TA : Rancang Bangun Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Property Dengan Menggunakan Analytical Hierarchy Process.

(1)

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

Oleh:

Nama : Eko Prasetiono

NIM : 00.41010.0156

Program : S1 (Strata Satu)

Jurusan : Sistem Informasi

SEKOLAH TINGGI

MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA


(2)

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

SKRIPSI

Diajukan sebagai syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana Komputer

Oleh:

Nama : Eko Prasetiono

NIM : 00.41010.0156

Program : S1 (Strata Satu)

Jurusan : Sistem Informasi

SEKOLAH TINGGI

MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA


(3)

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

Telah diperiksa, diuji dan disetujui

Surabaya, Februari 2005

Disetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Sulis Janu Hartati, M.T Titik Lusiani, M.Kom

NIP/NID 07.085.03.00458 NIP/NID 07.085.05.01422 Mengetahui:

Wakil Ketua Bidang Akademik

Drs. Antok Supriyanto, M.MT NIP/NID 07.085.05.00455


(4)

Banyak orang sukses yang menemukan peluang di dalam kegagalan dan kesengsaraan …… yang tidak mereka kenali


(5)

Ku persembahkan kepada Bapak dan Ibu tercinta Adik - Adik tersayang Semua orang yang terkasih


(6)

ABSTRAKSI ………...……….. v

KATA PENGANTAR ……….... vi

DAFTAR ISI ………... viii

DAFTAR TABEL ………...……….. x

DAFTAR GAMBAR ……….. xi

DAFTAR LAMPIRAN ………... xiv

BAB I PENDAHULUAN ………...……….. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ………...…………... 1

1.2 Perumusan Masalah ………...…….…... 2

1.3 Pembatasan Masalah ………...……... 2

1.4 Tujuan ………...………... 3

1.5 Sistematika Penulisan ………... 3

BAB II LANDASAN TEORI ………...……... 5

2.1 Sistem Informasi…………...…... 5

2.2 Konsep Dasar Sistem..……...………... 5

2.3 Sistem Pendukung Keputusan... 6

2.4 Perumahan dan Pengembang... 8

2.5 Analytical Hierarchy Process... 9

2.6 Analisa Spasial... 14

2.7 Sistem Flow... 15

2.8 Data Flow Diagram... 17


(7)

2.10 MapInfo Professional... 21

BAB III PERANCANGAN SISTEM………...………...………... 22

3.1 Analisa Sistem ...………...……... 22

3.2 Desain Sistem...………...………... 25

3.3 Data Flow Diagram...……...…………...……... 26

3.4 Entity Relationship Diagram..………...…... 30

3.5 Struktur Database..………...…... 32

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI………...…………... 37

4.1 Implementasi……. ……….. ………... 37

4.2 Evaluasi……….…... 61

BAB V PENUTUP ………... 69

5.1 Kesimpulan ………... 69

5.2 Saran ………... 69

DAFTAR PUSTAKA ………... 71

LAMPIRAN ……….. 72


(8)

1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut Sri Susanti Boediono (2003) dalam penelitian tugas akhirnya menjelaskan bahwa seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk, kebutuhan untuk memiliki rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang sangat penting. Berbagai cara telah dilakukan orang untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut, antara lain dengan cara membangun rumah sendiri atau membeli rumah dari pihak lain. Setiap perumahan dikembangkan dengan dilengkapi berbagai fasilitas yang bervariasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang memiliki kriteria pemilihan rumah yang beragam.

Dalam menentukan pilihan rumah, user akan mendapatkan masalah apabila hanya tersedia satu pilihan rumah saja yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria pemilihan rumah tersebut antara lain tipe rumah, fasilitas, harga rumah, lokasi rumah dan jenis pembayaran.

Masalah di atas dapat diselesaikan dengan menggunakan metode

Analytical Hierarchy Process untuk membantu user dalam mengambil suatu

keputusan. Metode Analytical Hierarchy Process sering digunakan dalam

menyelesaikan masalah, misalnya masalah pemilihan sekolah yang dilakukan sendiri oleh Prof. T.L. Saaty, untuk membantu anaknya dalam menentukan perguruan tinggi apa yang akan dimasukinya setelah lulus dari sekolah menengah atas. Untuk membantu menemukan jalan keluar maka Prof. T. L. Saaty memutuskan untuk membuat suatu hirarki sederhana yang terdiri dari tiga level


(9)

yaitu goal, kriteria dan alternatif. Responden dari hirarki ini tidak lain adalah sang anak sendiri karena ia memenuhi kriteria expert untuk masalah ini yaitu orang yang mengerti benar permasalahannya dan punya kepentingan akan masalah tersebut. Sebelum mengisi hirarki ini, terlebih dahulu ia sudah mengadakan pengamatan terhadap masing-masing calon sekolah yang akan dimasukinya (Permadi, 1992:54).

Dengan adanya Sistem Pendukung Keputusan yang menggunakan

metode Analytical Hierarchy Process maka diharapkan dapat mempercepat dan

mempermudah user dalam mengambil keputusan untuk memilih rumah sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan serta mendapatkan informasi mengenai lokasi rumah dalam bentuk peta digital.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalahnya yaitu “Bagaimana membuat sistem yang dapat memudahkan user dalam mengambil suatu keputusan untuk memilih rumah yang sesuai dengan kriteria-kriteria dan alternatif yang telah ditetapkan”.

1.3 Pembatasan Masalah

Batasan masalah dalam sistem ini adalah sebagai berikut:

1. Informasi yang diolah hanya sebatas data perumahan yang berada dikawasan

Surabaya.

2. Teknik pengambilan keputusan yang dipergunakan dalam Sistem Pendukung

Keputusan ini adalah Analytical Hierarchy Process. Kriteria yang digunakan adalah tipe rumah, fasilitas, harga rumah, lokasi rumah dan jenis pembayaran.


(10)

3. Pemetaan lokasi perumahan menggunakan Sistem Informasi Geografis secara sederhana.

4. Sistem ini digunakan oleh orang yang telah memenuhi kriteria expert

khususnya dalam bidang perumahan.

5. Sistem ini tidak menangani masalah transaksi pemesanan atau pembelian

suatu rumah, transaksi tersebut dilakukan secara langsung pada masing-masing pengembang.

6. Pada sistem ini, aplikasi program menggunakan Microsoft Visual Basic 6.0,

sedangkan aplikasi grafiknya menggunakan MapInfo Professional 7.5.

1.4 Tujuan

Tujuan dari pembuatan Sistem Pendukung Keputusan ini adalah membuat suatu sistem yang dapat menentukan pengambilan keputusan untuk memilih rumah berdasarkan kriteria dan alternatif yang telah ditetapkan, beserta informasi lokasi rumah dalam bentuk peta.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada laporan ini adalah sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan secara garis besar tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan dan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan secara singkat dasar-dasar teori yang digunakan dalam membantu memecahkan permasalahan.


(11)

BAB III : PERANCANGAN SISTEM

Bab ini berisi penjelasan tentang analisa sistem dan perancangan

sistem yang dijabarkan dengan menggunakan Data Flow Diagram

(DFD) dan Entity Relationship Diagram (ERD). BAB IV : IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Bab ini berisi penjelasan tentang implementasi dan evaluasi sistem yang dibuat apakah telah sesuai yang diharapkan.

BAB V : PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang diambil sesuai dengan hasil pembahasan.


(12)

2.1 Sistem Informasi

Sistem Informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mengintegrasikan bermacam-macam data dengan menyusun, menyimpan, memperbaharui atau merubah, memanipulasi dan diolah untuk menghasilkan informasi yang berguna bagi pengunanya.

Dengan menggunakan Sistem Informasi, para pengguna memperoleh keuntungan, diantaranya adalah:

1. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja. 2. Dokumentasi atau penyimpanan data lebih teratur.

3. Mengendalikan sistem dengan lebih mudah.

2.2 Konsep Dasar Sistem

Sistem informasi adalah sekumpulan elemen yang saling terkait dan bertanggungjawab memproses masukan sehingga menghasilkan keluaran. Elemen-elemen dari sistem informasi adalah:

1. Tujuan merupakan tujuan dari sistem tersebut yang dapat berupa tujuan usaha, kebutuhan masalah, serta prosedur pencapaian tujuan.

2. Batasan merupakan batasan-batasan yang ada dalam mencapai tujuan dari

sistem, dapat berupa peraturan, biaya, personil, dan peralatan.

3. Kontrol merupakan pengawas dari pelaksanaan pencapaian tujuan sistem yang

dapat berupa kontrol masukan data, pengeluaran data dan pengoperasian.


(13)

4. Input merupakan bagian dari sistem yang bertugas menerima data masukan, frekuensi pemasukan dan jenis pemasukan data.

5. Proses merupakan bagian yang memproses data menjadi informasi sesuai

dengan keinginan penerima, berupa klasifikasi, peringkasan dan pencarian.

6. Umpan balik dapat berupa perbaikan dan pemeliharaan (Daihani, 2001:10).

2.3 Sistem Pendukung Keputusan

Dalam mempercepat dan mempermudah proses pengambilan keputusan diperlukan suatu bentuk Sistem Pendukung Keputusan. Tujuannya adalah untuk membantu pengambil keputusan memilih berbagai alternatif keputusan yang merupakan hasil pengolahan informasi-informasi yang diperoleh dengan menggunakan model-model pengambilan keputusan. Ciri utama, sekaligus keunggulan dari Sistem Pendukung Keputusan tersebut adalah kemampuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang tidak terstruktur.

Pada dasarnya Sistem Pendukung Keputusan ini merupakan

pengembangan lebih lanjut dari Sistem Informasi Manajemen terkomputerisasi, yang dirancang sedemikian rupa sehingga bersifat interaktif dengan pemakainya. Sifat interaktif ini dimaksudkan untuk memudahkan integrasi antara berbagai komponen dalam proses pengambilan keputusan, seperti prosedur, kebijakan, teknik analisis, serta pengalaman dan wawasan manajerial guna membentuk suatu kerangka keputusan yang bersifat fleksibel.

Sistem Pendukung Keputusan dirancang secara khusus untuk mendukung seseorang yang harus mengambil keputusan-keputusan tertentu. Berikut ini adalah uraian atas beberapa karakteristik Sistem Pendukung Keputusan, yaitu:


(14)

1. Kapabilitas interaktif; Sistem Pendukung Keputusan memberi pengambilan keputusan akses cepat ke data dan informasi yang dibutuhkan.

2. Fleksibilitas; Sistem Pendukung Keputusan dapat menunjang para manajer pembuat keputusan diberbagai bidang fungsional (keuangan, pemasaran, operasi produksi, dan lain-lain).

3. Kemampuan mengintegrasikan model; Sistem Pendukung Keputusan memungkinkan para pembuat keputusan berinteraksi dengan model-model, termasuk memanipulasi model-model tersebut sesuai dengan kebutuhan. 4. Fleksibilitas output; Sistem Pendukung Keputusan mendukung para pembuat

keputusan dengan menyediakan berbagai macam output, termasuk kemampuan grafik menyeluruh atas pertanyaan-pertanyaan pengandaian (Suryadi, 1998:6).

Gambar Arsitektur Sistem Pendukung Keputusan dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut:

Gambar 2.1 Arsitektur SPK (Levin et. al., 1995) Sumber-sumber data

eksternal bagi perusahaan

Pembaharuan,sintesis,dan revisi Ilmu Manajemen atau

Operation research

Sumber-sumber data internal : -akuntansi -personalia -keuangan -pemasaran -operasi -produksi

Basis Data Bagi SPK

Model dasar Ilmu Manajemen/Operation

Research untuk menunjang keputusan

Analisis data Analisis data

Pengambaran dukungan keputusan dan kontrolnya


(15)

2.4 Perumahan dan Pengembang

Rumah merupakan tempat tinggal yang sangat dibutuhkan oleh manusia yang digunakan sebagai tempat berteduh, tidur dan melakukan aktivitas lainnya. Rumah banyak macamnya, dari rumah kampung, perumahan maupun rumah dalam bentuk apartemen. Di era yang serba cepat ini kebutuhan akan perumahan berkembang pesat oleh karena itu para pengembang berlomba-lomba membangun lingkungan perumahan sebagai tempat tinggal yang ideal dengan masyarakat.

Perumahan adalah tempat tinggal atau lingkungan hunian yang mempunyai batasan-batasan dan ukuran yang jelas dengan penataan tanah dan ruang, prasarana serta lingkungan yang terstruktur pada kawasan perumahan dan pemukiman dengan lingkungan hunian yang berimbang. Lingkungan hunian yang berimbang adalah lingkungan perumahan yang meliputi rumah sederhana, rumah sangat sederhana, rumah menengah dan rumah mewah atau dengan perbandingan tertentu sehingga dapat menampung secara serasi berbagai kelompok masyarakat. Rumah terdiri dari berbagai macam sebagai berikut:

1. Rumah sederhana

Adalah rumah tidak bersusun dengan luas lantai bangunan yang tidak lebih dari 70 m2 yang dibangun di atas tanah dengan luas kavling 54 m2 sampai dengan 200 m2.

2. Rumah sangat sederhana

Adalah rumah tidak bersusun dengan luas lantai bangunan 21 m2 sampai

dengan 36 m2 dan sekurang-kurangnya memiliki kamar mandi dengan WC,

dan ruang serba guna dengan biaya pembangunan per m2 sekitar setengah dari biaya pembangunan per m2 tertinggi untuk rumah sederhana.


(16)

3. Rumah menengah

Adalah rumah tidak bersusun yang dibangun di atas tanah dengan luas kavling 54 m2 sampai dengan 60 m2.

4. Rumah mewah

Adalah rumah tidak bersusun yang dibangun di atas tanah dengan luas kavling 54 m2 sampai dengan 2000 m2.

5. Kavling siap bagian

Adalah lahan tanah yang terencana, yang luasnya 54 m2 sampai 72 m2 dalam suatu lingkungan perumahan dengan prasarana lingkungan berupa jalan serta dilengkapi dengan fasilitas umum dan fasilitas sosial berupa jaringan listrik, air bersih, MCK (mandi, cuci, kakus) untuk umum, tempat bermain dan swalayan.

Pengembang adalah perusahaan pembangunan perumahan, baik koperasi, Badan Umum Milik Negara (BUMN), Badan Umum Milik Daerah (BUMD) maupun badan usaha swasta yang menyelenggarakan pembangunan perumahan dan pemukiman yang berimbang.

2.5 Analytical Hierarchy Process

Proses pengambilan keputusan pada dasarnya adalah memilih suatu alternatif. Peralatan utama Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Dengan hirarki, suatu masalah kompleks dan tidak terstruktur dipecahkan ke dalam kelompok-kelompoknya. Kemudian kelompok-kelompok tersebut diatur menjadi suatu bentuk hirarki (Permadi, 1992:5).


(17)

Model AHP pendekatannya hampir identik dengan model perilaku politis, yaitu merupakan model keputusan (individual) dengan menggunakan pendekatan kolektif dari proses pengambilan keputusannya.

Model AHP yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, dapat memecahkan masalah yang kompleks dimana aspek atau kriteria yang diambil cukup banyak. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa model-model lainnya ikut dipertimbangkan pada saat proses pengambilan keputusan dengan pendekatan AHP, khususnya dalam memahami para pengambil keputusan individual pada saat proses penerapan pendekatan ini. Kelebihan dari metode AHP adalah sebagai berikut:

1. Mampu memberikan dukungan pengambilan keputusan pada permasalahan

yang multi-kriteria dan multi-alternatif.

2. Memberikan dukungan pengambilan keputusan secara menyeluruh dengan

memperhitungkan data kualitatif dan kuantitatif.

3. Bersifat fleksibel yaitu menangkap beberapa tujuan dan kriteria sekaligus dalam sebuah model/hierarki.

4. Inputan utamanya berupa data kualitatif yaitu persepsi manusia yang dianggap sebagai expert.

5. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih sampai pada sub-sub kriteria yang paling dalam.

6. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi

berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan.

7. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas


(18)

Sedangkan kelemahan dari metode AHP adalah sebagai berikut:

1. Karena inputan utamanya berupa persepsi manusia (seorang expert) akan

membuat hasil akhir dari model menjadi tidak ada artinya apabila seorang

expert tersebut memberikan penilaian yang keliru.

2. Belum adanya kriteria dan batasan tegas dari seorang expert.

3. Pengambil keputusan yang terbiasa dengan model kuantitatif menganggap

AHP adalah model sederhana sehingga tidak cocok dalam pengambilan keputusan, karena mereka beranggapan bahwa semakin rumit model dan semakin banyak perhitungannya semakin tinggi keakuratan model tersebut (Permadi, 1992:6).

Metode AHP adalah suatu model pengambilan keputusan yang komprehensif karena memperhitungkan hal-hal kuantitatif dan kualitatif sekaligus. Langkah-langkah dalam metode AHP adalah sebagai berikut:

1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.

2. Membuat dengan subtujuan-subtujuan, kriteria dan kemungkinan

alternatif-alternatif pada tingkatan kriteria yang paling bawah.

3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi

relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya.

4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh hasil matrik

perbandingannya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan.


(19)

5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi.

6. Mengulangi langkah 3,4, dan 5 untuk seluruh tingkat hierarki.

7. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai

vektor eigen merupakan bobot setiap elemen.

8. Memeriksa konsistensi hirarki. Jika nilainya lebih dari 10 persen maka

penilaian hasil matrik perbandingannya harus diperbaiki (Suryadi, 1998:132). Gambar Arsitektur Analytical Hierarchy Process dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut:

Gambar 2.2 Arsitektur Analytical Hierarchy Process

Proses yang paling mudah dalam mengestimasi besaran sederhana adalah membandingkan dua hal dengan keakuratan perbandingan. Untuk itu Saaty (1980) menetapkan skala kuantitatif 1 sampai dengan 9 untuk menilai perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen terhadap elemen lain, yang digambarkan pada tabel 2.1 berikut:

Goal

Kriteria

Alternatif

Goal

C1 C2 C3

A1 A1 A1

A2 A2 A2

A3 A3 A3

C1.1 C1.2 C1.3 C2.1 C2.2 C2.3 C3.1 C3.2 C3.3


(20)

Tabel 2.1 Skala Banding Berpasang Intensitas

Skala Definisi Keterangan

1 Kedua elemen sama pentingnya.

Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besarnya terhadap tujuan.

3

Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lain

Pengalaman dan penilaian sedikit mendukung satu elemen

dibandingkan elemen lainnya.

5 Elemen yang satu lebih penting

daripada elemen lainnya.

Pengalaman dan penilaian sangat kuat mendukung satu elemen dibandingkan elemen lainnya. 7

Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen yang lainnya.

Satu elemen dengan kuat didukung, dan dominan terlihat dalam praktek.

9

Satu elemen mutlak lebih penting daripada elemen yang lainnya.

Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi dan mungkin juga menguatkan.

2,4,6,8 Nilai – nilai antara dua elemen pertimbangan yang berdekatan

Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara dua pilihan. Kebalikan

Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikan bila dibandingkan dengan nilai i

Konsistensi merupakan suatu jenis pengukuran yang tidak dapat terjadi begitu saja atau mempunyai syarat tertentu yang harus dipenuhi. Misalkan pada suatu matrik perbandingan yang memiliki 3 ( tiga ) buah unsur, yaitu i, j dan k dimana setiap perbandingannya dinyatakan dengan a, dikatakan konsisten apabila memenuhi hubungan kardinal sebagai berikut:

aij . ajk = aik

dan memenuhi hubungan ordinal sebagai berikut:


(21)

Setiap angka dalam matrik perbandingan pada dasarnya adalah sebuah rasio, oleh sebab itu angka yang timbul didasarkan atas sebuah perbandingan anatara 2 (dua) elemen. Misal angka 5 yang muncul, maka perbandingannya adalah 5/1. Dengan dasar tersebut maka dapat dijelaskan bahwa:

aij = wi / wj i , j = 1 .. n

Karena itu,

aij . ajk = ( wi / wj ) . ( wj / wk ) = wi / wk = aik

dan juga dapat dibuktikan bahwa:

aji = ( wj / wi ) = 1 / ( wi / wj ) = 1 / aij

AHP mengharuskan rasio-rasio yang muncul dalam matrik perbandingan, baik perbandingan kriteria maupun alternatif harus konsisten. Konsistensi matrik perbandingan dalam AHP diperiksa dengan mempergunakan rumus-rumus di atas.

2.6 Analisa Spasial

Kekuatan Sistem Informasi Geografis sebenarnya terletak pada kemampuannya untuk menganalisis dan mengolah data dengan volume yang besar. Pengetahuan mengenai bagaimana cara mengekstrak data dan bagaimana menggunakannya merupakan kunci analisis di dalam Sistem Informasi Geografis. Kemampuan analisis berdasarkan aspek spasial yang dapat dilakukan oleh Sistem Informasi Geografis antara lain:

1. Klasifikasi, yaitu mengelompokkan data spasial menjadi data spasial yang baru. Contohnya adalah mengklasifikasikan tata guna lahan untuk pemukiman, pertanian, perkebunan ataupun hutan berdasarkan analisis data kemiringan atau data ketinggian.


(22)

2. Overlay, yaitu menganalisis dan mengintegrasikan dua atau lebih data spasial yang berbeda, misalnya menganalisis daerah rawan erosi dengan meng-overlay-kan data ketinggian, jenis tanah dan kadar air.

3. Networking, yaitu analisis yang bertitik tolak pada jaringan yang terdiri dari garis-garis dan titik-titik yang saling terhubung. Analisis ini sering dipakai dalam berbagai bidang, misalnya sistem jaringan telepon, kabel listrik, pipa minyak, air minum atau saluran pembangunan.

4. Buffering, yaitu analisis yang akan menghasilkan buffer/penyangga yang bisa berbentuk lingkaran atau poligon yang melengkapi suatu obyek sebagai pusatnya, sehingga kita bisa mengetahui berapa parameter obyek dan luas wilayahnya.

5. Analisis 3 Dimensi, yaitu analisis yang sering digunakan untuk memudahkan pemahaman, karena data divisualisasikan dalam 3 dimensi. Contoh penggunaannya adalah untuk menganalisis daerah yang terkena aliran lava (Yousman, 2004:17).

2.7 Sistem Flow

Merupakan suatu bagan alir yang digunakan untuk menunjukkan arus pekerjaan suatu proses secara menyeluruh dari bagian sistem dimana bagian ini

menjelaskan urutan prosedur yang ada dalam sistem. Simbol-simbol untuk sistem

flow adalah sebagai berikut:

a. Proses


(23)

b. Input-Output

Simbol ini digunakan sebagai operasi input-output.

c. Connector

Simbol ini digunakan sebagai penghubung di dalam satu halaman.

d. Kartu

Simbol ini digunakan sebagai sumber inputan berupa kartu.

e. Magnetic tape

Simbol ini digunakan sebagai sumber inputan berupa magnetic tape. f. Disk

Simbol ini digunakan sebagai sumber inputan berupa disk.

g. Dokumen


(24)

2.8 Data Flow Diagram

Menurut Jogiyanto (1999:700) Data Flow Diagram adalah diagram yang

digunakan untuk menggambarkan sistem yang telah ada atau sistem baru yang akan dikembangkan secara logika tanpa mempertimbangkan lingkungan fisik dimana data tersebut mengalir (misalnya: telepon, surat, dan sebagainya) atau data tersebut akan disimpan (misalnya: file kartu, microfiche, hardisk, dan tape).

Keuntungan menggunakan Data Flow Diagram adalah memudahkan

pemakai yang kurang menguasai bidang komputer untuk mengerti sistem yang akan dikerjakan atau dikembangkan. Simbol-simbol yang digunakan dapat dilihat pada gambar 2.3 sebagai berikut:

Gambar 2.3 Simbol Data Flow Diagram

Keterangan:

a. Sumber Data; Kesatuan di luar sistem yang dapat berupa orang, organisasi atau sistem lain yang akan memberikan input atau output dari sistem.

b. Proses; Kegiatan yang dilakukan oleh organisasi, mesin, atau komputer dari hasil suatu arus data yang masuk ke dalam proses untuk menghasilkan arus data yang keluar dari proses.

Sumber data

Proses

Penyimpanan data


(25)

c. Penyimpanan Data; Penyimpanan data yang berupa file atau database dalam sistem komputer.

d. Aliran Data; Aliran data yang dapat berupa masukan untuk proses atau keluaran dari proses.

Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian lebih tentang Data Flow

Diagram adalah sebagai berikut:

1. Antara sumber data tidak boleh langsung saling berhubungan.

2. Diperbolehkan untuk mengambil sumber data yang sama, dengan tujuan untuk

menyederhanakan permodelan.

3. Hindari dialog-dialog yang tidak perlu dalam Data Flow Diagram.

2.9 Entity Relationship Diagram

Entity Relationship Diagram adalah gambaran pada sistem dimana

didalamnya terdapat hubungan antara entity dengan relasi. Setiap entity

mempunyai atribut yang merupakan ciri dari entity itu sendiri. Relasi adalah

hubungan antar entity yang berfungsi sebagai hubungan yang mewujudkan

pemetaan antar entity.

1. Entity; Entity merupakan individu yang mewakili sesuatu yang nyata

eksistensinya dan dapat dibedakan dengan yang lainnya. Sekumpulan entity

yang sama atau sejenis yang terdapat di dalam lingkup yang sama akan membentuk sekumpulan entity.

2. Atribut; Setiap entity memiliki atribut yang akan mendeskripsikan karakteristik dari entity yang bersangkutan. Penentuan atau pemilihan atribut

yang relevan bagi suatu entity merupakan hal penting di dalam pembentukan


(26)

3. Relasi; Relasi menunjukkan adanya hubungan atau keterkaitan antara suatu

entity dengan entity lain yang berbeda. Jika relasinya banyak, maka kumpulan semua relasi yang ada diantara entity yang terdapat pada sekumpulan entity- sekumpulan entity yang berbeda akan membentuk sekumpulan relasi.

4. Tingkat Relasi; Tingkat relasi menunjukkan adanya batas jumlah maksimum

entity yang dapat berelasi dengan entity yang terdapat pada sekumpulan entity

yang berbeda.

Beberapa tingkatan relasi yang terdapat pada sekumpulan entity adalah: 1. Satu ke satu (one to one)

Setiap entity pada sekumpulan entity R berhubungan satu (paling banyak)

entity pada entity S. Demikian pula sebaliknya.

Entity Set R

Entity Set S

Entity 1 Entity 1

Entity 2 Entity 2

Entity 3 Entity 3

Entity 4 Entity 4

Tingkat relasi Satu ke Satu 2. Satu ke banyak (one to many)

Setiap entity pada sekumpulan entity R dapat berhubungan dengan lebih dari satu (banyak) entity pada sekumpulan entity S. Tetapi tidak sebaliknya, setiap

entity pada sekumpulan entity S hanya dapat berhubungan dengan satu (paling banyak) entity pada sekumpulan entity R.


(27)

Entity Set R

Entity Set S

Entity 1 Entity 1

Entity 2 Entity 2

Entity 3 Entity 3

Entity 4 Entity 4

Tingkat relasi Satu ke Banyak 3. Banyak ke Satu (many to one)

Setiap entity pada sekumpulan entity R hanya dapat berhubungan dengan satu (paling banyak) entity dari sekumpulan entity S, sementara setiap entity pada

sekumpulan entity S boleh berhubungan dengan banyak entity pada

sekumpulan entity R.

Entity Set R

Entity Set S

Entity 1 Entity 1

Entity 2 Entity 2

Entity 3 Entity 3

Entity 4 Entity 4

Tingkat relasi banyak ke Satu

4. Banyak ke Banyak (many to many)

Setiap entity pada sekumpulan entity R boleh berhubungan dengan banyak

entity dari sekumpulan entity S. Begitu juga sebaliknya, setiap entity pada

sekumpulan entity S boleh berhubungan dengan banyak entity pada


(28)

Entity Set R

Entity Set S

Entity 1 Entity 1

Entity 2 Entity 2

Entity 3 Entity 3

Entity 4 Entity 4

Tingkat relasi banyak ke banyak

2.10 MapInfo Professional

MapInfo Professional merupakan perangkat lunak aplikasi untuk keperluan Sistem Informasi Geografis, dimana memiliki karakteristik yang menarik, mudah digunakan, user friendly, dan memiliki tampilan yang interaktif. Elemen-elemen dasar dari MapInfo Professional adalah sebagai berikut:

1. Icon Menu Control yang digunakan untuk mengontrol jendela MapInfo yang sedang aktif.

2. Title Bar yang berisi nama program aplikasi dan nama file yang sedang aktif. Title Bar (Baris Judul) ini dapat digunakan untuk memindahkan jendela ke posisi lain yang digunakan.

3. Menu Bar yang berisi barisan perintah berupa menu-menu, misalnya menu File, Edit, Tools, Object, Query, Table, Options, Window dan Help.

4. Toolbars yang berisi tombol-tombol yang digunakan untuk menjalankan suatu perintah secara tepat dan mudah, terutama perintah-perintah yang sering digunakan.

5. Status Bar yang berisi tool-tool untuk mengetahui keadaan suatu proses dalam MapInfo (Yousman, 2004:26).


(29)

3.1 Analisa Sistem

Pemilihan rumah merupakan suatu bentuk pengambilan keputusan yang cukup sulit dan perlu diperhitungkan secara tepat, terlebih saat ini banyak terdapat alternatif rumah di beberapa lokasi perumahan dengan berbagai fasilitas yang bervariasi. Hal ini sering membuat user menjadi bingung dalam memutuskan rumah mana yang paling tepat untuk dipilih.

Salah satu cara untuk membantu user dalam memutuskan rumah mana yang paling tepat untuk dipilih adalah mempergunakan suatu Sistem Pendukung Keputusan. Sistem Pendukung Keputusan ini berdasarkan input dari user yang memberikan saran urutan rumah mana yang sebaiknya dipilih berdasarkan inputan yang diterima dan diproses dengan mempergunakan suatu model pengambilan keputusan yang tepat.

Pemilihan rumah merupakan pengambilan keputusan yang memiliki beberapa kriteria dan alternatif yang dapat dipilih. Untuk itu diperlukan suatu model pengambilan keputusan yang tepat sehingga dapat mengakomodasikan semua permasalahan yang bersifat multi-kriteria dan multi-alternatif, dimana model tersebut menggunakan metode Analytical Hierarchy Process.

Selain permasalahan di atas, user juga mengalami kesulitan dalam hal mengetahui lokasi perumahannya. Untuk itu diperlukan suatu aplikasi grafik yang dapat menampilkan informasi lokasi perumahan secara langsung dan tepat, dimana aplikasi grafik tersebut disajikan dalam bentuk peta digital.


(30)

Memperhatikan permasalahan dan alternatif solusi yang cukup baik di atas maka kiranya solusi yang layak dibuat untuk membantu user dalam memilih rumah adalah membuat suatu Sistem Pendukung Keputusan dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process.

3.1.1 Implementasi Analytical Hierarchy Process

Menerapkan rancangan algoritma Analytical Hierarchy Process pada

sebuah perancangan suatu aplikasi Sistem Pendukung Keputusan. Algoritma dari

Analytical Hierarchy Process adalah sebagai berikut:

1. Pembuatan pohon hirarki, seperti pada gambar 3.1 berikut:

Gambar 3.1 Pohon Hirarki Pemilihan Property 2. Rangking dari tiap-tiap kriteria

Dari kriteria yang ada dilakukan perbandingan tingkat elemennya dengan skala antara 1 sampai 9, seperti pada tabel 3.1 berikut:

Memilih Property

Tipe Rumah Fasilitas Harga Rumah

1. Tipe 45 - 80 2. Tipe 81 - 120 3. Tipe 121 - 240 4. Tipe 240 keatas

1. Sarana Ibadah 2. Sekolah 3. Swalayan 4. Sarana OlahRaga

1. Dibawah Rp. 50 juta 2. Rp. 51 juta - Rp. 200 juta 3. Rp. 201 juta - Rp. 500 juta 4. Diatas Rp. 501 juta

Property 1

Lokasi

1. Surabaya Utara 2. Surabaya Timur 3. Surabaya Barat 4. Surabaya Selatan

Pembayaran

1. Tunai 2. Kredit 5 tahun 3. Kredit 10 tahun 4. Kredit 15 tahun


(31)

Tabel 3.1 Kriteria Pemilihan Property

Keterangan Tipe

(a) Fasilitas (b) Harga (c) Lokasi (d) Pembayaran (e)

Tipe (a) a/a a/b a/c a/d a/e

Fasilitas (b) b/a b/b b/c b/d b/e

Harga (c) c/a c/b c/c c/d c/e

Lokasi (d) d/a d/b d/c d/d d/e

Pembayaran (e) e/a e/b e/c e/d e/e

3. Rangking dari prioritas

Dari rangking kriteria yang sudah ada, maka dibuat matriknya untuk dapat dibuat perhitungannya dengan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

a.Kuadratkan matrik kriteria

b.Jumlahkan hasil dari matrik kriteria per barisnya, kemudian jumlah total

dari matrik tersebut dibagi dengan jumlah hasil matrik per barisnya apabila dijumlah lagi totalnya harus mendekati 1,0

c.Hasil dari pembagian tersebut dibuat matrik Contoh dari matrik 3*3 :

1 0,5 3 3 1,75 8 2 1 4 kuadratkan 5,33 3 14

0,33 0,25 1 1,16 0,66 3

Jumlah per baris Dinormalkan

12,7500 0,3194

22,3332 0,5595

4,8333 0,12

39,9165 + 1,0 + Dari matrik kedua dikuadratkan lagi dan didapat:

0,3196

0,5584


(32)

4. Preference

Gambar 3.2 Preference Pemilihan Property 5. Rangking alternatif

Kemudian dicari matrik dari tiap-tiap alternatifnya. Matrik tipe rumah, fasilitas, harga rumah, lokasi rumah dan jenis pembayaran. Hasil dari tiap-tiap matrik tersebut akan dikalikan preferencenya. Rumah yang memiliki nilai tertinggi nantinya akan menjadi alternatif rumah terbaik.

3.2 Desain Sistem

3.2.1 Dokumen Flow pemilihan property dengan AHP

Gambar 3.3 Dokumen Flow Pemilihan Property dengan AHP

Pemilihan Property 1,0 Rumah 1 0,3196 Rumah 2 0,5584 Rumah 3 0,1220

SPK pemilihan property dengan metode AHP

Server User Mulai Input Kriteria Property Pencatatan Kriteria Property Kriteria property Proses Analitycal Hierarchy Process Alternatif Property Input Lokasi Property Proses Query Data Spasial Peta Digital Selesai Data Property Data Wilayah


(33)

Dokumen Flow Pemilihan Property dengan AHP di atas menggambarkan proses Analytical Hierarchy Process dan proses query data spatial dari pengguna Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Property Dengan Menggunakan Metode

Analytical Hierarchy Process.

Pemilihan property seperti terlihat pada gambar 3.3 di atas melibatkan 2 bagian, yaitu user dan server. User menginputkan kriteria property ke dalam

sistem kemudian diproses Analytical Hierarchy Process untuk mendapatkan

beberapa alternatif property. Untuk memperoleh informasi lokasi property, terlebih dahulu user menginputkan data wilayah ke dalam sistem kemudian akan dilakukan proses query data spatial untuk mendapatkan informasi lokasi property berupa peta digital.

3.3 Data Flow Diagram

Setelah proses desain dengan menggunakan dokumen flow, langkah

selanjutnya dalam desain sistem adalah pembuatan Data Flow Diagram yang

merupakan representasi grafik dalam menggambarkan arus data sistem secara terstruktur dan jelas sehingga dapat menjadi sarana dokumentasi sistem yang baik.

3.3.1 Context Diagram

Gambar 3.4 Context Diagram Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan

Property Menggunakan Analytical Hierarchy Process Alternatif Property

Data User

Data Kriteria

Data Wilayah Peta Property

Laporan Bobot Sub KriteriaLaporan Bobot Kriteria Laporan Data User Laporan Data Property

Data Property Bobot Sub Pembayaran

Bobot Sub Lokasi Bobot Sub Harga Rumah

Bobot Sub Tipe Rumah Bobot Sub Fasilitas Bobot Sub Pengembang

Bobot Pembayaran Bobot Lokasi Bobot Fasilitas Bobot Harga Rumah

Bobot Tipe Rumah Bobot Pengembang

Pemakai Pengembang

0

SPK Pemilihan Property


(34)

Context Diagram Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Property Dengan Menggunakan Analytical Hierarchy Process, seperti terlihat pada gambar 3.4 di atas melibatkan 2 buah entity eksternal, yaitu pemakai dan pengembang.

3.3.2 DFD level 0 SPK

Gambar 3.5 DFD Level 0 SPK

Alternatif Property Data Kriteria Data User Peta Property kd_user kode_property

Laporan Data Property Laporan Data User Laporan Bobot Sub Kriteria Laporan Bobot Kriteria

kode_subpembayaran kode_sublokasi kode_subhargarumah kode_subfasilitas kode_subtiperumah kode_subpengembang kode_pembayaran kode_lokasi kode_hargarumah kode_fasilitas kode_tiperumah kode_pengembang Wilayah Data Wilayah Kriteria User kode_property Property Data Property Pembayaran Sub Pembayaran Sub Lokasi Sub Harga Rumah

Sub Fasilitas Sub Tipe Rumah Sub Pengembang Lokasi Harga Rumah Fasilitas Tipe Rumah Pengembang

Bobot Sub Pembayaran Bobot Sub Lokasi Bobot Sub Harga Rumah

Bobot Sub Tipe Rumah Bobot Sub Fasilitas Bobot Sub Pengembang

Bobot PembayaranBobot Lokasi Bobot Harga Rumah Bobot Fasilitas Bobot Tipe Rumah Bobot Pengembang Pengembang Pemakai 1 Proses AHP + 2

Query Data Spatial

+

1 Pengembang 2 Tipe Rumah 3 Fasilitas 4 Harga Rumah 5 Lokasi 6 Pembayaran

7 Sub Pengembang 8 Sub Tipe Rumah 9 Sub Fasilitas 10 Sub Harga Rumah 11 Sub Lokasi 12 Sub Pembayaran

3 Membuat Laporan + 13 Property 14 Kriteria 15 User 16 Wilayah


(35)

DFD Level 0 SPK seperti pada gambar 3.5 di atas menunjukkan bahwa Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Property Dengan Menggunakan

Analytical Hierarchy Process terdiri dari 3 buah proses, yaitu proses AHP, proses

query data spatial dan proses membuat laporan. Proses AHP dipergunakan pemakai untuk menginputkan kriteria property, sehingga diperoleh beberapa

alternatif property. Proses query data spatial dipergunakan pemakai untuk

memperoleh informasi lokasi property berupa peta digital. Sedangkan proses membuat laporan dipergunakan pengembang untuk melihat hasil dari proses

maintenance dan proses perhitungan AHP.

3.3.3 DFD level 1 proses AHP

Gambar 3.6 DFD Level 1 Proses AHP

[Alternatif Property]

[User] [Kriteria]

[Property] [Data Property] [Pengembang]

[T ipe Rumah] [Fasilitas] [Harga Rumah] [Lokasi] [Pembayaran] [Sub Pembayaran] [Sub Lokasi]

[Sub Harga Rumah] [Sub Fasilitas] [Sub T ipe Rumah]

[Sub Pengembang] [Data Kriteria]

[Data User]

[Bobot Sub Lokasi] [Bobot Sub Pembayaran] [Bobot Sub Harga Rumah] [Bobot Sub Fasilitas] [Bobot Sub T ipe Rumah] [Bobot Sub Pengembang] [Bobot Pembayaran]

[Bobot Lokasi] [Bobot Harga Rumah]

[Bobot Fasilitas] [Bobot T ipe Rumah] [Bobot Pengembang]

Pengembang 1 Pengembang

2 T ipe Rumah 3 Fasilitas 4 Harga Rumah

5 Lokasi

7 Sub Pengembang

8 Sub T ipe Rumah 9 Sub Fasilitas 10 Sub Harga Rumah 11 Sub Lokasi

12 Sub Pembayaran 6 Pembayaran 13 Property 15 User 14 Kriteria 1.1 Menentukan Kriteria 1.2 Menentukan Sub Kriteria Pemakai 1.3 Menentukan Alternatif


(36)

Pada gambar 3.6 di atas, proses AHP dikembangkan menjadi 3 (tiga) buah proses, yaitu proses menentukan kriteria, menentukan sub kriteria dan menentukan alternatif. Terlebih dahulu pemakai menginputkan beberapa kriteria dan sub kriteria ke dalam sistem kemudian sistem akan melakukan proses perhitungan AHP sehingga diperoleh beberapa alternatif property.

3.3.4 DFD level 1 proses query data spatial

Gambar 3.7 DFD Level 1 Proses Query Data Spatial

Pada gambar 3.7 di atas, proses Query Data Spatial dikembangkan

menjadi 1 buah proses, yaitu proses data spatial. Pengembang menginputkan data wilayah ke dalam sistem kemudian dilakukan proses data spatial sehingga diperoleh informasi peta property sesuai dengan pilihan user berupa peta digital.

3.3.5 DFD level 1 proses membuat laporan

Pada gambar 3.8 di bawah, proses membuat laporan dikembangkan menjadi 4 buah proses, yaitu laporan data property, laporan data user, laporan bobot kriteria dan laporan bobot sub kriteria. Keempat laporan tersebut dibuat

berdasarkan database sistem sehingga dapat mempermudah pengembang dalam

melihat semua proses maintenance dan perhitungan AHP.

[kode_property] [Peta Property]

[Wilayah] [Data Wilayah] Pemakai

13 Property

Pengembang

16 Wilayah 2.1


(37)

Gambar 3.8 DFD Level 1 Proses Membuat Laporan

3.4 Entity Relationship Diagram

Pada gambar berikut dijelaskan tentang relasi – relasi antar tabel dalam perancangan sebuah Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Property dengan

menggunakan metode Analytical Hierarchy Process, dalam bentuk Conseptual

Data Model (CDM) pada gambar 3.9 dan Physical Data Model (PDM) pada gambar 3.10.

kode_subpembayaran kode_subl okasi

kode_subhargarumah kode_subfasi l i tas kode_subti perumah

kode_subpengembang kode_pembayaran kode_l okasi

kode_hargarumah kode_fasi l i tas kode_ti perumah

kode_pengembang kd_user

kode_property

Laporan Data Property

Laporan Bobot Kri teri a

Laporan Bobot Sub Kri teri a Laporan Data User

Pengembang

1 Pengembang

2 T i pe Rumah 3 Fasi l i tas 4 Harga Rumah

5 Lokasi

6 Pembayaran

7 Sub Pengembang

8 Sub T i pe Rumah 9 Sub Fasi l i tas 10 Sub Harga Rumah 11 Sub Lokasi

12 Sub Pembayaran

13 Property 15 User 1 Laporan Data Property 2 Laporan Data User 3 Laporan Bobot Kri teri a

4

Laporan Bobot Sub Kri teri a


(38)

Gambar 3.9 Conseptual Data Model

Gambar 3.10 Physical Data Model

KODE_FASILITAS = KODE_FASILITAS KODE_LOKASI = KODE_LOKASI

KODE_TIPERUMAH = KODE_TIPERUMAH

KODE_BAYAR = KODE_BAYAR KODE_HARGARUMAH = KODE_HARGARUMAH

KODE_PROPERTY = KODE_PROPERTY

KODE_PROPERTY = KODE_PROPERTY KODE_PROPERTY = KODE_PROPERTY

KODE_PROPERTY = KODE_PROPERTY KODE_PROPERTY = KODE_PROPERTY

P ROPE RT Y K ODE_P ROP ERT Y NUMBE R(3) NAMA_P ROP ERT Y V ARCHAR2(30) NAMA_P ENGEMBA NG V ARCHAR2(30) FA SILIT AS V ARCHAR2(30) T IPE RUMA H NUMBE R(10 ) HARGA RUMAH NUMBE R(10 )

LOKA SI V ARCHAR2(30)

P EMBA YA RAN V ARCHAR2(30)

B OB OT _FAS ILIT AS K ODE_FA SI LIT A S NUMBE R(3) K ODE_P ROP ERT Y NUMBE R(3) P OINT _FA S ILIT A S NUMBE R(3) B OB OT _T IP E RUMA H

K ODE_T IPE RUMAH NUMBE R(3) K ODE_P ROP ERT Y NUMBE R(3) P OINT _T IPE RUMAH NUMBE R(3)

B OB OT _HA RGA RUMA H K ODE_HARGARUMAH NUMBE R(3) K ODE_P ROP ERT Y NUMBE R(3) P OINT _HARGARUMAH NUMBE R(3)

B OB OT _LOK A SI K ODE_LOKA S I NUMBE R(3) K ODE_P ROP ERT Y NUMBE R(3) P OINT _LOK AS I NUMBE R(3)

B OB OT _PE MBA YA RA N K ODE_B AY A R NUMBE R(3) K ODE_P ROP ERT Y NUMBE R(3) P OINT _B AY A R NUMBE R(3) B OB OT _SUB _PE MB AY A RA N K ODE_B AY A R NUMBE R(3) B AY AR1 NUMBE R(3) B AY AR2 NUMBE R(3) B AY AR3 NUMBE R(3) B AY AR4 NUMBE R(3) B OB OT _SUB _HA RGARUMA H

K ODE_HARGARUMAH NUMBE R(3) HARGA RUMAH1 NUMBE R(3) HARGA RUMAH2 NUMBE R(3) HARGA RUMAH3 NUMBE R(3) HARGA RUMAH4 NUMBE R(3)

B OB OT _SUB _T IP ERUMA H K ODE_T IPE RUMAH NUMBE R(3) T IPE RUMA H NUMBE R(3) T IPE RUMA H2 NUMBE R(3) T IPE RUMA H3 NUMBE R(3) T IPE RUMA H4 NUMBE R(3)

B OB OT _SUB _LOK AS I K ODE_LOKA S I NUMBE R(3) LOKA SI1 NUMBE R(3) LOKA SI2 NUMBE R(3) LOKA SI3 NUMBE R(3) LOKA SI4 NUMBE R(3)

B OB OT _SUB _FAS ILIT A S K ODE_FA SI LIT A S NUMBE R(3) FA SILIT AS 1 NUMBE R(3) FA SILIT AS 2 NUMBE R(3) FA SILIT AS 3 NUMBE R(3) FA SILIT AS 4 NUMBE R(3)

k riteria su b fa s ilitas

k riteria su b lo k as i k riteria su b tip eru mah

k riteria su b p emb ay ara n k riteria su b h arg aru mah

k riteria_ pe mb ay ara n

k riteria_ lo ka s i k riteria_ ha rg aru mah

k riteria_ tipe ru mah k riteria_ fa silitas

P roperty K ode_Pro perty N am a_Pr operty N am a Pe ngem bang Fas i l i tas

T i peRum ah H argaRum ah Lokas i P em baya ran

B obot Fas i l i tas K ode_Fas i l i tas P oi nt_Fas i l i tas B obot T i p eRum ah

K ode_T i p eRum ah P oi nt_T i p eRum ah B obot Ha rgaRum a h K ode_Ha rgaRum a h P oi nt_Ha rgaRum a h

B obot Lokas i K ode_Lokas i P oi nt_Lokas i

B obot Pe m bayaran K ode_Ba yar P oi nt_Ba yar

B obot Su b Pem ba yaran K ode_Ba yar

B ayar1 B ayar2 B ayar3 B ayar4 B obot Su b HargaR um ah

K ode_Ha rgaRum a h H argaRum ah1 H argaRum ah2 H argaRum ah3 H argaRum ah4

B obot Su b T i peR um ah K ode_T i p eRum ah T i peRum ah T i peRum ah2 T i peRum ah3 T i peRum ah4

B obot Su b Lokas i K ode_Lokas i Lokas i 1 Lokas i 2 Lokas i 3 Lokas i 4

B obot Su b Fas i l i tas K ode_Fas i l i tas Fas i l i tas 1 Fas i l i tas 2 Fas i l i tas 3 Fas i l i tas 4


(39)

3.5 Struktur Database

Struktur Database merupakan penjabaran dan penjelasan database

tersebut, dari fungsi masing-masing table sampai masing-masing field yang ada dalam table. Adapun struktur database yang telah dibuat berdasarkan Entity Relationship Diagram, yaitu:

1. Nama : Property

Primary key : Kode_Property Foreign key : -

Fungsi : Menyimpan data property

Tabel 3.2 Tabel Property

No Column Data Type Length Comments

1. Kode_Property Number 3 Kode property

2. Nama_Property Varchar 30 -

3. Nama_Pengembang Varchar 30 -

4. Fasilitas Varchar 30 -

5. TipeRumah Number 10 -

6. HargaRumah Number 10 -

7. Lokasi Varchar 30 -

8. Pembayaran Varchar 30 -

2. Nama : Bobot_TipeRumah

Primary key : Kode_TipeRumah Foreign key : -

Fungsi : Menyimpan nilai/bobot dari kriteria tipe rumah

Tabel 3.3 Tabel Bobot Tipe Rumah

No Column Data Type Length Comments

1. Kode_TipeRumah Number 3 Kode Tipe Rumah


(40)

3. Nama : Bobot_Sub_TipeRumah

Primary key : -

Foreign key : Kode_TipeRumah references pada tabel Bobot_TipeRumah,

Column Kode_TipeRumah

Fungsi : Menyimpan nilai/bobot dari sub kriteria tipe rumah

Tabel 3.4 Tabel Bobot Sub Tipe Rumah

No Column Data Type Length Comments

1. Kode_TipeRumah Number 3 Kode Tipe Rumah

2. TipeRumah1 Number 3 -

3. TipeRumah2 Number 3 -

4. TipeRumah3 Number 3 -

5. TipeRumah4 Number 3 -

4. Nama : Bobot_Fasilitas

Primary key : Kode_Fasilitas Foreign key : -

Fungsi : Menyimpan nilai/bobot dari kriteria fasilitas

Tabel 3.5 Tabel Bobot Fasilitas

No Column Data Type Length Comments

1. Kode_Fasilitas Number 3 Kode Fasilitas

2. Point_Fasilitas Number 3 -

5. Nama : Bobot_Sub_Fasilitas

Primary key : -

Foreign key : Kode_Fasilitas references pada tabel Bobot_Fasilitas, Column Kode_Fasilitas


(41)

Tabel 3.6 Tabel Bobot Sub Fasilitas

No Column Data Type Length Comments

1. Kode_Fasilitas Number 3 Kode Fasilitas

2. Fasilitas1 Number 3 -

3. Fasilitas2 Number 3 -

4. Fasilitas3 Number 3 -

5. Fasilitas4 Number 3 -

6. Nama : Bobot_HargaRumah

Primary key : Kode_HargaRumah Foreign key : -

Fungsi : Menyimpan nilai/bobot dari kriteria harga rumah

Tabel 3.7 Tabel Bobot Harga Rumah

No Column Data Type Length Comments

1. Kode_HargaRumah Number 3 Kode Harga Rumah

2. Point_HargaRumah Number 3 -

7. Nama : Bobot_Sub_HargaRumah

Primary key : -

Foreign key : Kode_HargaRumah references pada tabel

Bobot_HargaRumah, Column Kode_HargaRumah

Fungsi : Menyimpan nilai/bobot dari sub kriteria harga rumah

Tabel 3.8 Tabel Bobot Sub Harga Rumah

No Column Data Type Length Comments

1. Kode_HargaRumah Number 3 Kode Harga Rumah

2. HargaRumah1 Number 3 -

3. HargaRumah2 Number 3 -

4. HargaRumah3 Number 3 -


(42)

8. Nama : Bobot_Lokasi

Primary key : Kode_Lokasi Foreign key : -

Fungsi : Menyimpan nilai/bobot dari kriteria lokasi

Tabel 3.9 Tabel Bobot Lokasi

No Column Data Type Length Comments

1. Kode_Lokasi Number 3 Kode Lokasi

2. Point_Lokasi Number 3 -

9. Nama : Bobot_Sub_Lokasi

Primary key : -

Foreign key : Kode_Lokasi references pada tabel Bobot_Lokasi, Column Kode_Lokasi

Fungsi : Menyimpan nilai/bobot dari sub kriteria lokasi

Tabel 3.10 Tabel Bobot Sub Lokasi

No Column Data Type Length Comments

1. Kode_Lokasi Number 3 Kode Lokasi

2. Lokasi1 Number 3 -

3. Lokasi2 Number 3 -

4. Lokasi3 Number 3 -

5. Lokasi4 Number 3 -

10.Nama : Bobot_Pembayaran

Primary key : Kode_Bayar Foreign key : -


(43)

Tabel 3.11 Tabel Bobot Pembayaran

No Column Data Type Length Comments

1. Kode_Bayar Number 3 Kode Bayar

2. Point_Bayar Number 3 -

11.Nama : Bobot_Sub_Pembayaran

Primary key : -

Foreign key : Kode_Bayar references pada tabel Bobot_Pembayaran, Column Kode_Bayar

Fungsi : Menyimpan nilai/bobot dari sub kriteria pembayaran

Tabel 3.12 Tabel Bobot Sub Pembayaran

No Column Data Type Length Comments

1. Kode_Bayar Number 3 Kode Bayar

2. Bayar1 Number 3 -

3. Bayar2 Number 3 -

4. Bayar3 Number 3 -


(44)

4.1 Implementasi

Implementasi program adalah implementasi dari analisa dan desain sistem yang telah dibuat sebelumnya. Sehingga diharapkan dengan adanya implementasi ini dapat dipahami jalannya suatu Sistem Pendukung Keputusan

Pemilihan Property Dengan Menggunakan Analytical Hierarchy Process.

Sebelumnya user harus mempersiapkan kebutuhan-kebutuhan dari program yang akan diimplementasikan baik dari segi perangkat keras maupun perangkat lunak komputer.

4.1.1 Kebutuhan sistem

Dalam tahap ini dijelaskan mengenai implementasi perangkat lunak yang telah dikembangkan. Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Property Dengan

Menggunakan Analytical Hierarchy Process ini memerlukan perangkat lunak

(software) dan perangkat keras (hardware) agar dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Adapun perangkat lunak yang digunakan, yaitu: a. Sistem operasi Windows 98/XP/2000/NT.

b. Penyimpanan Database adalah Microsoft Access. c. Aplikasi program adalah Microsoft Visual Basic 6.0. d. Aplikasi grafik adalah MapInfo Professional 7.5. e. Pembuatan laporan menggunakan Crystal Report 8.5.


(45)

Perangkat keras yang digunakan, yaitu:

a. Processor minimal Pentium II (sebaiknya lebih). b. RAM minimal 128 Mb.

c. VGA Card minimal 4 Mb. d. Harddisk 20 GB.

e. Monitor SVGA resolusi 800 x 600. f. Keyboard dan mouse.

4.1.2 Instalasi program

Pengembangan Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Property

Dengan Menggunakan Analytical Hierarchy Process membutuhkan perangkat

lunak yang sudah terinstalasi, adapun tahapan-tahapan instalasi dan pengaturan (setting) sistem, yaitu:

a. Install sistem operasi Windows 98/XP/2000/NT.

b. Install aplikasi pemrograman Microsoft Visual Basic 6.0. c. Install aplikasi database Microsoft Access 2000.

d. Install aplikasi grafik MapInfo Professional 7.5. e. Install aplikasi laporan Crystal Report 8.5.

4.2 Penjelasan Pemakaian Program 4.2.1 Menu pembuka


(46)

Menu pada gambar 4.1 ini merupakan menu pembukaan dalam menjalankan sistem. Terdapat nama program dan lisensi program.

4.2.2 Menu utama

Gambar 4.2 Menu Utama

Seluruh aplikasi dapat dilakukan pada menu utama yang digambarkan pada gambar 4.2 di atas. Terdapat empat menu utama yang dapat digunakan, yaitu

menu file, menu maintenance, menu proses, dan menu laporan. Adapun

penjelasan isi masing-masing menu adalah:

a. Menu file, berisi submenu Login, submenu Logout, submenu user password

dan keluar.

b. Menu maintenance, berisi submenu property, submenu fasilitas, submenu tipe rumah, submenu harga rumah, submenu lokasi, dan submenu jenis pembayaran.

c. Menu proses, berisi submenu perhitungan AHP dan submenu peta digital.

d. Menu laporan, berisi laporan data property, laporan data user, dan laporan sub kriteria.


(47)

4.2.3 Menu file A. Submenu Login

Gambar 4.3 Form Login

Pada tampilan awal program terdapat form yang mempunyai fasilitas untuk login user. Bentuk dari form login digambarkan seperti pada gambar 4.3 di

atas. Untuk proses ini user diharuskan untuk menginputkan User Name dan

Password. User Name dan Password disini menggunakan case sensitive, artinya besar kecilnya huruf akan sangat berpengaruh. Sehingga keamanan aplikasi ini bisa terjamin dari user yang tidak berhak mengakses.

Terdapat dua macam user yang dapat mengakses sistem tersebut, yaitu

Administrator dan Guest. User yang mempunyai hak administrator memiliki mempunyai kewenangan yang lebih dibandingkan dengan user yang mempunyai hak guest. User yang memiliki hak administrator, dapat menjalankan menu

maintenance dan menu laporan. Sedangkan user yang hanya memiliki hak guest, hanya dapat menjalankan menu proses.


(48)

B. Submenu Logout

Gambar 4.4 Menu Logout

Menu Logout yang terlihat seperti pada gambar 4.4 di atas merupakan menu yang digunakan user untuk keluar dari salah satu menu yang telah dijalankannya. Apabila user memilih option yes maka user akan keluar dari salah

satu menu yang sudah dijalankannya, sedangkan option no maka user akan tetap

pada menu yang sedang dijalankannya.

C. Submenu User Password

Gambar 4.5 Form User Password

Form User Password yang terlihat pada gambar 4.5 ini digunakan untuk

menambah, merubah dan menghapus username serta password dari user yang

sudah ada di sistem tersebut. Dengan memasukkan nama user yang ingin diganti atau dihapus, maka admin tinggal merubah semua data yang berhubungan dengan user tersebut. Nama username dan password maksimal adalah sepuluh karakter.


(49)

D. Submenu Keluar

Gambar 4.6 Menu Keluar

Menu Keluar yang terlihat seperti pada gambar 4.6 di atas merupakan menu yang digunakan user untuk keluar dari aplikasi dijalankannya. Apabila user memilih option yes maka user akan keluar dari aplikasi yang dijalankannya,

sedangkan option no maka user akan tetap pada aplikasi yang sedang

dijalankannya.

4.2.4 Menu maintenance A. Submenu Property

Gambar 4.7 Form Data Property

Form Data Property yang terlihat pada gambar 4.7 di atas digunakan

administrator untuk melakukan maintenance data khususnya yang berhubungan dengan data property di kota Surabaya.


(50)

B. Submenu Fasilitas

Gambar 4.8 Form Data Fasilitas

Form Data Fasilitas yang terlihat seperti pada gambar 4.8 di atas digunakan administrator untuk melakukan maintenance data fasilitas. Nilai dari kriteria fasilitas yang dapat diinputkan user adalah 1-9.

C. Submenu Tipe Rumah

Gambar 4.9 Form Data Tipe Rumah

Form Data Tipe Rumah yang terlihat seperti pada gambar 4.9 di atas digunakan administrator untuk melakukan maintenance data tipe rumah. Nilai dari kriteria tipe rumah yang dapat diinputkan user adalah 1-9.


(51)

D. Submenu Harga Rumah

Gambar 4.10 Form Data Harga Rumah

Form Data Harga Rumah yang terlihat seperti pada gambar 4.10 di atas digunakan administrator untuk melakukan maintenance data harga rumah. Nilai dari kriteria harga rumah yang dapat diinputkan user adalah 1-9.

E. Submenu Lokasi

Gambar 4.11 Form Data Lokasi

Form Data Lokasi yang terlihat seperti pada gambar 4.11 di atas digunakan administrator untuk melakukan maintenance data lokasi. Nilai dari kriteria lokasi yang dapat diinputkan user adalah 1-9.


(52)

F. Submenu Pembayaran

Gambar 4.12 Form Data Pembayaran

Form Data Jenis Pembayaran yang terlihat seperti pada gambar 4.12 di atas digunakan administrator untuk melakukan maintenance data pembayaran. Nilai dari kriteria pembayaran yang dapat diinputkan user adalah 1-9.

4.2.5 Menu proses

A. Submenu Perhitungan AHP

Seperti terlihat pada gambar 4.13 di bawah, menu ini digunakan untuk menentukan jumlah kriteria property. Pada menu ini terdapat pilihan 4 dan 5 kriteria yang dapat digunakan user untuk menentukan bobot kriteria dalam memilih property yang diinginkan. Dalam menentukan bobot tiap kriteria tersebut, user menginputkan nilai bobot tiap kriteria antara 1–9.


(53)

Setelah user memilih jalan yang akan dicari prioritasnya, klik tombol lanjut untuk melakukan proses selanjutnya.

Gambar 4.14 Form Pemilihan Property berdasarkan kriteria property

Pada gambar 4.14 di atas, merupakan form pengisian nilai point dari kriteria property yang sudah user pilih sebelumnya. Jika user memilih empat kriteria yang akan dicari prioritasnya, maka user akan mengisi nilai point sebanyak empat kali juga. Dalam menentukan bobot kriteria, user menginputkan nilai point antara 1–9. Tombol proses matrik digunakan untuk melihat hasil perhitungan nilai point yang telah diinputkan.


(54)

Pada gambar 4.15 di atas, merupakan form pengisian nilai point dari kriteria tipe rumah. Dalam menentukan bobot kriteria, user menginputkan nilai point antara 1–9. Tombol proses matrik digunakan untuk melihat hasil perhitungan nilai point yang telah diinputkan.

Gambar 4.16 Form Pemilihan Property dengan kriteria fasilitas

Pada gambar 4.16 di atas, merupakan form pengisian nilai point dari kriteria fasilitas. Dalam menentukan bobot kriteria, user menginputkan nilai point antara 1–9. Tombol proses matrik digunakan untuk melihat hasil perhitungan nilai point yang telah diinputkan.


(55)

Pada gambar 4.17 di atas, merupakan form pengisian nilai point dari kriteria harga rumah. Dalam menentukan bobot kriteria, user menginputkan nilai point antara 1–9. Tombol proses matrik digunakan untuk melihat hasil perhitungan nilai point yang telah diinputkan.

Gambar 4.18 Form Pemilihan Property dengan kriteria lokasi

Pada gambar 4.18 di atas, merupakan form pengisian nilai point dari kriteria lokasi. Dalam menentukan bobot kriteria, user menginputkan nilai point antara 1–9. Tombol proses matrik digunakan untuk melihat hasil perhitungan nilai point yang telah diinputkan.


(56)

Pada gambar 4.19 di atas, merupakan form pengisian nilai point dari kriteria pembayaran. Dalam menentukan bobot kriteria, user menginputkan nilai point antara 1–9. Tombol proses matrik digunakan untuk melihat hasil perhitungan nilai point yang telah diinputkan.

Selanjutnya user menekan tombol lanjut untuk melanjutkan ke proses berikutnya, seperti perhitungan matrik kuadrat pada gambar 4.20, perhitungan matrik alternatif pada gambar 4.21, perhitungan perkalian matrik alternatif pada gambar 4.22, perhitungan hasil matrik alternatif pada gambar 4.23, perhitungan matrik akhir pada gambar 4.24, perhitungan uji konsistensi pada gambar 4.25 serta hasil alternatif property pada gambar 4.26.

Gambar 4.20 Matrik Kuadrat


(57)

Gambar 4.22 Matrik Perkalian

Gambar 4.23 Matrik Hasil Alternatif


(58)

Gambar 4.25 Uji Konsistensi

Berdasarkan gambar 4.25 di atas terlihat bahwa uji konsistensi matrik perbandingannya adalah 0.00 (matrik konsisten). Apabila nilai konsistensi dari matrik perbandingannya lebih dari 10% maka matrik tersebut tidak konsisten (inkonsistensi) maka penilaian data dari matrik perbandingannya harus diperbaiki.

Gambar 4.26 Hasil Alternatif Property

Pada gambar 4.26 di atas merupakan hasil alternatif property dari kriteria-kriteria yang telah ditetapkan pengguna. Hasil alternatif property memberikan 3 pilihan alternatif dimana alternatif property ke-1 merupakan alternatif property yang terbaik begitu seterusnya.


(59)

B. Submenu Peta Digital

Gambar 4.27 Form Peta Digital

Seluruh aplikasi grafik dapat dilakukan pada form peta digital yang digambarkan pada gambar 4.27 di atas. Aplikasi grafik ini dapat menampilkan informasi yang dibutuhkan oleh user, seperti pada gambar 4.28 di bawah ini:

Gambar 4.28 Form Pencarian Lokasi

Form Pencarian Lokasi yang terlihat pada gambar 4.28 di atas, digunakan user untuk menampilkan obyek-obyek aktif sesuai dengan pilihan user. Terdapat 9 pilihan pencarian yang dapat digunakan yaitu mencari lokasi kotamadya, lokasi kecamatan, lokasi jalan, lokasi sungai, lokasi tempat ibadah, lokasi universitas, lokasi rumah sakit, dan lokasi property.


(60)

Gambar 4.29 Form Pencarian Lokasi Kotamadya

Form Pencarian Lokasi Kotamadya yang terlihat pada gambar 4.29 di atas, digunakan user untuk menampilkan obyek-obyek aktif berupa informasi lokasi kotamadya di Surabaya.

Gambar 4.30 Form Pencarian Lokasi Kecamatan

Form Pencarian Lokasi Kecamatan yang terlihat pada gambar 4.30 di atas, digunakan user untuk menampilkan obyek-obyek aktif berupa informasi lokasi kecamatan di Surabaya.


(61)

Gambar 4.31 Form Pencarian Jalan

Form Pencarian Jalan yang terlihat pada gambar 4.31 di atas, digunakan user untuk menampilkan obyek-obyek aktif berupa informasi lokasi jalan-jalan protokol di Surabaya.

Gambar 4.32 Form Pencarian Sungai

Form Pencarian Sungai yang terlihat pada gambar 4.32 di atas, digunakan user untuk menampilkan obyek-obyek aktif berupa informasi lokasi sungai di Surabaya.


(62)

Gambar 4.33 Form Pencarian Tempat Ibadah

Form Pencarian Tempat Ibadah yang terlihat pada gambar 4.33 di atas, digunakan user untuk menampilkan obyek-obyek aktif berupa informasi lokasi tempat ibadah di Surabaya.

Gambar 4.34 Form Pencarian Universitas

Form Pencarian Universitas yang terlihat pada gambar 4.34 di atas, digunakan user untuk menampilkan obyek-obyek aktif berupa informasi lokasi universitas di Surabaya.


(63)

Gambar 4.35 Form Pencarian Rumah Sakit

Form Pencarian Rumah Sakit yang terlihat pada gambar 4.35 di atas, digunakan user untuk menampilkan obyek-obyek aktif berupa informasi lokasi rumah sakit di Surabaya.

Gambar 4.36 Form Pencarian Property

Form Pencarian Property yang terlihat pada gambar 4.36 di atas, digunakan user untuk menampilkan obyek-obyek aktif berupa informasi lokasi property di Surabaya.


(64)

4.2.6 Menu laporan

A. Laporan Data Property

Gambar 4.37 Laporan Data Property

Laporan Data Property yang terlihat seperti pada gambar 4.37 di atas, merupakan laporan yang berisi data property yang ada di kota Surabaya. Laporan tersebut berisikan nama property, nama pengembang, fasilitas, tipe rumah, harga rumah, lokasi rumah dan jenis pembayaran.

B. Laporan Nilai Sub Kriteria Tipe Rumah

Gambar 4.38 Laporan Nilai Sub Kriteria Tipe Rumah

Laporan Nilai Sub Kriteria Tipe Rumah yang terlihat pada gambar 4.38 di atas, merupakan laporan yang berisikan tentang nilai yang dimiliki tiap property berdasarkan pada sub kriteria tipe rumah.


(65)

C. Laporan Nilai Sub Kriteria Fasilitas

Gambar 4.39 Laporan Nilai Sub Kriteria Fasilitas

Laporan Nilai Sub Kriteria Fasilitas yang terlihat pada gambar 4.39 di atas, merupakan laporan yang berisikan tentang nilai yang dimiliki tiap property berdasarkan pada sub kriteria fasilitas.

D. Laporan Nilai Sub Kriteria Harga Rumah

Gambar 4.40 Laporan Nilai Sub Kriteria Harga Rumah

Laporan Nilai Sub Kriteria Harga Rumah yang terlihat pada gambar 4.40 di atas, merupakan laporan yang berisikan tentang nilai yang dimiliki tiap property berdasarkan pada sub kriteria harga rumah.


(66)

E. Laporan Nilai Sub Kriteria Lokasi Rumah

Gambar 4.41 Laporan Nilai Sub Kriteria Lokasi Rumah

Laporan Nilai Sub Kriteria Lokasi Rumah yang terlihat pada gambar 4.41 di atas, merupakan laporan yang berisikan tentang nilai yang dimiliki tiap property berdasarkan pada sub kriteria lokasi rumah.

F. Laporan Nilai Sub Kriteria Jenis Pembayaran

Gambar 4.42 Laporan Nilai Sub Kriteria Jenis Pembayaran

Laporan Nilai Sub Kriteria Jenis Pembayaran yang terlihat pada gambar 4.42 di atas, merupakan laporan yang berisikan tentang nilai yang dimiliki tiap property berdasarkan pada sub kriteria jenis pembayaran.


(67)

G. Laporan History Property

Gambar 4.43 Laporan History Property

Laporan History Property yang terlihat pada gambar 4.43 di atas, merupakan laporan yang berisikan tentang history alternatif property yang diberikan ke pengguna.

H. Laporan Data User

Gambar 4.44 Laporan Data User

Laporan Data User yang terlihat pada gambar 4.44 di atas, merupakan laporan yang berisikan tentang data user yang dapat menjalankan aplikasi sistem. Laporan tersebut terdiri dari username, password, konfirmasipassword dan status (Administrator dan Guest).


(68)

4.3. Evaluasi Sistem

Pada tahap ini dijelaskan mengenai evaluasi dari aplikasi AHP dimulai dari masalah yang paling sederhana yaitu menentukan prioritas dari berbagai pilihan yang dihadapi oleh seorang pengambil keputusan. Untuk memecahkan suatu masalah penentuan prioritas yang sederhana, hirarki yang dibentuk cukup terdiri dari tiga level: goal atau tujuan utama, kriteria dan alternatif. Ada kasus yang dipakai sebagai contoh aplikasi AHP untuk penentuan prioritas secara sederhana yaitu: kasus memilih property.

1. Membuat suatu hierarki sederhana yang terdiri dari empat level: goal atau

tujuan utama, kriteria, sub kriteria dan alternatif.

2. Responden dari hierarki ini adalah orang yang telah memenuhi kriteria expert

untuk masalah property yaitu orang yang mengerti benar permasalahannya dan punya kepentingan akan masalah tersebut.

3. Goal atau tujuan utama dari hierarki ini adalah memilih property yang paling cocok atau paling memuaskan bagi responden.

4. Kriteria-kriteria yang dipertimbangkan dalam menentukan pilihan property

adalah tipe rumah, fasilitas, harga rumah dan lokasi.

5. Setelah level kriteria terisi, maka level alternatif diisi dengan empat alternatif property, yaitu property Ciputra Citra Raya, property Pondok Tjandra Indah, property Pantai Mentari dan property Puri Mas.

Property Ciputra Citra Raya = Property A

Property Pondok Tjandra Indah = Property B

Property Pantai Mentari = Property C


(69)

6. Menyusun Hirarki pemilihan property

Gambar 4.45 Hirarki pemilihan property

7. Setelah penyusunan hierarki selesai maka langkah selanjutnya adalah

melakukan perbandingan antara elemen-elemen dalam satu level dengan memperhatikan pengaruh elemen pada level diatasnya. Perbandingan pertama dilakukan untuk elemen-elemen pada level kriteria dengan memperhatikan level diatasnya, yaitu goal atau tujuan utama. Perbandingan dilakukan dengan skala satu sampai sembilan dan memenuhi aksioma-aksioma AHP. Matriks pembandingan dari level dua dengan memperhatikan keterkaitannya dengan level satu, yang digambarkan pada tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1 Tabel Matriks Perbandingan Level 2

KT KF KH KL Bobot Prioritas

KT 1 0.14 0.5 0.3 0.50

KF 7 1 3.5 2.3 0.07

KH 2 0.28 1 0.6 0.25

KL 3 0.43 1.5 1 0.17

Memilih Property

Fasilitas Harga Rumah Lokasi Tipe Rumah


(70)

Keterangan:

KT = Kriteria Tipe Rumah

KF = Kriteria Fasilitas

KH = Kriteria Harga Rumah

KL = Kriteria Lokasi

8. Dari matriks perbandingan di atas terlihat bahwa tipe rumah adalah kriteria terpenting dalam memilih property disusul harga rumah, lokasi dan fasilitas. Urutan ini keluar berdasarkan bobot prioritas yang dihasilkan matriks perbandingan di atas di mana elemen yang mempunyai bobot prioritas tertinggi akan mendapat urutan tertinggi dan seterusnya.

9. Setelah matriks perbandingan level dua selesai diisi dan dihitung bobot

prioritasnya maka langkah selanjutnya adalah membuat matriks perbandingan antara elemen-elemen level tiga dengan memperhatikan keterkaitannya dengan elemen level dua.

10.Pada tahap ini ada empat matriks perbandingan yang harus dibuat yaitu

perbandingan elemen-elemen level tiga (property A, property B, property C dan property D) terhadap tipe rumah dan fasilitas, yang digambarkan pada tabel 4.2 dan tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.2 Tabel Matriks Perbandingan Level 3 Kriteria Tipe Rumah

KT PA PB PC PD

PA 1 0.25 1 0.16

PB 4 1 4 0.6

PC 1 0.25 1 0.16


(71)

Tabel 4.3 Tabel Matriks Perbandingan Level 3 Kriteria Fasilitas

KF PA PB PC PD

PA 1 0.5 0.2 1

PB 2 1 0.4 2

PC 5 2.5 1 5

PD 1 0.5 0.2 1

Keterangan:

KT = Kriteria Tipe Rumah

KF = Kriteria Fasilitas

PA = Property A

PB = Property B

PC = Property C

PD = Property D

11.Dari matriks perbandingan elemen level tiga terhadap tipe rumah terlihat

bahwa elemen PD adalah yang terbaik meskipun bobot prioritas belum dihitung. Hal ini terjadi karena elemen PD lebih disukai daripada elemen PA, PB dan PC. Sedangkan pada matriks perbandingan elemen level tiga terhadap fasilitas terlihat bahwa elemen PC adalah yang terbaik meskipun bobot prioritas belum dihitung. Hal ini terjadi karena elemen PC lebih disukai daripada elemen PA, PB dan PD.

12.Hasil dari matriks perbandingan elemen-elemen level tiga terhadap harga

rumah dan lokasi digambarkan pada tabel 4.4 dan tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.4 Tabel Matriks Perbandingan Level 3 Kriteria Harga Rumah

KH PA PB PC PD

PA 1 0.2 0.5 0.33

PB 5 1 2.5 1.67

PC 2 0.4 1 0.67


(72)

Tabel 4.5 Tabel Matriks Perbandingan Level 3 Kriteria Lokasi

KL PA PB PC PD

PA 1 0.33 0.5 0.5

PB 3 1 2.5 1.5

PC 1 0.33 1 0.5

PD 2 0.67 1.5 1

Keterangan:

KH = Kriteria Harga Rumah

KL = Kriteria Lokasi

PA = Property A

PB = Property B

PC = Property C

PD = Property D

13.Dari matriks perbandingan elemen level tiga terhadap harga rumah terlihat

bahwa elemen PB adalah yang terbaik meskipun bobot prioritas belum dihitung. Hal ini terjadi karena elemen PB lebih disukai daripada elemen PA, PC dan PD. Sedangkan pada matriks perbandingan elemen level tiga terhadap lokasi terlihat bahwa elemen PB adalah yang terbaik meskipun bobot prioritas belum dihitung. Hal ini terjadi karena elemen PB lebih disukai daripada elemen PA, PC dan PD.

14.Setelah semua matriks perbandingan untuk level tiga selesai diisi dan diolah maka kita sudah mendapatkan semua prioritas lokal. Langkah berikutnya adalah melakukan operasi perkalian antara matriks-matriks yang memuat prioritas lokal tersebut sehingga akhirnya akan menghasilkan prioritas global. Dari setiap matriks perbandingan level tiga, akan didapatkan vektor prioritas 4x1 dan karena ada empat matriks perbandingan pada level tersebut maka


(73)

gabungan vektor-vektor prioritas tersebut akan menghasilkan matriks 4x4. Sedangkan dari matriks perbandingan pada level dua akan didapatkan vektor prioritas 4x1. Perkalian antara matriks 4x4 dengan matriks 4x1 akan menghasilkan suatu matriks atau vektor prioritas 4x1 yang tidak lain merupakan prioritas global dari semua elemen pada level tiga. Prioritas lokal dan prioritas global dari masalah pemilihan property ditunjukkan pada tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.6 Tabel Prioritas Lokal dan Prioritas Global KT (0.50) KF (0.07) KH (0.25) KL (0.17) Prioritas Global

PA 0.08 0.11 0.09 0.14 0.093

PB 0.33 0.22 0.45 0.43 0.365

PC 0.08 0.56 0.18 0.14 0.148

PD 0.50 0.11 0.27 0.29 0.373

15.Angka-angka di bawah garis menunjukkan prioritas lokal dari setiap matriks perbandingan pada level tiga, sedangkan angka-angka di atas elemen-elemen level dua menunjukkan prioritas lokal dari level dua. Apabila hanya angka-angka di bawah garis yang diperhatikan maka property D dianggap terbaik untuk kriteria yaitu kriteria tipe rumah, sedangkan property B unggul di dua kriteria yaitu kriteria harga rumah dan lokasi. Tetapi karena property D unggul pada kriteria yang dianggap terpenting yaitu KT (0.5) maka property D dianggap sebagai property terbaik untuk si responden dengan bobot prioritas (0.373). Keadaan ini sedikit lebih tinggi dari property B yang unggul pada kriteria yang tidak begitu penting sehingga bobot prioritas globalnya hanya mencapai (0.365). Sedangkan property C mendapat bobot prioritas global sebesar (0.148) dan property A mendapat bobot terendah sebesar (0.093).


(74)

16.Dari hasil perbandingan di atas diperoleh alternatif property yang sesuai dengan pilihan user berdasarkan kriteria dan alternatif yang diberikan. Alternatif property ke-1 adalah property Puri Mas, alternatif property ke-2 adalah property Pondok Tjandra Indah dan alternatif property ke-3 adalah property Pantai Mentari.

17.Menu berikut ini menampilkan beberapa kriteria property yang harus

diinputkan responden untuk mendapatkan alternatif property yang optimal, kriteria yang dipertimbangkan dalam menentukan pilihan property adalah tipe rumah, fasilitas, harga rumah dan lokasi. Dalam hal ini perhitungannya menggunakan program komputer yang digambarkan pada gambar 4.46 berikut:

Gambar 4.46 Form Pemilihan Property

Pada gambar 4.46 di atas, responden harus menginputkan nilai point antara 1–9 untuk perhitungan bobot prioritasnya. Setelah menginputkan nilai kriteria property maka responden menekan tombol lanjut utuk dilakukan proses perhitungan dan hasilnya dapat dilihat pada gambar 4.47 di bawah ini:


(75)

Gambar 4.47 Hasil Alternatif Property

Pada gambar 4.47 menunjukkan hasil alternatif property yang sesuai dengan pilihan responden berdasarkan kriteria dan alternatif yang diberikan. Alternatif property ke-1 adalah property Puri Mas, alternatif property ke-2 adalah property Pondok Tjandra Indah dan alternatif property ke-3 adalah property Pantai Mentari.

18.Dari hasil uji coba atau perbandingan antara perhitungan manual dan

perhitungan program komputer didapatkan hasil yang sama, maka dapat

disimpulkan bahwa sistem pendukung keputusan dengan metode Analytical


(76)

5.1 Kesimpulan

Pada proses pengembangan Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Property Dengan Menggunakan Analytical Hierarchy Process dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Dengan menggunakan metode AHP maka pemilihan property tidak didasarkan

pada subyektifitas pengambil keputusan dan untuk mendapatkan alternatif property yang benar maka pengambil keputusan harus benar-benar memahami permasalahan yang dihadapi.

2. Fleksibilitas input output yang disediakan oleh sistem pendukung keputusan

ini memungkinkan pengguna menentukan rumah yang dipilih secara optimal sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan pengguna dengan tetap mengakomodasi keterbatasan yang dimiliki pengguna.

3. Dengan melakukan penerapan geoprocessing dapat dihasilkan informasi

berupa analisa mengenai lokasi property yang dicari sehingga pengguna dapat dibantu dalam mengambil keputusan.

5.2 Saran

Dalam pengembangan perancangan Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Property Dengan Menggunakan Analytical Hierarchy Process, dapat diajukan beberapa saran, yaitu:

1. Model pengambilan keputusan yang ada ditambah, sehingga pengguna dapat

lebih bebas menentukan model dukungan yang ingin diperoleh dari sistem.


(77)

2. Sistem dikembangkan lebih lanjut menjadi sistem pakar yang memiliki kemampuan lebih baik daripada sistem pendukung keputusan.

3. Mengembangkan sistem dengan menggunakan sistem informasi geografis,

sehingga sistem dapat menentukan lokasi property yang tepat sesuai dengan kriteria pengguna.


(78)

Dadan Umar Daihani, 2001, Komputerisasi Pengambilan Keputusan , PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Eddy Prahasta, Ir. MT., 2002, Sistem Informasi Geografis : Tutorial Arcview, CV. Informatika, Bandung.

Eddy Prahasta, Ir. MT., 2002, Sistem Informasi Geografis : Arcview Lanjut,

Pemrograman Bahasa Script Avenue, CV. Informatika, Bandung.

Smith, Bush and Schmoldt, 2003, The Selection of Bridge Materials Utilizing the Analytical Hierarchy Process, 5 March 2003,

http://www.srs4702.forprod.vt.edu/pubsubj/abstract/ab9760

Kadarsah Suryadi, DR. IR , M. Ali Ramdhani, IR. MT , 1998, Sistem Pendukung

Keputusan : Suatu Wacana Struktural Idealisasi dan Implementasi Konsep Pengambilan Keputusan, PT. Remaja RosdaKarya, Bandung.

Permadi, Bambang, 1992, AHP, PAU-EK-UI, Jakarta

Sri Susanti Boediono, 2003, Rancang Bangun Sistem Pendukung Keputusan

Pemilihan Rumah Berbasis Web, Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & Teknik Komputer, Surabaya.

Yeyep Yousman, 2004, Sistem Informasi Geografis dengan MapInfo


(1)

66 gabungan vektor-vektor prioritas tersebut akan menghasilkan matriks 4x4.

Sedangkan dari matriks perbandingan pada level dua akan didapatkan vektor prioritas 4x1. Perkalian antara matriks 4x4 dengan matriks 4x1 akan menghasilkan suatu matriks atau vektor prioritas 4x1 yang tidak lain merupakan prioritas global dari semua elemen pada level tiga. Prioritas lokal dan prioritas global dari masalah pemilihan property ditunjukkan pada tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.6 Tabel Prioritas Lokal dan Prioritas Global KT (0.50) KF (0.07) KH (0.25) KL (0.17) Prioritas Global

PA 0.08 0.11 0.09 0.14 0.093

PB 0.33 0.22 0.45 0.43 0.365

PC 0.08 0.56 0.18 0.14 0.148

PD 0.50 0.11 0.27 0.29 0.373

15. Angka-angka di bawah garis menunjukkan prioritas lokal dari setiap matriks perbandingan pada level tiga, sedangkan angka-angka di atas elemen-elemen level dua menunjukkan prioritas lokal dari level dua. Apabila hanya angka-angka di bawah garis yang diperhatikan maka property D dianggap terbaik untuk kriteria yaitu kriteria tipe rumah, sedangkan property B unggul di dua kriteria yaitu kriteria harga rumah dan lokasi. Tetapi karena property D unggul pada kriteria yang dianggap terpenting yaitu KT (0.5) maka property D dianggap sebagai property terbaik untuk si responden dengan bobot prioritas (0.373). Keadaan ini sedikit lebih tinggi dari property B yang unggul pada kriteria yang tidak begitu penting sehingga bobot prioritas globalnya hanya mencapai (0.365). Sedangkan property C mendapat bobot prioritas global sebesar (0.148) dan property A mendapat bobot terendah sebesar (0.093).


(2)

16. Dari hasil perbandingan di atas diperoleh alternatif property yang sesuai dengan pilihan user berdasarkan kriteria dan alternatif yang diberikan. Alternatif property ke-1 adalah property Puri Mas, alternatif property ke-2 adalah property Pondok Tjandra Indah dan alternatif property ke-3 adalah property Pantai Mentari.

17. Menu berikut ini menampilkan beberapa kriteria property yang harus diinputkan responden untuk mendapatkan alternatif property yang optimal, kriteria yang dipertimbangkan dalam menentukan pilihan property adalah tipe rumah, fasilitas, harga rumah dan lokasi. Dalam hal ini perhitungannya menggunakan program komputer yang digambarkan pada gambar 4.46 berikut:

Gambar 4.46 Form Pemilihan Property

Pada gambar 4.46 di atas, responden harus menginputkan nilai point antara 1–9 untuk perhitungan bobot prioritasnya. Setelah menginputkan nilai kriteria property maka responden menekan tombol lanjut utuk dilakukan proses perhitungan dan hasilnya dapat dilihat pada gambar 4.47 di bawah ini:


(3)

68

Gambar 4.47 Hasil Alternatif Property

Pada gambar 4.47 menunjukkan hasil alternatif property yang sesuai dengan pilihan responden berdasarkan kriteria dan alternatif yang diberikan. Alternatif property ke-1 adalah property Puri Mas, alternatif property ke-2 adalah property Pondok Tjandra Indah dan alternatif property ke-3 adalah property Pantai Mentari.

18. Dari hasil uji coba atau perbandingan antara perhitungan manual dan perhitungan program komputer didapatkan hasil yang sama, maka dapat disimpulkan bahwa sistem pendukung keputusan dengan metode Analytical Hierarchy Process untuk pemilihan property sudah memenuhi.


(4)

5.1 Kesimpulan

Pada proses pengembangan Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Property Dengan Menggunakan Analytical Hierarchy Process dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Dengan menggunakan metode AHP maka pemilihan property tidak didasarkan pada subyektifitas pengambil keputusan dan untuk mendapatkan alternatif property yang benar maka pengambil keputusan harus benar-benar memahami permasalahan yang dihadapi.

2. Fleksibilitas input output yang disediakan oleh sistem pendukung keputusan ini memungkinkan pengguna menentukan rumah yang dipilih secara optimal sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan pengguna dengan tetap mengakomodasi keterbatasan yang dimiliki pengguna.

3. Dengan melakukan penerapan geoprocessing dapat dihasilkan informasi berupa analisa mengenai lokasi property yang dicari sehingga pengguna dapat dibantu dalam mengambil keputusan.

5.2 Saran

Dalam pengembangan perancangan Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Property Dengan Menggunakan Analytical Hierarchy Process, dapat diajukan beberapa saran, yaitu:

1. Model pengambilan keputusan yang ada ditambah, sehingga pengguna dapat lebih bebas menentukan model dukungan yang ingin diperoleh dari sistem.


(5)

70 2. Sistem dikembangkan lebih lanjut menjadi sistem pakar yang memiliki

kemampuan lebih baik daripada sistem pendukung keputusan.

3. Mengembangkan sistem dengan menggunakan sistem informasi geografis, sehingga sistem dapat menentukan lokasi property yang tepat sesuai dengan kriteria pengguna.


(6)

Dadan Umar Daihani, 2001, Komputerisasi Pengambilan Keputusan , PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Eddy Prahasta, Ir. MT., 2002, Sistem Informasi Geografis : Tutorial Arcview, CV. Informatika, Bandung.

Eddy Prahasta, Ir. MT., 2002, Sistem Informasi Geografis : Arcview Lanjut, Pemrograman Bahasa Script Avenue, CV. Informatika, Bandung.

Smith, Bush and Schmoldt, 2003, The Selection of Bridge Materials Utilizing the

Analytical Hierarchy Process, 5 March 2003,

http://www.srs4702.forprod.vt.edu/pubsubj/abstract/ab9760

Kadarsah Suryadi, DR. IR , M. Ali Ramdhani, IR. MT , 1998, Sistem Pendukung Keputusan : Suatu Wacana Struktural Idealisasi dan Implementasi Konsep Pengambilan Keputusan, PT. Remaja RosdaKarya, Bandung.

Permadi, Bambang, 1992, AHP, PAU-EK-UI, Jakarta

Sri Susanti Boediono, 2003, Rancang Bangun Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Rumah Berbasis Web, Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & Teknik Komputer, Surabaya.

Yeyep Yousman, 2004, Sistem Informasi Geografis dengan MapInfo Professional, Andi, Yogyakarta