ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI INTELLECTUAL CAPITAL DISCLOSURE (Studi Empiris pada Seluruh Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2015)

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI INTELLECTUAL CAPITAL DISCLOSURE

(Studi Empiris pada Seluruh Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2015)

ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING INTELLECTUAL CAPITAL DISCLOSURE

(Empirical Study on All Companies Listed in Indonesia Stock Exchange Period 2014-2015)

Oleh

NURITA MIATU ZULFI 20130420432

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI INTELLECTUAL CAPITAL DISCLOSURE

(Studi Empiris pada Seluruh Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2015)

ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING INTELLECTUAL CAPITAL DISCLOSURE

(Empirical Study on All Companies Listed in Indonesia Stock Exchange Period 2014-2015)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

NURITA MIATU ZULFI 20130420432

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(3)

PERNYATAAN Dengan ini saya,

Nama : Nurita Miatu Zulfi Nomor Mahasiswa : 20130420432

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI INTELLECTUAL CAPITAL DISCLOSURE (Studi Empiris pada Seluruh Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2015)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam referensi. Apabila di kemudian hari terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar maka saya sanggup menerima hukuman atau sanksi apapun sesuai peraturan yang berlaku.

Yogyakarta, 4 Mei 2017


(4)

MOTTO

”Waman jaahada fa-innamaa yujaahidu linafsihi innallaha laghanii-yun

'anil 'aalamiin.”

”Dan barangsiapa yang bersungguh-sungguh, maka sesungguhnya kesungguhannya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari alam semesta.”

-QS Al-Ankabut 29 : 6-

“Sebaik-baik hidup manusia adalah yang bermanfaat bagi orang

lain”

-HR. Bukhari dan Muslim-

“We make a living by what we get, but we make a life by what we give”

-Winston Churchill-

“Fighter who lost it usually is a fighter who already think not deserve to win”

-Napoleon Bonaparte-

“The lion looks the most handsome when looking for prey”

-Jalaluddin Rumi-

“A person who never make a mistake never tried anything new”

-Albert Einstein-

“Do the best and pray. God will take care of the rest”

-Me-

“Belajar dari masa lalu, hidup untuk sekarang, berjuang untuk

masa depan”


(5)

PERSEMBAHAAN Alhamdulillah..Alhamdulillah..Alhamdulillahirobbil’alamin..

Sujud syukurku kusembahkan kepadamu Tuhan yang Maha Agung nan Maha Tinggi nan Maha Adil nan Maha Penyayang, atas takdirmu telah kau jadikan aku manusia yang senantiasa berpikir, berilmu, beriman dan bersabar dalam menjalani kehidupan ini. Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah awal bagiku untuk meraih cita-cita besarku.

Lantunan Al-fatihah beriring Shalawat dalam silahku merintih, menadahkan doa dalam syukur yang tiada terkira, terima kasihku untukmu. Kupersembahkan sebuah karya kecil ini untuk Ayahanda dan Ibundaku tercinta, yang tiada pernah hentinya selama ini memberiku semangat, doa, dorongan, nasehat dan kasih sayang serta pengorbanan yang tak tergantikan hingga aku selalu kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku.,,Ayah,.. Ibu...terimalah bukti kecil ini sebagai hadiah keseriusanku dalam membalas semua pengorbananmu.. demi hidupku kalian ikhlas mengorbankan segala perasaan tanpa kenal lelah, dalam lapar berjuang separuh nyawa hingga segalanya.. Maafkan anakmu Ayah,,, Ibu,, masih saja ananda menyusahkanmu..

Ya Allah ya Rahman ya Rahim... Dalam silah di lima waktu mulai fajar terbit hingga terbenam.. seraya tangaku menadah selalu kuucapkan syukur karena telah kau tempatkan aku diantara kedua malaikatmu yang setiap waktu ikhlas menjagaku,, mendidikku,, membimbingku dengan baik,, ya Allah berikanlah balasan setimpal syurga firdaus untuk mereka dan jauhkanlah mereka nanti dari panasnya sengat hawa api nerakamu..

Untukmu Ayah (Masruri)...Ibu (Nur Hidayah)...Terima Kasih... We always loving you (ttd. Anakmu)

Teruntuk kedua brothers ku Firza dan Ikmal,, kalian adalah obat pelipur lara hatiku yang selalu menghiburku dalam keadaan terjatuh..

Love you my bro..

Terimakasih tak lupa aku sampaikan kepada Dosen Pembimbingku Ibu Barbara Gunawan yang dengan sabar membimbingku hingga skripsi ini selesai disusun,, tiada kata yang bisa membalas jasamu,, terima kasih bu Era..


(6)

Spesial buat kalian Girl’s Generation (Mella, Qya, Fida, Lely, Desi),, selama 4 tahun ini kita saling menjaga dan saling berbagi,, walau banyak ujian persahabatan kita hadapi tapi kita berenam tetap bertahan demi menjaga satu kata penuh makna

“Persahabatan”,, terima kasih karena kalian selalu menjadi kekuatanku, senyumku, keluargaku, sahabatku..

Love you gengs..:*

Banyak terima kasih buat anak-anak geng seperjuanganku sekaligus ciwi-ciwi kontrakan aku yang kece.. (Desi & Herlina),, terima kasih telah mendengar segala keluh kesahku dalam menyelesaikan skripsi ini,, susah senang kita lewati bareng-bareng.. kalian penopang dalam keputusasaanku.. kalian memberiku motivasi untuk berjuang demi memperoleh gelar S.E. ini

Wish you all the best guys..

Buat Keluarga Macam Apa.. (Herlince, Qeyong, Nendong, Nenong, Endrance, Kawan Ahlun, Bebeb Yogai, Dariyan Ugal) berkat kalian aku menghabiskan sisa waktuku di kota teristimewa (Yogyakarta) dengan sejuta kebahagiaan yang tak terlupakan.. terima kasih atas support kalian..

Thanks to teman semisi dan seperjuanganku KKN 40.. Untuk kalian keluarga pertamaku di kampus,, Accounting K.. Untuk Accounting 2013 dan Almamaterku..

Untuk kota bernaungku selama 4 tahun.. kota yang istimewa Yogyakarta..

Untuk ribuan tujuan yang harus dicapai, untuk jutaan impian yang akan dikejar, untuk sebuah pengharapan, agar hidup jauh lebih bermakna, hidup tanpa mimpi ibarat arus sungai. Mengalir tanpa tujuan. Teruslah belajar, berusaha, dan berdoa untuk menggapainya.

Jatuh berdiri lagi. Kalah mencoba lagi. Gagal Bangkit lagi. Never give up!

Sampai Allah SWT berkata “waktunya pulang”

Hanya sebuah karya kecil dan untaian kata-kata ini yang dapat

kupersembahkan kepada kalian semua,, Terimakasih beribu terimakasih kuucapkan.. Atas segala kekhilafan salah dan kekuranganku,

kurendahkan hati serta diri menjabat tangan meminta beribu-ribu kata maaf tercurah. Skripsi ini kupersembahkan.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... viii

INTISARI ... x

ABSTRACT ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Batasan Masalah ... 8

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 10

E. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. ... Landasan Teori ... 12

B. Penurunan Hipotesis ... 15

C. Model Penelitian ... 26

BAB III. METODE PENELITIAN ... 28


(8)

B. Jenis Data ... 28

C. Teknik Pengambilan Sampel ... 28

D. Teknik Pengumpulan Data ... 29

E. Definisi Operasional Variabel ... 29

F. Uji Kualitas Data ... 32

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 37

B. Uji Statistik Deskriptif ... 38

C. Uji Asumsi Klasik ... 41

D. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis) ... 44

E. Pembahasan (Intrepretasi) ... 47

BAB V. SIMPULAN SARAN DAN KETERBATASAN ... 63

A. Simpulan ... 63

B. Saran ... 64

C. Keterbatasan ... 64 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

TABEL 4.1 RINGKASAN HASIL PENGAMBILAN SAMPEL ... 37

TABEL 4.2 HASIL UJI STATISTIK DESKRIPTIF ... 38

TABEL 4.3 HASIL UJI NORMALITAS ... 41

TABEL 4.4 HASIL UJI MULTIKOLINIERITAS ... 42

TABEL 4.5 HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS ... 43

TABEL 4.6 HASIL UJI AUTOKORELASI ... 43

TABEL 4.7 HASIL UJI DETERMINASI ADJUSTED ... 44


(10)

DAFTAR GAMBAR


(11)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Perusahaan Sampel Penelitian Lampiran 2. Daftar Item Intellectual Capital Disclosure

Lampiran 3. Ceklis item Intellectual Capital Disclosure

Lampiran 4. Kepemilikan Manajerial Lampiran 5. Kepemilikan Institusional Lampiran 6. Kepemilikan Asing Lampiran 7. Tingkat Modal Intelektual Lampiran 8. Ukuran Perusahaan Lampiran 9. Profitabilitas Lampiran 10. Leverage

Lampiran 11. Statistik Deskriptif Lampiran 12. Hasil Uji Normalitas Lampiran 13. Hasil Uji Multikolinieritas Lampiran 14. Hasil Uji Heteroskedastisitas Lampiran 15. Hasil Uji Autokorelasi

Lampiran 16. Hasil Uji Determinasi Adjusted


(12)

(13)

(14)

x

ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage terhadap intellectual capital disclosure. Penelitian ini menggunakan variabel independen antara lain kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, tingkat modal intelektual dan ukuran perusahaan serta variable kontrol profitabilitas dan leverage. Sedangkan variabel dependen yang digunakan yaitu intellectual capital disclosure.

Sampel yang dipakai dalam penelitian adalah 92 data dari seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2014 sampai 2015. Teknik pengambilan sampel dengan

metode purposive sampling. Metode analisis yang digunakan adalah regresi berganda

dengan menggunakan program SPSS 23.0.

Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh

positif terhadap intellectual capital disclosure dengan tingkat signifikansi 0,000.

Kepemilikan manjerial, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, tingkat modal intelektual, profitabilitas, dan leverage tidak berpengaruh terhadap intellectual capital disclosure.

Kata kunci: Intellectual capital disclosure, kepemilikan manjerial, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, tingkat modal intelektual, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage.


(15)

xi

ABSTRACT

This study aims to analyze the influence between management ownership,

institutional ownership, foreign ownership, level of intellectual capital, size of firm, profitability, and leverage on Intellectual Capital Disclosure (ICD). The analysis used independent variable such as management ownership, institutional ownership, foreign ownership, level of intellectual capital, and size of firm also control variables such as profitability and leverage. The dependent variables is Intellectual Capital Disclosure (ICD).

The sample used in this research are 92 observations of all companies listed on Indonesian Stock Exchange during the period 2014 to 2015. The technique of

sampling with a purposive sampling method. Methods of analysis used is multiple

regression using SPSS 23.0 program.

The results of this research show that the positive effect of size of firm on ICD

with a level of significance of 0.000. Management ownership, institutional ownership,

foreign ownership, level of intellectual capital, profitability, and leverage has no

effect significantly with ICD.

Keywords: Intellectual capital Disclosure (ICD), management ownership, institutional ownership, foreign ownership, level of intellectual capital, size of firm, profitability, and leverage.


(16)

1

A. Latar Belakang Penelitian

Masuknya era globalisasi ekonomi di kawasan Asia Tenggara yang ditandai dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), telah mendorong timbulnya persaingan bisnis yang cukup ketat antar perusahaan. Indonesia sebagai salah negara di kawasan Asia Tenggara tentu harus memiliki denyut bisnis yang kuat agar dapat bertahan ditengah persaingan tersebut. Untuk dapat bertahan dan bersaing, setiap perusahaan dituntut untuk selalu memperbaiki diri dan berinovasi khususnya di bidang teknologi dan ilmu pengetahuan.

Marisanti dan Kiswara (2012) menyatakan bahwa untuk dapat bertahan, perusahaan harus mengubah strategi bisnisnya dari bisnis yang didasarkan pada tenaga kerja (labor based business) menuju bisnis berdasarkan pengetahuan (knowledge based business). Ketika perusahaan menerapkan ekonomi berbasis pengetahuan, yaitu dengan meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, berarti perusahaan sedang melakukan upaya untuk meningkatkan kompetensi yang dimilikinya yang berdampak pada peningkatan nilai perusahaan.

Perusahaan yang diimbangi dengan tenaga kerja yang terdidik dan kompeten serta teknologi yang mutahir dianggap telah siap dan mampu bersaing


(17)

2

ditengah persaingan MEA. Selain itu, dengan diterapkannya knowledge based business perusahaan diharapkan dapat memanfaatkan sumber dayanya secara efisien dan efektif sehingga kelak dapat menciptakan keunggulan kompetitif.

Dilihat dari sudut pandang Islam, menuntut ilmu merupakan hal yang wajib dilakukan oleh setiap muslim. Allah SWT melalui Surat Al-Mujadaalah ayat 11 menjelaskan tentang keutamaan dari orang yang berilmu. Berikut bunyi dari Q.S. Al-Mujaadalah 58:11

Artinya:

“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang

-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi

kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka

berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Mujaadalah 58:11)

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah akan meninggikan beberapa derajat orang-orang yang berilmu pengetahuan di surga kelak. Ilmu pengetahuan yang berlandaskan pada iman kepada Allah SWT akan mampu membawa manusia kepada kebaikan dan menghindarkan manusia dari keburukan.


(18)

Intellectual capital (IC) merupakan salah satu bentuk intangible asset

berupa pengetahuan, teknologi, dan jaringan informasi yang dimiliki oleh suatu organisasi (Aisyah dan Sudarno, 2014). Pengungkapan IC penting bagi investor karena dalam pengungkapan tersebut dijelaskan berbagai macam aktivitas perusahaan, terutama bagi perusahaan dilingkungan ekonomi yang intens berkompeti sisecara global (Arifah, 2012). Intellectual capital yang dimiliki perusahaan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan investasi oleh investor. Oleh karenanya, perusahaan harus melakukan pengungkapan terhadap ICnya agar pihak yang berkepentingan dapat memeroleh informasi yang cukup mengenai sumber daya perusahaan.

Intellectual capital juga dibuat guna menciptakan nilai bagi perusahaan. Selain itu, pengungkapan terhadap IC perusahaan juga membantu dalam mengurangi asimetri informasi antara perusahaan dengan pengguna. Pengungkapan yang dilakukan perusahaan terhadap ICnya dapat meningkatkan kepercayaan investor sehingga memengaruhi pengambilan keputusan investasinya.

Arifah (2012) menyebutkan bahwa pengungkapan terhadap IC perusahaan penting bagi investor karena melalui pengungkapan tersebut investor dapat mengetahui berbagai aktivitas perusahaan, terutama pada perusahaan yang berada di lingkungan ekonomi yang intens berkompetisi secara global. Investor akan lebih mudah dalam memberi penilaian pada perusahaan mengenai tingkat efektifitas dari penggunaan sumber daya perusahaan.


(19)

4

Di Indonesia, pengungkapan terhadap IC masih dilakukan secara sukarela (voluntary disclosure). Oleh karena itu pengungkapan item-item IC masih cukup terbatas. Intellectual capital mulai mendapatkan perhatian dari pihak-pihak yang berkepentingan setelah pemerintah mengeluarkan peraturan IAS 38 atau PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi keuangan) pasal 19. PSAK pasal 19 tersebut telah mengalami beberapa kali perubahan.

Saat ini di Indonesia telah diterapkan PSAK pasal 19 (revisi 2009) tentang aset tak berwujud. Dalam PSAK pasal 19 tersebut, dijelaskan tentang perlakuan dan pengungkapan terhadap aset tak berwujud. Akan tetapi didalam PSAK tersebut belum dijelaskan item-item apa saja yang wajib diungkapkan sehingga pengungkapan masih bersifat voluntary.

Berdasarkan peneltian yang dilakukan Utama dan Khafid (2015), rata-rata pengungkapan IC di Indonesia masih rendah yaitu sebesar 36,38% dari total 64 item intellectual capital. Hal ini disebabkan belum adanya peraturan yang mengatur item-item intangible asset apa saja yang harus dilaporkan dalam laporan keuangan.

Pengungkapan terhadap IC perusahaan perlu dilakukan guna menghindari penilaian buruk investor terhadap perusahaan. Pengungkapan ini mengindikasikan bahwa perusahaan saat ini telah berinvestasi pada modal intelektual (Intellectual Capital) yang diharapkan dapat mendatangkan manfaat ekonomi dimasa mendatang baik bagi pihak perusahaan maupun pihak eksternal. Cahya (2013) menyatakan bahwa di Indonesia perusahaan melakukan pengungkapan IC untuk


(20)

meningkatkan akuntabilitas perusahaan dan kesadaran perusahaan akan transparansi dan pengungkapan. Akuntabilitas perusahaan dapat ditingkatkan dengan meningkatkan tanggung jawab terhadap stakeholders.

Penelitian ini dilakukan untuk menguji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap intellectual capital disclosure. Mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya peneliti mengambil variabel independen kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, tingkat modal intelektual, dan ukuran perusahaan. Sampel dalam penelitian ini diambil dari seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014 sampai 2015.

Kepemilikan manajerial merupakan proporsi kepemilikan saham perusahaan oleh pihak manajer (Utama dan Khafid, 2015). Manajer akan cenderung terlibat dalam aktivitas penciptaan nilai yang dapat meningkatkan keunggulan kompetitif jangka panjang bagi perusahaan karena mereka merasa memiliki tanggung jawab terhadap perusahaan tersebut. Aisyah dan Sudarno (2014) serta Mahardika et al. (2014) menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari kepemilikan manajerial terhadap intellectual capital disclosure. Namun hasil penelitian yang dilakukan oleh Utama dan Khafid (2015) serta Bathia dan Agarwal (2015) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap intellectual capital disclosure.

Kepemilikan Institusional merupakan proporsi kepemilikan saham perusahaan oleh institusi (Utama dan Khafid, 2015). Menurut Sudarno dan Nurrahman (2013), kepemilikan institusional dapat meningkatkan pengawasan


(21)

6

oleh pihak luar terhadap aktivitas bisnis yang dilakukan oleh perusahaan. Oleh sebab itu perusahaan dengan kepemilikan institusional tinggi akan terdorong untuk melaporkan kegiatan bisnisnya secara lebih luas dan transparan. Aisyah dan Sudarno (2014) menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap intellectual capital disclosure. Akan tetapi hasil penelitian tersebut tidak sejalan dengan hasil penelitian Utama dan Khafid (2015) yang menyatakan bahwa

intellectual capital disclosure berpengaruh signifikan terhadap intellectual capital disclosure.

Kepemilikan asing menunjukkan proporsi kepemilikan saham perusahaan oleh pihak asing (Utama dan Khafid, 2015). Menurut Aisyah dan Sudarno (2014) kepemilikan asing menuntut standar corporate yang tinggi sehingga dapat menjadi monitor yang efektif bagi manajer dalam pasar yang sedang tumbuh. Investor asing biasanya lebih menunjukkan dukungannya terhadap aktivitas yang mendukung penciptaan nilai bagi perusahaan. Aisyah dan Sudarno (2014) menyatakan bahwa kepemilikan asing berpengaruh signifikan positif terhadap

intellectual capital disclosure. Namun hasil penelitian tersebut berlawanan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mahardika et al. (2014) serta Utama dan Khafid (2015).

Tingkat modal intelektual menggambarkan jumlah modal intelektual yang dimiliki oleh perusahaan (Utama dan Khafid, 2015). Perusahaan dengan kinerja

yang baik selalu mengirimkan sinyal positif ke pasar (Ferreira et al., 2012). Sinyal positif tersebut, diharapkan dapat meningkatkan nilai serta reputasi


(22)

perusahaan dimata stakeholder. Penelitian Ferreira et al. (2012) menunjukkan bahwa variabel tingkat modal intelektual tidak berpengaruh terhadap intellectual capital disclosure. Namun hasil tersebut tidak didukung oleh Utama dan Khafid (2015).

Ukuran perusahaan menggambarkan besar atau kecilnya suatu perusahaan (Haryanto dan Kurniawan, 2014). Perusahaan yang besar memiliki tanggung jawab yang lebih besar pula dalam menyampaikan atau melaporkan laporan keuangannya kepada stakeholders sebagai bentuk keterbukaan informasi dan pertanggung jawaban manajemen dalam rangka menciptakan nilai tambah bagi perusahaan. Oleh karena itu perusahaan besar akan mengungkapkan informasinya secara lebih luas. Penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Ferreira et al.

(2012), Kateb (2014), serta Astuti dan Wirama (2016) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap intellectual capital disclosure.

Selain kelima variabel independen tersebut, terdapat pula dua variabel kontrol dalam penelitian ini yang disinyalir turut berpengaruh terhadap

intellectual capital disclosure yaitu profitabilitas dan leverage. Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Profitabilitas diukur dengan Return on Asset (ROA). Profitabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam mengelola atau memanfaatkan aset yang dimilikinya baik begitu pula sebaliknya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Utama dan Khafid (2015) menunjukkan bahwa variable profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap intellectual capital disclosure. Namun hasil yang berbeda


(23)

8

ditunjukkan oleh penelitian Taliyang et al. (2011) serta Stephani dan Yuyetta (2011) yang menunjukkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap

intellectual capital disclosure.

Leverage merupakan pengukur besarnya aset yang dibiayai oleh hutang. Rasio leverage merupakan proporsi total utang terhadap total aset perusahaan. Rasio ini digunakan untuk memberikan gambaran mengenai keadaan perusahaan (Stephani dan Yuyetta, 2011). Utama dan Khafid (2015) menyatakan bahwa

leverage berpengaruh signifikan terhadap intellectual capital disclosure. Akan tetapi, hasil penelitian yang dilakukan oleh Taliyang et al. (2011) menyatakan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap intellectual capital disclosure.

Berdasarkan ulasan tersebut, maka dilakukan penelitian dengan judul

Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Intellectual Capital Disclosure”. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Utama dan Khafid (2015) yang meneliti pengaruh variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, kepemilikan pemerintah, tingkat modal intelektual, profitabilitas dan leverage terhadap luas pengungkapan modal intelektual. Kontribusi yang diberikan dalam peneltian ini yaitu dengan menambah variabel serta mengganti sampel dan periode penelitihan. Variabel yang ditambahkan adalah variabel independen yaitu ukuran perusahaan.


(24)

B. Batasan Masalah

Beberapa penelitian terkait intellectual capital disclosure (ICD) telah dilakukan. Akan tetapi masih terdapat hasil yang tidak konsisten. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan kembali untuk memperoleh hasil yang konsisten. Namun variabel dalam penelitian hanya dibatasi oleh beberapa variabel independen yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, tingkat modal intelektual, dan ukuran perusahaan serta variabel kontrol profitabilitas dan

leverage. Selain itu sampel dalam penelitian ini juga terbatas pada periode penelitian yang hanya meneliti selama dua periode yaitu 2014 sampai 2015.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka dapat ditarik beberapa permasalahan dalam penelitian ini antara lain:

1. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap Intellectual Capital Disclosure?

2. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap Intellectual Capital Disclosure?

3. Apakah kepemilikan asing berpengaruh terhadap Intellectual Capital Disclosure?

4. Apakah tingkat modal intelektual berpengaruh terhadap Intellectual Capital Disclosure?


(25)

10

5. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap Intellectual Capital Disclosure?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan memeroleh bukti empiris tentang:

1. Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap Intellectual Capital Disclosure. 2. Pengaruh kepemilikan institusional terhadap Intellectual Capital Disclosure. 3. Pengaruh kepemilikan asing terhadap Intellectual Capital Disclosure. 4. Pengaruh tingkat modal intelektual terhadap Intellectual Capital Disclosure. 5. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap Intellectual Capital Disclosure.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan antara lain:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai

intellectual capital disclosure (ICD) serta memberikan kontribusi dalam menambah pengetahuan di bidang akuntansi keuangan mengenai ICD.


(26)

2. Manfaat Praktis

Memberikan tambahan bukti empiris pada literatur akuntansi, terutama memberikan pengetahuan kepada manajer bahwa variabel Independen kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, tingkat modal intelektual dan ukuran perusahaan serta variabel kontrol profitabilitas dan leverage berpengaruh terhadap ICD sehingga dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan modal intelektual. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi stakeholder dalam pembuatan keputusan investasi.


(27)

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Teori Agency

Dalam suatu kontrak kerja, terdapat suatu pemisah atau konflik yang melibatkan pihak pemilik modal (principal) dengan pihak menajer (agent) selaku pelaksana fungsi pengelolaan. Konflik keagenan terjadi ketika pemegang saham tidak mampu memastikan apakah manajer bertindak untuk kepentingan mereka (Andika, 2014). Menurut Utama dan Khafid (2015) konflik keagenan terjadi karena adanya asimetri informasi dimana pihak agent

lebih paham dengan kondisi internal perusahaan yang dikelolanya dibandingkan dengan pihak principal yang memiliki keterbatasan informasi.

Sebagai konsekuensi dari konflik yang melibatkan kedua pihak ini, maka akan timbul biaya agensi. Untuk mengurangi biaya tersebut maka perusahaan melakukan pengungkapan terhadap IC yang dimilikinya karena ketika perusahaan melakukan pengungkapan maka pihak principal akan memperoleh informasi mengenai kondisi internal perusahaan sehingga tidak terjadi konflik yang disebabkan karena perbedaan fungsi pengelolaan (manajer) dengan fungsi kepemilikan dan kontrol perusahaan (principal). Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikeluarkan oleh Stephani dan Yuyetta


(28)

(2011) yang menyatakan bahwa agen (manajer) akan termotivasi untuk menyediakan pengungkapan yang lebih banyak untuk mengurangi biaya

agency.

2. Teori Legitimasi

Teori legitimasi merupakan suatu gagasan tentang kontrak sosial antara perusahaan dengan masyarakat. Teori Legitimasi menyatakan bahwa organisasi harus secara terus menerus mencoba untuk meyakinkan bahwa mereka melakukan kegiatan sesuai dengan batasan dan norma-norma masyarakat (Rustiarini, 2010). Menurut Rosiana et al. (2013) perusahaan harus melaksanakan dan mengungkapkan aktivitas CSR semaksimal mungkin agar aktivitas perusahaan dapat diterima oleh masyarakat. Caranya adalah dengan mengadakan kegiatan sosial yang dilakukan oleh perusahaan kepada masyarakat di sekitar kegiatan operasional perusahaan.

Ketika perusahaan mengabaikan tanggung jawab sosialnya terhadap masyarakat maka perusahaan telah dianggap gagal dalam memenuhi harapan masyarakat yang akan berdampak pada hilangnya legitimasi serta dukungan masyarakat terhadap perusahaan. Pengungkapan informasi perusahaan termasuk ppengungkapan IC melalui annual report merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mengomunikasikan aktivitas yang telah dilakukan oleh perusahaan. Melalui aktivitas ini


(29)

14

masyarakat diharapkan dapat memberikan kepercayaan atau legitimasi kepada perusahaan.

Menurut Suhardjanto dan Wardhani (2010) perusahaan tidak dapat

melegitimasi status mereka hanya lewat “hard” asset yang diakui sebagai

simbol kesuksesan tradisional perusahaan sehingga perusahaan sehingga mereka melaporkan intangible asset mereka.

3. Teori Stakeholder

Teori stakeholder menekankan bahwa organisasi akan lebih memilih untuk secara sukarela (voluntary) mengungkapkan informasi tentang kinerja lingkungan, sosial dan intelektualnya, melebihi kewajibanya, untuk memenuhi ekspektasi sesungguhnya atau yang diakui oleh stakeholder (Rafinda et al., 2011).

Stakeholder sebagai pemegang kendali memberikian wewenang kepada manajer untuk mengelola serta melaporkan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan secara efisien dan efektif sehingga dapat menciptakan nilai bagi perusahaan. Ketika nilai yang dimiliki oleh perusahaan tinggi maka reputasi perusahaan tersebut akan naik sehingga akan menigkatkan kepercayaan stakeholder selaku pemberi wewenang manajer. Selain hal tersebut, stakeholder juga memiliki hak atas informasi potensi serta aktivitas perusahaan (Stephani dan Yuyetta, 2011).


(30)

Andika (2014) menyatakan bahwa teori stakeholder lebih mempertimbangkan posisi dari para stakeholder perusahaan yang terdiri dari pemegang saham, kreditur, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis dan pihak lainyang dianggap powerfull.

4. Intellectual Capital

Intellectual capital merupakan sumber daya intelektual dan pengetahuan dalam sebuah organisasi. Intellectual capital meliputi sumber daya yang dimiliki perusahaan pada saat itu maupun cara untuk mengelola dan interaksi sumber daya tersebut dengan sumber daya lain baik secara intelektual dan secara fisik guna mencapai tujuan organisasi (Ricceri dalam Sirait dan Siregar, 2012).

Beberapa penelitian terkait IC telah menyebabkan timbulnya berbagai definisi yang menjelaskan tentang IC. Aisyah dan Sudarno (2014) mendefinisikan IC sebagai salah satu bentuk intangible asset berupa pengetahuan, teknologi, serta jaringan informasi dari suatu organisasi.

Adapun Hunter et al. dalam Chahal dan Bakhsi (2016) mendefinisikan IC sebagai berikut:

“Intellectual capital is conceptualized as intangible resources that generate value for an organization.”

Berdasarkan beberapa definisi tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa IC merupakan salah satu bentuk intangible asset atau aset tak berwujud berupa pengetahuan serta teknologi yang dimiliki oleh perusahaan.


(31)

16

Intellectual capital terdiri atas beberapa komponen dimana komponen-komponen tersebut akan dijadikan dasar oleh perusahaan dalam menentukan strateginya. Dengan memahami komponen-komponen tersebut, perusahaan diharapkan dapat meningkatkan nilai serta daya saingnya apabila dibandingkan dengan perusahaan lain (Setianto, 2014).

Terdapat beberapa versi terkait komponen-komponen dalam IC. Bruggen et al. dalam Setianto (2014) mengklasifikasikan IC kedalam tiga kategori, meliputi:

a. Human Capital

Modal manusia berkaitan dengan tacit knowledge yang melekat di dalam pikiran (mind) para karyawan perusahaan.

b. Structural Capital

Modal struktural berkaitan dengan rutinitas organisasional perusahaan dalam bisnis.

c. Relational Capital

Modal relasional berkaitan dengan knowledge yang melekat dalam hubungan yang mapan dengan lingkungan eksternal.

5. Intellectual Capital Disclosure

Pengungkapan IC dilakukan guna menambah nilai serta reputasi perusahaan dimata stakeholder. Hal ini dapat terjadi karena pengungkapan tersebut mengindikasikan bahwa mereka telah berinvestasi dalam bentuk IC,


(32)

sehingga perusahaan dinilai akan menghasilkan laba yang cukup besar dimasa mendatang.

Selain itu, pengungkapan terhadap IC juga dapat membantu dalam mengurang asimetri informasi antara perusahaan dengan pengguna. Menurut Utama dan Khafid (2015), berkurangnya asimetri informasi dapat meningkatkan kepercayaan investor serta loyalitas karyawan. Melalui pengungkapan IC, perusahaan dapat terhidar dari rumor maupun gosip yang tidak menguntungkan bagi perusahaan (Setianto, 2014).

6. Faktor-faktor yang Memengaruhi Intellectual Capital Disclosure

Penelitian ini menguji pengaruh variabel independen kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, tingkat modal intelektual, dan ukuran perusahaan serta variabel kontrol profitabilitas dan

leverage terhadap intellectual capital disclosure pada seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2015.

a. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial menunjukkan proporsi kepemilikan saham perusahaan oleh pihak manajer (Utama dan Khafid, 2015). Manajer akan cenderung terlibat dalam aktivitas penciptaan nilai yang dapat meningkatkan keunggulan kompetitif jangka panjang bagi perusahaan karena mereka merasa memiliki tanggung jawab terhadap perusahaan tersebut. Menurut Gunawan dan Sulistyaningsih (2016) tanggung jawab


(33)

18

manajemen terkait dengan kelangsungan perusahaan dan sebagai pemegang saham disajikan dalam bentuk pengungkapan pada laporan keuangan.

Menurut Utama dan Khafid (2015) kepemilikan manajerial yang tinggi dapat mengurangi konflik antara principal dan agen karena dengan demikian manajer akan berusaha untuk mengurangi tindakan oportunistiknya guna mencapai kepentingan yang sama dengan pemegang saham.

b. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional menunjukkan proporsi kepemilikan saham perusahaan oleh institusi (Utama dan Khafid, 2015). Sementara Fatmawati (2016) mendefinisikan kepemilikan institusional sebagai kepemilikan saham oleh institusi yang meliputi perusahaan investasi, bank, perusahaan asuransi maupun lembaga dan perusahaan lain. Fatmawati (2016) juga berpendapat bahwa kepemilikan institusional dapat meningkatkan pengawasan oleh pihak luar terhadap aktivitas bisnis yang dilakukan oleh perusahaan.

Sudarno dan Nurrahman (2013) menyatakan bahwa kepemilikan institusional yang besar dapat meningkatkan kontrol investor terhadap perusahaan. Oleh karena itu kepemilikan saham institusional dapat menjadi salah satu alasan dilakukannya pengungkapan.


(34)

c. Kepemilikan Asing

Kepemilikan asing menunjukkan proporsi kepemilikan saham perusahaan oleh pihak asing (Utama dan Khafid, 2015). Dalam Undang-undang No. 25 Tahun 2007 pasal 1 angka 6 dinyatakan bahwa kepemilikan asing adalah perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, dan pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah Republik Indonesia.

Aisyah dan Sudarno (2014) menyatakan bahwa investor asing membawa teknik manajemen baru, mekanisme corporate governance

serta teknologi informasi yang tinggi. Aisyah dan Sudarno (2014) juga mengungkapkan bahwa kepemilikan asing menuntut standar corporate

yang tinggi sehingga dapat menjadi monitor yang efektif bagi manajer dalam pasar yang sedang tumbuh. Selain itu, investor asing biasanya juga lebih menunjukkan dukungannya terhadap aktivitas yang mendukung penciptaan nilai bagi perusahaan.

d. Tingkat Modal Intelektual

Tingkat modal intelektual merupakan jumlah modal intelektual yang dimiliki oleh perusahaan (Utama dan Khafid, 2015). Tingkat modal


(35)

20

atau pemanfaatan aset berwujud dan aset tidak berwujud dalam meningkatkan nilai perusahaan.

Perusahaan dengan kinerja yang baik selalu mengirimkan sinyal positif ke pasar (Ferreira et al., 2012). Sinyal positif yang dikirimkan oleh perusahaan mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki kinerja yang baik. Dengan dikirimkannya sinyal tersebut, diharapkan dapat meningkatkan nilai serta reputasi perusahaan dimata stakeholder.

e. Ukuran Perusahaan

Menurut Haryanto dan Kurniawan (2014), ukuran perusahaan menggambarkan besar atau kecilnya suatu perusahaan. Perusahaan berskala besar umumnya akan lebih dikenal oleh masyarakat dan informasi mengenai perusahaan berskala besar lebih mudah dicari dibandingkan perusahaan kecil. Hal tersebut sejalan dengan teori keagenan.

Dalam teori keagenan dijelaskan bahwa semakin besar suatu perusahaan maka semakin besar pula biaya keagenan yang timbul. Perusahaan yang besar memiliki tanggung jawab yang lebih besar pula dalam menyampaikan atau melaporkan laporan keuangannya kepada

stakeholders sebagai bentuk keterbukaan informasi dan pertanggung jawaban manajemen dalam rangka menciptakan nilai tambah bagi perusahaan.


(36)

B. Penurunan Hipotesis

1. Kepemilikan Manajerial dan Intellectual Capital Disclosure

Kepemilikan manajerial merupakan kondisi yang menunjukkan bahwa selain bertindak sebagai pengelola, manajer juga bertindak sebagai pemilik atau pemegang saham perusahaan (Rustiarini, 2010). Adanya kepemilikan saham manjerial dalam suatu perusahaan akan mendorong berkurangnya konflik yang terjadi antara principal dan agen (Utama dan Khafid, 2015). Dengan kata lain kepemilikan manajerial akan mendorong manajer untuk mengurangi tindakan oportunistiknya guna mencapai kepentingan yang sama dengan pemegang saham yaitu memaksimalkan nilai perusahaan. Sehingga manajer akan bertindak sesuai dengan yang diharapkan oleh pemegang saham dan manajer akan berusaha untuk menyelaraskan kepentingannya sebagai manajer dengan kepentingannya sebagai pemegang saham.

Namun hal ini hanya dapat terjadi apabila manajer bertindak sebagai investor minoritas. Menurut Utama dan Khafid (2015) ketika kepemilikan manajerial dalam perusahaan terlalu tinggi atau manajer berperan sebagai investor mayoritas, justru luas pengungkapan informasi perusahaan termasuk IC cenderung rendah. Hal ini dikarenakan manajer akan bertindak berdasarkan keinginanya. Manajer merasa memiliki informasi yang banyak tentang kondisi perusahaan secara lebih rinci sehingga tidak tergantung pada informasi yang diungkapkan pada annual report.


(37)

22

Mahardika et al. (2014) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap intellectual capital disclosure. Namun Aisyah dan Sudarno (2014), Utama dan Khafid (2015), serta Batia dan Agarwal (2015), menemukan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap modal intelektual pada perusahaan. Semakin rendah tingkat kepemilikan manajerial maka semakin luas pengungkapan intellectual capitalnya. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat diturunkan hipotesis pertama yaitu:

H1: Kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan negatif terhadap

intellectual capital disclosure.

2. Kepemilikan Institusional dan Intellectual Capital Disclosure

Menurut Gunawan dan Wantoro (2014) kepemilikan institusional yang tinggi akan mendorong aktivitas monitoring. Hal ini disebabkan karena besarnya pengaruh institusi dalam kebijakan manajemen. Selain itu keberadaan kepemilikan institusional akan menyebabkan mekanisme monitoring dalam pengambilan keputusan oleh manajer menjadi lebih efektif. Menurut Sudarno dan Nurrahman (2013) kepemilikan institusional yang besar dapat meningkatkan kontrol investor terhadap perusahaan. Oleh karena itu kepemilikan saham institusional dapat menjadi salah satu alasan dilakukannya pengungkapan. Perusahaan dengan kepemilikan institusional yang tinggi akan termotivasi untuk mengomunikasikan informasi mengenai perusahaan secara lebih lengkap dan transparan karena investor institusional


(38)

dianggap memiliki power dan experience serta bertanggungjawab dalam menerapkan prinsip corporate governance guna melindungi kepentingan pemegang saham (Maulidra, 2015). Pernyataan ini didukung oleh Aisyah dan Sudarno (2014) yang menyatakan bahwa semakin tinggi kepemilikan institusional perusahaan maka semakin luas pengungkapan intelektualnya karena manajer akan termotivasi untuk mengungkapkan modal intelektual guna memberikan sinyal positif kepada investor sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.

Aisyah dan Sudarno (2014) menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap pengungkapan modal intelektual. akan tetapi hipotesis ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Utama dan Khafid (2015) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh signifikan positif terhadap pengungkapan modal intelektual. Semakin besar kepemilikan institusional dalam perusahaan maka semakin luas pula pengungkapan IC yang dilakukan. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat diturunkan hipotesis kedua yaitu:

H2: Kepemilikan institusional berpengaruh signifikan positif terhadap

intellectual capital disclosure.

3. Kepemilikan Asing dan Intellectual Capital Disclosure

Menurut Rustiarini (2010) kepemilikan asing merupakan pihak yang dianggap concern terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.


(39)

24

Sedangkan menurut Putri (2011) kepemilikan asing dalam sebuah perusahaan merupakan monitor efektif bagi manajer dalam pasar yang sedang tumbuh. Hal ini disebabkan kepemilikan asing meminta standar corporate governance

yang tinggi.

Di Eropa isu sosial seperti hak asasi manusia, pendidikan, tenaga kerja, dan lingkungan seperti efek rumah kaca, pembalakan liar, serta pencemaran air sangatlah diperhatikan. Hal ini menjadikan perusahaan multinasional mulai mengubah perilaku mereka dalam beroperasi demi menjaga legitimasi dan reputasi perusahaan (Fauzi, 2006).

Menurut Utama dan Khafid (2015) kepemilikan asing yang tinggi dalam sebuah perusahaan bukan merupakan sebuah jaminan bahwa perusahaan tersebut melakukan pengungkapan modal intelektual yang lebih luas. Perusahaan dengan kepemilikan asing yang tinggi cenderung melaporkan informasi mengenai perusahaannya secara terbatas karena perusahaan merasa bahwa tanpa dilakukannya pengungkapan mereka sudah mendapatkan kepercayaan dari investor asing. Sementara perusahaan dengan kepemilikan asing yang rendah justru akan melakukan pengungkapan secara lebih luas terlebih mengenai isu sosial guna meningkatkan nilai serta reputasi mereka dihadapan investor asing. Melalui pengungkapan yang lebih luas perusahaan dapat memperoleh kepercayaan dari investor asing.

Penelitian Aisyah dan Sudarno (2014) menemukan bahwa kepemilikan asing berpengaruh terhadap intellectual capital disclosure. Hasil


(40)

tersebut berbeda dengan penelitian Utama dan Khafid (2015) yang menyatakan bahwa kepemilikan asing tidak berpengaruh terhadap intellectual capital disclosure. Sehingga semakin rendah tingkat kepemilikan asing maka semakin luas pengungkapan modal intelektual. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat diturunkan hipotesis ketiga yaitu:

H3: Kepemilikan asing berpengaruh signifikan negatif terhadap intellectual capital disclosure.

4. Tingkat Modal Intelektual dan Intellectual Capital Disclosure

Menurut Utama dan Khafid (2015), tingkat modal intelektual merupakan efisiensi pendayagunaan aset berwujud dan tidak berwujud dalam proses penciptaan nilai perusahaan. Berdasarkan teori sinyal, perusahaan akan berupaya untuk mengirimkan sinyal positif kepada investor. Sinyal tersebut diberikan dalam upaya untuk meningkatkan kredibilitas perusahaan di mata publik. Oleh karena itu perusahaan dengan tingkat modal intelektual tinggi akan termotivasi untuk melakukan pengungkapan yang lebih dibanding perusahaan dengan tingkat modal intelektual yang rendah (Ferreira et al., 2012).

Ferreira et al. (2012) menemukan bahwa tingkat modal intelektual tidak mempengaruhi intellectual capital disclosure. Akan tetapi, hipotesis ini didukung oleh penelitian Utama dan Khafid (2015) yang menunjukan bahwa tingkat modal intelektual berpengaruh terhadap luas pengungkapan modal


(41)

26

intelektual. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat diturunkan hipotesis keempat yaitu:

H4: Tingkat modal intelektual berpengaruh signifikan positif terhadap

intellectual capital disclosure.

5. Ukuran Perusahaan dan Intellectual Capital Disclosure

Ukuran perusahaan mengindikasikan kinerja perusahaan. Ukuran perusahaan diukur dengan besarnya logaritma natural dari total aset yang dimiliki perusahaan. Aset yang besar dapat dimanfaatkan untuk memenuhi biaya operasional dan investasi perusahaan (Priyanti, 2015). Semakin besar aset yang dimiliki perusahaan maka semakin tinggi pengungkapan IC yang dilakukan karena perusahaan sedang berupaya untuk menunjukkan kinerjanya guna meningkatkan nilai dan reputasinya dihadapan investor.

Perusahaan berskala besar cenderung akan lebih termotivasi untuk mengungkapkan informasi mengenai perusahaan dibandingkan dengan perusahaan berskala kecil. Hal tersebut dilakukan guna mengurangi agency conflict. Pada perusahaan besar, agency conflict seringkali terjadi karena banyaknya shareholders (Stephani dan Yuyetta, 2011).

Hipotesis ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Stephani dan Yuyetta (2011), Ousama et al. (2012), Ferreira et al. (2012), dan Kateb (2014) yang menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan positif antara ukuran perusahaan dan intellectual capital disclosure. Semakin besar


(42)

ukuran perusahaan maka semakin luas pengungkapan modal intelektual. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat diturunkan hipotesis kelima yaitu:

H5: Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan positif terhadap intellectual capital disclosure.

C. Model Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menguji faktor-faktor yang memengaruhi

intellectual capital disclosure. Faktor-faktor tersebut terdiri atas lima variabel independen meliputi kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, tingkat modal intelektual dan ukuran perusahaan. Selain kelima variable independen tersebut, terdapat pula dua variabel kontrol yaitu profitabilitas dan leverage. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 2.1.


(43)

28

H1 (+)

H2 (+)

H3 (+)

H4 (+)

H5 (+)

Sumber: Dikembangkan oleh peneliti, 2017

GAMBAR 2.1. MODEL PENELITIAN Variabel Independen

Kepemilikan Manajerial Kepemilikan Institusional

Kepemilikan Asing

Tingkat Modal Intelektual Intellectual

Capital Disclosure

(ICD) Ukuran Perusahaan

Variabel Kontrol Profitabilitas


(44)

29

A. Obyek/Subyek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2014-2015. Sampel dalam penelitian ini yaitu populasi yang memenuhi kriteria berdasarkan teknik purposive sampling.

B. Jenis Data

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder sehingga data diperoleh secara langsung melalui laporan keuangan (annual report) perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2014-2015.

C. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu purposive sampling, dimana pengambilan sampel dilakukan atas pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu yang dipandang berkaitan dengan tujuan penelitian meliputi:

a. Perusahaan yang terdaftar di BEI selama periode penelitian 2014-2015. b. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan tahunan 2014-2015.


(45)

30

c. Perusahaan yang masuk kedalam kategori IC intensive.

d. Ketersediaan data untuk menghitung semua variabel penelitian.

e. Perusahaan dengan profitabilitas yang positif untuk periode 2014-2015

Perusahaan dengan intensif teknologi yang tinggi cenderung lebih banyak melakukan pengungkapan IC dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki intensif teknologi yang rendah.Woodcock dan Whiting (2009) mengategorikan beberapa perusahaan yang termasuk dalamIC intensive yaitu: perusahaan otomotif, kabel, elektronik, obat-obatan, kosmetik, real estate & properti, telekomunasi, bank,institusi keuangan, sekuritas, asuransi,penanaman modal, iklan & media, serta pelayanan komputer.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi, yaitu dengan mencari serta menelaah laporan keuangan tahunan (annual report) pada seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI pada periode 2014-2015 yang telah terpilih sebagai sampel penelitian. Data tersebut dapat diperoleh melalui situs web resmi BEI yaitu www.idx.co.id.


(46)

E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian adalah intellectual capital disclosure yang diukur dengan menggunakan indeks pengungkapan IC yang dikembangkan oleh Bukh et al.(2005) yang terdiri dari 78 item IC yang perlu diungkapkan. Ke-78 item tersebut digolongkan kedalam 6 kategori besar, antaralain adalah (1) Employees; (2) Customer; (3) IT; (4) Process; (5)

Research and development, dan(6) Strategic statements. Menurut Cahya (2013) indeks pengungkapan pada penelitian Bukh et al. (2005) mengacu pada kriteria penelitian yang digunakan dalam Indonesia Sustainability Reporting Awards (ISRA) dan Annual Reporting Awards (ARA), dimana penilaian ISRA mengacu pada penilaian dalam Global Reporting Intiative

(GRI) Sustainability Reporting Guidelines.

Item-item pengungkapan tersebut dapat ditemukan pada laporan tahunan perusahaan (annual report). Pengungkapan IC dilakukan dengan cara memberi skor sesuai dengan jumlah item yang diungkapkan dalam annual report. Skor 1 akan diberikan apabila ditemukan item pengungkapan IC sementara skor 0 diberikan apabila item tidak diungkapkan. Selanjutnya ICD

index diperoleh dengan membagi jumlah skor yang diungkapkan dengan total dari item pengungkapan.


(47)

32

Perhitungan ICD Index dapat dirumuskan sebagai berikut:

2. Variabel Independen

a. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial proporsi kepemilikan saham perusahaan oleh pihak manajer.

b. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional merupakan proporsi kepemilikan saham perusahaan oleh institusi.

c. Kepemilikan Asing

Kepemilikan asing merupakan proporsi kepemilikan saham perusahaan oleh pihak asing.


(48)

d. Tingkat Modal Intelektual

Tingkat modal intelektual menggambarkan jumlah modal intelektual yang dimiliki oleh perusahaan. Variabel ini diukur dengan rasio kapitalisasi pasar (market to book ratio) yaitu dengan membagi

market price dengan book value ekuitas. Kemudian, nilai market to book ratio yang diperoleh dikonversikan ke dalam bentuk logaritma natural. Dengan demikian, perumusan variabel ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

e. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan. Dalam penelitian ini ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan nilai logaritma natural dari total aset.

3. Variabel Kontrol a. Profitabilitas

Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.


(49)

34

b. Leverage

Leverage merupakan pengukur besarnya aktiva yang dibiayai oleh hutang.

F. Uji Kualitas Data 1. Statistik Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan deskripsi atau gambaran dari data terkait penelitian yang telah dilakukan. Analisis ini dilakukan dengan melihat nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai maksimum, dan nilai minimum (Setianto, 2014). Melalui analisis ini dapat dilihat gambaran tentang tingkat pengungkapan modal intelektual, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, tingkat modal intelektual, dan ukuran perusahaan serta variabel kontrol profitabilitas dan leverage ukuran perusahaan dilihat dari nilai rata-rata, standar deviasi, maksimum, dan minimum.

2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan sebelum pengujian hipotesis. Dimana untuk pengujian hipotesis, model regresi harus memenuhi syarat asumsi


(50)

klasik. Dalam penelitian ini, uji asumsi klasik yang dilakukan terdiri dari uji normalitas, multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas berguna untuk menguji data yang dikumpulkan dan diteliti dalam penelitian telah terdistribusi secara normal (Nazaruddin dan Basuki, 2016). Dalam penelitian ini digunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S) test untuk menguji normalitas data. Apabila nilai probabilitas signifikansi lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi secara normal.

b. Uji Multikolinieritas

Nazaruddin dan Basuki (2016) menyatakan bahwa uji multikolinieritas dilakukan untuk menguji apakah terdapat korelasi antar variabel independen dalam model regresi. Model regresi dikatakan baik apabila tidak terdapat korelasi antar variabel independen (Ghozali, 2011).

Multikolinieritas dapat dideteksi dengan melihat nilai tolerance atau nilai Variance Inflation Factors (VIF). Suatu model regresi dikatakan

bebes dari multikolinieritas jika memiliki nilai tolerance ≥ 0,01 atau sama dengan nilai VIF ≤ 10.maka telah terjadi multikolinieritas. Sebaliknya,

apabila suatu model regresi memiliki nilai tolerance ≤ 0,10 atau sama


(51)

36

c. Uji Heterokedastisitas

Uji Heterokedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat penyimpangan dari syarat-syarat asumsi klasik dalam model regresi. Model regresi harus memenuhi syarat bebas dari heteroskedastisitas (Nazaruddin dan Basuki, 2016). Pendeteksian heteroskedastisitas dalam penelitian ini adalah dengan melakukan uji gletser. Apabila nilai absolut residual terhadap variabel independen secara statistik signifikan maka dapat dikatakan bahwa terdapat indikasi terjadinya heteroskedastisitas. d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah terdapat penyimpangan asumsi klasik autokorelasi antara residual pengamatan satu dengan yang lain dalam suatu model regresi. Apabila terjadi korelasi maka ada masalah autokorelasi, padahal penelitian yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Santoso, 2010).

Pengujian terhadap keberadaan autokorelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Durbin-Watson (uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Angka D-W dibawah – 2 berarti ada autokorelasi positif.

2) Angka D-W diantara – 2 sampai + 2, berarti tidak ada autokorelasi. 3) Angka D-W diatas + 2 berarti ada autokorelasi negatif.


(52)

G. Uji Hipotesis dan Analisis Data

Alat pengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda yang digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen. Sementara pengolahan data dilakukan menggunakan software IBM Statistical Package for Social Science (SPSS)

Statistic Version 23.0. Berikut model regresi dalam penelitian ini:

Keterangan :

ICD : Intellectual Capital Disclosure

α :Konstanta

β1 –β8 :Koefisien regresi

MANOWN : Kepemilikan manajerial perusahaan INSOWN : Kepemilikan institusional perusahaan FOROWN : Kepemilikan asing perusahaan ICL : Tingkat modal intelektual

SIZE : Ukuran Perusahaan

PROF : Profitabilitas LEV : Leverage ε : error

ICD = + 1 IND + 2 MANOWN + 3 INSOWN + 4 FOROWN + 5 ICL + 6 SIZE + 7 PROF + 8 LEV + ε


(53)

38

1. Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)

Koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi perubahan variabel dependen (Nazaruddin dan Basuki, 2016). Menurut Ghozali (2011) nilai koefisien determinasi berada diantara 0 dan 1. Apabila nilai R² kecil maka kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel sangat kecil, begitu pula sebaliknya.Variabel independen dikatakan memberikan seluruh informasi yang dibutuhkan dalam memprediksi variasi variabel independen.

2. Uji Parsial (Uji Statistik T)

Uji statistik T digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini, uji T dilaukan dengan menggunakan significance level 0,05 (α=5%). Hipotesis

diterima apabila sig < alpha 0,05 yang berarti secara parsial variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Sementara hipotesis ditolak apabila nilai sig > alpha 0,05 yang berarti secara parsial variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen (Nazaruddin dan Basuki, 2016).


(54)

39

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

Sampel dalam penelitian ini yaitu seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2014-2015. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dengan beberapa kriteria yang telah dicantumkan pada bab III. Jumlah keseluruhan sampel dalam penelitian ini adalah 92 sampel. Berikut ringkasan dari hasil pengambilan sampel yang ditunjukkan pada Tabel 4.1.

TABEL 4.1.

RINGKASAN HASIL PENGAMBILAN SAMPEL

No Keterangan Jumlah

1 Seluruh Perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2014-2015 1074 2 Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan

tahunan periode 2014-2015 1026

3 Perusahaan yang tidak termasuk kedalam kategori IC

Intensive periode 2014-2015 (464)

4 Perusahaan dengan data yang tidak lengkap periode untuk

2014-2015 (452)

5 Perusahaan dengan profitabilitas yang negatif untuk periode

2014-2015 (18)

6 Total sampel 92


(55)

40

B. Uji Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif menjelaskan tentang nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata dan standar deviasi dari variabel-variabel penelitian yang disajikan pada Tabel 4.2.

TABEL 4.2.

STATISTIK DESKRIPTIF

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

ICD 92 ,103 ,526 ,28342 ,107307

MANOWN 92 ,001 ,584 ,04611 ,109215

INSOWN 92 ,001 ,966 ,33904 ,264236

FOROWN 92 ,001 ,967 ,26837 ,260476

ICL 92 ,500 148,5 7,3 1,350538

SIZE 92 268877 910063409 10288572 2,014115

PROF 92 ,001 3,035 ,18751 ,535298

LEV 92 ,001 ,930 ,51572 ,262424

Valid N (listwise) 92

Sumber: Hasil olah data, 2017

Hasil uji statistik deskriptif pada Tabel 4.2 memerlihatkan bahwa banyaknya sampel dalam penelitian ini berjumlah 92 data dengan analisis deskriptif sebagai berikut:

1. Intellectual Capital Disclosure

Variabel ICD memiliki nilai minimum 0,103; nilai maksimum 0,526; nilai rata-rata sebesar 0,28342 dan standar deviasi sebesar 0,107307. Nilai minimum 0,103 menandakan bahwa perusahaan yang paling sedikit melakukan pengungkapan terhadap modal intelektualnya


(56)

memiliki indeks ICD sebesar 0,103; dan perusahaan yang paling banyak melakukan pengungkapan terhadap modal intelektualnya memiliki indeks ICD sebesar 0,526.

2. Kepemilikan Manajerial

Variabel kepemilikan manjerial memiliki nilai minimum 0,001; nilai maksimum 0,584; nilai rata-rata sebesar 0,04611; dan standar deviasi sebesar 0,109215. Nilai minimum sebesar 0,001 menandakan bahwa perusahaan yang memiliki kepemilikan saham manajerial paling sedikit sebesar 0,1% dan kepemilikan saham manajerial paling banyak sebesar 58,4 %.

3. Kepemilikan Institusional

Variabel kepemilikan institusional memiliki nilai minimum 0,001; nilai maksimum 0,966; nilai rata-rata sebesar 0,33904; dan standar deviasi sebesar 0,264236. Nilai minimum sebesar 0,001 menandakan bahwa perusahaan yang memiliki kepemilikan saham institusional paling sedikit sebesar 0,1% dan kepemilikan saham institusional paling banyak sebesar 96,6 %.

4. Kepemilikan Asing

Variabel kepemilikan asing memiliki nilai minimum 0,001; nilai maksimum 0,967; nilai rata-rata sebesar 0,26837; dan standar deviasi


(57)

42

sebesar 0,260476. Nilai minimum sebesar 0,001 menandakan bahwa perusahaan yang memiliki kepemilikan saham asing paling sedikit sebesar 0,1% dan kepemilikan saham asing paling banyak sebesar 96,7 %.

5. Tingkat Modal Intelektual

Variabel tingkat modal intelektual memiliki nilai minimum 0,5; nilai maksimum 148,5; nilai rata-rata sebesar 7,3; dan standar deviasi sebesar 1,350538. Nilai minimum sebesar 0,5 menandakan bahwa saham dari perusahaan yang memiliki tingkat modal intelektual paling rendah diperdagangkan pada harga 0,5 kali dan paling tinggi sebesar 148,5 kali.

6. Ukuran Perusahaan

Variabel Ukuran Perusahaan memiliki nilai minimum (dalam jutaan) sebesar Rp 268.877,-; nilai maksimum Rp 910.063.409,-; nilai rata-rata sebesar Rp10.288.572,-; dan nilai standar deviasi sebesar 2,014115. Nilai minimum sebesar Rp 268.877,- menunjukkan bahwa perusahaan dengan ukuran terkecil memiliki total aset sebesar Rp 268.877,-; dan nilai maksimum Rp 910.063.409,- menunjukkan bahwa perusahaan dengan ukuran terbesar memiliki total aset sebesar Rp 910.063.409,-.


(58)

7. Profitabilitas

Variabel profitabilitas memiliki nilai minimum sebesar 0,001; nilai maksimum 3,035; nilai rata-rata 0,18751; dan nilai standar deviasi sebesar 0,535298. Hal tersebut menunjukkan bahwa rasio profitabilitas perusahaan yang diukur menggunakan ROA memiliki nilai rasio profitabilitas terendah sebesar 0,1% dan nilai rasio profitabilitas tertinggi sebesar 30,35%.

8. Leverage

Variabel Leverage memiliki nilai minimum sebesar 0,001; nilai maksimum 0,930; nilai rata-rata 0,51572; dan nilai standar deviasi sebesar

0,262424. Hal tersebut menunjukkan bahwa rasio leverage perusahaan

yang diukur menggunakan DAR memiliki nilai rasio leverage terendah sebesar 0,1% dan nilai rasio leverage tertinggi sebesar 93%.


(59)

44

C. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas

Hasil pengujian normalitas dapat dilihat pada tabel 4.3.

TABEL 4.3.

HASIL UJI NORMALITAS One-SampleKolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 92

Normal Parameters Mean ,0000000

Std. Deviation ,07686351

Most Extreme Differences

Absolute ,083

Positive ,083

Negative -,052

Test Statistic ,083

Asymp. Sig. (2-tailed) ,145

Sumber: Hasil olah data, 2017

Tabel 4.3. menunjukkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) yang diperoleh melalui uji One -Sample Kolmogorof Smirnov (KS) sebesar 0,145 > α (0,05).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini berdistribusi normal.


(60)

2. Uji Multikolinieritas

Hasil pengujian multikolinieritas dapat dilihat pada Tabel 4.7.

TABEL 4.4.

HASIL UJI MULTIKOLINIERITAS

Sumber: Hasil olah data, 2017

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa nilai Tolerance dari seluruh variabel > 0,01 sementara nilai VIF dari seluruh variabel independen < 10. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa seluruh variabel dalam penelitian ini terbebas dari multikolinieritas.

Model Variabel Independen Colinearity Statistics Kesimpulan

Tolerance VIF

1 MANOWN 0,887 1,127 Non Multikolinieritas

INSOWN 0,620 1,613 Non Multikolinieritas

FOROWN 0,626 1,596 Non Multikolinieritas

ICL 0,701 1,427 Non Multikolinieritas

SIZE 0,438 2,285 Non Multikolinieritas

PROF 0,770 1,298 Non Multikolinieritas


(61)

46

3. Uji Heteroskedastisitas

Hasil pengujian heteroskedastisitas dapat dilihat pada Tabel 4.5. TABEL 4.5.

HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS

Model Variabel

Independen Sig. Kesimpulan

1 MANOWN 0,194 Non Heteroskedastisitas

INSOWN 0,245 Non Heteroskedastisitas

FOROWN 0,555 Non Heteroskedastisitas

ICL 0,593 Non Heteroskedastisitas

SIZE 0,650 Non Heteroskedastisitas

PROF 0,546 Non Heteroskedastisitas

LEV 0,653 Non Heteroskedastisitas

Sumber: Hasil olah data, 2017

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa nilai signifikansi dari seluruh variabel

besarnya > α (0,05). Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa seluruh variabel

dalam penelitian ini terbebas dari heteroskedastisitas.

4. Uji Autokorelasi

Hasil pengujian autokorelasi dapat dilihat pada Tabel 4.6. TABEL 4.6.

HASIL UJI AUTOKORELASI

Model R R

Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 ,698 ,487 ,444 ,080002 1,170


(62)

Tabel 4.6 menunjukkan nilai D-W dalam penelitian ini sebesar 1,170. Santoso (2010) menyatakan bahwa nilai D-W antara – 2 dan 2 dinyatakan tidak terdapat autokorelasi. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa data dalam penelitian ini terbebas dari autokorelasi.

D. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis)

1. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)

Hasil pengujian koefisien determinasi dapat dilihat pada Tabel 4.7.

TABEL 4.7.

HASIL UJI KOEFISIEN DETERMINASI

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 ,698 ,487 ,444 ,080002

Sumber: Hasil olah data,2017

Tabel 4.7 menunjukkan nilai Adjusted R Square dalam penelitian ini sebesar 0,444 atau 44,4%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan variabel independen dan variabel kontrol dalam menjelaskan variabel dependen

intellectual capital disclosure sebesar 44.4% sementara sisanya sebesar 55,6% (100% - 44,4%) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk dalam model penelitian ini.


(63)

48

2. Uji Parsial (Uji t Statistik)

Hasil pengujian koefisien determinasi dapat dilihat pada Tabel 4.7. TABEL 4.8.

HASIL UJI PARSIAL

Model Unstandardized

Coefficient (B) T Sig. Kesimpulan

1

(Constant) -0,849 -4,916 0,000

MANOWN -0,128 -1,564 0,122 Ditolak

INSOWN 0,005 0,117 0,907 Ditolak

FOROWN -0,068 -0,679 0,097 Ditolak

ICL 0,003 0,396 0,693 Ditolak

SIZE 0,039 6,133 0,000 Diterima

PROF -0,012 -0,058 0,516 Ditolak

LEV -0,006 -0,015 0,881 Ditolak

Sumber: Hasil olah data,2017

Berdasarkan hasil regresi linear berganda yang tampak pada Tabel 4.8 dapat dirumuskan model dalam penelitian ini sebagai berikut:

Berikut keseluruhan dari hasil pengujian hipotesis yang tampak pada Tabel 4.8.

a. Pengujian Hipotesis Satu (H1)

Hasil dari pengujian variabel independen kepemilikan manajerial menunjukkan nilai sig sebesar 0,122 > α (0,05) dengan koefisien regresi negatif sebesar 0,128. Hal ini mengindikasikan bahwa variabel


(64)

kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap

intellectual capital disclosure. Sehingga hipotesis satu ditolak.

b. Pengujian Hipotesis Dua (H2)

Hasil dari pengujian variabel independen kepemilikan institusional

menunjukkan nilai sig sebesar 0,907 > α (0,05) dengan koefisien regresi

positif sebesar 0,005. Hal ini mengindikasikan bahwa variabel kepemilikan institusional berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap intellectual capital disclosure. Sehingga hipotesis dua ditolak.

c. Pengujian Hipotesis Tiga (H3)

Hasil pengujian variabel independen kepemilikan asing

menunjukkan nilai sig sebesar 0,097 > α (0,05) dengan koefisien regresi

negatif sebesar 0,068. Hal ini mengindikasikan bahwa variabel kepemilikan asing berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap

intellectual capital disclosure. Sehingga hipotesis tiga ditolak.

d. Pengujian Hipotesis Empat (H4)

Hasil pengujian variabel independentingkat modal intelektual

menunjukkan nilai sig sebesar 0,693 > α (0,05) dengan koefisien regresi

positif sebesar 0,003. Hal ini mengindikasikan bahwa variabel tingkat modal intelektual berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap


(65)

50

e. Pengujian Hipotesis Lima (H5)

Hasil pengujian variabel independen ukuran perusahaan

menunjukkan nilai sig sebesar 0,000 < α (0,05) dengan koefisien regresi

positif sebesar 0,039. Hal ini mengindikasikan bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap intellectual capital disclosure. Sehingga hipotesis lima diterima.

E. Pembahasan (Interpretasi)

Penelitian ini menguji pengaruh variabel independen kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, tingkat modal intelektual, dan ukuran perusahaan serta variabel kontrol profitabilitas dan

leverage terhadap intellectual capital disclosure pada seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2015. Hasil dari uji hipotesis pada lima variabel independen menunjukkan bahwa hanya terdapat satu hipotesis yang diterima yaitu variabel ukuran perusahaan sementara variabel independen kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, dan tingkat modal intelektual serta variabel kontrol profitabilitas dan leverage ditolak. Berikut penjelasan dari masing-masing hipotesis dalam penelitian ini:

1. Kepemilikan Manajerial dan Intellectual Capital Disclosure

Kepemilikan saham manjerial dalam suatu perusahaan akan mendorong berkurangnya konflik yang terjadi antara principal dan agen.


(66)

Dengan kata lain kepemilikan manajerial akan mendorong manajer untuk mengurangi tindakan oportunistiknya guna mencapai kepentingan yang sama dengan pemegang saham yaitu memaksimalkan nilai perusahaan.

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa variabel kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap intellectual capital disclosure. Sehingga hipotesis satu ditolak. Artinya kepemilikan manajerial yang tinggi tidak menjamin bahwa pengungkapan IC yang dilakukan oleh perusahaan tinggi. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mahardika et al. (2014) dan Aisyah dan Sudarno (2014) yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari kepemilikan manajerial terhadap intellectual capital disclosure.

Gunawan dan Sulistyaningsih (2016) menyatakan bahwa alasan yang mendasari hasil penelitian ini adalah fakta bahwa tidak seluruh perusahaan memiliki kepemilikan saham manajerial. Sekalipun memang ada, kepemilikan saham manajerial yang dimiliki perusahaan rata-rata masih rendah sehingga manajemen tidak memiliki wewenang penuh untuk mengambil suatu keputusan. Hal ini tertu berdampak pada rendahnya pengungkapan yang dilakukan oleh manajer.


(67)

52

2. Kepemilikan Institusional dan Intellectual Capital Disclosure

Kepemilikan institusional yang besar dapat meningkatkan kontrol investor terhadap perusahaan (Sudarno dan Nurrahman, 2013). Oleh sebab itu kepemilikan saham institusional dapat menjadi salah satu alasan dilakukannya pengungkapan.

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa variabel kepemilikan institusional berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap intellectual capital disclosure. Sehingga hipotesis dua ditolak. Artinya kepemilikan Institusional yang tinggi tidak menjamin bahwa pengungkapan IC yang dilakukan oleh perusahaan tinggi. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mahardika et al. (2014) dan Aisyah dan Sudarno (2014).

Menurut Aisyah dan Sudarno (2014) alasan dari penolakan hipotesis dalam penelitian ini adalah karena institusi di Indonesia belum begitu mempertimbangkan IC sebagai salah satu kriteria dalam investasi. Oleh karena itu para investor institusional tidak menuntut perusahaan untuk mengungkapkan informasi mengenai IC perusahaan secara lebih detail. Disamping itu, kepemilikan institusional dinilai lebih berfokus pada peningkatan kinerja perusahaan guna memperoleh keuntungan sebesar-besarnya dibanding kualitas dan luas pengungkapan IC yang masih bersifat sukarela.


(68)

3. Kepemilikan Asing dan Intellectual Capital Disclosure

Kepemilikan asing merupakan pihak yang dianggap concern terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa variabel kepemilikan asing berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap intellectual capital disclosure. Sehingga hipotesis tiga ditolak. Artinya kepemilikan asing yang tinggi tidak menjamin bahwa pengungkapan IC yang dilakukan oleh perusahaan tinggi. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mahardika et al. (2014) dan Utama dan Khafid (2015) yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari kepemilikan asing terhadap intellectual capital disclosure.

Besarnya kepemilikan asing tidak menjamin bahwa perusahaan melakukan pengungkapan modal intelektual secara lebih rinci dan luas. Perusahaan dengan kepemilkan asing tinggi cenderung tidak mengungkapkan informasi perusahaaan yang masih bersifat sementara termasuk IC karena perusahaan merasa telah memperoleh legitimasi atau kepercayaan dari masyarakat. Alasan lain yang mendasari hasil hipotesis ini yaitu pesatnya perkembangan teknologi dan kompetensi sumber daya di Indonesia ssehingga mampu bersanding dengan pihak asing. Hal tersebut mengakibatkan fungsi dari investor asing yang tadinya berperan dalam mengawasi manajemen guna


(69)

54

meningkatkan kinerja perusahaan pada nyatanya tidak dapat tercapai (Mahardika et al., 2014).

4. Tingkat Modal Intelektual dan Intellectual Capital Disclosure

Tingkat modal intelektual menunjukkan sejauh mana tingkat efisiensi dari penggunaan atau pemanfaatan aset berwujud dan aset tidak berwujud dalam meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan dengan tingkat modal intelektual tinggi akan lebih termotivasi untuk melakukan pengungkapan dibanding perusahaan dengan tingkat modal intelektual yang rendah (Ferreira

et al., 2012).

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa variabel tingkat modal intelektual berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap intellectual capital disclosure. Sehingga hipotesis empat ditolak. Artinya tingkat modal intelektual yang tinggi tidak menjamin bahwa pengungkapan IC yang dilakukan oleh perusahaan tinggi. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Ferreira et et al. (2012) yang menyatakan bahwa tingkat modal intelektual tidak berpengaruh terhadap intellectual capital disclosure.

Menurut Utama dan Khafid (2015) alasan yang mendasari penolakan hipotesis ini adalah karena ketika manajemen merasakan posisi modal intelektualnya terlalu tinggi, mereka merasa khawatir karena kondisi tersebut dapat memberi isyarat kepada pesaing tentang keunggulan dan peluang bisnis yang diperoleh perusahaan. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka manajer


(70)

pada perusahaan dengan tingkat modal intelektual tinggi cenderung membatasi pengungkapannya.

5. Ukuran Perusahaan dan Intellectual Capital Disclosure

Ukuran perusahaan mengindikasikan kinerja perusahaan. Ukuran perusahaan diukur dengan besarnya logaritma natural dari total aset yang dimiliki perusahaan. Aset yang besar dapat dimanfaatkan untuk memenuhi biaya operasional dan investasi perusahaan (Priyanti, 2015).

Hasil uji hipotesis menyatakan bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap intellectual capital disclosure. Sehingga hipotesis lima diterima. Artinya jika ukuran perusahaan tinggi maka pengungkapan IC yang dilakukan oleh perusahaan juga tinggi. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Stephani dan Yuyetta (2011), Ferreira et al.(2012), Ousama et al. (2012) dan Kateb (2014).

Stephani dan Yuyetta (2011) menyatakan bahwa perusahaan besar tentu memiliki shareholders dalam jumlah yang banyak dan tersebar luas oleh karena itu perusahaan besar seringkali mengalami agency conflict. Namun hal ini dapat diminimalisir dengan adanya pelaporan informasi perusahaan baik financial maupun non-financial yang ditujukan kepada shareholders sebagai bentuk pertanggungjawaban manajemen. Oleh karenanya perusahaan berukuran besar cenderung melakukan intellectual capital disclosureguna mengurangi agency conflict.


(1)

Lampiran 11. Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 92

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation ,07686351 Most Extreme Differences Absolute ,083

Positive ,083

Negative -,052

Test Statistic ,083

Asymp. Sig. (2-tailed) ,145c

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(2)

Lampiran 12. Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -,849 ,173 -4,916 ,000

MANOWN -,128 ,082 -,130 -1,564 ,122 ,887 1,127 INSOWN ,005 ,040 ,012 ,117 ,907 ,620 1,613 FOROWN -,068 ,041 -,166 -1,679 ,097 ,626 1,596

ICL ,003 ,007 ,037 ,396 ,693 ,701 1,427

SIZE ,039 ,006 ,724 6,133 ,000 ,438 2,285

PROF -,012 ,018 -,058 -,653 ,516 ,770 1,298 LEV -,006 ,040 -,015 -,151 ,881 ,643 1,556 a. Dependent Variable: ICD


(3)

Lampiran 13. Uji Heteroskedastisitas

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) ,007 ,102 ,065 ,948

MANOWN -,063 ,048 -,147 -1,310 ,194

INSOWN ,028 ,024 ,157 1,171 ,245

FOROWN -,014 ,024 -,079 -,593 ,555

ICL ,002 ,004 ,068 ,537 ,593

SIZE ,002 ,004 ,073 ,455 ,650

PROF ,006 ,011 ,073 ,606 ,546

LEV -,011 ,024 -,059 -,451 ,653


(4)

Lampiran 14. Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 ,698a ,487 ,444 ,080002 1,170

a. Predictors: (Constant), LEV, PROF, MANOWN, ICL, FOROWN, INSOWN, SIZE b. Dependent Variable: ICD


(5)

Lampiran 15. Uji Koefisien Determinasi

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 ,698a ,487 ,444 ,080002

a. Predictors: (Constant), LEV, PROF, MANOWN, ICL, FOROWN, INSOWN, SIZE


(6)

Lampiran 16. Uji t Statistik

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -,849 ,173 -4,916 ,000

MANOWN -,128 ,082 -,130 -1,564 ,122

INSOWN ,005 ,040 ,012 ,117 ,907

FOROWN -,068 ,041 -,166 -1,679 ,097

ICL ,003 ,007 ,037 ,396 ,693

SIZE ,039 ,006 ,724 6,133 ,000

PROF -,012 ,018 -,058 -,653 ,516

LEV -,006 ,040 -,015 -,151 ,881


Dokumen yang terkait

INTELLECTUAL CAPITAL DISCLOSURE STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

1 9 90

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GREENHOUSE GAS EMISSIONS DISCLOSURE (Studi Empiris pada Perusahaan Nonkeuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015)

1 14 100

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN INTELLECTUAL CAPITAL Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Intellectual Capital (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2012).

0 2 15

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN INTELLECTUAL CAPITAL Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Intellectual Capital (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2012).

0 3 16

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi intellectual capital disclosure (Studi empiris pada perusahaan perbankan yang terdaftar di bursa efek indonesia periode 2010-2013).

0 1 19

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi intellectual capital disclosure (Studi empiris pada perusahaan perbankan yang terdaftar di bursa efek indonesia periode 2010-2013).

0 1 14

PENDAHULUAN Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi intellectual capital disclosure (Studi empiris pada perusahaan perbankan yang terdaftar di bursa efek indonesia periode 2010-2013).

0 1 9

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia m.anas

0 0 109

SKRIPSI DEWI LESTARI

0 0 100

Skripsi Rini Dwiyanti

1 3 112