FAKTOR – FAKTOR YANG MEMENGARUHI INDIKASI KECURANGAN DALAM PELAPORAN KEUANGAN DENGAN MODEL FRAUD DIAMOND (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015)

(1)

Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015)

FACTORS THAT INFLUENCE THE INDICATION FRAUDULENT OF FINANCIAL STATEMENT WITH FRAUD DIAMOND MODEL (Empirical Study of Manufacturing Companies listed on Indonesian Stock

Exchange period 2013-2015)

SKRIPSI

Oleh:

NINDYA CARLA YUDHANTI 20130420085

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015)

FACTORS THAT INFLUENCE THE INDICATION FRAUDULENT OF FINANCIAL STATEMENT WITH FRAUD DIAMOND MODEL (Empirical Study of Manufacturing Companies listed on Indonesian Stock

Exchange period 2013-2015)

SKRIPSI

Oleh:

NINDYA CARLA YUDHANTI 20130420085

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

ii

Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015)

FACTORS THAT INFLUENCE THE INDICATION FRAUDULENT OF FINANCIAL STATEMENT WITH FRAUD DIAMOND MODEL (Empirical Study of Manufacturing Companies listed on Indonesian Stock

Exchange period 2013-2015)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi Univesitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh:

NINDYA CARLA YUDHANTI 20130420085

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(4)

iii

DENGAN MODEL FRAUD DIAMOND

(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015)

FACTORS THAT INFLUENCE THE INDICATION FRAUDULENT OF FINANCIAL STATEMENT WITH FRAUD DIAMOND METHOD (Empirical Study of Manufacturing Companies listed on Indonesian Stock

Exchange period 2013-2015)

Diajukan oleh

NINDYA CARLA YUDHANTI 20130420085

Telah disetujui Dosen Pembimbing Pembimbing

Erni Suryandari F, S.E., M.Si. Tanggal 22 November 2016 NIK: 19700322199409 143 040


(5)

iv

DENGAN MODEL FRAUD DIAMOND

(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015)

FACTORS THAT INFLUENCE THE INDICATION FRAUDULENT OF FINANCIAL STATEMENT WITH FRAUD DIAMOND MODEL (Empirical Study of Manufacturing Companies listed on Indonesian Stock

Exchange period 2013-2015)

Skripsi ini telah Dipertahankan dan Disahkan di depan

Dewan Penguji Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Tanggal 16 Desember 2016 Yang terdiri dari

Dr. Evi Rahmawati, M.Acc., Ak., CA Ketua Tim Penguji

Wahyu Manuhara P., S.E., M.Si., Ak., CA Erni Suryandari F, S.E., M.Si Anggota Tim Penguji Anggota Tim Penguji

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Dr. Nano Prawoto, S.E., M.Si. NIK. 19660604199202 143 016


(6)

v Nama : Nindya Carla Yudhanti Nomor mahasiswa : 20130420085

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul : “FAKTOR – FAKTOR

YANG MEMENGARUHI INDIKASI KECURANGAN DALAM

PELAPORAN KEUANGAN DENGAN MODEL FRAUD DIAMOND (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, Desember 2016


(7)

vi

menjadikan kesedihan (kesulitan), jika Engkau kehendakai pasti akan menjadi mudah” (Anas bin Malik)

Ilmu lebih utama daripada harta. Sebab ilmu warisan para nabi adapun harta adalah warisan Qorun, Firaun dan lainnya. Ilmu lebih utama dari harta karena ilmu itu menjaga kamu, kalau harta kamulah yang menjaganya.” (Ali bin Abi

Thalib)

“God always takes you on the simplest way.“(Albert Einstein)

Successful people have learned to make themselves do things to be done when it had to be done, whether they like it or not.”(Aldus Huxley)

A little girl, asked where her home was, replied, “where mother is.” (Keith L. Brooks)


(8)

vii

suka cita. Untuk orang-orang yang selalu mendukung dan mendoakanku dalam skripsi ini:

 Sujud syukurku kepada-Mu yaAllah atas segala kemudahan dan kelancaran hingga saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi sampai dengan selesai.

 Teruntuk Yang Terhormat serta Yang Tercinta kedua orang tuaku, mama Tri Wulandani dan papa Teguh Wahono terima kasih atas segala bentuk kasih sayang, dukungan baik secara lahir ataupun batin, dan doa yang tanpa putus teruntuk seluruh anak-anaknya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Skripsi ini bentuk usaha saya yang pertama untuk menuju cita-cita yang “tertunda”, semoga cepet bisa menyusul suksesnya mama dan papa. Aamiin. Loveyou!

 Untuk kakakku Rendi Yudha Syahputra dan mbak iparku Deasy Atika TS serta jagoan ontik, terima kasih motivasi “balapannya”, semoga juga segera selesai broo.

 Untuk adikyu yang tercinta Luvina Yudha Wiranti, S. Tr. K (to be) AAMIIN. Terima kasih bantuannya selama pengerjaan skripsi ini, yang rela nemenin begadang dan support yang luar biasa. Adik yang selalu menemahi kapanpun dan dimanapun dalam pengerjaan skripsi ini. Sukses bareng ya adikyu, aamiin.

 Untuk Oma yang jauh disana, akhirnya bisa menjawab satu pertanyaannya. Teruntuk Alm. Engkong, Alm. Kakung, almh. Mbauti, ini bentuk usaha saya membahagiakan beliau yang sempat bertanya kepada saya dan menaruh harapan besar kepada saya.

 Untuk my future hunny Gilang Pramujaya terima kasih untuk segala dukungan baik secara lahir ataupun bantin dan segala macam batuannya. Yang selalu sabar kena imbas dalam kelelahan mengerjakan skripsi dan


(9)

viii

 Untuk Bunda Erni Suryandari F, S.E., M.Si selaku dosen pembimbing yang sangat sabar dan penuh kasih sayang. Terima kasih bimbingan, masukan, pembelajaran, motivasi, dan dorongannya bunda. Skripsi ini tidak akan selesai tanpa bimbingan dari bunda.

 Untuk almamater, terima kasih atas fasiltas yang diberikan dan bekal yang akan dibawa untuk masa depan.

 Untuk seluruh dosen akuntansi, terima masih telah memberikan ilmu, didikan, dan pengalaman yang sangat berharga dan berarti.

 Untuk saudara aku yang kuliah di Jogja, terima kasih bantuan dan dukungannya. Semoga kalian cepet menyusul. Aamiin

 Untuk mbak Marine terima kasih banyak masukan, dukungan, wejangannya mbak. Sukses slalu buat mbak Marine.

 Untuk mantan partner aku Rizza Eri, terima kasih motivasi selama pengerjaannya, semoga cepet nyusul boskuh. Keep communication and see you on top bro!

 Untuk sahabat yang paling well Ana Sri Widayati dan Putri Kinanthi, terima kasih buat dukungannya juga, temen KRS dari pagi sampai pagi lagi, sahabat nugas sampai ketemu tugas lagi, sahabat rempong yang paling riweh, sahabat yang selalu request kalo ada event, haha, sahabat curhat nggak ada habisnya dan kadang tidak pernah menemukan solusi, wkwkw, segala bentuk tingkah laku kerempongan yang selalu tidak pernah masuk akal, wkwkwk. Semoga persahabatan kita sampai selamanya, aamiin. See you on top guys.

 Untuk temen sekamar KKN aku yang paling kece badai yang tidak ada duanya Hikma, Didi, Elin, dan Dhila thankyou guys kalian sabar nunggu aku sampai selesai baru bisa main, haha. Terima kasih pelajaran yang berharga kemaren dan batuan yang luar biasa. Semoga kalian cepet lulus, wkwkw. Aamiin. Terima kasih juga temen KKN yang paling top Fafa,


(10)

ix

 Untuk Totok Sunarko temen yang suka aku rusuhin, ribetin, rempongin, dan temen curhat yang hebohh, wkwkwk terima kasih bantuannya selama pengerjaan ini, semoga karir selanjutnya sukses. Dan temen temen sebimbingan Rizal, Andre, Tiak, Vicky, Yogi, Hendra, Nina, Dewi, dan temen temen sebimbingan yang lain terima kasih doa dan dukungannya.

 Untuk temen serempongan Kiki, Dewi, Yuli, Anita, Nisrina, dan temen-temen lainnya yang tidak bisa di sebutkan satu persatu terima kasih dukungan, motivasi, dan semangatnya dalam mengerjakan skripsi ini.

 Untuk sahabat dari SD aku yang selalu rela direpotin Riris sama Dea, terima kasih banyak sudah selalu menuruti permintaan aku dan terima kasih doanya gaes. Selalu jadi sahabat yang rumpik setiap saat, wkwkw.

 Untuk sahabat yang selalu terpending ketemu dan mainnya, Ocami, Putra, Anan, sama Yunita, thanks gaes supportnyaa. Jangan lupakan pesenen akuuu, hahaha. Cepet nyusul yakkk. Aamiin. Buat abang juga terima kasih yang selalu dukung dan terus kasih motivasi buat aku, cepet pulang abang!

 Untuk temen-temen Akuntansi kelas B 2013, temen seperjuangan awal semester.

 Terima kasih temen-temen akuntansi 2013, temen seperjuangan semasa kuliah.


(11)

x

diamond, yang meliputi financial distress, manajemen laba, likuiditas, financial leverage, ukuran perusahaan, profitabilitas, nature of industry, dan capability.

Sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013-2015. Pengujian hipotesis dilakukan dengan pengujian model regresi linier berganda yang diolah menggunakan SPSS 23. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan variabel manajemen laba,

profitabilitas, dan nature of industry memiliki pengaruh terhadap fraud dalam pelaporan keuangan perusahaan. Variabel likuiditas memiliki pengaruh positif terhadap fraud dalam pelaporan keuangan perusahaan. Sedangkan variabel

financial distress, financial leverage, ukuran perusahaan dan capability tidak memiliki pengaruh terhadap fraud dalam pelaporan keuangan perusahaan.

Kata kunci : fraud, fraud diamond, likuiditas, profitabilitas, financial leverage, capability.


(12)

xi

distress, earnings management, liqudity, financial leverage, company size, profitability, nature of industry, and capability.

The sample of this research is manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange 2013-2015. Hypotesis testing is done by testing multiple linier regresion model wich were processed using SPSS 23. The result have shown earnings management, profitaiblity, and nature of industry variables to have an influence on fraud in financial reporting companies. Liqudity variable has a positive influence on the fraud in finanvial reporting companies. While the financial distress, financial leverage, company size, and capability variables have no effect

on fraud in the company’s financial reporting.

Key words: fraud, fraud diamond, liquidity, profitability, financial leverage, capability.


(13)

xii

rahmat dalam penulisan skripsi dengan judul “Faktor-Faktor yang Memengaruhi Indikasi Kecurangan dalam Pelaporan Keuangan dengan Model Fraud Diamond.”

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis mengambil topik ini dengan harapan dapat memberikan masukan bagi organisasi dalam penggunaan taktik mempengaruhi dalam pengambilan keputusan organisasional dan memberikan ide pengembangan bagi penelitian selanjutnya.

Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucakan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Cipto, M.A., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Bapak Dr. Nano Prawoto, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Ibu Dr. Ietje Nazaruddin, S.E., M.Si., Ak selaku Kepala Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

4. Ibu Erni Suryandari F, S.E., M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu memberikan bimbingan dan waktunya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan bimbingan selama proses penulisan skripsi ini.

6. Mama dan Papa serta kakak, adik, dan ponakan yang senantiasa memberikan dukungan dan semangat hingga dapat menyelasaikan skripsi ini.


(14)

xiii

banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik, saran, pengembangan penelitian selanjutnya sangat diperlukan untuk kedalam karya tulis dengan topik ini.

Yogyakarta, Desember 2016


(15)

xiv

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

INTISARI ... x

ABSTRAK ... xi

KATA PENGANTAR ... xii

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah ... 8

C.Rumusan Masalah ... 8

D.Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

A.Kajian Teori ... 11

B. Hipotesis Penelitian ... 23

C.Model Penelitian ... 30

BAB III METODE PENELITIAN... 32

A.Subjek Penelitian ... 32

B.Teknik Pengambilan Sampel ... 32

C.Jenis dan Perolehan Data ... 33


(16)

xv

B.Teknik Pengambilan Sampel ... 43

C.Analisis Data ... 42

D.Uji Hipotesis ... 48

E. Pembahasan ... 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

A.Simpulan ... 58

B.Saran ... 58

C.Keterbatasan ... 59 DAFTAR PUSTAKA


(17)

xvi

Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinieritas ... 44

Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi ... 45

Tabel 4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 46

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas ... 47

Tabel 4.7 Hasil Uji Koefisien Deterinasi ... 47

Tabel 4.8 Hasil Uji Nilai F ... 48


(18)

xvii

Gambar 2.2 Fraud Diamond ... 17 Gambar 2.3 Model Penelitian ... 30


(19)

xviii Lampiran 2 Data Input


(20)

(21)

diamond, yang meliputi financial distress, manajemen laba, likuiditas, financial leverage, ukuran perusahaan, profitabilitas, nature of industry, dan capability.

Sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013-2015. Pengujian hipotesis dilakukan dengan pengujian model regresi linier berganda yang diolah menggunakan SPSS 23. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan variabel manajemen laba,

profitabilitas, dan nature of industry memiliki pengaruh terhadap fraud dalam pelaporan keuangan perusahaan. Variabel likuiditas memiliki pengaruh positif terhadap fraud dalam pelaporan keuangan perusahaan. Sedangkan variabel

financial distress, financial leverage, ukuran perusahaan dan capability tidak memiliki pengaruh terhadap fraud dalam pelaporan keuangan perusahaan.

Kata kunci : fraud, fraud diamond, likuiditas, profitabilitas, financial leverage, capability.


(22)

distress, earnings management, liqudity, financial leverage, company size, profitability, nature of industry, and capability.

The sample of this research is manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange 2013-2015. Hypotesis testing is done by testing multiple linier regresion model wich were processed using SPSS 23. The result have shown earnings management, profitaiblity, and nature of industry variables to have an influence on fraud in financial reporting companies. Liqudity variable has a positive influence on the fraud in finanvial reporting companies. While the financial distress, financial leverage, company size, and capability variables have no effect on fraud in the company’s financial reporting.

Key words: fraud, fraud diamond, liquidity, profitability, financial leverage, capability.


(23)

1

Instrumen operasional dalam suatu perusahaan yang paling penting adalah laporan keuangan. Suatu kondisi perusahaan dapat dilihat dengan mudah melalui laporan keuangan perusahaan, kondisi demikian dilihat secara finansial bukan secara fisik. Laporan keuangan merupakan hasil input maupun

output yang telah di kerjakan oleh bagian akuntansi yang dapat menjadi salah satu alat komunikasi antara data akuntansi atau aktivitas suatu operasional perusahaan dengan pihak tertentu yang membutuhkan data laporan keuangan atau pihak keuangan dalam perusahaan itu sendiri. Laporan keuangan juga bisa menyajikan bagaimana posisi keuangan pada suatu perusahaan dan hasil-hasil yang berhasil dicapai oleh suatu perusahaan. Hal-hal yang demikian menjadi pemicu bagi suatu perusahaan untuk dapat menyajikan laporan keuangan perusahaan dengan sebaik mungkin (Sihombing, 2014).

Laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan dari suatu laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Oleh karena itu dalam penyajian laporan keuangan seorang pelaku bisnis harus dapat menyajikan laporan keuangan dengan relevan dan akurat serta terbebas dari tindakan kecurangan (fraud) yang akan


(24)

sangat merugikan pihak pengguna laporan keuangan untuk pengambilan sebuah keputusan.

Laporan keuangan dapat berfungsi maksimal jika disajikan sesuai dengan unsur-unsur kuantitatifnya, yaitu mudah dipahami, relevan, andal, dan dapat dibandingkan (comparable). Laporan keuangan akan disajikan kepada pemegang kepentingan (stakeholder), yaitu karyawan, pihak manajemen, kreditor, investor (holder), pelanggan, client, maupun pemerintah. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian laporan keuangan yang telah dikeluarkan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) disebutkan bahwa pengguna laporan keuangan meliputi pemerintah serta lembaga keuangan, investor, karyawan, dan masyarakat. Pengambilan keputusan nantinya juga akan dipengaruhi oleh faktor-faktor, diantaranya keadaan ekonomi, politik, dan prospek industri (Sihombing, 2014).

Berdasarkan PSAK No 01 (revisi 2009) yang disahkan pada 15 Desember 2009 dan mulai berlaku efektif untuk pembukuan laporan keuangan untuk satu periode yang mulai berlaku pada atau setelah 1 Januari 2011, laporan keuangan yang lengkap harus meliputi komponen-komponen sebagai berikut :

a. Laporan Posisi Keuangan (akhir periode)

b. Laporan Laba Rugi Komprehensif (selama periode) c. Laporan Perubahan Ekuitas (selama periode) d. Laporan Arus Kas (selama periode)


(25)

e. Catatan Atas Laporan Keuangan yang berisi mengenai ringkasan penting akuntansi dan informasi penjelasan lain.

Pada saat perusahaan menerbitkan laporan keuangan tujuan utamanya adalah perusahaan ingin menunjukan suatu keadaan dalam kondisi terbaik. Laporan keuangan seharusnya tidak hanya menyajikan angka-angka. Karena masih ada informasi yang akan disampaikan mengenai posisi keuangan dan kinerja suatu perusahaan yang nantinya akan digunakan untuk pengambilan keputusan ekonomi. Hal ini sering kali terjadi frauddalam pelaporan keuangan yang akan menyesatkan investor dan pengguna laporan keuangan yang lain (Raharja, 2012). Jika penyajian laporan keuangan terdapat salah saji maka laporan keuangan tersebut sudah tidak dapat untuk mengambilan keputusan lagi karena data yang dipublishtidak sesuai dengan kenyataannya.

Fraud adalah salah satu tindakan melanggar hukum yang dilakukan secara sengaja untuk memenuhi kebutuhan pribadi, orang lain, dan kelompok yang berakibat merugikan pihak tertentu atau institusi tertentu. Tindakan fraud

ini sudah berada diluar batas prinsip akuntansi yang berlaku umum. Fraud

merupakan tindakan illegal yang sangat sengaja dilakukan oleh seseorang, yang dilakukan secara sembunyi, dan mendapat manfaat dari merubah bentuk menjadi kas atau barang berharga lainnya. Tindakan ini dapat dilakukan baik secara sengaja, disembunyikan, dan dapat dilakukan oleh pihak internal maupun pihak eksternal (Efitasari, 2013).

Kepercayaan tidak akan terjalin dengan baik antara manajemen dengan pihak investor karena tindakan fraud dan juga akan merusak nilai-nilai


(26)

akuntansi yang telah ada. Dunia telah dihebohkan dengan kasus perusahaan ternama pada akhir tahun 2002 yaitu perusahaan ENRON. Perusahaan yang bergerak pada bidang energi yang terletak di Amerika Serikat. Harga saham ENRON pada saat itu langsung turun dratis hingga US$ 45 sen, padahal bulan Agustus tahun 2000 harga saham ENRON mencapai US$ 90 per lembar. Manajemen ENRON telah mencacat keuntungan sebesar US$ 600.000.000 pada saat mengalami kerugian. Hal tersebut dilakukan karena perusahaan ENRON tidak mau kehilangan investor dan calon investornya. Tetapi kenyataannya utang ENRON semakin banyak dan akhirnya perusahaannya bangkrut. Pada saat itu auditor ENRON dengan menggunakan KAP Arthur Andersen.

Tahun 2001 fraud tidak hanya terjadi di luar negeri, akan tetapi juga terjadi pada perusahaan ternama di Indonesia yaitu pada PT Kimia Farma. PT Kimia Farma adalah produsen obat milik Indonesia. Pada tanggal 31 Desember 2001 manajemen melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132.000.000.000 yang telah diaudit oleh Hans Tuanakotta dan Mustofa. Namun Kementrian BUMN dan BAPEPAM menilai bahwa laba bersih yang dilaporkan terlalu besar dan dilakukan pengujian ulang. Setelah diaudit ulang diketahui terdapat salah saji pada laporan keuangan dan mengakibatkan laporan keuangannya lebih saji (overstatement) sebesar Rp 32.600.000.000 yang merupakan 2,3% dari penjualan dan 24,7% dari laba bersih. Selain itu PT Kimia Farma juga melakukan pencatatan ganda atas penjualan unit usaha yang dilakukan pada unit-unit yang tidak disampling oleh auditor eksternal (Efitasari, 2013).


(27)

Kasus fraudtidak hanya terjadi pada perusahaan manufaktur saja, akan tetapi terjadi di seluruh jenis usaha. Di Indonesia terjadi kasus fraud pada Bank Century pada tahun 2008 yang menerima talangan sebesar Rp 6.700.000.000.000. Sedangkan kasus-kasus lain terkait kecurangan laporan keuangan adalah PT Bakrie and Brothers Tbk., PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk., PT Energi Mega Persada Tbk., dan PT Benakat Petrolum Energy Tbk., perusahaan tersebut terbukti telah mengubah atau membuat laporan keuangan tampak ‘cantik’, dan berharap akan meningkatkan harga sahamnya (Ansar, 2012).

Tingkat fraud dalam perusahaan dapat terjadi karena tuntutan dari perusahaan untuk menghasilkan laporan keuangan yang baik. Manajer atau bagian keuangan akan berusaha menyajikan laporan keuangan dengan baik, sehingga calon investor akan menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut tanpa mengetahui apakah perusahaan tersebut melakukan fraud atau tidak. Pihak yang berada di luar perusahaan tidak akan mengetahui bagaimana keadaan perusahaan yang sebenarnya, bahkan karyawan dalam perusahaan tersebut tidak seluruhnya mengetahui akan adanya fraud.

Tindakan kecurangan yang dapat terjadi karena berbagai faktor. Faktor faktor tersebut diantaranya terkenal dengan teori fraud triangel yang ditemukan oleh Cressey (1953), menyebutkan bahwa terdapat tiga elemen yang menyebabkan terjadinya tindakan fraud. Ketiga elemen tersebut adalah

pressure (tekanan), opportunity (kesempatan), rationalization (rasionalisasi).


(28)

(2004) dengan menambah satu elemen yang nantinya menjadi penghambat tindakan fraud, elemen tersebut adalah capability. Teori ini lebih di kenal dengan Fraud Diamond.Capability adalah seberapa besar daya dan kapasitas seseorang untuk melakukan fraud. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wolfe dan Hermason (2004) menunjukkan hasil yang positif antara capabilitydengan

fraud. Didalam masing-masing elemen terdapat rasio-rasio yang dapat diukur untuk mengetahui apakah suatu perusahaan melakukan tindakan fraud atau tidak.

Kinerja yang baik akan menghasilkan nilai perusahaan yang baik, sehingga perusahaan akan terus berusaha untuk meningkatkan kualitas kinerja perusahaannya. Jika suatu perusahaan mengalami penurunan kinerja maka laba yang dihasilkan akan menurun pula. Hal ini yang membuat manajer atau bagian keuangan mulai melakukan fraud untuk melakukan manajemen laba. Dari laba yang seharusnya rendah dapat disajikan dengan laba tinggi yang tidak sesuai dengan kenyataannya. Hal ini dibuktikan dengan penelitian Puspatrisnanti (2014) menunjukan hasil yang positif hubungan antara manajemen laba dengan fraud dalam pelaporan keuangan sebuah perusahaan.

Kondisi keuangan yang buruk akan memotivasi manajer untuk melakukan fraud dalam pelaporan keuangan. Hal ini dilakukan oleh manajer agar perusahaan dapat menyamarkan kondisi keuangan perusahaan yang sebenarnya kepada para investor dan juga pihak eksternal perusahaan dapat menilai bahwa kinerja perusahaan tersebut sukses. Penelitian yang dilakukan


(29)

oleh Mardiana (2014) menunjukkan hasil yang positif antara financial distress

dengan fraud dalam pelaporan keuangan.

Ukuran perusahaan merupakan salah satu hal yang akan dilihat oleh calon investor. Perusahaan yang memiliki ukuran besar maka akan besar pula target laba yang akan dicapainya. Kemampuan suatu perusahaan untuk memperoleh laba yang dihasilkan dari penjualannya disebut juga dengan

profitabilitas. Hal ini adalah cara untuk mengukur kinerja manajer dengan melihat laba yang dihasilkannya. Ukuran perusahaan dan profitabilitas ini saling berkaitan dalam sutu perusahaan, jika keduanya tidak mendapatkan pengawasan yang rutin maka keduanya mamiliki peluang untuk melakukkan fraud.

Penelitian yang dilakukan Dalnial et. al. (2014) dapat disimpulkan bahwa, Leverage, Capital Omset, dan Komposisi Aset prediktor yang signifikan untuk mendeteksi penipuan. Penelitian di Indonesia mengenai fraud

dalam pelaporan keuangan telah dilakukan oleh Ansar (2012), yang menunjukkan bahwa financial distress, manajemen laba, likuiditas, financial leverage, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap fraud dalam pelaporan keuangan, sedangkan profitabilitas berpengaruh terhadap fraud

dalam pelaporan keuangan perusahaan.

Summers dan Sweeney (1998) melakukan penelitian mengenai fraud

dalam pelaporan keuangan dengan variabel penelitian nature of industry yang diukur menggunakan akun piutang usaha. Hasil penelitian mengenai nature of industry tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif terhadap fraud


(30)

dalam penyajian laporan keuangan. Manajer akan berfokus pada akun tersebut jika memiliki niat untuk melakukan fraud.

Peneliti ingin mereplikasi penelitian yang telah dilakukan oleh Ansar (2012) dengan perbedaan menambahkan variabel independen, yaitu nature of industry dan capability, mengganti periode pengamatan, yaitu pada periode 2013-2015, dan mengganti objek penelitian, yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan latar belakang maka peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai “Faktor-Faktor yang Memengaruhi Indikasi Kecurangan dalam Pelaporan Keuangan dengan Model

Fraud Diamond”.

B. BATASAN MASALAH

Batasan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap fraud dalam pelaporan keuangan adalah financial distress, manajemen laba, likuiditas, nature of industry, financial leverage,

ukuran perusahaan, profitabilitas, dan capability.

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah financial distress berpengaruh terhadap fraud dalam pelaporan keuangan perusahaan?

2. Apakah manajemen laba berpengaruh terhadap fraud dalam pelaporan keuangan perusahaan?


(31)

3. Apakah likuiditas berpengaruh terhadap fraud dalam pelaporan keuangan perusahaan?

4. Apakah nature of industry berpengaruh terhadap fraud dalam pelaporan keuangan perusahaan?

5. Apakah financial leverage berpengaruh terhadap fraud dalam pelaporan keuangan perusahaan?

6. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap fraud dalam pelaporan keuangan perusahaan?

7. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap fraud dalam pelaporan keuangan perusahaan?

8. Apakah capability berpengaruh terhadap fraud dalam pelaporan keuangan persahaan?

D. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris apakah:

1. Financial distress berpengaruh terhadap terjadinya fraud dalam pelaporan keuangan perusahaan

2. Manajemen laba berpengaruh terhadap terjadinya fraud dalam pelaporan keuangan perusahaan

3. Likuiditasberpengaruh terhadap terjadinya frauddalam pelaporan keuangan perusahaan

4. Nature of industry berpengaruh terhadap fraud dalam pelaporan keuangan perusahaan


(32)

5. Financial leverage berpengaruh terhadap terjadinya fraud dalam pelaporan keuangan perusahaan

6. Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap terjadinya fraud dalam pelaporan keuangan perusahaan

7. Profitabilitas berpengaruh terhadap fraud dalam pelaporan keuangan perusahaan

8. Capability berpengaruh terhadap fraud dalam pelaporan keuangan perusahaan.

E. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian bertujuan untuk mengurangi angka fraud dalam pelaporan keuangan yang ada dalam perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) dan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pembuatan pelaporan keuangan bagi perusahaan.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Penulis

Dapat menambah wawasan cara kerja dalam mengelola keuangan suatu perusahaan dan dapat mencegah atau menghindari fraud dalam pelaporan keuangan perusahaan.

b. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan kewaspadaan dalam suatu penyusunan laporan keuangan yang disusun oleh bagian keuangan.


(33)

c. Bagi Investor

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan ekonomi dan dapat mengetahui suatu perusahaan manufaktur yang melakukan fraud dalam penyusunan pelaporan keuangan atau tidak yang mengacu pada Bursa Efek Indonesia (BEI).


(34)

11 1. Teori Keagenan

Teori keagenan adalah dasar hubungan antara principal/ pemegang saham dengan agen/ manajemen. Menurut Jensen dan Meckling (1976),

agency teory menggambarkan hubungan antara pemegang saham sebagai

principal dengan manajemen sebagai agen. Manajemen adalah pihak yang dikontrak oleh pemegang saham untuk kepentingan mereka. Manajemen diberikan kekuasaan penuh untuk membuat keputusan terbaik bagi pemegang saham. Oleh karena itu, manajemen harus bertanggung jawab atas segala keputusan yang telah dibuat bagi pemegang sahamnya.

Laporan yang diberikan kepada pemegang saham haruslah sama dengan keputusan yang telah disepakti pada hasil rapat. Apabila hasil yang disampaikan kepada pemegang sahamnya tidak sesuai dengan hasil rapat tersebut maka manajer memiliki niat untuk melakukan manipulasi laporan tersebut. Risiko ini rentan menjadi masalah dalam penyampaian keputusan pada pemegang saham perusahaan. Hal ini dapat dilakukan manajer untuk memenuhi kebutuhan pribadi, kelompok, ataupun organisasi lainnya.

Sebuah kontrak yang telah disetujui, umumnya memiliki harapan akan berhasilnya kontrak yang telah dibuatnya. Demikian pula dengan agency teory dimana pemegang saham dan agen memiliki kepentingan masing-masing. Pemegang saham sebagai principal yang tertarik pada suatu peusahaan yang menanamkan modalnya untuk menerima pengembalian yang


(35)

tinggi atas modal yang telah diinvestasikannya. Sedangkan agen akan menerima sebuah apresiasi dari principal berupa modal yang ditanam dalam perusahaannya dan syarat-syarat tertentu yang telah disepakati oleh kedua belah pihak (Sihombing, 2014).

2. Kecurangan Laporan Keuangan

Kecurangan laporan keuangan adalah kesengajaan yang dilakukan oleh manajer untuk merubah atau membuat data yang tidak sesuai dengan kenyataannya pada laporan keuangan. Hal ini dapat terjadi karena adanya dorongan kepentingan pribadi ataupun kelompok. Sedangkan definisi kecurangan laporan keuangan menurut American Institute Certified Public Accountant (1998) adalah tindakan yang disengaja atau salah saji yang menyebabkan salah saji pada laporan keuangan.

Menurut Wells dalam Sihombing, (2014) kecurangan pelaporan keuangan meliputi beberapa modus, yaitu :

a. Pemalsuan, perubahan, atau manipulasi catatan keuangan (fianancial record), dokumen pendukung atau transaksi bisnis.

b. Penghilangan yang disengaja atas peristiwa, transaksi, akun, atau informasi signifikan lainnya sebagai sumber dari penyajian laporan keuangan.

c. Penerapan yang salah dan disengaja terhadap prinsip akuntansi, kebijakan, dan prosedur yang digunakan untuk mengukur, mengakui, melaporkan dan mengungkapkan peristiwa ekonomi dan transaksi bisnis.


(36)

d. Penghilangan yang disengaja terhadap informasi yang seharusnya disajikan dan diungkapkan menyangkut pinsip dan kebijakan akuntansi yang digunakan dalam membuat laporan keuangan.

Seseorang yang melakukan tindakan fraud memiliki motivasi yang berbeda-beda. Motivasi tersebut tidak dapat diprediksi oleh siapapun. Ada teori yang mampu menjelaskan motivasi apa yang digunakan oleh seseorang yang melakukan tindakan fraud. Teori tersebut terkenal dengan sebutan fraud triangle theory. Teori tersebut dikenal berdasarkan hasil dari penelitian Cressy (1953). Dalam teori tersebut terdapat beberapa elemen yang mendorong seseorang melakukan tindakan fraud yaitu, pressure (tekanan), opportunity (kesempatan), rationalization (rasionalisasi).

Tekanan adalah keadaan dimana seseorang terpaksa melakukan hal yang biasanya tidak pernah dilakukan. Tekanan ini biasanya dilakukan karena tingginya kebutuhan hidup, perilaku coba-coba hal yang sebelumnya belum pernah dilakukan, ketidakpuasan dalam bekerja, dan ketidakmampuan dalam kebutuhan finansial. Tekanan ini adalah hal yang biasanya banyak dilakukan untuk melakukan tindakan fraud. Faktor lingkungan sosial maupun lingkungan kerja juga menjadi salah satu pendorong terjadinya fraud.

Variabel tekanan dalam penelitian ini meliputi financial leverage, ukuran perusahaan, dan profitabilitas.

Kesempatan adalah kondisi, keadaan, situasi, ataupun peluang yang bisa digunakan untuk melakukan tindakan fraud. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya kedisiplinan dalam menjalankan sebuah peraturan yang telah ada.


(37)

Selain itu juga kurangnya perhatian dan pengawasan baik dari dalam maupun dari luar perusahaan. Variabel yang digunakan untuk kesempatan ini meliputi

financial distress, manajemen laba, likuiditas, dan nature of ndustry.

Rasionalisasi merupakan tindakan, sikap, karakter, atau nilai-nilai etis yang memperbolehkan para manajer atau bagian keuangan untuk melakukan tindakan yang tidak jujur. Dimana para pelaku tindakan fraud ini akan mencari pembenaran atau pembelaan atas tindakan yang telah dilakukannya. Untuk rasionalisasi ini digunakan pergantian dewan direksi pada penilaiannya.

3. Fraud

a. Fraud Triangle

Teori fraud triangle pertama kali dikemukakan oleh Cressey (1953). Konsep ini dikeluarkan untuk mendekteksi terjadinya kecurangan. Terdapat tiga kondisi dimana dapat menyebabkan terjadinya fraud dalam pelaporan keuangan dan penyalahgunaan asset, sebagaimana telah dijelaskan dalam PSA 70 (SA 316). Ketiga kondisi kecurangan tersebut disebut dengan teori fraud triangle (segitiga kecurangan).

Tiga elemen dari fraud triangle ialah: pressure, opportunity, dan

rasionalization. Pada bagian ini akan dijelaskan bagian-bagian penting dari elemen yang mendasar dari fraud triangle.

1) Pressure

Menurut Albrecht et al. (2011), pressure dapat dikategorikan kedalam empat kelompok, yaitu:


(38)

a) Tekanan Finansial (financial pressures)

Hampir 95% fraud dilakukan karena adanya tekanan dari segi finansial. Tekanan finansial yang sering diselesaikan dengan mencuri (fraud) dapat disebabkan beberapa faktor, yaitu:

1. Keserakahan (greedy)

2. Standar hidup yang terlalu tinggi (living beyond one’s means) 3. Banyaknya tagihan dan utang (high bills or personal debt) 4. Kredit yang hampir jatuh tempo (poor credit)

5. Kebutuhan hidup yang tidak terduga (unexpected financial needs) b) Tekanan akan Kebiasaan Buruk (vices pressures)

Vices pressures dapat disebabkan oleh dorongan guna memenuhi kebiasaan buruk, misalnya hal-hal berhubungan dengan judi, obat-obatan terlarang, alkohol, dan barang-barang mahal yang sifatnya negatif. Sebagai contoh, seseorang yang memiliki kebiasaan berjudi akan merasa terdorong untuk melakukan apapun untuk dapat memperoleh uang sebagai taruhan (gambling)

c) Tekanan yang Berhubungan dengan Pekerjaan (work-related pressures).

Tidak adanya kepuasan kerja yang diperoleh karyawan, misalnya: kurangnya perhatian dari manajemen, adanya ketidakadilan, dan sebagainya, dapat membuat karyawan harus melakukan fraud


(39)

2) Opportunity

Fraud dapat dilakukan apabila terdapat peluang untuk melakukannya. Peluang itu dapat diambil apabila fraud yang dilakukannya berisiko kecil untuk diketahui dan didekteksi. Menurut (Albercht et al., 2011) ada enam faktor yang dapat meningkatkan peluang bagi individu untuk melakukan fraud, antara lain:

a) Kurangnya kontrol untuk mencegah dan atau mendeteksi fraud

b) Ketidakmampuan untuk menilai kualitas kinerja c) Kegagalan untuk mendisiplinkan para pelaku fraud

d) Kurangnya pengawasan terhadap akses informasi

e) Ketidakpedulian dan ketidakmampuan untuk mengantisipasi fraud

f) Kurangnya jejak audit (audit trail)

3) Rasionalization

Hampir semua fraud dilatarbelakangi oleh rasionalization.

Rasionalisasi membuat seseorang yang pada awalnya tidak ingin melakukan

fraud pada akhirnya melakukannya. Rasionalisasi merupakan suatu alasan yang bersifat pribadi (karena ada faktor lain) dapat membenarkan perbuatan walaupun perbuatan itu sebenarnya salah. Menurut (Albrecht et al., 2011) mengemukakan bahwa rasionalisasi yang sering terjadi ketika melakukan

fraud antara lain:

a) Aset itu sebenarnya milik saya (perpetrator’s fraud) b) Saya hanya meminjam dan akan membayarnya kembali c) Tidak ada pihak yang dirugikan


(40)

d) Ini dilakukan untuk sesuatu yang mendesak

e) Kami akan memperbaiki permbukuan setelah masalah keuangan ini selesai

f) Saya rela mengorbankan reputasi dan integritas saya asal hal ini dapat meningkatkan standar hidup saya.

Pressure

Opportunity Rasionalization

Gambar 2.1

Fraud Triangle

b. Fraud Diamond

Fraud Diamond merupakan pandangan baru tentang fenomena fraud

yang dikemukakan oleh Wolfe dan Hermason (2004). Teori ini merupakan bentuk penyempurnaan dari teori Cressy atau yang lebih dikenal dengan teori

fraud triangle. Dalam teori fraud diamond ini Wolfe dan Hermason (2004) menambahkan satu elemen yang akan mencegah terjadinya fraud yaitu

capability. Dimana capability ini menjadi elemen yang dapat menghambat terjadinya fraud apabila tidak ada kapasitas untuk melakukan tindakan tersebut. Semakin tinggi tingkat kapasitas yang diberikan oleh sebuah organisasi atau lembaga maka akan semakin kecil tingkat terjadinya tindakan

fraud. Jadi ke empat elemen dalam fraud diamond adalah : 1) Pressure


(41)

3) Rasionalization

4) Capability

Pressure

Opportunity Rasionalization

Capability

Gambar 2.2

Fraud Diamond

Wolfe dan Hermannson (2004) berpendapat bahwa dengan adanya pembaruan teori fraud triangle guna meningkatkan deteksi dan mencegah adanya fraud yaitu dengan menambahkan elemen capability.

Wolfe dan Hermannson (2004) berpendapat :

“Many Frauds, especially some of the multibillion-dollar ones, would not have occurred without the right person with the right capabilities in place. Opportunity opens the doorway to Fraud, and incentive and Rationalization can draw the person toward it. But the person must have the Capability to recognize the open doorway as an Opportunity and to take advantage of it by walking through, not just once, but time and time again. Accordingly, the critical question is; Who could turn an Opportunity for Fraud into reality?”

Artinya, pada umumnya banyak yang melakukan fraud, bahkan bernilai milyaran dollar, dan tidak akan mungkin terjadi tanpa orang yang tepat.

Opportunity yang membukakan peluang untuk melakukan tindakan fraud dan

pressure dan rasionalization yang mendorong manajer untuk melakukan tindakan fraud.


(42)

4. Financial distress

Financial distress (kesulitan keuangan) merupakan kondisi dimana kas operasional perusahaan tidak mampu melunasi utang-utang yang ada dan menyebabkan manajer atau bagian keuangan harus melakukan perbaikan posisi laporan keuangan perusahaan. Hal ini dilakukan agar pihak eksternal dari perusahaan menilai bahwa kinerja manajer perusahaan tersebut sukses membawa perusahaan dalam keadaan baik dan mampu menghasilkan keuntungan yang baik. Perbaikan laporan keuangan yang dilakukan ini dengan cara merubah angka-angka yang ada dalam komponen laporan keuangan perusahaan. Kondisi financial distress juga dapat memicu tindakan

fraud dalam penyusunan laporan keuangan perusahaan. 5. Manajemen Laba

Manajemen laba adalah tindakan manajer untuk memanipulasi laporan keuangan yang bertujuan untuk menyesatkan para pengguna laporan keuangan yang nantinya akan digunakan untuk kepentingan pribadinya. Manajen laba juga dapat didefinisikan sebagai perilaku manajer untuk menaikkan atau menurunkan laba pada suatu perusahaan agar terlihat perolehan laba pada perusahaan tersebut tetap stabil. Manajer melakukan manajemen laba dengan cara merubah angka-angka yang ada pada komponen-komponen laporan keuangan. Laba yang telah dinaikkan atau diturunkan oleh manajer dapat menunjukkan kepada para investor bahwa perusahaan tersebut mampu memaksimalkan kinerja perusahaan. Kinerja yang baik akan menghasilkan laba yang tinggi. Oleh karena itu manajemen


(43)

laba dapat memicu terjadinya fraud dalam pelaporan keuangan suatu perusahaan.

6. Likuiditas

Likuiditas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Jangka pendek secara konvensional adalah periode yang hingga satu tahun berjalan meskipun dikaitkan dengan siklus operasional (periode waktu yang mencangkup siklus pembelian-produksi-penjualan-penagihan) suatu perusahaan (Subramanyam dan Wild, 2011). Perusahaan yang memiliki besarnya kewajiban jangka pendek rendah akan memicu manajer atau bagian keuangan untuk melakukan fraud. Hal ini akan dilakukan oleh manajer atau bagian keuangan karena perusahaan sedang berada pada keadaan yang tidak stabil, yang nantinya akan merubah hasil laporan keuangan yang menunjukkan bahwa kinerja karyawan dalam perusahaan tersebut baik dan dapat menunjukkan kepada investor bahwa perusahaan tersebut mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

7. Nature of Industry

Nature of industry adalah munculnya sebuah risiko dalam bidang industri untuk melakukan estimasi. Faktor risiko dalam hal ini yang sangat rentan terjadi terutama pada perusahaan manufaktur adalah risiko salah saji pada akun piutang tak tertagih dan persediaan yang telah usang. Kedua akun tersebut dalam penyajian laporan keuangan akan menentukan berapa besar nilai yang akan disajikan. Dalam menentukan nilai tersebut memerlukan penilaian yang subjektif untuk memperkiraan seberapa besar nilai piutang tak


(44)

tertagih dan persediaan yang telah usang (Summers dan Sweeney, 1998). Manajer yang memiliki wewenang dalam pembuatan laporan keuangan mempunyai peluang yang sangat besar untuk melakukan fraud, karena besar nilai yang akan dicantumkan tergantung dengan seberapa nilai yang ditentukan oleh manajer.

8. Financial Leverage

Sumber dana dalam perusahaan terbagi menjadi dua, yaitu sumber dana internal dan sumber dana eksternal, dimana sumber dana internal berasal dari laba ditahan, modal dari pemilik perusahaan yang ada pada neraca, sedangkan sumber dana eksternal berasal dari utang. Kedua sumber dana tersebut akan dicatat dalam neraca bagian kewajiban. Financial leverage

menunjukkan utang yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Perusahaan akan memperkecil angka financial leverage untuk menghindari kreditur tidak meminjamkan dana lagi kepada perusahaan. Hal ini akan dilakukan oleh manajer atau bagian keuangan dengan cara merubah laporan keuangannya. 9. Ukuran Perusahaan

Perusahaan yang besar cenderung lebih dapat mengakses pasar modal untuk memperoleh pendanaan. Dengan kemudahaan tersebut perusahaan memiliki flesibilitas dan kemampuan untuk memperoleh dana (Wahidayati dalam Hutomo dan Sudarno, 2012).

Menurut Badan Standarisasi Nasional dalam Hutomo dan Sudarno (2012), kategori ukuran perusahaan ada tiga yaitu :


(45)

a. Perusahaan Kecil

Perusahaan dapat dikategorikan ke dalam perusahaan kecil apabila memiliki jumlah kekayaan bersih lebih dari 50.000.000,- dengan jumlah paling banyak 500.000.000,- tidak termasuk tempat usaha, atau memiliki hasil tahunan dengan jumlah lebih dari 300.000.000,- sampai dengan jumlah paling banyak 2.500.000.000,

b. Perusahaan Menengah

Perusahaan dapat dikategorikan kedalam perusahaan menengah apabila memiliki jumlah kekayaan bersih lebih dari 500.000.000,- sampai dengan jumlah paling banyak 10.000.000.000,- tidak termasuk bangunan perusahaan,

c. Perusahaan Besar

Perusahaan dapat dikategorikan kedalam perusahan besar apabila memiliki jumlah kekayaan bersih lebih dari 10.000.000.000,- tidak termasuk bangunan tempat usaha atau memiliki jumlah hasil penjualan tahunan lebih dari 50.000.000.000.

Investor cenderung akan menanamkan modal yang dimilikinya ke dalam perusahaan besar, untuk memperoleh keuntungan yang besar pula. Semakin besar perusahaan maka semakin besar pula tanggung jawab yang akan dilakukan oleh manajer, yaitu harus terus meningkatkan kualitas perusahaan, kinerja karyawan, tekanan, masalah, dan sebagainya yang semakin besar.


(46)

10. Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memperoleh laba yang didapat dari hasil penjualan. Profitabilitas juga dapat digunakan untuk mengukur tingkat kinerja manajer dengan melihat besar atau kecilnya laba yang diperoleh oleh perusahaan baik dari hasil pejualan maupun dari hasil investasi. Hal ini menyakinkan manajer untuk menyajikan laporan keuangan karena perusahaan berhasil mendapatkan keuntungan yang tinggi kepada para investor dan calon investor untuk melakukan investasi di perusahaan. Disamping itu mendorong manajer untuk melakukan fraud agar keutungan yang disajikan terlihat tinggi, padahal keadaan yang sebenarnya keuntungan yang dihasilkan perusahaan itu rendah.

B.HIPOTESIS PENELITIAN

1. Pengaruh financial distress terhadap fraud dalam pelaporan keuangan Menurut Ansar (2012) menyebutkan bahwa hasil penelitiannya mengenai kesulitan laporan keuangan tidak memiliki pengaruh terhadap

fraud dalam pelaporan keuangan. Hasil ini juga didukung dengan penelitian yang dilakukan Subroto (2012) dan George (2009) bahwa financial distress

tidak berpengaruh terhadap tindakan fraud dalam pelaporan keuangan perusahaan. Sedangkan menurut Sari (2013) dan Nugroho (2015) financial distress memiliki pengaruh signifikan terhadap fraud dalam pelaporan keuangan.

Perusahaan yang mengalami kondisi keuangan yang buruk tidak akan mungkin mendapatkan peluang untuk melakukan fraud dalam pelaporan


(47)

keuangan, dari mana seorang manajer dapat melakukan fraud jika perusahaan tersebut berusaha menutup utang-utang yang dimiliki oleh perusahaan. Ketika semakin tinggi utang yang dimiliki oleh suatu perusahaan, maka akan semakin rentan manajer untuk melakukan fraud dalam pelaporan keuangan, karena utang yang tinggi tidak akan tertutup hanya dalam satu periode. Oleh karena itu financial distress rentan untuk memanipulasi data pada laporan keuangan, agar investor tertarik untuk menanamkan modal pada perusahaan tersebut. Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis pertama yaitu: H1: Financial distress berpengaruh positif terhadap fraud dalam pelaporan

keuangan.

2. Pengaruh manajemen laba terhadap fraud dalam pelaporan keuangan

Hubungan antara manajemen laba dengan fraud dalam pelaporan keuangan yang telah diteliti oleh Puspatrisnanti (2014) dan Caesarriani (2012) adalah memiliki pengaruh positif. Dalam penelitian yang dilakukan Dechow (1995) membuktikan bahwa manajer lebih suka melakukan kecurangan dalam penyusunan laporan keuangan ketika memiliki peluang untuk melakukan manajemen laba. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ansar (2012) bahwa manajemen laba memiliki pengaruh yang signifikan terhadap fraud dalam pelaporan keuangan.

Ketika manajer memiliki kesempatan untuk dapat melakukan manipulasi data dalam laporan keuangan, maka manajer tersebut ingin menunjukkan bahwa keadaan perusahaannya dalam kondisi baik dan mampu


(48)

menghasilkan keuntungan yang tinggi. Dengan demikian manajer dapat menaikkan atau menurunkan laba sesuai dengan keadaan sebelumnya agar terlihat bahwa laba yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut stabil dan investor puas dengan kinerja perusahaan tersebut sehingga perusahaan tidak akan kehilangan investor. Ketika laba yang dihasilkan perusahaan terlalu tinggi maka akan menurunkan laba perusahaan agar terlihat stabil dengan periode sebelumnya.

Hal ini membuat manajer memiliki kesempatan untuk melakukan

fraud. Semakin tinggi laba yang dihasilkan perusahaan, maka akan semakin tinggi pula tindakan manajemen laba untuk melakukan fraud dalam pelaporan keuangan, hal ini dikarenakan manajer dapat menyesuaikan besarnya laba yang diperolehnya dengan melihat perolehan laba sebelumnya, agar laba yang dihasilkan perusahaan setiap periode terlihat stabil. Dari penjelasan di atas, maka hipotesis ke-dua yaitu:

H2: Manajemen laba berpengaruh positif terhadap fraud dalam pelaporan keuangan.

3. Pengaruh likuiditas terhadap fraud dalam pelaporan keuangan

Penelitian yang dilakukan Ansar (2012), Hanifa dan Laksito (2015) tentang hubungan likuiditas dengan fraud dalam pelaporan keuangan menunjukkan tidak adanya pengaruh untuk melakukan fraud. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Listyawati (2016) hubungan likuiditas memiliki pengaruh positif dalam fraud dalam pelaporan keuangan. Namun berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hutomo dan Sudarno


(49)

(2012), yaitu pengukuran likuiditas menggunakan proksi cash ratio

berpengaruh signifikan dengan fraud pelaporan keuangan, tetapi pengukuran

likuiditas dengan menggunakan quick ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap fraud dalam pelaporan keuangan. Peneliti ingin menguji ulang terkait fraud dengan likuiditas dalam perusahaan.

Semakin kecil nilai likuiditas dalam perusahaan akan memicu manajer atau bagian keuangan untuk melakukan fraud dalam menyajikan laporan keuangan perusahaan. Karena rendahnya nilai likuiditas perusahaan akan memberi peluang untuk manajer melakukan fraud dengan cara merendahkan nominal utang pada laporan keuangan. Hal ini dilakukan karena perusahaan berada pada titik yang tidak stabil. Dari uraian di atas, maka hipotesis ke-tiga yaitu:

H3: Likuiditas berpengaruh negatif terhadap fraud dalam pelaporan keuangan. 4. Pengaruh nature of industry terhadap fraud dalam pelaporan keuangan

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Summers dan Sweeney (1998) dan Pardosi (2015) menunjukkan hasil yang positif antara nature of industry

dengan fraud dalam pelaporan keuangan. Selanjutnya hal serupa juga dilakukan dalam penelitian Ardiyani dan Utaminingsih (2015), Marfuah (2015) dan Stiyaningtyas (2015) namun hasil yang didapat berbeda dengan pengujian sebelumnya, yaitu nature of industry tidak berpengaruh signifikan terhadap fraud dalam pelaporan keuangan.

Nature of industry merupakan risiko dalam bidang industri untuk melakukan estimasi. Risiko estimasi yang sering terjadi di bidang industri


(50)

pada dua akun, yaitu akun piutang tak tertagih dan persediaan yang telah usang. Variable ini diukur menggunakan proksi piutang. Besarnya nominal pada akun piutang akan ditentukan sendiri oleh manajer, maka ketika seorang manajer diberikan kebebasan untuk menentukan besarnya nilai akun piutang yang tak tertagih dalam pembuatan laporan keuangan, tentu manajer memiliki kesempatan yang besar untuk melakukan tindakan fraud. Dari penjelasan di atas, maka hipotesis ke-empat yaitu:

H4: Nature of industry berpengaruh positif terhadap fraud dalam pelaporan keuangan.

5. Pengaruh financial leverage terhadap fraud dalam pelaporan keuangan Dari hasil penelitian Ansar (2012) menunjukkan bahwa financial leverage tidak memiliki hubungan yang signifkan dengan fraud dalam pelaporan keuangan. Hal ini juga diungkapkan oleh Subroto (2012) dan Fimanaya dan Syarifuddin (2014) bahwa tidak ada hubungan fraud dalam pelaporan keuangan dengan financial leverage. Namun hasil dari penelitian yang dilakukan Anisa (2012) menunjukkan bahwa hubungan antara leverage

dengan fraud dalam pelaporan keuangan memiliki pengaruh positif. Semakin besar utang yang dimiliki oleh perusahaan maka akan semakin besar fraud

yang dilakukan oleh pihak manajer karena angka utang yang seharusnya besar akan dimanipulasi menjadi kecil dalam penyusunan laporan keuangan perusahaan. Dari penjelasan di atas, maka hipotesis ke-lima yaitu:

H5: Financial leverage berpengaruh positif terhadap fraud dalam pelaporan keuangan.


(51)

6. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap fraud dalam pelaporan keuangan Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Hutomo dan Sudarno (2012), Ansar (2012), dan Anisa (2012) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap fraud dalam pelaporan keuangan. Namun hasil penelitian Soselisa dan Mukhlasin (2008) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap terjadinya fraud dalam pelaporan keuangan. pPneliti ingin menguji ulang mengenai pengaruh ukuran perusahaan yang merupakan salah satu indikator penyebab terjadinya fraud dalam pelaporan keuangan. Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin tinggi tanggung jawab yang akan diterima oleh manajer. Semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin besar pula kemungkinan manajer untuk melakukan fraud.

Ukuran perusahaan yang besar memiliki target untuk menghasilkan laba yang besar pula, ketika perusahaan tersebut telah mencapai targetnya berarti perusahaan tersebut mampu menghasilkan laba yang besar. Dan ketika laba yang dihasilkannya melebihi dari yang tergetkan, maka selisih dari laba yang dihasilkan dengan target perusahaan dapat dimanipulasi oleh manajer. Oleh karena itu ukuran perusahaan sangat berpengaruh terhadap fraud, semakin besar perusahaannya maka memiliki kemungkinan akan terjadi

fraud dalam penyusunan laporan keuangan. Dari penjelasan di atas, maka hipotesis ke-enam yaitu:

H6: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap fraud dalam pelaporan keuangan.


(52)

7. Pengaruh profitabilitas terhadap fraud dalam pelaporan keuangan

Penelitian yang dilakukan oleh Ansar (2012) menunjukkan bahwa

profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap fraud dalam pelaporan keuangan. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Subroto (2012), Fimanaya dan Syarifuddin (2014), Skousen, et al (2009) dan Gagola (2011) tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ansar, yaitu

profitabilitas tidak berpengaruh terhadap fraud dalam pelaporan keuangan. Ketika perusahaan menghasilkan keuntungan yang rendah tidak sesuai dengan yang ditargetkan, maka manajer akan melakukan manipulasi dalam penyusunan pelaporan keuangan. Hal ini dikarenakan dengan cara menyajikan keutungan yang tinggi untuk meyakinkan bahwa perusahaan tersebut berhasil memenuhi target, padahal pada kenyataannya perusahaan tersebut hanya mendapatkan keutungan yang rendah. Dari penjelasan di atas, maka hipotesis ke-tujuh yaitu:

H7: Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap fraud dalam pelaporan keuangan

8. Pengaruh capability terhadap fraud dalam pelaporan keuangan

Hasil penelitian yang dilakukan Wolfe dan Hermanson (2004) dan Pardosi (2015) menunjukkan hasil yang positif antara capability dengan fraud

dalam pelaporan keuangan. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan Sihombing (2014) dan Stiyaningtyas (2015) tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya, yaitu capability berpengaruh negatif terhadap fraud dalam pelaporan keuangan perusahaan. Capability adalah seberapa besar daya dan


(53)

kapasitas seseorang untuk melakukan fraud pada suatu perusahaan. Penelitian ini nantinya akan menggunakan perubahan direksi sebagai proksi dari rasionalisasi. Dengan pergantian direksi pada perusahaan bisa menjadi salah satu cara untuk mengganti direksi yang dianggap mengetahui fraud yang telah dilakukan oleh suatu perusahaan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis ke-delapan yaitu:

H8: Capability berpengaruh positif terhadap fraud dalam pelaporan keuangan. C.MODEL PENELITIAN

Dari uraian hipotesis di atas dapat digambarkan dalam kerangka pemikiran berikut:


(54)

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.3 Model Penelitian

Financial Distress

Manajemen Laba

Likuiditas Nature of Industry

Opportunity

Financial Leverage

Ukuran Perusahaan

Profitabilitas Pressure

Capability Rasionalization

Capability

Fraud dalam Pelaporan Keuangan H1 (+)

H2 (+) H3 (-) H4 (+)

H5 (+) H6 (+) H7 (-)


(55)

32

Penelitian ini menggunakan data perusahaan-perusahaan manufaktur yang ada di Indonesia dan telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Tahun yang digunakan yaitu pada tahun 2013-2015, yang bertujuan memperoleh data yang terbaru.

B.METODE PENGAMBILAN SAMPEL

Metode pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Adapun kriteria-kriteria yang digunakan untuk pengambilan sampel, sebagai berikut:

a. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2013-2015.

b. Perusahaan manufaktur yang mengeluarkan laporan keuangan tahunan di

website BEI dengan kelengkapan data yang dibutuhkan dalam penelitian. c. Perusahaan manufaktur yang mengalami peningkatan penjualan pada

tahun 2013-2015.

d. Perusahaan manufaktur yang mengalami peningkatan laba pada tahun 2013-2015.

e. Menggunakan mata uang Rupiah (Rp) dalam laporan keuangan. f. Perusahaan tidak delisting dari BEI selama penelitian berlangsung.


(56)

C.JENIS DAN PEROLEHAN DATA

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data laporan keuangan perusahaan manufaktur. Data diambil dari

www.idx.co.id.

D.DEFINISI OPERASIONAL PENGUKURAN VARIABEL 1. Variabel Dependen

Variabel dependen penelitian ini adalah fraud dalam pelaporan keuangan. Fraud dalam pelaporan keuangan adalah salah satu bentuk pelanggaran hukum yang dilakukan oleh manajer dengan cara merubah atau menyajikan laporan keuangan yang tidak sesuai dengan kondisi perusahaan saat ini untuk keperluan pribadi, orang lain, ataupun kelompok yang akan merugikan pihak tertentu. Variabel fraud dalam pelaporan keuangan ini diukur menggunakan fraud score model yang telah ditetapkan oleh Dechow

et al., (2009). Model F-Score ini merupakan penjumlahan variabel kualitas akrual dengan kinerja keuangan. Dengan rumus sebagai berikut:

� − � = ��� � � � � + �� � ��� � � dimana:

- Accrual Quality (Kualitas akrual)

=∆�� + ∆ � + ∆�� � �

Keterangan:

WC = Current Asset – Current Liability

NCO = (Total Assets – Current Assets – Invesment and Advances) – (Total Liabilities – Current Liabilities – Long Tren Debt)

FIN = Total Investment – Total Liabilities

ATS = Beginning Total Assets + End Total Assets


(57)

WC : Working Capital

NCO : Non-current Operating Accrual

FIN : Financial Accrual

ATS : Average Total Assets

- Financial Performance (Kinerja Keuangan)

Financial Performance = change in receivable + change in inventories + change in cash sales + change in earnings Keterangan:

Change in receivable = ΔReceivable / Average Total Assets Change in inventory = ΔInventory / Average Total Assets

Change in cash sales = [(ΔSales / Sales (t) –(ΔReceivable / Receivable (t))]

Change in earnings = [(Earnings (t) / Average Total Assets (t)) – (Earnings (t-1) / Average Total Assets (t-1))]

2. Variabel Independen a. Financial Distress

Financial distress (kesulitan keuangan) merupakan kondisi dimana kas operasional perusahaan tidak mampu melunasi utang-utang yang ada dan menyebabkan manajer atau bagian keuangan harus melakukan perbaikan posisi laporan keuangan perusahaan.

Financial distress diukur menggunakan model Z-Score, dengan rumus:

= , � � � � � + , � � �� �� � � + , � �� + , � � �� � + , ��� � � ��� � �


(58)

Keterangan:

Z-Score ≥ 2,99 maka perusahaan berada dititik aman

Z-Score 1,81 – 2,99 maka perusahaan berpotensi mengalami kebangkrutan Z-Score < 1,81 maka perusahaan mengalami kebangkrutan

Dan variable dummy diberi nilai “1” apabila nilai Z-Score perusahaan

<2,99, dan diberi nilai “0” apabila nilai Z-Score perusahaan >2,99. b. Manajemen Laba

Manajemen laba adalah tindakan manajer melakukan manipulasi laporan keuangan, dengan cara menaikkan atau menurunkan laba yang telah dihasilkan oleh perusahaan pada periode tertentu. Model yang digunakan untuk mengukur manajemen laba dalam penelitian ini adalah modifikasi dari Jones karena model ini dianggap lebih baik dari model yang sebelumnya untuk mengukur manajemen laba. Karena pada model ini memisahkan antara non discretionary accrual dengan discretionary accruals. Penggunaan discretionary accruals sebagai proksi manajemen laba dihitung dengan menggunakan Modified Jones Model Dechow (1995). Manajemen laba diukur dengan menggunakan rumus:

���

���−

⁄ = ��[ �⁄ ��− ] + �[∆ ��⁄��− ] + �[ ��⁄��− ] +∈��

Keterangan:

TAit : akrual total pada thun t untuk perusahaan i

∆REVit : pendapatan pada tahun t dikurangi pendapatan pada tahun t-1 perusahaan i

PPEit : gross property, plant, and equipment pada tahun t untuk perusahaan i

Ait-1 : aset total pada tahun t untuk perusahaan i Eit : error term pada tahun t untuk perusahaan i i : 1, ..., N indeks perusahaan.


(59)

c. Likuiditas

Likuiditas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Jangka pendek secara konvensional adalah periode yang hingga satu tahun berjalan meskipun dikaitkan dengan siklus operasional (periode waktu yang mencangkup siklus pembelian-produksi-penjualan-penagihan) suatu perusahaan (Subramanyam dan Wild, 2011). Likuiditas diukur menggunakan Working Capital to Total Assets (WCTA), dengan rumus:

�� � = � � � � �� − � � � � �� �ℎ � � �

d. Nature of Industry

Nature of industry adalah keadaan dimana seorang manajer dapat menentukan besarnya nilai pada akun piutang tak tertagih dan persediaan yang telah usang. Dalam nature of industry ini diukur menggunakan rasio piutang (Reicevable), dengan rumus:

�� � = � � � �

�−

� � �−

� � �−

e. Financial Leverage

Financial leverage menunjukkan utang yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Dan juga financial leverage merupakan perimbangan antara utang jangka panjang dengan modal. Financial leverage dapat diukur menggunakan total liabilities terhadap total aset (TLTA), dengan rumus sebagai berikut:


(60)

� = � �� � � �� �

f. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan adalah besar atau kecilnya jumlah aset yang dimiliki suatu perusahaan. Ukuran perusahaan dapat dihitung dengan menggunakan LogTA, dengan rumus sebagai berikut:

� = � � � �

Keterangan;

Ln : Logaritma natural g. Profitabilitas

Profitabilitas adalah keadaan dimana sebuah perusahaan mampu menghasilkan laba. Profitabilitas akan diukur menggunakan

Return On Asset (ROA), dengan rumus:

� = � �� � �ℎ�ℎ��

h. Capability

Capability adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam suatu perusahaan yang akan mempengaruhi seseorang untuk melakukan fraud. Capability ini memproksikan dengan pergantian direksi (DCHANGE) yang akan diukur menggunakan variabel

dummy apabila perusahaan mengganti direksi selama periode pengamatan maka diberi kode “1”, dan sebaliknya apabila perusahaan tidak mengganti direksi selama periode pengamatan maka diberi kode “0”.


(61)

E. METODE ANALISIS 1. Uji Statistik Deskriptif

Uji statistik deskriptif merupakan uji statistik yang menggambarkan hubungan antara kedua variabel penelitian, yaitu variabel dependen yaitu

fraud dalam pelaporan keuangan, dan variabel independen yang berupa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya fraud dalam pelaporan keuangan. Uji statistik deskriptif akan disajikan dalam bentuk tabel yang berisikan nilai rata-rata, standar deviasi, nilai maksimal dan nilai minimal (Ghozali, 2011). 2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah syarat yang harus dipenuhi pada analisis regresi linier berganda yang berbasis ordinary least square (OLS). Analisis regresi yang tidak berdasarkan pada OLS tidak memerlukan persyaratan asumsi klasik, seperti regresi logistik atau regresi ordinal (Nazaruddin dan Basuki, 2016). Pengujian ini terdiri dari uji multikolinieritas, autokorelasi, heterokedastisitas, dan normalitas.

a. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya korelasi yang tinggi diantara variabel-variabel independen dalam satu model regresi linier berganda. Model regresi yang baik seharusnya tidak terdapat korelasi yang tinggi antar variabel independen (Ghozali, 2011). Untuk menguji ada atau tidaknya multikolinieritas dapat menggunakan variance inflation factor (VIF) serta nilai tolerance. Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai


(62)

VIF yang tinggi. Batasan nilai yang dipakai dengan nilai VIF adalah jika nilai VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,1, maka model regresi tersebut tidak mengandung multikolinieritas.

b. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji model regresi linier ada atau tidaknya kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu periode t-1. Jika dalam hasil pengujian terjadi korelasi, maka ada masalah autokorelasi. Autokorelasi akan muncul ketika penelitian yang dilakukan secara berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya (Ghozali, 2011). Penelitian ini menggunakan uji Durbin Waston. Jika terjadi korelasi, maka terdapat masalah pada autokorelasi. Menurut Santoso (2002) ada 3 kriteria autokorelasi, yaitu:

- Nilai D-W di bawah -2, maka diindikasi ada autokorelasi positif - Nilai D-W di antara -2 sampai 2, maka diindikasi tidak terjadi

autokorelasi

- Nilai D-W di atas 2 berarti diindikasi ada autokorelasi negatif. c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain itu tetap, maka disebut dengan homoskedastisitas dan jika berbeda maka disebut dengan


(63)

heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Pengujian yang dilakukan ada atau tidaknya heteroskedastisitas dengan menggunakan uji glejser. Hal ini dapat dilihat probabilitas signifikansinya di atas nilai sig, yaitu 5% (Ghozali, 2011).

d. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk meguji apakah dalam model regresi, residual yang akan dianalisis berdistribusi normal (Ghozali, 2011). Untuk mengetahui apakah distribusi normal atau tidak, maka dapat menggunakan uji kolmogorov smirnov. Uji kolmogorov smirnov ini dengan melihat nilai asymp. sig-nya, yaitu jika nilai sig > 0,05, maka data berdistribusi normal.

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan menggunakan regresi linier berganda untuk mengetahui pengaruh beberapa variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian ini menggunakan persamaan sebagai berikut:

� � = + � + + �� � + � � � + � + � + � + � � +

Keterangan:

FRAUD : F-Score α : konstanta

β : koefisien variabel Z-Score : financial distress

EM : manajemen laba WCTA : ukuran rasio likuiditas Receivable : ukuran nature of industry

TLTA : financial leverage


(64)

ROA : Return On Assets

DCHANGE : capability

e : error

a. Uji Koefisien Determinasi (Adj. R2)

Uji koefisien determinasi (Adj. R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2011). Nilai koefisien determinasi adalah berada di antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel-variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

b. Uji Nilai F

Uji nilai F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan kedalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011). Jika nilai F menunjukkan signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka variabel independen secara bersama-sama memengaruhi variabel dependen. c. Uji Nilai t

Uji nilai t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2011). Kriteria hipotesis diterima jika: - nilai sig < alpha 0,05


(1)

1) Uji Hipotesis 1

Nilai sig variabel independen financial distress adalah 0,610 > 0,05 dengan nilai koefisien beta -0,412; maka hipotesis pertama ditolak. Artinya financial distress tidak memiliki berpengaruh terhadap fraud dalam pelaporan keuangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil yang dikemukakan oleh Bell et al. (1991), bahwa kondisi keuangan perusahaan yang buruk memotivasi manajemen untuk mengambil tindakan yang tidak etis dengan memperbaiki penampilan posisi keuangan perusahaan.

2) Uji Hipotesis 2

Nilai sig variabel independen manajemen laba adalah 0,001 < 0,05 dengan nilai koefisien beta 1,425; maka hipotesis kedua diterima. Artinya manajemen laba memiliki pengaruh positif terhadap fraud dalam pelaporan keuangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Dechow (1995) yang membuktikan bahwa manajer lebih suka melakukan kecurangan dalam penyusunan laporan keuangan ketika memiliki peluang untuk melakukan manajemen laba.

3) Uji Hipotesis 3

Nilai sig variabel independen likuiditas adalah 0,046 < 0,05 dengan nilai koefisien beta 0,406; maka hipotesis ketiga ditolak. Artinya likuiditas memiliki pengaruh positif terhadap fraud dalam pelaporan keuangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Kreutzfeldt dan Wallace (1986) yang dalam penelitiannnya menyatakan bahwa masalah likuiditas dalam perusahaan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kesalahan dalam pelaporan keuangan dibandingkan dengan perusahaan yang dalam kondisi tidak mengalami masalah.likuiditas.

4) Uji Hipotesis 4

Nilai sig variabel independen nature of industry adalah 0,009 < 0,05 dengan nilai koefisien beta 0,132; maka hipotesis keempat diterima. Artinya nature of industry memiliki pengaruh positif terhadap fraud dalam pelaporan keuangan. Penelitian ini konsisten dengan penelitian Pardosi (2015) piutang tak tertagih pada perusahaan memberikan kesempatan kepada pelaku untuk melakukan kecurangan pada laporan keuangan perusahaan.


(2)

5) Uji Hipotesis 5

Nilai sig variabel independen financial leverage adalah 0,224 > 0,05 dengan nilai koefisien beta -0,333; maka hipotesis kelima ditolak. Artinya financial leverage tidak memiliki pengaruh terhadap fraud dalam pelaporan keuangan. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Skousen, et al. (2009) yang menunjukkan hasil bahwa nilai financial leverage yang dihasilkan perusahaan tidak signifikan mempengaruhi kemungkinan tindak kecurangan pelaporan keuangan.

6) Uji Hipotesis 6

Nilai sig variabel independen ukuran perusahaan adalah 0,171 > 0,05 dengan nilai koefisien beta 4,733 ; maka hipotesis keenam ditolak. Artinya ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap fraud dalam pelaporan keuangan. Penelitian ini sejalan dengan Hutomo dan Sudarno (2012) bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap perusahaan yang melakukan kecurangan dalam pelaporan keuangan baik perusahaan besar maupun perusahaan yang kecil memiliki kesempatan yang sama untuk melakukan kecurangan dalam pelaporan keuangan.

7) Uji Hipotesis 7

Nilai sig variabel independen profitabilitas adalah 0,001 < 0,05 dengan nilai koefisien beta -0,967; maka hipotesis ketujuh diterima. Artinya profitabilitas memiliki pengaruh negatif terhadap fraud dalam pelaporan keuangan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Summers dan Sweney (1998) dan Ansar (2012) bahwa yang menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat profit yang rendah juga andil memberi dorongan bagi manajemen dalam pengungkapan lebih saji revenues atau kurang saji expenses.

8) Uji Hipotesis 8

Nilai sig variabel independen capability adalah 0,144 > 0,05 dengan nilai koefisien -0,650; maka hipotesis kedelapan ditolak. Artinya capability tidak memiliki pengaruh terhadap fraud dalam pelaporan keuangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Wolfe dan Hermanson (2004) dan Pardosi (2015) bahwa pergantian dewan direksi tidak selalu berdampak baik bagi perusahaan. Pergantian dewan direksi bisa menjadi upaya untuk memperbaiki kinerja dewan direksi sebelumnya pada perusahaan tersebut.


(3)

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan manajemen laba dan nature of industry memiliki pengaruh positif terhadap fraud dalam pelaporan keuangan. Profitabilitas memiliki pengaruh negatif terhadap fraud dalam pelaporan keuangan. Likuiditas memiliki pengaruh positif terhadap fraud dalam pelaporan keuangan.Variabel financial distress, financial, ukuran perusahaan, dan capalibity tidak memiliki pengaruh terhadap fraud dalam pelaporan keuangan.

Dari penelitian yang telah dilakukan, saran untuk penelitian selanjutnya dapat memperpanjang masa pengamatan penelitian. Dapat memperluas sektor atau sampel yang digunakan untuk penelitian, seperti industri penghasil bahan baku, industri jasa, perusahaan non keuangan, dan lain – lain. Dan menggunakan proksi lain untuk mengukuran variabel dan dapat mengganti variabel independen lain yang memiliki arah untuk dapat mengindikasi terjadinya fraud dalam pelaporan keuangan.

Keterbatasan peneliti dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan data perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013-2015, sehingga tidak dapat memberikan prediksi jangka panjang dalam penelitian ini. Data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan data sekunder saja, sehingga tidak dapat memberikan hasil yang valid untuk mengetahui fraud dalam pelaporan keuangan perusahaan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Albrecht, W. S., C. O. Albrecht and C. C. Zimbelman: 2011, Fraud Examination, 4th Edition (Cengage Learning: Mason, Ohio)

Ansar, Muhamad. 2012. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecurangan Pelaporan Keuangan pada Perusahaan Publik di Indonesia”. Tesis. Universitas Diponegoro Semarang.

Bell, T. B., S. Szykowny, & J. J. Willingham. 1991. “Assessing The Likelihood of Fraudulent Financial Reporting: A Cascaded Logit Approach”. Working Paper. KPMG. Peat Marwick. Montvale. New Jersey.

Cressey, D. 1953. “The Internal Auditor as Fraud Buster”. Managerial Auditing Journal. MCB University Press.

Dalnial, Hawariah., Kamaluddin, Amrizah., Sanusi, Zuraidah Mohd., and Khairuddin, Khairun Syafiza. 2014. “Detecting Fraudulent Financial Reporting through Financial Statement Analysis”. Journal of Advanced Management Science Vol. 2, No. 1, page 17-22.

Dechow, Patricia M., Weili Ge, Chad R. Larson, and Richard G Sloan. 2009. Predicting material accounting misstatements. Working Paper. University of California, Berkeley, available at http://ssrn.com/abstract=997483.

. 1995. “Detecting Earnings Management”. The Accounting Review. Volume 70

Kreutzfeldt, R. W., dan W. A. Wallance. 1986. “Error Characteristic in Audit Populations: Their Profile and Relationship to Environmental Factors. Auditing”.A Journal of Practice & Theory (Fall).

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hanifa, Septia Ismah dan Laksito, Herry. 2015. “Pengaruh Fraud Indicators Terhadap Fraudulent Financial Statement: Studi Empiris Pada Perusahaan yang Listed Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2008-2013”. Diponegoro Journal Of Accounting vol. 4 no. 4 p. 411-425.

Hutomo, Oki Suryo dan Drs. Sudarno. 2012. “Cara Mendeteksi Fraudulent Financial Reporting dengan Menggunakan Rasio-Rasio Finansial”. Eprints Undip. Universitas Lampung.


(5)

Jensen, Michael., dan Meckling, William. 1976. “The Agency Theory of The Firm: Manajerial Behavior, Agency Cost, and Ownership Structure”. Journal of Financial Economics, Vol. 3, no 4.

Marfuah, Laila Tiffani. 2015. “Deteksi Financial Statement Fraud dengan Analisis Fraud Triangle pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Makalah Simposium Nasional Akuntansi XVIII, Medan

Nazaruddin, Ietje dan Basuki, Agus Tri. 2016. Analisis Statistik Dengan SPSS. Yogyakarta: Danisa Media.

Nugroho, Martanto Ade. 2015. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecurangan Pelaporan Keuangan pada Perusahan Publik di Bursa Efek Indonesia”. Thesis. UPN "Veteran" Yogyakarta.

Pardosi, Rica Widia. 2015. “Analisis Fraud Diamond Dalam Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia dengan Menggunakan Fraud Score Model”. Skripsi. Universitas Lampung.

Raharja, Ema Kurniawati S. 2012. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Financial Statement Fraud dalam Perspektif Fraud Triangle”. Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang.

Sari, Helen Puspa. 2013. “Pengaruh Corporate Governance, Financial Condition dan Financial Performance Terhadap Kecurangan Pelaporan Keuangan”. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta. Yogyakarta.

Sihombing, Kennedy Samuel. 2014. “Analisis Fraud Diamond Dalam Mendeteksi Financial Statement Fraud : Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010-2012”. Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang.

Skousen, J.C., Wright, J.C., Smith Kevin, R. 2009, “Detecting and Predicting Financial Statement Fraud: The Effectiveness of The Fraud Triangle and SAS No. 99.” Advances in Financial Economics, Vol. 13.

Subramanyam, K.R. dan Wild, John J. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Summers, Scott L. dan Sweeney, Jonh T. 1998. “Fraudulently Misstated Financial Statements and Insider Trading: An Empirical Analysis”. The Accounting Review Volume 73 No. 1 hal. 131-146.


(6)

Stiyaningtyas, Marine Mardita. 2015. “Analisis Model Fraud Diamond terhadap Tindakan Kecurangan Keuangan dengan Mekanisme Corporate Governance sebagai Variabel Pemoderasi”. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Wolfe, David dan Hermannson, Dana R. 2004. “The Fraud Diamond: Considering the Four Elements of Fraud”. The CPA Journal; Dec2004 vol. 74 Issue 12, p. 38.

http://bit.ly/1TSTDbc. Kasus ENRON dan Akibatnya. Diakses pada 8 Maret 2016 pukul 22.34 WIB.