Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Budaya Karnpung Sade, di Lornbok Tengah, Nusa Tenggara Barat

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA
KAMPUNG SADE, Dl LOMBOK TENGAH,
NUSA TENGGARA BARAT

Oleh:

~ i t n Keksi
o
Wulandari

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

ABSTRAK
RETNO KEKSl WULANDARI, 2002. Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata
Budaya Karnpung Sade, Lornbok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Dibawah
birnbingan SIT1 NURISJAH dan NURHAYATI H.S ARIFIN.
Kampung Sade rnerupakan karnpung tradisional suku Sasak di Pulau
Lombok, terletak di Kecarnatan Pujut Kabupaten Lornbok Tengah.
Penelitian ini bertujuan: rnengidentifikasi tatanan lanskap pernukirnan

tradisional Karnpung Sade, rnengidentiikasi fasilitas sirkulasi penunjang kegiatan
wisata budaya dan rnenyusun rencana lanskap yang rnendukung pelestarian
tatanan lanskap tradisional dan kegiatan wisata budaya.
Lanskap Karnpung Sade terbentuk sesuai dengan kondisi biofisik
lingkungan serta sosial budaya penduduknya. Rencana lanskap Kampung Sade
dikembangkan menjadi3 ruang wisata yaitu: ruang penerirnaan, ruang transisi
dan ruang utarna yang dihubungkan melalui jaringan sirkulasi sekuen (sequential
circulation). Pada masing-masing ruang tersebut dilengkapi fasilitas penunjang
kegiatan wisata sesuai dengan ruang peruntukannya dengan tetap rnenjaga
keutuhan tatanan lanskapnya.

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:
PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA KAMPUNG
SADE, Dl LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT
Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah
dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah
dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.


Bogor, Januari 2001

Retno Keksi Wulandari
NRP.99079 1ARL

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA
KAMPUNG SADE, Dl LOMBOK TENGAH,
NUSA TENGGARA BARAT

Oleh:
Retno Keksi Wulandari

Tesis
Sebagai salah satu syarirt untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi ArsiteMur Lanskap

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR


2002

Judul Tesis

Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Budaya
Karnpung Sade, di Lornbok Tengah,
Nusa Tenggara Barat

Narna

:

Retno Keksi Wulandari

NRP

:

99079


Program Studi

:

Arsitektur Lanskap

Menyetujui,
1. Kornisi Pernbirnbing

lr. Nurhavati H.S. Ariin. M.Sc..Ph.D.
Anggota

Mengetahui,
2. Ketua Program Studi
Arsitektur Lanskap

Ir. Hadi Susilo Arifin. MS. Ph.D.
Tanggal Lulus: 28 Januari 2002

Program Pascasarjana


.. Ir. Siafrida Manuwoto.M.Sc.
L
'

Penulis dilahirkan di Bandung, Jawa Barat pada tanggal 18 Agustus 1961
sebagai anak ketiga dari pasangan R. Poedjonarto Admosoedirdjo dan
R.Ngt. Boentartie. Pendidikan Sarjana ditempuh pada Program Studi Agronomi
Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta
lulus tahun 1986. Pada tahun 1999,

penulis diterima pada Program Studi

Arsitektur Lanskap pada Program Pascasarjana IPB. Penulis menyelesaikan
studi

pada Januari 2002. Beasiswa pendidikan Pascasarjana diperoleh dari

Proyek Due-Like Direktorat Pendidikan Tinggi Republik Indonesia.
Penulis bekerja sebagai tenaga edukatif di Fakultas Pertanian Universitas

Mataram (tahun 1993 - sampai sekarang).

PRAKATA
Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis ini berjudul
Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Budaya Kampung Sade, di Lombok
Tengah, Nusa Tenggara Barat, merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Magister Sains pada Program Studi Arsitektur Lanskap, Program
Pascasarjana lnstiiut Pertanian Bogor.
Tesis ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan di Kampung Sade
Kabupaten Lombok Tengah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat duadikan
masukan bagi Pernerintah Daerah dalam rangka pemanfaatan ternpat wisata
budaya sebagai pengembangan tujuan wisata.
Dalam penyusunan tesis ini penulis mendapat masukan, arahan petunjuk
dan bimbingan serta saran dan kritik dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
=,

lbu Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA. sebagai Ketua Kornisi Pembimbing,
Ibu Ir. Nurhayati H.S. Arifin, M.Sc. PhD. sebagai


anggota Komisi

Pembimbing atas pengarahan, bimbingan dan saran yang telah diberikan.

+

Proyek Due-Like yang telah mernberikan beasiswa tugas belajar.
Mas Kuswan, suami fercinfa,

Agriska, lntan dan Gita anak-anakku

fercinfa yang telah memberikan kesempatan, dorongan, semangat dan
kasih sayang serta doa.
=, Atha, Beria, Cri, Novi, Oly, Puji, atas kerjasama dan kebersamaan dalam

melewati masa perkuliahan.
=,

Pak. Jaya, Pak. Deden, Dik Abas dan Pak. Saptono atas saran dan

kritiknya.
Kepada pihak-pihak yang telah turut memberi bantuan baik secara materil
maupun moril.

Penulis berharap semoga Tesis ini dapat bermanfaat dan dapat duadikan
masukan bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Januari 2002
Penulis

DAFTAR IS1
Halaman
DAFTAR TABEL..............................................................................................

v

DAFTAR GAMBAR .........................................................................................

vi


BAB I. PENDAHULUAN................................................................................

1

1.1. Latar Belakang

............................................................................ 1

1.3. Manfaat.......................................................................................

4

1.4. Kerangka Pikir Penelitian ........................................................

5

BAB il. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 7
2.1. Lanskap Budaya .....................................................................7
2.2. Pelestarian Lanskap Budaya ....................................................... 9
2.3. Pemukiman Tradisional ...............................................................


9

2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pariwisata............................ 10

.
...................................................
2.5. Wisata Budaya ................... .

11

2.6. Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Budaya....................... 12
2.7. Keadaan Umum Kepariwisataan NTB......................................... 13
2.8. lklim dan Kenyamanan ................................................................16

BAB Ill. METODE PENELlTlAN ..................................................................

18

3.1.Tempat dan Waktu ...................................................................... 18

3.2. Jenis Data ..................................... .............................................. 19
3.3. Metode dan Analisis Data ............................................................ 20
3.4. Metode Perencanaan ...................................

.............................

3.5. Batasan ..................................................................................

21
22

BAB IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELlTlAN ..................................... 24
4.1. Letak Geografis dan Keadaan Topografi..................................... 24
4.2. Kependudukan .............................................................................

25

4.3. Arah Perkembangan Ekonomi Wilayah ......................................

26

4.4. Kondisi Sumberdaya Alam ......................................................

28

4.4.1. Kondisi Tanah
a . Penunjang
b. Penunjang Konstruksi Bangunan.................................
29
4.4.2. Keadaan Hidrologis............................................................ 30
4.4.3. Kondisi Ikl'

BAB V. HASlL DAN PEMBAHASAN ..........................

.
.
...........................

33

5.1. Perkembangan Kepariwisataan................................................
33
5.1.1. Kecenderungan Kepariwisataan........................................ 33
5.1.2. Obyek Wisata .............................................................
37
5.1.3. Kunjungan Wisatawan .......................................................39
5.2. Aksesibilitas dan Fasilitas Transportasi ................... .
.
............... 39
5.3. Pandangan Penduduk terhadap Wisatawan ............................... 43
5.4. Lanskap Kampung Sade ......
5.4.1. Sejarah terbentuknya ........................................................
5.4.2. Tata Guna Lahan ..........................................................
5.4.3. Elemen Lanskap Kampung Sade .....................
.... .........
5.4.4. Kegiatan Sosial Budaya ....................................................
5.4.4.1. Kegiatan Ritual Keagamaan.................................
5.4.4.2. Kegiatan Kultural.................................................
5.4.5. Analisis Potensi Wisata Budaya ........................................

46
46
48
50
76
76
79
83

5.5. Daya Dukung Obyek Wisata........................................................ 87
5.6. Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Budaya....................... 89
5.6.1. Pendekatan ........................................................................ 89
5.6.2. Konsep Pengembangan Lanskap ..................................... 89
5.6.2.1. Konsep Ruang Wisata........................................... 89
5.6.2.2. Konsep Sirkulasi Penunjang Kegiatan Wisata
Budaya ...................................................................90
5.6.2.3. Konsep Pengembangan Ruang Wisata Budaya 93

........................................... 95
5.6. Rencana Lanskap .........................
.

BAB. VI . KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 100
6.1. Kesimpulan...................................................................................
100
6.2. Saran ........................................................................................100
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................101

DAFTAR TABEL
Halaman
Jumlah wisatawan ke Indonesia dan dampak ekonominya

........... 3

Perkembangan perjalanan wisatawan nusantara 1991 - 1997

...

Komponen data dan sumber data yang digunakan .......................

3
19

Kriteria penilaian obyek wisata ........................................................ 21
Pendapatan regional perkapita dan laju pertumbuhan atas
dasar harga berlaku dan harga konstan. ........................................ 27
Rata-rata hari hujan, curah hujan, suhu, kelembaban dan THI di
Kecamatan Pujut ........................................................................... 31
Kontribusi sektor pariwisata terhadap pendapatan asli daerah
(PAD) di Kabupaten Lombok Tengah ............................................ 33
Realisasi kunjungan wisatawan ke Lombok Tengah menurut
kelompoknyatahun 1996-2000....................................................... 35
Perkembangan tingkat penghunian kamar dan tempat tidur
hotel serta lama menginap tamu di Kabupaten Lombok Tengah ... 36
Jenis dan nama tempat kegiatan obyek wisata di Kabupaten
Lombok Tengah .......................................................................... 39
Realisasi kunjungan wisatawan ke Kampung Sade
tahun 1996-2000 ............................................................................ 40

. .

Karakter~st~k
responden

. ......................

44

Pendapat dan harapan responden terhadap wisatawan................ 45
Lama dan alasan tinggal serta letak sawah dan ladang
responden di Kampung Sade....................................................... 48
Tanggapan penduduk terhadap rancangan, arah dan
kelestarian rumah .................................................................... 58
Jenis tanaman di Kampung Sade

59

Kegiatan ritual keagamaan dan penggunaan ruangnya ................ 79
Kegiatan kultural dan penggunaan ruangnya

82

19.

Elemen -elemen lanskap di Kampung Sade dan keunikannya..... 84

20.

Nilai hasil skonng masing-masing obyek

86

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Kerangka pikir penelitian ..........................................................

5

Kawasan wisata di NTB .............................................................. 14
Peta penyebaran kawasan pariwisata di Pulau Lombok ............ 15
Peta lokasi Kampung Sade......................................................... 18
Peta orientasi Kampung Sade ................................................

24

Bentuk baji pada tanah vertisol..................................................

29

Peta penyebaran kawasan pariwisata di Kabupaten
Lombok Tengah .......................................................................

37

Akses wisatawan ke Pulau Lombok ........................................... 40
Jalur transportasi ke Kampung Sade ......................................... 42
Diagram penggunaan lahan dan gambar potongan .................. 49
Pembagian ruang dalam rumah tradisional Sasak ................... 52
Bale Jamak ..............................................................................54

.
.
.....................................................55
Bale Bonter ...................
Bale Kodong ................................................................................ 56
Lumbung berbentuk lengkung (alang)........................................ 60
Lumbung berbentuk segi empat (ayung)...................................

61

Berugak sekepat .....................................................................

63

Masjid Sade ................................................................................. 64
Bale pertemuan .........................................................................

65

Masjid kuno di Rambitan dibangun abad mi...........................

66

Makam Nyatok..........................................................................

69

Kamar mandi dan sumur komunal ............................................. 71
Diagram tatanan awal elemen lanskap Kampung Sade ............. 74
Lanskap Kampung Sade ............................................................ 75

25 .

Konsep tata ruang wisata ........................................................

90

26.

Konsep sirkulasi penunjang wisata .............................................

91

27.

Konsep pengembangan ruang wisata budaya ........................... 94

28 .

Blockplan lanskap wisata budaya Kampung Sade ....................

29.

Rencana lanskap wisata budaya Kampung Sade ..................... 99

98

BAB I. PENDAHULUAN
1.I. Latar Belakang

Indonesia rnernpunyai banyak kawasan wisata yang unik dan ekslusif,
berupa wisata alam maupun wisata budayaltradisional. Kawasan wisata
budayanya antara lain berbentuk desa, kampung dan ternpat bersejarah.
Tempat-tempat tersebut memiliki perpaduan dari aspek sosial, budaya, ekonomi,
dan sejarah yang merniliki karakter alarni yang rnasih dorninan, dan potensial
untuk rnenjadi tempat tujuan wisata. Akan tetapi banyak dari kawasan wisata
tersebut yang terabaikan, bahkan beberapa sudah hilang identitasnya. Salah
satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melestarikan kawasan wisata
tersebut untuk mernpertahankan keberadaan dan identitasnya.
Aspek budaya, kerarnahan alami dan rnanusiawi pada ruang-ruang suatu
wilayah rnengalarni proses degradasi yang diakibatkan oleh pernbangunan di
wilayah tersebut yang sering rnelenyapkan identitas dan karakter budaya
masyarakat. Disarnping itu proses tersebut dipicu juga oleh akulturisasi
rnasyarakat dan adanya standarisasi fasilitas perkotaan.
Tindakan pemugaran dan konservasi terhadap lingkungan, terrnasuk
terhadap lingkungan cagar budaya, dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan
budaya rnasyarakat yaitu dengan rnelihat dan merasakan eksistensi rnasyarakat
dalam arus kesinambungan masa lampau, kini dan yang akan datang.
Dalarn pengernbangan suatu kawasan wisata, maka yang harus
diperhatikan adalah hubungan timbal balik antara pengunjung dan aset wisata,
terrnasuk aset wisata yang dilindungi serta kornunitas yang terdapat di sekitarnya
(Gunn, 1994). Karena itu dalam pembangunan dan pengembangan kawasan
wisata haruslah diperhatikan perencanaan pembangunan yang seharusnya

bersifat multidimensional dengan

mengintegrasikan aspek-aspek sosial,

ekonomi, antropologis dan fisik.
Dalam World Trade and Tourism Council atau WITC (1992), dinyatakan
bahwa pariwisata merupakan industri terbesar di dunia yang menghasilkan
pendapatan dunia lebih dari US $ 3,5 trilyun pada tahun 1993 atau 6 % dari
pendapatan kotor dunia (WTO, 1992 diacu dalam Wibowo 2001). Selanjutnya
dinyatakan bahwa kegiatan pariwisata ini merupakan industri yang lebih besar
daripada industri kendaraan, baja, elektronik maupun pertanian. lndustri
pariwisata diperkirakan memberi peluang kerja terhadap 127 juta pekerja dunia
(satu dari 15 pekerja di dunia).
Diramalkan pariwisata internasional, yang mengalami pertumbuhan 57%
dalam dekade 1980-an akan mengalami pertumbuhan sebesar 50% dalam
dekade 1990an (WTO, 1992 diacu dalam Wibowo 2001). Meskipun laju
pertumbuhan lebih lambat dengan rata-rata pertumbuhan 3,7% pada tahun 1990
dan jumlah wisatawan internasional 450 juta orang pada tahun 1991, namun
diharapkan akan mengalami pertumbuhan menjadi 650 juta wisatawan
internasional pada tahun 2000. Realisasi dari prediksi tersebut cukup akurat
dengan tercapainya 657 juta kunjungan wisata internasional di tahun 1999 dan
bila kondisi stabil diperkirakan pada tahun 2010 kunjungan antar negara akan
meningkat menjadi 937 juta (WTO, 1992 diacu dalam Wibowo, 2001).
Kecenderungan

kunjungan wisatawan

mancanegara (wisman)

ke

Indonesia cenderung meningkat dengan laju yang cukup mengesankan. Pada
awal Pelita IV (tahun 1984) jumlah wisman 700.910 dengan jumlah devisa
US $ 519,7 juta, kemudian pada tahun 1994 angka itu sudah berlipat menjadi
empat juta lebih dengan devisa

5 4,6 milyar. Ini berarti jumlah wisman dalam

jangka waktu sepuluh tahun meningkat sebesar 570 %, sementara perolehan
devisa naik 885 % (Kompas, 13 Januari 1996). Target kunjungan wisman dalam

visi pariwisata lndonesia pada tahun 2005 sebagai penghasil devisa utarna
diperkirakan akan meraih US$ 15 rnilyar dari 11 juta orang dengan pengeluaran
rata-rata US $ 1.375 perkunjungan (Kornpas, 28 April 1999). Jumlah kunjungan
wisman ke lndonesia dan dampak ekonomi yang diakibatkan dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah wisatawan ke lndonesia dan dampak ekonorninya

No. Tahun

Jumlah
kedatangan
'uta)

Pengeluaran I Pengeluaran I Devisa
Ihan
I lkunjungan / (juta US $)

tinggal

I

11,84
1996
119,30
1997
97,20
4
1998
4,30
97 70
Sumber : Kompas, 28 April 1999

Perkernbangan perjalanan wisatawan nusantara semakin rneningkat
terlihat pada jumlah wisatawan yang berkunjung ke lndonesia yang cenderung
rneningkat terutarna wisatawan nusantara. Pendapatan yang diperoleh dari
wisatawan diharapkan juga dapat rneningkat. Hal ini disebabkan oleh
kernampuan ekonorni dan kesibukan kerja yang semakin bertarnbah sehingga
sebagian penduduk sudah mulai berpikir perlunya berekreasi (Kompas, 28 April
1999). Perkernbangan perjalanan wisatawan nusantara tahun 1991 - 1997 dapat

dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Perkembangan perjalanan wisatawan nusantara 1991 - 1997
Jumlah pengeluaran
Jumlah perjalanan
Tahun / Jumlah wisnu
(triliun Rp.)
(juta)
(juta)
7,lO
Tidak ada data
72,lO
1991
12,40
100,40
83,60
1994
1007
QR
I,--,
~ Rin
Tidak ada data
.,
--,-?.
Surnber : Pariwisata Indonesia, 1999

,

l"",

Salah satu bentuk kampung tradisional yang unik dan turistik di Pulau
Lornbok ini adalah Kampung Sade. Luas kampung ini kurang lebih 10 ha,
berpenduduk 124 KK, dan terletak di Desa Rarnbitan Kecarnatan Pujut,
Kabupaten Lombok Tengah.

Sampai dengan saat ini Kampung Sade telah dikunjungi oleh banyak
wisatawan, baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
Kunjungan wisatawan yang cenderung meningkat ini telah menunjukkan
gangguan spasial yang cenderung meningkat yang selanjutnya dapat mengubah
lanskap tradisional kampung ini. Contoh yang dapat dikemukakan antara lain
adalah berdirinya kios-kios "dadakan", perubahan-perubahan elemen asal,
terjadinya penambahan tempat hunian tanpa pertimbangan arsitektural dan lainlain. Untuk menjaga karakter yang unik Kampung Sade dari dampak aktifitas
wisata yang telah berkembang saat ini diperlukan adanya perencanaan yang
baik.
1.2. Tujuan

Penelitian ini bertujuan:
1. Mengidentifikasi tatanan lanskap pemukiman tradisional Kampung Sade.
2. Mengidentifikasi fasilitas sirkulasi penunjang kegiatan wisata budaya.
3. Menyusun rencana lanskap yang mendukung pelestarian tatanan lanskap

tradisional dan kegiatan wisata budaya.

1.3. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bahan masukan dalam usaha melestarikan lanskap budaya di Kampung

Sade pada khususnya dan Kawasan Cagar Budaya di

Lombok pada

umumnya.
2. Merupakan masukan bagi Pemerintah Daerah dan Dinas-dinas terkait dalam

usaha pengelolaan dan pengembangan Kampung Sade maupun kawasan
sekitarnya sebagai kawasan wisata.

1.4. Kerangka Pikir Penelitian

Alur pemikiran dalam penelitian ini dapat diuraikan seperti dibawah ini dan
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.

I Kampung
Sistem kehidupan pemukim

Sistem wisata budaya

1

I Perencanaan I

Gambar 1. Kerangka pikir penelitian

Kampung Sade merupakan salah satu unit pemukirnan tradisional yang
terbentuk berdasarkan sistem sosial budaya yang berlangsung dalam kehidupan
masyarakatnya yang juga diketahui sebagai satu bentuk dari lanskap budaya.
Unit pemukiman ini mernpunyai keunikan dan kekhasan yang tercermin dari
tatanan lanskapnya, yang selanjutnya berbagai aspek sosial yang terdapat dan
mernbentuk tatanan lanskap ini akan menjadi atraksi dari wisata budaya ini.
Kampung Sade, juga direncanakan akan menjadi suatu kawasan wisata
dengan mempertimbangkan aspek tata ruang wisata untuk kenyamanan
pengunjung dan mempertimbangkan aspek arsitektur lanskap sehingga

terbentuk suatu atraksi yang khas. Dalam merencanakannya diperlukan
penataan terhadap atraksi wisata budaya tersebut yang didukung dengan jalur
sirkulasi yang tepat dengan mempertimbangkan keutuhan unit lanskap
pemukiman Kampung Sade serta arah dan keinginan wisatawan, sehingga
konsewasi sumberdaya wisata budaya Kampung Sade maupun kenyamanan
wisatawan dapat tercapai. Selanjutnya output tersebut diperikan dalam tata
ruang wisata sehingga dengan demikian diperoleh suatu rencana lanskap
budaya Kampung Sade yang berkelanjutan.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Lanskap Budaya
Kebesaran suatu bangsa tidak hanya cukup diukur oleh tingkat

kesejahteraan dan kemantapan ekonominya saja tetapi juga oleh apresiasi dan
sikapnya dalam

melestarikan

nilai dan

warisan

budaya lama

serta

keanekaragaman biologis dan ekosistemnya. Warisan alam dan budaya, yang
memberikan warna dan atmosfer tersendiri dari suatu wilayah atau bagian
wilayah, merupakan sumber yang sangat penting bagi eksistensi biologis dan
hidup

manusia.

Kedua

bentuk warisan

yang

dilestarikan

ini

dapat

menggabungkan masa lampau dengan masa kini sehingga menghasilkan
kesinambungan yang dapat mengikat satu generasi dengan generasi berikutnya.

JJA Worsea seorang ahli hukum muda dari Universitas Kopenhagen, Denmark,
pada abad 19 menyatakan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak
hanya melihat masa kini dan masa datang saja, tetapi juga mau berpaling ke
masa lampau untuk menyimak perjalanan yang telah dilaluinya. Hasil dari
pernyataan itu ialah gambaran jelas mengenai perjalanan suatu bangsa, kapan
dan dari mana bermula, bagaimana dan berapa panjang langkah yang telah
ditempuhnya. Hal-ha1 ini selanjutnya dapat menemukan dan mempertebal
identitas bangsa, serta dapat mempertinggi rasa nasionalisme (Widianto, 1987).
Lanskap adalah bentang alam yang memiliki karakter tertentu, yang
beberapa unsurnya dapat digolongkan menjadi unsur utama atau unsur mayor
dan unsur penunjang atau unsur minor. Unsur utama atau unsur mayor adalah
unsur yang relatif sulit untuk diubah, sedangkan unsur penunjang atau minor
adalah unsur yang relatif kecil dan mudah untuk diubah (Simonds, 1983). Lebih
lanjut Rachman (1984) menerangkan bahwa lanskap adalah wajah dan karakter
lahan atau tapak bagian dari muka bumi ini dengan segala kehidupan dan apa

saja yang ada di dalamnya, baik bersifat alami dan buatan manusia beserta
makhluk hidup lainnya, sejauh mata memandang, segenap indera dapat
menangkap serta sejauh imajinasi kita dapat membayangkan.
Lanskap budaya (culfural landscape) adalah segala sesuatu yang berada
di ruang luar yang dekat dan dapat

dilihat. Menurut definisi ini, lingkungan

lanskap budaya adalah semua yang sudah mendapat campur tangan atau
diubah oleh manusia (Lewis, 1978 diacu dalam Melnick, 1983). Selain itu berarti
juga istilah yang menunjukkan suatu kawasan lanskap yang tersusun oleh
budaya manusia. Budaya adalah cipta, karya dan karsa manusia yang
mempengaruhi kehidupannya. Dengan demikian lanskap budaya adalah segala
bagian dari muka bumi yang sudah mengalami campur tangan atau diubah oleh
manusia.
Lanskap budaya menurut (Sauers, 1978 diacu dalam Tishler 1982) adalah
suatu kawasan geografis dimana ditampilkan ekspresi lanskap alami oleh suatu
kebudayaan tertentu, dimana budaya adalah agennya, kawasan alami sebagai
medium dan lanskap budaya sebagai hasilnya. Jika kita kehilangan lanskap yang
menggambarkan tentang budaya dan tradisi kita, maka kita akan kehilangan
bagian penting dari diri kita sendiri dan akar kiia pada masa lalu. Sebagai arsitek
lanskap merupakan tanggung jawab profesional untuk menentukan lingkungan
khusus ini, setelah diidentikasi, apakah akan dilindungi atau digunakan
sebijaksana mungkin untuk dapat mempertahankan kelangsungan suatu
lambang atau simbol warisan sejarah manusia di dunia.
Lanskap budaya menggambarkan perjalanan sejarah suatu kawasan
budaya dan akan selalu berubah dengan berubahnya tingkat peradaban manusia
yang mendiaminya. Lanskap budaya sangat erat kaitannya dengan lanskap
sejarah. Lanskap sejarah dapat diartikan sebagai suatu kawasan geografis yang
berupa obyek atau setting dari suatu peristiwa bersejarah dalam manusia.

2.2.

Pelestarian Lanskap Budaya
Kegiatan pelestarian adalah kegiatan konsewasi. Konsewasi diartikan

sebagai segenap proses pengelolaan suatu tempat agar makna kultural yang
dikandungnya terpelihara dengan baik. Konsewasi dapat meliputi seluruh
kegiatan pemeliharaan sesuai dengan situasi dan kondisi setempat (Sidharta dan
Budihardjo, 1989). Motif pelestarian adalah melindungi warisan budaya kita yang
mempunyai nilai sejarah. Bila peninggalan masa lalu tidak dilindungi dengan
peraturan-peraturan, maka proses-proses perubahan alami akan merubah atau
bahkan melenyapkannya, ditambah lagi pembangunan yang semakin pesat .
Melalui proses identifikasi lanskap maka dapat diketahui informasi
mengenai lanskap tersebut dan pengaruhnya terhadap kelompok budaya yang
ada. Hal ini memerlukan ahli khusus dari banyak disiplin ilmu yang berbeda yaiiu
arsitektur lanskap, arkeologi, antropologi budaya, geografi budaya dan arsitektur
sejarah.
2.3.

Pemukiman Tradisional
Menurut Direktorat Tata Kota dan Tata Daerah dan Direktorat Penyelidikan

Masalah Bangunan (1979) pemukiman adalah lingkungan yang terdiri dari
kumpulan bangunan rumah tinggal dan bangunan lain yang dilatarbelakangi oleh
kondisi dan situasi alam dan sekitarnya serta dipengaruhi oleh sosial budaya.
Pemukiman adalah kelompok unit kediaman orang-orang atau kelompok
manusia pada suatu wilayah termasuk kegiatan-kegiatan serta fasilitas-fasilitas
sebagai akibat dari proses terbentuknya pemukiman ini (Wayong, 1981).
Dibedakan

tiga

bentuk

pola

perkarnpungan berdasarkan

pemusatan

masyarakatnya, yaitu pola perkampungan yang penduduknya hidup dan tinggal
secara menggerombol membentuk suatu kelompok, pola yang penduduknya
tinggal mengelompok di sepanjang jalur sungai atau jalur lalu lintas yang

rnernbentuk sederetan perurnahan, dan pola yang penduduknya tinggal
rnenyebar di suatu daerah pertanian. Daerah perbukitan rnenyebabkan penduduk
harus rnencari ternpat yang rata untuk rnendirikan rurnah, bila tidak ada rnaka
sedikit lahan diratakan, sedangkan lahan pekarangan dibiarkan tetap berbukii.
Tradisional adalah doktrin, pengetahuan, kebiasaan, adat-istiadat dari
masa lalu yang diturunkan dari generasi berikutnya, yang terdiri dari elemen
budaya tradisional. Elernen budaya tradisional dapat berupa bangunan
tradisional, kelornpok bangunan, struktur, kelornpok struktur, distrik bersejarah
rnaupun obyek yang berdiri sendiri (Parker dan King, 1988). Budaya yang dirniliki
oleh suatu rnasyarakat tertentu yang mencakup tradisi, keyakinan, kebiasaan
cara hidup, seni, kerajinan tangan dan lernbaga sosial terrnasuk dalarn elernen
budaya tradisional. Budaya yang bersifat tradisional berarti kegiatan budaya
tersebut sudah berlangsung turun-ternurun.
2.4.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pariwisata

Pariwisata diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan
perjalanan untuk rekreasi, pelancongan dan turisme. Pariwisata adalah industri
yang kelangsungan hidupnya sangat ditentukan oleh baik buruknya lingkungan.
Selanjutnya disebutkan bahwa tujuan pariwisata pada hakekatnya adalah untuk
rnendapatkan rekreasi (Soernaiwoto, 1996)
Menurut Wahab (1987), pengertian pariwisata rnengandung tiga unsur
yaitu :
1. Manusia (unsur insani sebagai pelaku kegiatan pariwisata),

2. Tempat (unsur fisik yang sebenarnya tercakup dalarn kegiatan itu sendiri)
3. Waktu (unsur tempo yang dihabiskan dalarn perjalanan itu sendiri selarna

berdiarn di ternpat tujuan).

MacKinnon et a1 (1986) menyatakan bahwa faktor-faktor yang membuat
suatu kawasan menarik bagi pengunjung adalah:
1. Letak Ijarak kawasan terhadap kota.
2. Aksesibilitas ke kawasan tersebut mudah dan nyaman.

3. Keaslian, keistirnewaanlkekhasan kawasan.
4. Atraksi yang rnenonjol di kawasan tersebut rnisalnya atraksi yang berkaitan
dengan kegiatan religi dan budaya, dimana atraksi tersebut dikembangkan
menurut Koentjaraningrat (1974) dengan 7 unsur kebudayaan rnasyarakat.
Tujuh unsur kebudayaan masyarakat tersebut adalah: 1) sistim religi, 2)
sistirn kernasyarakatan, 3), sistern rnata pencaharian 4) kesenian, 5) bahasa,
6) peralatan dan perlengkapan hidup dan 7) sistim sistim pengetahuan.
5. Daya tank dan keunikan serta penarnpilan kawasan.
6. Fasilitas, sarana dan prasarana di lokasi yang mendukung bagi wisatawan.
Wisatawan adalah individu atau kelompok yang rnernpertimbangkan dan
merencanakan tenaga beli yang dimilikinya untuk melakukan perjalanan rekreasi
berlibur. Pada urnumnya wisatawan tertarik dengan motivasi perjalanan yang
dilakukan, selain itu untuk rnenarnbah pengetahuan. Pelayanan yang didapatkan
dari suatu tujuan wisata kemungkinan dapat menarik pengunjung dirnasa yang
akan datang.
2.5.

Wisata Budaya
Wisata (tour) adalah perpindahan orang untuk sementara dalarn jangka

waktu tertentu ke tujuan-tujuan di luar tempat dimana mereka biasa tinggal dan
bekerja. Pelaku wisata atau wisatawan pergi ke suatu obyek wisata didasari
motivasi yang bersifat rekreatif (motif tamasya dan rekreasi) dan non-rekreatif
(motif kebudayaan, olahraga, bisnis, konvensi, spiritual, kesehatan, dan
interpersonal) (Gunn, 1994).

Obyek wisata budaya merupakan tempat yang diwariskan dari kegiatan
manusia di masa lalu dengan cara merubah nilai

- nilai alami yang ada dan

disesuaikan dengan kebutuhan mereka sehingga kawasan tersebut menjadi lebih
harmonis, menyenangkan dan mempunyai keindahan (Haber, 1995).
Soekadgo (1996) menyatakan suatu obyek dapat menjadi tujuan wisata
budaya karena memiliki atraksi wisata, yang terdiri dari sumber daya
kepariwisataan dalam bentuk budaya, yang dapat berupa peninggalanpeninggalan atau tempat-tempat bersejarah (artifact) maupun perikehidupan 1
adat-istiadat yang berlaku di tengah-tengah masyarakat (kebudayaan hidup)
Wisata

budaya

merupakan salah

satu

tumpuan

pembangunan

kepariwisataan di Nusa Tenggara Barat. Untuk menunjang berlangsungnya
wisata tersebut maka diperlukan komponen pendukung, salah satunya adalah
obyek dan daya tarik budaya (Diparda Kab. Loteng, 2000). Agar kegiatan
kepariwisataan dapat terus berlangsung, maka obyek dan daya tarik budaya
tersebut perlu untuk dilestarikan.
2.6.

Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Budaya
Merencanakan suatu pengelolaan areal rekreasi atau pariwisata dapat

dilakukan dengan analisis terhadap permintaan dan penawaran pariwisata (Gold,
1980). Tersedianya rekreasi merupakan gambaran tentang ruang, fasilitas dan
pelayanan, sedangkan permintaan rekreasi merupakan gambaran tentang
kegiatan dan perilaku rekreasi.
Perencanaan merupakan suatu alat yang sistematis dan dapat digunakan
untuk menentukan awal suatu keadaan, dan merupakan cara terbaik untuk
mencapai keadaan tersebut (Gold, 1980). Menurut Laurie (1990) di dalam
perencanaan tapak terdapat penyesuaian tapak dengan program. Persyaratan

program harus dilengkapi dan dihubungkan satu dengan lainnya, disertai
imajinasi serta kepekaan terhadap replikasi analisis tapak.
Perencanaan multidimensional bertujuan untuk mengintegrasikan semua
aspek pendukung, rneliputi aspek sosial, ekonomi, antropologi serta fisik yang
terpusat pada masa lalu , sekarang dan yang akan datang (Gunn, 1994).
Dalam peningkatanl pengembangan wisata yang harus diperhatikan
adalah bagaimana menarik turis sekaligus dapat mempertahankan lingkungan,
oleh karena itu perencanaan bertujuan agar terdapat integritas Ihubungan tirnbal
balik antara pengunjung dan aset wisata termasuk yang dilindungi serta
komunitas disekiarnya (Gunn, 1994).
Lanskap budaya, seperti halnya lanskap yang lainnya , tidak berdiri sendiri,
tetapi secara estetis, ekologi dan fungsionai berkaitan dengan lingkungan
sekitarnya membentuk kesatuan organ yang luas. Sehingga dalam perencanaan
lanskap budaya perlu dipertimbangkan nilai-nilai budaya yang ada didalamnya
agar keberadaannya tetap lestari (Anagnostopoulos, 1985).
2.7.

Keadaan Umum Kepariwisataan di NTB
Kebijaksanaan pernbangunan kawasan pariwisata di daerah Nusa

Tenggara Barat dalam Peraturan Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Barat No. 9
tahun 1989 tentang pembangunan kawasan pariwisata, telah menetapkan 15
kawasan pariwisata di daerah tingkat I Nusa Tenggara Barat (Garnbar 2) :
Kawasan pariwisata yang dimaksud adalah:
1. Kawasan Pariwisata Sire, Gili Air, Senggigi

2. Suranadi
3. Gili Gede

4. Kawasan Pantai Kuta, Seger, Aan
5. Selong Belanak

6. Kawasan Rinjani

7. Gili lndah
8. Gili Sulat
9. Dusun Sade

10. Pulau Moyo

11. Pantai Maluk
12. Pantai Hu'u

13. Sape
14. Teluk Birna
15. Kawasan Pariwisata Tarnbora dan sekitarnya.

Garnbar 2. Kawasan wisata di NTB.

Kawasan pariwisata yang telah disebutkan diatas yaitu no 1 - 9 terletak di
Pulau Lombok (Gambar 3) sedangkan kawasan pariwisata no 10 - 15 terletak di
Pulau Sumbawa, seperti kia ketahui bahwa Provinsi NTB terdiri dari 2 pulau
besar yaitu Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa. Kawasan pariwisata yang
terletak di kedua pulau ini sebagian besar sudah dikenal oleh wisatawan
mancanegara.

Samodra Hindia
2rs2525

Surnber : Bappeda Kabupaten Lombok Tengah,] 994
Legenda.
Batas Kabupaten

m

IbukotaPropinsi NTB
Ibukota Kabupaten
Kawasan Pariwisata

Gambar 3. Peta Penyebaran Kawasan Pariwisata di Pulau Lombok.

Provinsi NTB mempunyai prospek yang sangat baik terhadap kunjungan
wisatawan di masa datang,

baik wisatawan

nusantara maupun dari

mancanegara, karena didukung oleh fasilitas sarana dan prasarana perhubungan
I transportasi. Dengan adanya jalur penerbangan langsung ke Bandara
Selaparang di Provinsi NTB dari Malaysia dan Singapura, rnaka membuka
peluang masuknya wisatawan dari mancanegara semakin mudah, disamping
wisatawan yang melalui Bandara Ngurah Rai di Denpasar. Fasilitas sarana dan
prasarana diatas hendaknya didukung pula oleh SDM daerah provinsi NTB
khususnya dibidang pariwisata dan perhotelan selain itu faktor keamanan juga
perlu ditingkatkan, karena ha1 ini sangat berpengaruh terhadap wisatawan
khususnya dari mancanegara.
Obyek wisata yang ada saat ini dapat dengan mudah dikunjungi karena
prasaranalsarana perhubunganlangkutan menuju lokasi cukup tersedia.
Kemudahan ini menjadi modal awal dalam memperjuangkan adanya suatu
bentuk manajemen pengelolaan yang memberikan peluang untuk memfungsikan
obyek wisata sebagai mesin pendorong pembangkitan ekonomi masyarakat
setempat, penciptaan perkembangan spasial, maupun pembentukan obyekobyek baru bagi penerimaan daerah dan lain-lain (Diparda, 2000).
2.8.

lklim dan Kenyamanan
lklirn merupakan salah satu faktor kenyamanan suatu tempat, iklim yang

besar pengaruhnya terhadap kenyamanan adalah iklim mikro. Faktor-faktor
pengendali unsur iklim adalah:
1. Radiasi surya

2. Suhu udara

3. Tekanan udara
4. Angin

5. Presipitasi
6. Evaporasi

7. Kelernbaban udara
Kenyamanan adalah pengaruh keadaan lingkungan fisik atmosfir atau iklim
terhadap rnanusia dan bersifat subyektif I tergantung penilaian individu. Keadaan
yang nyaman dapat diperoleh apabila sebagian energi manusia dibebaskan
untuk kerja produktif dan usaha pengaturan suhu tubuh berada pada tingkat
minimum (Brown and Gillespie, 1995).

BAB Ill. METODE PENELlTlAN
3.1.

Ternpat dan Waktu

Peneliian ini dilaksanakan di Karnpung Sade, Desa Rambiian, Kabupaten
Lornbok Tengah (Gambar 4). Lokasi penelitian merupakan suatu kawasan
perkarnpungan yang berbatasan di sebelah Utara dengan Dusun Selak, sebelah
Selatan Dusun Selernang, sebelah Barat Dusun Penyalu dan sebelah Tirnur
Dusun Lentak. Luas kawasan studi 10 ha.

Gambar 4. Peta Lokasi Karnpung Sade.
Peneliian dilaksanakan selama 8 (delapan) bulan dimulai sejak Februari
sarnpai dengan September 2001.

3.2.

Jenis Data
Data yang dikumpulkan berbentuk data primer dan data sekunder. Data

primer dikumpulkan langsung di lapangan melalui wawancara dengan responden
yang dipilih secara purposive. Data tersebut adalah: latar belakang budayal
sejarah, aktifitas religi dan adat budaya. Sedangkan data luas tapak dan
topografi diperoleh dengan melakukan pengukuran langsung secara fisik di
lapangan. Data sekunder yaitu: letak geografis, iklim, tanah, hidrologi, peta rupa
bumi, data penduduk, data wisatawan. Jenis dan informasi data yang
dikumpulkan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Komponen data dan sumber data yang digunakan
Jenis data
Sistem kehidupan pemukiman

-

Sistem wisata
budaya

-

Tata ruang wisata

Lanskap wisata
budaya

-

-

Unsur data
Jumlah penduduk
Kepadatan penduduk
Mata pencaharian
Jenis kelamin
Umur
Latar belakang budayalsejarah
Aktifitas dalam adat budaya
Jumlah wisatawan
Karakter wisatawan
Jenis kegiatan wisata
Sirkulasi & transportasi
Fasilitas
Obyek & atraksi wisata
Rencana pengembangan
pariwisata oleh Pemda
Peta geografis
Peta administratif
Data lklim
Peta Topografi
Peta Tanah
Peta Hidrologi
Potensi fisik wisata budaya
Sistem pengelolaan
Kebijakan dan pengelolaan

Sumber data
Kantor Statistik
Kantor Statistik
Kantor Statistik
Kantor Statistik
Kantor Statistik
Dinas Purbakala &
Ahli sejarah
Diparda
Diparda
Diparda
Bappeda & Diparda
Bappeda & Diparda
Bappeda & Diparda
Bappeda & Diparda
Bappeda
Bappeda
BMG
BPN
BPN
Dinas Pengairan
Survey lapangan
Bappeda
Diparda

3.3.

Metode dan Analisis Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey,

dengan analisis secara deskriptif, spasial dan rnenggunakan skoring.
1. Analisis deskriptif, digunakan untuk mengetahui model lanskap dan atraksi

budaya yang ada di kawasan studi.
2.

Analisis spasial

dilakukan untuk menentukan tataruang lanskap dan

tataruang wisata di kawasan studi.
3.

Analisis penentuan titik obyek wisata dilakukan dengan metode skoring
berdasarkan kriteria MacKinnon et a/. (1986) dengan beberapa modifikasi
yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan penelitian yakni:
a. Letak Ijarak kawasan terhadap kota.
b. Aksesibilitas ke kawasan tersebut mudah dan nyaman.
c. Keasiian, keistimewaanlkekhasankawasan.
d. Atraksi yang menonjol di kawasan tersebut misalnya atraksi yang
berkaiian dengan kegiatan religi dan budaya, dirnana atraksi tersebut
dikembangkan menurut Koentjaraningrat (1974) dengan 7 unsur
kebudayaan masyarakat. Tujuh unsur kebudayaan masyarakat tersebut
adalah: 1) sistim religi, 2) sistim kemasyarakatan, 3), sistern mata
pencaharian 4) kesenian, 5) bahasa, 6) peralatan dan perlengkapan hidup
dan 7) sistirn sistim pengetahuan.
e. Daya tarik dan keunikan serta penampilan kawasan.
f. Fasilitas, sarana dan prasarana di lokasi yang mendukung bagi
wisatawan.
Untuk

menetapkan obyek wisata

terpilih

yang

potensial

untuk

dipromosikan sebagai bagian dari kawasan wisata Kampung Sade, dilakukan
proses evaluasi obyek wisata. Evaluasi ini dilakukan dengan menilai letak.
aksesibilitas, keaslian, atraksi, daya tarik dan fasilitas pendukung. Nilai skor

ditentukan dengan nilai 1 sampai dengan 4. Skor 1 untuk kriteria sangat buruk, 2
untuk kriteria buruk, 3 untuk kriteria baik dan 4 untuk kriteria sangat baik.
Dasar pemberian nilai skor dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Kriteria Penilaian Obyek Wisata
No.

Faktor

Nilai

1.

Letak

1 (sangat
bumk)
Jarak > 1 krn

2.

Aksesibilias

Jalan tanah

3.

Keaslian

4.

Atraksi

Lanskap dan
budaya
asli
Kampung Sade
sudah berubah
sama sekali
Terdapat ( > 5
lokasi)
di
tempat lain

ternpat lain

tersedia

3 (baik)

2 (buruk)

/ Jarak

5001000rn
Jalan
batu
(rnaxadarn)
Asirnilasi,
dorninan
budaya luar
Karnpung
Sade
Terdapat ( 3 5 lokasi) di
ternpat lain

50 500 rn
aspal
Jalan
lebar < 3 rn
Asirnilasi,
dorninan
budaya
asli
Karnpung
Sade
Terdapat ( < 3
lokasi)
di
ternpat lain

/ Jarak

/

4 (sangat
baik)
Jarak < 50 rn

Jalan aspal
lebar > 3 rn
Lanskap dan
budaya asli
Karnpung
Sade

Hanya
terdapat
di
Kampung
Sade
Terdapat ( < 3 Hanya
lokasi)
di terdapat
di
ternpat lain
~arnpung
ternpat lain
Sade
Prasarana dan Prasarana
dan
sarana
sarana
tersedia dan
tersedia
tersedia
kondisi sangat
kondisi kurang kondisi baik
baik
baik

Selanjutnya dilakukan penjumlahan nilai skor pada masing-masing kriteria
Jumlah skor total 1-7 termasuk dalam kategori tidak potensial, skor 8-14
termasuk dalam kategori kurang potensial, skor 15-21 termasuk dalam kategori
cukup potensial, dan skor 22-28 termasuk dalam kategori sangat potensial
3.4. Metode Perencanaan

Metode

perencanaan

lanskap

yang

digunakan

adalah

metode

perencanaan menggunakan pendekatan sisi sediaan wisata budaya (Gunn,
1994). Proses perencanaan meliputi identikasi potensi obyek, analisis tapak,
sintesis ( penyusunan konsep) dan rencana lanskap.

Data yang diperoleh pada tahap inventarisasi atau identifikasi adalah
sistim kehidupan pemukiman dan sistim wisata budaya. Selanjutnya dilakukan
analisis terhadap sistirn kehidupan pemukirnan yang akan diperoleh deskripsi
lanskap Kampung Sade yang didalamnya terdapat atraksi wisata serta analisis
terhadap sistem wisata budaya akan diperoleh konsep sirkulasi dengan arus
wisatawannya. Kemudian dilakukan perencanaan terhadap hasil yang telah
diperoleh diatas sehingga diperoleh rencana lanskap wisata budaya.
3.5.

Batasan

Batasan kawasan studi:
Kawasan Kampung Sade yang dianggap sebagai uniffsatuan lanskap
budaya yang meliputi permukiman, lahan pertanian, Masjid Kuno dan Makam
leluhur.
Batasan istilah:
Lanskap budaya adalah suatu kawasan geografis yang merupakan hasil
interaksi lanskap alami oleh suatu kebudayaan tertentu, dimana budaya adalah.
agennya, kawasan alami sebagai medium dan lanskap budaya sebagai hasilnya.
Pemukiman adalah kelompok unit kediaman orang-orang atau kelornpok
manusia pada suatu wilayah termasuk kegiatan-kegiatan serta fasilitas-fasilitas
sebagai akibat dari proses terbentuknya pemukiman ini.
Pariwisata adalah industri yang memanfaatkan lingkungan, budaya
maupun aset wisata lainnya dengan tujuan agar wisatawan mendapatkan
rekreasi.
Obyek wisata budaya merupakan tempat yang diwariskan dari kegiatan
manusia di masa lalu dengan cara merubah nilai - nilai alami yang ada dan
disesuaikan dengan kebutuhan mereka sehingga kawasan tersebut menjadi lebih
harmonis, menyenangkan dan mempunyai keindahan.

Perencanaan multidimensional yaitu mengintegrasikan sernua aspek
pendukung, meliputi aspek sosial, ekonomi, antropologi serta fisik yang terpusat
pada masa lalu , sekarang dan yang akan datang.
Sirkulasi, yaitu jalur yang dirancang pada suatu lokasi wisata dengan
tujuan untuk mengoptimalkan kepuasan pengunjung dan melindungi sumberdaya
wisata.
Arus wisatawan, yaitu jumlah kunjungan wisatawan pada suatu lokasi
wisata.
Atraksi wisata, segala sesuatu yang dapat dilihat atau disaksikan melalui
suatu pertunjukan (shows) yang khusus diselenggarakan untuk para wisatawan .
Sistem kehidupan pemukiman, yaitu suatu sistem yang terkait dengan
nilai dan norma kehidupan sosial yang dianut dan dikembangkan oleh suatu
masyarakat pada suatu lokasi permukiman.
Sistem wisata budaya, merupakan kegiatan wisata yang mernanfaatkan
nilai-nilai alami yang ada dan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat
setempat sehingga kegiatan tersebut menjadi lebih harmonis, menyenangkan
bagi wisatawan dan mempunyai keindahan.
Tataruang wisata, wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang wisata,
baik direncanakan maupun tidak.
Lanskap wisata budaya adalah suatu kawasan geografis dimana
ditampilkan ekspresi lanskap alami oleh suatu kebudayaan tertentu dan telah
memiliki permintaan secara ekonorni terhadapnya untuk kebutuhan wisata
budaya.

BAB IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELlTlAN
4.1.

Letak Geografis dan Keadaan Topografi
Karnpung Sade rnerupakan salah satu dusun yang terdapat pada Desa

Rambitan, Kecarnatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, 50 krn ke arah
Tenggara dari Matararn (Ibukota Nusa Tenggara Barat), 19 krn dari Praya
(Ibukota Kabupaten Lombok Tengah). Karnpung Sade terletak di pinggir jalan
menuju ke Pantai Kuta di Selatan Pulau Lornbok (Garnbar 5). Luas kawasan
Kampung Sade adalah sebesar 10 ha. Secara Geografis Karnpung Sade terletak
pada koordinat 08'50' LS dan 116' BT dengan batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Barat

: Dusun Penyalu

Sebelah Utara

: Dusun Selak

Sebelah Timur

: Dusun Lentak

Sebelah Selatan

: Dusun Selemang

Garnbar 5. Peta Orientasi Karnpung Sade.

Pernukirnan Karnpung Sade terletak pada ketinggian 120rn - 126rn dpl
dengan topografi yang berbuki dan bergelombang. Di sebelah Utara dan Selatan
pernukirnan terletak persawahan dan iadang penduduk. Pernukirnan Karnpung
Sade terletak pada sebuah bukit sehingga pernukirnan dibuat berteras untuk
rnenghindari terjadinya erosi, berbeda dengan lahan persawahan yang
merupakan lahan datar.
4.2.

Kependudukan
Karnpung Sade terdiri dari 124 KK dengan jumlah penduduk 625 jiwa,

rnayoritas penduduknya rnernpunyai rnata pencaharian utarna sebagai petani.
Karnpung Sade terrnasuk salah satu wilayah Desa Rarnbitan yang rnernpunyai
perturnbuhan penduduk sebesar 5,42 % atau 35 jiwa pertahun. Sedangkan untuk
laju perturnbuhan penduduk kecamatan sebesar 11,91 % atau 2.117 jiwa
pertahun. Jurnlah penduduk desa Rarnbitan 5.291 orang dengan kornposisi
penduduk laki-laki sejurnlah 2.551 orang dan penduduk perernpuan 2.740 orang
(BPS Loteng, 1998).
Perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan perernpuan dalam analisis
dernografi diperoleh hasil sex ratio 0,89, yang berarti terdapat 100 penduduk
perernpuan berbanding 89 penduduk laki-laki. Jurnlah penduduk usia rnuda relatif
lebih besar dibanding dengan penduduk usia lanjut (Bappeda, 2000). Hal ini
menggambarkan bahwa potensi tenaga kerja yang tersedia di kawasan studi
cukup besar dan sebagian besar adalah tenaga kerja wanita. Hal ini diharapkan
dapat rnenunjang Pendapatan Regional Kabupaten Lornbok Tengah terutarna
dengan rnenggalakkan sektor pariwisata yang pada akhirnya dapat rnernacu
sektor-sektor lainnya, khususnya industri kerajinan sebagai cindera mata
wisatawan yang pada urnurnnya dikerjakan oleh kaurn wanita.

Kegiatan industri yang ada di kawasan studi adalah kegiatan industri
rakyat berupa kerajinan tenun kain khas dan kegiatan jasa perdagangan cindera
maia berupa kerajinan dan ienun. Kegiatan ini merupakan kegiafan sampingan
penduduk dengan menjual hasil kerajinan kepada pengunjung yang datang ke
kawasan studi.
Penghasilan penduduk relatii rendah karena hanya rnengandalkan hasil
pertanian yang urnurnnya kurang baik pertumbuhannya. Untuk rnemperbaiki
perekonornian penduduk perlu dukungan sektor pariwisata sebagai penunjang,
dengan tetap rnernpertahankan sektor pertanian sebagai pekerjaan 1 penghasilan
utarna.
4.3.

Arah Perkembangan Ekonomi Wilayah
Kabupaten Lornbok Tengah merupakan salah satu daerah otonomi

percontohan dari 7 KabupatenlKotarnadya yang ada di Propinsi Nusa Tenggara
Barat. Luas Wilayah Lombok Tengah 120.840 ha yang terdiri dari lahan sawah
sekitar 4399% dan lahan keting 56,51%. Menurut penggunaan lahan
sebarannya per kecamatan tidak rnerata rnenyebabkan tingkaffkondisi sosial
ekonorni masyarakat juga berbeda antar wilayah kecamatan.
Pendapatan Daerah Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Lombok Tengah
mengalarni perturnbuhan positif sebesar 3,45 % pada tahun 1997 tetapi pada
tahun 1998 laju pertumbuhan ekonomi kabupaten ini menurun, bahkan defisit
sebesar 1,67 %. Pada tahun 1999 laju perturnbuhan ekonorni positi hingga
1,72 %. Terjadinya defisit terhadap pertumbuhan ekonorni ini rnerupakan dampak
dari krisis ekonorni yang rnelanda negara Indonesia, karena sektor pariwisata ini
merupakan kegiatan yang telah berskala nasional bahkan internasional
(Bappeda, 2000).

Mengenai kondisi pendapatan regional per kapita dan laju pertumbuhan
atas dasar harga berlaku dan harga konstan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Pendapatan regional perkapita dan laju pertumbuhan atas dasar harga
berlaku dan harga konstan

Surnber : Renstra Kabupaten Lombok Tengah 2001-2005
Dari Tabel 5 dapat dilihat laju pertumbuhan pendapatan per kapita
Kabupaten Lombok Tengah tahun 1996 sebesar 6,74 % dan terus mengalarni
penurunan hingga -3,17 pada tahun 1998, tetapi pada tahun 1999 seiring
dengan pulihnya kondisi perekonomian di Indonesia, maka sudah mulai
mengalami kenaikan kembali hingga 0,04 %. Kabupaten Lornbok Tengah bila
dibandingkan dengan daerah lain di Pulau Lornbok rnaka angka defisit
pertumbuhan ekonorninya relatif lebih kecil. Hal ini disebabkan karena kabupaten
ini didominasi oleh :
a. Sektor usaha kecil dan kerajinan r