interlanguange dan fosilisasi kesalahan berbahasa asing

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Istilah pemerolehan bahasa kedua (PB2) (Second Language Acquisition)
mengacu pada “proses pemerolehan bahasa ke dua, baik oleh orang muda maupun
tua. Proses tersebut dapat berlangsung di lingkungan bahasa itu sendiri dengan
atau tanpa tutor maupun di luar lingkungan bahasa tersebut” (Nunan 1991: 1).
PB2 juga mengacu pada “pembelajaran bahasa selain bahasa ibu (bahasa kedua,
ketiga, asing) setelah bahasa ibu dikuasai” (Ellis dan Barkhuizen 2005: 3). Sejalan
dengan definisi tersebut, istilah bahasa kedua (B2) dalam penelitian ini digunakan
untuk mengacu kepada bahasa apapun selain bahasa ibu dan tidak dikontraskan
dengan istilah foreign language (bahasa asing) selanjutnya disebut BA. Ke
duanya digunakan untuk mengacu pada bahasa Inggris (BIng) dalam penelitian
ini.
Penelitian PB2 banyak mengamati pertanyaan tentang penggunaan B2
oleh pemelajar BA (yang disebut sebagai interlanguage) dan proses
pemerolehannya. Permasalahan interlanguage dan fosilisasi kesalahan (kesalahan
yang tidak dapat dipulihkan) telah banyak menarik perhatian para peneliti PB2.
Penelitian ini mencoba mengakaji teori-teori yang yang berkenaan dengan
masalah fosilisasi bahasanya pemelajar BA (interlanguage). Karakteristik yang

paling menojol pada interlanguage adalah adanya kesalahan berbahasa.

1

Semua pembelajar membuat kesalahan saat mempelajari bahasa asing,
“You can't learn without goofing". Umumnya kesalahan semacam itu dianggap
wajar, tak terhindarkan (Corder 1981: 65). Kesalahan pasti muncul pada saat
pembelajaran apapun yang memerlukan kreativitas, termasuk pembelajaran
bahasa asing. Dalam konsep Corder, kesalahan berbahasa tidak lagi dianggap
sekedar penyimpangan, melainkan sumber untuk mempelajari sistem kebahasaan
pembelajar bahasa asing (interlanguage). Sebagaimana dikatakan Corder (1977:
167) bahwa kesalahan merupakan “evidence about the nature of the process and
of the rules used by the learner at a certain stage in the course”. Oleh karenanya,
untuk mempelajari sistem interlanguage, kita dapat menggalinya lewat analisis
kesalahan berbahasa.
Permasalahan interlanguage dan kesalahan yang memfosil/persisten atau
"the persistence of plateaus of non-target like competence in the interlanguage"
(Selinker 1988: 92) merupakan fenomena pemerolehan bahasa asing yang telah
banyak menarik perhatian para peneliti di bidang pemerolehan bahasa kedua
(second language acquisition research). Salah satu permasalah yang dikaji adalah

apakah kesalahan yang persisten dapat diperbaiki atau sebaliknya kesalahan
tersebut cenderung persisten (dikenal secara luas dengan istilah memfosil)? Kajian
tentang interlanguage sekarang ini banyak dikaitkan dengan fenomena fosilisasi1
kesalahan. Pernyataan yang relevan mengenai hal ini misalnya telah disampaikan

1

Istilah fosilisasi mengacu pada kondisi kompetensi yang stagnan pada pembelajar bahasa asing,
dimana kesalahan berbahasa tetap melekat pada system interlanguage pembelajar; istilah
pendampingnya adalah stabilsasi. Perbedaaan diantara kedua istilah tersebut adalah kondisi
permanen. Kesalahan yang stabil bersifat sementara sedangkan kesalahan yang memfosil bersifat
permanent, selamanya (Selinker dan Lakshamanan 1992).

2

oleh Schachter (1990: 160) yang memandang fosilisasi sebagai isu ‘ketuntasan’
(completeness). Dia bersikukuh pada pendiriannya bahwa tidak ada pemelajar B2
dewasa yang mampu menguasai B2 secara tuntas sempurna, walaupun telah
banyak ter-ekspose pada bahasa tersebut. Bahasa asing mereka pasti dapat
dibedakan dari bahasa pembicara natif. Pemelajar B2 juga tidak akan pernah

mencapai penguasaan gramatika secara sempurna.
Pernyataan yang sama disampaikan oleh Towell dan Hawkins (1994: 14)
yang mengatakan bahwa pemelajar BA mengalami proses fosilisasi di sejumlah
area gramatika. Menanggapi pernyataan Towell dan Howkins, James (1998: 2)
mengatakan bahwa pemelajar BA mengalami proses fosilisasi dalam dua cara,
yaitu ketika pengetahuan kebahasaannya tidak lagi berkembang (memfosil) dan
ketika kesalahan berulang kali muncul pada saat pemelajar menggunakan BA.
Fenomena inilah yang menginspirasi peneliti untuk mengakji masalah
interlanguage dan fosilisasi kesalahan berbahasa karena hal ini telah menjadi
sentra kajian PBA. Dan kajian kali ini dibatasi pada lingkup syntaksis
(gramatika).
Han (2004: 4) telah mengkaji ratusan studi tentang fosilisasi kesalahan
berbahasa selama 30 tahun terakhir ini dan menyimpulkan bahwa terdapat dua
cara pandang yang berbeda. Cara pandang pertama mengatakan bahwa kesalahan
interlanguage tidak dapat dipulihkan; sistem interlanguage bersifat memfosil.
Implikasinya bahwa pembelajar dewasa (telah melewati masa kritis) tidak
mungkin mencapai kompetensi natif. Han (2004) sendidri cenderung mendukung
pada paradigma ini. Pandangan kedua mengatakan bahwa interlanguage dapat

3


dipulihkan;

interlanguage

bersifat

tidak

memfosil.

Implikasinya

adalah

pembelajar bahasa dewasa (telah melewati masa kritis) masih dimungkinkan
untuk mencapai kompetensi natif.
Perbedaan cara pandang tersebut berkaitan erat dengan hipotesis periode
kritis (critical period hypothesis) Lenneberg (1967), yang menyatakan bahwa otak
akan kehilangan kelenturan serebralnya setelah usia dewasa (setelaha masa

pubertas) yang mengakibatkan B2 sangat sulit dipelajari pada usia dewasa.
Lenneberg menyatakan bahwa terdapat jadual yang secara biologis sudah pasti
(biologically fixed time table) untuk proses lateralisasi funngsi otak, akibatnya
terdapat masa kritis untuk pemerolehan bahasa, yaitu sebelum masa pubertas.
Menurut Lenneberg, pemerolehan bahasa secara ‘normal’ hanya dapat terjadi
antara masa kanak-kanak (usia 2 tahun) sampai dengan usia sebelum pubertas,
yaitu bersamaan dengan saat selesainya proses lateralisasi otak. Konsep-konsep
Lenneberg dapat diterima sacara luas karena dia mampu menyampaikan
penjelasan secara meyakinkan tentang berbagai pertanyaan, seperti: mengapa
orang dewasa mengalami kesulitan dalam memperoleh bahasa asing dan mengapa
anak-anak kecil mampu mengucapkan bunyi-bunyi (berbicara) bahasa asing
secara alamiah (seperti pembicara natif) sedangkan pemelajar dewasa tidak
mampu.
Implikasi dari kosep periode masa kritis untuk pemerolehan bahasa ini
adalah munculnya perdebatan yang panjang; bahkan sampai sekarang perdebatan
tersebut belum final. Secara garis besar terdapat dua kubu dengan pandangan yang
berseberangan. Kubu pertama mempercayai adanya masa kritis pada pembelajaran

4


BA sehingga pembelajar dewasa tidak dapat memanfaatkan proses pengajaran
yang diberikan guru (Mukkatash, 1987; Thep-Ackrapong, 1990). Sejalan dengan
pandangan tersebut, Patkowsky (1980), Johnson dan Newport (1989), Long
(1990), dan Han (2004) juga mempercayai bahwa critical period2 memang benar
ada dalam pemerolehan bahasa asing; akibatnya, pembelajar tidak mungkin
mampu mencapai kompetensi natif. Anggapan bahwa kesalahan interlanguage
bersifat memfosil juga telah dibahas oleh Adjemian (1976), Long (1990), dan
Saville-Troike (2006) yang bersikukuh bahwa salah satu karakteristik
interlanguage adalah fosilisasi kesalahan.
Kubu kedua di wakili oleh White (1991), Spada dan Lightbown (1993),
serta Muranoi (2000) yang meyakini bahwa pengajaran (instruction) penting
dilakukan dalam pemerolehan bahasa asing. Pemulihan kesalahan memberikan
manfaat/efek positif pada pembelajaran bahasa asing; pembelajar dapat
memanfatkan

untuk

mengembangkan

interlanguage-nya


menuju

tingkat

penguasaan bahasa yang lebih sempurna. Pandangan ini sejalan dengan Scovel
(1988), White dan Genesee (1996), Bialystok (1997), Steinberg dkk. (2004), serta
Birdsong (2004) yang menyangkal adanya periode kritis dalam pemerolehan
bahasa asing. Mereka berpendirian bahwa periode kritis hanya dapat diterapkan
pada aspek fonologis dan bukan pada aspek sintaksis. Oleh karenanya, aspek
sintaksis dapat dipelajari oleh pembelajar segala umur; dengan kata lain tidak ada
periode kritis untuk pemerolehan sintaksis.

2

Teori ini dicetuskan oleh Lenneberg tahun 1967. Periode/masa kritis adalah periode dalam
kehidupan manusia dari masa balita sampai masa sebelum pubertas dimana penguasaan bahasa
dipastikan berhasil dan di masa setelah itu penguasaan bahasa hanya bersifat marginal (tidak
sempurna).


5

Perdebatan mengenai fenomena fosilisasi kesalahan interlanguage masih
terus berlangsung sampai sekarang ini, sejak istilah tersebut diciptakan oleh
Selinker di tahun 1972. Dua kubu bersikukuh dengan pendapat masing-masing
dengan argumentasi yang menguatkan pendapatnya. Kubu pertama berkeyakinan
bahwa kesalahan interlanguage bersifat memfosil sedangkan kubu kedua
berkeyakinan sebaliknya. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini berorientasi
pada penciptaan hipotesa baru; dengan demikian, hasil penelitian ini dapat
memberikan kontribusi pada perkembangan teori, khususnya teori-teori tentang
interlanguage.
Kajian tentang kesalahan interlanguage juga menawarkan aplikasi praktis
pada pengajaran BA. Kajian yang sistematis tentang kesalahan interlanguage
memberikan kontribusi pada pemahan PB2. Kesalahan berbahasa merupakan fitur
yang paling menonjol pada interlanguage dan kesalahan merupakan penanda
bahwa pemelajaran yang aktual sedang berlangsung. Kesalahan merupakan
jendela untuk melihat proses mental (kognitif) pemerolehan bahasa karena
kesalahan adalah perwujudan dari pengetahuan kebahasaan yang telah terpatri
dalam struktur kognitif pemelajar. Kesalahan mengindikasikan kemajuan dalam
proses pemelajaran yang dilakukan oleh pemelajar dan bukti bahwa proses

pemelajaran masih barlangsung.
Penelitian ini menggunakan kerangka anaslisis kesalahan (ANASKES)
dan terapi kesalahan. Terapi kesalahan (error treatment), selain sebagai tindak
lanjut dari ANASKES juga sering digunakan dalam kajian fosilisasi kesalahan
(Han 2004). Dalam hal ini peneliti mengkaji bagaimana respon pemelajar

6

terhadap terapi kesalahan. Apabila kesalahan masih tetap ada dalam sistem
interlanguage pemelajar bahasa maka diasumsikan kesalahan tersebut telah
memfosil dan sebaliknya. Metode terapi kesalahan juga dipakai dalam penelitian
ini. Dalam hal ini terapi kesalahan dilakukan dengan memberikan pengajaran
gramatika guna melihat apakah proses pemerolehan gramatika telah berhenti
(dengan kata lain kesalahaninterlanguage pemelajar memfosil) atau sebaliknya,
pemelajar dapat memanfaatkannya untuk mengembangkan sistem interlanguage
mereka sehingga kesalahaninterlanguage mereka dapat dipulihkan.

1.2 Rumusan dan Ruang Lingkup Penelitian
Pertanyaan fundamental yang selalu muncul dalam pemelajaran bahasa
Inggris sebagai BA adalah apakah kesalahan pemelajar dapat sepenuhnya terkikis

dari sistem interlanguage pemelajar (dengan demikian mereka bisa menguasai BA
secara tuntas sempurna) atau sebaliknya, kesalahan itu akan tetap melekat menjadi
bagian dari sistem interlanguage mereka. Dalam penelitian ini kami tertarik untuk
untuk mecari jawaban tentang masalah ini, dengan pembuktian secara empiris.
Dari penelitian ini diharapkan munculnya hipotesa baru mengenai permasalahan
ini. Penelitian hanya terfokus pada kesalahaninterlanguage (aspek sintaksis).
Untuk tujuan ini, peneliti menggunakan metode longitudinal (satu tahun)
dikombinasi dengan pemberian terapi kesalahan berupa pengajaran gramatika
untuk

pemulihan

kesalahan.

pembelajaran/pemerolehan

Dan

bahasa


untuk

berhenti

menentukan
atau

tidak,

apakah
peneliti

proses
melihat

reaksi/respon pemelajar terhadap pengajaran gramatika sebagai alat pemulihan

7

kesalahan (error treatment) (Han, 2004). Sebagai subjek eksperimentasi adalah
mahasiswa jurusan bahasa Inggris Universitas Muhammadiyah Surakarta
angkatan 2008.
Pada tahun pertama ini peneliti berfokus pada usaha untuk memperoleh
jawaban bagaimanakah pola perilaku kesalahaninterlanguage. Untuk memperoleh
jawaban dari pertanyaan ini, peneliti mangajukan beberapa pertanyaan
suplementer yang akumulasi jawaban tersebut dapat mengarah/mengerucut pada
pemaparan tentang perilaku atau natur dari kesalahaninterlanguage pemelajar
bahasa. Adapaun pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut:
(1) Apa saja tipe kesalahan interlanguage yang dibuat oleh pemelajar sebelum
mereka diberi pengajaran sebagai alat pemulihan kesalahan?
(2) Berapa frekuensi masing-masing tipe kesalahan interlanguage tersebut?
(3) Bagaimana reaksi/respon pemelajar terhadap pemulihan kesalahan yang
diberikan; apakah kesalahan interlanguage masih tetap ada?
(4) Bagaimana pola prilaku atau natur kesalahan interlanguage setelah pemelajar
memperoleh pengajaran sebagai alat pemulihan kesalahan?

Pada tahun kedua nanti, penelitian akan berfokus pada usaha untuk
memperoleh jawaban apakah kesalahan interlanguage pemelajar cenderung
bersifat memfosil atau sebaliknya bersifat dinamis. Untuk memperoleh jawaban
dari pertanyaan ini, peneliti mangajukan beberapa pertanyaan suplementer yang
akumulasi jawaban tersebut dapat mengarah/mengerucut pada pemaparan tentang
salah satu fitur interlanguage ini, yaitu fosilisasi kesalahan berbahasa. Untuk

8

memperoleh jawaban dari pertanyaan ini, peneliti mangajukan beberapa
pertanyaan suplementer sebagai berikut:
(1) Bagaimanakah pola perilaku kesalahan interlanguage mahasiswa setelah
mereka diberi pengajaran selama dua semester?

(diperoleh dari hasil

penelitian tahun pertama)
(2) Aspek (kognitif) apa saja yang berkontribusi terhadap proses stabilisasi
kesalahan?
(3) Aspek (kegiatan kelas) apa saja yang berkontribusi terhadap proses destabilisasi kesalahan?
(4) Tipe kesalahan interlanguage apa saja yang mudah dipelajari?
(5) Tipe kesalahan interlanguage apa jas yang sulit dipelajari?
(6) Apakah kesalahan interlanguage pemelajar cenderung bersifat memfosil atau
sebaliknya, bersifat dinamis?

Penelitian ini berada dalam lingkup kajian linguistik terapan (applied
linguistics), khususnya kajian pemerolehan bahasa asing (Second Language
Acquisition). Penelitian ini menggunakan beberapa teori yang jamak digunakan
dalam kajian PBA antara lain Error Analysis, Transfer Analysis, Interlanguage,
dan

Second

language

Acquistion.

Keempat

teori

ini

bersifat

saling

melengkapi/menyempurnakan sehingga diharapkan dapat memberikan eksplanasi
yang komprehensif tentang masalah interlanguage dan fosilisasi bahasa ini.

9

DAFTAR PUSTAKA

Adjemian, C. 1976. “On the Nature of Interlanguage System.”

Language

Learning. 26: 297—320.

Beebe, Leslie M. (Ed.) 1990. Issues in Second Language Acquisition: Multiple
Perspectives. London: Newbury House.

Bley-Vroman, Robert. 1990. “What is the Logical Problem of Foreign Language
Learning.” In Gass, Susan and

Chaudron, Craig. 1990. Second Language Classroom: Research on Teaching and
Learning. Cambridge: C.U.P.

Corder, S. P. 1982. Error Analysis and Interlanguage. London: Oxford University
Press.

Corder, S. P. 1992. “A Role for Mother Tongue” In S. Gass and L. Selinker (Eds.)
Language Transfer in Language Learning (18—31). Amsterdam: John
Benjamin.

Crystal, David. 1997. English as a Global Language. Cambridge: C. U. P.

Ellis, Rod. 2004. Understanding Second Language Acquisition. Cambridge: C U
P.

Ellis, Rod. 2006. Second Language Acquisition. Cambridge: C U P.

Fauziati, Endang. 2008. “The Effects of a Short-Term Error Treatment on the
Learners’ Interlanguage Errors: A Case Study of Senior High School
Students Learning English as a Foregn Language”. Unpublished

145

Dissertation at School of Applied English Linguistics Universitas Katolik
Indonesia Atmajaya Jakarta.

Han, Zhaohong. 2004. Fossilization in Adult Second Language Acquisition.
Toronto: Multilingual Matters.
Han, Zhaohong. 2007. Five Central Issues of Fossilization. Toronto: SLRF
Teachers College, Columbia University.
Hatch, Evelyn and Farhady, Hossein. 1992. Research Design and Statistics for
Applied Linguistics. London: Newbury House Publishers.

Jack C. Richards (Ed.) 1977: Perspectives on Second Language Acquisition. London:
Longman

James, Carl. 1998. Errors in Language Learning and Use: Exploring Error
Analysis. London: Longman.

Jenkins, Jennifer. 2003. World Englishes: A Resource Book for Students. New
York: Routledge.

Johnson, J.S. and Newport, E.L. 1989. “Critical Period Effects in Second
Language Learning: The Influence of Maturational State on the
Acquisition of English as a Second Language. Cognitive Psychology 21,
60-99.

Krashen, S.D. 1985. The Input Hypothesis: Issues and Implications. London:
Longman.

Lenneberg, E.H. 1976. Biological Foundations of Language. New York:
Wiley.

146

Little Wood. W. 1981. Communicative Language Teaching. Cambridge:
Cambridge University Press.

Mukattash, Lewis. 1987. “Persistence of Fossilization”. IRAL, 24/3: 187—203

Muranoi, Hitoshi. 2000. “Focus on Form through Interaction Enhancement:
Integrating Formal Instruction into a Communicative Task in EFL
Classrooms.” Language Learning, 50/4: 617—83.
Nunan, David. 1992. Research Method in Language Learning. New York:
Cambridge U.P.
Saville-Troike, Muriel. 2006. Introducing Second Language Acquisition.
Cambridge: C.U.P.

Schachter. 1990. Linguistic Perspectives on Second Language Acquisition.
Cambridge: C.U.P. 41—67 Brooks, Nelson. 1964. Language and
Language Learning and Teaching: Theory and Practice. Chicago: Rand
McNally

Schachter, Jacquelyn. 1998. “Resent Research in Language in Language Learning
Studies: Promise and Problems. Language Learning, 28/4: 557—583.

Scovel, T. 1998. “A Critical Review of the Critical Period Research”. Annual
Review of Applied Linguistics. 13/1: 1—18.
Selinker, Larry. 1977. “Interlanguage.” In Jack C. Richards (Ed.) Error Analysis:
Perspectives on Second Language Acquisition. London: Longman.

Selinker, Larry. 1997. Rediscovering Interlanguage. London: Longman.

147

Selinker, Larry and Usha Lakshamanan. 1992. “Language Transfer and
Fossilization: The Multiple Effects Principle.” In Gass and Selinker. 1994.
197—216.
Sorace, A. 1993. “Incomplete vs. Divergent Representations of Unaccusativity in
Non-native Grammars of Italian. Second language Research. 9/1:22—27.

Spada, Nina. And Lightbown, P. 1999. “Instruction, L1 Influence and
Developmental Readiness in Second Language acquisition. Modern
Language Journal, 83: 1—22.

Standard Penilain Buku Pelajaran Bahasa Inggris. 2003. Pusat Perbukuan:
DEPDIKNAS

Steinberg, Danny D, Hiroshi Nagata and David P. Aline. 2004. Psycholinguistics:
Language, Mind and Word. London: Longman

Sugiono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R and D. Bandung:
Alfabeda

Sutopo, H. B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif: dasar Teori dan
Terapannya dalam Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Thep-Ackrapong, T. 1990. Fossilization: A Case Study of Practical and
Theoretical Parameters (Unpublished PhD Dissertation, Illinois State
University) in Han, ZhaoHong. 2004. Fossilization in Adult Second
Language Acquisition. Clevedon: Multilingual Matters Ltd.

148

RINGKASAN
Permasalahan interlanguage dan kesalahan yang memfosil/persisten
merupakan fenomena pemerolehan bahasa asing (PBA) yang telah menarik
perhatian para peneliti di bidang pemerolehan bahasa kedua (B2). Han telah
mengkaji ratusan studi tentang fosilisasi kesalahan berbahasa selama 30 tahun
terakhir ini dan menyimpulkan bahwa terdapat dua cara pandang yang berbeda.
Pandangan pertama mengatakan bahwa kesalahan interlanguage tidak dapat
dipulihkan; sistem interlanguage bersifat memfosil. Implikasinya bahwa
pembelajar dewasa (telah melewati masa kritis) tidak mungkin mencapai
kompetensi natif. Han sendiri cenderung mendukung pandangan ini. Kubu
pertama mempercayai adanya masa kritis pada pembelajaran BA sehingga
pembelajar dewasa tidak dapat memanfaatkan proses pengajaran yang diberikan
guru (Mukkatash, Thep-Ackrapong, Patkowsky, Johnson dan Newport, Long, dan
Han. Anggapan bahwa kesalahan interlanguage bersifat memfosil juga telah
dibahas oleh Adjemian, Long, dan Saville-Troike yang bersikukuh bahwa salah
satu karakteristik interlanguage adalah fosilisasi kesalahan.
Pandangan kedua menyatakan sebaliknya, interlanguage bersifat tidak
memfosil. Implikasinya adalah pembelajar bahasa dewasa (telah melewati masa
kritis) masih dimungkinkan untuk mencapai kompetensi natif. Kubu kedua di
wakili oleh White, Spada dan Lightbown, serta Muranoi yang meyakini bahwa
pengajaran penting dilakukan dalam PBA. Pemulihan kesalahan memberikan
manfaat/efek positif pada pembelajaran BA; pembelajar dapat memanfatkan untuk
mengembangkan interlanguage-nya menuju tingkat penguasaan bahasa yang lebih
sempurna. Pandangan ini sejalan dengan Scovel, White dan Genesee, Bialystok,
Steinberg dkk., serta Birdsong yang menyangkal adanya periode kritis dalam
PBA. Mereka berpendirian bahwa periode kritis hanya dapat diterapkan pada
aspek fonologis.
Perbedaan cara pandang tersebut berkaitan erat dengan hipotesis periode
kritis (Lenneberg), bahwa otak akan kehilangan kelenturan serebralnya setelah
usia dewasa; akibatnya B2 sangat sulit dipelajari pada usia dewasa. Terdapat
jadual yang secara biologis sudah pasti (biologically fixed time table) untuk proses

1

lateralisasi funngsi otak, akibatnya terdapat masa kritis untuk pemerolehan
bahasa, yaitu sebelum masa pubertas.
Penelitian ini mencoba mecari jawaban tentang masalah ini dengan
pembuktian secara empiris. Dari penelitian ini diharapkan munculnya hipotesa
baru mengenai permasalahan yang diperdebatkan. Untuk tujuan ini, peneliti
menggunakan metode longitudinal (satu tahun) dikombinasi dengan pemberian
terapi kesalahan berupa pengajaran sebagai alat untuk pemulihan kesalahan. Dan
untuk menentukan apakah proses pembelajaran atau PBA berhenti atau tidak,
peneliti melihat reaksi/respon subjek teliti terhadap pengajaran (Han). Sebagai
subjek

teliti

adalah

mahasiswa

Jurusan

Bahasa

Inggris

Universitas

Muhammadiyah Surakarta angkatan 2008.
Pada tahun pertama ini peneliti berfokus pada usaha untuk memperoleh
jawaban bagaimanakah pola perilaku kesalahan interlanguage. Untuk memperoleh
jawaban dari pertanyaan ini, peneliti mangajukan beberapa pertanyaan
suplementer yang akumulasi jawaban tersebut dapat mengarah/mengerucut pada
pemaparan tentang perilaku atau natur kesalahan interlanguage pemelajar bahasa.
Adapaun pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut:
(1) Apa saja tipe kesalahan interlanguage yang dibuat oleh pemelajar sebelum
mereka diberi pengajaran sebagai alat pemulihan kesalahan?
(2) Berapa frekuensi masing-masing tipe kesalahan interlanguage tersebut?
(3) Bagaimana reaksi/respon pemelajar terhadap pemulihan kesalahan yang
diberikan; apakah kesalahan interlanguage masih tetap ada?
(4) Bagaimana pola prilaku atau natur kesalahan interlanguage setelah pemelajar
memperoleh pengajaran sebagai alat pemulihan kesalahan?
Pada tahun kedua nanti, penelitian akan berfokus pada usaha untuk memperoleh
jawaban apakah kesalahan interlanguage pemelajar cenderung bersifat memfosil
atau sebaliknya bersifat dinamis.
Data primer penelitian sekarang ini berupa kalimat yang mengandung
kesalahan interlanguage yang dikumpulkan dari karangan mahasiswa (1, 2, dan 3)
yang diambil sebelum dan sesudah intervensi pedagogis. Secara keseluruhan
terdapat 129 karangan, masing masing terdiri dari 250 sampai 300 kata. Data
sekunder berupa informasi tentang proses PBA, bagaimana pembelajar membuat

2

kesalahan interlanguage dan bagaimana mereka memperoleh pengetahuan
kebahasaan Bing yang dikumpulkan lewat observasi mendalam dan interview.
Informasi

ini

diperlukan

untuk

menerangkan

pola

perilaku

kesalahan

interlanguage dan fenomena stabilisasi dan de-stabilisasi kesalahan interlanguage.
Data dianalisis dengan menggunakan kerangka kerja analisis kesalahan berbahasa
(ANASKES).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahasa Inggris mahasiswa banyak
diwarnai dengan kesalahan interlanguage, yang meliputi berbagai komponen
linguistik seperti: (1) Kosa Kata yang meliputi: terjemahan harfiah dari bahasa
ibu, salah pilih kelas kata, salah pengejaan, salah pilih kata karena kemiripan atau
false friend, dan penggunaan BIndo. (2) BE yang meliputi: penghilangan of BE
sebagai predikat, penambahan BE pada bentuk Present Tense, salah pilih bentuk
BE, (4) penghilangan BE dalam klausa sifat, dan penggunaan BE ganda. (3) Verb
yang meliputi 8 macam ketidaktepatan penggunaan kata kerja dengan tense yang
digunakan. Ketidaktepatan tersebut adalah penggunaan

bentu present tense

digunakan dalam past tense, present participle digunakan dalam present tense,
present tense digunakan dalam phase verb, past tense digunakan dalam present
tense, To infinitive with digunakan dalam present tense, past tense dalam Phrasal
Verb, dan overgeneralisasi bentuk past participle. (4) Morfem Terikat {-S}yang
meliputi: Penghilangan (-S) pada Orang Ketiga Tunggal Penghilangan (-S)
sebagai penanda Jamak Penghilangan {-S} sebagai Possessive Penambahan {-S}
pada Orang ke tiga Jamak. (5) Struktur gramatika yang meliputi: Salah dalam
penyusunan (misordering), Konstruksi Passive, Penghilangan subjek, Konstruksi
negative, Penghilangan predikat Konstruksi parallel. (6) Preposisi yang meliputi:
Salah pilih Preposisi dan Penambahan Penghilangan. (7) Artikel yang meliputi:
Penghilangan artikel, Salah Pilih bentuk artikel, Penambahan artikel,Penambahan
the. (8) Kata Ganti, dan (9) Kata Sifat.
Adapun frekuensi kesalahan dari masing masing tipe kelasalahan
interlanguage dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tipe Kesalahan
1. Vocabulary
Salah pilih kata karena pengaruh
bahasa Ibu
Salah pilih kelas kata

Frekuensi
192
130

3

483

Persentase
% per kat % total
13.4%
9.1%

33.8%

Salah Pengejaan
Salah Pilih Kata karena kemiripan
(False Friend)
Penggunaan bahasa Indonesia
2. BE
Penghilangan of BE sebagai predikat
Penambahan BE pada bentuk Present
Tense
Salah pilih bentuk BE
Penghilangan BE dalam klausa sifat
BE ganda

83

5.8%

69
9

4.8%
0.6%

87

6.1%

48
41
20
4

3. Verb
Present Tense Digunakan dalam Past
Tense
Present Participle digunakan dalam
present tense
Infinitive Digunakan dalam Phasel
Verbs
Past Tense digunakan dalam Present
Tense
To Infinitive digunakan dalam Present
Tense
Past Tense dalam Phase Verbs
Overgeneralisasi bentuk Past Paticiple

3.4%
2.9%
1.4%
0.3%

87

6.1%

24

1.7%

22

4. Morfem Terikat (-S)
Penghilangan (-S) pada Orang Ketiga
Tunggal
Penghilangan (-S) sebagai penanda
Jamak
Penghilangan {-S} sebagai Possessive
Penambahan {-S} pada Orang ke tiga
Jamak

200

165

1.5%
11.6%

14

1.0%

12
3
3

0.8%
0.2%
0.2%

79

5.5%

69
8

160

4.8%
0.6%

4

0.3%

5. Struktur Gramatika
Salah dalam penyusunan (misordering)
Konstruksi Passive
Penghilangan subjek
Konstruksi negative
Penghilangan predikat
Konstruksi parallel

70
25
21
20
6
3

145

4.9%
1.8%
1.5%
1.4%
0.4%
0.2%

6. Preposition
Salah pilih Preposisi
Penambahan
Penghilangan

70
48
26

144

4.9%
3.4%
1.8%

7. Article

4

14.0%

11.2%

10.2%

10.1%

Penghilangan artikel
Salah Pilih bentuk artikel
Penambahan artikel
Penambahan the

60
11
6
28

105

4.2%
0.8%
0.4%
2.0%

8. Pronoun
Salah pilih bentuk Pronoun

19

19

1.3%

9. Adjective
Penambahan More- pada Exceptional
Adjective

7
1428

TOTAL

7
1428

7.4%

1.3%

0.5%

0.5%

100.0%

100.0%

Untuk mngetahui hasil respon mahasiswa terhadap proses pemelajaran,
penelitian ini menggunakan data kesalahan interlanguage yang diambil sebelum
dan sesudah proses pemelajaran atau Tugas I dan Tugas II. Data yang terkumpul
dari seluruh subyek teliti dianalisis dengan menggunakan kerangka Error Analysis
(James, 1998). Hasil dari kedua macam data tersebut dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:

Frekuensi Kesalahan Sebelum dan Sesudah Proses Pemelajaran
Mahasiswa
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

Tugas I
64
20
60
30
19
27
23
45
16
36
41
36
35
32
31
17
57
57
18
51
32
33
29

Tugas II
12
5
25
23
14
14
14
32
8
24
17
27
12
24
19
16
32
34
12
36
30
18
17

Perbedaan
52
15
35
7
5
13
9
13
8
12
24
9
23
8
12
1
25
23
6
15
2
15
12

5

%
81%
75%
58%
23%
26%
48%
39%
29%
50%
33%
59%
25%
66%
25%
39%
6%
44%
40%
33%
29%
6%
45%
41%

24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
Total

32
37
30
11
25
25
38
45
21
32
28
41
44
26
37
6
42
29
70
1428

16
21
23
7
20
11
0
17
15
24
21
32
35
22
17
6
30
26
16
824

16
16
7
4
5
14
38
28
6
8
7
9
9
4
20
0
12
3
54
604

50%
43%
23%
36%
20%
56%
100%
62%
29%
25%
25%
22%
20%
15%
54%
0%
29%
10%
77%
42%

Frekuensi Kesalahan Sebelum dan Sesudah Proses Pemelajaran dapaty dilihat
pada grafik berikut.

Jum
lahKesalahan

Frekuensi Kesalahan
Sebelum dan Sesudah Proses Pemelajaran
80
60
Tugas I

40

Tugas II

20
0
0

20

40

60

M ahas is w a

Dari pemaparan pada tabel dan grafik diatas menunjukkan bahwa ada
perbedaan frekuensi kesalahan interlanguage pada Tugas I dan Tugas II. Jumlah
frekuensi kesalahan menurun pada semua pemelajar. Hal ini menunjukkan bahwa
proses pemelajar yang diberikan kepada para mahasiswa telah memberikan
dampak pada terjadinya perubahan pada kesalahan interlanguage. Namun
demikian, penurunan jumlah frekuensi kesalahan interlanguage pada tiap-tiap tipe
kesalahan interlanguage berbeda beda.
Hasil analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa proses pemelajaran
(instruction) telah berdampak pada perubahan kondisi (nature) dari kesalahan

6

interlanguage. Sejumlah kesalahan interlanguage masih tetap ada (persistent);
sejumlah kesalahan interlanguage yang lain masih ada dengan jumlah yang
relative sedikit (non-persistent). Kesalahan yang dikategori dalam kelompok ini
adalah kesalahan interlanguage yang muncul hanya satu sampai dua kali dalam
satu komposisi (tugas) mahasiswa. Sedangkan sisanya adalah kesalahan yang
sudah tidak muncul lagi; kesalahan ini dikategorikan sebagai kesalahan yang telah
tereradikasi. Table berikut memaparkan jenis kesalahan interlanguage yang
bersifat persisten dan yang non-persistent setelah dilakukan proses pemelajaran.
NO
1.

2.

Persistent

Tipe Kesalahan
Vocabulary
Salah Pengejaan
Salah Pilih Kata karena kemiripan (False
Friend)
Salah pilih kelas kata
Salah pilih kata karena pengaruh bahasa Ibu
Penggunaan bahasa Indonesia

4.

5.

Ter
eradik
asi

+
+
+
+
+

Preposition
Penghilangan
Salah pilih Preposisi
Penambahan

3.

NonPersistent

+
+
+

BE
Penghilangan BE dalam klausa sifat
Penghilangan of BE sebagai predikat
Salah pilih bentuk BE
Penambahan BE pada bentuk Present Tense
BE ganda
Verb
Present Participle digunakan dalam present
tense
Present Tense Digunakan dalam Past Tense
Past Tense digunakan dalam Present Tense
To Infinitive with digunakan dalam Present
Tense
Past Tense dalam Phase Verbs
Overgeneralisasi bentuk Past tense
Infinitive digunakan dalam phrase Verbs
Struktur Gramatika
Salah dalam penyusunan (misordering)
Penghilangan subjek

7

+
+
+
+
+

+
+
+
+
+
+
+

+
+

Penghilangan predikat
Konstruksi parallel
Konstruksi Pasif
Konstruksi Negatif
6.

7.

8.

9.

+
+
+
+

Article
Penghilangan artikel
Penambahan artikel
Salah Pilih bentuk artikel
Penambahan the

+
+

+
+
+
+

Morfem Terikat (-S)
Penghilangan (-S) pada Orang Ketiga Tunggal
Penghilangan (-S) sebagai penanda Jamak
Penghilangan {-S} sebagai Possessive
Penambahan {-S} pada Orang ke tiga Jamak
Pronoun
Salah pilih bentuk Pronoun

+
+
+
+

+

Adjective
Penambahan More- pada Exceptional
Adjective

+

Berdasarkan data diatas, peneliti dapat memaparkan perilaku atau nature
dari kesalahan interlanguage. Artinya, nature kesalahan interlanguage dapat
dilihat dari kondisi sebelum dan susudah perlakuan, yaitu proses pemelajaran.
Perilaku dalam hal ini adalah adanya perubahan nature setelah terjadi perlakuan
terhadapnya. Natur kesalahan interlanguage mengalami perubahan setelah
adanyan perlakuan. Dari pengamatan data dapat dilihat bahwa kesalahan
interlanguage berubah nature atau perilakunya setelah adanya perlakuan.
Perubahan tersebut adalah sebagai berikut:
(1)

kesalahan

interlanguage

tertentu

bersifat

persistent;

(2)

kesalahan

interlanguage tertentu bersifat tidak non-persistent; (3) kesalahan interlanguage
tertentu bersifat fluktuatif; (4) kesalahan interlanguage tertentu bersifat dapat
dieradikasi. Setelah adanya intervensi pedagogis kesalahan interlanguage dapat
dikategorikan sebagai berikut: (1) kesalahan yang persistent, (2) kesalahan yang
non-persistent, and (3) kesalahan yang berfluktuasi, dan (4) kesalahan yang
tereradikasi, sebagaimana dapat terlihat pada tabel dibawah ini:

8

Pengamatan lebih lanjut menunjukkan bahwa setelah adanya perlakuan,
kesalahan menjadi non-persistent dan kesalahan yang non-persistent ini
cenderung teradikasi. Setelah perlakuan, kesalahan cenderung persistent;
kesalahan yang persisten ini akan cenderung untuk berfluktuasi; dan kesalahan
yang berfluktuasi akan cenderung terearadikasi. Pada akhirnya kesalahan
interlanguage akan bermuara pada kondisi tereradikisi selama diberi perlakuan;
artinya, pemelajar B.Ing terus memperoleh pemelajaran atau intervensi pedagogis
(pedagogical intervention). Berikut diagram perilaku kesalahan interlanguage.

Tugas I

Tugas II

Tugas III
Persistent

Persistent

Non Persistent
Berfluktuasi

Kesalahan
Interlanguage

Non Persistent

Tereradikasi

Tereradikasi

Paparan diatas dapat digambarkan secara sederhana bagaimana perilaku
kesalahan interlanguage. Untuk memperoleh gambaran perilaku tersebut peneliti
menggunakan intervensi pedagogis (pemelajaran) untuk melihat bagaimana
respon pemelajar terhadap pemelajaran yang diberikan. Respon ini ditunjukkan
pada kesalahan interlanguage yang mereka buat sebelum dan setelah adanya
intervensi pedagogis. Perilaku kesalahan interlanguage dapat digambarkan lewat
diagram dibawah ini.

9

Kesalahan Interlanguage
l
Intervensi Pedagogis

persistent

non-persistent

bagian dari sistem Interlanguage

persistent

non-persistent

tereradikasi

bagian dari sistem Bhs. Target

berfluktuasi
intervensi pedagogis

tereradikasi

bagian dari sistem Interlanguage

menjadi bagian dari sistem Bhs.

Intervensi pedagogis (penelitian Tahun ke II,
apakah yang akan terjadi?)

10

SUMMARY
The current study on interlanguage (IL) errors has been much discussed in
its connection to the phenomenon of fossilization. Han reviews hundreds of
studies of fossilization that have emerged over the past three decades and comes
to a conclusion that there are two competing views which can be identified. The
disputable issue is also closely linked to Lenneberg’s critical period hypothesis
(CPH) that was put forth in the 1960's, claiming that the brain lost its cerebral
plasticity after puberty, making SLA more difficult as an adult than as a child.
Lenneberg argues that there is a biologically fixed time table for the lateralization
of the language function and consequently, there is a CP for the acquisition of
language before adolescence. He said that ‘normal’ language learning was
possible between the periods from infancy to puberty, with a loss of abilities after
puberty.
The first view suggests that instruction has unconvinced value for SLA
(Krashen, Mukkatash, and Thep-Ackrapong). Adults do not get much benefit from
error correction; thus, the role of the teacher is to provide inputs which learners
can work on in order to refine their understanding and move to the next stage of
IL. There was not much value in explicit and systematic error treatment in the
case of adult foreign-language (FL) learning since their IL errors are fossilized.
This view corresponds with Patkowsky, Johnson and Newport, and Long who
believe critical period (CP) indeed exist and consequently FL learners cannot
attain TL grammar since their IL errors are fossilized. The view that IL errors are
fossilized is also discussed by Adjemian and Saville-Troike who maintain that one
of the characteristics of interlanguage is fossilization.
The opposite view comes from White, Spada and Lightbown, and Muranoi
who believed that instruction very important within FL learning since it had
positive effects on foreign language learning; learners could have a lot of benefits
as they could develop their IL system to a higher level of accuracy. This view
corresponds with Scovel, White and Genesee, Bialystok, Steinberg et al., and
Birdsong who deny the existence of CP in SLA. They claimed that CP may be

1

applicable for the acquisition of phonology but not for syntax. Lexicogrammar is
learnable at any age.
The objective of the current study (Year I) is to find out the answer related
to this debatable issue, using pedagogical intervention as to see the learners’
reaction to it in order to determine whether or not their learning have ceased to
developed (an intervention technique as an attempt to de-fossilize errors). The
fundamental question is whether IL errors can be eliminated entirely from the
learners’ IL system (thus, the learners can attain the complete TL) or they are
static or cannot be eradicated entirely from their IL system. To answer this
question, some subsidiary research questions were raised. It is hoped that the
answers to these subsidiary research questions could be tightly connected with one
another to form a unity in order to provide a comprehensive explanation to the
problem. The subsidiary research questions are formularized as follows: (1) What
types of IL errors do the learners produce before the pedagogical intervention?;
(2) What is the frequency of its type of error?; (3) What are the learners’ response
towards the pedagogical intervention; are the IL errors removed? (4) What is the
nature (behavior) of the learners’ IL errors after having been intervened
pedagogically? Later in year II, the study will focus on the attempt to find answers
whether IL errors are fossilized (in a sense that they are static) or dynamic after
the learners have got further pedagogical intervention.
The primary data of this study comprises of erroneous sentences taken
from the free compositions the learners wrote prior to and after the intervention
and two months afterwards. There were around 129 pieces of compositions of
about 150 to 200 words each. In addition, this research also used secondary data
in the form of information dealing with what was going on within the students,
namely, the making of errors and foreign language learning processes. This
information was needed to account for the phenomenon of the nature of IL errors.
The collected data are analyzed qualitatively, using error analysis as a
methodological framework.
The result of error analysis on the learners’ composition 1 indicates that it
contains a great number of ungrammatical items which were categorized into

2

nine, namely: (1) vocabulary which includes: word to word translation from
mother tongue, wrong diction, wrong choice of class of word, misspelling, false
friend, and the use of Indonesia word. (2) BE which includes: omission of BE as
predicate, addition of BE in the Present Tense, wrong choice of BE form, (4)
omission of BE in adjective clause, and double BE. (3) Verb which includes 8
types of improper use of verb in its agreement with tense, namely: the conflation
between present and the past tense form, present participle and the present tense,
the use of present tense in the phase verb, past tense in the present tense, To
infinitive-with in the present tense, past tense in Phrasal Verb, and
overgeneralization of past participle. (4) Bound morpheme {-S} which includes:
omission of (-S) for third person singular, omission of (-S) as plural marker,
omission of {-S} as Possessive marker, addition of {-S} for third person plural.
(5) grammatical structrure which includes: misordering, passive construction,
subject omission, negative construction, omission of predicate, and parallel
construction. (6) Preposition which includes: wrong choice of preposition,
omission and addition of preposition. (7) Article which includes: omission of
article, wrong choice of article, addition of article, addition of the. (8) wrong
choice pronoun form, and (9) wrong choice of adjective form.
The frequency of its type of error can be seen in the table below:
Type of Error
1. Vocabulary
Word for word translation from
Indonesian
Wrong diction
Misspelling
False Friend
The use of mother tongue (Indonesian)

Frequency
192
130
83
69
9

2. BE
Omission of BE as predicate
Addition of BE in the Present Tense
form
Wrong choice of BE form
Omission of BE in adjective clause
Double BE

483

87
48
41
20
4

3. Verb

3

Persentage
%
Total %
13.4%
9.1%
5.8%
4.8%
0.6%

33.8%

6.1%
200

3.4%
2.9%
1.4%
0.3%

14.0%

The conflation of Present Tense with
the Past Tense
The conflation of Present Participle
with the present tense
Infinitive used in Phasel Verbs
Past Tense used in Present Tense
To Infinitive used in Present Tense
Past Tense used in Phase Verbs
Overgeneralization of Past Participle

24
22
14
12
3
3

4. Morfem Terikat (-S)
Omission of (-S) for third person
singular
Omission of (-S) as plural marker
Omission of {-S} as Possessive marker
Addition of {-S} for third person plural

79
69
8
4

5. Grammatical Structrure
Misordering
Passive construction
Subject omission
Negative construction
Predicate omission
Parallel construction

70
25
21
20
6
3

145

4.9%
1.8%
1.5%
1.4%
0.4%
0.2%

6. Preposition
Wrong choice of Preposition
Addition
Omission

70
48
26

144

4.9%
3.4%
1.8%

7. Article
Omission
Wrong choice of article
Addition of article
Addition of the

60
11
6
28

105

4.2%
0.8%
0.4%
2.0%

8. Pronoun
Wrong choice of Pronoun

19

19

1.3%

9. Adjective
Addition of More- for Exceptional
Adjective

7

TOTAL

1428

87

6.1%

165

160

7
1428

1.7%
1.5%
1.0%
0.8%
0.2%
0.2%

5.5%
4.8%
0.6%
0.3%

11.6%

11.2%

10.2%

10.1%

7.4%

1.3%

0.5%

0.5%

100.0%

100.0%

To investigate the result of the learners’ response towards the pedagogical
intervention, this study used data of IL errors taken from composition I and II

4

(before and after the pedagogical intervention). Data which were collected from
the research subjects were analyzed using Error Analysis as methodological
framework (James, 1998). Result of analysis can be seen in the table below:
Learners
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42

Task I
64
20
60
30
19
27
23
45
16
36
41
36
35
32
31
17
57
57
18
51
32
33
29
32
37
30
11
25
25
38
45
21
32
28
41
44
26
37
6
42
29
70

Task II
12
5
25
23
14
14
14
32
8
24
17
27
12
24
19
16
32
34
12
36
30
18
17
16
21
23
7
20
11
0
17
15
24
21
32
35
22
17
6
30
26
16

Deviation
52
15
35
7
5
13
9
13
8
12
24
9
23
8
12
1
25
23
6
15
2
15
12
16
16
7
4
5
14
38
28
6
8
7
9
9
4
20
0
12
3
54

5

%
81%
75%
58%
23%
26%
48%
39%
29%
50%
33%
59%
25%
66%
25%
39%
6%
44%
40%
33%
29%
6%
45%
41%
50%
43%
23%
36%
20%
56%
100%
62%
29%
25%
25%
22%
20%
15%
54%
0%
29%
10%
77%

Total

1428

824

604

42%

The frequency of error before and after the pedagogical intervention can be seen
in the chart below.

Jum
lahKesalahan

Frekuensi Kesalahan
Sebelum dan Sesudah Proses Pemelajaran
80
60
Tugas I

40

Tugas II

20
0
0

20

40

60

M ahas is w a

The table and chart above indicate that there exist significant differences in
error frequency of composition I and II. The error frequency in most all the
learners lowers down in composition II. This indicates that pedagogical
intervention given to the students give certain effects to the IL errors, that is, the
change in nature. Pedagogical intervention has changed the nature of the learners’
IL errors. Some Il errors were still persistent; some were non-persistent; and the
rest were eradicated from the learners’ IL system. Which follow are tables and
charts which illustrate the frequency of the ungrammatical items in C1, C2 and
C3, showing how they changed in their state as a result of the pedagogical
intervention.
NO

Error Type

1.

Vocabulary
Misspelling
False Friend
Wrong choice of class of word
Word for word translation from mother
tongue
The use of mother tongue (Indonesian)

2.

Persisten
t

Preposition
Omission
Wrong choice of Preposition

Eradit
ed

+
+
+
+
+

+
+

6

NonPersisten
t

Addition
3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

+

BE
Omission of BE in adjective clause
Omission of BE as predicate
Wrong choice of BE form
Addition of BE for the Present Tense form
Double BE
Verb
Present Participle used in present tense form
Present Tense used in Past Tense form
Past Tense used in Present Tense form
To Infinitive with used in Present Tense form
Past Tense used in Phase Verbs
Overgeneralization of Past tense
Infinitive used in phrase Verbs
Gramatical Structrure
Misordering
Omission of Subject
Omission of predicate
Parallel Construction
Passive construction
Negative construction

+
+
+
+
+

+
+
+
+
+
+
+

+
+
+
+
+
+

Article
Omission of article
Addition of article
Wropng choice of article
Addition of the

+
+

+
+
+
+

Bound Morpheme (-S)
Omission of (-S) for third person singular
Omission of (-S) as plural marker
Omission of {-S} as Possessive marker
Addition of {-S} for third person plural
Pronoun
Wrong choice of Pronoun form

+
+
+
+

+

Adjective
Addition of More- for Exceptional Adjective

+

Further analysis indicates that as a result of the pedagogical intervention
learners’ IL errors changed their state: some were still persistent, others became

7

non-persistent (appeared only once within one composition); and the rest were
eradicated. The non persistent errors were finally disappeared. New IL errors
appeared as the learners used new linguistic items but later due to the pedagogical
intervention, they changed their states in the diagram below.

Task I

Task III

Task II

Persistent
Persistent

Non Persistent
Fluctuated

Interlanguage

Non Persistent

Errors

Eradicated

Eradicated

The diagram below illustrates how the IL errors were behaving.

8

Interlanguage errors emerge

Pedagogical Intervention

persistent

non-persistent

Becoming part of TL system

Becoming part of IL system

persistent

Eradicated

non-persistent

Fluctuated
Pedagogical intervention

Eradicated

Becoming part of TL system

Becoming part of IL system

Pedagogical Intervention (research project year II,
what will happen to these IL errors?)

9