EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS IT PADA MATA PELAJARAN TIK DI MADRASAH MU’ALLIMIN MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(1)

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS IT PADA MATA PELAJARAN TIK DI MADRASAH MU’ALLIMIN

MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

SKRIPSI

Oleh :

ANDI MUHAMMAD IKHWAN NUR NPM : 20120720206

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (TARBIYAH) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

ii

PADA MATA PELAJARAN TIK DI MADRASAH MU’ALLIMIN MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) strata Satu

pada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah)

Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh :

ANDI MUHAMMAD IKHWAN NUR NPM : 20120720206

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (TARBIYAH) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

(4)

v MOTTO

Kita memerlukan 4000 tahun untuk berpindah dari penggunaan besi menjadi industri. Kita hanya memerlukan 40 tahun untuk berpindah ketahap komputer. Dan kedepannya kita hanya memerlukan 4 tahun untuk menjadikan dunia ini berbeda dari

sebelumnya. Dan pada akhirnya setiap hari kita akan melihat teknologi yang berbeda.

Teknologi semakin memanjakan kita, dan teknologi semakin membuat kita malas. Jika anda adalah orang yang rajin dengan dikelilingi teknologi, maka anda adalah orang


(5)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini aku persembahkan kepada yang tercinta dan tersayang: kedua orang tuaku, Ayahanda Drs. Andi Aras, M.A dan Ibunda Dra. Hidayah Quraisy, M.Pd., yang tiada

hentinya mengirimkan doa dan semangat serta memberikan kasih sayangnya.

Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta sebagai lokasi penelitian skripsi ini

Ustad Budi Setia Prabowo selaku guru TIK di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta yang sangat membantu dalam memberikan data-data siswanya

Adik-adik ku tercinta di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta yang telah bersedia menjadi objek penelitianku


(6)

vii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN NOTA DINAS ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

ABSTRAK ... xiii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 10

B. Kerangka Teoretik ... 16

BAB III: METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 40

B. Penentuan Sumber Data ... 40

C. Lokasi Penelitian ... 41

D. Metode Pengumpulan Data ... 41

E. Tehnik Analisis Data... 42

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta 1. Sejarah Berdirinya Mu’allimin ... 45

2. Visi dan Misi Mu’allimin ... 51

3. Tujuan Mu’allimin ... 53

4. Letak Geografis ... 53

5. Struktur Organisasi ... 53


(7)

viii

7. Keadaan Sarana dan Prasarana ... 54

8. Jumlah Dosen, Karyawan dan Siswa ... 57

B. Hasil Penelitian 1. Analisis Jenis Media Pembelajaran Berbasis IT di Mu’allimin ... 59

2. Analisis Efektivitas Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis IT Pada Mata Pelajaran TIK di Mu’allimin ... 65

3. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis IT Pada Mata Pelajaran TIK di Mu’allimin ... 74

C. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Jenis Media Pembelajaran Berbasis IT Mu’allimin ... 77

2. Efektivitas Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis IT Pada Mata Pelajaran TIK di Mu’allimin ... 81

3. Faktor Pendukung dan Penghambat Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis IT Pada Mata Pelajaran TIK di Mu’allimin .. 86

BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ... 88

B. Saran ... 90

C. Kata Penutup ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 93

CURICULUM VITAE... 95


(8)

Xi Lampiran I. Pedoman Wawancara

Lampiran II. Pedoman Dokumentasi

Lampiran III. Foto Hasil Penelitian

Lampiran IV. Struktur Organisasi

Lampiran V. Rekap Nilai Siswa

Lampiran VI. Surat Keterangan Penelitian

Lampiran VII. Kartu Bimbingan


(9)

ii

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS IT PADA MATA PELAJARAN TIK DI MADRASAH MU’ALLIMIN

MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) strata Satu

pada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah)

Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh :

ANDI MUHAMMAD IKHWAN NUR NPM : 20120720206

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (TARBIYAH) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(10)

(11)

v MOTTO

Kita memerlukan 4000 tahun untuk berpindah dari penggunaan besi menjadi industri. Kita hanya memerlukan 40 tahun untuk berpindah ketahap komputer. Dan kedepannya kita hanya memerlukan 4 tahun untuk menjadikan dunia ini berbeda dari

sebelumnya. Dan pada akhirnya setiap hari kita akan melihat teknologi yang berbeda.

Teknologi semakin memanjakan kita, dan teknologi semakin membuat kita malas. Jika anda adalah orang yang rajin dengan dikelilingi teknologi, maka anda adalah orang


(12)

vi

Skripsi ini aku persembahkan kepada yang tercinta dan tersayang: kedua orang tuaku, Ayahanda Drs. Andi Aras, M.A dan Ibunda Dra. Hidayah Quraisy, M.Pd., yang tiada

hentinya mengirimkan doa dan semangat serta memberikan kasih sayangnya.

Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta sebagai lokasi penelitian skripsi ini

Ustad Budi Setia Prabowo selaku guru TIK di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta yang sangat membantu dalam memberikan data-data siswanya

Adik-adik ku tercinta di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta yang telah bersedia menjadi objek penelitianku


(13)

vii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN NOTA DINAS ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

ABSTRAK ... xiii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 10

B. Kerangka Teoretik ... 16

BAB III: METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 40

B. Penentuan Sumber Data ... 40

C. Lokasi Penelitian ... 41

D. Metode Pengumpulan Data ... 41

E. Tehnik Analisis Data... 42

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta 1. Sejarah Berdirinya Mu’allimin ... 45

2. Visi dan Misi Mu’allimin ... 51

3. Tujuan Mu’allimin ... 53

4. Letak Geografis ... 53

5. Struktur Organisasi ... 53


(14)

viii

8. Jumlah Dosen, Karyawan dan Siswa ... 57

B. Hasil Penelitian 1. Analisis Jenis Media Pembelajaran Berbasis IT di Mu’allimin ... 59

2. Analisis Efektivitas Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis IT Pada Mata Pelajaran TIK di Mu’allimin ... 65

3. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis IT Pada Mata Pelajaran TIK di Mu’allimin ... 74

C. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Jenis Media Pembelajaran Berbasis IT Mu’allimin ... 77

2. Efektivitas Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis IT Pada Mata Pelajaran TIK di Mu’allimin ... 81

3. Faktor Pendukung dan Penghambat Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis IT Pada Mata Pelajaran TIK di Mu’allimin .. 86

BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ... 88

B. Saran ... 90

C. Kata Penutup ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 93

CURICULUM VITAE... 95


(15)

Xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I. Pedoman Wawancara

Lampiran II. Pedoman Dokumentasi

Lampiran III. Foto Hasil Penelitian

Lampiran IV. Struktur Organisasi

Lampiran V. Rekap Nilai Siswa

Lampiran VI. Surat Keterangan Penelitian

Lampiran VII. Kartu Bimbingan


(16)

(17)

xiii ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas penggunaan media pembelajaran berbasis IT pada mata pelajaran TIK di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta.

Jenis penelitian ini adalah penelitian field research (penelitian lapangan) dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan bersifat deskriptif. Lokasi

penelitian ini adalah Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta di jalan

Letjend S. Parman Nomor 68 Yogyakarta. Subjek penelitian ini adalah semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta dan jumlah dibatasi dengan menggunakan metode sampel. Data dikumpulkan dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Jenis media pembelajaran berbasis

IT di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta ada beragam. terdapat

LCD, proyektor, slide show / power point, komputer, laptop, speker, mikropon dan yang terakhir yaitu media pembelajaran berbasis E-Learning dengan menggunakan aplikasi edmodo.Efektivitas media pembelajaran berbasis IT pada mata pelajaran TIK di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta dibagi menjadi tiga. Pertama, pembelajaran efektif pada mata pelajaran TIK sudah berjalan cukup maksimal. Kedua, peran guru TIK dalam memanfaatkan media pembelajaran berbasis IT sudah berjalan baik, namun terkadang masih memiliki hambatan. Ketiga, dampak yang dirasakan oleh para siswa di Madrasah

Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta ketika belajar TIK menggunakan media

pembelajaran berbasis IT sangat positif dan begitu antusias. Faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat penggunaan media pembelajaran berbasis IT pada mata pelajaran TIK dibagi menjadi dua faktor. Pertama, pihak madrasah sudah melengkapi setiap kelas dengan LCD / Projector dalam menunjang pembelajaran IT khususnya pada mata pelajaran TIK. Kedua, ada dua hambatan yang dihadapi terkait penggunaan media pembelajaran IT pada mata pelajaran

TIK di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta. Pertama dari guru itu

sendiri. Faktor yang kedua terkait dengan media pembelajaran IT itu sendiri, khususnya komputer.


(18)

PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan oleh orang-orang yang diberi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan. Pendidikan ialah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan masyarakat. Dalam arti lain, pendidikan merupakan pendewasaan peserta didik agar dapat mengembangkan bakat, potensi dan keterampilan yang dimiliki dalam menjalani kehidupan. Oleh karena itu, sudah seharusnya pendidikan didesain guna memberikan pemahaman serta meningkatkan prestasi belajar peserta didik (siswa) (Daryanto, 2013: 1).

Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adaya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya.

Apabila proses belajar itu diselenggarakan secara formal di sekolah-sekolah, tidak lain ini dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan pada diri siswa secara terencana, baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, maupun


(19)

2

sikap (Arsyad, 2014: 1). Pada hakikatnya proses belajar mengajar adalah proses komunikasi. Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan suatu dunia komunikasi tersendiri dimana guru atau dosen dan siswa/mahasiswanya bertukar pikiran untuk mengembangkan ide dan pengertian. Dalam komunikasi sering timbul dan terjadi penyimpangan-penyimpangan sehingga komunikasi tersebut tidak efektif dan efisien, antara lain disebabkan oleh adanya kecenderungan verbalisme, ketidaksiapan siswa/mahasiswa, kurangnya minat dan kegairahan, dan sebagainya (Usman dan Asnawir, 2001: 13)

Prestasi belajar siswa di sekolah sering diindikasikan dengan permasalahan belajar dari siswa tersebut dalam memahami materi. Indikasi ini dimungkinkan karena faktor belajar siswa yang kurang efektif, bahkan siswa sendiri tidak merasa termotivasi di dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Sehingga menyebabkan siswa kurang atau bahkan tidak memahami materi yang bersifat sukar yang diberikan oleh guru tersebut.

Kecenderungan pembelajaran yang kurang menarik ini merupakan hal yang wajar dialami oleh guru yang tidak memahami kebutuhan dari siswa tersebut baik dalam karakteristik, maupun dalam pengembangan ilmu. Dalam hal ini peran seorang guru sebagai pengembang ilmu sangat besar untuk memilih dan melaksanakan pembelajaran yang tepat dan efisien bagi peserta didik bukan hanya pembelajaran berbasis konvensional. Pembelajaran yang baik dapat ditunjang dari suasana pembelajaran yang kondusif serta hubungan komunikasi antara guru dan siswa dapat berjalan dengan baik (Daryanto, 2013: 1-2).


(20)

Hasil penelitian secara nyata membuktikan bahwa penggunaan alat bantu sangat membantu aktivitas proses belajar mengajar di kelas, terutama peningkatan prestasi belajar siswa/mahasiswa. Kadang-kadang dosen/guru ingin memilih beban seminimal mungkin dalam pelaksanaan tugas mengajar. Ini terbukti, penggunaan metode ceramah (lecture method) monoton paling populer dikalangan dosen/guru. Keterbatasan media teknologi pendidikan disatu pihak dan lemahnya kemampuan dosen/guru menciptakan media tersebut disisi lain membuat penerapan metode ceramah makin menjamur. Kondisi ini jauh dari menguntungkan. Terbatasnya alat-alat teknologi pendidikan yang dipakai di kelas diduga merupakan salah satu sebab lemahnya mutu studi mahasiswa atau pelajar atau masyarakat pada umumnya (Danim, 2013: 1).

Salah satu usaha untuk mengatasi keadaan demikian ialah penggunaan media secara terintegrasi dalam proses belajar mengajar. Karena fungsi media dalam kegiatan tersebut disamping sebagai penyaji stimulus informasi, sikap dan lain-lain, juga untuk meningkatkan keserasian dalam penerimaan informasi. Dalam hal-hal tertentu media juga berfungsi untuk mengatur langkah-langkah kemajuan serta untuk memberikan umpan balik (Usman dan Asnawir, 2001: 13).

Dahulu, ketika teknologi khususnya teknologi informasi belum berkembang seperti sekarang ini, ketika ilmu pengetahuan belum seperti ini, proses pembelajaran biasanya berlangsung pada tempat dan waktu tertentu. Proses pembelajaran adalah proses komunikasi antara guru dan siswa melalui


(21)

4

bahasa verbal sebagai media utama penyampaian meteri pelajaran. Proses pembelajaran sangat tergantung pada guru sebagai sumber belajar. Dalam kondisi semacam ini, akan ada proses pembelajaran manakala ada guru, tanpa kehadiran guru di dalam kelas sebagai sumber belajar tidak mungkin ada proses pembelajaran. Kehadiran guru di dalam kelas betul-betul menentukan adanya proses pembelajaran.

Dewasa ini, ketika ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat, siswa bisa belajar di mana, kapan dan apa saja sesuai dengan minat dan gaya belajar. Dalam kondisi semacam ini, guru tidak lagi berperan sebagai satu-satunya sumber belajar, akan tetapi berperan sebagai desainer pembelajaran. Seorang desainer pembelajaran dituntut untuk dapat merancang pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai jenis media dan sumber belajar yang sesuai agar proses pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien. Sebagai desainer guru berperan merancang agar siswa memperoleh pengalaman belajar, sebab belajar pada hakikatnya adalah proses perubahan perilaku berkat adanya pengalaman. Dengan demikian ketika akan mengajar, guru tidak lagi bertanya materi apa yang harus disampaikan pada siswa akan tetapi pengalaman belajar apa yang harus dimiliki oleh siswa (Sanjaya, 2012: 61-62).

Dunia pendidikan saat ini memasuki era dunia media, di mana kegiatan pembelajaran menuntut dikuranginya metode ceramah dan diganti dengan pemakaian banyak media. Lebih-lebih pada kegiatan pembelajaran saat ini yang menekankan pada keterampilan proses dan active learning yang


(22)

dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Maka kiranya peranan media pembelajaran menjadi semakin penting (Danim, 2013: 1-2).

Namun kenyataannya masih banyak sekolah-sekolah di Indonesia yang sudah memiliki media pembelajaran IT akan tetapi belum maksimal dan efektif dalam menggunakannya. Pihak sekolah sebenarnya sudah mengadakan dan memfasilitasi media pembelajaran IT dengan harapan bahwa media pembelajaran tersebut dapat menjadi jembatan bagi para guru dan siswa agar dapat mengajar dan belajar dengan lebih baik lagi. Namun karena pengetahuan guru yang masih sangat minim tentang media pembelajaran IT mengakibatkan penggunaannya belum berjalan sebagaimana mestinya.

Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta merupakan salah satu lembaga pendidikan terbesar dan tertua (98 tahun) milik Muhammadiyah yang telah mencetak kader-kader militan dan melahirkan pemimpin-pemimpin besar bangsa ini sebut saja salah satunya ialah Syafi’i Ma’arif. Pada mulanya, sekolah ini didirikan dengan tujuan untuk mencetak muballigh, guru dan pemimpin Muhammadiyah. Awalnya sekolah ini lebih mirip sebagai pesantren dengan mengadopsi sistem dan metode pendidikan modern. Namun setelah berubah menjadi Hogere Muhammadijah School, kurikulumnya ditambah dengan pelajaran ilmu sekuler/umum. Materi kurikulum sekolah yang meliputi ilmu agama dan ilmu sekuler/umum menjadi satu wujud cita-cita dan


(23)

6

eksperimen KH Ahmad Dahlan untuk mendamaikan dua kutub ilmu tersebut dalam sistem pendidikan Muhammadiyah.

Tuntutan masyarakat yang makin besar terhadap pendidikan serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, membuat pendidikan tidak mungkin lagi dikelola hanya dengan melalui pola tradisional, disamping cara ini tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Revolusi ilmu pengetahuan dan teknologi, perubahan masyarakat, pemahaman cara belajar anak, kemajuan media komunikasi dan lain sebagainya memberi arti tersendiri bagi kegiatan pendidikan dan tuntutan ini pulalah yang membuat kebijaksanaan untuk memanfaatkan media teknologi dan pendekatan teknologis dalam pengelolaan pendidikan (Danim, 2013: 1).

Sadar akan hal itu, Mu’allimin pun akhirnya menggunakan media

teknologi sebagai model pembelajaran di sekolah. Ini dibuktikan dengan adanya fasilitas LCD/Projector disetiap ruang kelas kemudian terdapat juga ruang komputer serta ruang multimedia. Penggunaan tersebut diharapkan agar para siswa dapat lebih mudah memahami materi yang diajarakan ketika proses pembelajaran berlangsung khususnya pada mata pelajaran TIK serta dapat bersaing dengan sekolah lain yang sudah menggunakannya.

Lantas, yang menjadi pertanyaan adalah apakah media pembelajaran yang berbasis IT itu sudah digunakan secara efektif pada mata pelajaran TIK atau belum. Hal tersebut menarik untuk diteliti. Peneliti ingin mengetahui bagaimana efektivitas penggunaan media pembelajaran berbasis IT pada mata pelajaran TIK di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta.


(24)

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas dan untuk memperjelas arah penelitian, maka yang menjadi rumusan masalah adalah:

1. Apa saja jenis media pembelajaran berbasis IT yang ada di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta?

2. Bagaimana Efektivitas penggunaan media pembelajaran berbasis IT pada mata pelajaran TIK di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta? 3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam penggunaan media

pembelajaran IT pada mata pelajaran TIK? C.Tujuan Penelitian

Pembahasan mengenai efektivitas penggunaan media pembelajaran IT dalam skripsi ini memiliki tujuan dan manfaat.

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui jenis media pembelajaran berbasis IT di Madrasah

Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Ingin mengetahui bagaimana efektivitas penggunaan media pembelajaran berbasis IT pada mata pelajaran TIK di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Untuk menjelaskan faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi dalam penggunaan media pembelajaran IT.


(25)

8

D.Manfaat Penelitian 1. Teoretis

Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan keilmuan dalam bidang ilmu teknologi pembelajaran.

2. Praktis

a. Bagi penulis, sebagai calon guru bisa menggunakan hasil penelitian ini pada masa yang akan datang untuk diterapkan dalam pembelajaran di sekolah. Peneliti dapat memperoleh pengalaman langsung bagaimana berkolaborasi maupun dalam memilih media pembelajaran yang tepat, sehingga dimungkinkan kelak ketika terjun ke lapangan mempunyai wawasan dan pengalaman.

b. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan untuk mengoptimalkan penggunaan bahan ajar di Madrasah Muallimin Yogyakarta.

c. Bagi siswa, memberikan alternatif dalam penggunaan teknologi dan media pembelajaran yang menarik, sehingga mampu menumbuhkan motivasi belajar.

d. Bagi sekolah, sebagai rujukan dan dasar pemikiran dalam pengembangan teknologi dan media pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

E.Sistematika Pembahasan

Untuk memberikan arah yang tepat dan tidak memperluas objek penelitian, maka dirumuskan sistematika pembahasan sebagai berikut:


(26)

Bab pertama, berisi pendahuluan. Pada bab pendahuluan ini meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab kedua, memuat uraian tentang tinjauan pustaka dan kerangka teori yang relevan dan terkait dengan media pembelajaran IT.

Bab ketiga, memuat secara rinci metode penelitian yang digunakan beserta alasannya, mencakup jenis penelitian, lokasi penelitian, sumber data, metode pengumpulan data serta analisis data yang digunakan.

Bab keempat, merupakan hasil dan pembahasan. Pada bab ini akan dipaparkan mengenai gambaran umum Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta mulai dari sejarah berdirinya, visi dan misi, letak geografis, struktur organisasi, kurikulum dan sebagainya. Selanjutnya data dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi ditampilkan untuk kemudian dilakukan analisis data. Pada tahap ini akan diuraikan mengenai Efektivitas media pembelajaran berbasis IT di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta meliputi jenis media pembelajaran IT, pemanfaatan media pembelajaran IT dan faktor-faktor pendukung dan penghambat media pembelajaran IT di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta.

Bab kelima, merupakan penutup, yang memuat kesimpulan, saran-saran yang bersifat membangun berdasarkan hasil penelitian dan kata penutup.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

A.Tinjauan Pustaka

Kajian pustaka ini dilakukan agar tidak terjadi pengulangan penelitian terhadap objek yang sama. Sepanjang penelusuran peneliti, memang sudah ada penelitian tentang Peranan Media Pembelajaran Berbasis IT akan tetapi mengarah kepada peningkatan kognitif dan keterampilan serta secara spesifik menyebutkan media pembelajaran yang diteliti sedangkan pada penelitian ini ingin berupaya mengetahui seberapa efektif penggunaan media-media pembelajaran berbasis IT pada mata pelajaran TIK yang ada di sekolah yang diteliti tersebut. Berikut ini merupakan penelitian yang terkait:

Penelitian oleh Asrori (2012) yang meneliti tentang “Hubungan Media

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis IT Dan Motivasi Belajar Siswa SMP PGRI Kasihan Bantul”. Penelitian ini menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan analisa datanya peneliti menggunakan deskriptif analisis kuantitatif, penyajian data, dan kesimpulan. Kemudian untuk uji keabsahan data menggunakan ketekunan atau kesahan data, dan triangulasi metode.

Penelitian ini memberi kesimpulan bahwa berdasarkan hasil uji hipotesis ada hubungan yang signifikan antara media pembelajaran pendidikan agama islam berbasis IT dan motivasi belajar siswa SMP PGRI Kasihan Bantul. Hal ini dibuktikan dari hasil anlisis korelasi sebesar 0.554 dengan nilai signifikansi 0.000 sehingga Hipotesis alternatif (Ha) diterima dan Hipotesis


(28)

nihil (Ho) ditolak. Sehingga semakin tinggi penggunaan media pendidikan agama islam berbasis IT, maka semakin tinggi juga motivasi belajar siswa.

Penelitian oleh Rizkika Rakhmawati (2014) yang meneliti tentang

“Studi Kritis Metode Dan Media Pembelajaran Dalam Film Taare Zameen Par

karya Aamer Khan dan Relevansinya Terhadap Pendidikan Agama Islam”. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan simiotik. Penelitian ini dilakukan dengan mengobservasi langsung film Taree Zameen Par karya Aamir Khan dengan cara mengidentifikasi metode pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus yang terdapat dalam dialog dan gambar adegan yang berlangsung dalam film tersebut.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa materi pembelajaran yang terdapat dalam film tersebut adalah materi belajar membaca dan menulis. Tujuan pembelajaran yang terdapat dalam film tersebut adalah agar Ishaan dapat membaca dan menulis. Kemudian metode pembelajaran yang digunakan untuk anak berkebutuhan khusus terutama disleksia dalam film Taare Zaamen Par karya Aamir Khan menggunakan metode multisensory. Adapun media pembelajaran yang digunakan Nikumbh dalam proses pembelajaran adalah bak air, plastisin, cat air dan tangga sekolah.

Penelitian oleh Lina Normayanti (2014) yang meneliti tentang

“Penerapan Media Pembelajaran Card Slot Untuk Meningkatkan Prestasi

Belajar Bahasa arab Pada Siswa Kelas VII A Di MTS MUHAMMADIYAH Gedongtengen Yogyakarta”. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bertujuan untuk mengetahui penerapan media pembelajaran Card


(29)

12

Slot pada pembelajaran bahasa arab dalam meningkatkan prestasi siswa kelas VII A. Subjek pada penelitian ini adalah semua siswa kelas VII A yang berjumlah 22 siswa. Penelitian ini dilaksanakan di MTs Muhammadiyah Gedongtengen Yogyakarta pada tanggal 06 Mei 2013. Penelitian ini terdiri dari dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

Hasil dari penelitian tindakan kelas ini berdasarkan pengumpulan data menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan nilai rata-rata siswa dari siklus pertama sebesar 64,18 kemudian pada siklus kedua meningkat menjadi 68,77. Sedangkan ketuntasan klasikalnya pada siklus pertama sebesar 68,18% dan pada siklus kedua 100%. Dengan demikian penerapan media pembelajaran card slot dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VII A pada pelajaran Bahasa Arab materi madrasah.

Penelitian oleh Endah Dwi Astuti (2013) yang meneliti tentang “Penggunaan Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Muhammadiyah Grogol Paliyan Kabupatan Gunungkidul”. Jenis penelitian ini adalah Pendekatan Kuantitatif dimana pendekatan ini digunakan untuk mengetahui penggunaan media pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Muhammadiyah Grogol. Sedangkan sumber data diperoleh dari informan yang ada di sekolah tersebut antara lain Kepala Sekolah, Guru Pendidikan Agama Islam, dan siswa kelas III. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah angket, wawancara, dan observasi.


(30)

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dengan adanya penggunaan media pembelajaran yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam di SD Muhammadiyah Grogol menunjukkan keberhasilan yang optimal. Dimana media pembelajaran dapat difungsikan sesuai dengan fungsinya, yaitu: meningkatkan motivasi belajar pembelajar, merangsang pembelajar untuk berfokus dan beranalisis serta pembelajar dapat memahami pelajaran dengan sistematis yang disajikan pengajar lewat media pembelajaran.

Kemudian, ditemukan faktor penghambat dan pendukung dalam penggunaan medai pembekajaran Pendidikan Agama Islam di SD Muahmmadiyah Grogol. Antara lain yang merupakan faktor pendukung dalam penggunaan media pembelajaran yaitu: penguasaan dan kondisi anak, ketepatan dalam memilih media pembelajaran dan motivasi belajar serta perhatian siswa yang sangat tinggi sehingga memudahkan guru dalam menyampaikan materi. Sedangkan faktor penghambat penggunaan media pembelajaran yaitu: masih terbatasnya dana yang disediakan sekolah dan kurangnya perhatian yang cukup dari orang tua terhadap proses belajar siswa yang ditandai dengan seringnya pekerjaan rumah tidak diselesaikan oleh siswa.

Penelitian oleh Sri Wahyuni (2011) yang meneliti tentang “Peranan Media Gambar Lcd Proyektor Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Dan Menulis Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Kelas I C

MIN Yogyakarta”. Dari penelitian tersebut menyimpulkan bahwa ternyata

peranan media gambar LCD Proyektor dalam meningkatkan prestasi belajar bahasa Indonesia khususnya dalam hal membaca dan menulis pada siswa kelas


(31)

14

1 C MIN Yogyakarta, secara signifikan mempengaruhi pembelajaran siswa menuju kearah yang lebih baik. Ini terbukti dari nilai KKM siswa sebelum menggunakan media gambar LCD Proyektor, belum semua anak mencapai nilai KKM yang telah ditentukan diawal semester yaitu 7,5, dengan penggunaan media gambar LCD Proyektor KKM bukan saja dapat terpenuhi, bahkan meningkat dengan nilai rata-rata kelas 8,9 atau dalam kategori baik sekali.

Penelitian oleh Abdul Muti (2014) yang meneliti tentang “Pengaruh Media Pembelajaran Biologi Berbasis Adobe Flash Terhadap Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Di SMA Negeri 1 Banguntapan Tahun Ajaran 2013/2014”. Penelitian ini membahas tentang pengaruh media pembelajaran biologi berbasis aplikasi Adobe Flash terhadap motivasi dan hasil belajar siswa di SMA negeri 1 Banguntapan. Setelah dilakukan penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dalam pembelajaran biologi dengan menggunakan aplikasi Adobe Flash.

Penelitian oleh Aldila Siddiq Hastomo (2013) yang meneliti tentang

“Efektivitas Media Pembelajaran E-Learning Terhadap Prestasi Belajar

Pendidikan Agama Islam Siswa Di SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA”. Penelitian ini membahas tentang efektivitas pembelajaran e-learning terhadap prestasi belajar pendidikan agama islam siswa SMA negeri 1 Yogyakarta. Setelah dilakukan penelitian, dapat disimpulkan bahwa: pertama, penerapan e-learning dalam pembelajaran PAI di SMA Negeri 1 Yogyakarta tidak


(32)

sepenuhnya menggunakan sistem e-learning atau sistem konvensional saja, akan tetapi penggabungan keduanya.

Dengan kata lain media pembelajaran e-learning berperan sebagai media alternatif pendukung pembelajaran PAI. Hal ini dilakukan demi tercapainya tujuan pembelajaran secara maksimal. Kedua, penerapan media e-learning dalam pembelajaran PAI dinyatakan efektif terhadap prestasi belajar siswa dibuktikan dengan hasil angket yang disebarkan kepada siswa yang menunjukkan bahwa e-learning sangat bermanfaat sebagai media pendukung dalam pembelajaran PAI. Karena dengan adanya media e-learning siswa dapat mempelajari materi PAI secara lebih intensif dan mandiri. Selain mudah untuk digunakan e-learning juga memberikan wadah diskusi dan juga konten-konten yang sangat berpengaruh pada siswa dalam menyerap nilai-nilai tentang materi PAI baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.

Penelitian oleh Farida Nur Hikmah (2013) yang meneliti tentang “Pengembangan Media Pembelajaran Fiqih Berbasis Macromedia Flash 8

Sebagai Sumber Belajar Bagi Siswa MTs Kelas VIII SEMESTER 2”.

Penelitian ini membahas tentang pengembangan media pembelajaran fiqih berbasis macromedia flash 8 sebagai sumber belajar bagi siswa mts kelas viii semester 2. Setelah dilakukan penelitian dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran berbasis Macromedia Flash yang telah dikembangkan dapat digunakan sebagai sumber belajar bagi siswa MTs kelas VIII Semester 2.

Kemudian berdasarkan hasil jawaban angket, respon oleh siswa terhadap media pembelajarean fiqih mendapat skor 859 dari skor maksimal


(33)

16

ideal 1000. Hal tersebut menunjukkan bahwa media pembelajaran mendapatkan respon yang sangat baik (SB) dengan angka presentase 85,9%.

Penelitian oleh Suratiningsih (2014) yang meneliti tentang “Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis IT Untuk Meningkatkan Kognitif Dan Keterampilan Proses Dasar Sains Siswa Kelas IV SD/MI”. Dalam thesisnya membahas tentang langkah-langkah pengembangan media pembelajaran sains. Setelah dilakukan penelitian, terdapat peningkatan kualitas belajar dari segi kognitif dan keterampilan siswa kelas IV SD.

B.Kerangka Teoretik 1. Efektivitas

Efektivitas berasal dari kata dasar efektif. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:219), kata efektif mempunyai arti efek, pengaruh, akibat atau dapat membawa hasil. Jadi efektivitas adalah keaktifan, daya guna, adanya kesesuaian dalam suatu kegiatan orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu keadaan yang menunjukkan sejauh mana rencana dapat tercapai. Semakin banyak rencana yang dapat dicapai, semakin efektif pula kegiatan tersebut, sehingga kata efektivitas dapat juga diartikan sebagai tingkat keberhasilan yang dapat dicapai dari suatu cara atau usaha tertentu sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Dapat disimpulkan juga bahwa suatu media pembelajaran bisa dikatakan efektif ketika memenuhi criteria, diantaranya mampu memberikan pengaruh, perubahan atau dapat membawa


(34)

hasil. Ketika kita merumuskan tujuan instruksional, maka efektivitas dapat dilihat dari seberapa jauh tujuan itu tercapai. Semakin banyak tujuan tercapai, maka semakin efektif pula media pembelajaran tersebut.

2. Efektivitas Pembelajaran

Menurut Popham (2003:7), efektivitas proses pembelajaran seharusnya ditinjau dari hubungan guru tertentu yang mengajar kelompok siswa tertentu, di dalam situasi tertentu dalam usahanya mencapai tujuan-tujuan instruksional tertentu. Efektivitas proses pembelajaran berarti tingkat keberhasilan guru dalam mengajar kelompok siswa tertentu dengan menggunakan metode tertentu untuk mencapai tujuan instruksional tertentu. Dunne (1996:12) berpendapat bahwa efektivitas pembelajaran memiliki dua karakteristik. Karakteristik pertama ialah “memudahkan murid belajar” sesuatu yang bermanfaat, seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep atau sesuatu hasil belajar yang diinginkan. Kedua, bahwa keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai, seperti guru, pengawas, tutor atau murid sendiri.

Strategi guru untuk dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran di dalam kelas, Sutikno Sobry (2008:87) memaparkan sebagai berikut :

1. Mengecek / membuat silabus.

2. Menentukan tujuan instruksional umum. 3. Menentukan tujuan instruksional khusus. 4. Memilih model pembelajaran dan alat

bantu yang relevan. 5. Menentukan cara evaluasi.

6. Menentukan kapan pendidikan dimulai. 7. Menentukan bacaan wajib dan pilihan 8. Belajar dan menguasai bahan pelajaran 9. Membuat ringkasan / garis besar apa

yang akan disampaikan Persiapan


(35)

18

Gambar I. Upaya Dalam Peningkatan Efektivitas Pembelajaran Pendapat yang menyatakan tentang indikator sesuatu bisa dikatakan efektif :

a. Menurut Sinambela (2006:78), pembelajaran dikatakan efektif apabila mencapai sasaran yang diinginkan, baik dari segi tujuan pembelajaran maupun prestasi siswa yang maksimal. Beberapa indikator keefektifan pembelajaran:

1) Ketercapaian ketuntasan belajar,

2) Ketercapaian keefektifan aktivitas siswa (yaitu pencapaian waktu ideal yang digunakan siswa untuk melakukan setiap kegiatan yang termuat dalam rencana pembelajaran),

3) Ketercapaian efektivitas kemampuan guru mengelola pembelajaran, dan respon siswa terhadap pembelajaran yang positif

1. Datang tepat waktu.

2. Menumbuhkan motivasi pada peserta didik.

3. Menciptakan komunikasi (interaksi) yang baik.

4. Menggunakan media pembelajaran yang baik dan bervariasi.

5. Menggunakan model pembelajaran yang baik dan bervariasi.

Pelaksanaan

Evaluasi

Harus didasarkan pada tujuan pembelajaran instruksional yang telah ditetapkan.


(36)

b. Menurut Wotruba dan Wright dalam Yusufhadi Miarso (2004), indikator yang dapat digunakan untuk menentukan efektivitas dalam proses pembelajaran adalah :

1) Pengorganisasian materi yang baik 2) Komunikasi yang efektif,

3) Penguasaan dan antusiasme terhadap materi pelajaran, 4) Sikap positif terhadap siswa,

5) Pemberian nilai yang adil,

6) Keluwesan dalam pendekatan pembelajaran, dan 7) Hasil belajar siswa yang baik.

Berdasarkan uraian yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah tingkat keberhasilan yang dapat dicapai dari suatu metode pembelajaran tertentu sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. 3. Pembelajaran IT

Meier (2002:263) menyatakan pembelajaran akan memberi hasil terbaik jika bersifat SAVI (Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual). Peristiwa belajar khusus dapat melibatkan dua, tiga, atau semua cara tersebut sekaligus, oleh karena itu pembelajaran berbasis komputer harus mendukung gaya belajar tersebut.

Untuk membuat materi pengajaran dan pelatihan berbasis komputer yang lebih efektif, para perancang harus berusaha untuk memudahkan berlangsungnya proses belajar mengajar. Hal ini dapat


(37)

20

terpenuhi dengan mengaplikasikan teori-teori pembelajaran dan pendekatan pedagogik dalam desain pembelajaran berbasis komputer. Adapun teori-teori pembelajaran dan implikasinya dalam pengembangan desain pembelajaran berbasis komputer sebagai berikut: a. Teori Pembelajaran Gagne

Didasarkan pada sembilan hierarki keterampilan intelektual yang disusun berdasarkan tingkat kompleksitasnya. desain instruksional pembelajaran berbasis komputer harus mengidentifikasi prasyarat yang dibutuhkan untuk memudahkan proses pembelajaran terjadi pada setiap tingkatan.

b. Teori Konstruktivis Bandura

Mendefenisikan proses belajar sebagai sebuah proses aktif dimana pembelajar membangun gagasan-gagasan baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada sebelumnya. Sehingga dalam perancangan instruksional pembelajaran berbasis komputer disusun secara sequensial sehingga memungkinkan pembelajar membangun prinsip-prinsip dan konsep kunci atas dasar pengetahuan yang telah dimilikinya dan bergerak melampaui informasi yang diberikan kepadanya.

c. Teori Sosial Bandura

Menekankan pada pentingnya pengamatan dan memperagakan tingkah laku, sikap, dan reaksi emosional secara langsung. Menurut teori sosial Bandura desain instruksional akan


(38)

lebih efesien jika memberikan keluasaan kepada pembelajar untuk melakukan sesuatu secara langsung, menerapkan sikap dan tingkah laku serta reaksi emosional dalam pembelajaran akan meningkatkan ingatan.

d. Teori Minimalis Carrol

Menyarankan agar para perancang desain instruksional untuk meminimalkan materi pembelajaran, mengingat materi yang banyak hanya akan melelahkan dan menghambat proses belajar. Oleh karenanya perancang diminta untuk memberikan perhatiannya pada perancangan aktivitas yang mendukung aktivitas langsung para pembelajar.

e. Teori Pengembangan Sosial Kognitif Vygotsky

Menawarkan suatu teori yang mengatakan bahwa potensi untuk perkembangan kognitif dibatasi oleh suatu rentang tertentu dan bersifat unik bagi setiap individu pembelajar. Teori vygotsky juga mengklaim bahwa pembelajaran akan sangat efektif ketika pembelajar di tempatkan pada suatu lingkungan belajar yang memberikan dukungan penuh (supportive) dan ketika mereka menerima bimbingan yang sesuai dan dimediasi oleh media. Media instruksional tersebut dapat berupa sebuah strategi kognitif, seorang tentor, bahan cetakan, atau komputer serta instrumen lainnya yang menyediakan informasi bagi pembelajar. Peran yang dilakukan oleh media instruksional adalah untuk mengorganisasikan dukungan


(39)

22

dinamis yang dapat digunakan pembelajar menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan sampai pada batas atas ZDP yang dimiliki pembelajar bersangkutan. Pada saat pembelajar bergerak ke tingkat kepercayaan (comfidence) yang lebih tinggi, media instruksional ini secara sistematis ditarik dan memberikan keleluasaan kepada pembelajar untuk melakukan eksplorasi sendiri.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dalam desain media pembelajaran berbasis komputer harus didasarkan pada pemahaman tentang teori-teori pembelajaran dan bagaimana proses belajar terjadi pada setiap individu.

4. Definisi Media dan Media Pembelajaran

“Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan” (criticos, 1996). Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran merupakan proses komunikasi (Daryanto, 2013: 4-5).

Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti „tengah’, „perantara’, atau „pengantar’. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara (لئاسو) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach & Ely (1971) mengatakan bahwa “media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap”. Dalam pengertian


(40)

ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal (Arsyad, 2014: 3).

Banyak batasan yang diberikan orang tentang media. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and Communication Technology/AECT) di amerika, membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi. Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA) memiliki pengertian yang berbeda. Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar, dan dibaca (Harjito et al., 2014: 6-7).

Di samping sebagai sistem penyampai atau pengantar, media yang sering diganti dengan kata mediator menurut Fleming (1987: 234) adalah penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya. Henich dan kawan-kawan (1982) mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Jadi, televisi, film, foto, radio, rekaman audio, gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan, dan sejenisnya adalah media komunikasi. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau


(41)

24

mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran (Arsyad, 2014: 3-4).

Dari definisi-definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan audien (siswa) sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya. Penggunaan media secara kreatif akan memungkinkan audien (siswa) untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan performa mereka sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai (Usman dan Asnawir, 2002: 11).

Sekarang apa yang dimaksud dengan media pembelajaran? Apakah media pembelajaran sama dengan media itu sendiri?

Rossi dan Breidle (1966) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah dan sebagainya. Menurut Rossi alat-alat semacam radio dan televisi kalau digunakan dan diprogram untuk pendidikan maka merupakan media pembelajaran. Bagi Rossi media itu sama dengan alat-alat fisik yang mengandung informasi dan pesan pendidikan. Pendapat Rossi itu juga dikemukakan oleh AECT (1977) yang menjelaskan media sebagai segala bentuk dan saluran yang dipergunakan untuk proses penyaluran pesan.


(42)

Dari konsep di atas, maka perbedaan antara media dan media pembelajaran terletak pada pesan atau isi yang ingin disampaikan. Artinya alat apapun itu asal berisi tentang pesan-pesan pendidikan termasuk ke dalam media pendidikan atau media pembelajaran (Sanjaya, 2012: 58).

Namun demikian, apakah pesan-pesan itu hanya dapat disampaikan melalui alat-alat tertentu seperti buku, TV atau radio saja? Bukankah tujuan pendidikan atau tujuan pembelajaran bukan hanya sekadar mengetahui dan memahami informasi yang ingin disampaikan? Bukankah belajar tidak hanya sekadar duduk, mendengarkan dan mencatat setiap informasi. Bukankah dalam pendidikan atau pembelajaran informasi itu hanya merupakan alat untuk mengubah perilaku siswa? Dalam konteks ini media bukan hanya sekadar informasi beserta alatnya, akan tetapi juga proses mempelajarinya, sebab informasi atau pesan yang hanya diketahui hasil pemberitahuan orang lain, tidak akan menjadikan informasi tersebut menjadi bermakna dalam hidupnya. Dengan demikian sebagai perantara media juga meliputi berbagai pengalaman untuk memahami materi pelajaran (Sanjaya, 2012: 59).

Gerlach dan Ely (1980) memandang media pembelajaran bukan hanya berupa alat dan bahan saja, akan tetapi hal-hal yang memungkinkan siswa dapat memperoleh pengetahuan. Selanjutnya Gerlach dan Ely menyatakan “A medium, conceived is any person,


(43)

26

material or even that establish condition which enable the learner to acquire knowledge, skill and attitude.” Menurut Gerlach secara umum media (pembelajaran) itu meliputi orang, bahan, peralatan, atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Jadi dalam pengertian ini media pembelajaran/media pendidikan bukan hanya alat perantara seperti TV, radio, slide, bahan cetakan tetapi meliputi orang atau manusia sebagai sumber belajar atau juga berupa kegiatan semacam diskusi, seminar, karya wisata, stimulasi dan lain sebagainyayang dikondisikan untuk menambah pengetahuan dan wawasan, mengubah sikap siswa, serta untuk menambah keterampilan.

Sependapat dengan pandangan Gerlach, Gagne (1970) juga menyatakan bahwa media pembelajaran adalah pelbagai komponen yang ada dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Lingkungan itu sendiri cukup luas, meliputi lingkungan yang didesain sedemikian rupa untuk kebutuhan proses pembelajaran seperti leboratorium, perpustakaan, atau mungkin apotek hidup dan lain sebagainya dan lingkungan yang tidak didesain untuk kebutuhan pembelajaran akan tetapi dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran siswa seperti kantin sekolah, taman dan halaman sekolah, kamar mandi dan lain sebagainya (Sanjaya, 2012: 59-60).

Dari uraian di atas, maka nampak jelas terjadinya pergeseran makna tentang media pembelajaran, yakni dari media yang


(44)

menitikberatkan pada alat untuk menyampaikan informasi pesan yang berarti media lebih mementingkan pada sumber pesan itu sendiir yakni guru, menjadi media sebagai segala sesuatu yang dapat memengaruhi belajar siswa, yang berarti media menitikberatkan pada proses dan siswa itu sendiri. Dengan demikian, yang dimaksud dengan media pembelajaran adalah segala sesuatu seperti alat, lingkungan, dan segala bentuk kegiatan yang dikondisikan untuk menambah pengetahuan, mengubah sikap atau menanamkan keterampilan pada setiap orang yang memanfaatkannya.

Dari batasan tersebut minimal ada dua hal yang harus dipahami. Pertama, media pembelajaran tidak terbatas pada alat saja seperti TV, radio, CD dan lain sebagainya, akan tetapi meliputi pemanfaatan lingkungan baik yang didesain atau tidak untuk pembelajaran serta kegiatan yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kedua, media digunakan untuk menambah pengetahuan, mengubah sikap atau digunakan untuk menanamkan keterampilan tertentu. Ini berarti dalam alat dan kegiatan yang dirancang itu mengandung pesan tertentu sesuai dengan tujuan penggunaan media itu sendiri (Sanjaya, 2012: 61).

5. Landasan Penggunaan Media Pembelajaran a. Landasan Filosofis

Ada suatu pandangan, bahwa dengan digunakannya berbagi jenis media hadil teknologi baru di dalam kelas, akan berakibat


(45)

28

proses pembelajaran yang kurang manusiawi. Dengan kata lain penerapan teknologi dalam pembelajaran akan terjadi dehumanisasi. Benarkah pendapat tersebut? Bukankah dengan adanya berbagai media pembelajaran justru siswa dapat mempunyai banyak pilihan untuk menggunakan media yang lebih sesuai dengan karakteristik pribadinya? Dengan kata lain, siswa dihargai harkat kemanusiaannya diberi kebebasan untuk menentukan pilihan, baik cara maupun alat belajar sesuai dengan kemampuannya. Dengan demikian, penerapan teknologi tidak berarti dehumanisasi.

Sebenarnya perbedaan tersebut tidak perlu muncul, yang penting bagaimana pandangan guru terhadap siswa dalam proses pembelajaran. Jika guru mengaggap siswa sebagai anak manusia yang memiliki kepribadian, harga diri, motivasi dan memiliki kemampuan pribadi yang berbeda dengan yang lain, maka baik menggunakan media hasil teknologi baru atau tidak, proses pembelajaran yang dilakukan akan tetap menggunakan pendekatan humanis.

b. Landasan Psikologi

Dengan memperhatikan kompleks dan uniknya proses belajar, maka ketepatan pemilihan media dan metode pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Di samping itu,


(46)

persepsi siswa juga sangat mempengaruhi hasil belajar. Oleh sebab itu, dalam pemilihan media, di samping memperhatikan kompleksitas dan keunikan proses belajar, memahami makna persepsi serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penjelasan persepsi hendaknya diupayakan secara optimal agar proses pemebelajaran dapat berlangsung secara efektif. Untuk maksud tersebut, perlu: 1) diadakan pemilihan media yang tepat sehingga dapat menarik perhatian siswa serta memberikan kejelasan obyek yang diamatinya, 2) bahan pembelajaran yang akan diajarkan disesuaikan dengan pengalaman siswa.

Kajian psikologi menyatakan bahwa anak akan lebih mudah mempelajari hal yang konkrit ketimbang yang abstrak. Berkaitan dengan hubungan konkrit-abstrak dan kaitannya dengan penggunaan media pembelajaran, ada beberapa pendapat, antara lain: pertama, Jerome Bruder, mengemukakan bahwa dalam proses pembelajaran hendaknya menggunakan urutan dari belajar dengan gambaran atau film (iconic representation of experiment) kemudian ke belajar dengan simbol, yaitu menggunakan kata-kata (symbolic representation). Menurut bruner, hal ini juga berlaku tidak hanya untuk anak tetapi juga untuk orang dewasa.

Kedua, Charles F. Haban, mengemukakan bahwa sebenarnya nilai dari media terletak pada tingkat realistiknya dalam proses penanaman konsep, ia membuat jenjang berbagai jenis media mulai


(47)

30

yang paling nyata ke yang paling abstrak. Ketiga, Edgar Dale, membuat jenjang konkrit-abstrak dengan dimulai dari siswa yang berpartisipasi dalam pengalaman nyata, kemudian menuju siswa sebagai pengamat terhadap kejadian yang disajikan dengan media dan terakhir siswa sebagai pengamat kejadian yang disajikan dengan simbol.

c. Landasan Teknologis

Teknologi pembelajaran adalah teori dan prektek perancangan, pengembangan, penerapan, pengelolaan dan penilaian proses dan sumber belajar. Jadi, teknologi pembelajaran merupakan proses kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari cara pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengelola pemecahan masalah-masalah dalam situasi dimana kegiatan belajar itu mempunyai tujuan dan terkontrol. Dalam teknologi pembelajaran, pemecahan masalah dilakukan dalam bentuk: kesatuan komponen-komponen sistem pembelajaran yang telah disusun dalam fungsi disain atau seleksi dan dalam pemanfaatan serta dikombinasikan sehingga menjadi sistem pembelajaran yang lengkap.

d. Landasan Empiris

Temuan-temuan penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara penggunaan media pembelajaran dan karakteristik belajar siswa dalam menentukan hasil belajar siswa. Artinya, siswa


(48)

akan mendapat keuntungan yang signifikan bila ia belajar dengan menggunakan media yang sesuai dengan karakteristik tipe atau gaya belajarnya. Siswa yang memiliki tipe belajar visual akan lebih memperoleh keuntungan bila pembelajaran menggunakan media visual, seperti gambar, diagram, video atau film. Sementara siswa yang memiliki tipe belajar auditif, akan lebih suka belajar dengan media audio, seperti radio, rekaman suara atau ceramah guru. Akan lebih tepat dan menguntungkan siswa dari kedua tipe belajar tersebut jika menggunakan media audio-visual. Berdasarkan landasan rasional empiris tersebut, maka pemilihan media pembelajaran hendaknya jangan atas dasar kesukaan guru, tetapi harus mempertimbangkan kesesuaian antara karakteristik pembelajar, karakteristik materi pelajaran dan karakteristik media itu sendiri (Daryanto, 2013: 12-16).

6. Klasifikasi Media Pembelajaran

Media pembelajaran diklasifikasikan berdasarkan tujuan pemakaian dan karakteristik jenis media. Terdapat lima model klasifikasi, yaitu menurut: (1) Wilbur Schramm, (2) Gagne, (3) Allen, (4) Gerlach dan Ely dan (6) Ibrahim (Daryanto, 2013:17-18).

Menurut Schramm, media digolongkan menjadi media rumit, mahal, dan media sederhana. Schramm juga mengelompokkan media menurut kemampuan daya liputan, yaitu (1) liputan luas dan serentak seperti TV, radio, dan facsimile; (2) liputan terbatas pada ruangan,


(49)

32

seperti film, video, slide, poster audio tape; (3) media untuk belajar individual, seperti buku, modul, program belajar dengan komputer dan telepon.

Menurut Gagne, media diklasifikasi menjadi tujuh kelompok, yaitu benda untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar bergerak, film bersuara, dan mesin belajar. Ketujuh kelompok media pembelajaran tersebut dikaitkan dengan kemampuannya memenuhi fungsi menurut hirarki belajar yang dikembangkan, yaitu pelontar stimulus belajar, penarik minat belajar, contoh perilaku belajar, memberi kondisi eksternal, menuntun cara berpikir, memasukkan alih ilmu, menilai prestasi dan pemberi umpan balik.

Menurut Allen, terdapat sembilan kelompok media, yaitu: visual diam, film, televisi, objek tiga dimensi, rekaman, pelajaran terprogram, demonstrasi, buku teks cetak dan sajian lisan. Disamping mengklasifikasikan, Allen juga mengaitkan antara jenis media pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Allen melihat bahwa, media tertentu memiliki kelebihan untuk tujuan belajar tertentu tetapi lemah untuk tujuan belajar yang lain. Allen mengungkapkan tujuan belajar, antara lain: info faktual, pengenalan visual, prinsip dan konsep, prosedur, keterampilan dan sikap. Setiap jenis media tersebut memiliki perbedaan kemampuan untuk mencapai tujuan belajar; ada tinggi, rendah dan rendah.


(50)

Menurut Gerlach dan Ely, media dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri fisiknya atas delapan kelompok, yaitu benda sebenarnya, presentasi verbal, presentasi grafis, gambar diam, gambar bergerak, rekaman suara, pengajaran terprogram dan simulasi.

Menurut Ibrahim, media dikelompokkan berdasarkan ukuran serta kompleks tidaknya alat dan perlengkapannya atas lima kelompok, yaitu media tanpa proyeksi dua dimensi; media tanpa proyeksi tiga dimensi; media audio; media proyeksi; televisi, video, komputer.

Berdasarkan pemahaman atas klasifikasi media pembelajaran tersebut, akan mempermudah para guru atau praktisi lainnya dalam melakukan pemilihan media yang tepat pada waktu merencanakan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Pemilihan media yang disesuaikan dengan tujuan, materi, serta kemampuan dan karakteristik pembelajar, akan sangat menunjang efisiensi dan Efektivitas proses dan hasil pembelajaran.

7. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih


(51)

34

media, antara lain tujuan pembelajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa kuasai setelah pembelajaran berlangsung dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru (Arsyad, 2014: 19).

Pada awalnya media hanya berfungsi sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar yakni berupa sarana yang dapat memberikan pengalaman visual kepada siswa dalam rangka mendorong motivasi belajar, memperjelas dan mempermudah konsep yang kompleks dan abstrak menjadi lebih sederhana, konkrit serta mudah dipahami. Dengan demikian media dapat berfungsi untuk mempertinggi daya serap dan retensi anak terhadap materi pembelajaran (Usman dan Asnawir, 2002: 21).

Dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa). Sedangkan metode adalah prosedur untuk membantu siswa dalam menerima dan mengolah informasi guna mencapai tujuan pemebelajaran. Dalam kegiatan interaksi antara siswa dengan lingkungan, fungsi media dapat diketahui berdasarkan adanya kelebihan media dan hambatan yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran (Daryanto, 2013: 8-9).


(52)

Tiga kelebihan kemampuan media (Gerlach & Ely dalam Ibrahim, et.al., 2001 dalam Daryanto, 2013) adalah sebagai berikut: pertama, kemampuan fiksatif, artinya dapat menangkap, menyimpan dan menampilkan kembali suatu objek atau kejadian. Dengan kemampuan ini, objek atau kejadian dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan, kemudian dapat disimpan dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan dan diamati kembali seperti kejadian aslinya. Kedua, kemampuan manipulatif, artinya media dapat menampilkan kembali objek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi) sesusai keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya, serta dapat pula diulang-ulang penyajiannya. Ketiga, kemampuan distributif, artinya media mampu menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak, misalnya siaran TV atau Radio.

Dari uraian di atas, maka penggunaan media pembelajaran memiliki beberapa fungsi sebagai berikut (Sanjaya, 2012: 73-75): a. Fungsi komunikatif. Media pembelajaran digunakan untuk

memudahkan komunikasi antara penyampai pesan dan penerima pesan. Kadang-kadang penyampai pesan mengalami kesulitan manakala harus menyampaikan pesan dengan hanya mengandalkan verbal saja. Demikian juga penerima pesan, sering mengalami kesulitan dalam menangkap materi yang disampaikan, khususnya materi-materi yang bersifat abstrak. Bagaimana agar pesan mudah


(53)

36

ditangkap dan tidak menimbulkan salah persepsi? Harus dijadikan pertimbangan utama para pengembang media.

b. Fungsi motivasi. Dapat kita bayangkan pembelajaran yang hanya mengandalkan suara melalui ceramah tanpa melibatkan siswa secara optimal, bukan hanya dapat menimbulkan kebosanan pada diri siswa sebagai penerima pesan, akan tetapi juga dapat mengganggu suasana belajar. Dengan menggunakan media pembelajaran, diharapkan siswa akan lebih termotivasi dalam belajar. Dengan demikian pengembangan media pembelajaran tidak hanya mengandung unsur artistik saja akan tetapi juga memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran sehingga dapat lebih meningkatkan gairah siswa untyuk belajar.

c. Fungsi kebermaknaan. Melaului penggunaan media, pembelajaran dapat lebih bermakna, yakni pembelajaran bukan hanya dapat meningkatkan penambahan informasi berupa data dan fakta sebagai pengembangan aspek kognitif tahap rendah, akan tetapi dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk menganalisis dan mencipta sebagai aspek kognitif tahap tinggi. Bahkan lebih dari itu dapat meningkatkan aspek sikap dan keterampilan.

d. Fungsi penyamaan persepsi. Walaupun pembelajaran di setting secara klasikal, namun pada kenyataannya proses belajar terjadi secara individual. Kalau kita memiliki 40 orang siswa yang belajar, mungkin ada 40 macam pemikiran atau ada 40 jenis persepsi yang


(54)

datang dari masing-masing pemikiran siswa. Artinya, bisa terjadi setiap siswa akan menginterpretasi materi pelajaran secara berbeda. Melalui pemanfaatan media pembelajaran, diharapkan dapat menyamakan persepsi satiap siswa, sehingga setiap siswa memiliki pandangan yang sama terhadap informasi yang disuguhkan.

e. Fungsi individualitas. Siswa datang dari latar belakang berbeda baik dilihat dari status sosial ekonomi maupun latar belakang pengalamannya, sehingga memungkinkan gaya dan kemampuan belajarnya pun tidak sama. Demikian juga halnya mengenai bakat dan minat siswa tidak mungkin sama, walaupun secara fisik sama. Pemanfaatan media pembelajaran berfungsi untuk dapat melayani kebutuhan setiap individu yang memiliki minat dan gaya belajar yang berbeda.

8. Prinsip-Prinsip Penggunaan Media Pembelajaran

Terdapat sejumlah prinsip yang harus diperhatikan dalam penggunaan media pembelajaran. Pronsip-prinsip tersebut diuraikan di bawah ini (Sanjaya, 2012: 75-77):

a. Media digunakan dan diarahkan untuk mempermudah siswa belajar dalam upaya memahami materi pelajaran. Dengan demikian, penggunaan media harus dipandang dari sudut kebutuhan siswa, bukan dipandang dari sudut kepentingan guru.

b. Media yang akan digunakan oleh guru harus sesuai dan diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Media tidak digunakan sebagai


(55)

38

alat hiburan, atau tidak semata-mata dimanfaatkan untuk mempermudah guru menyampaikan materi, akan tetapi benar-benar untuk membantu siswa belajar sesuai dengan tujun yang ingin dicapai.

c. Media yang digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran. Setiap materi pelajaran memiliki kekhasan dan kekompleksan. Media yang akan digunakan harus sesuai dengan kompleksitas materi pelajaran. Contohnya, untuk membelajarkan siswa memahamai pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia, maka guru perlu mempersiapkan semacam grafik yang mencerminkan pertumbuhan pendidik.

d. Media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kondisi siswa. Siswa yang memiliki kemampuan mendengar yang kurang baik, akan sulit memahami pelajaran manakala digunkaan media yang bersifat auditif. Demikian pula sebaliknya, siswa yang memiliki kemampuan penglihatan yang kurang, akan sulit menangkap bahan pembelajaran yang disajikan melalui media visual.

e. Media yang akan digunakan harus memerhatikan efektivitas dan efisiensi. Media yang membutuhkan peralatan yang mahal belum tentu efektif untuk mencapai tujuan tertentu. Demikian juga media yang sangat murah belum tentu tidak memiliki nilai. Setiap media yang dirancang guru perlu memerhatikan efektivitas penggunaannya.


(56)

f. Media yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan guru dalam mengoprasikannya. Sering media yang kompleks terutama media-media mutakhir seperti media-media komputer, LCD, dan media-media elektronik lainnya memerlukan kemampuan khusus dalam mengoperasikannya.


(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara yang dilakukan seorang peneliti untuk mengumpulkan, mengklasifikasi, dan menganalisis data yang ada ditempat penelitian dengan menggunakan ukuran-ukuran dan pengetahuan, hal ini dilakukan untuk mencari dan mengungkap suatu kebenaran (Kunjoro, 1991:13). A. Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yakni prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Lexy J. Moleong, 2006:4).

Berdasarkan sumber data, jenis penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian lapangan (field research), yang bermaksud mempelajari secara intensif tentang latar belakang, keadaan sekarang, dan suatu interaksi sosial, individu, kelompok, lembaga dan masyarakat, sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisir dengan baik dan lengkap mengenai unit sosial tersebut (Husaini dan Purnomo, 1996:15)

B. Penentuan Sumber Data

Teknik pengambilan sampel subyek penelitian adalah apa saja yang menjadi subyek penelitian. Menurut sumbernya, data penelitian ini digolongkan kedalam data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subyek yang diteliti (Saefudin, 1999:91). Dalam hal ini yang dimaksudkan data primer adalah para peserta didik (siswa-siswa)


(58)

kelas VII, VIII, dan XI Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari Kepala Sekolah dan guru lainnya yang fungsinya sebagai pihak lain yang tidak langsung diperoleh dari subyek penelitiannya (Saefudin, 1999:91), yaitu mereka yang dianggap mampu menjelaskan situasi dan kondisi Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta, tahun ajaran 2015/2016.

D. Metode Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data-data yang terkait dengan tema penelitian, metode pengumpulan data yang penulin gunakan adalah:

1. Metode Observasi

Metode observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Dengan metode ini penulis melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang diselidiki (Marzuki, 2000: 58). Adapun objek observasi itu sendiri berupa:

a. Tempat, seperti kondisi bangunan, sarana dan prasarana serta fasilitas. b. Pelaku, dalam hal ini penulis dan para siswa kelas VIII dan XI Madrasah


(59)

42

c. Kegiatan, seperti kegiatan belajar mengajar, belajar kelompok dan sebagainya.

2. Metode Wawancara

Metode wawancara merupakan cara pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematika berlandaskan kepada tujuan penelitian (Marzuki, 2000: 62).

Dalam penelitian ini, penulis mengadakan wawancara langsung dengan pihak-pihak yang bersangkutan yaitu kepala sekolah, guru TIK, dan peserta didik (siswa), dengan cara peneliti berpedoman pada pokok-pokok pikiran yang merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan. 3. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data berupa gambaran umum Madrasah Muallimin Yogyakarta, letak geografis, sejarah berdiri dan perkembangannya, struktur organisasi, sarana dan prasarana yang dimiliki, keadaan guru, karyawan dan siswa serta dokumentasi lainnya yang dapat digunakan untuk kelengkapan data.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi (Miles dan Huberman, 2009: 16).


(60)

1. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data

“kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data

merupakan bagian dari analisis. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi (Muqtadir, 2015).

2. Penyajian Data

Setelah data direduksi, langkah kedua yang dilakukan dalam kegiatan analisis adalah penyajian data. Dengan melihat penyajian data, akan dapat dipahami apa yang sedang terjadi dan langkah seperti apakah yang akan diambil. Menganalisis lebih mendalam atau mengambil tindakan berdasarkan pemahaman yang didapat dari penyajian-penyajian tersebut. Oleh karena itu, semua data yang ada di lapangan akan dianalisis sehingga dapat memunculkan deskripsi mengenai penggunaan media pembelajaran berbasis IT di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan menjadi langkah akhir dalam menganalisa data dengan menggambarkan secara utuh objek penelitian. Proses penarikan kesimpulan didasarkan pada gabungan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk penyajian data. Melalui data tersebut, penulis dapat melihat


(61)

44

keseluruhan data yang selanjutnya ditarik sebuah kesimpulan yang benar mengenai objek penelitian.


(62)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Gambaran Umum Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta

1. Sejarah Berdirinya Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta

Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada tahun 1918 dengan nama “Qismul Arqa” di Kampung Kauman Yogyakarta. Sepanjang sejarahnya, Madrasah al-Qismu al-Arqo mengalami beberapa kali perubahan nama. Secara kronologis, perubahan nama ini dimulai dari Madrasah al-Qismu al-Arqo kemudian Hogere Muhammadijah School, kemudian Kweekschool Islam dan menjadi Kweekschool Muhammadijah. Nama Kweekschool muncul dalam pikiran KH Ahmad Dahlan setelah kunjungannya dari Kweekschool Katholik di Muntilan (Sejarah Muhammadiyah, tt). Pada mulanya sekolah ini bertempat di Kauman. Kemudian pindah ke Ketanggungan Wirobrajan (sekarang Jl. Letjend. S. Parman 68). Pada tahun 1952, Comite Ara-ara melaporkan telah berhasil mendirikan bangunan permanen sekolah meliputi ruang kelas, masjid, rumah direktur dan sebagainya (Soeara Muhammadijah, 1952). Perubahan nama menjadi Madrasah Mu’allimin Muhammadijah terjadi pada tahun 1941 berdasar hasil kongres Muhammadyah ke-23 19-25 Juli 1934 di Yogyakarta (Soeara Muhammadijah, 1941). Nama Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta dipergunakan hingga sekarang. Perubahan nama ini bermula dari kritik para warga Muhammadiyah, mengapa harus


(63)

46

memakai nama sekolah Belanda; Kweekschool, padahal ijazahnya dan kurikulumnya jelas berbeda.

Pada mulanya, sekolah ini didirikan dengan tujuan untuk mencetak muballigh, guru dan pemimpin Muhammadiyah. Awalnya sekolah ini lebih mirip sebagai pesantren dengan mengadopsi sistem dan metode pendidikan modern. Namun setelah berubah menjadi Hogere Muhammadijah School, kurikulumnya ditambah dengan pelajaran ilmu sekuler/umum. Materi kurikulum sekolah yang meliputi ilmu agama dan ilmu sekuler/umum menjadi satu wujud cita-cita dan eksperimen KH Ahmad Dahlan untuk mendamaikan dua kutub ilmu tersebut dalam sistem pendidikan Muhammadiyah. Versi lain menyebutkan bahwa latar belakang pendirian al-Qismu al-Arqo sangat sederhana. Sekolah ini didirikan menjawab tuntutan para alumnus Sekolah Rakyat (sekolah ongko loro) Muhammadiyah yang tidak bisa melanjutkan ke sekolah guru milik gubernemen. Informasi ini diperkuat oleh artikel dalam Soeara Muhammadijah terbitan Januari 1922 yang menyebutkan al-Qismu al-Arqo sebagai sekolah kelanjutan sekolah kelas dua (ongko loro).

Muhammadiyah beberapa kali mengajukan permohonan persamaan ijazah dengan rekomendasi Boedi Oetomo, namun tidak juga diterima. Akhirnya KH. Ahmad Dahlan pada tahun 1918 mendirikan Madrasah al-Qismu al-Arqo sehingga para alumnus sekolah rakyatnya bisa melanjutkan sekolah. Di samping itu, mereka juga dapat membantu mengajar di sekolah-sekolah Muhammadiyah yang lain.


(64)

Tamatan-tamatan Kweekschool Islam/Muhammadijah ini kemudian menyebar, mengajar di sekolah-sekolah Muhammadiyah terutama di Jawa. Tidak ada dokumen yang menyebutkan spesialisasi ilmu yang mereka ajarkan. Keterbatasan sumber daya manusia mengakibatkan tidak adanya spesialisasi keilmuan para guru di lembaga-lembaga pendidikan Islam masa itu (Boland, 1982). Tamatan-tamatan Kweekschool Muhammadijah ini mengajar semua mata pelajaran yang ada, baik ilmu agama seperti Tafsir, Hadits, Fiqih maupun ilmu umum/sekuler seperti ilmu bumi, ilmu hayat, falak/hisab dan lain sebagainya. Namun warna pesantren masih terlihat lebih kental dengan porsi pendidikan keagamaan yang lebih banyak.

Peran para alumnus ini ternyata tidak hanya mengajar di sekolah sekolah Muhammadiyah yang baru berdiri. Mereka ternyata juga aktif dalam dakwah Islam dan pengembangan masyarakat khususnya dalam cabang-cabang Muhammadiyah. Kiprah mereka dalam perkembangan awal Muhammadiyah menempatkan Muallimin menjadi pusat pendidikan generasi mudanya.

Dapat disimpulkan, bahwa sebenarnya predikat Sekolah Kader Muhammadiyah pada diri Mu’allimin tidak bersangkut paut dengan cikal bakal pendiriannya. al-Qismu al-Arqo didirikan sebagai sekolah calon guru dan muballigh Muhammadiyah (Sejarah Muhammadiyah, tt). Konsep Kader Muhammadiyah tidak tampak dalam al-Qismu al-Arqo. Orientasi al-Qismu al-Arqo jelas untuk memenuhi tuntutan kebutuhan guru dan muballigh Muhammadiyah dari cabang-cabang Muhammadiyah di Hindia-Belanda.


(65)

48

Predikat Sekolah Kader Muhammadiyah ini kemungkinan baru muncul setelah para alumnusnya mampu mewarnai corak pergerakan Muhammadiyah baik di Yogyakarta maupun di cabang-cabang Muhammadiyah di luar Yogyakarta. Pengakuan ini ditandai dengan salah satu keputusan Kongres Muhammadiyah ke-28 di Medan yang mengamanatkan kepada Hoofdbestur Muhammadijah untuk mengelola secara resmi madrasah ini (Sejarah Muhammadiyah, tt). Amanat kongres ini menempatkan Mu’allimin dalam posisi penting dan strategis dalam sistem pengkaderan Muhammadiyah. Madrasah Muallimin Muhammadiyah kemudian berkembang dan berdiri di daerah-daerah, seperti: Solo, Ponorogo, Pekalongan, Bogor, Bandung, Watukebo (Jember) dan sebagainya.

Pada tahun 1987, di bawah kepemimpinan Drs. H. Sri Satoto, dilakukanlah resistematisasi kurikulum. Tujuannya agar proses pendidikan dan pengajaran dapat lebih berdaya guna dan berhasil guna. Sehubungan dengan itu, pengembangan Mu’allimin dilajutkan lagi dengan kebijakan untuk merekayasa suatu paket terpadu yang menyangkut materi bidang studi Al-Islam dan Kemuhammadiyahan dengan teknik kurikulum silang (crossing curriculum), yakni memadukan materi GBPP Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah Departemen Agama RI dengan materi Mu’allimin yang merujuk kepada referensi “kitab kuning”. Proses terakhir inilah yang masih terus berlangsung hingga saat ini. Tentu saja, dalam rangka memperoleh hasil yang sempurna, evaluasi dan revisi (perbaikan)


(66)

terus menerus dilakukan terhadap materi bidang studi Al-Islam dan Kemuhammadiyahan.

Ketika Muallimin membuka jurusan Keagamaan dalam program pendidikan Aliyah pada tahun pendidikan 1996/1997, antara lain untuk mengimbangi program MAN PK (Pendidikan Keagamaan) yang digagas dan dicanangkan oleh Menteri Agama RI waktu itu, H. Munawwir Sadzali, M.A., maka Muallimin pun mempertegas orientasi program pendidikannya dengan memberikan peluang sebesar-besarnya kepada para siswanya untuk melanjutkan studi ke berbagai Perguruan Tinggi Agama dan Umum, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Program pendidikan yang dimaksud terbagi dua, yaitu pertama, Madrasah Aliyah Umum (MAU) jurusan IPA dan IPS, serta kedua, Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK).

Dalam masalah legalitas formal, sesungguhnya pendidikan di Mu’allimin pernah bersifat sangat mandiri dalam kurun masa yang relatif panjang, yaitu sejak berdiri tahun 1920 (atau 8 Desember 1921 jika dihitung berdasarkan piagam pendirian Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah nomor: 20/P.P./1988 tertanggal 22 Shafar 1409 H/3 Oktober 1988 M) sampai dengan tahun 1978. Yang dimaksud mandiri di sini adalah tiadanya campur tangan negara/pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan, dengan lebih mementingkan “isi” (materi pendidikan) daripada “kulit” (pengakuan formal ijazah negara). Kondisi ini mengalami perubahan seiring dengan terjadinya perubahan orientasi masyarakat dan peraturan Pemerintah bahwa untuk


(67)

50

dapat memasuki perguruan tinggi, haruslah berijazah Negara. Perubahan orientasi masyarakat dan peraturan baru tersebut menjadi salah satu faktor

kemunduran pendidikan di Mu’allimin, terutama dapat dilihat dari kian

menurunnya jumlah siswa yang berminat belajar di Mu’allimin. Pada waktu itu. jumlah siswa maksimal pernah mencapai lebih dari seribu orang, lalu merosot drastis menjadi hanya 180-an orang.

Keprihatinan memandang realitas seperti itu telah mendorong

sejumlah alumni untuk melakukan “gerakan penyelamatan

almamater”. Mereka adalah(1) Ustadz Jumaini Rahmat - alumni 1957, (2) Ustadz. Musthafa Kamal Pasya – alumni 1958, (3) Ustadz MS. Ibnu Juraimi - alumni 1962, (4) Ustadz Abdullah Effendi – alumni 1962, (5)

Ustadz Mhd. Khalil - alumni 1963, (6) Ustadz Muflih Dahlan – alumni 1963, (7) Ustad. A. Muhsin Asraf - alumni 1964, (8) Ustadz Zamzuri Umar

– alumni 1965, (9) Ustadz Chusnan Yusuf - alumni 1965, (10). M. Alfian Darmawan – alumni 1967. Di belakang hari, orang yang terlibat dalam

“gerakan penyelamatan almamater” bertambah dua orang, yaitu: (1) Ustadz

Sunarno– alumni 1968, dan (2) Ustadz M. Jahdan Ibnu Humam– alumni 1969. Dari berbagai pertemuan dan diskusi yang dilakukan, kemudian lahirlah kebijakan untuk memenuhi tuntutan masyarakat tersebut di atas.

Akhirnya, Mu’allimin membuka diri untuk menerima campur tangan negara/pemerintah dengan mengadopsi kurikulum pemerintah dan membuka program pendidikan setingkat Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah yang terdaftar di Departemen Agama RI, serta memberi


(68)

kesempatan kepada siswanya untuk mengikuti ujian negara dan mendapatkan ijazah yang diakui oleh negara/pemerintah. Sebagai bukti pengakuan tersebut, Kanwil Departemen Agama Propinsi DIY memberikan piagam registrasi nomor: 78/028/A/T tertanggal 21 April 1978 untuk Madrasah Tsanawiyah, dan nomor: 78/017/A/A tertanggal 21 April 1978 untuk Madrasah Aliyah, serta piagam pendirian Pondok Pesantren nomor:

A-8401 tertanggal 9 Februari 1984. Bahkan, Mu’allimin juga tercatat

sebagai lembaga pendidikan dengan Nomor Statistik Madrasah (NSM) 212347111006 (Tsanawiyah), 3122347111028 (Aliyah), dan 512347110003 .(Pondok Pesantren).

Dalam perkembangan selanjutnya, sejak tahun pendidikan

1987/1988, Mu’allimin memperoleh jenjang akreditasi Disamakan untuk

Madrasah Tsanawiyah dari Kanwil Departemen Agama Propinsi DIY (Piagam Jenjang Akreditasi nomor: A/W1/MTs/043/97 tanggal 17 Mei

1997), dan juga “Disamakan” untuk Madrasah Aliyah dari Direktorat

Pembinaan Kelembagaan Agama Islam (Binbaga Islam) Departemen Agama RI (Piagam Jenjang Akreditasi nomor: A/E.IV/0023/1997 tanggal 1 Agustus 1997) dan Akreditasi ini dilakukan setiap lima tahun sekali. (Laporan PPL tahun 2016)

2. Visi dan Misi Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta

a. Visi

Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta sebagai institusi pendidikan tingkat menengah Muhammadiyah yang unggul dan mampu


(1)

Kelas VII G

Nilai Penilaian Afektif Nilai Nilai Penilaian Psikomotorik Nilai

NH N.UTS N.UAS Raport ∑ Hadir Sikap Raport Afektif Praktek Tugas Psikomtrk

1 Adha Ridho Purwaka 43 20 19 82 TUNTAS 54 34 88 85 A 32 50 82

2 AHMAD RIZQI 44 19 19 82 TUNTAS 60 34 94 85 A 32 49 81

3 Ahmad Taqy 43 21 21 84 TUNTAS 60 34 94 85 A 32 49 81

4 Anbi Atmaja Yahwidhi 44 21 22 87 TUNTAS 54 34 88 85 A 37 53 89

5 Arienal Haq Argejana 43 20 19 81 TUNTAS 60 34 94 85 A 40 50 90

6 Arrahman Maulana Danasti 44 20 19 83 TUNTAS 60 34 94 85 A 37 53 90

7 ARYA ACHSANUDDIN ILHAM 41 19 19 79 TUNTAS 60 34 94 85 A 30 47 77

8 Arya Gymnastiar Mochammad 44 23 19 85 TUNTAS 60 34 94 85 A 37 50 87

9 DZAKWAN AZRA KHOFY AMNAN 44 20 19 82 TUNTAS 60 34 94 85 A 34 50 85

10 Faizul Fuadi 45 20 19 84 TUNTAS 60 34 94 85 A 32 52 84

11 Iltizam Dian Muhammad 41 21 21 82 TUNTAS 48 34 82 75 B 31 49 80

12 Muhammad Bintang Pandu Waskita 44 20 21 85 TUNTAS 60 34 94 85 A 38 51 89

13 MUAMMAR ZULFIKRI 44 19 19 82 TUNTAS 60 34 94 85 A 34 50 85

14 Mufidha Zulfulansyah Putra Suparno 47 24 23 93 TUNTAS 60 34 94 85 A 36 55 91

15 MUHAMMAD RIZQY NOER TUANAYA 42 20 19 80 TUNTAS 60 34 94 85 A 30 50 80

16 Muhammaad Thariq 44 20 21 85 TUNTAS 60 34 94 85 A 37 52 89

17 Muhammad Alqud Assauqi 43 20 19 82 TUNTAS 60 34 94 85 A 36 50 86

18 Muhammad Anang Nugroho 43 22 21 86 TUNTAS 60 34 94 85 A 30 50 80

19 Muhammad Daffa 43 22 22 87 TUNTAS 60 34 94 85 A 34 49 83

20 Muhammad Fauzan Sujono 45 22 22 89 TUNTAS 60 34 94 85 A 39 52 91

21 MUHAMMAD GEORGE HUSIEN ZEN 42 21 20 83 TUNTAS 60 34 94 85 A 37 51 88

22 Muhammad Hafizh Amir nahid 43 20 20 82 TUNTAS 60 34 94 85 A 34 50 84

23 Muhammad Haidar Hilmi 42 19 20 80 TUNTAS 54 34 88 85 A 34 49 83

24 Muhammad Hawin Al-Azam 43 20 20 83 TUNTAS 60 34 94 85 A 28 50 78

25 Muhammad Wafa Mabruri 44 20 19 83 TUNTAS 60 34 94 85 A 36 52 88

26 Nauval Aditya Zhafrani Jatmiko 44 21 19 84 TUNTAS 60 34 94 85 A 38 53 91

27 Pangeran Priyoning Tara 45 20 19 84 TUNTAS 60 34 94 85 A 38 52 90

28 Puwadon Dahlan 39 19 19 76 TUNTAS 60 34 94 85 A 28 44 72

29 Rafi Aji Saputra 42 20 19 81 TUNTAS 54 34 88 85 A 36 51 87

30 Titan Metayudha Ramadhan 43 22 20 85 TUNTAS 60 34 94 85 A 38 52 89

31 Zahra Arbiansyah 45 20 19 84 TUNTAS 60 34 94 85 A 37 53 91


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN KEMUHAMMADIYAHAN BAGI SISWA KELAS I MADRASAH MU’ALLIMIN MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

0 15 140

PERANAN MUJANIB TERHADAP KEPEMIMPINAN SISWA MADRASAH MU’ALLIMIN MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2008/2009.

0 14 109

PELAKSANAAN KURIKULUM TERPADU MADRASAH MU’ALLIMIN MUHAMMADIYAH PELAKSANAAN KURIKULUM TERPADU MADRASAH MU’ALLIMIN MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA.

0 1 12

PENDAHULUAN PELAKSANAAN KURIKULUM TERPADU MADRASAH MU’ALLIMIN MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA.

2 9 18

IMPLEMENTASI PRAKTIK MENGAJAR SISWA KELAS 6 DI MADRASAH MU’ALLIMIN MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Implementasi Praktik Mengajar Siswa Kelas 6 Di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010.

0 0 13

IMPLEMENTASI PRAKTIK MENGAJAR SISWA KELAS 6 DI MADRASAH MU’ALLIMIN MUHAMMADIYAH Implementasi Praktik Mengajar Siswa Kelas 6 Di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010.

0 0 14

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA FLASH FLIP BOOK TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DOMAIN KOGNITIF PADA MATA PELAJARAN TIK.

1 1 47

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS WEB PAGE MAKER PADA MATA PELAJARAN KELISTRIKAN KENDARAAN RINGAN KOMPETENSI DASAR PERBAIKAN SISTEM STARTER DI SMK MUHAMMADIYAH GAMPING.

0 0 132

PERBEDAAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS FLASH DAN MEDIA MIND MAP TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK KELAS VII DI SMP NEGRI I KARANGMONCOL.

0 0 2

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS MACROMEDIA FLASH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK DI MTSN 1 BUKITTINGGI

0 1 16