujuan spesifik sebagai berikut :
1.

Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi produksi ikan tuna
Indonesia.

2.

Mengidentifikasi karakteristik permintaan ekspor ikan tuna Indonesia ke
negara-negara tujuan ekspor utama yaitu Jepang, AS dan UE.

3.

Mendiskusikan

alternatif

kebijakan

yang

bisa

ditempuh

untuk

meningkatkan ekspor ikan tuna Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian

yang

dilakukan

diharapkan

dapat

melanjutkan

dan

menyempurnakan penelitian sebelumnya yang membahas tentang ikan tuna segar
Indonesia dan memberikan referensi kepada masyarakat

yang membutuhkan

literatur tentang produksi ikan tuna di Indonesia serta tentang ekspor ikan tuna
Indonesia sebagai data dasar (benchmark data) yang merupakan validasi bagi
penelitian yang berkaitan dengan ekspor komoditas, khususnya ekspor komoditas
ikan tuna segar; dan diharapkan penelitian ini juga dapat memperkaya khasanah
penelitian tentang ikan tuna segar, dalam menentukan strategi kebijakan
pengembangan ekspor ikan tuna segar Indonesia di masa yang akan datang.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor internal
dan eksternal yang memengaruhi ekspor ikan tuna segar di Indonesia, dengan
periode waktu 1990-2009. Faktor internal yang memengaruhi ekspor ikan tuna
segar Indonesia seperti harga domestik ikan tuna segar Indonesia, harga barang

substitusi yaitu ikan salmon dan udang, harga permintaan ekspor ikan tuna ke
Jepang, AS, dan UE, dan volume ekspor ikan tuna segar, Interest rate, Jumlah
kapal, Jumlah nelayan, kebijakan pemerintah Indonesia, dan variabel trend
sebagai proxy pengembangan tekhnologi, sedangkan faktor eksternal yang dikaji
adalah nilai tukar rupiah, harga ikan tuna Thailand sebagai kompetitor, harga ikan
salmon sebagai barang substitusi, GNP negara pengimpor, populasi atau jumlah
penduduk negara pengimpor, konsumsi ikan perkapita di negara-negara
pengimpor serta faktor tarif dan variabel dummy kebijakan negara Amerika,
Jepang dan UniEropa sebagai pengimpor utama ikan tuna Indonesia. Selain itu
disertakan pula variabel trend sebagai alat untuk mengetahui perubahan
preference masyarakat domestik dan negara pengimpor Amerika, UniEropa dan
Jepang dari tahun ke tahun.

Halaman ini sengaja dikosongkan.

11

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Teori
2.1.1 Teori Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai perdagangan antar
atau lintas negara, yang mencakup ekspor dan impor. Menurut Gonarsyah (1987)
ada beberapa faktor yang mendorong timbulnya perdagangan internasional
(ekspor-impor) suatu negara dengan negara lain, yaitu (1) Keinginan untuk
memperluas pemasaran komoditi ekspor, (2) Memperbesar penerimaan bagi
kegiatan pembangunan, (3) Adanya perbedaan penawaran permintaan antar
negara, (4) Tidak semua negara menyediakan kebutuhan masyarakatnya serta (5)
Akibat adanya perbedaan biaya relatif dalam menghasilkan komoditi tertentu.
Di banyak negara, perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama
untuk meningkatkan GDP. Perdagangan internasional pun turut mendorong
industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi, dan kehadiran perusahaan
multinasional. Menurut Amir M.S, bila dibandingkan dengan pelaksanaan
perdagangan di dalam negeri, perdagangan internasional sangatlah rumit dan
kompleks. Kerumitan tersebut antara lain disebabkan karena adanya batas-batas
politik dan kenegaraan yang dapat menghambat perdagangan, misalnya dengan
adanya bea, tarif, atau quota barang impor. Selain itu, kesulitan lainnya timbul
karena adanya perbedaan budaya, bahasa, mata uang, taksiran dan timbangan, dan
hukum dalam perdagangan.
Perdagangan internasional mendorong manusia untuk menghasilkan
produk-produk

terbaik

dan

sekaligus

memungkinkan

manusia

untuk

mengkonsumsi lebih banyak ragam barang dan jasa yang berasal dari seluruh
dunia yang tidak dihasilkan di dalam negeri.

Selain itu, perdagangan

internasional dapat meningkatkan kesejahteraan semua negara melalui spesialisasi
dalam produksi barang dan jasa yang memiliki keunggulan komparatif. Menurut
Ball dan McCulloch (2001), perdagangan internasional timbul karena adanya
perbedaan harga relatif di antara negara. Perbedaan ini berasal dari perbedaan
dalam biaya produksi yang disebabkan oleh:
1. Perbedaan-perbedaan dalam karunia Tuhan atas faktor produksi

12

2. Perbedaan-perbedaan dalam tingkat teknologi yang menentukan intesitas faktor
yang digunakan.
3. Perbedaan-perbedaan dalam efisiensi pemanfaatan faktor-faktor produksi.
4. Kurs valuta asing.
Pada

dasarnya

faktor

yang

mendorong

timbulnya

perdagangan

internasional dari suatu negara ke negara lain bersumber dari keinginan
memperluas pemasaran komoditi ekspor dan memperbesar penerimaan devisa
dalam penyediaan dana pembangunan dari negara yang bersangkutan.
perdagangan

internasional

mengaji

dasar-dasar

terjadinya

Teori

perdagangan

internasional serta keuntungan yang diperoleh dengan adanya perdagangan
tersebut.

Kebijakan perdagangan internasional membahas alasan-alasan dan

pengaruh

adanya

hambatan-hambatan

perdagangan,

serta

hal-hal

yang

menyangkut proteksionisme baru (Salvatore, 1997).
Heckser-Ohlin

mengemukakan

bahwa

suatu

negara

melakukan

perdagangan internasional karena adanya perbedaan endowment. Perbedaan
opportunity cost suatu produk antara suatu negara dengan negara lain dapat terjadi
karena adanya perbedaan jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki
(endowment factors) masing-masing negara. Perbedaan tersebut menimbulkan
terjadinya perdagangan internasional. Negara-negara yang memiliki faktor
produksi relatif lebih banyak dan murah dalam memproduksinya akan melakukan
spesialisasi produksi dan mengekspor barangnya. Sebaliknya, masing-masing
negara akan mengimpor barang tertentu jika negara tersebut memiliki faktor
produksi yang relatif langka dan mahal dalam memproduksinya (Salvatore, 1997).
Kegiatan perdagangan internasional atau disebut sebagai kegiatan ekspor
dan impor antar negara mengatakan bahwa suatu negara akan cenderung
mengekspor barang-barang yang biaya produksi di dalam negerinya relatif lebih
rendah dibandingkan dengan barang yang sama di luar negeri. Sebaliknya, suatu
negara akan mengimpor barang-barang yang biaya produksi di dalam negerinya
relatif lebih mahal dibandingkan dengan barang yang sama di luar negeri. Oleh
karena itu bagi suatu negara, selisih antara penawaran dan permintaan domestik
(excess supply) dapat diartikan sebagai penawaran ekspor.

Sementara itu

13

permintaan impor merupakan kelebihan permintaan domestik di negara
pengimpor (excess demand).
Gambarannya yaitu, suatu negara (misalnya negara A) akan cenderung
mengekspor suatu komoditas ke negara lain (negara B) apabila harga domestik
komoditas tersebut di negara A sebelum terjadi perdagangan internasional relatif
lebih rendah dibandingkan dengan komoditas yang sama di negara B. Terjadinya
harga yang relatif murah di negara A disebabkan karena adanya kelebihan
penawaran, yaitu produksi domestik melebihi konsumsi domestik, sehingga
memungkinkan negara A untuk menjual produksinya ke negara lain (negara B)
Di sisi lain, di negara B terjadi kelebihan permintaan, yaitu konsumsi
domestik melebihi produksi domestik. Akibatnya harga komoditas tersebut di
negara B relatif lebih tinggi dibandingkan dengan negara A. Akibat kelebihan
permintaan tersebut, menyebabkan negara B berkeinginan untuk membeli
komoditas bersangkutan yang harganya relatif lebih murah (negara A). Jadi,
adanya perbedaan kebutuhan antar negara A dan B menyebabkan timbulnya
perdagangan internasional antar kedua negara, dalam hal ini akan mengekspor ke
negara B.
Harga yang terjadi di pasar internasional merupakan harga keseimbangan
antara penawaran dan permintaan dunia. Perubahan dalam produksi dunia akan
memengaruhi penawaran dunia, sedangkan perubahan dalam konsumsi dunia
akan memengaruhi permintaan dunia. Kedua perubahan tersebut pada akhirnya
akan memengaruhi harga dunia.
2.1.2 Teori Permintaan
Teori permintaan adalah teori yang menerangkan tentang ciri hubungan
antar jumlah permintaan dan harga. Permintaan seseorang atau sesuatu
masyarakat kepada suatu barang ditentukan oleh banyak faktor, di antara faktorfaktor tersebut yang terpenting adalah seperti yang dinyatakan dibawah ini :
a. Harga barang itu sendiri.
b. Harga barang lain yang berkaitan dengan barang tersebut.
c. Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat.
d. Corak distribusi pandapatan dalam masyarakat.
e. Cita rasa (preference) masyarakat.

14

f. Jumlah penduduk (populasi) dalam suatu negara.
g. Ramalan mengenai keadaan dimasa yang akan datang.
Dalam menganalis ekonomi dianggap bahwa permintaan suatu barang
terutama dipengaruhi oleh tingkat harganya. Oleh sebab itu dalam teori
permintaan yang terutama dianalisis adalah hubungan antara jumlah permintaan
suatu barang dengan harga barang tersebut. Hukum permintaan pada hakikatnya
merupakan suatu hipotesis yang menyatakan makin rendahnya harga suatu barang
maka makin banyak permintaan terhadap suatu barang tersebut.

Sebaliknya

semakin tinggi harga barang tersebut maka semakin sedikit permintaan terhadap
barang tersebut. (Sadono Sukirno, mikroekonomi, 2002:76). Jumlah permintaan
dan tingkat harga memiliki hubungan karena kenaikan harga menyebabkan para
pembeli mencari barang lain yang dapat digunakan sebagai pengganti
(substitution) yang mengalami kenaikan harga. Sebaliknya apabila harga turun
maka orang mengurangi pembelian terhadap barang lain yang sama jenisnya.
Kemudian kenaikan harga menyebabkan pendapatan riil para pembeli berkurang.
Menurut Kotler (1991) permintaan pasar atas suatu produk adalah jumlah
yang akan dibeli oleh suatu kelompok konsumen tertentu dalam suatu wilayah
geografis tertentu, dalam suatu waktu tertentu yang berada di lingkungan
pemasaran tertentu dengan program pemasaran tertentu.
Fungsi permintaan pasar dalam Colman dan Trevor Young (1989) adalah
sebagai berikut:
Qs = f(P, M,POP,ID)
Qs = Permintaan
P = harga komoditi
M = Pendapatan Perkapita
POP= Populasi yang merupakan pasar produk tersebut
ID = Index Disribution Income
Tingkat pendapatan yang merupakan sumber daya atau kemampuan membeli
(purchasing power) dari konsumen adalah determinasi permintaan terpenting.
Bertambahnya pendapatan konsumen akan memengaruhi peningkatan jumlah
yang diminta (Hanafiah,1986).

15

Tomek W.G (1987) mengatakan empat faktor terbesar yang memengaruhi
tingkat permintaan adalah ukuran populasi dan distribusinya menurut umur,
daerah geografis dan sebagainya, pendapatan konsumen dan distribusinya, harga
dan penggunaan komoditi dan jasa lain, selera serta preference konsumen.
Faktor-faktor tersebut merupakan determinan dari permintaan.
Pada sebagian besar produk pertanian, pendapatan dan permintaan
mempunyai hubungan yang positif, hal ini berarti peningkatan pendapatan akan
menggeser permintaan ke kanan. Perubahan selera dan preference secara nyata
mendorong perubahan permintaan untuk komoditi pertanian, walaupun efeknya
sulit untuk dipisahkan karena muncul bersamaan dengan perubahan pendapatan
atau variabel lain (Tomek, W.G, 1987)
2.1.3 Teori Ekspor
Kegiatan menjual barang atau jasa ke negara lain disebut ekspor,
sedangkan kegiatan membeli barang atau jasa dari negara lain disebut impor,
kegiatan demikian akan menghasilkan devisa bagi negara. Devisa merupakan
masuknya uang asing ke negara kita, yang dapat digunakan untuk membayar
pembelian atas impor barang dan jasa dari luar negeri.
Dalam teori, pengertian ekspor adalah kegiatan yang menyangkut
produksi barang dan jasa yang diproduksi di dalam suatu negara tetapi untuk
dikonsumsikan di luar batas negara tersebut (Boediono, 1990).
Pengertian

ekspor

menurut

UU

Kepabeanan

adalah

kegiatan

mengeluarkan barang dari daerah pabean, dimana barang yang dimaksud terdiri
dari barang dari dalam negeri (daerah pabean), barang dari luar negeri (luar daerah
pabean), barang bekas atau baru.
Secara umum produk ekspor dan impor dibedakan menjadi dua yaitu
barang migas dan barang non migas. Barang migas atau minyak bumi dan gas
adalah barang tambang yang berupa minyak bumi dan gas. Barang non migas
adalah barang-barang yangukan berupa minyak bumi dan gas,seperti hasil
perkebunan, pertanian, peternakan, perikanan dan hasil pertambangan yang bukan
berupa minyak bumi dan gas. Produk ekspor Indonesia meliputi hasil produk
pertanian, hasil hutan, hasil perikanan dengan ekspor terbesar adalah udang dan

16

yang kedua adalah ikan tuna, hasil pertambangan, hasil industri dan begitupun
juga jasa.

2.1.4 Teori Nilai Tukar
Kegiatan ekspor suatu komoditi yang terjadi di pasar internasional tidak
terlepas dari masalah nilai tukar yang terjadi. Nilai tukar adalah mata uang suatu
negara yang dinyatakan dalam mata uang lain yang dapat dibeli dan dijual
(Lipsey, 1995). Nilai tukar mata uang ini memengaruhi kebijakan perdagangan
antara masing-masing negara pengekspor dan pengimpor.

Peningkatan atau

penurunan nilai mata uang asing dapat memengaruhi volume ekspor yang
diperdagangkan. Bertambah mahal atau murahnya suatu komoditas ekspor di
pasar internasional sangat ditentukan oleh nilai tukar mata uang suatu negara.
Kebijakan mengenai permintaan ekspor seringakali dilakukan dengan
pengaturan nilai tukar, karena ada dua alasan utama untuk bekerja dengan
exchange rate real, pertama adalah keinginan untuk bekerja dalam batas waktu
real untuk diambil analisa perdagangan dan pergerakan current account pada
dasar yang sama seperti analisa real supply, real demand, dan harga riil dari
komoditi.

Kedua adalah keinginan untuk memperkenalkan analisis current

account dalam dunia dengan sistem exchange rate yang berbeda (Helmers, 1988).
Penguatan nilai rupiah terhadap mata uang negara pengimpor utama yaitu
dolar Amerika, yen Jepang dan Euro atau disebut apresiasi menyebabkan
permintaan turun, sehingga akan menyebabkan: (1) Harga domestik negara
pengimpor turun, (2) Meningkatkan harga di negara pengimpor, (3) Menurunkan
ekspor negara pengekspor, (4) Menurunkan impor negara pengimpor (Tweeten,
1992). Secara implisit, revaluasi mata uang negara pengekspor berperan sebagai
pajak ekspor yang akan menurunkan jumlah produk ekspor yang diminta pada
tingkat harga tertentu.
Nilai tukar terhadap mata uang negara tujuan ekspor dapat dipengaruhi
oleh kondisi perekonomian baik dalam negeri maupun luar negeri.

Dalam

penelitian ini, perhitungan nilai tukar yang digunakan untuk setiap negara tujuan
ekspor utama yaitu Amerika Serikat, Jepang dan UniEropa menggunakan nilai

17

tukar riil untuk memperhitungkan Purchasing Power Parity, dan menggunakan
rumusan

2.1.5 Suku Bunga
Suku bunga merupakan indikator dari keadaan bisnis, karena biaya
pinjaman merupakan pertimbangan paling penting dalam keputusan investasi.
Biaya pinjaman yang tinggi menghambat investasi dan konsumsi, sementara biaya
pinjaman yang rendah mendorong investasi dan konsumsi (Gorman, 2009)
Dalam proses ekspor ikan tuna, dibutuhkan gudang pendingin, pengepakan
barang, dan penyimpanan stok ikan di kapal penangkap sebelum kapal didaratkan
di pelabuhan. Dibutuhkan investasi yang cukup besar, iklim investasi dapat dijaga
dengan stabil dengan menjaga suku bunga Bank Indonesia stabil. Suku bunga
yang relatif tinggi akan membuat para pengusaha penangkapan tuna memilih
untuk menginvestasikan uangnya di bank daripada menanggung resiko
menanamkan modalnya pada penangkapan tuna, demikian pula para pengusaha
yang memerlukan pinjaman dari bank akan merasa keberatan dengan bunga
pinjaman yang tinggi.

Apabila hal ini terjadi terus-menerus, investasi untuk

membangun fasilitas pengolahan yang mendukung ekspor ikan tuna akan terus
menurun, secara tidak langsung dampaknya akan terkena kepada ekspor secara
secara keseluruhan.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berhubungan dengan ekspor ikan tuna sudah banyak
dilakukan sebelumnya. Munir (1997) dan Olivia (2007) meneliti tentang ekspor
ikan tuna dan ikan tuna Indonesia serta analisis ekspornya ke pasar jepang.
Dengan metode 2 SLS, dianalisis faktor-faktor yang memengaruhi ekspor
skipjack beku dan segar Indonesia ke pasar Jepang. Munir telah memasukkan
peubah ekspor negara pesaing utama seperti Thailand, namun tidak ada peubah
kebijakan pemerintah dalam ekspor dan produksi sehingga tidak dapat dilihat
peranan pemerintah dalam mendorong peningkatan produ