PERFORMANCE MANAGEMENT SERVICES MARKETS IN ERITREANS RETRIBUTION MARKET PLACES IN THE CITY OF BANDAR LAMPUNG KINERJA DINAS PENGELOLAAN PASAR DALAM PEMUNGUTAN RETRIBUSI PASAR DI KOTA BANDAR LAMPUNG

11

ABSTRACT
PERFORMANCE MANAGEMENT SERVICES MARKETS IN
ERITREANS RETRIBUTION MARKET PLACES IN THE CITY OF
BANDAR LAMPUNG

By

Anggesti Irka Safitri

Based on the data of the target and actual receipt of original income areas Of
Bandar Lampung in 2008-2012, indicates that the original income area (PAD) the
city of Bandar Lampung continued to increase from year to year. However,
income retributions the city government lampung did not reach 100 % in 2012
ago, the income retributions only realized Rp 2,13 billion or only 48,56 %, caused
because income retribution services market only reached 58,73 % and tending to
decline. Decreasing the reception have anything to do with a performance by
retribution Lampung market in the town.

The purpose of this research is to find out and analyzes how performance of

market management vote in lampung retribution a market in the town, with a goal
of research is the officer billers, head of UPT and management services markets.
This research was a type of research that has sort of descriptive with a qualitative
approach.

12

The results of this research is the Department's Performance Management markets
in Eritreans retribution marketplaces not optimal. Based on three indicators:
responsiveness, responsibility, and accountability, can be known that at indicators
responsibility and accountability hasnt walk optimally. The weak aspect
responsibility evidenced by level effectiveness and efficiency collection
retribution still low. While the weak aspect accountability evidenced by the
absence of a sanction or give strict action against merchants not want to pay
appropriate retribution tariffs and still lack of supervision or control against actors
related in collection retribution market in town Lampung. Performance
department of market management is also strongly influenced by renovation and
unloading in some market conducted by a city government Lampung that result in
reduced object retribution and the consciousness of merchant who still low as the
subject retribution.


Keywords: Department Performance, Retribution Market

ABSTRAK
KINERJA DINAS PENGELOLAAN PASAR DALAM PEMUNGUTAN
RETRIBUSI PASAR DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

Anggesti Irka Safitri

Berdasarkan data target dan realisasi penerimaan pendapatan asli daerah Kota
Bandar Lampung tahun 2008-2012, menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah
(PAD) Kota Bandar Lampung terus meningkat dari tahun ke tahun. Namun,
pendapatan retribusi daerah Pemerintah Kota (Pemkot) Bandar Lampung tidak
mencapai 100% pada tahun 2012 lalu, pendapatan retribusi daerah hanya
terealisasi Rp 2,13 Miliar lebih atau hanya 48,56 %, yang disebabkan karena
pendapatan retribusi pelayanan pasar hanya mencapai 58,73 % dan cenderung
menurun. Menurunnya penerimaan tersebut ada kaitannya dengan kinerja
pemungutan retribusi pasar di Kota Bandar Lampung.


Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana
kinerja Dinas Pengelolaan Pasar dalam pemungutan retribusi pasar di Kota
Bandar Lampung, dengan sasaran penelitian yaitu petugas penagih, kepala UPT
pasar dan Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung. Penelitian ini
merupakan tipe penelitian yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja Dinas Pengelolaan Pasar dalam
pemungutan retribusi pasar belum optimal. Berdasarkan tiga indikator yaitu
responsivitas, responsibilitas, dan akuntabilitas, dapat diketahui bahwa pada
indikator responsibilitas dan akuntabilitas belum dapat berjalan secara optimal.
Lemahnya aspek responsibilitas dibuktikan dengan tingkat efektifitas dan efisiensi
pemungutan retribusi

yang masih rendah. Sedangkan lemahnya aspek

akuntabilitas dibuktikan dengan belum adanya sanksi atau tindak tegas terhadap
pedagang yang tidak mau membayar retribusi sesuai tarif, dan masih lemahnya
pengawasan atau control terhadap aktor-aktor terkait dalam pemungutan retribusi
pasar di Kota Bandar Lampung. Kinerja Dinas Pengelolaan Pasar tersebut juga

sangat dipengaruhi oleh renovasi pasar dan pembongkaran di beberapa pasar yang
dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung yang berakibat pada
berkurangnya objek retribusi serta kesadaran dari pedagang yang masih rendah
sebagai subjek retribusi.

Kata Kunci : Kinerja Dinas, Retribusi Pasar

RIWAYAT HIDUP

Penulis memiliki nama lengkap Anggesti Irka Safitri,
dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 09 April 1992.
Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara yang
merupakan anak dari pasangan Bapak A. Rasyid dan Ibu Linda
Surtina
Jenjang akademis penulis diselesaikan dari Sekolah TK Kartika II-27 Bandar
Lampung pada tahun 1998, Sekolah Dasar (SD) AL-KAUTSAR Bandar Lampung
pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 22 Bandar
Lampung pada tahun 2007, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah
Menengah Atas Negeri (SMAN) 10 Bandar Lampung yang selesai tahun 2010.
Selanjutnya pada tahun yang sama penulis terdaftar sebagai mahasiswi jurusan

Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung
melalui jalur PKAB.

MOTO
Melihat seseorang bukan dari kepintarannya, tetapi dari
perilaku dan kesantunannya
Maulana Mukhlis, S.Sos, M.IP

Tidak ada kebaikan hidup yang bisa dicapai tanpa gerakan
Mario Teguh
Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan,
jangan lihat masa depan dengan ketakutan.
Tapi lihatlah sekitarmu dengan penuh kesadaran
James Thurber

Be what you wanna be, not what others want to see
Anggesti Irka Safitri

PERSEMBAHAN


Segala puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT
yang telah memberikan segala nikmat iman, islam, dan tetap
selalu melimpahkan rahmat kekuatan untuk tetap berada
dijalanNya.
Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada
junjungan Nabi besar Muhammad SAW.
Kupersembahkan skripsi ini kepada:
Motivasi, Semangat dan Tujuan Hidupku
Ayahanda A. Rasyid dan Ibunda Linda Surtina
Terima kasih untuk segala-galanya
Adik-adik ku tersayang
Dwi Anggraeni dan Maulin Rafikki
Saudara dan sahabatku ku yang terbaik
Terima kasih untuk semua warna dan suka duka
kebersamaanya
Almamaterku Tercinta “Universitas Lampung”

SANWACANA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat

rahmat, karunia dan kasih sayang-Nya lah sehingga akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ”Kinerja Dinas Pengelolaan Pasar Dalam
Pemungutan Retribusi Pasar Di Kota Bandar Lampung”. Penulis menyadari
banyak sekali kesulitan dan hambatan yang dihadapi dalam proses penulisan
skripsi ini. Namun kesulitan yang ada dapat dihadapi dengan baik berkat
bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala
kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang setulus-tulusnya kepada:
1.

Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung.

2.

Bapak Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu
Pemerintahan FISIP Universitas Lampung dan juga selaku pembimbing
utama, terimakasih atas kesabaran dalam memberikan bimbingan, arahan,
nasihat serta motivasi kepada penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi
secara baik dan maksimal


3.

Bapak Drs. R. Sigit Krisbintoro, M.IP selaku Sekertaris Jurusan Ilmu
Pemerintahan FISIP Universitas dan juga selaku dosen pembahas serta
pembimbing akademik yang telah memotivasi dan memberikan nasihat

kepada penulis selama menjadi mahasiswa, terima kasih atas masukan,
pengarahan, saran dan kritik yang dapat membangun dan menjadi
penyempurna untuk skripsi ini.
4.

Bapak Maulana Mukhlis, S.Sos, M.IP selaku pembimbing kedua, terimakasih
atas kesabaran dan keikhlasan dalam memberikan bimbingan, arahan, nasihat
serta motivasi kepada penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi secara baik.

5.

Kepada seluruh Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP
Universitas Lampung yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terima

kasih yang setulus-tulusnya atas segala ilmu bermanfaat yang telah diberikan
kepada penulis.

6.

Bapak dan Ibu Staf Administrasi FISIP Universitas Lampung yang telah
membantu penulis.

7.

Mbak Nurmalena, A.Md. selaku staf ruang baca FISIP Universitas Lampung,
terimakasih atas motivasi dan senyum semangat yang selalu diberikan.

8.

Terima Kasih kepada Bapak Weka Trirakhmad, SE selaku sekretaris Dinas
Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung, Bapak Elvidison, SH selaku kabid
pengelolaan pendapatan Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung, dan
juga Bapak M. Kohar selaku kasi penagih retribusi di Dinas Pengelolaan
Pasar Kota Bandar Lampung.


9.

Para informan penelitian, Kepala UPT Pasar Smep, Pasar Gintung, Pasar
Bambu Kuning, Pasar Bawah, Pasar Tugu, Pasar Way Halim, Pasar Panjang,
Pasar Tamin, Pasar Cimeng, Pasar Kangkung, petugas penagih, dan para
pedagang yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih telah

meluangkan waktu dan memberikan banyak informasi penting yang penulis
butuhkan.
10. Kedua Orangtuaku, Ayahanda A. Rasyid dan Ibunda Linda Surtina yang telah
membesarkan dan mendidik dengan penuh ketulusan dan kasih sayang.
Terima kasih untuk cinta yang tidak terbatas apapun, kalianlah hidup dan
tujuan hidupku dan kalianlah semangatku dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Adik-adik ku tersayang Dwi Anggraeni dan Maulin Rafikki, semoga kelak
menjadi anak yang berguna, bisa buat bangga papi dan mami.
12. Syam Yoga Orlando, terima kasih telah menjadi penyemangat dan membantu
dalam menyelesaikan skripsi ini, terima kasih buat waktu, kesabaran dan
motivasi nya goyyyy ;)
13. Terima kasih kepada sahabat yang sudah menjadi saudara, Hanny Mutiara,

Jian Renata, Mayang Sari Dwinta Putri, Fera Rahmawulan, buat mbiw’s
kesayangan Tiara Anggina Putri, Dwi Kusumayanti, Annisa Rhafirna, Anis
Septiana, Deo Vita Effendi, Riri Rianiti, Yusi Alvita, Febria Nurdauci,
Mutiara Tikha Aprilia, Anggi Dwi Pramono, Riska Gustiani. Thank you
preeeend  Semoga kita bisa terus sama-sama yaa sukses buat kita semua.
14. Seluruh teman-teman Ilmu Pemerintahan angkatan 2010 reg A dan reg B
yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu, terima kasih atas segala
kebersamaannya. Terima kasih juga kepada sahabat KKN yang selama 40
hari mencoba mengabdi di Desa Banjar Setia, Kabupaten Way Kanan.
15. Seluruh pihak yang telah banyak membantu dan mendo’akan, dalam upaya
menyelesaikan skripsi ini serta memotivasi penulis dalam menyelesaikan
skripsi, mohon maaf jika penulis tidak dapat menyebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat, taufik, hidayah serta
inayahnya kepada kita semua, dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita
semua.
Bandar Lampung,
Penulis

Anggesti Irka Safitri

i

DAFTAR ISI

Halaman
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................................
B. Rumusan Masalah ..................................................................................
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................
D. Kegunaan Penelitian ...............................................................................

1
10
10
10

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Kinerja.......................................................................
1. Definisi Kinerja ...........................................................................
2. Manajemen Kinerja .....................................................................
B. Tinjauan Tentang Penilaian Kinerja .......................................................
1. Definisi Penilaian Kinerja ...........................................................
2. Manfaat Penilaian Kinerja ...........................................................
3. Metode Penilaian Kinerja ............................................................
C. Tinjauan Tentang Pemungutan Retribusi ...............................................
D. Tinjauan Tentang Pendapatan Daerah....................................................
1. Pengertian Pendapatan Daerah ....................................................
2. Sumber-Sumber Pendapatan Daerah ..........................................
E. Retribusi Daerah .....................................................................................
1. Pengertian Retribusi Daerah .......................................................
2. Dasar Hukum Pemungutan Retribusi Daerah .............................
3. Asas-Asas Pemungutan Retribusi Daerah ...................................
4. Jenis-Jenis Retribusi Daerah .......................................................
5. Prinsip atau Kriteria Retribusi Daerah ........................................
F. Tinjauan Tentang Retribusi Pasar ...........................................................
1. Pengertian Retribusi Pasar ..........................................................
2. Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Rertribusi ..................
G. Kerangka Pikir........................................................................................

11
11
13
18
18
20
22
24
26
26
27
28
28
29
30
31
33
35
35
36
37

III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian .......................................................................................
B. Fokus Penelitian .....................................................................................
C. Lokasi Penelitian ....................................................................................
D. Jenis data ................................................................................................

40
42
45
45

ii

E. Sumber Data ...........................................................................................
F. Teknik Pengumpulan Data .....................................................................
G. Teknik Pengolahan Data ........................................................................
H. Teknik Analisis Data .............................................................................

46
46
48
49

IV. GAMBARAN UMUM
A. Gambaran Umum Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung .....
B. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi ...................................................
C. Visi dan Misi Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung ............
D. Program Kerja dan Kegiatan .................................................................
E. Kepegawaian Dan Struktur Organisasi ..................................................

51
52
54
55
60

V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kinerja Dinas Pengelolaan Pasar Dalam Konteks Responsivitas ......... 64
B. Kinerja Dinas Pengelolaan Pasar Dalam Konteks Responsibilitas ....... 81
C. Kinerja Dinas Pengelolaan Pasar Dalam Konteks Akuntabilitas ........... 90

VI. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan................................................................................................. 106
B. Saran ...................................................................................................... 107

DAFTAR PUSTAKA

i

DAFTAR TABEL

Halaman

1.1 Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah
Kota Bandar Lampung Tahun 2008-2012 ........................................... 4
1.2 Target dan Realisasi Penerimaan Pendapatan Retribusi Pelayanan
Pasar Kota Bandar Lampung Tahun 2008-2012 .................................. 7
4.1 Data Nama Kepala Dinas Pengelolaan Pasar ...................................... 52
4.2 Jabatan Struktur/Eselonering ............................................................... 60
4.3 Jabatan Fungsional ............................................................................... 61
4.4 Pegawai Negeri Sipil (PNS) ................................................................. 61
4.5 Pegawai/Tenaga Kerja Tidak Tetap (Non PNS) .................................. 61
5.1 Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kota Bandar Lampung
Tahun 2008-2012 ................................................................................. 88
5.2 Target dan Realisasi Penerimaan Pendapatan Retribusi Pelayanan
Pasar Kota Bandar Lampung Tahun 2008-2012 .................................. 89

i

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Kerangka Pikir ....................................................................................... 39
4.1 Struktur Organisasi Dinas Pengelolaan Pasar
Kota Bandar Lampung .......................................................................... 62

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
disebutkan bahwa pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan. Pemerintah daerah dapat menjalankan otonomi seluas-luasnya
kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan
pemerintah pusat. Dengan adanya otonomi daerah maka pemerintah daerah
berhak untuk melaksanakan pembangunan daerah guna memperlancar kehidupan
dan perekonomian daerah.

Sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan otonomi daerah yang luas, nyata, dan
bertanggung jawab, pembiayaan pemerintahan dan pembangunan daerah yang
berasal dari pendapatan asli daerah, khususnya yang bersumber dari retribusi
daerah perlu ditingkatkan. Daerah diberikan keleluasaan untuk mengurus rumah
tangganya sendiri, dan menggali

sumber-sumber penerimaan khususnya dari

sektor retribusi daerah sesuai dengan yang tercantum dalam Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Jika daerah
sudah dapat mengatur dan mengurus rumah tangganya, maka kemandirian daerah
dalam hal pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan di daerah dapat terwujud.

2

Menurut Kuncoro (dalam Wisnu, 2011:2), dalam proses pembangunan, selain
memperhitungkan dampak aktifitas

ekonomi

terhadap kehidupan

sosial

masyarakat, lebih dari itu juga dilakukan upaya yang bertujuan untuk mengubah
struktur perekonomian ke arah yang lebih baik. Indonesia merupakan negara yang
luas yang terdiri dari banyak provinsi dengan budaya, sosial dan perekonomian
yang berbeda-beda sehingga membutuhkan suatu sistem pembangunan daerah
yang lebih efektif. Dengan begitu, pemerintah memberikan otonomi kepada
pemerintah daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri.

Tujuan dari pemberian otonomi kepada pemerintah daerah tersebut adalah untuk
dapat membantu pemerintah pusat dalam menjalankan pemerintahan agar dapat
membiayai pembangunan di daerah. Suatu daerah dibentuk berdasarkan
pertimbangan kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik,
jumlah penduduk, luas daerah, dan pertimbangan lain yang memungkinkan
terselenggaranya otonomi daerah. Seperti yang tertuang dalam Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 1 Ayat 5, yaitu
otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pemberian otonomi kepada daerah itu tersebut memungkinkan kepada daerah
yang bersangkutan mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri untuk
meningkatkan daya guna dan untuk penyelenggaraan pemerintah dalam rangka
pelayanan terhadap masyarakat. Untuk merealisasikan pelaksanaan otonomi
daerah, maka sumber pembiayaan pemerintah daerah tergantung pada peran

3

pendapatan asli daerah (PAD). Oleh karena itu, pemerintah daerah harus dapat
mengupayakan pengelolaan sumber-sumber penerimaan pendapatan asli daerah
secara optimal, sehingga akan tersedianya keuangan daerah yang dapat digunakan
untuk berbagai kegiatan pembangunan.
Pendapatan asli daerah yaitu pendapatan yang diperoleh daerah dan dipungut
berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan
(Marihot 2005:15). Sumber pendapatan yang diperoleh dan dipungut oleh daerah
tersebut menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah Pasal 157, yaitu :
1. Pajak Daerah, adalah iuran wajib yang dilakukan oleh daerah kepada
orang pribadi atau badan tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang
dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah
daerah dan pembangunan daerah.
2. Retribusi Daerah, adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa
atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan
oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
3. Hasil pengelolaan kekayaan pisahkan, yaitu bagian laba dari BUMD, hasil
kerja sama dengan pihak ketiga, dan
4. Lain-lain PAD yang sah, yaitu hasil penjualan aset daerah dan jasa giro.

Upaya dalam peningkatan pendapatan asli daerah oleh setiap pemerintah daerah
baik pada tingkat provinsi maupun kabupaten/kota haruslah didukung dengan
berbagai kebijaksanaan sesuai dengan situasi dan kondisi daerah masing-masing.
Upaya tersebut dilakukan dengan meningkatkan penyediaan pembiayaan dari
sumber-sumber pendapatan asli daerah yang hasilnya memadai, antara lain
dilakukan dengan peningkatan kinerja pemungutan, penyempurnaan dan
penambahan jenis retribusi, serta pemberian keleluasaan bagi daerah untuk
menggali sumber-sumber penerimaan khususnya dalam menggali dan mengelola

4

seluruh potensi pajak dan retribusi. Pemerintah daerah memberikan insentif
sebagai tambahan penghasilan bagi instansi pelaksana pemungut pajak dan
retribusi yang mencapai kinerja tertentu, sesuai dengan yang tercantum dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara
Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.

Pada Tabel 1.1 terlihat Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kota Bandar
Lampung dari tahun 2008-2012, sebagai berikut :

Tabel 1.1
Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah
Kota Bandar Lampung Tahun 2008-2012 (000 Rupiah)

Uraian

2008

2009

2010

2011

2012

Realisasi
(%)

Realisasi
(%)

Realisasi
(%)

Realisasi
(%)

Realisasi
(%)

Pendapatan Asli
Daerah

65.125.848
(107,78%)

85.626.773
(118,91%)

87.711.803 162.772.590 298.696.062
(104,21%) (103,81%)
(102,20%)

Pajak Daerah

39.265.916
(107,90%)

47.035.295
(103,37%)

56.627.114 112.602.140 183.436.575
(107,63%) (108,03%)
(100,07%)

Hasil Retribusi
Daerah

14.414.767
(92,01%)

15.849.094
(94,03%)

21.911.821
(91,93%)

38.431.095
(104,08%)

2.136.797
(48,56%)

Pengelolaan
Kekayaan
Daerah Yang
Dipisahkan

2.509.144
(106,61%)

3.087.055
(99,47%)

3.449.399
(99,39%)

5.631.089
(99,82%)

6.862.738
(103,97%)

Lain-Lain PAD
Yang Sah

8.936.020
(148,61%)

19.655.328
(300,06%)

5.723.467
(134,79%)

6.108.264
(61,11%)

40.144.717
(183,94%)

Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung, Tahun 2013

5

Berdasarkan Tabel 1.1 Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kota
Bandar Lampung Tahun 2008-2012, menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Bandar Lampung terus meningkat dari tahun ke tahun. Untuk mendukung
peningkatan pendapatan asli daerah pada tahun 2013 dan di tahun-tahun
mendatang, Pemerintah Kota Bandar Lampung melakukan berbagai upaya untuk
meningkatan pendapatan asli daerah (PAD) Bandar Lampung dari berbagai
sektor,salah satunya yaitu dari penerimaan retribusi daerah (Lampung Post,17 Juni
2013).

Berdasarkan tabel 1.1 juga menunjukkan bahwa retribusi memberikan sumbangan
yang cukup besar bagi pendapatan asli daerah, maka Pemerintah lebih
mengembangkan dan mengusahakan sektor ini secara maksimal, sehingga sektor
tersebut dapat memberikan kontribusi yang besar bagi keuntungan daerah dan
pendapatan asli daerah (Lampung Post, 17 Juni 2013). Retribusi daerah sebagai
salah satu sumber pendapatan asli daerah (PAD) sekarang ini lebih
memungkinkan dan berpeluang besar untuk ditingkatkan, sehingga diharapkan
mampu memberikan kontribusi yang lebih besar kepada pendapatan asli daerah
(PAD). Terutama di daerah kabupaten/kota yang mempunyai otonomi yang luas,
maka retribusi daerah dikembangkan dengan optimal sehingga berpengaruh
terhadap peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) dan juga dapat meningkatkan
kualitas pelayanan daerah.

Sebagaimana telah disebutkan dalam penjelasan UU Nomor 28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Pasal 1 yaitu, daerah kabupaten/kota
diberi peluang dalam menggali potensi sumber-sumber keuangannya dengan

6

menetapkan jenis pajak dan retribusi selain yang telah ditetapkan, sepanjang
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dan sesuai dengan aspirasi masyarakat.
UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah pasal 1
juga mengatur dengan jelas bahwa untuk dapat dipungut pada suatu daerah, setiap
jenis retribusi daerah harus ditetapkan dengan peraturan daerah. Hal ini berarti
untuk dapat diterapkan dan dipungut pada suatu daerah provinsi, kabupaten/kota
harus terlebih dahulu ditetapkan peraturan daerah tentang retribusi daerah
tersebut.

Terdapat bermacam-macam retribusi daerah yang ditetapkan melalui Peraturan
Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Retribusi Jasa
Umum, salah satunya yaitu retribusi pasar, dimana retribusi pasar juga berperan
dan memberikan kontribusi terhadap pendapatan asli daerah. Hal ini dikarenakan
keberadaan pasar yang pasti ada di setiap daerah dan jumlahnya cukup banyak.
Masing-masing pasar tersebut pasti terjadi transaksi setiap hari atau pada hari-hari
tertentu dan bagi para pihak yang melakukan transaksi tersebut dipungut biaya
karena menggunakan pasar sebagai tempat transaksi.

Namun, pendapatan retribusi daerah Pemerintah Kota (Pemkot) Bandar Lampung
tidak mencapai 100% pada tahun 2012 lalu. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan
Tabel 1.1 Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kota Bandar Lampung
Tahun 2008-2012, dimana pendapatan retribusi daerah yang ditargetkan Rp 4,4
Miliar, hanya terealisasi Rp 2,13 Miliar lebih atau hanya 48,56 %. Menurut Wakil
Walikota Bandar Lampung (Lampung Post, 21 Juni 2013) bahwa tidak
tercapainya target pada pendapatan retribusi daerah salah satunya disebabkan

7

karena pada pendapatan retribusi pelayanan pasar hanya mencapai 58,73 %. Hal
itu disebabkan karena penerapan Perda Nomor 5 Tahun 2011 tentang Retribusi
jasa Umum yang menggantikan Perda Nomor 12 Tahun 1995 tentang Retribusi
Pasar belum dapat diterapkan secara optimal.

Pada Tabel 1.2 terlihat Penerimaan Pendapatan Retribusi Pelayanan Pasar Kota
Bandar Lampung dari tahun 2008-2012, sebagai berikut :

Tabel 1.2
Target dan Realisasi Penerimaan Pendapatan Retribusi Pelayanan Pasar
Kota Bandar Lampung Tahun 2008-2012 (000 Rupiah)

Pendapatan Retribusi Pelayanan Pasar
Tahun

Target

Realisasi
(%)

2008

1.040.089

2009

863.938

2010

1.036.725

2011

1.631.867

2012

2.181.867

821.208
(78,96%)
769.906
(89,12%)
737.285
(71,12%)
532.119
(32,61%)
1.281.458
(58,73%)

Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung, Tahun 2013

Berdasarkan Tabel 1.2 Target dan Realisasi Penerimaan Pendapatan Retribusi
Pelayanan Pasar Kota Bandar Lampung Tahun 2008-2012, menunjukkan bahwa
terdapat ketidaksesuaian antara target dengan realisasi penerimaan pendapatan
retribusi pelayanan pasar Kota Bandar Lampung. Menurut M. Kohar, Kasi
Penagih Retribusi Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung bidang
pengelolaan dan pendapatan mengatakan bahwa tidak tercapainya target pada

8

pendapatan retribusi daerah yaitu salah satunya pada pendapatan retribusi
pelayanan pasar adalah kurangnya kesadaran dari pedagang untuk membayar
retribusi dan juga adanya renovasi pembangunan dan penataan kota yang
dilakukan oleh pemerintah kota terhadap beberapa pasar di Kota Bandar Lampung
(Wawancara, 30 Januari 2014). Jika pajak bersifat umum, artinya berlaku untuk
setiap orang yang memenuhi syarat untuk dikenakan pajak. Sementara itu,
retribusi hanya berlaku untuk orang tertentu, yaitu yang menikmati jasa
pemerintah yang dapat ditunjuk (Marihot, 2005:11).

Menurut R. Soedargo (dalam Wisnu, 2011:9) menyebutkan faktor yang
menentukan keberhasilan penerimaan retribusi termasuk retribusi pasar adalah
subyek (jumlah pedagang), obyek (luas kios, los, dan dasaran terbuka), tarif serta
kinerja pemungutan (efisiensi dan efektivitas pemungutan) retribusi pasar.
Pemerintah Kota Bandar Lampung bekerja sama dengan Dinas Pengelolaan Pasar
Kota Bandar Lampung selalu membuat target penerimaan setiap tahunnya,
dimana target tersebut merupakan suatu penerapan sasaran untuk mencapai
tujuan, yaitu untuk mengukur sejauh mana realisasi penerimaan dapat tercapai.
Pada proses peningkatan pendapatan asli daerah dari sektor retribusi dan yang
lebih khusus tentang retribusi pasar, maka dipandang perlu untuk mengoptimalkan
kinerja Dinas Pengelolaan Pasar baik melalui upaya intensifikasi maupun melalui
upaya ekstensifikasi.

Menurut M. Kohar, Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung selalu
berupaya serta bertanggung jawab atas pembebanan target yang ditetapkan
pemerintah Kota Bandar Lampung. Melalui cara intensifikasi yaitu dengan

9

melakukan program kegiatan yaitu dengan berupaya meningkatkan pungutan
retribusi melalui perbaikan atau peningkatan sistem pungutan, menghimbau
kepada pedagang dan penggunaan sanksi bagi pedagang yang tidak mau
membayar retribusi, perbaikan sarana dan prasarana, peningkatan sumberdaya
aparat baik secara kualitas maupun kuantitas. Selain itu, melalui upaya
ekstensifikasi yaitu dapat ditempuh dengan jalan pencarian atau perluasan obyek
retribusi (Wawancara, 30 Januari 2014).
Menurut Mardiasmo (dalam Wisnu, 2011:11), di dalam pengelolaan anggaran
daerah kabupaten/kota haruslah berorientasi pada pencapaian hasil atau sering
disebut dengan nama kinerja. Melalui kinerja tersebutlah mencerminkan adanya
tingkat efisiensi dan efektifitas. Adanya perbedaan target dengan realisasi
penerimaan retribusi pada tahun 2012 lalu, dimana pendapatan retribusi daerah
Pemerintah Kota (Pemkot) Bandar Lampung tidak mencapai 100 %, yaitu dimana
pendapatan retribusi daerah yang ditargetkan Rp 4,4 Miliar, hanya terealisasi Rp
2,13 Miliar lebih atau hanya 48,56 %, yang disebabkan karena pendapatan
retribusi pelayanan pasar hanya mencapai 58,73 % dan cenderung menurun.

Hal ini mengindikasikan terdapat permasalahan didalam kinerja pemungutan
retribusi pasar di Kota Bandar Lampung, oleh karena itu berdasarkan latar
belakang yang telah dipaparkan diatas, maka penulis mengambil judul “Kinerja
Dinas Pengelolaan Pasar Dalam Pemungutan Retribusi Pasar di Kota
Bandar Lampung”

10

B. Rumusan Masalah

Bagaimana kinerja Dinas Pengelolaan Pasar dalam pemungutan retribusi pasar di
Kota Bandar Lampung ?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kinerja Dinas Pengelolaan Pasar
dalam pemungutan retribusi pasar di Kota Bandar Lampung.

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memperkuat teori kinerja
yang digunakan dalam penelitian ini dan diharapkan dapat menambah
khasanah keilmuan serta referensi untuk penelitian lebih lanjut bagi
mahasiswa.
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada pembaca
mengenai bagaimana kinerja Dinas Pengelolaan Pasar dalam pemungutan
retribusi pasar di kota Bandar Lampung. Serta diharapkan dapat menjadi
sumber bacaan bagi mahasiwa maupun umum untuk menambah ilmu
pengetahuan.

11

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Kinerja
1. Pengertian Kinerja

Menurut Fahmi (2011:2), kinerja adalah hasil yang diperoleh oleh suatu
organisasi baik organisasi tersebut bersifat profit oriented dan non profit oriented
yang dihasilkan selama satu periode waktu. Secara lebih tegas Amstrong dan
Baron (dalam Fahmi, 2011:12) mengatakan kinerja merupakan hasil pekerjaan
yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan
konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi. Lebih jauh, Indra Bastian (dalam
Fahmi, 2011:2) menyatakan bahwa kinerja adalah gambaran mengenai tingkat
pencapaian

pelaksanaan

suatu

kegiatan/program/kebijaksanaan

dalam

mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam
perumusan skema strategis (strategic planning) suatu organisasi.

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia disingkat LAN-RI (1999:3),
merumuskan kinerja adalah gambaran tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan, program, kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan
visi organisasi.

12

Sedangkan Hasibuan (2003: 94) mengemukakan bahwa kinerja adalah
Suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas
yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman
dan kesungguhan serta waktu. Kinerja merupakan gabungan dari tiga
faktor penting, yaitu kemampuan dan minat seorang pekerja, kemampuan
dan penerimaan atas penjelasan delegasi tugas, serta peran dan tingkat
motivasi seorang pekerja.
Menurut Rivai (2004:309), kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan
kemampuan. Untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang sepatutnya
memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan
keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa
pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana
mengerjakannya.
Menurut Prawirosentono (1999:2) kinerja atau performance adalah hasil kerja
yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi,
sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka
upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar
hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.

Menurut Chaisi Nasucha (dalam Irham Fahmi, 2011:3), kinerja organisasi adalah
sebagai efektivitas organisasi secara menyeluruh untuk memenuhi kebutuhan
yang ditetapkan dari setiap kelompok yang berkenaan dengan usaha-usaha yang
sistemik dan meningkatkan kemampuan organisasi secara terus menerus mencapai
kebutuhannya secara efektif.

13

Maka demikian penulis menyimpulkan bahwa, kinerja adalah hasil kerja yang
dilakukan oleh seseorang/individu atau kelompok orang untuk melakukan suatu
kegiatan secara bertanggung jawab atau sesuai dengan tanggung jawabnya dengan
hasil seperti yang diharapkan. Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan
bahwa kinerja mempunyai beberapa elemen menurut Harbani Pasolong (dalam
Fahmi, 2011:5) yaitu :
1. Hasil kerja yang dicapai secara individual atau secara institusi yang berarti
kinerja tersebut adalah hasil akhir yang diperoleh secara sendiri sendiri atau
kelompok.
2. Dalam melaksanakan tugas, orang atau lembaga diberikan wewenang dan
tanggung jawab, yang berarti orang atau lembaga diberikan hak dan kekuasaan
untuk ditindaklanjuti, sehingga pekerjaannya dapat dilakukan dengan baik.
3. Pekerjaan haruslah dilakukan secara legal, yang berarti dalam melaksanakan
tugas individu atau lembaga tentu saja harus mengikuti aturan yang telah
ditetapkan.
4. Pekerjaan tidaklah bertentangan dengan moral atau etika, artinya selain
mengikuti aturan yang telah ditetapkan, tentu saja pekerjaan tersebut haruslah
sesuai moral dan etika yang berlaku umum.

2. Manajemen Kinerja

Terdapat banyak definisi tentang manajemen kinerja yang dikemukakan oleh para
ahli terutama mereka yang memiliki keahlian dibidangnya. Adapun pengertian
dari manajemen kinerja, menurut Fahmi (2011:3) adalah suatu ilmu yang
memadukan seni di dalamnya untuk menerapkan suatu konsep manajemen yang

14

memiliki tingkat fleksibelitas yang representative dan aspiratif guna mewujudkan
visi dan misi perusahaan dengan cara mempergunakan orang yang ada di
organisasi tersebut secara maksimal.

Menurut Wibowo (2007:9) Manajemen kinerja merupakan gaya manajemen
dalam mengelola sumber daya yang berorientasi pada kinerja yang melakukan
proses komunikasi secara terbuka dan berkelanjutan dengan menciptakan visi
bersama dan pendekatan strategis serta terpadu sebagai kekuatan pendorong untuk
mencapai tujuan organisasi.

Menurut Wibowo dalam Fahmi (2011:3), Penerapan manajemen kinerja
merupakan kebutuhan mutlak bagi organisasi untuk mencapai tujuan dengan
mengatur kerja sama secara harmonis dan terintegrasi antara pemimpin dan
bawahannya. Manajemen kinerja akan dapat diwujudkan jika ada hubungan dan
keinginan yang sinergi antara atasan dan bawahan dalam usaha bersama-sama
mewujudkan visi dan misi perusahaan atau organisasi.

Pengertian manajemen kinerja Menurut Direktorat Jenderal Anggaran (2008),
manajemen kinerja merupakan suatu proses strategis dan terpadu yang menunjang
keberhasilan organisasi melalui pengembangan performansi aspek-aspek yang
menunjang keberadaan suatu organisasi. Pada implementasinya, manajemen
kinerja tidak hanya berorientasi pada salah satu aspek, melainkan aspek-aspek
terintegrasi dalam mendukung jalannya suatu organisasi.

Menurut Dharma (2005:25) manajemen kinerja adalah sebuah proses untuk
menetapkan apa yang harus dicapai dan pendekatannya untuk mengelola dan

15

pengembangan manusia melalui suatu cara yang dapat meningkatka kemungkinan
bahwa sasaran akan dapat dicapai dalam suatu jangka waktu tertentu baik pendek
dan panjang.

Sedangkan

menurut

Moeheriono

(2012:69)

manajemen

kinerja

instansi

pemerintah adalah :
Sebagai suatu sistem, membutuhkan suatu proses yang sistematis sehingga
perlu dibuat desain sistem manajemen kinerja yang tepat untuk mencapai
kinerja optimal. Sistem merupakan serangkaian prosedur, langkah atau
tahap yang tertata dengan baik. Dengan demikian juga sistem manajemen
kinerja organisasi publik/instansi pemerintah mengandung prosedur,
langkah dan tahapan yang membentuk suatu siklus kerja. Secara garis
besar, sebagai bagian dari sistem akuntabilitas kinerja, siklus manajemen
kinerja dibagi dalam lima fase/tahap, yaitu :
a) perencanaan kinerja,
b) implementasi,
c) pengukuran kinerja dan evaluasi kinerja,
d) pelaporan kinerja,
e) audit kinerja.
Berdasarkan definisi diatas, adapun tujuan spesifik diterapkannya manajemen
kinerja, menurut Amstrong (dalam Fahmi, 2011:4) mengatakan bahwa tujuan
spesifik manajemen kinerja adalah
1. Mencapai peningkatan yang dapat diraih dalam kinerja organisasi;
2. Bertindak sebagai pendorong perubahan dalam mengembangkan suatu budaya
yang berorientasi pada kinerja;
3. Meningkatkan motivasi dan komitmen karyawan;
4. Memungkinkan individu mengembangkan kemampuan mereka, meningkatkan
kepuasan kerja mereka dan mencapai potensi penuh mereka bagi keuntungan
mereka sendiri dan organisasi secara keseluruhan;

16

5. Mengembangkan hubungan yang konstruksi dan terbuka antara individu dan
manajer dalam suatu proses dialog yang dihubungkan dengan pekerjaan yang
sedang dilaksanakan sepanjang tahun;
6. Memberikan suatu kerangka

kerja bagi kesepakatan sasaran sebagaimana

diekspresikan dalam target dan standar kinerja sehingga pengertian bersama
tentang sasaran dan peran yang harus dimainkan manajer dan individu dalam
mencapai sasaran tersebut meningkat;
7. Memusatkan perhatian pada atribut dan kompetensi yang diperlukan agar bisa
dilaksanakan secara efektif dan apa yang seharusnya dilakukan untuk
mengembangkan atribut dan kompetensi tersebut;
8. Memberikan ukuran yang akurat dan objektif dalam kaitannya dengan target
dan standar yang disepakati sehingga individu menerima umpan balik dari
manajer tentang seberapa baik yang mereka lakukan;
9. Asas dasar penilaian ini,memungkinkan individu bersama manajer menyepakati
rencana peningkatan dan metode pengimplementasian dan secara bersama
mengkaji training dan pengembangan serta menyepakati bagaimana kebutuhan
itu dipenuhi;
10. Memberi kesempatan individu untuk mengungkapkan aspirasi dan perhatian
mereka tentang pekerjaan mereka;
11. Menunjukkan pada setiap orang bahwa organisasi menilai mereka sebagai
individu;
12. Membantu memberikan wewenang kepada orang memberi orang lebih banyak
ruang lingkup untuk bertanggung jawab atas pekerjaan dan melaksanakan
kontrol atas pekerjaan itu;

17

13. Membantu mempertahankan orang-orang yang mempunyai kualitas yang
tinggi;
14. Mendukung misi manajemen kualitas total.

Selain tujuan spesifik diterapkannya manajemen kinerja, ada pula fungsi dan
peran manajemen kinerja. Adapun fungsi manajemen kinerja menurut Fahmi
(2011:14) adalah mencoba memberikan suatu pencerahan dan jawaban dari
berbagai permasalahan yang terjadi di suatu organiasasi baik yang disebabkan
oleh faktor internal dan eksternal, sehingga apa yang dialami pada saat ini tidak
membawa pengaruh yang negatif bagi aktifitas perusahaan pada saat ini dan yang
akan datang.

Menurut Fahmi (2011:14) adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu
organisasi agar fungsi dan peran manajemen kinerjanya dapat berjalan dengan
baik adalah
a. Pihak manajemen perusahaan harus mengedepankan konsep komunikasi yang
bersifat multi komunikasi (multicomunication). Multi komunikasi artinya
pihak manajemen perusahaan tidak menutup diri dengan berbagai informasi
yang masuk dan mengomunikasi berbagai informasi tersebut namun tetap
mengedepankan filter information. Filter information artinya informasi yang
masuk diterima namun kemudian diseleksi atau dipilah-pilah mana informasi
yang dianggap layak dan tidak layak untuk dijadikan input dan selanjutnya
informasi tersebut dijaadikan bahan kajian.
b. Perolehan berbagai informasi yang diterima dari proses filter information
dijadikan sebagai bahan kajian pada forum berbagai pertemuan dalam

18

pengembangan manajemen kinerja terhadap pencapaian hasil kerja dan
sebagainya.
c. Pihak manajemen suatu organisasi menerapkan sistem standar prosedur yang
besertifikasi dan diakui oleh lembaga yang berkompeten dalam bidangnya.
d. Pihak

manajemen

perusahaan

menyediakan

anggaran

khusus

untuk

pengembangan manajemen kinerja yang diharapkan. Seperti mendirikan
lembaga penjaminan mutu. Dimana lembaga penjaminan mutu ini bertugas
untuk menilai dan memberikan masukan kepada pihak-pihak yang dianggap
tidak atau belum menjalankan fungsi sebagaimana mestinya.
e. Pembuatan tim schedule kerja yang realistis dan feasible (layak). Pembuatan
time schedule kerja bertujuan agar tercapainya pekerjaan sesuai dengan yang
ditargetkan.
f. Pihak manajemen perusahaan dalam menjalankan dan mengeluarkan berbagai
kebijakan mengedepankan konsep prudential principle (prinsip kehati-hatian).
Prudential principle ini penting untuk diterapkan karena suatu kebijakan yang
telah dikeluarkan tidak mungkin diubah lag, jika pun itu diubah tidak boleh
terlalu sering dapat dilakukan. Jika terlalu sering diubah maka perusahaan
harus siap menanggung akibatnya seperti pihak manajemen tidak memiliki
konsistensi dalam bersikap.

B. Tinjauan Tentang Penilaian Kinerja
1. Definisi Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja merupakan suatu kegiatan yang sangat penting karena dapat
digunakan sebagai ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai misinya

19

(Dwiyanto, 2008:47). Pengukuran kinerja merupakan aktivitas menilai kinerja
yang dicapai oleh organisasi, dalam melaksanakan kegiatan berdasarkan indikator
kinerja yang telah ditetapkan. Dengan pengukuran kinerja maka dapat dilihat
tingkat kegagalan dan keberhasilan dari suatu organisasi dalam melaksanakan
kebijakan, program, dan kegiatan yang telah ditetapkan sebelumnya dalam
rencana strategis (Widodo 2008:95).

Menurut Fahmi (2011:65) penilaian kinerja adalah penilaian yang dilakukan
kepada pihak manajemen perusahaan baik para karyawan maupun manajer yang
selama ini telah melakukan pekerjaannya. Sedangkan menurut Robert L. Mathis
dan John H. Jackson dalam Irham Fahmi (2011:65), penilaian kinerja merupakan
proses mengevaluasi seberapa baik karyawan mengerjakan pekerjaan mereka
ketika dibandingkan dengan satu set standar, dan kemudian mengkomunikasikan
informasi tersebut.

Adapun menurut Wirawan dalam Irham Fahmi (2011:68), penilaian kinerja
dilakukan secara formatif dan sumatif. Penilaian kinerja secara formatif adalah
penilaian kinerja ketika karyawan sedang melakukan tugasnya, dan selanjutnya
penilaian sumatif dilakukan pada akhir periode penilaian.

Menurut Siegel dan Shim dalam Irham Fahmi (2011:71) menyatakan performance
measurement (pengukuran kinerja) adalah
kuantifikasi dari efisiensi perusahaan atau segmen atau keefektifan dalam
pengoperasian bisnis selama periode akuntansi. Karena organisasi
dijalankan oleh manusia, maka penilaian kinerja sesungguhnya merupakan
penilaian atas perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang mereka
jalankan di dalam organisasi. Tujuan utama penilaian kinerja adalah untuk
memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam

20

mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar
membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan.

Penilaian kinerja organisasi publik menurut Moeheriono (2012:162) yaitu
Organisasi adalah jaringan tata kerja sama dari sekelompok orang secara
teratur dan kontinu untuk mencapai tujuan bersama, antara atasan dan
bawahan. Sedangkan kinerja atau disebut performance dapat didefinisikan
sebagai pencapaian hasil atau the degree of accomplishment, atau prestasi
kerja atau kinerja. Penilaian terhadap kinerja dapat dijadikan sebagai
ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam kurun waktu tertentu.
Penilaian tersebut dapat dijadikan input bagi perbaikan atau peningkatan
kinerja organisasi selanjutnya. Dalam pemerintahan penilaian kinerja
sangat berguna untuk menilai kuantitas, kualitas, dan efisiensi pelayanan
dan memotivasi birokrat pelaksana untuk melakukan pekerjaan lebih baik
lagi.
Adapun tahap penilaian menurut Nugroho dalam Fahmi (2011:67) terdiri dari tiga
tahap rinci yaitu :
a. Perbandingan kinerja sesungguhnya dengan sasaran yang telah ditetapkan
sebelumnya
b. Penentuan penyebab timbulnya penyimpangan kinerja sesungguhnya dari
yang ditetapkan dalam standar
c. Penegakan perilaku yang diinginkan dan tindakan yang digunakan untuk
mencegah perilaku yang tidak diinginkan

2. Manfaat Penilaian Kinerja

Bagi pihak manajemen perusahaan ada banyak manfaat dengan dilakukannya
penilaian kinerja. Menurut Nugroho dalam Fahmi (2011:66) penilaian kinerja
dimanfaatkan oleh manajemen untuk :
a. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian
karyawan secara maksimum

21

b. Membantu pengamilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan,
seperti promosi, transfer, dan pemberhentian
c. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk
menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan
d. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana tasan mereka
menilai kinerja mereka
e. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan

Dalam rangka melakukan perbaikan yang berkesinambungan maka suatu
organisasi perlu melakukan penilaian kinerja, dimana penilaian kinerja tersebut
memiliki berbagai alasan. Ada beberapa alasan dan pertimbangan untuk
melakukan penilaian kinerja menurut Nugroho dalam Fahmi (2011:65) yaitu
a. Penilaian kinerja memberikan informasi bagi pertimbangan pemberian
promosi dan penetapan gaji
b. Penilaian kinerja memberikan umpan balik bagi para manajer maupun
karyawan untuk melakukan introspeksi dan meninjau kembali perilaku selama
ini, baik yang positif maupun negative untuk kemudian dirumuskan kembali
sebagai perilaku yang mendukung tumbuh berkembangnya budaya organisasi
secara keseluruhan.
c. Penilaian kinerja diperlukan untuk pertimbangan pelatihan dan pelatihan
kembali (retraining) serta pengembangan
d. Penilaian kinerja dewasaini bagi setiap organisasi khususnya organisasi bisnis
merupakan suatu keharusan, apalagi jika dilihat tingginya persaingan antar
perusahaan

22

e. Hasil penilaian kinerja lebih jauh akan menjadi bahan masukan bagi
pemerintah dalam melihat bagaimana kondisi perusahaan tersebut. Termasuk
menjadi bahan masukan bagi lembaga pemberi pinjaman dalam melihat
kualitas kinerja suatu perusahaan, misalnya pada saat pengajuan pinjaman
kredit maka pihak perusahaan bisa memperlihatkan kualitas hasil penilaian
kierja dimana itu bisa menjadi bahan masukan untuk mendukung keputusan
pemberian kredit, yaitu pihak pemberi pinjaman menjadi jauh lebih yakin dan
percaya.

Berdasarkan berbagai alasan dan bahan pertimbangan tersebut diatas maka semua
itu diharapkan akan mampu memberi pengaruh pada peningkatan kinerja suatu
perusahaan. Karena sebagaimana kita ketahui alasan paling utama dari
diperlukannya penilaian kinerja adalah terciptanya peningkatan kualitas kinerja di
perusahaan, dan pengaruhnya lebih jauh pada peningkatan produktivitas serta
profit perusahaan. Nugroho (dalam Fahmi 2011:65)

3. Metode Penilaian Kinerja

Untuk melakukan suatu penilaian kinerja dibutuhkan metode penilaian yang
memiliki tingkat dan analisa yang representatif. Menurut Griffin (dalam Fahmi,
2011:68), ada 2 kategori dasar dari metode penilaian yang sering digunakan dalam
organisasi yaitu :
a. Metode objektif menyangkut dengan sejauh mana seseorang bisa bekerja dan
menunjukkan bukti kemampuan ia bekerja sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya. Bagi banyak pihak metode objektif bisa memberikan hasil yang
tidak begitu akurat atau mengandung bias karena bisa saja seorang karyawan

23

memiliki kesempatan yang bagus maka ia terlihat mampu bekerja dengan
sangat baik dan penuh semangat, sedangkan ada karyawan yang tidak
memiliki kesempatan dan ia tidak bisa menunjukkan kemampuannya secara
maksimal
b. Metode pertimbangan adalah metode penilaian berdasarkan nilai rangking
yang dimiliki oleh seorang karyawan, jika ia memiliki rangking yang tinggi
maka artinya ia memiliki kualitas kinerja yang bagus, dan begitu pula
sebaliknya. Sistem penilaian rangking ini dianggap memiliki kelemahan jika
seorang karyawan ditempatkan dalam kelompok kerja yang memiliki rangking
bagus maka penilaiannya akan mempengaruhi posisinya sebagai salah satu
karyawan yang dianggap baik, begitu pula sebaliknya jika seorang
ditempatkan dalam kelompok dengan rangking buruk maka otomatis
rangkingnya juga tidak bagus.

Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah pedoman atau acuan untuk
melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja
instansi pemerintah yang berdasarkan 1) Indikator kinerja teknis, 2) Administratif
dan procedural sesuai tata kerja, 3) Prosedur kerja, 4) Sistem kerja para unit kerja
(Moeheriono, 2012:161).

Tujuan dari SOP itu sendiri menurut Moeheriono (2012:161) adalah
menciptakan komitmen mengenai apa yang dikerjakan oleh satuan unit
kerja ins