Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecurangan Laporan Keuangan dengan Perspektif Fraud Diamond (Studi Empiris pada Perusahaan LQ-45 yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2013)

(1)

FRAUD WITH FRAUD DIAMOND PERSPECTIVE

(Emphirical Study in LQ-45 Companies that Has Been Listed in Indonesian Stock Exchange in 2009-2013)

By

AGUNG PRASASTIE

This Research caused by many kinds of phenomenons, like financial statement fraud that happen in some companies that have been done by CEO and company’s manager, like Enron company’s case, financial statement manipulation, earning management and etc. This Research analyzes the influencing of variabels from fraud diamond that has been developed by Wolfe and Hermanson (2004), that pressure element with financial stability variabel, opportunity element with using effectivity of monitoring variabel,

rationalization element with variabel external auditor changing, and capability element with capability variabel toward financial statement fraud that are measured by

discretionary accrual.

Research sampel is used 20 LQ-45 companies that already listed in Indonesian Stock Exchange and always listed in LQ-45 index in 2009-2013. The type of data that is used is secondary data, that is company annual report that already used as research sampel. Data testing instrument uses SPSS 21 software that consist of descriptive statistic analyzes, classical assumption test, determination coefficient, simultaneous significant test, and hypothesis test.

The result of research show that financial stability variabel proved that it has positive influencing and monitoring effectivity variabel has negative influencing toward financial statement fraud. Whereas external auditor changing variabel and capability are not giving proofs that there are positive influencing toward financial statement fraud. The result of research is expected can be a reference for the next research and can be useful for auditors and the other financial information users to detect the financial statement fraud.

Keyword: Fraud Diamond, financial stability, effectivity of monitoring, external auditor changing, capability, financial statement fraud.


(2)

LAPORAN KEUANGAN DENGAN PERSPEKTIFFRAUD DIAMOND (Studi Empiris pada Perusahaan LQ-45 yang Terdaftar di BEI pada Tahun 2009-2013)

Oleh

AGUNG PRASASTIE

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh berbagai fenomena, seperti kecurangan laporan keuangan yang terjadi dibeberapa perusahaan yang dilakukan oleh CEO dan manajer perusahaan, seperti kasus perusahaan Enron, manipulasi data keuangan, manajemen laba dan sebagainya. Penelitian ini menganalisis pengaruh variabel-variabel darifraud diamondyang dikemukakan oleh Wolfe dan Hermanson (2004), yaitu elemen tekanan (pressure) dengan variabel stabilitas keuangan, elemen kesempatan (opportunity) dengan variabel efektivitas pengawasan, elemen rasionalisasi (rationalization) dengan variabel pergantian auditor eksternal, dan elemen kemampuan (capability) dengan variabel kemampuan terhadap kecurangan laporan keuangan (financial statement fraud) yang diukur dengandiscretionary accrual.

Sampel penelitian yang digunakan adalah 20 perusahaan LQ-45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan selalu tercantum dalam indeks LQ-45 pada tahun 2009-2013. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang berupa laporan tahunan perusahaan yang dijadikan sampel penelitian. Alat uji data menggunakan software SPSS 21 meliputi analisis statistik deskriptif, uji asumsi klasik, uji koefisien determinasi, uji signifikan simultan, dan uji hipotesis.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel stabilitas keuangan terbukti

berpengaruh positif dan variabel efektivitas pengawasan terbukti berpengaruh negatif terhadap kecurangan laporan keuangan. Sedangkan variabel pergantian auditor eksternal dan kemampuan tidak memberikan bukti adanya pengaruh positif terhadap kecurangan laporan keuangan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya serta berguna bagi auditor dan pengguna informasi keuangan lainnya dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan.

Kata kunci:Fraud Diamond,stabilitas keuangan, efektivitas pengawasan, pergantian auditor eksternal, kemampuan, kecurangan laporan keuangan (financial statement fraud).


(3)

(4)

(Studi Empiris pada

AGUNG PRASASTIE

FAKU

a Perusahaan LQ-45 yang Terdaftar di BEI Tah

(Skripsi)

Oleh

AGUNG PRASASTIE

AKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2015

ahun 2009-2013)

AGUNG PRASASTIE


(5)

Halaman

2.1 Model Penelitian………...... 37 4.1 Hasil Uji Normalitas…………..... 63 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas………... . 66


(6)

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN………..……... 1

1.1 Latar Belakang………... 1

1.2 Rumusan Masalah………...... 6

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian……….. 7

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 7

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS…... 9

2.1 Landasan Teori…...………... 9

2.1.1 Teori Keagenan ....………... 9

2.1.2 Konsep Kecurangan ...………...………... 10

2.1.3 Tipologi Kecurangan ...………..... 12

2.1.4 Fraud Triangle………...……... 13

2.1.4.1 Tekanan ... 14

2.1.4.2 Kesempatan ... 17

2.1.4.3 Rasionalisasi ... 19

2.1.5 Fraud Diamond... 22

2.1.5.1 Kemampuan ... 23

2.1.5.2 Keterkaitan antara Kemampuan dan Pergantian Direksi .... 27


(7)

2.1.6.1 Manajemen Laba ... 31

2.2 Penelitian Terdahulu ... 35

2.3 Model Penelitian ... 37

2.4 Pengembangan Hipotesis Penelitian ... 38

2.4.1 Pengaruh Stabilitas Keuangan terhadap Kecurangan Laporan Keuangan ... 38

2.4.2 Pengaruh Efektivitas Pengawasan terhadap Kecurangan Laporan Keuangan ... 39

2.4.3 Pengaruh Pergantian Auditor Eksternal terhadap Kecurangan Laporan Keuangan ... 40

2.4.4 Pengaruh Kemampuan terhadap Kecurangan Laporan Keuangan... 42

III. METODOLOGI PENELITIAN……….………... 45

3.1 Populasi dan Sampel………... 45

3.2 Data Penelitian ... 46

3.2.1 Jenis dan Sumber Data ... 46

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 47

3.3 Operasional Variabel Penelitian………... 47

3.3.1 Variabel Dependen ... 47

3.3.2 Variabel Independen ... 51

3.4 Metode Analisis Data ... 54

3.4.1 Statistik Deskriptif ... 55

3.4.2 Uji Asumsi Klasik ... 55

3.4.2.1 Uji Normalitas ... 55

3.4.2.2 Uji Multikolonieritas ... 56

3.4.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 56

3.4.2.4 Uji Autokorelasi ... 57

3.4.3 PengujianGoodness of Fit... 57

3.4.3.1 Koefisien Determinasi ... 57

3.4.3.2 Uji Signifikansi Simultan ... 58


(8)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……….... 60

4.1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian…………..... 60

4.2 Hasil Pengujian Asumsi Klasik .………...……..... 62

4.2.1 Uji Normalitas ... 62

4.2.2 Uji Multikolonieritas ... 64

4.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 65

4.2.4 Uji Autokorelasi ... 67

4.3 Hasil PengujianGoodness of Fit... 68

4.3.1 Koefisien Determinasi ... 68

4.3.2 Uji Signifikansi Simultan ... 69

4.4 Hasil Uji Hipotesis ... 70

4.4.1 Uji Hipotesis Pengaruh Stabilitas Keuangan terhadap Kecurangan Laporan Keuangan ... 72

4.4.2 Uji Hipotesis Pengaruh Efektivitas Pengawasan terhadap Kecurangan Laporan Keuangan ... 74

4.4.3 Uji Hipotesis Pengaruh Pergantian Auditor Eksternal terhadap Kecurangan Laporan Keuangan ... 75

4.4.4 Uji Hipotesis Pengaruh Kemampuan terhadap Kecurangan Laporan Keuangan ... 77

V. PENUTUP………..………... 80

5.1 Kesimpulan………...………….. 80

5.2 Keterbatasan Penelitian………...…... 81

5.3 Saran ………...…….... 82

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

Lampiran 1 Daftar Nama Perusahaan Sampel Penelitian Lampiran 2 Daftar Rasio Perubahan Total Aset

Lampiran 3 Daftar Proporsi Dewan Komisaris Independen Lampiran 4 Pergantian Auditor Eksternal

Lampiran 5 Pergantian Direksi

Lampiran 6 Hasil Uji Statistik Deskriptif Lampiran 7 Hasil Uji Normalitas

Lampiran 8 Hasil Uji Multikolonieritas Lampiran 9 Hasil Uji Heteroskedastisitas Lampiran 10 Hasil Uji Autokorelasi Lampiran 11 Hasil Uji Hipotesis

Lampiran 12 Daftar Hasil Koefisien Regresi Komponen Manajemen Laba Lampiran 13 Daftar NilaiDiscretionary Accrual


(10)

Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu………...... 35

4.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif…………..... 60

4.2 Hasil Uji Normalitas………... 63

4.3 Hasil Uji Multikolonieritas………... 64

4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas………... 66

4.5 Hasil Uji Autokorelasi……….... 67

4.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi………..... 68

4.7 Hasil Uji Signifikansi Simultan……….... 69


(11)

(12)

(13)

(14)

Orang yang sabar karena mencari keridhoan Tuhannya dan mendirikan shalat, menafkahkan sebagian rezekinya yang kami berikan kepadanya, secara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan, menolak kejahatan dengan kebaikkan, merekalah yang akhirnya mencapai kesudahan yang baik .

_(QS. Ar Ra d: 22)_

Sesungguhnya semua urusan (perintah) apabila ALLAH menghendaki segala sesuatunya, ALLAH hanya berkata:

jadikanlah , maka jadilah .

_(QS. Yaasiin: 82)_

Wa man jaahada fa-innamaa yujaahidu linafsihi: Barang siapa yang bersungguh-sungguh, sesungguhnya kesungguhan itu adalah untuk dirinya sendiri .

_(QS. Al-Ankabut 29: 6)_

Kesuksesan diraih bukan dari sikap malas dan berleha-leha, namun harus dilalui dengan keringat tekad & kerja keras

_(Einde Evana)_

Hidup adalah perjalanan mencari jati diri . _(Agung Prasastie)_

Untuk mendapatkan kesuksesan, tidak hanya dengan kesabaran, namun juga keberanian yang melebihi keinginanmu .


(15)

Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat, rahmat, dan karunia-Nya. Ku persembahkan skripsi ini sebagai salah satu tanda bakti, tanggung jawab, dan cintaku kepada:

Ayahanda Azhari Makruf, Ibunda Mardiya Wati, dan adikku Lixa Mitra Harti yang tiada henti-hentinya selalu memberikan doa, nasihat, dukungan, dan kasih sayang yang tidak terhingga semasa hidupku.

Keluarga besarku yang selalu memberikan doa, bantuan, nasihat, dan dukungannya selama ini kepadaku.

Untuk semua sahabat-sahabat terbaikku yang selalu ada, membantu, memberikan saran dan dukungan kepadaku selama ini.


(16)

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 30 Agustus 1993, sebagai anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Azhari Makruf dan Ibu Mardiya Wati. Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak

‘Aisyiyah Bustanul Athfal, Talang Padang, Tanggamus

pada tahun 1999. Menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 3 Talang Padang, Tanggamus pada tahun 2005. Menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Pagelaran, Pringsewu pada tahun 2008 dan pada tahun 2011 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Pagelaran, Pringsewu. Selama menempuh pendidikan di SMA Negeri 1 Pagelaran, penulis aktif di organisasi Pramuka dan mengikuti beberapa aktivitas lainnya.

Penulis diterima di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi pada tahun 2011 melalui jalur PMPAP. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di beberapa organisasi, yaitu anggota aktif Himpunan Mahasiswa Akuntansi (HIMAKTA) UNILA dan pada tahun 2011 penulis juga aktif di BEM-FEB UNILA dan KSPM-FEB UNILA. Penulis lulus ujian skripsi pada Rabu, 25 Maret 2015.


(17)

Bismillahirrahmanirrahim.

Puji syukur penulis kepada Allah SWT atas segala karunia dan rahmat-Nya. Selawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang senantiasa memberikan pencerahan dan inspirasi kepada penulis sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.

Skripsi dengan judul“Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecurangan

Laporan Keuangan dengan Perspektif Fraud Diamond (Studi Empiris pada Perusahaan LQ-45 yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2013)”, disusun

sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi di Universitas Lampung.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan, saran, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Einde Evana, S.E., M.Si., Akt. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang telah banyak memberikan ilmu, wawasan, bantuan, nasihat dan motivasi selama penulis kuliah dan menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Yuztitya Asmaranti, S.E., M.Si., Akt. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.


(18)

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Ade Widiyanti, S.E., M.S.Ak., Akt. selaku pembimbing kedua yang telah memberikan pembelajaran, dukungan, dan sarannya dalam penulisan skripsi ini.

6. Ibu Dr. Fajar Gustiawaty Dewi, S.E., M.Si., Akt. selaku penguji yang telah bersedia untuk meluangkan waktu untuk meberikan kritik, saran, dan masukkannya selama menguji skripsi ini.

7. Bapak Agus Zahron Idris, S.E., M.Si, Ak.CA. selaku pembimbing akademik yang telah membantu dalam perihal akademik.

8. Seluruh Bapak/Ibu dosen dan staf (Pak Sobari, Mpok Nurul Aini, Mas Yana, Mas Leman, Mas Yogi, Mbak Sri, dan Mbak Leny) di Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

9. Papi, Mami, dan Adek yang tiada henti-hentinya selalu memberikan doa, nasihat, dukungan, dan kasih sayang yang tidak terhingga semasa hidupku. 10. Kelamaku Almarhum Puan Johan, Ibu Jungan, Ayah Kodri, Umi Rumpun, Walit Ersontowi, Uma Mia, Gusti Lien, Unan Tigo, adek Ayu, Kiyai Nando, Ses Yunita, adek Lintar, adek Gesha, adek Faidz, dan adek Firuz yang telah memberikan doa, bantuan, dukungan, dan pembelajaran kepadaku selama ini.

11. Keluarga Besar Beranti Raya, Papa dan mama Tan, Kanjeng Sumbay, Kiyai Fir, Kiyai Rika, Daying Maroli, adek Leo. Keluarga Besar Negeri Sakti, Mami Lus, Kiyai Patih, Pubian, dan Setiawan.

12. Keluarga Besar Buay Kuning, Papa Paksi, Mama Paksi, Almarhum Ayah Suntan Mahli, Ayah Aja Tarudin, dan sepupu-sepupuku Unan, Kanjeng Yen, Kiyai Nurul, Aja Munawar, Kiyai Lin, Daying Wahdini, Aja Neli, Abang Azwar, Kiyai Ken, dan yang lainnya.

13. Sahabat-sahabat terbaikku di Akuntansi 2011, para calon Sarjana Ekonomi, “SEKOBOK”: Ahmad Abdallah Alhudaifi (Bubu), S. Nicho

Jayakusuma, Panggih Pradila Murdiono (Bedjo), Yuni Fidasari, Yuni Apriani (Nyonya Bainal), Bainal Arif (Ketum), Firman Adha


(19)

Budi Prasetiyo, yang telah membantu, mendukung, dan memberikan inspirasi dan canda tawa dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga kesuksesan senantiasa menyertai kita.

14. Sahabat-sahabat Akuntansi 2011, para calon Sarjana Ekonomi, Alif, Bily, Jaka, Andueri, Viona, Fatma, Rindy, Dara, Santi Tanoto, Vety, Kevin, Vianna, Esther, Grace, Nabila, Mutia, Cinta, Lisna, Arum, Sherly, Nisa, Putri (PS), Okti, Dinda, Mpit, Sinta, Trisa, Yezy, Gustia, Siti, Resti, Diyah, Fajar, Dion, Daniel, Deni, Restu (enyeng), Tito, Rachmad, Marce, Feni, Rara, Sam, Santi, Lian, Juna, Arridza, Rido, Boga, Ayu, Yoga, Yogi, Veriza, Wawan, Imam, dan teman-teman yang lainnya. Terimakasih atas kebersamaannya selama ini.

15. Kakak-kakak tingkat Akuntansi, The Legend: Bang Krisna, Bang Baskoro, Bang Gery, Bang Reza, Bang Zona, Bang Lawe, dan Mbak Nisa. Senior 2010: Mbak Ivonna, Mbak Citra, Mbak Marlina, Mbak Ira (ipeh), Mbak Andriani, Mbak Dwi, Mbak Jeny, Mbak Elza, Mbak Nevia, Mbak Mareta, Mbak Yara, Bang Satia, Bang Surya, Bang Devri, Bang Mahmud, Bang Rizal, Bang Marwanto, Bang Eko, Bang Bangga, dan yang lainnya yang memberikan dukungan dan bantuan.

16. Adik-adik tingkatku, Dini, Doni, Abe, Esa, Mafiana, Ferli, Abin, Mufti, Adit, Septika, Agro, dan lainnya yang memberikan canda tawa pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, semoga hasil karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan berguna untuk selanjutnya. Terima kasih.

Bandar Lampung, 25 Maret 2015 Penulis,


(20)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam perkembangan dunia bisnis, berbagai persaingan dilakukan oleh

manajemen perusahaan dalam mengoperasikan kinerjanya. Persaingan beberapa perusahaan tersebut dapat berbentuk positif maupun negatif. Dari sisi negatif, persaingan dapat berupa kecurangan-kecurangan dalam menjalankan perusahaan, seperti kecurangan dalam penyusunan laporan keuangan.

Laporan keuangan disusun dengan mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku secara umum. Hal ini dilakukan untuk membuat laporan keuangan dapat dipahami dan dapat dibandingkan dengan laporan keuangan perusahaan lain. Laporan keuangan merupakan output dari kegiatan akuntansi, yang memperlihatkan kinerja keuangan perusahaan pada periode tertentu. Laporan keuangan akan terlihat baik jika laporan keuangan tersebut mengandung unsur relevan, andal, dan mudah untuk dipahami. Agar hal ini dapat dipenuhi, maka proses penyusunan laporan keuangan dilakukan dengan cermat dan penuh kehati-hatian. Hal ini ditujukan untuk menghindari kesalahan atau bias dalam

penyusunan laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan alat


(21)

karena itu, laporan keuangan yang akan dilaporkan perusahaan harus bebas dari kecurangan (fraud).

Kecurangan (fraud) kerap terjadi dalam kehidupan manusia. Kecurangan dapat terjadi dimana-mana, tidak terkecuali pada pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang. Kecurangan cenderung akan dilakukan seseorang apabila dilatarbelakangi oleh berbagai hal yang bisa memperlancar tujuannya dan memberikan keuntungan baginya. Hall (2011) dalam penelitian Tugas (2012) mendefinisikan penipuan ataufraudsebagai sesuatu yang menunjukkan

representasi palsu mengenai fakta meterial yang dibuat oleh suatu pihak ke pihak lain dengan maksud untuk menipu dan mendorong pihak lain untuk

membenarkan, dengan mengandalkan fakta yang merugikan pihak lain. Dimasa kini, sudah banyak kasus dan praktik yang terkait dengan kecurangan (fraud), tidak terkecuali dalam proses penyusunan laporan keuangan. Kecurangan laporan keuangan (financial statement fraud) dilakukan oleh pihak-pihak yang dilatarbelakangi oleh kepentingan terhadap keuangan perusahaan. Sihombing (2014) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa kecurangan laporan keuangan merupakan kesengajaan ataupun kelalaian dalam pelaporan laporan keuangan dimana laporan keuangan yang disajikan tidak sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. Kelalaian atau kesengajaan ini sifatnya material sehingga dapat memengaruhi keputusan yang akan diambil oleh pihak yang berkepentingan. Belakangan ini banyak kasus dan fenomena kecurangan yang terjadi di Indonesia, seperti kasus pada PT Kimia Farma Tbk. yang melakukan kecurangan laporan keuangan yang berupa salah saji laba bersih untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2001. Selain itu, dalam penelitian Rahmanti (2013) menjelaskan bahwa


(22)

perusahaan ini juga melakukan pencatatan ganda atas penjualan dua unit usaha. Dari kasus tersebut, dapat disimpulkan bahwa PT Kimia Farma Tbk.

memanipulasi data keuangan dan laporan keuangannya dengan tujuan untuk menunjukkan keadaan keuangan perusahaan tetap baik dan stabil. Masalah stabilitas keuangan sangat rentan terjadi dalam perusahaan. Keadaan keuangan yang cenderung stabil tiap tahunnya dapat menarik investor dan kreditor dalam pengambilan keputusannya untuk melakukan investasi dan pendanaan kepada perusahaan. Hal yang serupa terjadi pada kasus PT Broadband Multimedia yang melakukan penjaminan atas utang kepada Bank Lippo dan Bank Mayapada yang dilakukan tanpa seizin RUPS. Dari kasus PT Broadband Multimedia ini

memberikan pandangan bahwa unit pengawasan dalam perusahaan ini tidak melakukan pengawasan ataumonitoringsecara efektif, baik dalam transaksi maupun pengendalian internalnya.

Untuk menghindari terjadinya praktik kecurangan laporan keuangan, maka dilakukan audit atas laporan keuangan yang telah disusun. Menurut IAI (2001) dalam penelitian Koroy (2008) menyatakan bahwa faktor yang membedakan kecurangan dan kekeliruan adalah tindakan yang mendasarinya, apakah disengaja atau tidak disengaja, yang mengakibatkan terjadinya salah saji dalam laporan keuangan. Dalam penelitian Koroy (2008), dijelaskan bahwa terjadinya kecurangan atau suatu tindakan yang disengaja yang tidak berhasil atau tidak dapat terdeteksi oleh pengauditan dapat memberikan efek yang serius, merugikan, dan cacat bagi proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan perlu diaudit untuk memastikan apakah laporan keuangan tersebut disusun berdasarkan standar yang berlaku umum dan memastikan laporan keuangan tersebut bebas dari bias dan


(23)

kecurangan. Disisi lain, terkadang auditor gagal dalam mendeteksi kesalahan atau ketidakwajaran dalam laporan keuangan, sehingga kecurangan kerap terjadi. Nabila (2013) mengulas kegagalan auditor ekternal dalam mendeteksi

kecurangan, seperti kasus pada perusahaan Enron di Amerika, yang menandakan bahwa auditor eksternal gagal dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan yang dilakukan Enron berupa manipulasi laba sebesar US$ 600 juta. Meskipun akuntansi dan laporan keuangan semakin komprehensif dan kompleks, akan tetapi masih banyak celah bagi pihak-pihak tertentu untuk melakukan kecurangan laporan keuangan.

Dalam praktiknya, terdapat berbagai macam bentuk kecurangan (fraud) dalam akuntansi. Hal ini disebabkan banyak cara-cara dalam memanipulasi akuntansi oleh beberapa pihak yang memiliki tujuan untuk melakukan kecurangan dalam menyajikan informasi keuangan perusahaan. Secara umum, kecurangan akan selalu terjadi jika tidak ada pencegahan dan pendeteksian. Dalam hal ini, terdapat beberapa cara dan perspektif dalam meninjau dan mendeteksi kecurangan, salah satunya dengan perspektif segiempat kecurangan (fraud diamond).

Dalam penelitian Sihombing (2014) dijelaskan bahwafraud diamondmerupakan sebuah pandangan dan konsep baru tentang fenomenafraudyang dikemukakan oleh Wolfe dan Hermanson (2004). Teorifraud diamondmerupakan bentuk penyempurnaan dari teorifraud triangleyang dikemukakan oleh Cressey (1953). Jika dalam segitiga kecurangan (fraud triangle) terdapat tiga elemen, maka dalam

fraud diamondditambah satu elemen yang signifikan untuk memengaruhi seseorang untuk melakukan kecurangan, yaitu kemampuan ataucapability.


(24)

Pendeteksian kecurangan denganfraud diamondsudah mulai berkembang di Indonesia. Telah banyak penelitian yang dilakukan terkait dengan kecurangan laporan keuangan. Pada penelitian sebelumnya, banyak perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian terkait kecurangan, seperti perusahaan manufaktur dan lain-lain. Sihombing (2014) melakukan penelitian tentang analisisfraud diamond

dalam mendeteksifinancial statement frauddengan menggunakan sampel, yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2010-2012.

Pada penelitian ini, peneliti mencoba untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan terhadap laporan keuangan perusahaan, dengan sampel dan data perusahaan yang tergolong dalam indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia (BEI). Karena, untuk mengetahui apakah terdapat kecurangan dalam perusahaan yang memiliki saham berkualitas baik dan paling likuid. Karena mayarakat cenderung berpikir bahwa dengan kualitas saham dan tingkat likuid yang baik, maka laporan keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan yang termasuk LQ-45 telah terbebas dari kecurangan laporan keuangan.

Perbedaan dengan penelitian Sihombing (2014) terletak pada sampel dan variabel penelitian yang digunakan. Pada penelitian Sihombing (2014) menggunakan delapan variabel independen dan waktu pengamatan tiga tahun, sedangkan pada penelitian ini menggunakan empat variabel dan sampel perusahaan LQ-45 dalam waktu pengamatan selama lima tahun. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini hanya stabilitas keuangan, efektivitas pengawasan, pergantian auditor

eksternal, dan kemampuan. Karena variabel yang digunakan dalam penelitian ini lebih spesifik dan pengukurannya lebih mewakili elemen tekanan (pressure),


(25)

kesempatan (opportunity), rasionalisasi (rationalization), dan kemampuan (capability). Pada penelitian Sihombing (2014) hanya menggunakan periode penelitian selama tiga tahun, sehingga pengamatan dan sampelnya dimungkinkan terjadi masalah dan bias dalam data yang digunakan. Namun, persamaan

penelitian ini dengan penelitian Sihombing (2014) adalah terdapat penggunaan sampel dengan kategori perusahaan manufaktur yang juga digunakan oleh penelitian terdahulu tersebut.

Dari uraian diatas, maka untuk lebih jelas dan memahami konsepfraud diamond

dan kecurangan (fraud) dalam akuntansi, maka dilakukan penelitian yang berjudul

Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecurangan Laporan

Keuangan dengan PerspektifFraud Diamond(Studi Empiris pada

Perusahaan LQ-45 yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2013)”. Dari penelitian

ini, akan diketahui faktor-faktor yang menyebabkan seseorang cenderung melakukan kecurangan (fraud) akuntansi dalam pelaporan keuangan.

1.2 Perumusan Masalah

Kecurangan (fraud) akuntansi merupakan ancaman bagi pengguna laporan keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan. Kecurangan akuntansi merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu, yang bertujuan khusus terhadap laporan keuangan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah proksi dan alat ukur dari variabel independenfraud diamondberpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Maka dari itu, pertanyaan penelitian yang dapat dirumuskan adalah:


(26)

1. Apakah stabilitas keuangan berpengaruh positif terhadap kecurangan laporan keuangan ?

2. Apakah efektivitas pengawasan berpengaruh negatif terhadap kecurangan laporan keuangan ?

3. Apakah pergantian auditor eksternal berpengaruh positif terhadap kecurangan laporan keuangan ?

4. Apakah kemampuan berpengaruh positif terhadap kecurangan laporan keuangan ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui konsep dan unsur-unsur dalamfraud diamond. Penelitian ini juga bertujuan untuk menguji apakah variabelfraud diamondmemiliki pengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan (financial statement fraud). Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui apakah stabilitas keuangan berpengaruh positif terhadap kecurangan laporan keuangan.

2. Untuk mengetahui apakah efektivitas pengawasan berpengaruh negatif terhadap kecurangan laporan keuangan.

3. Untuk mengetahui apakah pergantian auditor eksternal berpengaruh positif terhadap kecurangan laporan keuangan.

4. Untuk mengetahui apakah kemampuan berpengaruh positif terhadap kecurangan laporan keuangan.


(27)

1.3.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan atas dasar kegunaan dan manfaatnya. Dalam penelitian ini, dilakukan analisis terhadap unsur-unsur dan variabel dalamfraud diamond

dan pengaruhnya terhadap kecurangan laporan keuangan (financial statement fraud). Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang lebih bagi penggunanya. Adapun manfaat penelitian ini antara lain:

a. Dapat memberikan pemahaman tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kecurangan laporan keuangan (financial statement fraud).

b. Dapat menjelaskan konsep dan unsur-unsurfraud diamonddalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan (financial statement fraud). c. Dapat menunjukkan variabelfraud diamondyang berpengaruh terhadap

kecurangan laporan keuangan (financial statement fraud).

d. Dapat dijadikan sumber dan referensi untuk penelitian selanjutnya mengenai kecurangan laporan keuangan (financial statement fraud).


(28)

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan (agency theory) sekarang sangat penting dari penelitian akuntansi. Teori ini muncul akibat dari adanya pemisahan kepentingan dari perusahaan modern antara manajemen dan kepentingan pemilik yang berada diluar korporasi dan tidak terlibat dalam keputusan manajemen (Wolk dkk., 2004). Dalam

penelitian Sihombing (2014), teori keagenan (Agency Theory) merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham (shareholders) sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen dalam suatu kontrak kerja sama yang disebut dengannexus of contract.Manajemen adalah pihak yang dikontrak atau diberi wewenang oleh pemegang saham (investor) untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham.

Wolk dkk.(2004) menyatakan bahwa asumsi lain yang penting dari teori keagenan (agency theory) adalah bahwa perusahaan merupakan lokus atau persimpangan titik bagi jenis kontrak atau hubungan yang banyak, yang ada


(29)

diantara manajemen, pemilik, kreditor, dan pemerintah. Jensen dan Meckling (1976) dalam penelitian Hanum (2014) menjelaskan hubungan keagenan sebagai

agency relationship as a contract under which one or more person (the principals) engage another person (the agent) to perform some service on their behalfwhich involves delegating some decision making authority to the agent”.

Teori agensi mendasarkan hubungan kontrak antara pemegang saham atau pemilik serta manajemen atau manajer. Menurut teori ini, hubungan antara pemilik dan manajer pada hakekatnya sukar tercipta karena adanya kepentingan yang saling bertentangan. Disamping itu, Wolk dkk. (2004) juga menjelaskan bahwa salah satu hipotesis dari teori keagenan adalah bahwa manajemen berusaha untuk memaksimalkan kesejahteraan sendiri dengan meminimalkan berbagai biaya agensi yang timbul dari pemantauan dan kontraktor.

Dari penjelasan teori ini, maka manajemen harus benar-benar memanfaatkan dan memaksimalkan kinerja perusahaan dalam mengelola sumber daya yang telah diberikan wewenangnya dari prinsipal. Oleh sebab itu, manajemen (agent) harus mempertanggungjawabkan hasil dari pekerjaannya kepada prinsipal atau

pemegang saham.

2.1.2 Konsep Kecurangan (Fraud)

Kecurangan (fraud) sering atau kerap terjadi didalam hidup manusia. Kecurangan (fraud) dapat terjadi dimana-mana, tidak terkecuali dalam pekerjaan yang

dilakukan oleh seseorang. Seseorang melakukan tindak kecurangan (fraud) dilatarbelakangi oleh berbagai hal, yang bisa memperlancar tujuannya.


(30)

Meskipun kecurangan masih terdengar asing, namun kasus atau praktik dari kecurangan tersebut sudah banyak terjadi dikehidupan nyata. Sampai saat ini, banyak pihak-pihak yang melakukan praktik atas dasar kesengajaan. Seseorang melakukan kecurangan dikarenakan beberapa alasan yang terkadang rasional, sehingga tindakan kecurangan yang dilakukannya terkesan rasional atau wajar jika dilakukan. Dalam bidang teknologi informasi, kecurangan merupakan sebuah perbuatan kecurangan yang melanggar hukum, yang dilakukan secara sengaja dan sifatnya dapat merugikan pihak lain (Panji, 2014).

Hall (2011) dalam Tugas (2012) mendefinisikan kecurangan (fraud) sebagai sesuatu yang menunjukkan representasi palsu mengenai fakta material yang dibuat oleh suatu pihak ke pihak lain dengan maksud untuk menipu dan mendorong pihak lain untuk membenarkan, dengan mengandalkan fakta yang merugikan pihak lain. Menurut Albrecht dkk. (2011) dalam Sihombing (2014), kecurangan merupakan hal yang bersifat umum dan memiliki banyak makna, yang terjadi karena kecerdikan manusia dan ditujukan pada satu pihak untuk memeroleh keuntungan lebih dengan penyajian yang salah.

Tidak ada aturan khusus yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam mengartikan kecurangan yang terdiri dari kejutan, penipuan, kelicikan, dan cara yang tidak wajar yang digunakan sebagai cara untuk menipu orang lain. Satu-satunya cara untuk menjelaskannya adalah bahwa kecurangan adalah hal yang merusak moral manusia. Sedangkan, menurut Boynton (1996) dalam penelitian Najahningrum (2013), kecurangan (fraud) adalah penipuan yang direncanakan misalnya salah saji, menyembunyikan, atau tidak mengungkapkan fakta yang material sehingga merugikan pihak lain.


(31)

2.1.3 Tipologi Kecurangan (Fraud)

William (1996:67) dalam penelitian Aranta (2013) menyebutkan bahwa

kecurangan pelaporan keuangan (financial reporting fraud) terdiri dari tindakan-tindakan seperti:

1. Manipulasi, pemalsuan, atau pengubahan catatan atau dokumen pendukung yang menjadi sumber penyusunan laporan keuangan.

2. Representasi yang salah atau penghapusan yang disengaja atas peristiwa-peristiwa, transaksi, atau informasi signifikan lainnya yang ada dalam laporan keuangan.

3. Salah penerapan yang disengaja atas prinsip-prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah, klasifikasi, cara penyajian, dan pengungkapan. Dalam praktiknya, terdapat beberapa tipe kecurangan (fraud). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Simbolon (2010),The Association of Certified Fraud Examineratau ACFE membagi kecurangan kedalam tiga tipologi atau cabang utama, yaitu:

1. Penggelapan aset (Asset missapropriation)

Tindakan ini berupa pencurian, menggelapkan, atau juga penyalahgunaan aset yang dimiliki oleh perusahaan.

2. Pernyataan yang salah (Fraudulent missatement)

Tipologi ini menyatakan bahwa laporan keuangan yang disajikan tersebut tidak dinyatakan dengan yang sebenarnya.


(32)

3. Korupsi (Corruption)

Kecurangan yang satu ini kerap dan marak terjadi dalam dunia bisnis maupun pemerintahan. Korupsi merupakan tindakan kecurangan yang sulit terdeteksi dan cenderung dilakukan oleh satu orang, namun melibatkan pihak lainnya.

2.1.4 Fraud Triangle

Dalam penelitian Hendra dkk. (2014), dijelaskan bahwaFraud triangleadalah sebuah teori yang dikemukakan oleh Donald R. Cressey setelah melakukan penelitian untuk tesis doktornya pada tahun 1950. Sihombing (2014) dalam penelitiannya juga menyebutkan bahwafraud trianglemerupakan salah satu konsep dasar dari pencegahan dan pendeteksian kecurangan (fraud).

Fraud trianglemenjelaskan mengapa seseorang melakukan kecurangan.Teori ini juga didukung oleh Hunton dkk. (2004) dalam penelitian Tugas (2014) yang mengatakan bahwa penipuan ataufraudterjadi sebagai akibat dari interaksi antara tiga faktor, yaitu kesempatan, insentif atau tekanan, dan sikap atau rasionalisasi. Dalam penelitian Hanum (2014), ada tiga elemen dalamfraud triangleyang digunakan untuk mendeteksi tindak manipulasi dan kecurangan laporan keuangan, yaitu tekanan (pressure), peluang (opportunity), dan rasionalisasi


(33)

2.1.4.1 Tekanan (Pressure)

Tekanan ataupressuremerupakan faktor yang timbul dari dalam diri seseorang untuk melakukan kecurangan. Shelton (2014) menyatakan bahwa tekanan adalah motivasi seseorang untuk melakukan penipuan, biasanya karena beban keuangan. Menurut Wolfe dan Hermanson (2004), banyak studi menunjukkan penipuan atau

fraudlebih mungkin terjadi ketika seseorang memiliki insentif untuk melakukan penipuan. Selain itu, tekanan (pressure) disebabkan karena kondisi, keadaan, atau tuntutan seseorang untuk melakukan kecurangan. Tekanan-tekanan tersebut seperti tekanan keuangan, tekanan akan kebiasaan buruk, dan tekanan yang berhubungan dengan pekerjaan.

Menurut SAS No. 99, terdapat kondisi yang umum terjadi pada tekanan yang dapat mengakibatkan seseorang untuk melakukan kecurangan yaitu:

1. Stabilitas keuangan (Financial stability)

Ketika suatu perusahaan berada dalam kondisi stabil maka nilai perusahaan akan naik dalam pandangan investor, kreditor, dan publik (Norbarani, 2012).Financial stabilityatau stabilitas keuangan merupakan keadaan yang menggambarkan kondisi keuangan perusahaan dalam kondisi stabil. Dalam SAS No. 99 dijelaskan bahwa manajer menghadapi tekanan untuk melakukan kecurangan dan manipulasi laporan keuangan ketika stabilitas keuangan dan profitabilitas perusahaannya terancam kondisi ekonomi, industri, dan situasi lainnya.

Loebbecke dkk. (1989) dan Bell dkk. (1991) dalam penelitian Skousen dkk. (2009) menjelaskan bahwa dalam kasus di mana sebuah perusahaan


(34)

mengalami pertumbuhan yang di bawah rata-rata industri, manajemen mungkin mengambil jalan untuk manipulasi laporan keuangan untuk meningkatkan prospek perusahaan. Demikian juga, setelah periode

pertumbuhan yang tinggi dan cepat, manajemen mungkin mengambil jalan untuk memanipulasi laporan keuangan untuk memberikan penampilan pertumbuhan yang stabil. Kondisi perusahaan yang tidak stabil akan menimbulkan tekanan bagi manajemen, karena kinerja perusahaan terlihat menurun dimata publik sehingga akan menghambat aliran dana investasi ditahun mendatang.

Skousen dkk.(2009) dalam penelitian Norbarani (2012) menyatakan bahwa perusahaan berusaha untuk meningkatkan prospek danoutlook

perusahaan yang baik, salah satunya dengan memanipulasi informasi kekayaan aset yang dimilikinya. Bentuk manipulasi pada laporan

keuangan yang dilakukan oleh manajemen berkaitan dengan pertumbuhan aset perusahaan. Dalam penelitian Hanum (2014) menyatakan bahwa dalam menarik minat investor untuk menanamkan modalnya, perusahaan berusaha untuk mempercantik tampilan total aset yang dimiliki. Oleh karena itu, rasio perubahan total aset dijadikan proksi pada variabel stabilitas keuangan (financial stability). Skousen dkk. (2009) membuktikan bahwa semakin besar rasio perubahan total aset suatu perusahaan, maka kemungkinan dilakukannya kecurangan laporan

keuangan suatu perusahaan semakin tinggi. Jika rasio perubahan total aset terlalu besar dari sebelumnya, maka perusahaan akan memanipulasi agar rasio tersebut semakin stabil terhadap rasio perubahan total aset pada


(35)

periode sebelumnya. Sehingga dengan pertumbuhan total aset yang stabil didalam laporan keuangan, maka dimungkinkan adanya kecurangan yang dilakukan perusahaan terhadap total aset dan keadaan keuangan sebelum dilaporkan kepada publik.

2. Tekanan eksternal (External pressure)

Tekanan eksternal merupakan tekanan berlebihan yang terjadi pada manajemen untuk memenuhi persyaratan atau harapan dari pihak ketiga. SAS No. 99 menjelaskan bahwa ketika perusahaan menghadapi adanya tren tingkat ekspektasi para analisis investasi, manajemen perusahaan akan menghadapi tekanan untuk memberikan kinerja terbaik bagi investor dan kreditor yang signifikan bagi perusahaan atau pihak eksternal lainnya.

3. Kebutuhan keuangan pribadi (Personal financial need)

Merupakan suatu keadaan dimana keuangan perusahaan turut dipengaruhi oleh kebutuhan keuangan para eksekutif perusahaan. Dalam SAS No. 99 disebutkan bahwa manajemen maupun direksi perusahaan cenderung akan memanipulasi keadaan keuangannya untuk tujuan khusus, tidak terkecuali untuk memenuhi kebutuhan pribadi atas dirinya.

4. Target keuangan (Financial target)

Suatu tekanan pada manajemen perusahaan yang dituntut untuk melakukan performa terbaik untuk mencapai target keuangan yang dipatok oleh direksi. oleh karena itu, perusahaan mungkin memanipulasi laba untuk memenuhi perkiraan atau tolak ukur para analis seperti laba tahun sebelumnya. Dalam penelitian Sihombing (2014), Skousen dkk. (2009) menyatakan bahwaReturn on Asset(ROA) merupakan ukuran


(36)

kinerja operasional yang banyak digunakan untuk menunjukkan seberapa efisien aset telah bekerja.

Pada penelitian ini menggunakan stabilitas keuangan (financial stability) sebagai variabel dari elemen tekanan (pressure), karena tekanan eksternal (external pressure) yang diproksikan dengan rasiolaveragekurang spesifik. Selain itu target keuangan yang diproksikan denganreturn on asset(ROA) mencerminkan laba yang dihasilkan atas penggunaan aset perusahaan, sehingga kurang

berpengaruh besar terhadap keuntungan yang dipertimbangkan oleh investor.

2.1.4.2 Kesempatan (Opportunity)

Kesempatan merupakan metode yang dimana kejahatan dapat dilakukan (Shelton, 2014). Kecurangan (fraud) dapat terjadi dan dilakukan jika ada peluang atau kesempatan. Biasanya, kecurangan yang dilakukan jika ada kesempatan merupakan jenis kecurangan yang memiliki risiko terdeteksi yang kecil.

Menurut Albrecht dkk. (2011) dalam Sihombing (2014), meningkatnya peluang dan kesempatan individu untuk melakukan kecurangan dikarenakan enam faktor:

1. Kurangnya kontrol untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan.

2. Ketidakmampuan untuk menilai kualitas kinerja.

3. Kegagalan untuk mendisiplinkan para pelaku kecurangan.

4. Kurangnya pengawasan terhadap akses informasi.

5. Ketidakpedulian dan ketidakmampuan untuk mengantisipasi kecurangan.


(37)

Dalam SAS No. 99 pada penelitian Sholihah (2014), kategori kecurangan yang didasarkan kesempatan (opportunity) adalah:

1. Kondisi industri

Hal ini berkaitan dengan munculnya risiko bagi perusahaan yang

berkecimpung dalam industri yang melibatkan estimasi dan pertimbangan yang signifikan jauh lebih besar.

2. Efektivitas pengawasan (Effectivity of monitoring)

Suatu keadaan dimana perusahaan tidak memiliki unit pengawas yang efektif memantau kinerja perusahaan, akan terjadi dominasi manajemen oleh satu orang atau kelompok kecil, tanpa kontrol kompensasi, tidak efektifnya pengawasan dewan direksi dan komite audit atas proses

pelaporan keuangan dan pengendalian internal dan sebagainya. Andayani (2010) dalam Sihombing (2014) menyatakan bahwa terjadinya praktik kecurangan (fraud) merupakan salah satu dampak dari pengawasan atau

monitoringyang lemah, sehingga memberikan kesempatan kepada manajer untuk berperilaku menyimpang dengan melakukan manajemen laba.

Dewan komisaris independen dipercaya dapat meningkatkan efektivitas pengawasan dalam perusahaan, terutama mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan. Dalam Sihombing (2014) dijelaskan bahwa Dechow dkk. (1995) meneliti hubungan antara dewan komisaris dengan kecurangan laporan keuangan. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa kecurangan lebih sering terjadi pada perusahaan yang lebih sedikit memiliki anggota dewan komisaris eksternal. Namun, pada penelitian yang


(38)

dilakukan oleh Souken dkk. (2009) menunjukkan bahwa rasio dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.

3. Struktur organisasional

Struktur organisasi suatu perusahaan memberikan gambaran bagaimana pengendalian internal dan arus hubungan vertikal maupun horizontal. Meskipun struktur organisasi perusahaan sangat baik dan kompleks, tidak menutup kemungkinan bahwa manajemen maupun direksi akan

melakukan tindak kecurangan.

2.1.4.3 Rasionalisasi (Rationalization)

Rasionalisasi adalah bagaimana seseorang dengan pikirannya sendiri membenarkan kejahatan yang dilakukannya (Shelton, 2014). Rasionalisasi membuat seseorang yang pada awalnya tidak akan melakukan tindakan

kecurangan, berubah menjadi ingin melakukannya. Rasionalisasi merupakan suatu alasan yang kesannya membenarkan tindakan kecurangan dan merupakan hal yang sewajarnya.

Dalam SAS No. 99 menjelaskan bahwa hubungan manajemen dengan auditor merupakan rasionalisasi manajemen. Auditor kadang berselisih dengan manajer dalam melakukan audit, karena antara auditor dan manajer perusahaan tidak terjadi kesepakatan mengenai praktik akuntansi perusahaan. Burton dan Roberts (1991) dalam penelitian Srimindarti (2006) mengemukakan bahwa alasan perusahaan mengganti auditor yaitu karena adanya perbedaan standar akuntansi,


(39)

adanya perubahan manajemen, permintaan jasa tambahan dan kebutuhan yang timbul karena keuangan yang baru. Dalam penelitian Sulistiarini dan Sudarno (2012), Sinarwati (2010) menjelaskan bahwa pergantian manajemen dalam perusahaan sering kali diikuti oleh perubahan kebijakan dalam perusahaan, termasuk dalam hal pemilihan KAP. Jika manajemen yang baru berharap bahwa KAP yang baru lebih bisa diajak bekerjasama dan lebih bisa memberikan opini seperti yang diharapkan oleh manajemen, disertai dengan adanya preferensi tersendiri tentang auditor yang akan digunakannya, pergantian KAP dapat terjadi dalam perusahaan.

Kluger dan Shield (1987) dalam penelitian Srimindarti (2006) juga menjelaskan bahwa keinginan perusahaan untuk menyembunyikan informasi tertentu memiliki peran yang sangat penting dalam keputusan pergantian auditor. Selain itu, Nagy (2005) dalam penelitian Sulistiarini dan Sudarno (2012) menyatakan bahwa perusahaan akan mencari KAP yang selaras dengan kebijakan dan pelaporan akuntansinya.

Di Indonesia telah ada regulasi atau peraturan terkait jasa akuntan publik. Pemerintah Indonesia pada tahun 2008 telah menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 yang merupakan peraturan baru tentang jasa akuntan publik yang juga berisi ketentuan pergantian Kantor Akuntan Publik (KAP). Dalam pasal 3 ayat 1 dinyatakan bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan paling lama 6 (enam) tahun buku berturut-turut oleh KAP yang sama dan 3 (tiga) tahun berturut-turut oleh auditor yang sama kepada satu klien yang sama. Jika terdapat perusahaan yang melakukan pergantian KAP secara sukarela dan diluar dari ketentuan yang


(40)

berlaku tersebut, maka perlu ditinjau apakah ada kecurangan oleh perusahaan (klien) dan ketidaksepakatan antara manajer dan auditor eksternal terkait kebijakan dan praktik akuntansi yang dilakukan perusahaan. Karena pergantian auditor secara sukarela terjadi karena beberapa kemungkinan, antara lain karena adanya perselisihan antara manajer dan auditor terkait praktik akuntansi,

pengunduran diri KAP, pemecatan KAP oleh klien, dan juga disebabkan oleh kepentingan khusus klien.

Dalam penelitian Hanum (2014), Kurniawati (2012) menyatakan bahwa dengan adanya pengunduran diri atau pergantian auditor, maka akan berpengaruh terhadap kemungkinan kecurangan laporan keuangan. Auditor eksternal yang lama mungkin lebih dapat mendeteksi segala kemungkinan kecurangan yang dilakukan oleh manajemen, baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Namun, dengan adanya pergantian auditor ekternal, maka kemungkinan terjadinya kecurangan akan semakin meningkat. Auditor eksternal yang baru tidak dapat secara langsung mendeteksi bentuk-bentuk kecurangan yang dilakukan oleh manajemen, karena belum terbiasa dalam melakukan audit atas perusahaan tersebut.

Jika dalam proses audit ditemukan bukti bahwa terdapat kecurangan laporan keuangan yang dilakukan oleh perusahaan, maka perusahaan akan memberikan alasan kepada auditor eksternal yang baru bahwa hal tersebut sebelumnya merupakan tindakan yang sewajarnya dan tidak dipermasalahkan oleh auditor ekternal yang sebelumnya. Pernyataan ini seolah-olah bahwa tindak kecurangan yang dilakukan merupakan tindakan yang sewajarnya dan jika tidak terdeteksi oleh auditor eksternal, maka akan selalu dilakukan oleh perusahaan.


(41)

Rini (2012) menyatakan bahwa efektivitas dan kemampuan auditor untuk

mendeteksi adanya praktik kecurangan tergantung pada kualitas dan independensi auditor tersebut. Kualitas audit dan auditor biasanya dikaitkan dengan ukuran Kantor Akuntan Publik. Jika Kantor Akuntan Publik (KAP) berukuran besar, maka kualitas independensi dan auditnya baik, sehingga dapat dipercaya dalam mendeteksi adanya kecurangan laporan keuangan.

2.1.5 Fraud Diamond

Shelton (2014) menjelaskan bahwa awalnya dianggap ada tiga faktor berbeda yang memberikan kontribusi seseorang dalam memutuskan untuk melakukan tindakan kecurangan (fraud). Ketiga faktor tersebut termasuk dalam segitiga kecurangan (fraud triangle). Tiga faktor yang berbeda adalah tekanan,

kesempatan, dan rasionalisasi. Menurut Shelton (2014), faktor-faktor tersebut pertama kali didefinisikan oleh kriminolog Donald Cressey.

Dalam penelitian Sihombing (2014) dijelaskan bahwafraud diamondmerupakan sebuah pandangan dan konsep baru tentang fenomena kecurangan yang

dikemukakan oleh Wolfe dan Hermanson (2004). Teorifraud diamond

merupakan bentuk penyempurnaan dari teorifraud triangleyang dikemukakan oleh Cressey (1953). Jika dalamfraud triangleterdapat tiga elemen, maka dalam

fraud diamondditambah satu elemen yang signifikan untuk memengaruhi seseorang untuk melakukan kecurangan, yaitu kapabilitas ataucapability.

Menurut Wolfe dan Hermanson (2004), banyak studi menunjukkan penipuan atau


(42)

melakukan kecurangan, kontrol yang lemah atau pengawasan memberikan kesempatan bagi orang untuk melakukan kecurangan, dan orang tersebut dapat merasionalisasi perilaku kecurangan (sikap). Wolfe dan Hermanson (2004) menjelaskan bahwa segitiga kecurangan dapat ditingkatkan untuk meningkatkan baik pencegahan kecurangan dan deteksi dengan mempertimbangkan elemen ke empat. Menurut Wolfe dan Hermanson (2004), selain menangani insentif, kesempatan, dan rasionalisasi, juga mempertimbangkan kemampuan individu.

2.1.5.1 Kemampuan (Capability)

Menurut Wolfe dan Hermanson (2004), kontribusi utama darifraud diamond

adalah bahwa kemampuan untuk melakukan kecurangan secara eksplisit dan terpisah dipertimbangkan dalam penilaian risiko kecurangan (fraud). Wolfe dan Hermanson (2004) berpendapat bahwa banyak kecurangan yang bernilai miliaran dolar, tidak akan terjadi tanpa orang tertentu dengan kemampuan khusus yang ada dalam perusahaan. Kesempatan membuka peluang dan pintu bagi kecurangan, kemudian tekanan dan rasionalisasi menarik seseorang untuk melakukan kecurangan. Akan tetapi, orang harus memiliki kemampuan untuk mengenali pintu terbuka tersebut sebagai kesempatan dan mengambil keuntungan bukan hanya sekali, namun berkali-kali.

Wolfe dan Hermanson (2004) menyatakan bahwa posisi seseorang atau fungsi dalam organisasi dapat memberikan kemampuan untuk membuat atau

memanfaatkan kesempatan untuk kecurangan tidak tersedia untuk orang lain. Kemampuan kecurangan adalah suatu kemampuan yang dimiliki seseorang dalam


(43)

prosesnya melakukan kecurangan. Kemampuan tersebut meliputi bagaimana seseorang dapat melihat dan memanfaatkan peluang yang juga didasari oleh tekanan dari pihak lain untuk melakukan kecurangan.

Dalam penelitian Nursani dan Irianto (2014), Wolfe dan Hermanson (2004) menjelaskan sifat-sifat terkait elemen kemampuan (capability) yang sangat penting dalam pribadi pelaku kecurangan, yaitu:

1. Positioning

Posisi seseorang atau fungsi dalam organisasi dapat memberikan kemampuan untuk membuat atau memanfaatkan kesempatan untuk penipuan. Seseorang dalam posisi otoritas memiliki pengaruh lebih besar atas situasi tertentu atau lingkungan.

2. Intelligence and creativity

Pelaku kecurangan ini memiliki pemahaman yang cukup dan

mengeksploitasi kelemahan pengendalian internal dan untuk menggunakan posisi, fungsi, atau akses berwenang untuk keuntungan terbesar.

3. Convidence / Ego

Individu harus memiliki ego yang kuat dan keyakinan yang besar dia tidak akan terdeteksi. Tipe kepribadian umum termasuk seseorang yang

didorong untuk berhasil disemua biaya, egois, percaya diri, dan sering mencintai diri sendiri (narsisme). MenurutDiagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, gangguan kepribadian narsisme meliputi kebutuhan untuk dikagumi dan kurangnya empati untuk orang lain. Individu dengan gangguan ini dipercaya bahwa mereka lebih unggul dan cenderung ingin memperlihatkan prestasi dan kemampuan mereka.


(44)

4. Coercion

Pelaku kecurangan dapat memaksa orang lain untuk melakukan atau menyembunyikan penipuan. Seorang individu dengan kepribadian yang persuasif dapat lebih berhasil meyakinkan orang lain untuk pergi bersama dengan penipuan atau melihat ke arah lain.

5. Deceit

Penipuan yang sukses membutuhkan kebohongan yang efektif dan konsisten. Untuk menghindari deteksi, individu harus mampu berbohong meyakinkan, dan harus melacak cerita secara keseluruhan.

6. Stress

Individu harus mampu mengendalikan stres karena melakukan tindakan kecurangan dan menjaganya agar tetap tersembunyi sangat bisa

menimbulkan stres.

Wolfe dan Hermanson (2004) juga menyatakan bahwa posisi CEO, direksi, maupun kepala divisi lainnya merupakan faktor penentu terjadinya kecurangan, dengan mengandalkan posisinya yang dapat memengaruhi orang lain dan dengan kemampuannya memanfaatkan keadaan yang dapat memperlancar tindakan kecurangannya. Kemampuan untuk melakukan kecurangan akan kuat dan lebih baik jika yang melakukan kecurangan tersebut adalah CEO dalam suatu

perusahaan, karena CEO merupakan seseorang yang memiliki posisi tertinggi dalam jajaran kepengurusan suatu perusahaan.

Dalam penelitian Wolfe dan Hermanson (2004) dijelaskan sebagai contoh bahwa pertimbangkan sebuah perusahaan di mana pengendalian internal memungkinkan kemungkinan bahwa pendapatan bisa dicatat waktunya dengan mengubah


(45)

penjualan tanggal kontrak dalam sistem penjualan. Sebuah kesempatan untuk penipuan ada, jika orang yang tepat di tempat untuk memahami dan

memanfaatkannya. Kesempatan ini untuk kecurangan atau penipuan menjadi masalah yang jauh lebih serius jika CEO perusahaan yang berada di bawah tekanan kuat untuk meningkatkan penjualan, memiliki keterampilan teknis untuk memahami bahwa kelemahan kontrol ada, dapat memaksa CFO (direktur

keuangan) dan manajer penjualan untuk memanipulasi tanggal kontrak penjualan, dan konsisten berbohong kepada analis dan anggota dewan tentang pertumbuhan perusahaan. Dengan tidak adanya CEO tersebut, kemungkinan penipuan tidak akan pernah menjadi kenyataan, meskipun kehadiran unsur-unsur segitiga

kecurangan. Dengan demikian, kemampuan CEO merupakan faktor utama dalam menentukan apakah kelemahan kontrol ini pada akhirnya akan menyebabkan kecurangan. Selain itu, Wolfe dan Hermanson (2004) menyatakan bahwa ketika orang melakukan fungsi tertentu berulang-ulang, seperti rekonsiliasi bank atau pengaturan akun penjualan baru, kemampuan mereka untuk melakukan penipuan meningkat sebagai pengetahuan mereka tentang proses fungsi dan perluasan kontrol dari waktu ke waktu.

Seorang CEO memiliki kendali yang besar terhadap bawahannya, termasuk dalam mendominasi sistem, data perusahaan, proses pengambilan keputusan operasional, dan keputusan dalam penerapan kebijakan akuntansi dalam proses pelaporan keuangan perusahaan pada periode tertentu. Menurut Wolfe dan Hermanson (2004), kemampuan sebagai salah satu faktor risiko kecurangan yang

melatarbelakangi terjadinya kecurangan menyimpulkan bahwa pergantian direksi atau CEO dapat mengindikasi terjadinya kecurangan.


(46)

2.1.5.2 Keterkaitan antara Kemampuan (capability) dan Pergantian Direksi (CEO)

Dalam teori keagenan (agency theory) dijelaskan bahwa CEO merupakan agen atau pihak yang dipekerjakan oleh pemilik perusahaan (principal). Seorang CEO memiliki kendali dan kemampuan memengaruhi yang besar terhadap

bawahannya, termasuk dalam mendominasi sistem, data perusahaan, proses pengambilan keputusan operasional, dan keputusan dalam penerapan kebijakan akuntansi dalam proses pelaporan keuangan perusahaan pada periode tertentu. Seorang CEO memiliki kemampuan dalam mengendalikan suatu perusahaan dan memiliki posisi tertinggi dalam eksekutif perusahaan. CEO memiliki kemampuan dalam melakukan tindak kecurangan, karena CEO mengetahui celah-celah dan pandai melihat peluang didalam fungsi tertentu yang berpotensi untuk

dilakukannya kecurangan. Selain itu, CEO hanya diawasi oleh komisaris independen dan komite audit yang terkadang kurang efektif dalam melakukan pengawasan atas kinerja CEO, sehingga kemampuan CEO dapat meningkat untuk melakukan kecurangan.

Kecurangan yang sering terjadi dan dilakukan oleh CEO adalah manajemen laba. CEO memiliki kemampuan khusus dalam melakukan kecurangan seperti

manajemen laba dan penerapan kebijakan akuntansi tertentu sesuai dengan tujuannya, dengan cara memengaruhi manajer beserta bawahannya yang lain untuk dapat mengikuti maksud dan tujuannya, selagi ada peluang dan pengawasan komisaris independen serta komite audit yang lemah.


(47)

Ada banyak motivasi yang memicu terjadinya manajemen laba yang dilakukan oleh CEO dan itu semua merupakan tindakan kecurangan. Scott (1997: 296-306) dalam penelitian Tiono dkk. (2004) menyatakan bahwa salah satu motivasi terjadinya manajemen laba adalah adanya pergantian CEO dan rencana bonus (bonus scheme).

Kecurangan akan cederung terjadi dan meningkat pada saat akhir masa jabatan seorang CEO atau pada saat akan dilakukannya pergantian CEO perusahaan yang baru. CEO akan berusaha meningkatkan kinerjanya untuk menghindari pergantian CEO oleh pemilik perusahaan dengan cara meningkatkan laba, apabila penilaian kinerja berdasarkan laba (Fransiska, 2007). Seorang CEO akan memanipulasi laba yang diperoleh perusahaan untuk mendapatkan atau memaksimalkan bonus atas kinerjanya. CEO yang dinilai baik oleh pemilik perusahaan akan diberikan bonus (reward), sedangkan CEO yang kinerjanya kurang baik akan diganti oleh pemilik perusahaan. Hal ini juga didukung oleh Scott (1997) yang menyatakan bahwa semakin mendekati periode pensiun, seorang CEO akan cenderung melakukan strategiincome maximizationuntuk meningkatan bonus mereka.

DeAnggelo dan Skinner (1994) dalam penelitian Wedari (2004) mengemukakan bahwa CEO akan melakukantake a bathuntuk meningkatkan probabilitas peningkatan laba dimasa mendatang. Selain itu, Scott (1997: 296-306) dalam penelitian Tiono dkk. (2004) menyatakan bahwa CEO yang akan habis masa penugasannya atau pensiun akan melakukan strategi memaksimalkan laba untuk meningkatkan bonusnya. Demikian pula dengan CEO yang kinerjanya kurang baik, ia akan cenderung memaksimalkan laba untuk mencegah atau membatalkan pemecatannya. Dengan adanya tekanan (pressure) berupa pergantian direksi atau


(48)

CEO, akan lebih mendukung dan meningkatkan kemampuan seorang CEO untuk melakukan kecurangan, dengan memanfaatkan adanya peluang (opportunity) dalam memaksimalkan rencana bonus (bonus scheme) dan pengawasan yang kurang efektif, dan merasionalisasikan segala bentuk manajemen laba yang dilakukan CEO.

2.1.6 Kecurangan Laporan Keuangan

Sihombing (2014) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa kecurangan laporan keuangan merupakan kesengajaan ataupun kelalaian dalam pelaporan laporan keuangan dimana laporan keuangan yang disajikan tidak sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. Kelalaian atau kesengajaan ini sifatnya material sehingga dapat memengaruhi keputusan yang akan diambil oleh pihak yang berkepentingan.

Pinkasovitch (2014) menyatakan bahwa Penipuan laporan keuangan dapat muncul dalam berbagai bentuk, meskipun praktik akuntansi sekali menipu diinisiasi, berbagai sistem manipulasi akan digunakan untuk menjaga penampilan keberlanjutan. Pendekatan umum untuk artifisial meningkatkan penampilan keuangan meliputi melebih-lebihkan pendapatan dengan merekam penjualan yang diharapkan dimasa depan, mengecilkan biaya melalui cara-cara seperti

memanfaatkan beban usaha, menggembungkan nilai bersih aset dengan sengaja gagal untuk menerapkan jadwal penyusutan yang sesuai, menyembunyikan kewajiban off dari neraca perusahaan dan pengungkapan yang salah dari transaksi dengan pihak terkait dan transaksi keuangan terstruktur.


(49)

Menurut Wells (2011) dalam Sihombing (2014) menyatakan bahwa kecurangan laporan keuangan mencakup beberapa modus, antara lain:

1. Pemalsuan, pengubahan, atau manipulasi catatan keuangan, dokumen pendukung atau transaksi bisnis.

2. Penghilangan yang disengaja atas peristiwa, transaksi, akun, atau informasi signifikan lainnya sebagai sumber dari penyajian laporan keuangan.

3. Penerapan yang salah dan disengaja terhadap prinsip akuntansi, kebijakan, dan prosedur yang digunakan untuk mengukur, mengakui, melaporkan dan mengungkapkan peristiwa ekonomi dan transaksi bisnis.

4. Penghilangan yang disengaja terhadap informasi yang seharusnya disajikan dan diungkapkan menyangkut prinsip dan kebijakan akuntansi yang digunakan dalam membuat laporan keuangan.

Beberapa modus diatas sering dijadikan motivasi dan cara manajer dalam melakukan kecurangan terhadap laporan keuangan, mulai dari penggunaan metode, prinsip, maupun kebijakan yang salah dalam proses pelaporan keuangan. Selain itu, laporan keuangan yang mengandung kecurangan menjadi ancaman bagi pengguna laporan keuangan. Karena manajer perusahaan menyajikan informasi yang palsu dan salah (moral hazard) kepada publik.


(50)

2.1.6.1 Manajemen Laba (Earning management)

Kataearning managementatau manajemen laba memang tidak asing lagi bagi dunia riset dan penelitian yang terkait dengan akuntansi. Manajemen laba masih menjadi topik dan isu yang paling sering dikaji dan dilakukan penelitian oleh beberapa peneliti dan pihak yang berkepentingan, khususnya dibidang akuntansi dan keuangan. Menurut Scott (2000) dalam penelitian Anggarini dan Trisnawati (2008), manajemen laba adalah suatu cara penyajian laba yang disesuaikan dengan tujuan yang diinginkan oleh manajer, melalui pemilihan suatu kebijakan akuntansi atau melalui pengelolaan akrual.

Sugiri (1998) dalam penelitian Widyaningdyah (2001) mengutarakan definisi manajemen laba menjadi dua bagian. Dalam arti sempit, manajemen laba sebagai perilaku manajer untuk bermain dengan komponendiscretionary accrualsdalam menentukan besarnya laba. Dalam arti luas, manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan ataupun mengurangi laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan ataupun penurunan profitabilitas ekonomis jangka panjang unit tersebut. Selain itu, Hermawan (2005) juga menyatakan bahwa manajemen laba dapat terjadi ketika perusahaan menerapkan akuntansi akrual basis.

Manajemen laba sering kali dilakukan oleh manajemen yang memiliki tujuan khusus. Manajemen laba mucul atau dilakukan oleh manajer atau para pembuat laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi karena mereka mengharapkan suatu manfaat atas tindakan yang dilakukan (Hermawan, 2005). Rezaee (2002) dalam penelitian Norbarani (2012) mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu


(51)

intervensi terhadap proses pelaporan keuangan eksternal untuk memeroleh beberapa keuntungan pribadi. Tindakan manajemen laba menjadi cikal bakal terjadinya suatu skandal akuntansi (Norbarani, 2012). Hal ini dikarenakan telah banyak kasus terkait skandal akuntansi dan kecurangan yang telah terjadi, seperti skandal Enron di Amerika Serikat. Gideon (2005) dalam penelitian Norbarani (2012) juga menyatakan bahwa beberapa kasus yang terjadi di Indonesia, seperti PT Lippo Tbk. dan PT Kimia Farma Tbk. juga melibatkan pelaporan keuangan yang berawal dari terdeteksi adanya manajemen laba.

Perusahaan lebih suka melakukan kecurangan dalam pelaporan keuangan ketika mereka memiliki kesempatan untuk melakukan manajemen laba dengan tujuan agar kinerja mereka terlihat sukses didepan para pemegang saham perusahaan (Dechow dkk., 1995). Dari kasus dan fakta tersebut, dapat dikatakan bahwa manajemen laba atauearning managementmemiliki hubungan yang erat dengan kecurangan laporan keuangan.

Menurut Scott (1997: 296-306) dalam penelitian Tiono dkk. (2004), motivasi perusahaan atau manajer dalam melakukan manajemen laba antara lain:

1. Rencana bonus (Bonus scheme / bonus plan)

Manajer yang bekerja diperusahaan dengan rencana bonus akan berusaha mengatur laba yang dilaporkan agar dapat memaksimalkan bonus yang akan diterimanya. Scott (2000) dalam penelitian Astuti (2003) menyatakan bahwa adanya motivasi bonus mendorong manajer untuk memilih

prosedur akuntansi yang dapat menggeser laba dari periode yang akan datang ke periode saat ini. Selain itu, Holthausen (1995) menyatakan


(52)

bahwa manajer berusaha memanipulasi laba untuk memaksimalkan nilai sekarang dari pembayaran bonus.

2. Kontrak hutang jangka panjang (Debt covenant)

Motivasi ini sejalan dengan hipotesisdebt covenantdalam teori akuntansi positif, yaitu semakin dekat suatu perusahaan ke pelanggaran perjanjian hutang, maka manajer akan cenderung memilih metode akuntansi yang dapat memindahkan laba periode mendatang ke periode berjalan, sehingga dapat mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami pelanggaran kontrak.

3. Motivasi politik (Political motivation)

Perusahaan-perusahaan besar dan industri strategis cenderung menurunkan laba untuk mengurangi visibilitasnya, khususnya selama periode

kemakmuran tinggi. Tindakan ini dilakukan untuk memeroleh kemudahan dan fasilitas dari pemerintah, misalnya subsidi.

4. Motivasi perpajakan (Taxation motivation)

Perpajakan merupakan salah satu alasan utama mengapa perusahaan mengurangi laba yang dilaporkan. Dengan mengurangi laba yang

dilaporkan, maka perusahaan dapat meminimalkan besar pajak yang harus dibayarkan kepada pemerintah.

5. Pergantian CEO

CEO akan berusaha meningkatkan kinerjanya untuk menghindari

pergantian CEO oleh pemilik perusahaan dengan cara meningkatkan laba, apabila penilaian kinerja berdasarkan laba (Fransiska, 2007). CEO yang dinilai baik oleh pemilik perusahaan akan diberikan bonus (reward),


(53)

sedangkan CEO yang kinerjanya kurang baik akan diganti oleh pemilik perusahaan. Scott (1997: 296-306) dalam penelitian Tiono dkk. (2004) menyatakan bahwa CEO yang akan habis masa penugasannya atau pensiun akan melakukan strategi memaksimalkan laba untuk

meningkatkan bonusnya. Demikian pula dengan CEO yang kinerjanya kurang baik, ia akan cenderung memaksimalkan laba untuk mencegah atau membatalkan pemecatannya.

6. Penawaran saham perdana (Initial public offering)

Saat perusahaango public, informasi keuangan yang ada dalam propektus merupakan sumber informasi yang penting. Informasi ini dapat dipakai sebagai sinyal kepada calon investor tentang nilai perusahaan. Untuk memengaruhi keputusan calon investor, maka manajer berusaha untuk menaikkan laba yang dilaporkan.


(54)

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu mengenai kecurangan sudah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti. Sihombing (2014) melakukan penelitian mengenai kecurangan yang berjudul AnalisisFraud Diamonddalam MendeteksiFinancial Statement Fraud. Penelitian tersebut menggunakan data skunder, yaitu perusahaan manufaktur yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI) danlistingpada tahun 2010-2012. Variabel dependen dalam penelitian Sihombing (2014) adalah Financial Statement Fraud. Sedangkan variabel independennya adalah elemen-elemen dalamfraud diamonddan digunakan proksinya. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa stabilitas keuangan yang diproksikan oleh rasio perubahan total aset, tekanan eksternal yang diproksikan olehleverage ratio, keadaan

industri, dan variabelrationalizationyang diproksikan oleh perubahan total akrual terbukti berpengaruh terhadapfinancial statement fraud.

Berikut ini adalah daftar penelitian terdahulu terkait dengan kecurangan laporan keuangan:

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti judul penelitian Hasil Penelitian (tahun)

1 Kennedy Samuel AnalisisFraud Diamond VariabelFinancial Stability Sihombing (2014) dalam MendeteksiFinancial external pressure, nature of Statement Fraud: Studi industry,danrationalization Empiris pada Perusahaan berpengaruh terhadapfinancial Manufaktur yang Terdaftar di statement fraud.

Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Tahun 2010-2012

2 Ivonna Hanum Analisis Faktor-Faktor yang VariabelFinancial Stability Nurfhyasa (2014) MempengaruhiFraudulent Berpengaruh Terhadap

Financial Statementdengan Fraudulent Financial Statement. PerspektifFraud Triangle.


(55)

3 Petra Zulia Aranta Pengaruh Moralitas Aparat moralitas aparat berpengaruh (2013) dan Asimetri Informasi signifikan negatif terhadap

Terhadap Kecenderungan kecenderungan kecurangan Kecurangan Akuntansi akuntansi. Sedangkan, asimetri

informasi berpengaruh signifikan positif terhadap kecurangan akuntansi.

4 Anik Fatun Faktor-Faktor yang

Penegakkan peraturan, keefektifan

Najahningrum

Mempengaruhi

Kecenderungan pengendalian internal, keadilan (2013) Kecurangan (fraud): Persepsi distributif, keadilan prosedural,

Pegawai Dinas Provinsi DIY dan komitmen organisasi berpengaruh negatif pada kecenderungan kecurangan. sedangkan asimetri informasi berpengaruh positif pada kecenderungan kecurangan. 5 Siti Thoyibatun Faktor-Faktor yang kesesuaian pengendalian intern,

(2012)

Berpengaruh Terhadap

Perilaku sistem kompensasi, dan ketaatan Tidak Etis dan

Kecenderungan aturan akuntansi berpengaruh Kecurangan Akuntansi Serta terhadap perilaku tidak etis. Akibatnya Terhadap Kinerja

Organisasi


(56)

2.3 Model Penelitian

Model penelitian dirancang untuk dapat lebih memahami mengenai konsep penelitian dan arah dari hubungan kausalitas dari variabel independen dan dependen. Model penelitian dalam penelitian ini menunjukkan gambaran tentang bagaimana variabel stabilitas keuangan, efektivitas pengawasan, pergantian auditor eksternal, dan kemampuan memengaruhi variabel dependen yaitu kecurangan laporan keuangan.

Dari uraian diatas, maka model penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1. Model Penelitian

(

+

)

(

-

)

(

+

)

(

+

) PELUANG

Efektivitas Pengawasan(X2) TEKANAN

Stabilitas Keuangan (X1)

RASIONALISASI

Pergantian Auditor Eksternal(X3)

Kecurangan Laporan

Keuangan

(Y)

KAPABILITAS


(57)

2.4 Pengembangan Hipotesis Penelitian

2.4.1 Pengaruh stabilitas keuangan terhadap kecurangan laporan keuangan

SAS No. 99 menjelaskan bahwa manajemen akan mempertahankan stabilitas keuangan perusahaan. Manajemen akan memanipulasi keadaan keuangannya jika terancam kondisi ekonomi yang tidak baik. Loebbecke dkk. (1989) dan Bell dkk. (1991) dalam penelitian Skousen dkk. (2009) menjelaskan bahwa dalam kasus di mana sebuah perusahaan mengalami pertumbuhan yang di bawah rata-rata industri, manajemen mungkin mengambil jalan untuk manipulasi laporan keuangan untuk meningkatkan prospek perusahaan. Demikian juga, setelah periode pertumbuhan yang tinggi dan cepat, manajemen mungkin mengambil jalan untuk memanipulasi laporan keuangan untuk memberikan penampilan pertumbuhan yang stabil. Kondisi perusahaan yang tidak stabil akan menimbulkan tekanan bagi manajemen, karena kinerja perusahaan terlihat menurun dimata publik sehingga akan menghambat aliran dana investasi ditahun mendatang.

Skousen dkk.(2009) dalam penelitian Norbarani (2012) menyatakan bahwa perusahaan berusaha untuk meningkatkan prospek danoutlookperusahaan yang baik, salah satunya dengan memanipulasi informasi kekayaan aset yang

dimilikinya. Aset berperan penting dalam pertumbuhan dan kesetabilan perusahaan. Dalam penelitian Hanum (2014) dijelaskan bahwa dalam menarik minat investor untuk menanamkan modalnya, perusahaan berusaha untuk

mempercantik tampilan total aset yang dimiliki. Skousen dkk.(2009) menyatakan bahwa bentuk manipulasi dan kecurangan pada laporan keuangan yang dilakukan


(58)

oleh manajemen berkaitan dengan pertumbuhan aset perusahaan. Oleh karena itu, rasio perubahan total aset dijadikan proksi pada variabel stabilitas keuangan. Skousen dkk. (2009) membuktikan bahwa semakin besar rasio perubahan total aset suatu perusahaan maka probabilitas dilakukannya tindak kecurangan pada laporan keuangan perusahaan tersebut semakin tinggi. Pada penelitian Hanum (2014), menunjukkan bahwa stabilitas keuangan yang diproksikan dengan perubahan total aset (ACHANGE) berpengaruh positif terhadap kecurangan laporan keuangan. Dari penjelasan ini, maka hipotesis yang dibentuk adalah:

H1 : Stabilitas keuangan berpengaruh positif terhadap kecurangan laporan keuangan

2.4.2 Pengaruh efektivitas pengawasan terhadap kecurangan laporan keuangan

Dalam penelitian Norbarani (2012) dijelaskan bahwa terjadinya praktik kecurangan ataufraudmerupakan salah satu dampak dari pengawasan atau

monitoringyang lemah sehingga memberi kesempatan kepada agen atau manajer untuk berperilaku menyimpang dengan melakukan manajemen laba. SAS No. 99 menyatakan bahwa kecurangan dapat terjadi jika adanya dominasi manajemen oleh satu orang atau kelompok kecil, tanpa kontrol kompensasi, tidak efektifnya pengawasan dewan direksi dan komite audit atas proses pelaporan keuangan dan pengendalian internal dan sebagainya. Andayani (2010) dalam Norbarani (2012) menjelaskan bahwa komisaris independen yang merupakan bagian dari dewan komisaris sangat berperan dalam meminimumkan manajemen laba yang


(59)

merupakan salah satu bentuk kecurangan laporan keuangan yang dilakukan oleh pihak manajemen. Semakin tingginya proporsi kepemilikan dewan komisaris, maka semakin besar pengawasan yang dilakukan kepada manajemen.

Dalam Sihombing (2014) dijelaskan bahwa Dechow dkk. (1995) meneliti hubungan antara dewan komisaris dengan kecurangan laporan keuangan. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa kecurangan lebih sering terjadi pada perusahaan yang lebih sedikit memiliki anggota dewan komisaris eksternal. Namun, hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Skousen dkk. (2009). Hasil penelitian Skousen dkk. (2009) tidak menguatkan bukti bahwa rasio dewan komisaris independen berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Dari penelitian terdahulu tersebut terjadi ketidakkonsistenan, sehingga

memberikan alasan untuk melakukan uji kembali apakah rasio dewan komisaris independen berpengaruh atau tidak terhadap kecurangan laporan keuangan. Dari uraian diatas, maka hipotesis yang dibentuk adalah:

H2 : Efektivitas pengawasan berpengaruh negatif terhadap kecurangan laporan keuangan

2.4.3 Pengaruh pergantian auditor eksternal terhadap kecurangan laporan keuangan

Salah satu faktor yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan kecurangan adalah rasionalisasi. Rasionalisasi memberikan alasan bahwa seseorang


(60)

melakukan tindakan kecurangan, seseorang akan mencari suatu pembenaran. Dalam SAS No. 99 dikatakan bahwa observasi auditor berpengaruh terhadap risiko dan hasil audit. Hubungan antara manajemen dengan auditor dalam pelaksanaan audit tidak selalu baik dan terdapat perselisihan. SAS No. 99 menyatakan bahwa pengaruh adanya pergantian ataupun perubahan auditor eksternal dalam perusahaan dapat menjadi indikasi terjadinya kecurangan. Auditor eksternal yang lama mungkin lebih dapat mendeteksi segala kemungkinan kecurangan yang dilakukan oleh manajemen, baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Namun, dengan adanya pergantian auditor ekternal, maka kemungkinan terjadinya kecurangan akan semakin meningkat. Auditor eksternal yang baru tidak dapat secara langsung mendeteksi bentuk-bentuk kecurangan yang dilakukan oleh manajemen, karena belum terbiasa dalam melakukan audit atas perusahaan tersebut. Hal ini diperkuat oleh skandal

perusahaan Enron Amerika Serikat yang membuktikan bahwa auditor gagal dalam mendeteksi adanya manipulasi laba yang dilakukan Enron. Dengan adanya

perubahan atau pergantian auditor, maka manajemen dapat memanipulasi data keuangan yang kemungkinan tidak akan terdeteksi oleh auditor yang baru. Jika dalam proses audit ditemukan bukti bahwa terdapat kecurangan laporan keuangan yang dilakukan oleh perusahaan, maka perusahaan akan memberikan alasan kepada auditor eksternal yang baru bahwa hal tersebut sebelumnya merupakan tindakan yang sewajarnya dan tidak dipermasalahkan oleh auditor ekternal yang sebelumnya. Pernyataan ini seolah-olah bahwa tindak kecurangan yang dilakukan merupakan tindakan yang sewajarnya dan jika tidak terdeteksi oleh auditor eksternal, maka akan selalu dilakukan oleh perusahaan.


(1)

81

meningkatkan efektivitasnya dalam melakukan pengawasan terhadap CEO maupun manajer, sehingga kecurangan akan menurun.

3. Pergantian auditor eksternal (auditor change) yang diukur dengan variabel dummytidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.

Meskipun dengan adanya pergantian auditor eksternal dalam suatu

perusahaan, namun auditor eksternal yang baru tersebut merupakan Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berukuran besar, maka kecurangan laporan keuangan dapat terdeteksi.

4. Kemampuan yang diproksikan dengan pergantian direksi (CEO) tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Dengan kata lain bahwa jika sering kali terjadi pergantian direksi perusahaan, namun jika dewan komisaris independen melakukan pengawasan dengan baik dan efektif terhadap CEO atau direksi suatu perusahaan, maka kecurangan laporan keuangan dapat menurun dan tidak akan terjadi.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan sebagai berikut:

1. Variabel rasionalisasi dalam penelitian ini menggunakan proksi pergantian auditor eksternal yang diukur dengan variabeldummy, sehingga hasilnya dimungkinkan kurang akurat.

2. Variabel kemampuan (capability) dalam penelitian ini menggunakan proksi pergantian direksi (CEO), karena belum dapat menemukan proksi yang lain atau lebih spesifik daricapability.


(2)

82

3. Pergantian direksi (CEO) diukur menggunakan variabeldummy, sehingga ada kemungkinan bahwa pengukuran dan hasilnya kurang akurat dan kurang mewakili. Hal ini dikarenakan belum ditemukannya alat ukur yang lain atau lebih spesifik.

5.3 Saran

Saran-saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya antara lain:

1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan variabel

independen yang lainnya. Untuk variabel dari tekanan (pressure) dapat digunakan variabel target keuangan (financial target) dan tekanan eksternal (external pressure). Untuk variabel kesempatan (opportunity) dapat digunakan variabel keadaan industri (nature of industry). Hal ini bertujuan agar dapat mengetahui variabel apa saja yang berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.

2. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat menggunakan proksi dari variabel kemampuan (capability) selain pergantian direksi (CEO). 3. Bagi penelitian selanjutnya disarankan untuk lebih memerhatikan dan

mempertimbangkan rata-rata pergantian auditor eksternal dan direksi (CEO) perusahaan yang dijadikan sampel penelitian.

4. Pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan model pengukuran kecurangan laporan keuangan yang lain, sepertiFraud Score Model. Hal ini ditujukan untuk mengetahui perbedaan hasil pengukuran dan dapat diperbandingkan dengan penelitian sebelumnya.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

American Institute of Certified Public Accountants. 2002.Statement on Auditing Standards. Diakses dari

http://www.aicpa.org/research/standards/auditattest/downloadabledocumen ts/au-00316.pdf pada Tanggal 30 Oktober 2014.

Anggraini, Fivi dan Ira Trisnawati. 2008. Pengaruh Earnings Management Terhadap Konservatisme Akuntansi.Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 10. No. 1. Hal 23-36. Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta. Aranta, Petra Zulia. 2013. Pengaruh Moralitas Aparat dan Asimetri Informasi

terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi.Skripsi. Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Padang.

Astuti, Dewi Saptantinah P. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Manajemen Laba di SeputarRight Issue.Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis. Vol. 2.

Dechow, P.M., Sloan, R.G., Sweeney, A. 1995. Detecting Earnings Management. The Accounting Review. Volume 70.

Fransiska, Yulia. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba pada Perusahaan yang Melakukan IPO di Bursa Efek Jakarta.Skripsi. Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.

Ghozali, Imam. 2013.Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21, Edisi Ketujuh.Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Hanum, Ivonna Nurfhyasa. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Fraudulent Financial Statement Dengan Perspektif Fraud Triangle.Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung. Bandar Lampung. Hendra, Vincentius., Yohannes Santana, dan Lisia Gandhatama. 2014.The Fraud

Triangle.Diakses dari

https://www.academia.edu/6634188/FRAUD_TRIANGLE pada Tanggal 27 Agustus 2014.

Hermawan, Donal Dwi. 2005. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Earnings Management.Skripsi.Fakultas Ekonomi, Universitas Katolik Soegijapranata. Semarang.


(4)

Holthausen, Robert W, David F. Larcker dan Richard G. Sloan. 1995. Annual Bonus Schemes and the Manipulation of Earnings.Journal of Accounting & Economics. pp. 29-73.

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2009.Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen Edisi Pertama.Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada. Jones, J. J. 1991. Earnings management during import relief investigations.

Journal of Accounting Research29 (2): 193‐228. Kayo, Sutan Edison. 2014.Daftar Saham LQ 45. Diakses dari

http://www.sahamok.com/bei/lq-45/ pada Tanggal 03 September 2014. Koroy, Tri Ramaraya. 2008. Pendeteksian Kecurangan (Fraud) Laporan

Keuangan Oleh Auditor Eksternal.Jurnal Akuntansi dan Keuangan.Vol. 10, No. 01. Surabaya.

Kurniawati, Ema. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Financial Statement Fraud dalam Perspektif Fraud Triangle. Skripsi.Universitas Diponegoro. Semarang.

Menteri Keuangan. 2008. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 Pasal 3 Tentang Jasa Akuntan Publik. Jakarta. Nabila, Atia Rahma. 2013. Deteksi Kecurangan Laporan Keuangan Dalam

PerspektifFraud Triangle.Skripsi.Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro. Semarang.

Najahningrum, Anik Fatun. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Kecenderungan Kecurangan (Fraud): Persepsi Pegawai Dinas Provinsi DIY.Skripsi.Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang.

Norbarani, Listiana. 2012. Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan Dengan Analisis Fraud Triangle yang Diadopsi dalam SAS No. 99.Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.

Nursani, Rahmalia dan Gugus Irianto. 2014. Perilaku Kecurangan Akademik Mahasiswa: DimensiFraud Diamond.Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya. Malang.

Panji, Dhimas. 2014.Pengertian Fraud dan Piracy. Diakses dari

http://www.balinter.net/news_411_pengertian_Fraud.html pada Tanggal 27 Agustus 2014.

Pardosi, Rica W. 2015. AnalisisFraud Diamonddalam Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia dengan MenggunakanFraud Score Model.Skripsi.Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung. Bandarlampung.


(5)

Pinkasovitch, Arthur. 2014.Detecting Financial Statement Fraud. Diakses dari http://www.investopedia.com/articles/financial-theory/11/detecting-financial-fraud.asp pada Tanggal 02 Oktober 2014.

PT Bursa Efek Indonesia. 2010.Laporan Keuangan dan Tahunan. Diakses dari http://www.idx.co.id/ pada Tanggal 08 November 2014.

Putri, Citra P.D. 2014. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance dan Growth Opportunities Terhadap Tingkat Konservatisme Akuntansi. Skripsi.Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung. Bandarlampung.

Rahmanti, Martantya M. 2013. Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan Melalui Faktor Risiko Tekanan dan Peluang.Skripsi.Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro. Semarang.

Rini, Viva Yustitia. 2012. Analisis Prediksi Potensi RisikoFraudulent Financial StatementMelaluiFraud Score Model.Skripsi.Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro. Semarang.

Scott, William R., 1997,Financial Accounting Theory, New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Shelton, Austin M. 2014. Analysis of Capabilities Attributed to The Fraud Diamond.Undergraduate Honors Theses.Paper 213.

Sholihah, Dwi Westi. 2014. Pengaruh Financial Stability, External Pressure, Personal Financial Need, dan Financial Target dalam Konsep Fraud Triangle Menurut SAS N0. 99 yang Diproksikan dengan Rsio Keuangan terhadap Kecurangan Laporan Keuangan.Skripsi.Fakultas Ekonomi, Universitas Widyatama, Bandung.

Sihombing, Kennedy Samuel. 2014. Analisis Fraud Diamond Dalam Mendeteksi Financial Statement Fraud: Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).Skripsi.Fakultas

Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro.

Simbolon, Harry Andrian. 2010.Mengupas Seluk Beluk Fraud dan Cara Mengatasinya. Diakses dari

http://akuntansibisnis.wordpress.com/2010/12/22/mengupas-seluk-beluk-fraud-dan-cara-mengatasinya/ pada Tanggal 27 Agustus 2014.

Skousen, C. J., K. R. Smith, and C. J. Wright. 2009. Detecting and Predecting Financial Statement Fraud: The Effectiveness of The Fraud Triangle and SAS No. 99.Corporate Governance and Firm Performance Advances in Financial Economis, Vol. 13, h. 53-81.

Srimindarti, Ceacilia. 2006. Opini Audit dan Pergantian Auditor: Kajian

Berdasarkan Risiko, Kemampuan Perusahaan, dan Kinerja Auditor.Fokus Ekonomi.Vol. 5. No. 1.


(6)

Sulistiarini, Endina dan Sudarno. 2012. Analisis Faktor-Faktor Pergantian Kantor Akuntan Publik.Doponegoro Journal of Accounting. Vol. 1. No. 2. Hal. 1-12.

Tiono, Fransiska., Carmel Meiden, dan Wiwin Prasetyo. 2004. Manajemen Laba dalamInitial Public Offering (IPO)di Bursa Efek Jakarta.Simposium Nasional Akuntansi VII.Denpasar.

Tugas, Florenz C. 2012. Exploring a New Element of Fraud: A Study on Selected Financial Accounting Fraud Cases in The World.American International Journal of Contemporary Research.Vol 2. No. 6. De La Salle University Manila, Philippines.

Wedari, Linda Kusumaning. 2004. Analisis Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris dan Keberadaan Komite Audit terhadap Aktivitas Manajemen Laba. Simposium Nasional Akuntansi VII. Denpasar.

Widyaningdyah, Agnes Utari. 2001. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Earnings Management Pada Perusahaan Go Public di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan.Vol. 3. No. 2. Hal 89-101.

Wolfe, David T., and Dana R. Hermanson. 2004. The Fraud Diamond: Considering The Four Element of Fraud.CPA Journal. 74.12: 38-42. . 2004. The Fraud Diamond: Considering The Four Elements of Fraud.The New York State Society of CPAs.

Wolk, Harry I., James L. Dodd., and Michael G. Tearney. 2004.Accounting Theory: Conceptual Issues in a Political and Economic Environment.6th ed. USA: Thomson-South Western.