Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Budaya Berbasis Industri Kerajinan Gerabah Di Desa Banyumulek, Kecamatan Kediri, Lombok Barat

(1)

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA

BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH

DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI,

LOMBOK BARAT

Oleh :

RINRIN KODARIYAH A 34201017

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2005


(2)

RINGKASAN

RINRIN KODARIYAH. Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Budaya Berbasis Industri Kerajinan Gerabah di Desa Banyumulek, Kecamatan Kediri, Lombok Barat. (Dibimbing ole h SITI NURISJAH)

Studi ini bertujuan untuk membuat suatu perencanaan lanskap kawasan wisata budaya berbasis industri kerajinan. Diharapkan perencanaan ini dapat meningkatkan kenyamanan, dan kepuasan wisatawan yang selanjutnya dapat berdampak terhadap meningkatnya apresiasi masyarakat dan pelestarian lingkungan pendukungnya yang bersuasana lokal serta kesejahteraan masyarakat.

Studi dilakukan di Desa Banyumulek, Kecamatan Kediri, Lombok Barat. Desa Banyumulek berbatasan dengan Desa Rumak disebelah timur, Sungai Babak disebelah barat dan utara, dan Desa Gapuk disebelah selatan. Luas desa ini adalah 2.43 km2 atau 11.23 % dari total luas kecamatan. Tapak berjarak 5 km dari ibukota kecamatan, Kediri, dan 12 km dari ibukota kabupaten, Mataram. Studi dibatasi sampai perencanaan lanskap untuk wisata budaya dengan komoditas utama gerabah. Proses perencanaan meliputi persiapan studi, konsep, pengumpulan data, analisis, sintesis, dan perencanaan lanskap kawasan wisata budaya. Data yang diambil berbentuk data primer dan sekunder yang dianalisis secara deskriptif dan spasial.

Konsep perencanaan ini adalah menciptakan suatu kawasan wisata budaya berbasis industri kerajinan dengan komoditas utama gerabah. Konsep ini dikembangkan menjadi konsep lanskap ruang, sirkulasi, dan aktivitas. Ruang dikembangkan mengikuti kondisi tapak yang ada, de ngan kreasi fasilitas penunjang untuk kegiatan wisata budaya, tanpa menghilangkan suasana alami yang ada pada tapak sehingga diharapkan kegiatan wisata dan kehidupan masyarakat berjalan bersama. Ruang ini diklasifikasi menjadi dua, yaitu ruang wisata budaya dan non wisata budaya. Ruang wisata budaya terdiri dari tiga sub-ruang, yaitu ; intensif, semi intensif, dan ekstensif. Ruang non-wisata budaya dibagi menjadi empat sub -ruang yaitu; penerimaan, pelayanan, transisi dan kehidupan masyarakat. Jaringan sirkulasi yang dikembangkan pada tapak diklasifikasi menjadi dua, yaitu sirkulasi untuk kegiatan wisata (primer dan sekender) dan masyarakat. Sirkulasi primer merupakan penghubung antar ruang, berupa jalan yang dapat dilalui oleh kendaraan tradisional cidomo. Sedangkan sirkulasi sekunder merupakan penghubung antar sub ruang, berupa jalan setapak yang berfungsi sebagai jalur tracking. Sirkulasi untuk kegiatan masyarakat diklasifikasi menjadi dua, yaitu sirkulasi primer dan sekunder. Sirkulasi primer berfungsi sebagai sirkulasi produksi, berbentuk memanjang (linear) berupa jalan raya. Sedangkan sirkulasi sekunder merupakan penghubung ruang kehidupan masyarakat berupa jalan setapak. Aktivitas wisata yang akan dikembangkan adalah aktivitas yang sesuai dengan sumber daya yang ada pada tapak, yaitu: wisata budaya, wisata belanja dan wisata alam.

Perencanaan lanskap kawasan wisata budaya terdiri dari rencana tata ruang, tata sirkulasi, pengembangan wisata budaya, jenis dan tata letak fasilitas, serta daya dukung wisata . Rencana tata ruang yang akan dibuat terdiri dari dua ruang utama yaitu ruang wisata budaya dan non-wisata budaya Alokasi pembagian


(3)

ruang untuk wisata budaya adalah 67 % dan untuk ruang non wisata budaya 33 %. Berdasarkan konsep yang dibuat, jalur sirkulasi yang direncanakan mencakup jalur sikulasi masyarakat dan wisatawan. Jalur sirkulasi kendaraan hanya sampai pada ruang penerimaan, dari ruang penerimaan sampai kawasan inti wisata budaya jenis kendaraan yang disediakan hanya cidomo. Hal ini bertujuan unt uk menjaga kealamian suasana pedesaan dan mendukung kegiatan wisata budaya yang dilakukan.

Wisata budaya merupakan bentuk wisata yang akan dikembangkan dengan menjadikan gerabah sebagai objek dan atraksi utamanya. Kegiatan wisata budaya yang akan dikembangkan bersifat aktif dan pasif. Wisata budaya aktif yaitu dimana wisatawan dapat berperan aktif mengikuti proses pembuatan gerabah dari awal sampai akhir, sehingga wisatawan mendapatkan pengalaman yang berbeda. Wisata budaya pasif, yaitu wisatawan bersifat wisata visual, selain itu wisata yang dilakukan yaitu wisata belanja. Kunjungan wisata direncanakan pada kawasan berbentuk paket wisata, tergantung lamanya waktu yang dapat diikuti wisatawan dengan rangkain kegiatan yang berbeda.

Daya dukung kawasan bertujuan untuk menjaga kelestarian kawasan dan memberikan kenyamanan terhadap wisatawan. Diperoleh daya dukung kawasan sebesar 1928 orang/kunjungan, dengan ruang penerimaan, pelayanan dan intensif merupakan ruang yang dapat digunakan secara maksimal.


(4)

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA

BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH

DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI,

LOMBOK BARAT

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh : Rinrin Kodariyah

A34201017

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2005


(5)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA

BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI,

LOMBOK BARAT Kediri, Lombok Barat Nama : Rinrin Kodariyah

NRP : A34201017

Menyetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 130 516 290

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, MAgr NIP. 130 422 698


(6)

RIWAYAT HIDUP

Rinrin Kodariyah dilahirkan di Subang pada tanggal 22 Desember 1982 dari ayah Lili Mochammad Romli dan ibu Anih Suryati. Penulis merupakan putri ketiga dari tiga bersaudara.

Tahun 1998 penulis menyelesaikan sekolah menengah pertama di SMPN I Kalijati. Pada tahun 2001 lulus dari SMUN I Subang dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis mengambil Program Studi Arsitektur Lanskap, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi anggota Perhimpunan Peminat Publikasi dan Jurnalistik (P3J) BEM Fakultas Pertanian pada periode tahun 2003. Selain itu penulis pernah menjadi asisten untuk mata kuliah Perencanaan Lanskap pada tahun ajaran 2005/2006, ikut sebagai drafter

dan surveyor pekerjaan pertamanan kantor Dinas Pendidikan Nasional, drafter

dan pelaksana taman SMUN 3 Depok dan taman kampus IPB Diploma, Cilebende.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkah dan rahmatnya sehingga studi ini berhasil diselesaikan. Tema studi ini adlah wisata budaya dengan judul ”Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Budaya Berbasis Industri Kerajinan Gerabah di Desa Banyumulek, Kecamatan Kediri, Lombok Barat”. Studi ini dibuat sebagai syarat kelulusan dari Program Studi Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Sit i Nurisjah, MSLA selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan, Bapak Sarbini, selaku Kepala Kelurahan Desa Banyumulek dan staf, atas bantuannya selama pengambilan data, orang tua serta keluarga yang telah memberikan doa dan dukungannya, teman-teman lanskap ’38, serta semua pihak terkait yang telah membantu hinga selesainya studi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga hasil studi ini dapat bermanfaat.

Bogor, November 2005


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan dan Manfaat... 2

Kegunaan ... 2

Kerangka Pikir Studi... 2

TINJAUAN PUSTAKA... 4

Lanskap Budaya... 4

Kawasan Wisata Budaya ... 5

Desa dan Industri Kerajinan ... 7

Perencanaan Lanskap Wisata Buda ya ... 8

Sejarah Industri Kerajinan Gerabah Desa Banyumulek ... 10

KEADAAN UMUM LOKASI... 12

METODOLOGI... 14

Lokasi dan Waktu ... 14

Batasan Studi... 14

Alur dan Metode Studi... 14

Persiapan Studi... 14

Pembuatan Konsep... 14

Pengumpulan Data ... 14

Analisis... 18

Sintesis ... 18

Perencanaan ... 18

Bentuk Hasil Studi... 18

KONSEP PERENCANAAN ... 20

Konsep ... 20

Pengembangan Konsep... 20

Konsep Ruang... 20

Konsep Sirkulasi ... 21

Konsep Aktivitas... 23

DATA DAN ANALISIS ... 24

Lokasi ... 24

Aksesibilitas dan Sistem Transportasi ... 26

Tata Guna Lahan, Pola Permukiman dan Arsitektur Rumah... 31

Tata Guna Lahan... 31

Pola Permukiman dan Arsitektur Rumah... 31


(9)

Arsitektur Rumah ... 35

Kependudukan ... 36

Kelas Gender... 36

Kelas Usia ... 37

Jenis Pekerjaan... 38

Tingkat Pendidikan... 39

Kegiatan Industri Gerabah... 39

Bahan Baku dan Peralatan... 40

Proses Pembuatan ... 41

Pemasaran Produk ... 41

Cara Pemasaran... 41

Alat Transportasi ... 43

Tenaga Kerja ... 44

Kegiatan Kepariwisataan ... 45

Objek dan Atraksi... 45

Pelayanan... 46

Informasi dan Promosi... 47

Ruang Wisata Budaya ... 48

Jalur Wisata Budaya ... 48

Wisatawan... 48

Pendukung Wisata Budaya ... 48

Lingkungan Biofisik ... 48

Tanah... 48

Topografi ... 50

Iklim ... 50

Aspek Sosial Masyarakat Lokal... 52

Feature dan View... 52

SINTESIS ... 55

PERENCANAAN LANSKAP... 60

Rencana Lanskap Pendukung Kegiatan Wisata Budaya ... 60

Rencana Tata Ruang ... 60

Ruang Wisata Budaya ... 60

Ruang Non Wisata Budaya ... 61

Rencana Tata Sirkulasi... 62

Pengembangan Wisata Budaya ... 64

Rencana Jenis dan Tata Letak Fasilitas ... 64

Rencana Daya Dukung Wisata ... 68

KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

Kesimpulan... 71

Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73


(10)

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Wilayah dan Arahan Pembangunan ... 13

2. Jenis Data dan Metode Pengumpulan... 18

3. Analisis Daya Dukung dan Standar Penilaian... 19

4. Nama Dusun yang terdapat di Desa Banyumulek ... 25

5. Jenis dan Tarif Kendaraan Umum menuju Desa Banyumulek ... 28

6. Jenis dan Luas Peruntukan Lahan di Desa Banyumulek... 32

13. Jenis dan Waktu Kegiatan Berhubungan dengan Adat Istiadat dan Keagamaan ... 46

14. Jenis Kegiatan Penduduk Lokal dan Wisatawan serta Fasilitas yang Tersedia pada Tapak... 47

15. Jenis dan Sifat Tana h... 49

16. Feature dan View pada Tapak... 53

17. Aspek Data , Permasalahan dan Pemecahan Masalah pada Tapak ... 56

18. Jenis Ruang, Fungsi, Aktivitas dan Fasilitas yang Direncanakan... 62


(11)

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA

BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH

DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI,

LOMBOK BARAT

Oleh :

RINRIN KODARIYAH A 34201017

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2005


(12)

RINGKASAN

RINRIN KODARIYAH. Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Budaya Berbasis Industri Kerajinan Gerabah di Desa Banyumulek, Kecamatan Kediri, Lombok Barat. (Dibimbing ole h SITI NURISJAH)

Studi ini bertujuan untuk membuat suatu perencanaan lanskap kawasan wisata budaya berbasis industri kerajinan. Diharapkan perencanaan ini dapat meningkatkan kenyamanan, dan kepuasan wisatawan yang selanjutnya dapat berdampak terhadap meningkatnya apresiasi masyarakat dan pelestarian lingkungan pendukungnya yang bersuasana lokal serta kesejahteraan masyarakat.

Studi dilakukan di Desa Banyumulek, Kecamatan Kediri, Lombok Barat. Desa Banyumulek berbatasan dengan Desa Rumak disebelah timur, Sungai Babak disebelah barat dan utara, dan Desa Gapuk disebelah selatan. Luas desa ini adalah 2.43 km2 atau 11.23 % dari total luas kecamatan. Tapak berjarak 5 km dari ibukota kecamatan, Kediri, dan 12 km dari ibukota kabupaten, Mataram. Studi dibatasi sampai perencanaan lanskap untuk wisata budaya dengan komoditas utama gerabah. Proses perencanaan meliputi persiapan studi, konsep, pengumpulan data, analisis, sintesis, dan perencanaan lanskap kawasan wisata budaya. Data yang diambil berbentuk data primer dan sekunder yang dianalisis secara deskriptif dan spasial.

Konsep perencanaan ini adalah menciptakan suatu kawasan wisata budaya berbasis industri kerajinan dengan komoditas utama gerabah. Konsep ini dikembangkan menjadi konsep lanskap ruang, sirkulasi, dan aktivitas. Ruang dikembangkan mengikuti kondisi tapak yang ada, de ngan kreasi fasilitas penunjang untuk kegiatan wisata budaya, tanpa menghilangkan suasana alami yang ada pada tapak sehingga diharapkan kegiatan wisata dan kehidupan masyarakat berjalan bersama. Ruang ini diklasifikasi menjadi dua, yaitu ruang wisata budaya dan non wisata budaya. Ruang wisata budaya terdiri dari tiga sub-ruang, yaitu ; intensif, semi intensif, dan ekstensif. Ruang non-wisata budaya dibagi menjadi empat sub -ruang yaitu; penerimaan, pelayanan, transisi dan kehidupan masyarakat. Jaringan sirkulasi yang dikembangkan pada tapak diklasifikasi menjadi dua, yaitu sirkulasi untuk kegiatan wisata (primer dan sekender) dan masyarakat. Sirkulasi primer merupakan penghubung antar ruang, berupa jalan yang dapat dilalui oleh kendaraan tradisional cidomo. Sedangkan sirkulasi sekunder merupakan penghubung antar sub ruang, berupa jalan setapak yang berfungsi sebagai jalur tracking. Sirkulasi untuk kegiatan masyarakat diklasifikasi menjadi dua, yaitu sirkulasi primer dan sekunder. Sirkulasi primer berfungsi sebagai sirkulasi produksi, berbentuk memanjang (linear) berupa jalan raya. Sedangkan sirkulasi sekunder merupakan penghubung ruang kehidupan masyarakat berupa jalan setapak. Aktivitas wisata yang akan dikembangkan adalah aktivitas yang sesuai dengan sumber daya yang ada pada tapak, yaitu: wisata budaya, wisata belanja dan wisata alam.

Perencanaan lanskap kawasan wisata budaya terdiri dari rencana tata ruang, tata sirkulasi, pengembangan wisata budaya, jenis dan tata letak fasilitas, serta daya dukung wisata . Rencana tata ruang yang akan dibuat terdiri dari dua ruang utama yaitu ruang wisata budaya dan non-wisata budaya Alokasi pembagian


(13)

ruang untuk wisata budaya adalah 67 % dan untuk ruang non wisata budaya 33 %. Berdasarkan konsep yang dibuat, jalur sirkulasi yang direncanakan mencakup jalur sikulasi masyarakat dan wisatawan. Jalur sirkulasi kendaraan hanya sampai pada ruang penerimaan, dari ruang penerimaan sampai kawasan inti wisata budaya jenis kendaraan yang disediakan hanya cidomo. Hal ini bertujuan unt uk menjaga kealamian suasana pedesaan dan mendukung kegiatan wisata budaya yang dilakukan.

Wisata budaya merupakan bentuk wisata yang akan dikembangkan dengan menjadikan gerabah sebagai objek dan atraksi utamanya. Kegiatan wisata budaya yang akan dikembangkan bersifat aktif dan pasif. Wisata budaya aktif yaitu dimana wisatawan dapat berperan aktif mengikuti proses pembuatan gerabah dari awal sampai akhir, sehingga wisatawan mendapatkan pengalaman yang berbeda. Wisata budaya pasif, yaitu wisatawan bersifat wisata visual, selain itu wisata yang dilakukan yaitu wisata belanja. Kunjungan wisata direncanakan pada kawasan berbentuk paket wisata, tergantung lamanya waktu yang dapat diikuti wisatawan dengan rangkain kegiatan yang berbeda.

Daya dukung kawasan bertujuan untuk menjaga kelestarian kawasan dan memberikan kenyamanan terhadap wisatawan. Diperoleh daya dukung kawasan sebesar 1928 orang/kunjungan, dengan ruang penerimaan, pelayanan dan intensif merupakan ruang yang dapat digunakan secara maksimal.


(14)

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA

BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH

DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI,

LOMBOK BARAT

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh : Rinrin Kodariyah

A34201017

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2005


(15)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA

BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI,

LOMBOK BARAT Kediri, Lombok Barat Nama : Rinrin Kodariyah

NRP : A34201017

Menyetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 130 516 290

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, MAgr NIP. 130 422 698


(16)

RIWAYAT HIDUP

Rinrin Kodariyah dilahirkan di Subang pada tanggal 22 Desember 1982 dari ayah Lili Mochammad Romli dan ibu Anih Suryati. Penulis merupakan putri ketiga dari tiga bersaudara.

Tahun 1998 penulis menyelesaikan sekolah menengah pertama di SMPN I Kalijati. Pada tahun 2001 lulus dari SMUN I Subang dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis mengambil Program Studi Arsitektur Lanskap, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi anggota Perhimpunan Peminat Publikasi dan Jurnalistik (P3J) BEM Fakultas Pertanian pada periode tahun 2003. Selain itu penulis pernah menjadi asisten untuk mata kuliah Perencanaan Lanskap pada tahun ajaran 2005/2006, ikut sebagai drafter

dan surveyor pekerjaan pertamanan kantor Dinas Pendidikan Nasional, drafter

dan pelaksana taman SMUN 3 Depok dan taman kampus IPB Diploma, Cilebende.


(17)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkah dan rahmatnya sehingga studi ini berhasil diselesaikan. Tema studi ini adlah wisata budaya dengan judul ”Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Budaya Berbasis Industri Kerajinan Gerabah di Desa Banyumulek, Kecamatan Kediri, Lombok Barat”. Studi ini dibuat sebagai syarat kelulusan dari Program Studi Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Sit i Nurisjah, MSLA selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan, Bapak Sarbini, selaku Kepala Kelurahan Desa Banyumulek dan staf, atas bantuannya selama pengambilan data, orang tua serta keluarga yang telah memberikan doa dan dukungannya, teman-teman lanskap ’38, serta semua pihak terkait yang telah membantu hinga selesainya studi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga hasil studi ini dapat bermanfaat.

Bogor, November 2005


(18)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan dan Manfaat... 2

Kegunaan ... 2

Kerangka Pikir Studi... 2

TINJAUAN PUSTAKA... 4

Lanskap Budaya... 4

Kawasan Wisata Budaya ... 5

Desa dan Industri Kerajinan ... 7

Perencanaan Lanskap Wisata Buda ya ... 8

Sejarah Industri Kerajinan Gerabah Desa Banyumulek ... 10

KEADAAN UMUM LOKASI... 12

METODOLOGI... 14

Lokasi dan Waktu ... 14

Batasan Studi... 14

Alur dan Metode Studi... 14

Persiapan Studi... 14

Pembuatan Konsep... 14

Pengumpulan Data ... 14

Analisis... 18

Sintesis ... 18

Perencanaan ... 18

Bentuk Hasil Studi... 18

KONSEP PERENCANAAN ... 20

Konsep ... 20

Pengembangan Konsep... 20

Konsep Ruang... 20

Konsep Sirkulasi ... 21

Konsep Aktivitas... 23

DATA DAN ANALISIS ... 24

Lokasi ... 24

Aksesibilitas dan Sistem Transportasi ... 26

Tata Guna Lahan, Pola Permukiman dan Arsitektur Rumah... 31

Tata Guna Lahan... 31

Pola Permukiman dan Arsitektur Rumah... 31


(19)

Arsitektur Rumah ... 35

Kependudukan ... 36

Kelas Gender... 36

Kelas Usia ... 37

Jenis Pekerjaan... 38

Tingkat Pendidikan... 39

Kegiatan Industri Gerabah... 39

Bahan Baku dan Peralatan... 40

Proses Pembuatan ... 41

Pemasaran Produk ... 41

Cara Pemasaran... 41

Alat Transportasi ... 43

Tenaga Kerja ... 44

Kegiatan Kepariwisataan ... 45

Objek dan Atraksi... 45

Pelayanan... 46

Informasi dan Promosi... 47

Ruang Wisata Budaya ... 48

Jalur Wisata Budaya ... 48

Wisatawan... 48

Pendukung Wisata Budaya ... 48

Lingkungan Biofisik ... 48

Tanah... 48

Topografi ... 50

Iklim ... 50

Aspek Sosial Masyarakat Lokal... 52

Feature dan View... 52

SINTESIS ... 55

PERENCANAAN LANSKAP... 60

Rencana Lanskap Pendukung Kegiatan Wisata Budaya ... 60

Rencana Tata Ruang ... 60

Ruang Wisata Budaya ... 60

Ruang Non Wisata Budaya ... 61

Rencana Tata Sirkulasi... 62

Pengembangan Wisata Budaya ... 64

Rencana Jenis dan Tata Letak Fasilitas ... 64

Rencana Daya Dukung Wisata ... 68

KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

Kesimpulan... 71

Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73


(20)

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Wilayah dan Arahan Pembangunan ... 13

2. Jenis Data dan Metode Pengumpulan... 18

3. Analisis Daya Dukung dan Standar Penilaian... 19

4. Nama Dusun yang terdapat di Desa Banyumulek ... 25

5. Jenis dan Tarif Kendaraan Umum menuju Desa Banyumulek ... 28

6. Jenis dan Luas Peruntukan Lahan di Desa Banyumulek... 32

13. Jenis dan Waktu Kegiatan Berhubungan dengan Adat Istiadat dan Keagamaan ... 46

14. Jenis Kegiatan Penduduk Lokal dan Wisatawan serta Fasilitas yang Tersedia pada Tapak... 47

15. Jenis dan Sifat Tana h... 49

16. Feature dan View pada Tapak... 53

17. Aspek Data , Permasalahan dan Pemecahan Masalah pada Tapak ... 56

18. Jenis Ruang, Fungsi, Aktivitas dan Fasilitas yang Direncanakan... 62


(21)

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Kerangka Pikir Studi... 3

2. Peta Orientasi... 13

3. Peta Lokasi... 16

4. Proses Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata ... 20

5. Konsep Ruang... 22

6. Konsep Pola Sirkulasi ... 23

7. Ilustrasi Jalan Setapak ... 23

8. Peta Administratif ... 26

9. Akses Menuju Tapak... 27

10. Kondisi Jalan dalam Tapak ... 29

11. Model Pedestrian dalam Tapak... 29

12. Multifungsi Pedestrian... 29

13. Kendaraan dan Alat Angkut Industri ... 30

14. Alternatif Jalur Sirkulasi Wisata ... 31

15. Pola Perkampungan... 32

16. Peta Tata Guna Lahan ... 33

17. Pola Ruang Perkampungan bagian Pemasaran... 34

18. Salah satu Artshop... 34

19. Pola Ruang Perkampungan bagian Produksi ... 35

20. Bagian Belakang Rumah sebagai Tempat Pembuatan Gerabah ... 35

21. Salah satu Bentuk Rumah dan Halamannya ... 36

22. Bentuk Rumah Semi Tradisional yang Ada pada Tapak ... 36

23. Jumlah Kepala Keluarga di 5 Dusun Pusat Penghasil Gerabah... 37

24. Jumlah Penduduk berdasarkan Kelas Usia di Desa Banyumulek ... 38

25. Jumlah Kepala Keluarga berdasarkan Jenis Pekerjaan di Desa Banyumulek ... 38

26. Klasifikasi Tingkat Pendidikan Penduduk di Desa Banyumulek... 39

27. Proses Kegiatan Industri Gerabah... 40


(22)

29. Beberapa Bahan Baku Gerabah... 40 30. Proses Pembuatan Gerabah ... 42 31. Cara Pemasaran Produk ... 43 32. Alat Transportasi pada Tapak ... 43 33. Jalur Sirkulasi Wisata ... 44 34. Penggunaan Pohon-pohon untuk Mereduksi Sinar Matahari

(Brooks, 1988)... 47 35. Media Kepariwisataan NTB ... 48 36. Data Klimatologi Stasiun Kediri, Kabupaten Lombok Barat,

NTB Tahun 1998-2003 ... 54 37. Penggunaan Pohon Bambu untuk Mengendalikan Angin ... 52 38. Block Plan... 59 39. Site Plan... 68 40. Touring Plan... 69 41. Ilustrasi Area Penerimaan... 64 42. Ilustrasi Tugu sebagai Identitas Kawasan... 64 43. Ilustrasi Papan Informasi... 65 44. Ilustrasi Restoran Outdoor... 66 45. Ilustrasi Wisata Alam Pedesaan ... 66


(23)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

9. Jumlah kepala Keluarga di 5 Dusun Pusat Penghasil Gerabah... 74 10. Jumlah Penduduk berdasarkan Kelas Usia di Desa Banyumulek... 74 11. Jumlah Kepala Keluarga berdasarkan Jenis Pekerjaan di Desa ... 74 Banyumulek ... 74 12. Tingkat Pendidikan dan Jumlah Penduduk ... 74


(24)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Wisata merupakan rangkaian kegiatan terkait dengan pergerakan manusia yang melakukan perjalanan dan persinggahan sementara dari tempat tinggalnya ke satu atau beberapa tempat tujuan diluar dari lingkungan tempat tinggalnya, didorong oleh berbagai keperluan dan tanpa maksud untuk mencari nafkah tetap. Berkembangnya suatu kawasan wisata tergantung pada modal dasar yang dimiliki oleh kawasan tersebut, yaitu potensi alam dan lokasi, potensi budaya, serta potensi masyarakat yang tinggal dan berkehidupan di kawasan tersebut (Nurisjah 2004).

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan kekayaan alam dan keragaman budaya yang perlu dilestarikan. Beragamnya kekayaan sumberdaya alam di Indonesia, menjadikan Indonesia memiliki potensi yang besar dibidang kepariwisataan. Hal ini didukung dengan kebudayaan yang berbeda di setiap daerah.

Lombok merupakan salah satu pulau yang memiliki keragaman dan keunikan budaya. Lombok dikenal dengan keindahan alamnya dari pantai tropis sampai gunung- gunung tinggi, dan hutan savana. Hampir setiap daerah di pulau ini memiliki kekhasan dan keunikan tersendiri. Salah satunya adalah Desa Banyumulek, Kecamatan Kediri yang berada di Lombok Barat. Sebagian besar penduduk daerah ini adalah pengrajin gerabah. Kerajinan ini telah ditekuni selama beberapa generasi. Semula produksi gerabah hanya berupa bentukan-bentukan gentong untuk tempat air, kendi untuk minum, dan lain- lain. Tetapi seiring dengan berkembangnya pariwisata di kawasan Lombok, kerajinan gerabah ini juga berkembang bentuknya menjadi bentukan yang berorientasi sebagai penghias dan dekorasi. Kerajinan gerabah di desa ini pun telah dikenal sampai mancanegara.

Dengan semakin berkembangnya kerajinan gerabah di desa ini, diharapkan kawasan ini dapat menjadi kawasan wisata yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk mendukung hal ini diperlukan penataan kawasan yang baik agar dapat meningkatkan arus wisatawan yang datang ke kawasan.


(25)

Pengembangan suatu kawasan menjadi kawasan wisata perlu didukung oleh suatu perencanaan kawasan yang baik . Nurisjah dan Pramukanto (1995) mengemukakan bahwa merencana merupakan suatu tindakan menata dan menyatukan berbagai penggunaan lahan berdasarkan pengetahuan teknis lahan dan kualitas estetiknya guna mendukung fungsi yang akan dikembangkan pada lahan tersebut. Tanpa didukung oleh penataan yang baik, dikhawatirkan kawasan ini akan mengalami dampak negatif dari ketidakseimbangan antara kebutuhan wisatawan, masyarakat dan fasilitas penunjang lainnya.

Tujuan dan Manfaat

Studi ini bertujuan untuk membuat suatu perencanaan lanskap kawasan wisata budaya Desa Banyumulek yang berbasis industri kerajinan. Diharapkan melalui perencanaan ini dapat meningkatkan kenyamanan dan kepuasan wisatawan, yang selanjutnya dapat berdampak terhadap meningkatnya kesejahteraan masyarakat dan pelestarian lingkungan pendukungnya.

Kegunaan

Hasil akhir dari studi diharapkan dapat menjadi :

• Bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah setempat dalam merencanakan pengembangan kawasan wisata budaya berbasis industri kerajinan di Desa Banyumulek.

• Wawasan bagi perencana lanskap secara umum dalam mengembangkan kawasan wisata yang berbasis industri kerajinan rakyat.

Kerangka Pikir Studi

Desa Banyumulek merupakan desa berbasis industri dengan bentuk/kegiatan kerajinan rakyat berupa kerajinan gerabah yang telah dikenal sampai mancanegara sebagai desa kerajinan dan wisata. Belum adanya perencanaan lanskap di bidang pariwisata menjadikan potensi wisata yang ada di desa ini secara fisik belum terstruktur dengan baik. Penataan kawasan sangat diperlukan untuk meningkatkan kunjungan dan kenyamanan wisatawan yaitu salah satunya dengan perbaikan lingkungan.


(26)

Perencanaan kawasan wisata budaya dipengaruhi oleh kesejahteraan masyarakat di kawasan kerajinan ini terkait dengan kehidupan masyarakatnya, yaitu kerajinan gerabah dan kegiatan wisata budaya itu sendiri. Faktor- faktor ini kemudian diterjemahkan ke dalam pola ruang dan sirkulasi, sehingga menghasilkan suatu pola ruang dan sirkulasi yang integratif. Untuk kegiatan wisata budaya, dipertimbangkan objek atraksi, sistem transportasi, sarana prasarana, dan informasi sehingga membentuk suatu konsep wisata.

Desa Tradisional Banyumulek Kerajinan Gerabah

Kehidupan Masyarakat KegiatanWisata Budaya

Kerajinan Kehidupan Objek dan Sistem Sarana Informasi Gerabah sehari-hari Atraksi Transportasi Prasarana

Zonasi kehidupan Zonasi Wisata Budaya sosial ekonomi

masyarakat

Rencana Lanskap Kawasan Wisata Budaya


(27)

TINJAUAN PUSTAKA

Lanskap Budaya

Lanskap budaya adalah istilah yang menunjukkan suatu kawasan lanskap yang tersusun oleh budaya manusia. Budaya adalah hasil cipta, karya dan karsa manusia dan mempengaruhi kehidupannya. Dengan demikian, lanskap budaya adalah segala bagian dari muka bumi yang sudah mengalami campur tangan atau diubah oleh manusia. Menurut Melnick (1983), terdapat tiga belas komponen yang merupakan identitas karakter lanskap budaya. Komponen tersebut terbagi dalam kelompok keterkaitan, penataan elemen dan elemen.

I. Lanskap budaya dalam kelompok keterkaitan. 1. Sistem organisasi lanskap budaya. 2. Kategori organisasi lanskap budaya. 3. Aktivitas khusus dari penggunaan lahan. II. Lanskap budaya dalam kelompok penataan elemen.

1. Hubungan bentuk bangun dari elemen alami utama. 2. Jaringan dan pola sirkulasi.

3. Batas pengendalian elemen. 4. Penataan tapak.

III. Lanskap budaya dalam kelompok elemen.

1. Hubungan pola vegetasi dengan penggunaan lahan. 2. Tipe bangunan dan fungsinya.

3. Bahan dan teknik konstruksi. 4. Skala kecil dari elemen.

5. Makam atau tempat simbolik lainnya. 6. Sudut pandang sejarah dan kualitas persepsi.

Keberadaan lanskap budaya sangat penting, hal tersebut mengandung maksud jika kita kehilangan lanskap yang mengandung budaya dan tradisi masyarakat kita maka akan terjadi kehilangan apa yang menjadi bagian penting dari diri kita dan akal kita pada masa lampau. Menurut Tishler (1982), sebagai arsitek lanskap merupakan tanggung jawab profesional untuk menentukan lingkungan khusus ini, setelah diidentifikasi, apakah akan dilindungi atau


(28)

digunakan sebijaksana mungkin untuk dapat mempertahankan kelangsungan suatu lambang atau simbol warisan sejarah manusia dan dunia. Lanskap budaya menggambarkan perjalanan sejarah suatu kawasan budaya dan akan selalu berubah dengan berubahnya tingkat peradaban manusia yang mendiaminya.

Kawasan Wisata Budaya

Wisata adalah pergerakan sementara manusia untuk tujuan keluar dari tempat kerja dan tempat tinggal mereka, dimana mereka melakukan kegiatan-kegiatan selama mereka tinggal di tempat tujuan tersebut dan fasilitas-fasilitas dibuat untuk memenuhi kebutuhan mereka (Gunn 1994). Wisata adalah suatu proses bepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain diluar tempat tinggalnya. Dorongan kepentingannya adalah karena berbagai hal, antara lain : untuk berlibur dan berekreasi, pendidikan dan penelitian, keagamaan, kesehatan, minat terhadap kebudayaan dan kesenian, kekeluargaan ataupun untuk kepentingan politik (Suwantoro 1997).

Menurut Brunn (1995), jenis wisata dibagi menjadi tiga kategori, yaitu : 1. Ekoturisme, Green Tourism atau Alternative Tourism, merupakan wisata

yang berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani jurang antara kepentingan wisata bagi industri komersial dan perlindungan alam. 2. Wisata Budaya, menggambarkan wisata yang berhubungan dengan

monumen- mo numen budaya atau tempat-tempat bersejarah dengan penekanan tertentu pada aspek pendidikan atau pengalaman spiritual. 3. Wisata Alam, merupakan aktivitas wisata ditujukan pada pengalaman

terhadap kondisi alam atau bukan pada kondisi urban.

Menurut Soebagjo (1996), suatu objek dapat menjadi tujuan wisata karena memilik i atraksi wisata, terdiri dari sumberdaya kepariwisataan dan prasarana kebutuhan wisatawan. Salah satu sumberdaya tersebut adalah budaya, dapat berupa peninggalan-peninggalan atau tempat bersejarah (artifak) ataupun peri kehidupan (adat-istiadat) yang berlaku di tengah masyarakat.

Wisata budaya menurut Hardjowigeno et al. (1994) adalah kegiatan pariwisata dimana kekayaan budaya setempat menjadi objek wisatanya. Unsur-unsur yang menyusun suatu kegiatan wisata budaya terdiri dari 3 kategori, yaitu :


(29)

1. Seni Budaya

Seni budaya mencakup kerajinan tangan, tata cara adat, pesta rakyat dan produk -produk lokal.

2. Seni Bangunan

Seni bangunan mencakup arsitektur rumah tinggal, rumah peribadatan, dan monumen.

3. Pagelaran Budaya

Pagelaran budaya mencakup seni musik, seni tari, upacara-upacara rakyat dan lain-lain.

Wisata budaya ditandai dengan adanya rangkaian motivasi seperti keinginan untuk belajar di pusat-pusat pengajaran dan riset, mempelajari adat istiadat, kelembagaan, cara hidup rakyat setempat, mengunjungi monumen bersejarah, peninggalan peradaban masa lalu, pusat-pusat kesenian, pusat-pusat keagamaan atau juga ikut serta dalam festival seni musik, teater, tarian rakyat dan lain-lain (Spillane 1995). ICOMOS (1999) menyatakan bahwa terdapat prinsip -prinsip dasar dalam wisata budaya, yaitu :

1. Wisata domestik dan internasional merupakan suatu alat yang paling penting dalam pertukaran budaya. Karena itu, konservasi budaya harus menyediakan tanggung jawab dan kesempatan bagi masyarakat lokal dan pengunjung untuk mengalami dan memahami warisan komunitas dan budayanya.

2. Hubungan antara tempat-tempat historis dan wisata bersifat dinamis serta melibatkan nilai-nilai yang mempunyai konflik. Hal tersebut harus dapat dikelola dalam suatu cara yang mendukung generasi saat ini dan yang akan datang.

3. Perencanaan wisata dan konservasi untuk tempat-tempat warisan budaya harus dapat menjamin bahwa pengalaman yang didapatkan pengunjung akan berharga, memuaskan dan menggembirakan.

4. Masyarakat asli dan penduduk di pemukiman harus dilibatkan dalam perencanaan konservasi dan wisata.

5. Aktivitas wisata dan konservasi harus menguntungkan bagi penduduk asli.


(30)

6. Program wisata budaya harus dapat melindungi dan meningkatkan karakteristik warisan alam dan budaya.

Lebih lanjut ICOMOS (1999) menyatakan bahwa wisata budaya dapat dilihat sebagai aktivitas pariwisata yang dinamis dan sangat terkait dengan pengalaman. Wisata budaya mencari pengalaman yang unik dan indah dari berbagai warisan masyarakat yang sangat bernilai yang harus dijaga dan diserahkan kepada generasi penerus.

Istilah wisata budaya digunakan untuk menjelaskan wisata yang berkaitan dengan monumen budaya atau tempat bersejarah, dengan penekanan pada pendidikan atau pengalaman spiritual (Brunn 1995). Sedangkan menurut Yoeti (1997) wisata budaya adalah jenis pariwisata dimana motivasi orang-orang untuk melakukan perjalanan dikarenakan adanya daya tarik seni budaya pada suatu tempat ata u daerah. Objek kunjungannya berupa warisan nenek moyang dan benda-benda kuno. Seringkali perjalanan wisata semacam ini merupakan kesempatan untuk mengambil bagian dalam kegiatan kebudayaan di tempat yang dikunjungi. Kawasan wisata budaya sebagai suatu hasil karya manusia merupakan suatu bentuk lanskap budaya. Sebagai suatu lanskap budaya, wisata budaya mempunyai arti yang sangat penting bagi sekelompok manusia. Lanskap budaya yang dikembangkan menjadi lanskap wisata merupakan lanskap yang mencerminkan nilai- nilai budaya tertentu dengan potensi sebagai atraksi wisata. Lanskap wisata memiliki kekuatan yang mampu membuat wisatawan datang dan mengunjunginya karena memiliki daya tarik tertentu.

Desa dan Industri Kerajinan

Suatu kesatuan lingkungan tempat tinggal yang disebut kampung biasanya dihuni oleh sekelompok masyarakat yang terdiri dari kesatuan keluarga -keluarga. Kesatuan sejumlah kampung disebut desa. Menurut Kamardi (2003), desa adalah satu kesatuan masyarakat hukum yang memiliki tatanan hukum dan asal usul yang jelas tidak dapat diatur terlalu jauh oleh pemerintah kabupaten dan pusat tetapi cukup dengan pengakuan keberadaannya yang berazaskan pada demokrasi, partisipasi, transparansi, akuntabilitas dan menghargai keberagaman.


(31)

Pola permukiman/perkampungan di pedesaan diklasifikasikan ke dalam tiga pola yaitu tersebar, pita yang memanjang dan terpusat atau mengelompok. Pada pola tersebar, petani tinggal pada atau di dekat tanah pertaniannya. Jarak antara rumah petani dengan tanah pertaniannya dekat sekali, tetapi jarak antara rumahnya dengan rumah tetangganya berjauhan. Dalam pola pita, rumah-rumah berjajar dalam satu baris atau dua tiga baris. Dalam pola terpusat atau mengelompok rumah-rumah petani itu berdiri mengelompok berdekatan, tetapi petani tinggal jauh dari tanah pertaniannya. Pola terpusat atau mengelompok mempunyai beberapa keuntungan dalam penyediaan prasarana untuk orang banyak. Untuk beberapa kampung dapat disediakan prasarana sosial ekonomi, misalnya : sekolah, balai pengobatan, masjid di pusat desa dan kampung-kampung besar dapat dihubungkan dengan jalan-jalan yang menuju ke kota (Jayadinata 1998).

Menurut Marbun (1994) desa-desa asli yang berfungsi lengkap sebagai suatu unit pemukiman telah ditata dengan sarana fungsional dalam skala yang sederhana. Ada barisan perumahan, rumah upacara, lumbung, pemondokan pemuda, tapian (tempat mengambil air minum dan mandi), tempat beternak, peladangan, tempat berburu, kuburan dan jalan setapak. Pe nduduk desa hidup harmo nis dengan alam. Hidup mereka diikat oleh adat dan upacara keagamaan, gotong-royong, tepa selira dan solidaritas mewarnai sistem perkerabatan dan pergaulan mereka sehari- hari.

Industri kerajinan adalah suatu industri yang menghasilkan barang-barang kerajinan dengan proses pembuatan menggunakan keterampilan/teknologi. Penggunaan keterampilan atau teknologi yaitu dari tradisional, sederhana, madya, hingga modern atau perpaduan dari tingkat-tingkat teknologi tersebut. Selanjutnya barang-barang yang dihasilkan dijual dan diperdagangkan di dalam dan ke luar daerah.

Perencanaan Lanskap Wisata Budaya

Perencanaan adalah suatu pendekatan ke masa depan terhadap suatu tapak atau daerah (Laurie 1984). Perencanaan adalah suatu kemampuan untuk


(32)

memahami dan menganjurkan adanya perubahan dari sesuatu ya ng mungkin atau tidak mungkin pada saat ini menjadi suatu kenyataan di masa yang akan datang.

Nurisjah (2004) menyatakan bahwa perencanaan lanskap merupakan suatu bentuk kegiatan penataan yang berbasis lahan (land based planning) melalui kegiatan pemecahan masalah yang dijumpai dan merupakan proses untuk pengambilan keputusan jangka panjang guna mendapatkan suatu model lanskap atau bentang alam yang fungsional, estetik dan lestari yang mendukung berbagai kebutuhan dan keinginan manusia dalam upaya meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraannya. Secara ringkas dinyatakan bahwa kegiatan merencana lanskap adalah suatu proses pemikiran dari suatu ide, gagasan atau konsep ke arah suatu bentuk lanskap atau bentang alam yang nyata.

Laurie (1984) menyatakan perencanaan tapak adalah suatu proses dimana analisis tapak dan persyaratan-persyaratan program untuk maksud kegunaan tapak dibahas secara bersama dalam proses sintesis yang kreatif. Elemen-elemen dan fasilitas-fasilitas ditempatkan pada tapak sesuai dengan keterkaitan fungsionalnya dan dalam suatu cara yang benar-benar tanggap terhadap karakteristik-karateristik tapak dan wilayahnya.

Dalam perencanaan lanskap suatu daerah dimana di dalamnya terdapat aktivitas rekreasi, membutuhkan informasi yang mengintegrasik an manusia dengan waktu luang dimana pengalokasian sumberdaya dilakukan untuk menghubungkan waktu luang dengan kebutuhan masyarakat dan areal perencanaan (Gold 1980). Empat pendekatan yang dapat digunakan dalam perencanaan tersebut yaitu :

1. Pendekatan sumberdaya, memperhatikan tipe dan jumlah aktivitas rekreasi yang dibatasi oleh sumberdaya fisik atau alam.

2. Pendekatan aktivitas, memperlihatkan aktivitas yang ada pada masa lalu dan saat ini sebagai dasar pertimbangan.

3. Pendekatan ekonomi, memperlihatkan tingkat ekonomi dan sumber finansial masyarakat.

4. Pendekatan perilaku, memperhatikan penciptaan kondisi yang mempengaruhi cara, dimana dan kapan manusia menggunakan waktu luangnya.


(33)

Menurut Nurisjah dan Pramukanto (1995), proses perencanaan yang baik haruslah merupakan suatu proses yang dinamis, saling terkait serta saling menunjang. Proses ini merupakan suatu alat yang digunakan untuk menentukan keadaan awal suatu lahan, keadaan yang diinginkan, serta cara dan model yang terbaik untuk mencapai keadaan yang diinginkan tersebut. Pada awalnya, proses perencanaan lanskap dimulai dengan memperhatikan, menafsirkan dan menjawab kepentingan dan kebutuhan manusia, mengakomodasikan berbagai kepentingan ini ke produk (lahan) yang direncanakan seperti antara lain untuk mengkreasikan dan merencakan secara fisik berbagai bentuk pelayanan, fasilitas, dan berbagai bentuk pemanfaatan sumber daya yang tersedia lainnya serta nilai-nilai budaya manusia. Terdapat hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam perencanaan suatu kawasan, diantaranya adalah :

1. Mempelajari hubungan antara kawasan tersebut dengan lingkungan sekita rnya.

2. Memperhatikan keharmonisan antara daerah sekitarnya dengan kawasan yang akan direncanakan.

3. Menjadikan sebagai objek (wisata) yang menarik.

4. Merencanakan kawasan tersebut sehingga dapat menghasilkan suatu kawasan yang dapat menampilkan kesan masa lalunya.

Perencanaan memegang peranan penting dalam pengembangan kepariwisataan. Tanpa perencanaan, dapat timbul masalah-masalah sosial budaya, terutama di daerah atau tempat dimana terdapat perbedaan tingkat sosial antara pendatang dan penduduk setempat (Yoeti 1997). Terutama bagi lanskap budaya yang pada mulanya tidak dirancang untuk penggunaan massal oleh wisatawan, maka perencanaan wisata perlu dilakukan untuk menghind ari kerusakan sumber daya alam dan lingkungan.

Sejarah Industri Kerajinan Gerabah Desa Banyumulek

Berpusat di Dusun Banyumulek Barat dan Dusun Banyumulek Timur, pekerjaan membuat gerabah dari tana h liat dimulai sekitar tahun 1860, yaitu sejak zaman Kepala Desa I (1860-1890) yang berasal dari Karang Asem, Bali, berdasarkan pengangkatan oleh Raja Bali yang berkuasa di Lombok pada saat itu.


(34)

Menurut keterangan, pekerjaan membuat gerabah dimulai oleh pendatang dari Pulau Jawa, dan penduduk asli Jawa yang memberi nama desa ini dengan nama Banyumulek. Nama Banyumulek itu sendiri berarti air yang mengalir dari Sungai Babak ke barat Desa Perampuan, kemudian ke Desa Gapuk dan kembali lagi ke Sungai Babak. Air tersebut mengalir berputar di wilayah ini saja, sehingga desa ini disebut Banyumulek.

Gerabah merupakan kerajinan yang terbuat dari tanah liat dicampur tanah sari atau pasir. Setelah melewati suatu proses, terbentuk adonan untuk dibentuk suatu produk yang diinginkan. Kemudian dilanjutkan dengan pengeringan dan pembakaran pada tingkat suhu berkisar antara 700-800ºC. Awalnya, pembuatan gerabah hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari- hari sebagai alat-alat dapur, seperti ; tungku, anglo, periuk, alat pe nggorengan, alat untuk bakar dupa/kemenyan dan membakar sate, dan ada juga yang digunakan untuk kendi/ceret, dan bubungan atap rumah. Seiring dengan meningkatnya laju pertambahan penduduk, kebutuhan akan alat dapur semakin meningkat, sehinggga kerajinan ge rabah mulai diperdagangkan. Pada awalnya, perdagangan hanya meliputi sekitar wilayah Desa Banyumulek, tetapi sejak tahun 1985 meluas ke luar Desa Banyumulek.

Tingkat pendidikan dan kebudayaan yang kurang mendapat perhatian, menyebabkan sedikitnya penduduk yang ahli dan terampil membuat gerabah. Sehingga dari 5 Dusun yang ada, 75% petani, sedangkan sisanya 25% pengrajin gerabah, berpusat di Dusun Banyumulek Barat dan Banyumulek Timur. Dari kalangan penduduk ekonomi lemah, cenderung bermata pencaharian utama sebagai pengrajin gerabah, karena ditinjau dari modalnya yang sedikit, dan tidak terlalu sulit untuk dikerjakan. Usaha ini berlangsung secara turun temurun sampai sekarang.

Pada tahun 1983, Dinas Perindustrian mengirimkan seorang pengrajin Desa Banyumulek ke daerah Kasongan (Daerah Istimewa Yogyakarta), yang dikenal sebagai daerah penghasil kerajinan tanah liat untuk melakukan studi perbandingan. Sejak saat itu, kerajinan gerabah di desa ini mengalami kemajuan, karena pengrajin telah mendapatkan berbagai pelatihan, sehingga keterampilan dalam membuat desain gerabah lebih beraneka ragam.


(35)

KEADAAN UMUM LOKASI

Pulau Lombok merupakan satu dari dua pulau yang berada di Provinsi Nusa Tenggara Barat, terletak pada posisi 115 46’BT - 119 5’ BB, 8 10’ LS - 9 5’ LU, berada di bagian timur Indonesia. Pulau Lombok berada di antara Pulau Bali di sebelah barat dan Sumbawa di sebelah timur. Secara administratif Pulau Lombok terbagi kedalam empat wilayah kabupaten/kota, yaitu Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Tengah, dan Kabupaten Lombok Timur. Luas Pulau Lombok seluruhnya adalah 4.738,70 km2 atau 23,51 % (termasuk pulau-pulau kecil disekitarnya) dari luas seluruh Provinsi Nusa Tenggara Barat, yaitu 20.153,15 km2. Luas Pulau Lombok tersebut lebih kecil bila dibandingkan dengan luas Pulau Sumbawa yaitu 15.414.45 km2 atau 76,49 % (termasuk pulau-pulau kecil disekitarnya) dari luas seluruh Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Secara geografis Kabupaten Lombok Barat, terletak pada posisi 8 112’ - 8 55’ LS dan 115 46’ - 116 28’ BT dan berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara, Kabupaten Lombok Timur dan Kabupaten Lombok Tengah di sebelah timur, Samudera Hindia di sebelah selatan, dan Selat Lombok serta Kota Mataram di sebelah barat. Luas wilayah Kabupaten Lo mbok Barat adalah 3.001 km2 terdiri dari wilayah darat 1.649, 15 km2 dan perairan laut seluas 1.352,49 km2 dengan panjang garis pantai mencapai 182 km2 serta dikelilingi 22 pulau kecil. Secara administratif Kabupaten Lombok Barat terdiri dari 15 kecamatan, 102 desa dan 30 diantaranya desa pantai.

Gambar 2. Peta Orientasi


(36)

Pembangunan di Kabupaten Lombok Barat dibagi kedalam beberapa wilayah, dengan tujuan untuk memudahkan dalam peningkatan dan pemerataan pembangunan. Tabel 1 memperlihatkan pemba gian wilayah dan arah pembangunannya.

Tabel 1. Wilayah dan Araha n Pembangunan

Wilayah Pembangunan

Kecamatan Pusat

Pertumbuhan

Arah Pembangunan

Bagian Selatan Sekotong, Gerung, dan Lembar,

Kecamatan Gerung

sektor kelautan dan perikanan, pertambangan da n pariwisata, perhubungan, industri dan pertanian tanaman pangan.

Bagian Tengah Kediri, Kuripan, Labuapi, Batu Layar, Lingsar, Narmada, dan Gunungsari Kecamatan Narmada

sektor pariwisata, perindustrian, kelautan dan perikanan, peternakan, pertanian tanama n pangan, perkebunan, perdagangan.

Bagian Utara Pamenang,

Tanjung, Bayan Gangga, dan Kayangan

Kecamatan Tanjung

sektor kelautan dan perikanan, perkebunan, peternakan, industri dan pertanian tanaman pangan.

Topografi Kabupaten Lombok Barat adalah berbukit-bukit dan bergunung-gunung yang membentang di bagian utara dan bagian timur ke barat dengan Gunung Rinjani sebagai puncaknya yang mempunyai ketinggian 3.775 m, sementara itu dibagian selatan, Gunung Mareje dengan ketinggian 716 m membentang dari timur ke barat.

Kabupaten Lombok Barat secara umum beriklim tropis dengan curah hujan tidak merata di seluruh bagian wilayah. Seperti halnya Lombok Barat bagian tengah yang umumnya memiliki curah hujan lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah bagian utara maupun selatan. Wilayah Lombok Barat bagian tengah, musim hujan umumnya tejadi antara bulan November-April, dan musim kemarau terjadi antara bulan Mei-Oktober. Untuk Lombok bagian utara dan selatan musim hujan umumnya terjadi pada bulan Desember-Maret dan mus im kemarau berlangsung pada bulan April-November.

Desa Banyumulek terletak di Kecamatan Kediri Kabupaten Lombok Barat, dengan luas daerah 2,43 km2 pada ketinggian 40 meter dari permukaan laut. Desa ini berjarak 12 km dari Kota Mataram.


(37)

METODOLOGI

Lokasi dan Waktu

Studi ini dilaksanakan di Desa Banyumulek, Kecamatan Kediri, Kabupaten Lombok Bara t (Gambar 3). Luas kawasan ini adalah ± 2,43 k m2.

Pengamatan kondisi tapak dan pengumpulan data tapak di lapanga n dilakukan pada bulan April sampai Me i 2005. Pe nyusunan laporan dilakukan mulai bulan Mei 2005.

Batasan Studi

Studi dilakukan sampai batas tahap perencanaan yang menghasilkan suatu bentuk perencanaan lanskap kawasan wisata budaya berbasis industri kerajinan gerabah di Desa Banyumulek.

Alur dan Metode Studi

Dalam proses perencanaan lanskap dilakukan tahapan-tahapan sebagai berikut (Gambar 4) :

1. Persiapan Studi

Pada tahap ini dilakukan perumusan masalah, pembuatan usulan studi dan perizinan untuk dapat melaksanakan studi perencanaan lanskap.

2. Pembuatan Konsep

Pada tahap ini dibuat suatu konsep untuk pengembangan kawasan yang sesuai dengan tujuan dan sasaran yang diinginkan, yaitu kawasan wisata budaya berbasis industri kerajinan gerabah.

3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data meliputi data dan informasi mengenai tapak yang dikumpulkan dalam bentuk data pimer maupun data sekunder. Metode yang dilakukan untuk memperoleh data sekunder adalah dengan studi pustaka. Metode survey lapang, wawancara serta studi pustaka dilakukan untuk memperoleh data kondisi fisik kawasan. Tabel 2 memperlihatkan jenis data yang akan di ambil yang berhubungan dengan perencanaan tapak yang akan dibuat.


(38)

AKSES MASUK

PETA KECAMATAN KEDIRI

GAMBAR D GAMBAR C

GAMBAR B

GAMBAR A

PETA LOMBOK BARAT

cm 1 0 9 8 7 6 5 4 3 2 1 SUNGAI 1. DUSUN MUHAJIRIN 2. DUSUN BANYUMULEK BARAT 3. DUSUN KERANGKENG 4. DUSUN LELEDE KB. DAYA 5. DUSUN DASAN BAWA 6. DUSUN PENGODONGAN 7. DUSUN BANYUMULEK TIMUR 8. DUSUN GUBUK BARU 9. DUSUN LELEDE DASAN 10. DUSUN LELEDE

BATAS DESA BATAS KECAMATAN JALAN RAYA JALAN SETAPAK

A. TUGU GERABAH B. SALAH SATU ARTSHOP C. JALAN MENUJU KAWASAN D. SAWAH

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2005

03 ORIENTASI

U 0 6250

SKALA DESA RUMAK PETA LOKASI LEGENDA NOMOR GAMBAR

DR. Ir. SITI NURISJAH, MSLA

DISETUJUI

RINRIN KODARIYAH A 34201017

DIGAMBAR JUDUL GAMBAR

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN

GERABAH DI DESA BANYUMULEK KECAMATAN KEDIRI LOMBOK BARAT

JUDUL STUDI

KECAMATAN LABUAPI

KECAMATAN GERUNG SUNGAI BABAK


(39)

Survey Lapang Studi Pustaka

Overlay

• Peta Tata guna Lahan

• Peta Rencana Tata Ruang

• Peta RencanaTata Sirkulasi

• Peta Rencana Tata Hijau

PROSES ANALISIS DAN SINTESIS PRODUK

Gambar 4. Proses Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata

Persiapan Studi

Pengumpulan Data

Analisis

Sintesis

Perencanaan

• Analisis kualitatif deskriftif terhadap : potensi, kendala,

amenities, dan danger signals

• Analisis kuantitatif : Daya Dukung Tapak

Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Budaya

Data Fisik Data Sosial, dan data lain

Pola Ruang dan Sirkulasi Masyarakat dan

Wisatawan

• Zonasi Ruang Masyarakat

• Zonasi Ruang Wisata budaya

Perencanaan Detil : • Ruang Wisata • Ruang Masyarakat • Sarana dan

Prasarana

P embuatan Konsep


(40)

Tabel 2. Jenis Data dan Metode Pengumpulan

Jenis Data Satuan Data Tipe Data Cara Pengambilan Data Sumber Data Bentuk Data Manfaat

A. Desa Banyumulek

I. Kehidupan sehari-hari - Aktivitas

saat ini - Pola ruang awal - - Primer, Sekunder Primer, Sekunder Survai, Studi Pustaka Studi Pustaka Tapak, Pemerintah Daerah Kualitatif Kualitatif II. Kegiatan Industri

- Bahan baku dan peralatan - Proses produksi - Pemasaran - - - Primer, Sekunder Primer, Sekunder Primer, Sekunder Survai, Studi Pustaka Survai, Studi Pustaka Survai, Studi Pustaka Tapak, Pemerintah Daerah Kualitatif Kualitatif Kualitatif III. Teknis

- Perencanaan awal - Kebijakan Pemerintah - - Sekunder Sekunder Studi Pustaka Studi Pustaka Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah Kualitatif dan Kuantitatif IV. Fisik - Luas - Lokasi dan Aksesibilitas - Tata Guna Lahan - Kependudukan - Iklim - Tanah - Topografi

l (m2) - - jiwa - - - Sekunder Primer, Sekunder Primer, Sekunder Sekunder Sekunder Sekunder Sekunder Survai, Studi Pustaka Survai, Studi Pustaka Survai, Studi Pustaka Studi Pustaka Studi Pustaka Studi Pustaka Studi Pustaka Tapak, Pemerintah Daerah Kuantitatif Kualitatif, Kuantitatif Kuantitatif Kuantitatif Kualitatif, Kuantitatif Kualitatif Kuantitatif Zonasi Budaya

B. Wisata Budaya

I. Objek - Jenis Objek

- Jumlah Objek

- satuan angka Primer, Sekunder Primer, Sekunder Wawancara, O bservasi, Studi P ustaka Wawancara, O bservasi, Studi P ustaka

Tapak, Pemerintah Daerah Kualitatif Kuantitatif II. Atraksi - Jenis Atraksi

- Jumlah Atraksi - satuan angka Primer, Sekunder Primer, Sekunder Wawancara, Observasi, Studi Pustaka Wawancara, Observasi, Studi Pustaka Tapak, Pemerintah Daerah Kualitatif Kuantitatif

III. Sirkulasi Eksisting - Pola Sirkulasi - Aksesibilitas - - Primer, Sekunder Primer, Sekunder Observasi, Studi Pustaka Observasi, Studi Pustaka Tapak, Pemerintah Daerah Kuantitatif Kualitatif III. Punjang Eksisting

- Fasilitas Pelayanan (Informasi, Promosi, Sarana prasarana) Jumlah dan Jenis Primer, Sekunder Observasi, Studi Pustaka Tapak, Pemerintah Daerah Kuantitatif dan Kualitatif Zonasi Wisata


(41)

4. Analisis

Berdasarkan data dan informasi yang dikumpulkan dilakukan analisis terhadap berbagai aspek dan faktor yang mempengaruhi perencanaan tapak. Data dan informasi yang diperoleh di analisis secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif tapak dicari berdasarkan potensi, kendala, amenities, dan danger signal

yang ada pada kawasan untuk pengembangan sebagai kawasan wisata budaya. Secara kuantitatif, dicari berdasarkan daya dukung untuk tujuan dan fungsi yang akan dikembangkan. Menurut Gold (1980), daya dukung rekreasi terbagi menjadi 2 aspek, yaitu :

1. Daya Dukung Fisik, yaitu : kemampuan suatu area rekreasi untuk mendukung atau menampung penggunaan aktivitas rekreasi yang

diinginkan.

2. Daya Dukung Sosial, yaitu : kemampuan suatu area untuk dapat memberikan kualitas pengalaman rekreasi yang diinginkan.

5. Sintesis

Pada tahap ini, hasil yang diperoleh dari tahap analisis dikembangkan dalam alternatif rencana penggunaan lahan. Hasil analisis tersebut di overlay kemudian diterjemahkan ke dalam ruang masyarakat dan ruang wisata budaya sehingga menghasilkan zonasi ruang masyarakat dan zonasi ruang wisata budaya. Keduanya di overlay untuk mendapatkan kawasan wisata budaya.

6. Perencanaan

Tahapan selanjutnya adalah perencanaan yang merupakan tindak lanjut dari pembuatan konsep. Ide-ide dalam konsep dikembangkan dalam tahap perencanaan tata letak berbagai elemen pembentuk lanskap kawasan wisata budaya. Desa Banyumulek dalam bentuk rencana lanskap (Landscape Plan). Produk perencanaan ini akan menggambarkan pengembangan tapak sebagai suatu lanskap kawasan wisata budaya (Gambar 4).

Bentuk Hasil Studi

Hasil studi berupa suatu perencanaan lanskap kawasan wisata budaya berbasis industri kerajinan yang mencakup :


(42)

1.1. Deskripsi rencana tata ruang wisata budaya dan non wisata budaya. 1.2. Deskripsi rencana aktivitas dan fasilitas wisata.

1.3. Deskripsi rencana sirkulasi wisata. 2. Laporan Grafis

Rencana lanskap kawasan wisata budaya meliputi block plan, site plan,


(43)

KONSEP PERENCANAAN

Konsep

Perencanaan lanskap kawasan ini dikonsepkan menjadi suatu kawasan wisata budaya berbasis industri kerajinan dengan komoditas utama gerabah. Dengan potensi dan sumber daya utama yang ada pada tapak, diharapkan dapat menjadi daya tarik utama bagi wisatawan sehingga selain kepentingan dan keinginan serta kepuasan pengunjung terpenuhi, kesejahteraan masyarakat juga meningkat, yaitu dengan dilibatkannya masyarakat secara aktif dalam kegiatan wisata budaya.

Pengembangan Konsep

Konsep yang ada kemudian dikembangkan menjadi konsep lanskap ruang, sirkulasi, dan aktivitas. Konsep ruang yang akan dikembangkan pada tapak mengikuti kondisi tapak yang ada, dengan kreasi fasilitas penunjang untuk kegiatan wisata budaya, tanpa menghilangkan suasana alami yang ada pada tapak sehingga diharapkan kegiatan wisata dan kehidupan masyarakat berjalan bersama.

1. Konsep Ruang

Tapak dibagi kedalam ruang-ruang yang fungsional, menarik, aman, indah dan efisisen, yang menjadi satu kesatuan dan saling berhubungan antar ruang. Ruang yang akan dikembangkan terdiri dari dua ruang, yaitu ruang wisata budaya dan non wisata budaya.

1. Ruang Wisata Budaya

Ruang wisata budaya merupakan ruang yang berfungsi sebagai area yang dapat mengakomodasi keinginan dan kepentingan rekreatif dari wisatawan, sehingga kepuasan wisatawan akan dapat terpenuhi dalam menikmati atraksi berupa komoditas gerabah dan fasilitas penunjang lainnya. Ruang ini terdiri dari tiga sub-ruang, yaitu ; intensif, semi intensif, dan ekstensif.

2. Ruang Non Wisata Budaya


(44)

berfungsi sebagai tempat tinggal masyarakat tetapi tetap menunjang pada kegiatan wisata budaya yang akan dikembangkan. Ruang wisata budaya dibagi menjadi empat sub -ruang yaitu; penerimaan, pelayanan, transisi dan kehidupan masyarakat. Berikut dapat dilihat pada Gambar 5 konsep ruang yang akan direncanakan.

Keterangan :

Ruang Wisata Budaya Ruang Intensif Ruang Semi Intensif Ruang Ekstensif Ruang Non Wisata Budaya Ruang Penerimaan

Ruang Pelayanan

Ruang Transisi

Ruang Kehidupan masyarakat

Hubungan antar ruang

Gambar 5. Konsep Ruang

2. Konsep Sirkulasi

Jaringan sirkulasi yang dikembangkan pada tapak dikonsepkan menjadi dua, yaitu sirkulasi untuk kegiatan wisata dan sirkulasi untuk kegiatan masyarakat (Gambar 6). Sirkulasi wisata terbagi dua, yaitu sirkulasi primer dan sekunder. Sirkulasi primer berupa pola tertutup dengan pintu masuk dan pintu keluar yang sama, merupakan penghubung antar ruang, berupa jalan yang dapat dilalui oleh kendaraan tradisional cidomo. Sedangkan sirkulasi sekunder merupakan penghubung antar sub ruang, berupa jalan setapak yang berfungsi sebagai jalur

tracking, bentuknya memusat (Gambar 7). Sirkulasi masyarakat terbagi menjadi dua, yaitu sirkulasi primer dan sekunder. Sirkulasi primer berfungsi sebagai sirkulasi produksi, berbentuk memanjang (lin ear) berupa jalan raya. Sedangkan


(45)

sirkulasi sekunder merupakan penghubung ruang kehidupan masyarakat berupa jalan setapak.

Keterangan :

Akses keluar masuk

Sirkulasi Wisata Sirkulasi Primer Sirkulasi Sekunder Sirkulasi Masyarakat Sirkulasi Primer

Sirkulasi Sekunder

Gambar 6. Konsep Pola Sirkulas i


(46)

3. Konsep Aktivitas

Aktivitas wisata yang akan dikembangkan adalah aktivitas yang sesuai dengan sumber daya yang ada pada tapak, yaitu sebagai berikut :

1. Aktivitas objek dan atraksi budaya

Aktivitas yang dikembangkan adalah aktivitas yang memberikan pengetahuan dan pengalaman berbeda melalui pelatihan pembuatan gerabah dan pertunjukan kesenian tradisional. Selain itu pengunjung diajak untuk lebih mengenal kehidupan masyarakat dengan mengikuti aktivitas sehari- hari masyarakat setempat.

2. Aktivitas belanja

Aktivitas belanja, yaitu melalui produk -produk lokal yang ditawarkan berupa produk gerabah.

3. Aktivitas sight seeing pemandangan alam pedesaan

Aktivitas yang dikembangkan adalah berkeliling kawasan dengan menonjolkan kekayaan dan nuansa alam pedesaan yang ada pada tapak.


(47)

DATA DAN ANALISIS

Lokasi

Tapak yang akan dikembangkan merupakan daerah penghasil gerabah yang sudah memiliki keahlian kerajin an membuat gerabah selama beberapa generasi. Secara geografis, tapak terletak pada ketinggian 40 mdpl dengan koordinat antara 8 12’ - 8 55’ LS dan 115 46’ - 116 28’ BT. Secara administratif tapak berada pada wilayah Desa Banyumulek, Kecamatan Kediri, Kabupaten Lombok Barat. Desa Banyumulek berbatasan dengan Desa Rumak disebelah timur, Sungai Babak disebelah barat dan utara, dan Desa Gapuk disebelah selatan (Gambar 8). Luas Kecamatan Kediri secara keseluruhan adalah 21.64 k m2, sedangkan luas Desa Banyumulek adalah 2.43 km2 atau 11.23 % dari total luas kecamatan.

Pada awal berdirinya (1860) Desa Banyumulek terdiri atas 5 dusun, dan selanjutnya berkembang menjadi 10 dusun (Tabel 3). Dari 10 dusun yang terdapat di Desa Banyumulek, 5 dusun diantaranya adalah pusat penghasil kerajinan gerabah (Gambar 8).

Tabel 3. Nama Dusun yang terdapat di Desa Banyumulek

No Nama Dusun Keterangan

1. Banyumulek Barat Dusun lama, pusat penghasil gerabah 2. Banyumulek Timur Dusun lama, pusat penghasil gerabah 3. Kerangkeng Dusun lama , pendukung kerajinan gerabah 4. Lelede Dusun lama , pendukung kerajinan gerabah 5. Dasan Baru Dusun lama , pendukung kerajinan gerabah 6. Muhajirin Dusun pemekaran, pusat penghasil gerabah 7. Pengodongan Dusun pemekaran, pusat penghasil gerabah 8. Gubuk Baru Dusun pemekaran, pusat penghasil gerabah 9. Lelede KB. Daya Dusun pemekaran , pendukung kerajinan gerabah 10. Lelede Dasan Dusun pemekaran , pendukung kerajinan gerabah

Dusun Muhajirin dan Dusun Pengodongan merupakan pemekaran dari Dusun Banyumulek Barat, sedangkan Dusun Gubuk Baru merupakan pemekaran dari Dusun Banyumulek Timur. Tapak yang direncanakan untuk kawasan wisata budaya meliputi 10 dusun yang ada di Desa Banyumulek.


(48)

cm 6250 0 SKALA ORIENTASI

0 8 NOMOR GAMBAR

DISETUJUI

DR. Ir. SITI NURISJAH, MSLA RINRIN KODARIYAH

A 34201017

DIGAMBAR JUDUL GAMBAR

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN

GERABAH DI DESA BANYUMULEK KECAMATAN KEDIRI LOMBOK BARAT JUDUL STUDI

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2005

LEGENDA

1. DUSUN MUHAJIRIN 2. DUSUN BANYUMULEK BARAT 3. DUSUN KERANGKENG 4. DUSUN LELEDE KB. DAYA 5. DUSUN DASAN BAWA 6. DUSUN PENGODONGAN 7. DUSUN BANYUMULEK TIMUR 8. DUSUN GUBUK BARU 9. DUSUN LELEDE DASAN 10. DUSUN LELEDE

KECAMATAN GERUNG

DESA RUMAK SUNGAI BABAK

KECAMATAN LABUAPI

PETA KECAMATAN KEDIRI PETA LOMBOK BARAT

PENDUKUNG GERABAH PUSAT GERABAH

AKSES MASUK SUNGAI

U


(49)

Aksesibilitas dan Sistem Transportasi

Tapak berjarak 5 km menuju ibukota kecamatan, Kediri, dan 12 km menuju ibukota kabupaten, Mataram(Gambar 9). Tapak yang direncanakan dapat dengan mudah dijangkau baik melalui udara, laut maupun darat. Melalui Bandar Udara Selaparang wisatawan sudah dapat menuju Pulau Lombok. Sedangkan transportasi laut dapat dilakukan melalui Pelabuhan Lembar atau Labuhan Haji. Pelabuhan Lembar terletak di Kabupaten Lombok Barat sebelah barat laut Kota Mataram. Pelabuhan ini menghubungkan Pulau Lombok dan Ba li. Labuhan Haji berada di Kabupaten Lombok Timur sebelah timur Kota Mataram, menghubungkan Pulau Lombok dan Sumbawa. Dengan mempergunakan jasa ferry, wisatawan sudah dapat mengunjungi Pulau Lombok. Ferry biasa, melakukan perjalanan setiap 2 jam sekali. Sedangkan ferry cepat melakukan perjalanan satu kali sehari. Dilanjutkan dengan transportasi darat, kendaraan umum yang terdapat di Terminal Mandalika Bertais dapat digunakan.

Luar Pulau

Bandar Udara Selaparang ± 6 Km

Kota Mataram ±12 Km

Luar Pulau Pelabuhan ±24 Km ±144 Km Labuhan Sumbawa (Bali) Lembar Haji (Poto Tono)

Gambar 9. Akses menuju Tapak

Dari Kota Mataram, Desa Banyumulek dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum selama kurang lebih 15 menit. Jenis kendaraan yang dapat digunakan menuju tapak dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.

Kawasan Wisata Budaya Gerabah


(50)

Tabel 4. Jenis dan Tarif Kendaraan Umum menuju Desa Banyumulek

Jenis Kendaraan Tarif Keterangan

Bemo Rp. 1500,00/orang Kendaran umum dalam kota, di Pulau jawa biasa dikenal dengan sebutan Angkot (Angkutan Perkotaan). Kendaraan umum melewati jalan lokal dengan lebar 5 m. Jarak tempuh antar desa kurang lebih sampai 15 Km.

Taksi ±Rp. 10.000,00/unit Kendaraan umum

Bus Wisata Biasa digunakan oleh wisatawan dalam jumlah

besar kurang lebih 50 penumpang

Cidomo

(cikar dokar motor)

Rp. 1000,00/orang Kendaraan tradisional, digunakan untuk perjalanan jarak dekat (dalam hal ini digunakan dalam tapak). Cikar artinya tempat duduk, dokar artinya kuda, dan motor pada bagian ban yang menggunakan ban motor. Cidomo melewati jalan lokal, dengan kualitas jalan baik dan lebar jalan 4 m.

Letaknya yang strategis berada dekat Kota Mataram merupakan suatu potensi bagi berkembangnya kawasan ini sebagai kawasan wisata budaya. Salah satu persyaratan pendukung suatu kawasan untuk dapat dikembangkan menjadi suatu kawasan wisata adalah terdapatnya kegiatan-kegiatan masyarakat yang sesuai dengan potensi yang dimiliki kawasan tersebut. Keterampilan masyarakat dalam membuat kerajinan gerabah yang merupakan warisan budaya, masih dilestarikan hingga saat ini, dapat menjadi daya tarik utama sebagai kawasan wisata budaya. Sehingga dari segi kepariwisataan, pemilihan kawasan ini sebagai kawasan wisata budaya mempunyai nilai positif yaitu pelestarian warisan budaya melalui wisata. Selain itu, dengan berbagai kemudahan transportasi menuju tapak


(51)

dan relatif murahnya tarif kendaraan yang diberlakukan, dapat menjadi faktor pendukung untuk menarik wisatawan, selain karena komoditas utamanya, yaitu gerabah.

Secara umum aksesibilitas menuju tapak baik dengan jalan beraspal dan tidak adanya kemacetan lalu lintas, memberikan kemudahan me nuju tapak (Gambar 10). Panjang jalan propinsi 6 km dan jalan desa adalah 16 km dengan jalan beraspal 5 km, jalan diperkeras 5 km dan jalan tanah 12 km. Jalur sirkulasi di kawasan ini terpusat pada satu jalur utama, yaitu jalur kendaraan umum. Pada kedua sisi jalan terdapat pedestrian (± 1 m) yang disediakan bagi kenyamanan pengguna jalan, yang multifungsi sebagai tempat untuk menjemur bahan baku ataupun produk gerabah (Gambar 11 dan 12). Melalui perencanaan yang akan dibuat, tapak akan dibagi menjadi area-area yang memiliki fungsi masing- masing sehingga baik secara visual maupun secara fungsional dapat berjalan secara semestinya.

Gambar 10. Kondisi Jalan dalam Tapak


(52)

Gambar 12. Multifungs i Pedestrian

Sirkulasi yang ada pada jalan di sekitar kawasan merupakan sirkulasi dua arah. Jalan utama di sekitar kawasan biasanya selain dilalui oleh kendaraan pribadi, setiap harinya dilalui juga oleh truk pengangkut sampah, truk pengangkut produk gerabah, dokar pengangkut tanah liat sebagai bahan baku gerabah, cidomo, sepeda motor dan sepeda (Gambar 13). Dengan lebar jalan sekitar 5 m, tingkat kenyamanan pengguna jalan masih kurang sehingga diperlukan penataan jalur sirkulasi sesuai dengan konsep yang akan dikembangkan sehingga tingkat kenyamanan pengguna terpenuhi, terutama para wisatawan. Pada tapak yang akan direncanakan jalur sirkulasi untuk wisatawan berbeda dengan jalur produksi dan jalur masyarakat sehingga sirkulasi lebih teratur. Pada Gambar 14 dapat dilihat alternatif jalur wisata yang direncanakan.

Truk pengangkut gerabah Dokar pengangkut tanah liat


(53)

M edianjalan 5 m 1.8 m Sirkulasi cidomo

Sirkulasi pejalan kaki

Artshop Alternatif 1

Sirkulasi cidomo 1.8 m 5 m

Sirkulasi pejalan kaki

Artshop Alternatif 2

Sirkulasi cidomo

Sirkulasi pejalan kaki 1.8 m

Tempat penjemuran gerabah 1.8 m 5 m

Artshop Alternatif 3


(54)

Tata Guna Lahan, Pola Permukiman dan Arsitektur Rumah 1. Tata Guna Lahan

Sebagian besar lahan yang terdapat di Desa Banyumulek diperuntukkan untuk lahan pertanian (Tabel 5 dan Gambar 15). Peruntukan lahan untuk persawahan mempunyai proporsi paling besar, yaitu 1.475.357 m2 (60.7%). Hal ini berkaitan dengan mata pencaharian penduduk utama pada awalnya adalah bertani. Sedangkan peruntukan lahan untuk kebun kelapa sebesar 520.714 m2 (21.5%) dan kebun campuran sebesar 173.572 m2 (7.1%). Tingginya peruntuka n lahan untuk pertanian dapat menjadi salah satu penunjang dalam wisata budaya, sehingga selain berwisata belanja, wisatawan juga dapat berwisata alam pedesaan dengan berjalan-jalan di area pertanian.

Tabel 5. Jenis dan Luas Peruntukan Lahan di Desa Banyumulek

Luas

No Tata Guna Lahan

m2 %

Keterangan

1. Sawah 1.475.357 60,7

2. Kebun kelapa 520.714 21,5 3. Perkampungan 260.357 10,7 4. Kebun campuran 173.572 7,1

Total 2.430.000 100

Model-model pertanian ini merupakan bagian potensi dari wisata budaya non gerabah.

2. Pola Permukiman dan Arsitektur Rumah 2.1. Pola Permukiman

Berdasarkan survei lapang yang telah dilakukan, Desa Banyumulek termasuk kedalam pola permukiman memanjang (lin ear). Memanjang (linear) karena adanya orientasi ke jalan utama dan adanya pusat-pusat kegiatan fungsional yang tersebar sepanjang jaringan jalan utama (Jayadinata 1998). Dari Gambar 15 dapat dilihat peruntukan lahan untuk permukiman berada pada area sekitar jalur utama. Berikut ini dapat dilihat secara lebih detail pola per mukiman yang terdapat di Desa Banyumulek berdasarkan survey lapang yang telah dilakukan, terutama di 5 dusun pusat penghasil gerabah, pola ini terlihat dengan jelas (Gambar 16).


(55)

LEGENDA

0 6250 cm

SKALA ORIENTASI

NOMOR GAMBAR

DR. Ir. SITI NURISJAH, MSLA DISETUJUI

RINRIN KODARIYAH A 34201017 DIGAMBAR

JUDUL GAMBAR

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN

GERABAH DI DESA BANYUMULEK KECAMATAN KEDIRI LOMBOK BARAT JUDUL STUDI

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2005

KECAMATAN GERUNG

1. DUSUN MUHAJIRIN 2. DUSUN BANYUMULEK BARAT 3. DUSUN KERANGKENG 4. DUSUN LELEDE KB. DAYA 5. DUSUN DASAN BAWA 6. DUSUN PENGODONGAN 7. DUSUN BANYUMULEK TIMUR 8. DUSUN GUBUK BARU 9. DUSUN LELEDE DASAN 10. DUSUN LELEDE

DESA RUMAK SUNGAI BABAK

KECAMATAN LABUAPI PETA LOMBOK BARAT

PETA KECAMATAN KEDIRI

10 9 8 7 6 5 4 3 1

2 PERKEBUNAN CAMPURAN

PERSAWAHAN PERKEBUNAN KELAPA PERKAMPUNGAN

PETA TATA GUNA LAHAN

U 1 5 JALAN SETAPAK JALAN RAYA BATAS KECAMATAN BATAS DESA SUNGAI


(56)

Keterangan

Sawah Permukiman

Artshop Kantor kelurahan

Permukiman dan industri Sekolah dasar

Perkebunan Jalur sirkulasi

Gambar 16. Pola Permukiman

Pola permukiman ini memberi keuntungan bagi kawasan, dimana pusat-p usat kegiatan fungsional yang tersebar sepanjang jaringan jalan utama memudahkan dalam perencanaan kawasan.

Secara umum, dapat dilihat bahwa rumah-rumah di kawasan ini berkembang secara individu. Orientasi rumah lebih diutamakan pada aspek ekonomi, misalnya faktor kemudahan mencapai jalan. Berdasarkan tata letaknya, terdapat 2 pola per mukiman yang ada pada tapak, yaitu ;

1. Pola Pe rmukiman bagian Penjualan

Pola ruang yang terbentuk berupa artshop-artshop yang berorientasi pada jalan utama, diikuti dengan rumah penduduk yang sebagian besar sebagai pemilik/pengelola artshop (Gambar 17). Ukuran artshop yang ada di lokasi berbeda-beda, tidak terdapat aturan khusus, tergantung tingkat kemampuan (Gambar 18).

Perkampungan dan industri

Artshop

Sirkulasi pejalan kaki

Sirkulasi kendaraan

Gambar 17. Pola Ruang Permukiman bagian Penjualan Tanpa skala


(57)

Gambar 18.Salah satu Artshop

2. Pola Permukiman bagian Produksi

Pola ruang yang terbentuk berupa tempat produksi, mulai dari penjemuran sampai dengan produk akhir gerabah (Gambar 19). Disepanjang jalan merupakan bagian proses penjemuran, kemudian di halaman atau belakang rumah merupakan tempat proses pembentukan gerabah dan tempat pembakaran (Gambar 20). Tempat proses pembentukan gerabah merangkap rumah milik para pengrajin diikuti dengan tempat pembakaran yang merupakan milik perkelompok pengrajin. Ukuran tempat pembakaran berbeda-beda, tidak terdapat aturan khusus, tergantung lahan yang tersedia dan banyak sedikitnya jumlah pengrajin pada tiap kelompok.

Permukiman

Permukiman dan area produksi

Area pembakaran dan halaman

Sirkulasi pejalan kaki dan area penjemuran

Sirkulasi kendaraan umum


(58)

Gambar 20. Bagian Belakang Rumah sebagai Tempat Pembuatan Gerabah Tiap rumah hanya memiliki sedikit lahan sebagai halamannya, oleh karena itu penanaman tanaman di halaman jarang ditemukan. Selain karena sempitnya halaman rumah, penanaman pohon besar dihindari, karena area halaman digunakan seba gai area penjemuran yang memerlukan penyinaran penuh untuk mempercepat proses pengeringan bahan produksi gerabah. Tidak ada jenis tanaman yang disakralkan, semua dianggap sebagai tanaman penghias dan budidaya (Gambar 21).

Gambar 21. Salah satu Bentuk Rumah dan Halamannya

2.2. Arsitektur Rumah

Bentuk rumah penduduk di desa ini sudah berarsitektur semi modern dan sebagian besar bersifat permanen (Gambar 22). Saat ini, bentuk rumah asli berupa rumah panggung tidak ditemui lagi di kawasan ini. Rumah panggung, memiliki bentuk denah persegi panjang dalam berbagai ukuran,mulai dari yang terkecil 4 x 3 m2, 6 x 3 m2, 8 x 8m2, 12 x 8m2, dan seterusnya. Ruma h bentuk ini pada awalnya bertujuan untuk menghindari banjir dari Sungai Babak yang melanda


(59)

setiap musim hujan. Kerangka bangunan rumah panggung terbuat dari bambu dan kayu. Dindingnya bermacam- macam sesuai dengan tingkat kemampuan penduduk. Ada yang memakai tembok, papan, anyaman bambu, dan lain- lain. Begitu pula dengan bahan lantainya digunakan bemacam- macam sesuai tingkat kemampuan penduduk, seperti ; tanah, semen, dan papan (Tim Penyusun Monografi Daerah NTB 1977). Bentuk tradisional yang masih bisa dijumpai di kawasan ini hanya beruga yang terdapat di depan rumah. Fungsi awal dari beruga ini adalah tempat berkumpulnya keluarga, dan tempat untuk menerima tamu.

Gambar 22. Bentuk Rumah Semi Tradisional yang Ada pada Tapak

Dapat diketahui tata letak pola permukiman yang terbentuk tidak memiliki arti khusus mengacu pada adat istiadat. Sehingga penataan tapak untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata budaya dapat dilakukan selama sesuai dengan batas-batas penggunaan lahan kepemilikan tiap penduduk. Bentuk arsitektur rumah asli dapat menjadi potensi untuk pengembangan perencanaan yang dapat digunakan dalam bentuk desain bangunan artshop dan shelter.

Kependudukan 1. Kelas Gender

Berdasarkan data yang diperoleh dari Balai Pusat Statistik NTB tahun 2003, jumlah penduduk Desa Banyumulek adalah 8.404 jiwa (2630 KK); 4.141 jiwa penduduk laki- laki (49.3%) dan 4.263 jiwa penduduk perempuan (50.7%), yang mendiami 10 dusun di Desa Banyumulek. Berikut ini dapat dilihat data 5 dusun


(60)

pusat penghasil gerabah mencakup nama dusun dan jumlah KK yang akan menjadi inti tapak perencanaan (Gambar 23 ).

Gambar 23. Jumlah Kepala Keluarga di 5 Dusun Pusat Penghasil Gerabah

Dusun Banyumulek Barat yang merupakan dusun lama, memiliki jumlah KK yang paling besar yaitu 579 KK. Banyaknya jumlah KK di dusun ini, berimplikasi pada banyaknya jumlah pengrajin yang ada di dusun ini. Hal ini merupakan suatu potensi, sehingga dusun ini dapat menjadi dusun inti kegiatan wisata budaya yang akan dikembangkan, yaitu dengan menjad i pusat pertunjukan pembuatan gerabah. Sehingga dengan jumlah pengrajin yang besar, atraksi kebudayaan yang ditampilkan juga semakin lengkap dan menarik.

2. Kelas Usia

Ditinjau dari kelas usia, penduduk Desa Banyumulek kebanyakan berada pada kelas usia muda, yaitu dari 10-29. Data selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 24 berikut ini.

Gambar 24. Jumlah Penduduk berdasarkan Kelas Usia di Desa Banyumulek

0 500 1000 1500

0-4thn 5-9thn

10-14thn15-19thn20-24thn25-29thn30-34thn35-39thn40-44thn45-49thn50-54thn55-59thn60-64thn65-69thn

Kelas Usia

Jumlah

0 100 200 300 400 500 600 700

Banyumulek TimurBanyumulek Barat

Pengodongan Muhajirin

Gubuk baru

Nama Dusun


(1)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Desa Banyumulek merupakan desa berbasis industri kerajinan dengan komoditas utama gerabah yang berpotensi untuk dijadikan kawasan wisata budaya. Untuk mengakomodasi keinginan dan kepuasan wisatawan, dilakukan penataan ruang yang terbagi menjadi dua ruang utama, yaitu ; ruang wisata budaya dan non wisata budaya. Ruang wisata budaya terdiri atas beberapa sub-ruang, yaitu ; ruang intensif, semi intensif, dan ekstensif yang dibagi berdasarkan tingkat intensitas penggunaannya. Ruang non wisata budaya merupakan ruang pendukung bagi kegiatan wisa ta budaya yang terbagi menjadi beberapa sub-ruang, yaitu ; ruang penerimaan, pelayanan, transisi, dan kehidupan masyarakat.

Selain itu, untuk menghindari ketidakteraturan yang dapat mengurangi tingkat kenyamanan wisatawan, dibuat pemisahan jalur sirkulasi antara wisata dan masyarakat. Berdasarkan penggunaannya, jalur sirkulasi wisata d ibagi dua, yaitu ; jalur sirkulasi primer dan sekunder. Jalur sirkulasi wisata primer berupa jalur cidomo, sedangkan jalur sirkulasi sekunder berupa jalan setapak untuk pejalan kaki. Jalur sirkulasi untuk masyarakat juga terbagi dua, yaitu ; jalur sirkulasi primer dan sekunder, dimana jalur sirkulasi primer berupa jalur untuk proses produksi dan sirkulasi sekunder berupa jalan setapak untuk kebutuhan masyarakat. Alokasi ruang untuk wisata budaya sebesar 67% dan untuk ruang non wisata budaya 33%.

Perencanaan lanskap kawasan sebagai kawasan wisata budaya, selain untuk mengakomodasi keinginan wisatawan, juga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan penduduknya dan melestarikan lingkungan sekitarnya. Perhitungan daya dukung kawasan merupakan bentuk untuk menjaga kelestarian dan memberikan kenyamanan terhadap wisatawan. Dengan menghitung standar kebutuhan rata -rata individu dalam melakukan aktivitas, diperoleh daya dukung kawasan sebesar 1928 orang/kunjungan.


(2)

Saran

1. Hasil studi perencanaan sebagai kawasan wisata budaya dapat dilanjutkan dengan perencanaan detail yang diharapkan dapat tetap mempertahankan nilai- nilai budaya.

2. Perlu dilakukan pelatihan bagi pengrajin dalam rangka meningkatkan kualitas produk gerabah.

3. Pengelolaan kawasan tetap mengikutsertakan masyarakat secara aktif dan peran serta pemerintah diperlukan untuk keberlanjutan kawasan wisata budaya.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. 2000. Atlas Sumberdaya Tanah Eksplorasi Indonesia 1 : 1.000.000. Departemen Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi. 2003. Atlas Sumberdaya Iklim Pertanian Indonesia 1 : 1000.000. Departemen Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat.

Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara Barat. 2003. Kecamatan Kediri dalam Angka. Kediri In Figures. Badan Pusat Satistik Kabupaten Lombok Barat.

Badan Meteorologi dan Geofisika. 1998-2005. Stasiun Klimatologi Kediri-NTB.

Brooks, R. G. 1988. Site Planning. Environment, Process, and Development. Prentice Hall Career and Technology. New Jersey.

Brunn, M. 1995. Landscape As a Resource for Leisure : Threatened By Exploitation or By Exclusion? Proceedings of th 32n d IFLA World Congress; 21-24 Oktober 1995; Bangkok, Thailand.

Douglass, R. W. 1992. Forest Recreation. Pergamon Press. New York. 326p

Gold, S. M. 1980. Recreation Planning and Design. McGraw-Hill Book Co. New York. 322p.

Gunn, C. A. 1994. Tourism Planning : Basics, Concepts, Cases, 3rd ed. United States of America.

Hardjowigeno, S, et al. 1994. Evaluasi Lahan untuk Daerah Pemukiman. Cent. Soil Agroclim. Res. Bogor. 29 hal.

Harris, C. W. dan N. T. Dines. 1988. Time-Saver Standards for Landscape Architecture. Design and Construction Data. Mc Graw-Hill, Inc. New York.

Herjito, D. dan D. Djojoprawiro. 1985. Fisika Tanah Dasar. Bagian Konservasi Tanahdan Air. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Jayadinata, J. 1998. Pembangunan Desa dalam Perencanaan. Jurusan Teknik Planologi. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan. ITB. Bandung.

Kamardi. 2003. Kelembagaan Adat dalam Masyarakat Desa. http://www.accu.or.jp./stats/idn/idn3.htm [ 4 Maret 2005].


(4)

Laurie, M. 1984. Pengantar kepada Arsitektur Pertamanaan (terjemahan oleh Aris K. Onggodiputro). Judul Asli : An Introduction to Landscape Architecture. Intermatra. Bandung

Marbun, B. 1994. Kota Indonesia Masa Depan, Masalah dan Prospek. Penerbit. Erlangga. Jakarta. Hlm:130-131.

Melnick, R. Z. 1983. Protecting Rural Cultural Landscapes : Finding Value in the Countryside. Landscape J. 2(2).

Nurisjah, S dan Q. Pramukanto. 1995. Perencanaan Lanskap (Penuntun Praktikum). Program Studi Arsitektur Pertamanan. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Istitut Pertanian Bogor. 59 hal.

Nurisjah, S. 2004. Penuntun Praktikum Perencanaan Lanskap. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Soebagjo, R. G. 1996. Anatomi Pariwisata. Gramedia. Jakarta. 320 hal.

Spillane, J. J. 1995. Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan Prospeknya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 50 hal.

Suwantoro, G. 1997. Dasar-Dasar Pariwisata. Andi. Yogyakarta. 108 hal.

Tim Penyusun Monografi Daerah Nusa Tenggara Barat. 1977. Monografi Daerah Nusa Tenggara Barat. Proyek Pengembangan Media Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Jakarta.

Tishler, W. H. 1982. Historical Landscapes : An International Preservation Perspective. Landscape Plan. 9-91-103.

Widiastuti, A dan J. Prayitno. 1984. Gerabah Banyumulek. Koleksi Museum Negeri Nusa Tenggara Barat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Kebudayaan Museum Negeri Nusa Tenggara Barat.

Yoeti, O. A. 1997. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Pradnya Pramitra. Jakarta.


(5)

(6)

Tabel 1. Jumlah kepala Keluarga di 5 Dusun Pusat Penghasil Gerabah

Nama Dusun Jumlah KK Peringkat

Banyumulek Timur 285 2

Banyumulek Barat 579 1

Pengodongan 120 5

Muhajirin 260 3

Gubuk Baru 256 4

Tabel 2. Jumlah Penduduk berdasarkan Kelas Usia di Desa Banyumulek Jumlah

Kelas Usia

(jiwa) (%)

0-4 814 9.7

5-9 926 11.0

10-14 1144 13.6

15-19 1104 13.1

20-24 726 8.6

25-29 736 8.8

30-34 659 7.8

35-39 501 6.0

40-44 451 5.4

45-49 409 4.9

50-54 346 4.1

55-59 141 1.7

60-64 171 2.0

65-69 276 3.3

Sumber : Balai Pusat Statistik NTB 2003

Tabel 3. Jumlah Kepala Keluarga berdasarkan Jenis Pekerjaan di Desa Banyumulek

Jenis Pekerjaan Jumlah

(jiwa) (%)

Pertanian 641 24.37

Pertambangan 41 1.56

Industri 921 35.01

Konstruksi 43 1.63

Perdagangan 821 31.22

Angkutan 32 1.22

Jasa 131 4.98

Sumber : Balai Pusat Statistik NTB 2003

Tabel 4. Tingkat Pendidikan dan Jumlah Penduduk

Tingkat Pendidikan Jumlah

(jiwa) %

Tidak sekolah 5316 63.2

SD 1644 19.6

SLTP 986 11.7

SMU 384 4.6

P T 74 0.9