INSPEKSI KESELAMATAN JALAN DI YOGYAKARTA ROAD SAFETY INSPECTION IN YOGYAKARTA (Studi Kasus : Jalan Wates-Yogyakarta KM 5 sampai dengan KM 10)

(1)

i

TUGAS AKHIR

INSPEKSI KESELAMATAN JALAN DI YOGYAKARTA ROAD SAFETY INSPECTION IN YOGYAKARTA

(Studi Kasus : Jalan Wates-Yogyakarta KM 5 sampai dengan KM 10)

Disusun Oleh : WAHYU DWI HARYATI

20130110124

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(2)

i

TUGAS AKHIR

INSPEKSI KESELAMATAN JALAN DI YOGYAKARTA ROAD SAFETY INSPECTION IN YOGYAKARTA

(Studi Kasus : Jalan Wates-Yogyakarta KM 5 sampai dengan KM 10)

Disusun Oleh : WAHYU DWI HARYATI

20130110124

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(3)

i

HALAMAN MOTTO

„‟Barang siapa keluar untuk mencari ilmu maka dia berada di jalan Allah „‟

(HR.Turmudzi)

“Orang yang menuntut ilmu bearti menuntut rahmat ; orang yang menuntut ilmu

bearti menjalankan rukun Islam dan Pahala yang diberikan kepada sama dengan

para Nabi”.

( HR. Dailani dari Anas r.a )

"Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua." (Aristoteles)

"Apabila Anda berbuat kebaikan kepada orang lain, maka Anda telah berbuat baik

terhadap diri sendiri." (Benyamin Franklin)

"Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang. Teman

yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh." (Andrew

Jackson)

"Bersikaplah kukuh seperti batu karang yang tidak putus-putus-nya dipukul ombak.

Ia tidak saja tetap berdiri kukuh, bahkan ia menenteramkan amarah ombak dan

gelombang itu." (Marcus Aurelius)

"Rahmat sering datang kepada kita dalam bentuk kesakitan, kehilangan dan

kekecewaan; tetapi kalau kita sabar, kita segera akan melihat bentuk aslinya."


(4)

i

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan Sepenuh Hati, Cinta Dan Kasih Sayang

Kupersembhakan Tugas Akhir Ini Kepada :

“Kedua Orang Tua Ku Tercinta”

Bapak Wahyu Utomo A.Mpd Dan Ibu Sri Maryati S.Pd

Yang Dengan Sepenuh Hati Berjuang Mendidik Membesarkan Dengan Penuh Kasih

Sayang Dan Tak Henti-Hentinya Dalam Kesabarannya Mengasuh, Mengasih Dan

Mengasah Dengan Dorongan Materi Maupun Moril.

Memberikan Dorongan Dan Pengarahan Serta Selalu Mendoakanku Dengan Segenap

Cintamu. Seperti Apa Dan Bagaimana Kalian Tetap Kedua Orang Tua Yang

Sempurna. Adek Sayang Bapak & Ibu.

Semoga Allah Selalu Melindungimu

“Orang Tersayang”

Ika Ayu Lestari A.Md. Keb, Satu-Satunya Saudara Kandung Yang Aku Punya.

Terimakasih Sudah Menjadi Kakak Yang Baik, Penyayang, Sabar Dan Selalu Ada

Disaat Aku Suka Dan Duka. Tetaplah Menjadi Kakak, Ibu Dan Istri Yang Baik Untuk

Kita Semua.

Serda.Suntoro Eko Utomo, Kakak Ipar Yang Tegas Dalam Segala Hal. Terimakasih

Untuk Semua Doa Dan Nasehatmu.


(5)

i

Sandy Komara Yudhistira

Keponakan Tante Satun-Satunya, Terimaksih Sayang.. Keceriaanmu Yang Selalu

Menghilangkan Lelahnya Perjalanan Hidup Tante. Jadi Anak Yang Soleh Ya Kunyilku.

Ibu Utik & Bapak Pranto

Karna Mencintai Dan Menyayangi Tidak Memandang Darah. Terimakasih Bapak Ibu

Yang Selalu Menerima Dengan Baik Kehadiran Saya Diantara Keluarga Kalian.

Meskipun Bapak Dan Ibu Bukanlah Orang Tua Kandung Saya, Tetapi Banyak Hal Yang

Saya Dapatkan Dari Bapak Dan Ibu. Terimakasih Untuk Doa, Nasihat, Semangat

Serta Kasih Sayang Kalian.

Om Hari & Simbah Priyo

Terimaksih Untuk Semua Doa Dan Kasih Sayang Yang Tidak Pernah Putus Dari

Kalian. Pesan Yang Selalu Aku Ingat Dari Kalian Adalah “Seperti Apa Dan Bagaimana

Orang Tuamu, Kamu Harus Lebih Sukses Dan Berhasil Dari Mereka. Karna Dengan

Begitu Kamu Tidak Akan Dipandang Sebelah Ma

ta”

Kangmuk

Terimakasih Iis Aya Ipeh Siska Aziz, Temen Gila Sedari SMP Yang Toalnya Tak Akan

Pernah Usai. Semoga Selamanya Seindah Ini Yaa. Salam Cocol Manjaaah :D


(6)

i

Berenam

Terimakasih My Cist Jojow Ully Dea Andin Mayang. Sahabat Sedari Maba Hingga

Semester Tuaa.. Dari Mulai Mataf, Osdi, Kiai, Makrab, Kuliah, Praktikum, Ujian, Kerja

Praktek, Kkn, Skripsi, Pendadaran And Than Kita Wisuda Gengs. Love You All More

Than Anything.

Alay

Terimaksih Virma Ridho Nandar Hakim. Karna Ngumpul Sama Kalian Bikin Aku Jadi

Satu-Satunya Cewek Paling Cantik Hihi. Terimakasih Untuk Semuanya, Kalian Adalah

Teman Yang Selalu Memperlakukan Aku Selayaknya Adik Atau Bahkan Keluarga. Dan

Aku Merasa Terlindungi Saat Bersama Kalian. Ehhlah lebay haha

Teknik Sipil UMY Kelas C 2013

Tiga Setengah Tahun Kuliah Dengan Status Kaum Minoritas Karna Hampir Seisi

Kelas Adalah Cowok-Cowok Ternyata Sudah Merubah Jalan Pikiranku,

Penampilanku Dan Sifatku Haha. Aku Jadi Lebih Dewasa, Tomboy Dan Anti Sekali


(7)

i

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN MOTTO ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... ixi

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

INTISARI ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penelitian ... 2

D. Manfaat Penelitian ... 3

E. Batasan Maslah ... ...3

F. Keaslian Penelitian ... 4


(8)

i

A. Inspeksi Keselamatan Jalan ... 6

B. Prasarana Lalu Lintas ... 6

C. Kendaraan ... 15

D. Kecelakaan ... 17

E. Hasil Penelitian Terdahulu ... 22

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

A. Lokasi Penelitian ... 27

B. Waktu Penelitian ... 27

C. Jenis Data ... 28

D. Alat Penelitian ... 29

E. Pelaksanaan Penelitian ... 29

F. Cara Analisis Data ... 30

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 31

A. Karakteristik Kecelakaan ... 31

B. Checklist Inspeksi Keselamatan Jalan ... 39

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

A. Kesimpulan ... 48

B. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... xvi


(9)

i

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu ... 4

Tabel 2.1 Pembagian Jalan Menurut Jaringan dan Fungsi Status dan Kelas ... 7

Tabel 2.2 Ruang Lingkup Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan ... 8

Tabel 2.3 Spesifikasi Teknis Rambu Lalu Lintas ... 9

Tabel 2.4 Ukuran Daun Rambu Lalu Lintas Standar ... 10

Tabel 2.5 Jenis dan Fungsi Marka ... 11

Tabel 2.6 Sistem Penmpatan Lampu Penerangan Jalan ... 13

Tabel 2.7 Jenis dan Fungsi Alat Pemberi Isyarat Lalu Linta ... 14

Tabel 2.8 Pengaturan Waktu Siklus Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas... 15

Tabel 2.9 Klasifikasi Jenis dan Fungsi Kendaraan ... 16

Tabel 2.10 Tipe Kecelakaan ... 34

Tabel 2.11 Jenis Kecelakaan ... 34

Tabel 4.1 Jenis Kendaraan yang Terlibat Kecelakaan ... 36

Tabel 4.2 Jenis Kelamin yang Terlibat Kecelakaan ... 37

Tabel 4.3 Usia Korban Kecelakaan Terbanyak ... 38

Tabel 4.4 Daftar Periksa Kondisi Umum Jalan ... 40

Tabel 4.5 Daftar Periksa Kondisi Fasilitas Jalan ... 43


(10)

i

Tabel 5.1 Identifikasi Potensi Keselamatan Jalan Pada Ruas Jalan

Wates-Yogyakarta KM 5,5 ... 50 Tabel 5.2 Identifikasi Potensi Keselamatan Jalan Jalan Pada Ruas Jalan Wates-Yogyakarta KM 7 ... 50 Tabel 5.3 Identifikasi Potensi Keselamatan Jalan Jalan Pada Ruas Jalan Wates-Yogyakarta KM 9 ... 51


(11)

i

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian ... 24

Gambar 3.2 Denah Lokasi Penelitian ... 27

Gambar 4.1 Jumlah Kecelakaan di Daerah Studi... 31

Gambar 4.2 Jumlah Korban Kecelakaan di Daerah Studi... 32

Gambar 4.3 Jumlah Kecelakaan Berdasarkan Faktor Penyebab ... 33

Gambar 4.4 Jumlah Kecelakaan Berdasarkan Jenis Tabrakan... 35

Gambar 4.5 Jumlah Kecelakaan Berdasarkan Proses Kejadian ... 35

Gambar 4.6 Jenis Kendaraan Yang Terlibat Kecelakaan ... 37

Gambar 4.7 Jenis Kelamin Yang Terlibat Kecelakaan ... 38

Gambar 4.8 Usia Korban Kecelakaan ... 39

Gambar 4.9 Keadaan Parkir Kendaraan Pengunjung Toko/Kios... 41

Gambar 4.10 Tempat Pemberhentian Bus di Bahu Jalan ... 42

Gambar 4.11 Tidak Terdapat Fasilitas Penyebrangan Jalan ... 43

Gambar 4.12 Kondisi Saluran Drainase Sistem Tertutup ... 44

Gambar 4.13 Kondisi Saluran Drainase Sistem Terbuka... 45

Gambar 4.14 Kondisi Rambu ... 46


(12)

i

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I. Data Kecelakaan ... 53

Lampiran II. Hasil Survei Pendahuluan ... 57

Lampiran III. Hasil Survei Lanjutan ... 61

Lampiran IV. Klasifikasi Jenis dan Kelas Jalan ... 98

Lampiran V. Ruang Lingkup Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan .. 101

Lampiran VI. Spesifikasi dan Ukuran Rambu Lalu Lintas ... 103

Lampiran VII. Spesifikasi Marka Jalan ... 115

Lampiran VIII. Spesifikasi Lampu Penerangan Jalan ... 120

Lampiran IX. Spesifikasi APILL ... 124

Lampiran X. Klasifikasi Jenis dan Fungsi Kendaraan ... 127


(13)

(14)

(15)

xiv

ABSTRACT

Safety is an important factor in transportation planning. When planning transport safety course be the main consideration in addition to the convenience and economical. In this case to identify the cause of the accident rate is certainly very important. Given the traffic accident is a cause of high mortality in Indonesia, as many as approximately 6547 events (Traffic Directorate of Polda Metro Jaya).

The purpose of this study is to conduct a Road Safety Inspections on Jalan Wates, Yogyakarta KM KM 5 to 10. On the characteristics and the potential for accidents and highway facilities to compare research sites with existing regulations in Indonesia. The results showed that the highest number of casualties suffered minor injuries as many as 30 people, with the causes of accidents is the human factor as many as 13 events. Based on the incidence of its case, the most common type is the type (KDK) Accident Without Turning Movement Two vehicles were 11 cases, with the type of collision (Re) Rear-End as many as seven events. Most types of vehicles involved in the accident is a motorcycle and the sex most accidents involved were male as many as 13 people, ages 11-20, as many as seven people. Based on observations in the field found some indications of problems that the vehicle in and out of PKU Muhammadiyah Hospital Limestone at certain hours, and increasing the visiting hours are 10:00 to 11:30 and 16:30 to 17:30 o'clock is not available for pedestrian crossing facilities at PKU Muhammadiyah Hospital Limestone region, public transport that raises and lowers the passengers in any place, found a vehicle that took the lane opponent to overtake a vehicle visitors to the store / kiosk parked on the shoulder of the road, the vehicles are out to Agen Bus Efficiency Ambarketawang, the absence of signs warning bus stops, traffic jams at rush hour, the vehicles out Perengdawe filling stations, out of the vehicle in Jalan Wates, Yogyakarta KM 9.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah yang memiliki Perguruan Tinggi. Hal ini membuat Daerah Istimewa Yogyakarta dijuluki sebagai Kota Pendidikan. Oleh karena itu banyak masyarakat Indonesia yang datang ke Yogyakarta tidak lain untuk menuntut ilmu pada Perguruan Tinggi. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, tingkat kepadatan yang ditimbulkan tidak berimbang dengan luas wilayah dan juga panjang jalan yang dimiliki.

Keselamatan adalah faktor penting pada perencanaan transportasi. Pada saat merencanakan transportasi tentu saja keselamatan menjadi pertimbangan yang utama selain kenyamanan dan ekonomis. Pada hal ini mengindentifikasi penyebab tingkat kecelakaan tentunya sangatlah penting. Mengingat kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab kematian yang cukup tinggi di Indonesia, yaitu sebanyak kurang lebih 3.738 kejadian (Ditlantas Polda Metro Jaya). Terjadinya kecelakaan tentu saja mengakibatkan kerugian, baik materi maupun sosial.

Jalan Wates-Yogyakarta dalam sistem jaringan primer merupakan jalan arteri yang menghubungkan Ibu Kota Provinsi dengan Ibu Kota Kabupaten. Banyaknya kejadian kecelakaan pada ruas Jalan Wates-Yogyakarta pada KM 5 sampai dengan KM 10 yang terjadi beberapa tahun belakangan ini yaitu tahun 2014 sampai dengan tahun 2016, berdampak pada perlunya dilakukan Inspeksi Keselamatan Jalan untuk mengetahui situasi dan wilayah yang beresiko tinggi dan berpotensi terjadinya kecelakaan.

Komite Nasional Keselamatan Transportasi memuat bahwa, Inspeksi Keselamatan Jalan adalah audit keselamatan jalan yang dilakukan pada jalan yang telah beroperasi (jalan eksiting). Kecelakaan yang terjadi pada jalan raya umumnya disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah : manusia, kondisi jalan, kondisi kendaraan, dan juga cuaca. Kondisi jalan merupakan salah satu penyebab terjadinya kecelakaan, untuk itu kelengkapan jalan sangat diperlukan


(17)

sebagai pengatur pada jalan tersebut. Kelengkapan jalan yang diperlukan antara lain : Marka Jalan, Penerangan Jalan, Pengaman Jalan dan juga Rambu Lalu Lintas.

B. Rumusan Masalah

Jalan Wates-Yogyakarta pada KM 5 sampai dengan KM 10 merupakan jalan yang memiliki tingkat kepadatan tinggi. Terdapat banyak kendaraan yang melintasi jalan yang menghubungkan Kabupaten Sleman dengan Kabuptaen Kulonprogo serta merupakan jalur antar Provinsi yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta dengan Provinsi Jawa Tengah ini mulai dari sepeda motor kendaraan berat seperti truk dan kontainer. Kecelakaan yang terjadi pada ruas Jalan Wates-Yogyakarta KM 5 sampai dengan KM 10 dalam 3 tahun belakangan ini yaitu sebanyak 19 kejadian, sehingga perlu dilakukan Inspeksi Keselamatan Jalan untuk mengindentifikasi karakteristik kecelakaan dan juga mengevaluasi penyebab terjadinya kecelakaan dapat terjadi, mengetahui situasi yang menyebabkan terjadinya kecelakaan pada ruas Jalan Wates-Yogyakarta KM 5 sampai dengan KM 10 sehingga dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang ada maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Melakukan Inspeksi Keselamatan Jalan ruas Jalan Wates-Yogyakarta KM 5 sampai dengan KM 10.

2. Mengidentifikasi karakteristik kecelakaan pada daerah studi, yaitu Jalan Wates-Yogyakarta KM 5 sampai dengan KM 10.

3. Mengevaluasi potensi kecelakaan pada ruas Jalan Wates-Yogyakarta KM 5 sampai dengan KM 10.


(18)

4. Membandingkan fasilitas jalan raya pada lokasi penelitian dengan Peraturan yang berlaku di Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil Inspeksi Keselamatan Jalan pada ruas Jalan Wates-Yogyakarta KM 5 sampai dengan KM 10 adalah :

1. Untuk menetukan karakteristik kecelakaan pada daerah studi, yaitu Jalan Wates-Yogyakarta KM 5 sampai dengan KM 10.

2. Untuk menentukan potensi kecelakaan pada daerah studi yaitu, Jalan Wates-Yogyakarta KM 5 sampai dengan KM 10.

3. Untuk mengevaluasi optimalisasi dan normalisasi kembali Rambu, Marka, Lampu Penerangan Jalan dan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas.

4. Untuk bahan masukan bagi pemerintah, perencana atau kontraktor dalam penyusunan pedoman Inspeksi Keselamatan Jalan.

5. Untuk bahan masukan bagi pengguna jalan akan pentingnya keselamatan berkendara, khususnya pada daerah studi yaitu Jalan Wates-Yogyakarta KM 5 sampai dengan KM 10.

6. Untuk melengkapi referensi tentang Inspeksi Keselamatan Jalan.

E. Batasan Masalah

Agar ruang lingkup fokus dengan tujuan penelitian, maka diberikan batasan-batasan masalah sebagai berikut :

1. Inspeksi Keselamatan Jalan dilakukan pada daerah studi hanya pada ruas Jalan Wates-Yogyakarta KM 5 sampai dengan KM 10.

2. Penelitian ini hanya terbatas mengevaluasi keberadaan fasilitas perambuan dan kelengkapan jalan seperti Rambu Lalu Lintas, Marka Jalan, Lampu Penerangan Jalan serta Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas, yang berpotensi penyebabkan terjadinya kecelakaan.


(19)

3. Penelitian ini hanya terbatas pada karakteristik kecelakaan terbanyak pada ruas jalan Wates-Yogyakarta KM 5 sampai dengan KM 10.

4. Data yang digunakan adalah data dari Polres Sleman dalam periode 3 tahun terakhir yaitu tahun 2014 sampai dengan 2016.

5. Penelitian ini menggunakan Peraturan yang berlaku di Indonesia.

F. Keaslian Penelitian

Tugas Akhir dengan judul Inspeksi Keselamatan Jalan studi kasus pada Jalan Wates-Yogyakarta KM 5 sampai dengan KM 10, belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian sejenis dengan kasus berbeda yang pernah dilakukan sebagaimana diuraikan pada Tabel 1.1 berikut ini.

Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu Yang Sejenis Dengan Kasus Berbeda

No. Peneliti Judul Penelitian Tahun

1. Sariat Audit Keselamatan

Jalan studi kasus pada ruas jalan Magelang-Yogyakarta KM 3 sampai dengan KM 5 Mertoyudan.

2010

2. Mulyadi Audit Keselamatan

Jalan studi kasus pada ruas jalan Sutoyo Tanah Patah Kota Bengkulu


(20)

No. Peneliti Judul Penelitian Tahun

3. Haryono Audit Keselamatan

Jalan studi kasus pada ruas jalan Laksda. Adi Sucipto KM 7,5 Simpang Babarsari sampai KM 12 Yogyakarta.

2013

4. R. Wisnu M. Nur Audit Keselamatan Jalan studi kasus pada ruas jalan Magelang-Jogja KM 7 sampai dengan KM 10.


(21)

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Inspeksi Keselamatan Jalan

Komite Nasional Keselamatan Transportasi, memuat bahwa (Inspeksi Keselamatan Jalan) IKJ merupakan pemeriksaan sistematis terhadap jalan atau segmen jalan untuk mengidentifikasi bahaya-bahaya, kesalahan-kesalahan dan kekurangan-kekurangan yang dapat menyebabkan kecelakaan. Inspeksi Keselamatan Jalan adalah Audit Keselamatan Jalan pada jalan yang sudah beroperasi. Inspeksi Keselamatan Jalan merupakan elemen penting dalam pencegahan kecelakaan di jalan, tanpa mengabaikan kebutuhan akan elemen manusia dan kendaraan dalam program tersebut.

Peraturan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Nomor 534 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Inspeksi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Bidang Angkutan Umum memuat bahwa pedoman pelaksanaan inspeksi keselamatan jalan terdiri dari tata cara pelaksanaan inspeksi dan formulir inspeksi keselamatan lalu lintas. Tata cara pelaksanaan inspeksi keselamatan jalan merupakan tahapan pelaksaan serta metode pemeriksaan sebagai panduan bagi petugas atau tim dalam melakukan inspeksi. Sedangkan formulir inspeksi merupakan checklist pemenuhan aspek keselamatan pada lalu lintas yang harus diisi oleh petugas atau tim pada saat melakukan inspeksi.

B. Prasarana Lalu Lintas

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan memuat bahwa Prasarana Lalu Lintas adalah ruang lalu lintas, terminal, dan perlengkapan jalan yang meliputi Marka, Rambu, Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas, Alat Pengendali dan Pengaman Pengguna Jalan, Alat Pengawasan dan Pengamanan Jalan, serta fasilitas pendukung.


(23)

Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Menyediakan Infrastrktur, definisi infrastruktur adalah fasilitas teknis, fisik, sistem, perangkat keras, dan lunak yang diperlukan untuk melakukan pelayanan kepada masyarakat dan mendukung jaringan struktur agar pertumbuhan ekonomi dan sosial masyarakat dapat berjalan dengan baik melalui sistem kerjasama antara pemerintah dengan badan usaha. Maka infrastruktur transportasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Jalan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan memuat bahwa jalan umum dapat dibedakan berdasarkan sistem jaringan, fungsi, status dan kelasnya yang dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Pembagian Jalan Menurut Jaringan Fungsi Status dan Kelas

No Pembagian Jalan

1. Sistem Jaringan Jalan a. Jaringan Primer b. Jaringan Sekunder 2. Fungsi Jalan

a. Jalan Arteri b. Jalan Kolektor c. Jalan Lokal d. Jalan Lingkungan 3. Status Jalan

a. Jalan Nasional b. Jalan Provinsi c. Jalan Kabupaten d. Jalan Kota e. Jalan Desa


(24)

No Pembagian Jalan

3. Kelas Jalan

a. Jalan Bebas Hambatan b. Jalan Raya

c. Jalan Sedang d. Jalan Kecil

Sumber : Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan.

Pada penelitian ini jalan pada daerah studi yaitu Jalan Wates-Yogyakarta KM 5 sampai dengan KM 10 merupakan Jalan Arteri dengan sistem jaringan Primer, Status Jalan Nasional dan Kelas Jalan Raya.

2. Drainase

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan, memuat bahwa Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan adalah upaya merencanakan, melaksanakan konstruksi, mengoprasikan, memelihara, memantau dan mengevaluasi sistem fisik drainase perkotaan. Ruang lingkup Penyelenggaraan Sistem Drainase meliputi Penyelenggaraan, Pembiayaan, Peran masyarakat, Pembinaan dan pengawasan dan Pengaturan daerah yang dapat dilihat pada tabel 2.2. Tabel 2.2 Ruang Lingkup Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan

No Ruang Lingkup

1. Penyelenggaraan a. Sistem Teknis b. Sistem Non Teknis

2. Pembiayaan 3. Peran Masyarakat


(25)

No Ruang Lingkup

Swasta 4. Pembinaan

5. Pengaturan Daerah

Sumber : Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan.

3. Rambu-Rambu Lalu Lintas

Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia nomor 13 Tahun 2014 tentang Rambu Lalu Lintas memuat bahwa Rambu Lalu Lintas merupakan perlengkapan Jalan berupa lambang, huruf, angka, kalimat, atau perpaduan yang berfungsi sebagai peringatan, larangan, perintah, atau petunjuk bagi pengguna jalan. Ruang lingkup pengaturan dalam Peraturan Menteri ini meliputi Spesifikasi teknis dan ukuran rambu lalu lintas, yang dapat dilihat pada Tabel 2.3 dan Tabel 2.4.

Tabel 2.3 Spesifikasi Teknis Rambu

No Jenis Rambu Fungsi

1. Rambu Peringatan Rambu peringatan digunakan untuk memberi peringatan kemungkinan ada bahaya di jalan atau tempat berbahaya pada jalan dan

menginformasikan tentang sifat bahaya. 2. Rambu Larangan Rambu larangan digunakan untuk menyatakan

perbuatan yang dilarang dilakukan oleh Pengguna Jalan.

3. Rambu Perintah Rambu perintah digunakan untuk menyatakan perintah yang wajib dilakukan oleh Pengguna Jalan.

4. Rambu Petunjuk Rambu petunjuk digunakan untuk memandu Pengguna Jalan saat melakukan perjalanan atau untuk memberikan informasi lain kepada Pengguna Jalan.

Sumber : Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia nomor 13 Tahun 2014 tentang Rambu Lalu Lintas.


(26)

Tabel 2.4 Ukuran Daun Rambu Lalu Lintas

No Jenis Rambu

Jenis Ukuran

A B C D R

1. Rambu Peringatan

Kecil 450 25 - - 37

Sedang 600 25 - - 37

Besar 750 31 - - 47

Sangat Besar 900 38 - - 56

2. Rambu Larangan

Kecil 450 45 - - -

Sedang 600 60 - - -

Besar 750 75 - - -

Sangat Besar 900 90 - - -

3. Rambu Perintah

Kecil 450 20 - - -

Sedang 600 20 - - -

Besar 750 25 - - -

Sangat Besar 900 30 - - -

4. Rambu Petunjuk

Kecil 500 500 260 230 37

Sedang 600 600 360 350 37

Besar 750 750 430 460 47

Sangat Besar 900 900 520 580 56 Dalam (mm)

Sumber : Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia nomor 13 Tahun 2014 tentang Rambu Lalu Lintas.

4. Marka

Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia nomor 34 tahun 2014 tentang Marka Jalan memuat bahwa Marka Jalan merupakan suatu tanda yang berada di permukaan jalan, meliputi peralatan atau tanda yang membentuk garis membujur, garis melintang, lambang serta marka lainnya yang berfungsi sebagai pengarah arus lalu lintas dan membatasi daerah kepentingan lalu lintas. Menurut jenis dan


(27)

fungsinya terbagi menjadi sembilan jenis yang dapat dilihat pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5 Jenis dan Fungsi Marka

No Jenis Marka Fungsi

1. Marka Jalan permukaan jalan atau di atas permukaan jalan yang

meliputi peralatan atau tanda yang membentuk garis

membujur, garis melintang, garis serong, serta lambang yang berfungsi untuk mengarahkan arus lalu

lintas dan membatasi daerah kepentingan lalu lintas.

2. Marka Membujur

Marka Membujur adalah Marka Jalan yang sejajar dengan sumbu jalan.

3. Marka Melintang

Marka Melintang adalah Marka Jalan yang tegak lurus

terhadap sumbu jalan.

4. Marka Serong Marka Serong adalah Marka Jalan yang membentuk

garis utuh yang tidak termasuk dalam pengertian Marka Membujur atau Marka Melintang, untuk menyatakan suatu daerah permukaan jalan yang bukan merupakan jalur lalu lintas kendaraan. 5. Marka

Lambang

Marka Lambang adalah Marka Jalan berupa panah,

gambar, segitiga, atau tulisan yang dipergunakan untuk mengulangi maksud rambu lalu lintas atau untuk memberitahu pengguna jalan yang tidak dapat

dinyatakan dengan rambu lalu lintas. 6. Marka Kotak

Kuning

Marka Kotak Kuning adalah Marka Jalan berbentuk

segi empat berwarna kuning yang berfungsi melarang

kendaraan berhenti di suatu area.

7. Marka Jalur Jalur adalah bagian jalan yang dipergunakan untuk


(28)

No Jenis Marka Fungsi

lalu lintas kendaraan.

8. Lajur Lajur adalah bagian jalur yang memanjang, dengan

atau tanpa Marka Jalan, yang memiliki lebar cukup

untuk dilewati satu kendaraan bermotor, selain sepeda

motor. 9. Pulau Lalu

Lintas

Pulau Lalu Lintas adalah bagian jalan yang tidak dapat dilalui oleh kendaraan, dapat berupa Marka Jalan atau bagian jalan yang ditinggikan.

Sumber : Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2014 tentang Marka Jalan.

5. Lampu Penerangan Jalan

Standar Nasional Indonesia Nomor 7391 Tahun 2008 tentang Spesifikasi Penerangan Jalan di Kawasan Perkotaan, memuat bahwa Lampu Penerangan Jalan merupakan bagian dari bangunan pelengkap jalan yang dapat diletakkan atau dipasang di kiri/kanan jalan dan atau di tengah (di bagian median jalan) yang digunakan untuk menerangi jalan maupun lingkungan di sekitar jalan yang diperlukan termasuk persimpangan jalan, jalan layang, jembatan dan jalan di bawah tanah suatu unit lengkap yang terdiri dari sumber cahaya, elemen optik, elemen elektrik dan struktur penopang serta pondasi tiang lampu. Penempatan lampu penerangan jalan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan :

a. Kemerataan pencahayaan yang sesuai dengan ketentuan; b. Keselamatan dan keamanan bagi pengguna jalan;

c. Pencahayaan yang lebih tinggi di area tikungan atau persimpangan, dibanding pada bagian jalan yang lurus;

d. Arah dan petunjuk (guide) yang jelas bagi pengguna jalan dan pejalan kaki.


(29)

Sistem penempatan lampu penerangan jalan yang disarankan seperti pada Tabel 2.6

Tabel 2.6 Sistem Penempatan Lampu Penerangan Jalan

Jenis jalan / jembatan Sistem penempatan lampu yang digunakan

Jalan Arteri Sistem menerus dan parsial. Jalan Kolektor Sistem menerus dan parsial. Jalan Lokal Sistem menerus dan parsial. Persimpangan, simpang susun Sistem menerus.

Jembatan Sistem menerus.

Terowongan Sistem menerus bergradasi pada ujung-ujung terowongan.

Sumber : Standar Nasional Indonesia Nomor 7391 Tahun 2008 tentang Spesifikasi Penerangan Jalan di Kawasan Perkotaan.

6. Alat Pemberi Isyarat Lalu lintas

Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia nomor 49 Tahun 2014 tentang Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas memuat bahwa Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas merupakan perangkat elektronik dengan isyarat lampu yang dilengkapi dengan isyarat bunyi untuk mengatur lalu lintas orang dan/atau kendaraan pada persimpangan atau pada ruas jalan. Jenis dan fungsi Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas terdiri atas Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas Lampu Tiga Warna, Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas Lampu Dua Warna dan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas Lampu Satu Warna yang dapat dilihat pada Tabel 2.7.


(30)

Tabel 2.7 Jenis dan Fungsi Alat Pember Isyarat Lalu Lintas

No Jenis Fungsi

1. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas Lampu Tiga Warna

Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas dengan lampu tiga warna dipergunakan untuk mengatur Kendaraan.Lampu tiga warna terdiri dari lampu berwarna merah, kuning, dan hijau.

2. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas Lampu Dua Warna

Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas dengan lampu dua warna dipergunakan untuk mengatur Kendaraan dan/atau Pejalan Kaki. Lampu dua warna terdiri dari lampu berwarna merah dan hijau. Lampu berwarna merah untuk

menyatakan Kendaraan harus berhenti dan tidak boleh melewati marka

melintang yang berfungsi sebagai garis henti.Lampu berwarna hijau

menyatakan Kendaraan berjalan. 3. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas

Lampu Satu Warna

Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas dengan lampu satu warna dipergunakan untuk memberikan peringatan bahaya kepada Pengguna Jalan.Lampu satu warna berwarna kuning kelap kelip atau merah. Lampu berwarna kuning kelap kelip untuk menyatakan Pengguna Jalan berhati-hati. Lampu berwarna merah untuk menyatakan Pengguna Jalan berhenti.

Sumber : Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia nomor 49 Tahun 2014 tentang Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas.

Pengaturan waktu siklus Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas terdiri atas waktu siklus terkoordinasi dan waktu siklus tidak terkoordinasi, yang dapat dilihat pada tabel 2.8.


(31)

Tabel 2.8 Pengaturan waktu siklus Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas

No Siklus terkoordinasi Siklus tidak terkoordinasi

1. Volume lalu lintas yang menuju kaki simpang

Tundaan lalu lintas 2. Volume lalu lintas yang

meninggalkan kaki simpang

Konflik lalu lintas 3. Kapasitas pendekat

masing-masing kaki simpang

bagi lalu lintas yang mendekati kaki simpang dan

yang menjauhi kaki simpang

Percepatan lalu lintas

4. Komposisi lalu lintas kendaraan dan Pejalan Kaki

5. Variasi lalu lintas periodik dan insidentil

6. Distribusi arah pergerakan lalu lintas

7. Tundaaan dan antrian; 8. Kecepatan

9. Pengaturan arus lalu lintas

Sumber : Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia nomor 49 Tahun 2014 tentang Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas.

C. Kendaraan

1. Jenis Kendaraan

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan memuat bahwa kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang terdiri atas Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Tidak Bermotor. Menurut jenis dan fungsi kendaraan dapat dilihat pada tabel 2.9.


(32)

Tabel 2.9 Klasifikasi Jenis dan Fungsi Kendaraan Bermotor

No Jenis Keterangan

1. Kendaraan Bermotor Kendaraan Bermotor berdasarkan jenis dikelompokkan ke dalam:

a. Sepeda Motor; b. Mobil Penumpang; c. Mobil Bus;

d. Mobil Barang; dan e. Kendaraan khusus. 2. Kendaraan Tidak Bermotor Kendaraan Tidak Bermotor

dikelompokkan ke dalam:

a. Kendaraan yang digerakkan oleh tenaga orang; dan

b. Kendaraan yang ditarik oleh tenaga hewan.

Sumber : Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan memuat bahwa penggunaan kendaraan bermotor meliputi :

a. Sepeda Motor hanya dapat digunakan untuk pengemudi dan 1 (satu) penumpang.

b. Mobil Penumpang hanya digunakan untuk mengangkut paling banyak 7 (tujuh) penumpang selain pengemudi.

c. Mobil Bus hanya digunakan untuk mengangkut lebih dari 7 (tujuh) penumpang selain pengemudi.

d. Mobil Barang digunakan untuk mengangkut barang.

e. Kendaraan khusus digunakan untuk keperluan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia, alat berat dan kendaraan khusus untuk penyandang cacat.


(33)

D. Kecelakaan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan memuat bahwa kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda. Berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan pada pasal 229, karakteristik kecelakaan lalu lintas dapat dibagi kedalam 3 (tiga) golongan, yaitu:

1. Kecelakaan Lalu Lintas ringan, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan kendaraan dan/atau barang.

2. Kecelakaan Lalu Lintas sedang, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan luka ringan dan kerusakan kendaraan dan/atau barang.

3. Kecelakaan Lalu Lintas berat, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan korban meninggal dunia atau luka berat.

Peraturan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Nomor 534 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Inspeksi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Bidang Angkutan Umum, memuat bahwa besarnya presentase masing-masing faktor penyebab kecelakaan lalu lintas di Indonesia yaitu faktor manusia sebesar 93,52%, faktor kendaraan sebesar 2,76%, faktor jalan 3,23% dan faktor lingkungan sebesar 0,49%. Secara umum faktor utama penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yakni :

1. Faktor manusia

Manusia sebagai pengendara yaitu orang yang melaksanakan pekerjaan mengemudi, mengendalikan dan mengarahkan kendaraan ke suatu tempat tertentu. Manusia adalah faktor terpenting dan terbesar penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas. Mengemudi merupakan pekerjaan yang kompleks, yang memerlukan pengetahuan dan kemampuan tertentu karena pada saat yang sama pengemudi harus berhadapan dengan peralatan dan


(34)

menerima pengaruh rangsangan dari keadaan sekelilingnya (Hobbs,1995). Karakteristik dari pengendara yang berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan lalu lintas yaitu :

a. Umur

Umur merupakan salah satu karakteristik penting yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas. Orang yang berusia tua atau diatas 30 tahun biasanya lebih memiliki kewaspadaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang berusia muda yang terkadang menggebu-gebu dan tergesa-gesa dalam berkendara. Lebih dari 27,1% kecelakaan pada tahun 2004 melibatkan anak muda dan pengendara dengan usia antara 12-25 tahun.

b. Jenis Kelamin

Jenis kelamin laki-laki memiliki resiko lebih tinggi mengalami kecelakaan lalu lintas dibanding jenis kelamin perempuan. Hal ini dikarenakan mobilitas jenis kelamin laki-laki lebih tinggi daripada perempuan di jalan raya dalam berkendara.

c. Perilaku

Faktor prilaku juga mempunyai peranan penting dalam terjadinya kecelakaan lalu lintas. Apabila perilaku pengendara tidak baik maka akan mempengaruhi keselamatan pengendara tersebut.

d. Kepemilikan (Surat Izin Mengemudi) SIM

(Surat Izin Mengemudi) SIM merupakan suatu tanda bahwa pengendara sudah layak berkendara di jalan raya.


(35)

2. Faktor Kendaraan

Faktor kendaraan merupakan faktor yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas. Memilih kendaran yang cocok atau sesuai dengan kebutuhan adalah keputusan yang penting dalam berkendara. Faktor kendaraan yang berisiko menimbulkan kecelakaan lalu lintas, adalah : a. Rem Blong

Rem merupakan komponen penting dari kendaraan yang berfungsi untuk memperlambat laju kendaraan. Teknik pengereman yang baik yaitu menggunakan kedua rem untuk menghentikan atau mengurangi kecepatan kendaraan. Jarak terlalu dekat juga mempengaruhi pengereman, jika pengendara kurang memperhatikan jarak minimal dengan kendaraan di depan dan kecepatan kendaraannya maka jarak pandang henti akan berkurang dan dapat menimbulkan kecelakaan. b. Ban

Hal –hal yang harus diperhatikan pada ban yaitu tekanan ban dan kerusakan ban. Adapun hal lain yang harus diperhatikan dalam memilih dan menggunakan ban adalah ukuran ban, tipe ban dan daya cengkeram ban pada jalan.

c. Selip

Selip adalah lepasnya kontak roda kendaraan dengan permukaan jalan atau saat melakukan pengereman roda kendaraan memblokir sehingga pengemudi tidak dapat megendalikan kendaraan.

d. Lampu Kendaraan

Lampu kendaraan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap terjadinya kecelakaan lalu lintas bagi pengendara.


(36)

3. Faktor Lingkungan Fisik

Faktor lingkungan fisik merupakan faktor dari luar yang berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan lalu lintas, lingkungan fisik yang dimaskud terdiri dari dua unsur, yakni : faktor jalan dan faktor lingkungan. Faktor jalan meliputi kondisi jalan yang rusak, berlubang, licin, gelap, tanpa marka/ rambu dan tikungan/tanjakan/turunan tajam, selain itu lokasi jalan seperti di dalam kota atau di luar kota dan volume lalu lintas juga berpengaruh terhadap timbulnya kecelakaan lalu lintas. Sedangkan faktor lingkungan berasal dari kondisi cuaca, yakni berkabut, mendung dan hujan. Interaksi antara faktor jalan dan faktor lingkungan inilah yang akhirnya menciptakan faktor lingkungan fisik yang menjadi salah satu sebab terjadinya kecelakaan lalu lintas.

2. Tipe Kecelakaan

Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor 534 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Inspeksi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Bidang Angkutan Umum memuat bahwa karakteristik kecelakaan lalu lintas dapat dibagi menjadi beberapa jenis dan tipe tabrkan, yang dapat dilihat pada Tabel 2.10 dan 2.11.

Tabel 2.10 Klasifikasi Tipe Kecelakaan

No Jenis Istilah Uraian

1. Ra Angel Tabrakan antara kendaraan yang bergerak pada arah yang berbeda, namun bukan dari arah berlawanan 2. Re Reae-End Kendaraan menabrak dari belakang

kendaraan lain yang bergerak searah. 3. Ss Sideswape Kendaraan yang bergerak menabrak

kendaraan lain dari samping ketika berjalan pada arah yang sama, atau


(37)

No Jenis Istilah Uraian

pada arah yang berlawanan.

4 Ho Head-ON Tabrakan antara yang berjalan pada arah yang berlawanan (tidak

sideswape).

5. Ba Backing Tabrakan secara mundur.

Sumber : Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor 534 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Inspeksi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Bidang Angkutan Umum.

Tabel 2.11 Klasifikasi Jenis Kecelakaan

No Jenis Istilah Uraian

1. Kecelakaan Tunggal. KT Kecelakaan yang terjadi secara tunggal tanpa ada korban lain yang terlibat.

2. Kecelakaan Pejalan Kaki.

KPK Kecelakaan yang melibatkan pejalan kaki sebagai korbannya 3. Kecelakaan

Membelok Dua Kendaraan

KMDK Kecelakaan yang terjadi pada dua kendaraan yang membelok pada arah.

4. Kecelakaan Membelok Lebih dari Dua Kendaraan.

KMLDK Kecelakaan yang terjadi pada lebih dari dua kendaraan yang membelok arah.

5. Kecelakaan Tanpa Gerakan Membelok Dua Kendaraan

KDK Kecelakaan pada dua kendaraan yang terjadi tanpa adanya gerakan membelok.

6. Kecelakaan Tanpa Membelok Lebih dari Dua Kendaraan.

KLDK Keccelakaan pada lebih dari dua kendaraan yang terjadi tanpa adanya gerakan membelok.


(38)

No Jenis Istilah Uraian

Sumber : Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor 534 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Inspeksi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Bidang Angkutan Umum.

E. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

Hasil Penelitian Sariat (2010) di Jalan Magelang-Yogyakarta KM 3 sampai dengan KM 5 Mertoyudan, menunjukkan bahwa pada tahun 2005 sampai 2009 jumlah kecelakaan sebanyak 23 kejadian. Korban meninggal dunia sebanyak 4 orang, luka berat 10 orang, dan luka ringan 27 orang. Faktor penyebab kecelakaan yaitu, faktor manusia sebanyak 11 kejadian, kendaraan sebanyak 8 kejadian, dan lingkungan sebanyak 4 kejadian. Tipe kecelakaan yaitu tipe KPK (Kecelakaan Pejalan Kaki) sebanyak 10 kejadian dan jenis tabrakan adalah Ho (Head On) sebanyak 10 kejadian. Pada lokasi ditemukan beberapa indikasi penyebab terjadinya kecelakaan, yaitu bahu jalan digunakan untuk parkir dan tempat berjualan serta banyak bahu jalan dalam kondisi rusak.

Hasil Penelitian Mulyadi (2011) di Jalan Sutoyo Tanah Patah Kota Bengkulu, menyatakan bahwa jumlah korban terbanyak adalah luka ringan sebanyak 19 orang. Faktor penyebab terbanyak yaitu faktor manusia sebanyak 19 kejadian . Jenis tabrakan terbanyak adalah Re (Rear End), yaitu kendaraan yang menabrak kendaraan lain yang bergerak searah, kecuali pada jalur yang sama (sebanyak 17 kejadian). Pada lokasi ditemukan beberapa indikasi penyebab terjadinya kecelakaan, yaitu : tidak adanya pemberhentian bus, sehingga perkerasan jalan digunakan sebagai alternatif untuk menurunkan penumpang dan menjadi tempat parkir kendaraan. Selanjutnya tidak adanya fasilitas pejalan kaki, sehingga banyak pejalan kaki menggunakan perkerasan jalan untuk aktivitas pejalan kaki, serta minimnya fasilitas penyeberangan. Kemudian yang terakhir adalah tidak adanya rambu peringatan mengurangi kecepatan.


(39)

Hasil Penelitian Haryono (2013) di Jalan Laksda Adi Sucipto KM 7,5 sampai dengan KM 12, menunjukkan bahwa pada tahun 2010 sampai 2012 jumlah kecelakaan sebanyak 230 kejadian. Korban meninggal dunia sebanyak 12 orang, luka berat 120 orang, dan luka ringan 276 orang. Faktor penyebab kecelakaan yaitu, faktor manusia sebanyak 255 kejadian, kendaraan sebanyak 2 kejadian, dan lingkungan sebanyak 3 kejadian. Tipe kecelakaan yaitu tipe KMDK (Kecelakaan Membelok Dua Kendaraan) sebanyak 82 kejadian. Pada lokasi ditemukan beberapa indikasi penyebab terjadinya kecelakaan, yaitu : bahu jalan digunakan untuk parkir dan tempat berjualan. Selanjutnya pohon pada median jalan sehingga menghalangi pandangan pengendara yang akan memutar arah. Kemudian yang terakhir adalah marka jalan yang sudah pudar dan tidak adanya rambu untuk mengurangi kecepatan.

Hasil Penelitian R. Wisnu M. Nur (2015) di Jalan Magelang-Yogyakarta KM 7 sampai dengan KM 10 Mungkid, Magelang, menunjukkan bahwa pada tahun 2010 sampai 2013 jumlah kecelakaan sebanyak 87 kejadian. Korban meninggal dunia sebanyak 6 orang, luka berat 16 orang, dan luka ringan 107 orang. Faktor penyebab kecelakaan yaitu, faktor manusia sebanyak 52 kejadian, kendaraan sebanyak 32 kejadian, dan lingkungan sebanyak 3 kejadian. Tipe kecelakaan yaitu tipe KDK (Kecelakaan Tanpa Membelok Dua Kendaraan) sebanyak 51 kejadian dan jenis tabrakan adalah Re (Rear End) sebanyak 43 kejadian. Pada lokasi ditemukan beberapa indikasi penyebab terjadinya kecelakaan, yaitu bahu jalan digunakan untuk parkir dan tempat berjualan. Marka jalan banyak yang pudar. Drainasi kurang perawatan dan pengecekan berkala. Jika musim hujan, pada KM 8,1 terdapat genangan air sehingga mengganggu lalu lintas dan menyebabkan kecelakaan.


(40)

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian yang dilakukan mengikuti bagan alir pada Gambar 3.1.

Mulai Tinjauan Pustaka Survei Pendahuluan Pengumpulan Data Data Primer:

Hasil survei lapangan : a.Fasilitas Transportasi. (Jalan,Drainase,Rambu,Marka ,Lampu Penerangan Jalan,Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas). b. Melakukan Inspeksi Keselamatan Jalan (IKJ).

Data Sekunder

1. Data kecelakaan lalu lintas : a. Tingkat kecelakaan di daerah studi.

b. Jumlah kecelakaan.

berdasarkan faktor penyebab. c. Jumlah kejadian berdasarkan tipe kecelakaan.

d. Jenis kendaraan yang terlibat. e. Jenis kelamin yang terlibat kecelakaan.

f. Jumlah usia korban terbanyak 2. Peraturan yang berlaku di Indonesia.

Analisis Data dan Pembahasan

a. Menentukan karakteristik kecelakaan b. Membandingkan hasil peneltian dengan Peraturan yang berlaku di Indonesia. c. Melakukan audit dan analisis

Kompilasi Data


(42)

Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitiaan

Tahapan penelitian yang dilakukan pada ruas Jalan Wates-Yogyakarta KM 5 sampai dengan KM 10 sesuai dengan bagan alir pada gambar 3.1 meliputi :

1. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan kegiatan mencari, membaca dan menelaah laporan-laporan penelitian dan bahan pustaka yang memuat teori-teori yang relevan dengan penelitian yang dilakukan. Pada penelitian ini tinjauan pustaka yang digunakan yaitu Peraturan yang berlaku di Indonesia dan penelitian terdahulu.

2. Survei Pendahulan

Survei/pengamatan di lapangan dilakukan pada penelitian ini dilakukan sebanyak (dua) 2 kali. Diantaranya yaitu survei pendahuluan dan survei lanjutan. Survei pendahuluan merupakan survei pada awal peneliatian yang dilakukan pada Hari Rabu 7 Desember 2016 pukul 16.30 dengan cara pengamatan langsung secara sekilas mengenai keberadaan fasilitas transportasi pada lokasi penelitian.

Kesimpulan

Selesai


(43)

3. Pengumpulan Data

Sistem pengumpulan data pada penelitin ini yaitu dengan survei langsung pada lokasi untuk memperoleh data primer. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Instansi terkait yaitu Polres Sleman.

4. Ananlisis Data

Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini yaitu : a. Menentukan karakteristik kecelakaan.

Ananlisis yang dilakukan dalam menentukan karakteristik kecelakaan yaitu dengan cara mengolah data kecelakaan yang diperoleh dari Instansi terkait yakni Polres Sleman.

b. Membandingkan hasil penelitian dengan Peraturan yang berlaku di Indonesia.

Perbandingan dilakukan pada hasil penelitian dengan Peraturan yang berlaku di Indonesia, selanjutnya dilakukan analisis pada hasil penelitian yang tidak sesuai dengan standar Peraturan yang berlaku di Indonesia.

c. Melakukan inspeksi dan analisis.

Ananlisis Inspeksi Keselamatan Jalan dilakukan dengan pembuatan


(44)

B. Lokasi Penelitian

Penelitian Inspeksi Keselamatan Jalan dilakukan pada satu jalan yang merupakan daerah rawan kecelakaan di Yogyakarta, yaitu pada ruas Jalan Wates- Yogyakarta KM 5 sampai dengan KM 10 yang terlihat pada gambar 3.2 sebagai berikut :

Gambar 3.2 Denah Lokasi Penelitian.

C. Waktu Penelitian

Survei/pengamatan di lapangan dilakukan sebanyak (dua) 2 kali yaitu : a. Survei Pendahuluan

Survei pendahuluan dilakukan pada Hari Rabu 7 Desember 2016 pukul 16.30 dengan cara pengamatan langsung secara sekilas mengenai keberadaan fasilitas transportasi pada lokasi penelitian.

b. Survei Lanjutan

Survei lanjutan dilakukan pada hari Rabu tanggal 19 Februari 2017. Survei keberadaan fasilitas transportasi dilakukan pada daerah studi yang


(45)

memiliki tingkat kerawanan kecelakaan tinggi yaitu pada KM 5.5, KM 7 dan KM 9.

D. Jenis Data

Untuk mengetahui permasalahan Inspeksi Keselamatan Jalan pada ruas Jalan Wates-Yogyakarta KM 5 sampai dengan KM 10. Data yang dibutuhkan terdiri dari:

1. Data Primer

Data primer yaitu data yang didapat melalui pengamatan langsung di lapangan. Data primer yang diperoleh adalah:

a. Fasilitas Lalu Lintas, meliputi : a. Jalan;

b. Saluran Drainaae; c. Rambu;

d. Marka;

e. Lampu Penerangan Jalan;

f. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas. b. Checklist Audit Keselamatan Jalan.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari instansi terkait yaitu Bagian Lakalantas POLRES Sleman, Data tersebut berupa :

a. Tingkat kecelakaan di daerah studi.

b. Jumlah kecelakaan berdasarkan faktor penyebab. c. Jumlah kejadian berdasarkan tipe kecelakaan. d. Jenis kendaraan yang terlibat.

e. Jenis kelamin yang terlibat. f. Jumlah usia korban terbanyak.


(46)

E. Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

1. Alat untuk pengukuran yaitu meteran untuk mengukur panjang jalan dan lebar jalan pada lokasi penelitian.

2. Formulir pemeriksaan keselamatan, untuk mengidentifikasi persoalan-persoalan keselamatan jalan, berupa kelompok pemeriksaan persoalan-persoalan, yang dimulai dari persoalan umum hingga persoalan yang lebih khusus dan rinci.

3. Kamera foto, untuk pengambilan gambar dan lokasi lalulintas di lokasi yang diteliti.

F. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian untuk mendapatkan data primer: 1. Fasilitas Jalan.

Dilakukan dengan cara pengamatan langsung sepanjang ruas Jalan Wates-Yogyakarata KM 5 sampai dengan KM 10 pada titik-titik yang dianggap rawan kecelakaan.

2. Checklist Inspeksi Keselamatan Jalan.

Melakukan analisis langsung pada kondisi jalan di daerah studi. Analisis akan difokuskan pada hasil temuan yang berindikasi jawaban Tidak (T) sertai identifikasi bagian-bagian jalan dan fasilitas pendukung lainnya.


(47)

G. Metode Analisis Data

Metode analisis data adalah metode yang digunakan untuk menyederhanakan data sehingga mudah dibaca dan dipahami. Dari data yang telah terkumpul dilakukan perhitungan data dan analisis.

1. Berdasarkan data keberadaan fasilitas perambuan dan kelengkapan jalan seperti Rambu Lalu Lintas, Marka Jalan, Lampu Penerangan Jalan serta Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas, yang berpotensi penyebabkan terjadinya kecelakaan.

2. Data tentang jumlah kecelakaan, jumlah kecelakaan berdasarkan faktor penyebab, jumlah kecelakaan berdasarkan jenis kelamin, jumlah korban kecelakaan berdasarkan jenis kendaraan yang terlibat dan tipe kecelakaan diolah dan kemudian dibuat grafik.


(48)

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Kecelakaan

1. Jumlah kecelakaan dan jumlah korban kecelakaan

Data dari Kepolisian Resort Sleman, terhitung dari tahun 2014 sampai dengan 2016 pada ruas Jalan Wates-Yogyakarta KM 5 sampai dengan KM 10 terdapat kasus kecelakaan lalu lintas sebanyak 19 kejadian. Data tersebut dapat dilihat pada gambar 4.1 dan gambar 4.2.

Gambar 4.1 Jumlah Kecelakaan Di Daerah Studi


(49)

Gambar 4.2 Jumlah Korban Kecelakaan Di Daerah Studi

(Sumber : Satlantas POLRES Sleman, 2016).

Dari gambar 4.2 dapat diambil kesimpulan bahwa korban kecelakaan paling banyak mengalami luka ringan yaitu sebanyak 30 orang.

2. Jumlah Kecelakaan Berdasarkan Faktor Penyebab

Faktor penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yakni faktor manusia, faktor kendaraan dan faktor lingkungan fisik. Daftar jumlah korban berdasarkan faktor penyebab dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2016 dapat dilihat pada gambar 4.3.


(50)

Gambar 4.3 Jumlah Kecelakaan Berdasarkan Faktor Penyebab

(Sumber : Satlantas POLRES Sleman, 2016).

Dari gambar 4.3 dapat diambil kesimpulan bahwa faktor penyebab kecelakaan terbesar adalah faktor manusia sebanyak 13 kejadian.

3. Jumlah Kecelakaan Berdasarkan Tipe Kecelakaan

Tipe kecelakaan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu berdasarkan proses kejadian dan jenis tabrakan. Dari data yang didapat di Kepolisian Resort Sleman pada tahun 2014 sampai dengan 2016 dapat dilihat pada tabel 4.1 gambar 4.4 dan 4.5


(51)

Tabel 4.1 Jumlah Kejadian Berdasarkan Tipe Kecelakaan

Keterangan :

KT : Kecelakaan Tunggal. KPK : Kecelakaan Pejalan Kaki.

KMDK : Kecelakaan Membelok Dua Kendaraan.

KMLDK : Kecelakaan Membelok Lebih dari Dua Kendaraan. KDK : Kecelakaan Tanpa Gerakan Membelok Dua Kendaraan. KLDK : Kecelakaan Tanpa Membelok Lebih dari Dua Kendaraan. Ra : Angle

Re : Rear-end

Ss : Sideswipe

Ho : Head On


(52)

Gambar 4.4 Jumlah Kecelakaan Berdasarkan Jenis Tabrakan

(Sumber : Satlantas POLRES Sleman, 2016).

Gambar 4.5 Jumlah Kecelakaan Berdasarkan Proses Kejadian

(Sumber : Satlantas POLRES Sleman, 2016).

Berdasarkan tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa berdasarkan proses kejadian, kecelakaan disebabkan karena Kecelakaan Tanpa Gerakan Membelok Dua Kendaraan ( KDK ) sebanyak 11 kejadian, sedangkan berdasarkan jenis tabrakan yang terbanyak adalah Rear-End sebanyak 7 kejadian.


(53)

4. Jenis Kendaraan yang Terlibat Kecelakaan

Dari banyaknya jumlah kecelakaan yang ada diruas di daerah studi terdapat berbagai jenis kendaraan yang terlibat kecelakaan seperti yang dapat dilihat pada tabel 4.2 dan gambar 4.6.

Tabel 4.2 Jenis Kendaraan Yang Terlibat Kecelakaan

No Tahun Jenis Kendaraan

HV LV MC UM

1. 2014 0 5 5 1

2. 2015 0 3 13 2

3. 2016 0 1 11 0

Jumlah 0 9 29 3

( Sumber : Satlantas POLRES Sleman,2016).

Keterangan

HV : Kendaraan Berat (Truk besar, truk kecil, bus besar bus kecil) LV : Kendaraan Ringan ( Mobil Penumpang ).

MC : Sepeda Motor.


(54)

Gambar 4.6 Jenis Kendaraan Yang Terlibat Kecelakaan.

(Sumber : Satlantas POLRES Sleman, 2016).

Dari Tabel 4.2 dapat diambil kesimpulan bahwa jenis kendaraan terbanyak yang terlibat kecelakaan adalah sepeda motor sebanyak 29 kendaraan.

5. Jenis Kelamin Korban Kecelakaan

Jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.3 dan gambar 4.7. Tabel 4.3 Jenis Kelamin Yang Terlibat Kecelakaan

No Tahun Jenis Kelamin

Perempuan Laki-laki

1. 2014 1 3

2. 2015 1 6

3. 2016 2 4

Jumlah 4 13


(55)

Gambar 4.7 Jumlah kecelakaan menurut jenis kelamin yang terlibat kecelakaan.

(Sumber : Satlantas POLRES Sleman, 2016).

Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa laki-laki lebih sering terlibat dalam kecelakaan yaitu sebanyak 13 orang.

6. Usia Korban Kecelakaan

Usia korban kecelakaan dapat dilihat pada tabel 4.4 dan gambar 4.8. Tabel 4.4 Usia Korban Kecelakaan Terbanyak

No Usia 2014 2015 2016 Jumlah

1. <10 0 0 0 0

2. 11-20 1 3 3 7

3. 21-30 0 0 2 2

4. 31-40 1 3 1 5

5. 41-50 1 2 2 4

6. 51-60 1 1 0 2

7. >60 0 3 0 3


(56)

Gambar 4.8 Usia Korban Kecelakaan

(Sumber : Satlantas POLRES Sleman, 2016).

Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa usia antara 11-20 tahun lebih sering terlibat dalam kecelakaan yaitu sebanyak 7 orang.

B. Pelaksanaan Inspeksi Keselamatan Jalan

Tingginya tingkat kecelakaan lalu lintas, maka perlu dilakukannya Inspeksi Keselamatan Jalan untuk mengurangi tingkat kecelakaan pada ruas Jalan Wates-Yogyakarta KM 5 sampai dengan KM 10. Hasil analisis didapatkan dari survei atau temuan pada lokasi penelitian yaitu Jalan Wates-Yogyakarta KM 5 sampai dengan KM 10. Analisis difokuskan pada identifikasi fasilitas transportasi sebagai pendukung Jalan yang dianggap berpotensi mengakibatkan kecelakaan lalu lintas melalui suatu konsep pemeriksaan jalan yang komprehensif, sistematis dan independen.

Analisis hasil temuan yang ada di lokasi penelitian akan difokuskan pada

hasil temuan yang berindikasi jawaban Tidak (T) serta identifikasi bagian−bagian


(57)

atau persyaratan teknis.Selanjutnya membuat kesimpulan dan saran dari hasil Inspeksi pada daerah studi. Hasil Inspeksi dapat dilihat pada tabel 4.5 sampai dengan tabel 4.7.

Tabel 4.5 Daftar Pemeriksaan Kondisi Umum Jalan

Daftar Pemeriksaan 1 Kondisi Umum

Fokus Pemeriksaan

Ya (Y)/Tidak

(T)

Keterangan

1.1 Kelas/ Fungsi Jalan 1.2 Median/ Sparator 1.3 Bahu Jalan 1. 4 Lansekap 1.5 Tempat Parkir

1.6 Pemberhentian Bus 1.7 Pengharapan

Pengemudi 1.8 Lebar Jalan 1.9 Lebar Lajur 1.10 Lintasan Penyebrangan 1.11 Kerusakan pada Perkerasan Jalan

(Sumber : Hasil Temuan di Ruas Jalan Wates-Yogyakarata KM 5-KM 10, 2016).

Dari Hasil pemeriksaan berdasarkan Tabel 4.8 maka dapat dianalisis dengan difokuskan pada jawaban T dan identifikasi pada bagian desain jalan yang tidak memenuhi standar.


(58)

1. Tempat Parkir

Banyaknya toko/ kios disepanjang lokasi penelitian yang tidak mempunyai lahan parkir yang memadai, sehingga ditemukan banyak kendaraan pengunjung toko/ kios yang memarkirkan kendraannya di bahu jalan.

Gambar 4.9 Keadaan Parkir Kendaraan Pengunjung Toko/Kios

2. Pemberhentian Bus

Banyaknya bus yang melintasi lokasi penelitian kerap menaikkan dan menurunkan penumpang di bahu jalan sehingga membuat lalu lintas menjadi terhalang. Karena ukuran bus yang cukup besar menutupi jarak pandang.


(59)

Gambar 4.10 Tempat Pemberhentian Bus Di Bahu Jalan 3. Fasilitas Penyeberangan Pejalan Kaki

Berdasarkan pengamatan di lokasi penelitian tidak ditemukan fasilitas penyebrangan bagi pejalan kaki di ruas Jalan depan RS PKU Muhammadiyah Gamping. Sehingga pejalan kaki yang hendak menyebrang setelah turun dari angkutan umum terpaksa menyebrang tanpa fasilitas penyebrangan yang tentunya sangat berbahaya.


(60)

Tabel 4.6 Daftar Pemeriksaan Kondisi Fasilitas Jalan

Daftar Pemeriksaan 2 Kondisi Umum

Fokus Pemeriksaan

Ya (Y)/Tidak

(T)

Keterangan

2.1 Drainase 2.2 Rambu 2.3 Marka

2.4 Lampu Penerangan Jalan

2.5 Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas

(Sumber : Hasil Temuan di Ruas Jalan Wates-Yogyakarata KM 5-KM 10, 2016).

Dari Hasil pemeriksaan berdasarkan Tabel 4.9 maka dapat dianalisis dengan difokuskan pada jawaban T dan identifikasi pada bagian desain jalan yang tidak memenuhi standar.

1. Saluran Drainase

a. Dari hasil temuan yang didapat pada lokasi penelitian menunjukkan bahwa pada ruas Jalan depan RS PKU Muhammadiyah Gamping terdapat saluran drainase menggunakan sistem tertutup, sehingga tidak tampak dari pengamatan.


(61)

Gambar 4.12 Kondisi Saluran Drainase Sistem Tertutup

b. Temuan pada lokasi penelitian menunjukkan bahwa keadaan saluran drainase dalam kondisi yang buruk. Hal ini terlihat dari banyaknya sampah dan saluran yang ditumbuhi banyaknya rerumputan.


(62)

Gambar 4.15 Keadaan Saluran Drainase Yang Tidak Terawat 2. Penempatan Rambu

Dari hasil pengamatan di lokasi penelitian pada ruas Jalan depan SPBU Perengdawe ditemukan bahwa penempatan rambu terlihat berjajar dengan jarak yang berdekatan dan tertutup oleh pohon yang berada di tepi jalan sehinnga rambu tidak terlihat dengan jelas oleh pengendara.


(63)

Gambar 4.14 Keadaan Rambu Yang Tertutup Oleh Pohon

Tabel 4.7 Daftar Pemeriksaan Kondisi Bangunan Pelengkap

Daftar Pemeriksaan 3

Kondisi Umum Fokus

Pemeriksaan

Ya (Y)/Tidak

(T)

Keterangan

3.1 Penghalang Tabrakan

3.3 Papan Petunjuk dan Papan Iklan 3.4 Tiang Listrik dan Tiang Telepon

(Sumber : Hasil Temuan di Ruas Jalan Wates-Yogyakarata KM 5-KM 10, 2016).

Dari hasil pemeriksaan berdasarkan Tabel 4.11 maka dapat dianalisis dengan difokuskan pada jawaban T dan identifi6kasi pada bagian desain bangunan pelengkap yang tidak memenuhi standar.


(64)

1. Pagar Penghalang Tabrakan

Dari hasil pengamatan di lokasi penelitian yaitu ruas Jalan depan RS PKU Muhammadiyah Gamping tidak ditemukan pagar penghalang tabrakan.


(65)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada ruas Jalan Wates– Yogyakarta pada KM 5 sampai dengan KM 10, maka didapatkan hasil sebagai berikut :

1. (Inspeksi Keselamatan Jalan) IKJ

Hasil (Inspeksi Keselamatan Jalan) IKJ yang dilakukan pada ruas Jalan Wates-Yogyakarta KM 5 sampai dengan KM 10 menunjukkan bahwa terdapat tiga blackspot atau daerah yang merupakan daerah rawan kecelakaan yang dapat dilihat dari data kecelakaan dalam kurun waktu tiga tahun yaitu tahun 2014 sampai dengan tahun 2016. Daerah rawan kecelakaan tersebut diantarnya :

a. Jalan Wates-Yogyakarta KM 5,5 yaitu ruas Jalan depan RS PKU Muhammadiyah Gamping.

b. Jalan Wates-Yogyakarta KM 7, yaitu ruas Jalan depan Agen Bus Efisiensi Ambarketawang Gamping.

c. Jalan Wates-Yogyakarta KM 9, yaitu ruas Jalan depan SPBU Perengdawe Gamping.

2. Identifikasi Karakteristik Kecelakaan

Berdasarkan pengamatan pada lokasi penelitian, maka didapatkan hasil identifikasi karakteristik kecelakaan sebagai berikut :

a. Jumlah korban terbanyak mengalami luka ringan sebanyak 30 orang, dengan faktor penyebab kecelakaan adalah faktor manusia sebanyak 13 kejadian.


(66)

b. Berdasarkan proses kejadian perkaranya, maka tipe yang paling banyak terjadi adalah tipe (KDK) Kecelakaan Tanpa Gerakan Membelok Dua Kendaraan sebanyak 11 kejadian, dengan jenis tabrakan (Re) Rear-End yaitu sebanyak 7 kejadian. Jenis kendaraan terbanyak yang terlibat kecelakaan adalah sepeda motor dan jenis kelamin yang terlibat kecelakaan terbanyak adalah laki-laki sebanyak 13 orang, dengan usia 11-20 sebanyak 7 orang. c. Berdasarkan data karakteristik kecelakaan yang terjadi pada ruas

Jalan Wates–Yogyakarta pada KM 5 sampai dengan KM 10 pada daerah studi, faktor penyebab utama kecelakaan adalah manusia. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan manusia dan perilaku manusia yang cenderung ingin diprioritaskan.

3. Evaluasi Potensi Kecelakaan

Berdasarkan pengamatan pada lokasi penelitian, maka didapatkan hasil evaluasi potensi kecelakaan pada daerah rawan kecelakaan sebagai berikut:

1. Jalan Wates-Yogyakarta KM 5,5 (Ruas Jalan depan RS PKU Muhammadiyah Gamping) :

a. Terdapat kendaraan yang keluar masuk RS PKU Muhammadiyah Gamping pada jam tertentu, dan semakin meningkat pada jam besuk yaitu pukul 10.00-11.30 dan 16.30-17.30.

b. Tidak tersedia fasilitas penyeberangan untuk pejalan kaki pada kawasan RS PKU Muhammadiyah Gamping.

c. Angkutan umum yang menaikkan dan menurunkan penumpang di sembarang tempat.

d. Ditemukan kendaraan yang mengambil lajur lawan untuk mendahului.


(67)

e. Kendaraan pengunjung toko/kios yang parkir di bahu jalan.

2. Jalan Wates-Yogyakarta KM 7 (Ruas Jalan depan Agen Bus Efisiensi Ambarketawang Gamping) :

a. Kendaraan yang keluar masuk ke Agen Bus Efisiensi Ambarketawang.

b. Tidak adanya rambu peringatan tempat pemberhentian bus. c. Kendaraan yang mengambil lajur lawan untuk mendahului.

d. Macet pada jam-jam sibuk, yaitu pada pagi hari jam kantor dan sore hari saat jam pulang kantor.

3. Jalan Wates-Yogyakarta KM 9 (Ruas Jalan depan SPBU Perengdawe Gamping) :

a. Keluar masuk kendaraan SPBU Perengdawe.

b. Keluar masuk kendaraan pada Jalan Wates-Yogyakarta KM 9. c. Tertutupnya rambu peringatan adanya SPBU pada Jalan

Wates-Yogyakarta KM 9.

B. Saran

1. Untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian pada kondisi geometrik dan kerusakan jalan yang dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan.

Geometrik jalan adalah suatu bangunan jalan raya yang menggambarkan tentang bentuk atau ukuran jalan raya diantaranya penampang melintang, memanjang, maupun aspek lain yang terkait dengan bentuk fisik jalan.


(68)

Kerusakan jalan merupakan kondisi diamana struktural dan fungsional jalan sudah tidak mampu memberikan pelayanan yang optimal terhadap lalu lintas yang melintasi jalan tersebut. 2. Untuk Pemerintah, hasil pelaksanaan Inspeksi Keselamatan

Jalan pada daerah studi yaitu Jalan Wates – Yogyakarta KM 5 sampai dengan KM 10. Maka saran yang dapat diberikan sebagai masukan baik untuk dinas/sub dinas terkait diantaranya a. Inspeksi Keselamatan Jalan dilakukan dengan tata cara pelaksanaan yang baik, yakni dengan cara membentuk tim Inspeksi dan membuat formulir Inspeksi Keselamatan Jalan.

b. Pelaksaan Inspeksi seharusnya dilakukan oleh tim inspektor yang merupakan tenaga yang ahli dalam bidangnya.


(69)

DAFTAR PUSTAKA

Dendy Wicaksono, 2014, Analisis Kecelakaan Lalu lintas, Jurnal Karya Teknik Sipil, Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 203 – 213 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts, Universitas Diponegoro.

Kanal Berita Transpotasi Pertama di Indonesia, 2016, Kecelakaan Lalu Lintas Penyebab Kedua Terbesar Kematian Warga Jakarta & Sebagian Korbannya Anak-Anak, Diakses pada 20 Februari 2016 pukul 10.00,

http://beritatrans.com/2016/09/07/kecelakaan-lalu-lintas-penyebab-kedua-terbesar-kematian-warga-jakarta-sebagian-korbannya-anak-anak/, Jakarta.

Direktorat Jenderal Perhubungan Republik Indonesia, 2015, Peraturan Direktorat Jenderal Perhubungan Republik Indonesia Nomor 523 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pelaksanaan Inspeksi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Bidang Angkutan Umum, Jakarta.

Kementrian Perhubungan Republik Indonesia, 2014, Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2014 Tentang Marka Jalan, Jakarta.

Kementrian Perhubungan Republik Indonesia, 2014, Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2014 Tentang Rambu Lalu Lintas, Jakarta.

Kementrian Perhubungan Republik Indonesia, 2014, Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2014 Tentang Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas, Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia, 2014, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan, Jakarta.


(70)

Presiden Republik Indonesia, 2015, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2015 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur, Jakarta.

PKU Muhammadiyah Gamping, 2016, Profil Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping, Diakses pada 15 Maret 2016 pukul 13.57, http://pkugamping.com/. Susilo, 2016, Bimbingan Teknis Investigasi Kecelakaan Transportasi Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Komite Nasional Keselamatan Transportasi, Bandung.

Pemerintah Republik Indonesia, 2009, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan, Jakarta.


(71)

(1)

b. Berdasarkan proses kejadian perkaranya, maka tipe yang paling banyak terjadi adalah tipe (KDK) Kecelakaan Tanpa Gerakan Membelok Dua Kendaraan sebanyak 11 kejadian, dengan jenis tabrakan (Re) Rear-End yaitu sebanyak 7 kejadian. Jenis kendaraan terbanyak yang terlibat kecelakaan adalah sepeda motor dan jenis kelamin yang terlibat kecelakaan terbanyak adalah laki-laki sebanyak 13 orang, dengan usia 11-20 sebanyak 7 orang. c. Berdasarkan data karakteristik kecelakaan yang terjadi pada ruas

Jalan Wates–Yogyakarta pada KM 5 sampai dengan KM 10 pada daerah studi, faktor penyebab utama kecelakaan adalah manusia. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan manusia dan perilaku manusia yang cenderung ingin diprioritaskan.

3. Evaluasi Potensi Kecelakaan

Berdasarkan pengamatan pada lokasi penelitian, maka didapatkan hasil evaluasi potensi kecelakaan pada daerah rawan kecelakaan sebagai berikut:

1. Jalan Wates-Yogyakarta KM 5,5 (Ruas Jalan depan RS PKU Muhammadiyah Gamping) :

a. Terdapat kendaraan yang keluar masuk RS PKU Muhammadiyah Gamping pada jam tertentu, dan semakin meningkat pada jam besuk yaitu pukul 10.00-11.30 dan 16.30-17.30.

b. Tidak tersedia fasilitas penyeberangan untuk pejalan kaki pada kawasan RS PKU Muhammadiyah Gamping.

c. Angkutan umum yang menaikkan dan menurunkan penumpang di sembarang tempat.

d. Ditemukan kendaraan yang mengambil lajur lawan untuk mendahului.


(2)

e. Kendaraan pengunjung toko/kios yang parkir di bahu jalan.

2. Jalan Wates-Yogyakarta KM 7 (Ruas Jalan depan Agen Bus Efisiensi Ambarketawang Gamping) :

a. Kendaraan yang keluar masuk ke Agen Bus Efisiensi Ambarketawang.

b. Tidak adanya rambu peringatan tempat pemberhentian bus. c. Kendaraan yang mengambil lajur lawan untuk mendahului.

d. Macet pada jam-jam sibuk, yaitu pada pagi hari jam kantor dan sore hari saat jam pulang kantor.

3. Jalan Wates-Yogyakarta KM 9 (Ruas Jalan depan SPBU Perengdawe Gamping) :

a. Keluar masuk kendaraan SPBU Perengdawe.

b. Keluar masuk kendaraan pada Jalan Wates-Yogyakarta KM 9. c. Tertutupnya rambu peringatan adanya SPBU pada Jalan

Wates-Yogyakarta KM 9.

B. Saran

1. Untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian pada kondisi geometrik dan kerusakan jalan yang dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan.

Geometrik jalan adalah suatu bangunan jalan raya yang menggambarkan tentang bentuk atau ukuran jalan raya diantaranya penampang melintang, memanjang, maupun aspek lain yang terkait dengan bentuk fisik jalan.


(3)

Kerusakan jalan merupakan kondisi diamana struktural dan fungsional jalan sudah tidak mampu memberikan pelayanan yang optimal terhadap lalu lintas yang melintasi jalan tersebut. 2. Untuk Pemerintah, hasil pelaksanaan Inspeksi Keselamatan

Jalan pada daerah studi yaitu Jalan Wates – Yogyakarta KM 5 sampai dengan KM 10. Maka saran yang dapat diberikan sebagai masukan baik untuk dinas/sub dinas terkait diantaranya a. Inspeksi Keselamatan Jalan dilakukan dengan tata cara pelaksanaan yang baik, yakni dengan cara membentuk tim Inspeksi dan membuat formulir Inspeksi Keselamatan Jalan.

b. Pelaksaan Inspeksi seharusnya dilakukan oleh tim inspektor yang merupakan tenaga yang ahli dalam bidangnya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Dendy Wicaksono, 2014, Analisis Kecelakaan Lalu lintas, Jurnal Karya Teknik Sipil, Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 203 – 213 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts, Universitas Diponegoro.

Kanal Berita Transpotasi Pertama di Indonesia, 2016, Kecelakaan Lalu Lintas Penyebab Kedua Terbesar Kematian Warga Jakarta & Sebagian Korbannya Anak-Anak, Diakses pada 20 Februari 2016 pukul 10.00,

http://beritatrans.com/2016/09/07/kecelakaan-lalu-lintas-penyebab-kedua-terbesar-kematian-warga-jakarta-sebagian-korbannya-anak-anak/, Jakarta.

Direktorat Jenderal Perhubungan Republik Indonesia, 2015, Peraturan Direktorat Jenderal Perhubungan Republik Indonesia Nomor 523 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pelaksanaan Inspeksi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Bidang Angkutan Umum, Jakarta.

Kementrian Perhubungan Republik Indonesia, 2014, Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2014 Tentang Marka Jalan, Jakarta.

Kementrian Perhubungan Republik Indonesia, 2014, Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2014 Tentang Rambu Lalu Lintas, Jakarta.

Kementrian Perhubungan Republik Indonesia, 2014, Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2014 Tentang Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas, Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia, 2014, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan, Jakarta.


(5)

Presiden Republik Indonesia, 2015, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2015 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur, Jakarta.

PKU Muhammadiyah Gamping, 2016, Profil Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping, Diakses pada 15 Maret 2016 pukul 13.57, http://pkugamping.com/. Susilo, 2016, Bimbingan Teknis Investigasi Kecelakaan Transportasi Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Komite Nasional Keselamatan Transportasi, Bandung.

Pemerintah Republik Indonesia, 2009, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan, Jakarta.


(6)