FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN RENDAHNYA PENERIMAAN RETRIBUSI PASAR TAHUN 2009-2013 (Studi di Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung)

ABSTRACT

FACTORS THAT LEAD TO LOW MARKET LEVY INCOME
(A Study of Market Management Office in Bandar Lampung)

By

FELIX A SIMANUNGKALIT

One of important criteria in finding out regional ability in conducting regional
autonomy is financial ability of local. The regional government should have
sufficient financial resources to fund all of its governing activities. One of the
potential financial resources is the regional original income (or PAD) and this is
expected to be the main financial source to fund the government activities.
Retribution is one of income resource contributing regional original income in
Bandar Lampung, so that it needs to be developed. Market levy in Bandar
Lampung is managed by Market Management Office of Bandar Lampung based
on the Bandar Lampung Major Regulation no. 101 in 2011 where in 2009 through
2013 revenue, the market did not reach the targets set.

The objective of this research was to analyze the factors influencing market levy

income especially from 2009 to 2013 by conducting study in Market Management
Office of Bandar Lampung. This was a qualitative research which described the
conducts of factors influencing market levy in Market Management Office of
Bandar Lampung which did not meet targets from 2009 to 2013 and to analyze
them qualitatively. Data were obtained with interviews and documentary study
included related documents, archives, books and other written literatures.

Josef R. Kaho stated that factors influencing levy were: (1) organization
knowledge level, (2) working discipline level, (3) monitoring level, and (4) levy
income level. These four factors were used as indicators and then analyzed
unrealized market retribution income targets from 2009 to 2013 by Market
Administration Office of Bandar Lampung.

The results showed that all of those factors had been exercised properly except
monitoring level. The most dominant factors causing unrealized market levy
income targets from 2009 to 2013 were traditional market levy income target
determination and implementation of working assessment system.

Keywords : Factors, Market levy, Income


ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN RENDAHNYA
PENERIMAAN RETRIBUSI PASAR
(Studi Pada Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung)

Oleh
FELIX A SIMANUNGKALIT

Salah satu kriteria penting untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah
dalam melaksanakan otonomi daerah adalah kemampuan dalam bidang keuangan.
Untuk mempunyai keuangan yang memadai, daerah diberikan sumber-sumber
keuangan yang diharapkan mampu membiayai seluruh kegiatan pemerintah di
daerah. Sumber keuangan yang selama ini dianggap potensial adalah pendapatan
asli daerah, sehingga dalam pelaksanaan pembangunan daerah diharapkan
pendapatan asli daerah dapat menjadi sumber utama dalam membiayai urusan
rumah tangga daerahnya. Pada kenyataannya sektor retribusi daerah merupakan
sektor yang cukup banyak memberikan kontribusi terhadap pendapatan asli
daerah di daerah Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia, termasuk di Kota Bandar
Lampung sehingga sektor tersebut perlu dikembangkan. Salah satu jenis retribusi


yang dikelola di Kota Bandar Lampung adalah retribusi pasar yang dalam
pengelolaannya dilakukan oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung
berdasarkan Peraturan Walikota nomor 101 Tahun 2011 dimana pada tahun 2009
sampai 2013 penerimaan retribusi pasar tidak pernah mencapai target yang sudah
ditetapkan.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan faktor-faktor yang
menyebabkan penerimaan retribusi pasar, terutama pada tahun 2009 sampai 2013
dengan studi pada Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif yang mendeskripsikan atau
menggambarkan mengenai pelaksanaan faktor-faktor yang mempengaruhi
penerimaan retribusi pasar pada Dinas Pasar Kota Bandar Lampung sehingga
tidak terpenuhinya terget penerimaan retribusi pasar pada tahun 2009 sampai
2013, kemudian menganalisisnya secara kualitatif. Data dalam penelitian ini
diperoleh melalui proses wawancara dan dokumentasi baik berupa dokumen,
arsip, buku maupun literatur tertulis lainnya yang selaras serta mendukung
penyelesaian penelitian ini.

Berdasarkan pendapat Josef R. Kaho, faktor-faktor yang mempengaruhi

penerimaan retribusi antara lain : (1) tingkat pengetahuan organisasi, (2) tingkat
disiplin kerja, (3) tingkat pengawasan, dan (4) tingkat potensi penerimaan
retribusi itu sendiri. Keempat faktor itulah yang penulis gunakan sebagai indikator
dalam penelitian ini, untuk kemudian dianalisis pelaksanaannya dalam
mempengaruhi penerimaan retribusi pasar di Kota Bandar Lampung terutama

pada tahun 2009 sampai 2013 dimana realisasi penerimaan tidak dapat memenuhi
target yang telah ditetapkan sebelumnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor tersebut telah dilaksanakan
dengan cukup baik oleh Dinas Pengelolaan Pasar kecuali faktor tingkat
pengawasan. Faktor tersebut sangat dominan berpengaruh dalam menyebabkan
tidak tercapainya target penerimaan retribusi pasar pada tahun 2009 sampai 2013,
yaitu dalam pelaksanaan penetapan target penerimaan retribusi dan penerapan
sistem penilaian kerja.

Kata Kunci : Faktor Retribusi Pasar, Penerimaan

FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN RENDAHNYA
PENERIMAAN RETRIBUSI PASAR TAHUN 2009-2013

(Studi di Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung)

(Skripsi)

Oleh:
FELIX A SIMANUNGKALIT

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015

FAKTOR.FAKTOR YANG MENYEBABKAN RENDAHNYA
PENERIMAAN RETRIBUSI PASAR TAHUN 2009-2013
(studi di-Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung)

Oleh

F'ELIX A SIMANUNGKALIT
Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk m-encapai gelar

SanlaNA rLMU PEMERTNTAHANI
pada

Jurusan Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

FAKULTASILMUSOSIALDANILMUPOLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1.

Karya tulis saya, Skripsi ini adalah asli dan belum pemah diajukan untuk

mendapatkan gelar akademik (Sarjana), baik di Universitas Lampung maupun
diperguruan tinggi lain.

2.

Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahanTim Pembimbing dan Penguji.

3. Dalam karyatulis

ini tidak terdapat karya atau pendapatyangtelah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar Pustaka.

4.

Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pemyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah

diperoleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan nofina
yang berlaku di Universitas Lampung.

Bandar Lampung, Februari 2015
Yang Membuat Pernyataan,

FELIX A SIMANUNGKALIT
NPM 0816021030

Judul Skripsi

:

FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN
RENI}AHNYA PENERIMAAN RETRIBUSI PASAR
TAHUN 2009-2013
(Studi di Ilinas Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung)

NamaMahasiswa


: Felix A Simanungkalit

No. PokokMahasiswa

: 0816021030

Jurusan

: Ilmu Pemerintahan

Fakultas

:

Ilmu Sssial dan Ilmu Politik

MENYETUJUI
1.

Komisi Pembimbing,


N

4',l
\)

nrs. rsmo*

I"7,n .r,

NIP 19621127 1989021

0A

2. Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan

Ilrs.Ilenden Ku

ia Drajat, M.Si
NrP. 1960072919 010 1 001


RIWAYAT HIDUP

Felix Alexandra Simanungkalit, di lahirkan di Tanjung Karang
10 Mei 1990, merupakan anak dari pasangan Bapak S.E.
Simanungkalit dan Ibu H. Sitanggang. Penulis merupakan
anak pertama dari empat bersaudara.
Jenjang akademis penulis dimulai dengan menyelesaikan pendidikan di Sekolah
Dasar (SD) Sejahtera 4 Kedaton Bandar Lampung pada tahun 2002, kemudian
melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Fransiskus 1 Pasir
Gintung dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke
Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Bandar Lampung dan lulus pada tahun
2008. Selanjutnya tahun 2008 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Lampung
dengan mengikuti tes Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SNMPTN).

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa
Jurusan (HMJ) Ilmu Pemerintahan sebagai anggota. Pada Tahun 2011 Penulis
mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Universitas Lampung di Desa
Karang Agung Kecamatan Way Tenong Kabupaten Lampung Barat.

MOTO
“Kegagalan Hanya Terjadi Bila Kita Menyerah (Lessing)”
(Felix A Simanungkalit)

i

DAFTAR ISI

Halaman
Daftar Isi........................................................................................................... i
Daftar Tabel ..................................................................................................... iii
Daftar Gambar .................................................................................................. iv

I.

PENDAHULUAN
A. Latar belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 10
C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 10
D. Kegunaan Penelitian ............................................................................. 10

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Faktor-faktor yang Menyebabkan
Penerimaan retribusi Pasar ................................................................... 11
B. Tinjauan Tentang Pemerintah Daerah .................................................. 14
1. Pengerian Pemerintah Daerah .......................................................... 14
2. Otonomi Daerah ............................................................................... 18
C. TinjauanTentang Pendapatan Daerah ................................................... 20
a. Pengertian Pendapatan Daerah ......................................................... 20
b. Sumber-Sumber Pendapatan Daerah ................................................ 21
D. Tinjauan Tentang Pajak Daerah ........................................................... 23
E. Retribusi Daerah ................................................................................... 26
a. Pengertian Retribusi Daerah ............................................................. 26
b. Asas-asas Pemungutan Retribusi Daerah ......................................... 28
c. Jenis-jenis Retribusi Daerah ............................................................. 30
d. Subjek dan Objek Retribusi Daerah ................................................. 32
e. Prinsip atau Kriteria Penentuan Tarif Retribusi Daerah ................... 33
F. Tinjauan Tentang Retribusi Pasar ......................................................... 33
a. Pengertian Retribusi Pasar ................................................................ 33
b. Objek Retribusi Pasar ....................................................................... 34
c. Subjek Retribusi Pasar ...................................................................... 35
G. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Retribusi Pasar .............................. 35
H. Tarif ...................................................................................................... 38
I. Kerangka Pikir ....................................................................................... 39

ii

III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian...................................................................................... 42
B. Fokus Penelitian ................................................................................... 43
C. LokasiPenelitian ................................................................................... 45
D. Informan ............................................................................................... 45
E. TeknikPengumpulan Data .................................................................... 46
F. Jenis Data ............................................................................................. 47
G. Teknik Pengolahan Data ...................................................................... 48
H. Teknik Analisis Data ............................................................................ 51
IV. GAMBARAN UMUM
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................... 54
1. Sejarah Singkat Dinas Pasar Kota Bandar Lampung ...................... 54
2. Susunan Organisasi dan tata Kerja Dinas Pengelolaan Pasar.......... 56
B. Visi dan misi Dinas Pengelolaan pasar Kota Bandar Lampung .......... 58
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Rendahnya Penerimaan Retribusi
Pasar Tahun 2009-2013 di Kota Bandar Lampung .............................. 67
1. Faktor Pengetahuan Organisasi ................. ..................................... 67
2. Faktor Disiplin Kerja ................................. ..................................... 73
3. Faktor Pengawasan .......................................................................... 77
4. Faktor Potensi Penerimaan Retribusi Pasar ..................................... 87
B. Analisis Pelaksanaan Faktor-Faktor yang Menyebabkan Rendahnya
Penerimaan Retribusi Pasar di Kota Bandar Lampung ........................ 94
VI. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan............................................................................................... 105
B. Saran ..................................................................................................... 106

Daftar Pustaka
Lampiran

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya yang sederhana ini sebagai tanda
bakti dan terima kasihku kepada:

Bapak dan Mamaku Tercinta
“Yang

selalu memberikan curahan kasih sayang, dukungan, dan

doanya serta restu yang tiada hentinya hingga sekarang dan
sampai selamanya”

Adik-adikku
“yang selalu memberikan motivasi dan kasih sayang untuk

mencapai yang terbaik”

Teman-temanku
“yang selalu memberikan kritik serta masukan dalam setiap

persoalanku”

Almamaterku Universitas Lampung
“yang telah memberikan banyak ilmu dan pengalaman”

SANWACANA

Syallom dan Salam Sejahtera,

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya,
sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan. Penulis menyadari bahwa isi yang
tersaji dalam skripsi ini masih jauh dari sempurna, dengan segala keterbatasan
kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki akhirnya penulis dapat
menyelesaikan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana dengan
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-faktor Yang Menyebabkan
Rendahnya Penerimaan Retribusi Pasar (Studi di Dinas Pengelolaan Pasar Kota
Bandar Lampung Tahun 2009-2013)”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah banyak membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini :

1.

Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung.

2.

Bapak Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si selaku

Ketua

Jurusan

Pemerintahan. Fakultas Imu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Ilmu

3.

Bapak Drs. R Sigit Krisbintoro, MIP selaku Sekertaris Jurusan Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

4.

Ibu Dr. Feni Rosalia, M.Si selaku Dosen Pembahas yang telah sabar dan teliti
memberikan saran, kritik, serta masukan dalam membahas skripsi ini sehingga
skripsi ini menjadi lebih baik.

5.

Bapak Drs. Ismono Hadi, M.Si selaku Pembimbing Utama yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan motivasi, masukan serta arahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.

6.

Bapak Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si. selaku Pembimbing Akademik terima
kasih atas segala arahannya selama penulis menempuh pendidikan.

7.

Seluruh dosen, staf administrasi dan karyawan di lingkungan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

8.

Para Informan di Dinas Pengelolaan Pasar yang telah memberikan informasi dan
data yang penulis butuhkan sehingga penulis menyelesaikan skripsi.

9.

Teristimewa yang sangat ku cintai kepada kedua orangtuaku dan juga ketiga
adikku. yang telah memberi kasih sayang, perhatian, motivasi, serta materi yang
tidak akan pernah terbayarkan dengan apapun, terima kasih atas dukungan kalian
selama ini.

10. Seluruh teman-teman “NH Hajimena”, Andre Sihaloho (yang paling suka makan
gorengan), Markus Situmorang ( kalau bicara jarang bisa serius), Tumim
Pakpahan ( raja pusing sedunia), Oktaveri Siahaan alia De‟i ( tahan emosi supaya
mamak yang jelasin ), Manogar Pandiangan ( dulu di panggil bolang gara-gara
jarang di rumah), Rio Sitorus ( semoga sukses dengan kerjaannya ), dan buat

semuanya yang gak bisa disebutin. Sukses buat Natal Tahun ini, semoga
kekompakan dan persaudaraan kita selalu terus terjalin semoga kelak kita akan
menjadi impian keluarga dan bangsa ini. Amin .
11. Para Sahabat „Mesa 7‟, Ega, Aan, Alan, Agung, Bacol, Meitra, Bayu, Edi, Pras,
Regen, Dimas, Ogy, Rio, Randi. Semoga sampai tua kita masih bisa berkumpul
dan sukses bersama.
12. Seluruh sahabat-sahabat Jurusan Ilmu Pemerintahan Angkatan 2008 yang udah
lulus maupun yang belom, khususnya buat nira sama nindi, ayo buruan kelarin
skripsinya jangan jualan terus yang dipikirin, kalo niat pasti bisa kok. Dan juga
buat adit, aya, risca, zul, fuad, ilham, puput, izi (secepatnya meyusul S.IP ya).
13. Orang-orang yang telah membantuku, mohon maaf apabila ada nama yang
penulis tidak cantumkan.

Semoga kebaikan yang telah diberikan kepada penulis akan mendapatkan berkat dari
Tuhan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Amin.

Bandar Lampung,

Penulis

Februari 2015

iii

DAFTAR TABEL

halaman
Tabel 1. Perincian Target dan Realisasi Retribusi Kebersihan di Kota Bandar
Lampung Tahun 2009-2013 ............................................................................. 5
Tabel 2. Perincian Target dan Realisasi Retribusi Pasar di Kota Bandar
Lampung Tahun 2009-2013 ............................................................................. 9
Tabel 3. Target dan Realisasi Retribusi Pasar di Kota Bandar Lampung
Tahun 2011 ...................................................................................................... 80
Tabel 4. Target dan Realisasi Retribusi Pasar di Kota Bandar Lampung
Tahun 2009-2013 ............................................................................................. 81

iv

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1 Kerangka Pikir ............................................................................... 41
Gambar 2 Bagan Struktur Organisasi Dinas Pasar Kota Bandar Lampung .. 60
Gambar 3 Bagan Proses Penetapan Target Retribusi Pasar ........................... 79

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses desentralisasi pemerintahan yang dilakukan oleh Pemerintah

Pusat

terhadap Pemerintah Daerah sebagai wujud nyata dari pelaksanaan otonomi
daerah memberikan konsekuensi terhadap Pemerintah Daerah untuk

dapat

menyelenggarakan pemerintahannya sendiri. Proses desentralisasi tersebut
didukung dengan pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah yang memberikan keleluasaan bagi masing-masing daerah
untuk menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri, juga memberikan
ruang bagi daerah untuk menggali dan mendayagunakan potensi yang dimiliki
secara optimal.

Otonomi daerah merupakan pemberdayaan daerah dalam pengambilan keputusan
daerah yang lebih leluasa untuk mengelola sumber daya yang dimiliki dengan
potensi dan kepentingan daerah itu sendiri. Otonomi daerah yang luas, nyata, dan
bertanggungjawab, maka setiap daerah dituntut untuk meningkatkan kemandirian.
Salah satu tolak ukur untuk melihat kesiapan daerah dalam pelaksanaan otonomi
daerah adalah dengan mengukur seberapa besar kemampuan keuangan suatu
daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah atau pemerintahan sendiri.
Sumber keuangan tersebut salah satunya berasal dari Pendapatan Asli Daerah.

2

Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber penerimaan daerah yang berasal dari
beberapa hasil penerimaan daerah dan salah satunya diperoleh dari penerimaan
retribusi daerah. Hasil retribusi daerah perlu diusahakan agar menjadi pemasukan
yang potensial terhadap Pendapatan Asli Daerah.

Mengenai sumber pendapatan daerah diatur dalam Pasal 157 Bab VIII Undangundang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (2004:182) yang
berbunyi :
Sumber pendapatan daerah terdiri atas :
a. pendapatan asli daerah yang selanjutnya disebut PAD, yaitu :
1). Hasil pajak daerah;
2). Hasil retribusi daerah;
3). Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan
4). Lain-lain PAD yang sah;
b. dana perimbangan; dan
c. lain-lain pendapatan daerah yang sah.

Retribusi Daerah menurut Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 dan Peraturan
Pemerintah

Nomor

66

Tahun

2001

tentang

Retribusi

Daerah

dapat

dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu :
1. Retribusi Jasa Umum, yaitu retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan
oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum
serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
Jenis-jenis Retribusi Jasa Umum terdiri dari :
a) Retribusi Pelayanan Kesehatan
b) Retribusi Pelayanan Persampahan/Kesehatan
c) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akte Catatan
Sipil

3

d) Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat
e) Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum
f) Retribusi Pelayanan Pasar
g) Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
h) Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran
i) Retribusi Pengujian Kapal Perikanan.

2. Retribusi Jasa Usaha, yaitu retribusi atas jasa yang disediakan oleh Pemerintah
Daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula
disediakan oleh sektor swasta. Jenis-jenis Retribusi Jasa Usaha terdiri dari :
a) Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
b) Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan
c) Retribusi Tempat Pelelangan
d) Retribusi Terminal
e) Retribusi Tempat Khusus Parkir
f) Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa
g) Retribusi Penyedotan Kakus
h) Retribusi Rumah Potong Hewan
i) Retribusi Pelayanan Pelabuhan Kapal
j) Retribusi tempat Rekreasi dan Olah Raga
k) Retribusi Penyebrangan di Atas Air
l) Retribusi Pengolahan Limbah Cair
m) Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.

4

3. Retribusi Perizinan Tertentu, yaitu retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah
Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang
dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas
kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana,
sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga
kelestarian lingkungan. Jenis-jenis Retribusi Perizinan Tertentu terdiri dari :
a) Retribusi Izin Mendirikan Bangunan
b) Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol
c) Retribusi Izin Gangguan
d) Retribusi Izin Trayek

Proses penerimaan sektor retribusi daerah diharapkan dapat mendukung sumber
pembiayaan daerah dalam menyelenggarakan pembangunan daerah, sehingga
akan meningkatkan dan memeratakan perekonomian serta kesejahteraan
masyarakat di daerahnya. Upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah dapat
dilakukan salah satunya dengan meningkatkan efisiensi sumber daya dan sarana
yang terbatas serta meningkatkan efektifitas pemungutan yaitu dengan
mengoptimalkan potensi yang ada, serta terus diupayakan menggali sumbersumber pendapatan baru yang potensinya memungkinkan, sehingga dapat
dipungut pajak atau retribusinya sesuai dengan ketentuan yang ada.

5

Retribusi daerah yang di pungut oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandar
Lampung yaitu retribusi pasar dan retribusi kebersihan. Adapun target dan
realisasi penerimaan retribusi kebersihan dapat dilihat pada tabel I dibawah ini
Tabel 1
Perincian Target dan Realisasi Retribusi Kebersihan di Kota Bandar
Lampung Tahun 2009-2012
No
Tahun
Target
Realisasi
Persentase
85,4%
1
2009
Rp. 516.840.000
Rp. 441.664.700
2
2010
Rp. 620.208.000
Rp. 436.065.250
70,3%
3
2011
Rp. 957.037.120
Rp. 385.203.600
40,2%
105,7%
4
2012
Rp. 707.037.120
Rp. 726.985.000
Sumber Data : Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung 2013

Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa pada tahun 2011 target yang ditetapkan
meningkat dari tahun-tahun sebelumnya tetapi yang terealisasikan kurang dari
50% dari target yang sudah ditetapkan. Hal ini dikarenakan kinerja para pegawai
Dinas Pasar dalam pemungutan retribusi kebersihan masih belum maksimal.

Dengan adanya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, maka pasar tidak hanya sebagai unit pelayanan kepada masyarakat, tetapi
pasar sudah merupakan unit usaha bagi pemerintah daerah sehingga diharapkan
dapat menghasilkan laba retribusi. Apabila hal itu dapat terpenuhi, maka sumber
pendapatan dapat digunakan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung untuk
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan pada akhirnya dapat untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kota Bandar Lampung.

6

Sampai saat ini terdapat 10 pasar tradisional yang retribusinya di kelola oleh
Pemerintah Kota Bandar Lampung seperti :
1.

Pasar Panjang

2.

Pasar tugu

3.

Pasar Tamin

4.

Pasar Pasir Gintung

5.

Pasar Kangkung

6.

Pasar Cimeng

7.

Pasar Semep

8.

Pasar Bawah

9.

Pasar Way Halim

10. Pasar Bambu Kuning
Sumber Data: Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung

Keseluruhan pasar tersebut ditarik retribusi pasar. Semakin meningkatnya
kehidupan perekonomian Kota Bandar Lampung, maka akan memberikan
pengaruh

pada

tingkat

konsumsi

masyarakat

Kota

Bandar

Lampung.

Perkembangan kehidupan perekonomian yang akan mempengaruhi tingkat
konsumsi masyarakat harus didukung adanya fasilitas bagi masyarakat untuk
mengadakan kegiatan ekonomi.

7

Pasar merupakan salah satu fasilitas bagi masyarakat untuk mengadakan kegiatan
ekonomi. Sudah adanya pasar, maka akan tercipta siklus perputaran uang bagi
peningkatan kehidupan perekonomian masyarakat Kota Bandar Lampung.
Peningkatan perekonomian tersebut secara tidak langsung berdampak bagi
Pemerintah Kota Bandar Lampung untuk senantiasa mengembangkan pasar-pasar
yang dikelola oleh pemerintah yang juga digunakan sebagai potensi penerimaan
daerah. Oleh karena itu, semakin baik pengelolaan terhadap pasar-pasar yang
dikelola, maka akan berdampak pada pengembangan penerimaan retribusi pasar.

Retribusi pasar merupakan salah satu retribusi daerah yang dikelola dan dipungut
oleh Daerah/Kota yang cukup potensial sebagai sumber pembiayaan di daerah.
Adapun pemungutan retribusi pasar di kota Bandar Lampung berdasarkan
Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 1995 yang di dalam penjelasan umumnya
disebutkan bahwa sesuai dengan rencana peningkatan pendapatan asli daerah,
maka perlu ditetapkan suatu peraturan daerah yang diharapkan dapat menjadikan
penerimaan retribusi daerah menjadi salah satu sumber yang dapat memberikan
kontribusi bagi retribusi daerah, dimana sektor retribusi daerah merupakan sektor
yang cukup banyak memberikan kontribusi bagi pendapatan asli daerah guna
berkesinambungannya pembangunan di daerah. Jadi pemungutan retribusi pasar
pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan penerimaan daerah dari segi
retribusi.

8

Berdasarkan pendapat Kaho dalam Jurnal Ilmu Politik No. 2 (1987:37-46),
penerimaan retribusi pasar dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor
ekstern maupun intern organisasi. Faktor-faktor ekstern organisasi misalnya
tingkat potensi penerimaan retribusi itu sendiri, sedangkan faktor-faktor intern
misalnya efisiensi organisasi pemungutan retribusi dan lain-lain. Sedangkan
dalam bukunya “Prospek Otonomi Daerah Di Negara Republik Indonesia”
(1997:160), Kaho menyebutkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi
penerimaan retribusi yaitu :
1. Pengetahuan tentang asas-asas organisasi
2. Disiplin kerja pegawai
3. Pengawasan
4. Potensi penerimaan retribusi pasar

Keempat faktor intern diatas, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama sangat
menentukan dan mempengaruhi terhadap

pelaksanaan pemungutan dan

pengelolaan retribusi.

Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa apabila keseluruhan faktor di atas
telah dilaksanakan dengan baik, maka tingkat penerimaan retribusi pasar akan
baik pula. Sebaliknya bila faktor-faktor tersebut tidak dilaksanakan dengan baik
maka tingkat penerimaan retribusi pasar juga tidak akan tercapai sesuai dengan
yang diharapkan.

9

Pelaksanaan pemungutan retribusi di Kota Bandar lampung belum terlaksana
dengan baik, sehingga pemasukan retribusi pasar tidak mencapai hasil yang
diinginkan. Hasil pemungutan retribusi pasar di Kota Bandar Lampung belum
memenuhi target seperti yang diharapkan, hal ini dapat dilihat dari penerimaan
retribusi pasar di Bandar lampung selama beberapa tahun anggaran sebagaimana
yang terlihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2
Perincian Target dan Realisasi Retribusi Pasar di Kota Bandar Lampung
Tahun 2009-2013
Persentase
No Tahun
Target
Realisasi
89,6%
1
2009
Rp. 853.938.000
Rp. 764.906.850
2
2010
Rp. 1.036.725.600
Rp. 737.285.400
71,1%
3
2011
Rp. 1.631.867.184
Rp. 532.119.360
32,6%
4
2012
Rp. 2.181.867.184
Rp. 1.281.456.000
58,7%
5
2013
Rp. 2.500.000.000
Rp. 1.620.700.000
64,8%
Sumber Data : Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung, 2014

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari tahun 2009-2013 realisasi
retribusi pasar di Kota Bandar Lampung tidak pernah memenuhi target, dan pada
tahun 2011 target meningkat tetapi

realisasinya tetap tidak memenuhi target

bahkan menurun drastis.

Penulis tertarik mengangkat tema Retribusi Pasar karena melihat proporsi dari
retribusi tersebut cukup besar sebagai salah satu sumber pendapatan daerah yang
dapat dilihat dari banyaknya pasar yang ada di Kota Bandar lampung. Selain itu,
alasan penulis mengambil tema Retribusi Pasar dalam objek penelitian adalah
ingin mengetahui seberapa besar kontribusi Retribusi Pasar terhadap Pendapatan

10

Asli Daerah Kota Bandar lampung dari penganggaran tiga tahun terakhir,
disamping itu penulis ingin mengetahui apakah pihak Dinas Pengelolaan Pasar
Kota Bandar lampung sudah maksimal dalam memungut Retribusi Pasar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut “Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan
rendahnya Penerimaan Retribusi Pasar di Kota Bandar Lampung?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini untuk mengetahui pelaksanaan
faktor-faktor penyebab rendahnya penerimaan retribusi pasar di Kota Bandar
Lampung.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah:
1. Secara akademis, di harapkan hasil penelitian ini sebagai salah satu kajian Ilmu
Pemerintahan, khususnya yang berkaitan dengan mata kuliah Keuangan
Daerah.
2. Secara praktis, diharapkan hasil penelitian dapat menjadi masukan bagi Dinas
Pengelolaan Pasar dan Kebersihan Kota Bandar Lampung dalam meningkatkan
retribusi pasar.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan

Tentang

Faktor-faktor

yang

Menyebabkan

Penerimaan

retribusi Pasar

1. Faktor-faktor yang Menyebabkan Penerimaan retribusi

Menurut Josef Riwu Kaho (1997:160), faktor-faktor yang menyebabkan
penerimaan retribusi yaitu :

a. Pengetahuan tentang Azas-asas Organisasi

Keberhasilan suatu aktivitas, apalagi aktivitas bersama sekelompok orang yang
menggunakan organisasi sebagai alat, sangat tergantung pada tingkst
pengetahuan anggota-anggotanya dan pimpinannya akan asas-asas (prinsipprinsip) organisasi. Prinsip-prinsip organisasi antara lain :
1. Perumusan tujuan yang jelas
2. Pembagian tugas
3. Delegasi kekuasaan
4. Tingkat pengawasan
5. Rentang kendali
6. Kesatuan perintah dan tanggung jawab

12

b. Disiplin kerja Pegawai
Menurut Alfred A. Lateiner dan I. E. Levine yang dikutip oleh Josef R. Kaho
(1997:162), bahwa disiplin dapat ditegaskan sebagai suatu kekuatan yang
berkembang di dalam tubuh pekerja sendiri dan menyebabkan dia dapat
menyesuaikan diri dengan sukarela kepada keputusan-keputusan, peraturanperaturan, dan nilai-nilai tinggi dari pekerjaan dan tingkah laku. Adapun
menurut Widodo (1981:57), menyatakan bahwa disiplin adalah kesetiaan dan
ketaatan seseorang atau sekelompok orang pada aturan-aturan, norma-norma,
dan lain-lain yang dinyatakan berlaku atas kelompok orang tersebut.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja pegawai
adalah ketaatan pegawai terhadap peraturan-peraturan dan ketentuanketentuanyang

berlaku

dudalam

suatu

organisasi/kantor

di

dalam

melaksanakan tugas dan pekerjaannya.

c. Pengawasan yang Efektif

Menurut Mc. Farland dalam Soewarno (1995), definisi pengawasan adalah
suatu proses dimana pimpinan ingin mengetahui apakah hasil pelaksanaan
yang dilakukan oleh bawahannya sesuai dengan rencana, perintah, dan tujuan
kebijakan yang telah ditentukan. Adapun menurut Harold Konnzt dan Cyril
O’Donnel yang dikutip oleh Sarwoto (1991:96), pengawasan adalah penilaian
dan koreksi atas pelaksanaan kerja yang dilakukan oleh bawahan dengan
maksud untuk mendapatkan keyakinan atau jaminan bahwa tujuan-tujuan
perusahaan dan rencana yang digunakan untuk mencapainya dan dilaksanakan.

13

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
pengawasan secara umum adalah proses penilaian atas pekerjaan bawahan
yang dilakukan oleh pimpinan atau atasannya untuk mengetahui apakah hasil
yang diperoleh sesuai dengan rencana dan tujuan yang telah ditetapkan.
Sedangkan pengawasan yang efektif adalah proses dalam menetapkan
pekerjaan, menilainya dan mengkoreksinya tanpa melalui prosedur yang
bertele-tele, sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana semula.

Untuk melakukan suatu pengawasan yang perlu diperhatikan adalah prosesproses pengawasannya. Sehubungan dengan itu menurut Manullang dalam
Josef Riwu Kaho (1995:48) mengatakan bahwa proses pengawasan dimanapun
terdiri dari fase sebagai berikut :
1. Menentukan alat ukur
2. Mengadakan penilaian
3. Mengadakan tindakan perbaikan

Fungsi

pengawasan

mempunyai

peran

yang

sangat

penting

dalam

mengamankan pelaksanaan rencana demi tercapainya tujuan suatu organisasi.
Demikian juga pada Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung,
pengawasan diperlukan agar pegawai benar-benar melaksanakan tugasnya
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

14

d. Potensi Penerimaan retribusi

Faktor ini merupakan faktor yang berasal dari luar organisasi/instansi yang
berhubungan secara langsung dalam pengelolaan suatu retribusi. Faktor ini
sedikit banyak berpengaruh terhadap tingkat penerimaan suatu retribusi.

Keseluruhan faktor di atas sangat berperan dalam mempengaruhi efektifitas
penerimaan retribusi sehingga menjadi acuan penelitian oleh penulis.

B. Tinjauan Tentang Pemerintahan Daerah

1. Pengertian Pemerintah Daerah

Proses penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Indonesia didasarkan pada
ketentuan Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa :

“Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah propinsi
dan daerah propinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap
provinsi, kabupaten dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah yang
diatur dengan Undang-Undang.”

Pemerintah pusat tidak mungkin mengatur sendiri semua urusan dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Sehingga diadakannya pembagian urusan
kepada pemerintah tingkat bawahnya. Pemerintah tingkat bawah inilah yang
disebut sebagai Pemerintah Daerah. Adapun ciri-ciri Pemerintah Daerah
menurut L. Openheim (1961) adalah:

15

a. Adanya lingkungan atau daerah dengan batas yang lebih kecil dari pada
Negara.
b. Adanya jumlah penduduk yang mencukupi.
c. Adanya kepentingan-kepentingan yang diurus oleh Negara akan tetapi
menyangkut tentang lingkungan itu sehingga penduduknya bergerak
bersama-sama berusaha atas dasar swadaya.
d. Adanya suatu organisasi

yang memadai

untuk

menyelenggarakan

kepentingan kepentingan tersebut.

Sedangkan Pemerintah Daerah yang mengurus rumah tangganya sendiri
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a) Urusan-urusan pemerintahan yang diselenggarakan adalah urusan yang
telah menjadi urusan rumah tangganya sendiri;
b) Penyelenggaraan pemerintahannya dijalankan oleh pejabat-pejabat yang
merupakan pegawai pemerintah daerah;
c) Penyelenggaraan urusan-urusan pemerintahan dijalankan atas inisiatif dan
prakarsa sendiri.
d) Hubungan antara pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah tingkat
atasnya dengan pemerintah daerah adalah hubungan yang sifatnya
pengendalian dan pengawasan saja.

16

Pemerintahan Daerah menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 1
ayat 1 disebutkan bahwa :
“Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
pemerintahan daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Republik Indonesia tahun 1945.”

Sedangkan yang dimaksud dengan Pemerintah Daerah menurut UndangUndang Nomor 32 tahun 2004 Pasal 1 adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota
dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
Adapun yang dimaksud dengan DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat
daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Secara hierarki
Kepala Daerah bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri Dalam
Negeri dalam menjalankan pemerintahan daerah.

Jadi Kepala Daerah tidak bertanggung jawab kapada Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah tetapi Kepala Daerah berkewajiban memberikan keterangan
pelaksanaan pemerintahan daerah yang dipimpinnya. Dengan demikian maka
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dapat selalu mengikuti dan mengawasi
jalannya Pemerintahan Daerah.

17

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai salah satu unsur Pemerintah Daerah
berfungsi sebagai partner Kepala Daerah dan juga berfungsi sebagai pengawas
atas pelaksanaan kebijaksanaan daerah yang dilaksanakan oleh Kepala Daerah.
Dalam menyelenggarakan daerah otonom dibentuk pula Sekretariat Daerah dan
Dinas Daerah.

Sekretariat Daerah merupakan unsur staf yang membantu Kepala Daerah
dalam

menyelenggarakan

Pemerintahan

Daerah

sehingga

diharapkan

Sekretariat Daerah ini dapat berdaya guna dan hasil guna dalam
menyelenggarakan pekerjaannya dan dapat dicegah kesimpangsiuran yang
tidak perlu.

Sedangkan Dinas Daerah merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah yang
mempunyai tugas dan fungsi utama memberikan pelayanan terhadap
masyarakat tanpa terlalu mempertimbangkan untung-rugi, tetapi dalam batasbatas tertentu dapat didayagunakan dan bertindak sebagai organisasi ekonomi
yang dapat memberikan pelayanan jasa dengan imbalan.

18

2. Otonomi Daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 Pasal 1 ayat 5 tentang
Pemerintahan Daerah, yang dimaksud dengan otonomi daerah adalah :
“Hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.”

Sedangkan Undang-Undang No. 32 tahun 2004 Pasal 1 ayat 6 menyebutkan
daerah otonom adalah :
“Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia.”

Pelaksanaan otonomi daerah saat ini adalah otonomi daerah yang luas, nyata, dan
bertanggungjawab

yang

akan

memberikan

kepercayaan

bagi

daerah

kabupaten/daerah kota untuk mengelola kewenangan yang lebih besar dan luas.
Di samping itu, pemberian otonomi yang luas juga akan menjamin kemantapan
otonomi daerah, karena kedudukan daerah kabupaten dan daerah kota yang
merupakan daerah otonom tidak lagi dalam hubungan vertikal dengan pemerintah
daerah provinsi tetapi masing-masing daerah tersebut berdiri sendiri dan tidak
mempunyai hubungan hierarki satu sama lain. Pengertian asas otonomi yang luas,
nyata, dan bertanggung jawab yaitu :

19

1. Otonomi yang luas
Keleluasan daerah dalam semua bidang pemerintahan kecuali kewenangan di
bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal,
agama serta kewenangan bidang lainnya yang akan ditetapkan dengan peraturan
pemerintah. Di samping itu keleluasaan otonomi mencakup pula kewenangan
yang utuh dan bulat dalam penyelenggaraannya mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, pengendalian, dan evaluasi.

2. Otonomi yang nyata
Keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan kewenangan pemerintahan di bidang
tertentu yang secara nyata telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan
berkembang di daerah. Dengan demikian isi dan jenis otonomi bagi setiap daerah
tidak selalu sama dengan daerah lainnya.

3. Otonomi yang bertanggung jawab
Berupa perwujudan pertanggungjawaban sebagai konsekuensi pemberian hak dan
kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dan kewajiban yang dipikul oleh
daerah dalam mencapai tujuan dalam pemberian otonomi berupa peningkatan
pelayanan dan kesejahteraan yang semakin baik, pengembangan kehidupan
demokratis, keadilan dan pemerataan serta pemeliharaan hubungan yang serasi
antara pusat dengan daerah serta antar-daerah dalam rangka menjaga keutuhan
Negara Kesatuan Indonesia.

20

C. Tinjauan Tentang Pendapatan Daerah

Faktor keuangan sangat mempengaruhi untuk membiayai kegiatan pemerintahan
dalam pelaksanaan otonomi daerah. Agar fungsi pemerintahan daerah dapat
terlaksana secara optimal untuk mengurus rumah tangganya sendiri dengan baik,
maka harus diimbangi dengan pemberian sumber-sumber penerimaan yang cukup
kepada daerah yang besarnya disesuaikan dan diselaraskan dengan pembagian
kewenangan

kepada

daerah

yang

bersangkutan

berdasarkan

peraturan

perundangundangan yang berlaku. Disamping itu, pemerintah daerah juga harus
mampu menggali sumber - sumber penerimaan dari daerahnya sendiri. Sumber
keuangan daerah bisa berupa pemberian pemerintah pusat maupun dari
pendapatan asli daerah.

a. Pengertian Pendapatan Daerah
Pengertian pendapatan daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
Pasal 5 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah adalah
“Hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih
dalam periode tahun bersangkutan.”

Sedangkan pengertian Pendapatan Asli Daerah menurut Undang-Undang Nomor
33 Tahun 2004 Pasal 5 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintahan Daerah adalah
“Pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan
Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.”

21

Seperti yang telah dikemukakan di atas, maka pendapatan asli daerah merupakan
pendapatan yang berasal dari potensi sumber-sumber keuangan milik daerah yang
digali dan dihimpun untuk membiayai kegiatan baik rutin maupun pembangunan
yang menjadi tugas tanggung jawabnya. Pendapatan Asli Daerah merupakan
sumber penerimaan daerah di luar sumbangan atau bantuan dari pemerintah pusat,
bagi hasil pajak dan bukan pajak dan penerimaan lain-lain.

b. Sumber-sumber Pendapatan Daerah
Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam melaksanakan
tugasnya dibiayai dari dana atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Sehingga daerah memerlukan kewenangan dan kemampuan untuk menggali
keuangannya sendiri, yang didukung oleh perimbangan keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah serta antara Provinsi dan Kabupaten/Kota yang
merupakan prasyarat dalam sistem Pemerintahan Daerah.

Sumber-sumber penerimaan daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 tahun
2004 Pasal 5 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah terdiri atas Pendapatan Daerah dan Pembiayaan. Pendapatan
Daerah bersumber dari :
1) Pendapatan Asli Daerah
2) Dana Perimbangan, dan
3) Lain-lain Pendapatan

22

Sedangkan pembiayaan bersumber dari :
1) Sisa lebih perhitungan anggaran Daerah
2) Penerimaan Pinjaman Daerah
3) Dana Cadangan Daerah, dan
4) Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan.

Menurut Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 Pasal 157 yang mengatur tentang
Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 Pasal 6 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
dijelaskan ketentuan mengenai Pendapatan Asli Daerah, diantaranya menyebutkan
beberapa sumber Pendapatan Asli Daerah adalah sebagai berikut :
1) Pajak Daerah
2) Retribusi Daerah
3) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan
4) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sah.

Sedangkan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah adalah sebagai berikut :
1) Hasil penjualan kekayaan Daerah yang tidak dipisahkan
2) Jasa Giro
3) Pendapatan Bunga
4) Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
5) Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau
pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah.

23

D. Tinjauan Tentang Pajak Daerah

Menurut Davey (1988: 39-40), perpajakan daerah dapat diartikan sebagai :
1. Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dengan pengaturan dari daerah
sendiri;
2. Pajak yang dipungut berdasarkan peraturan nasional tetapi penetapan tarifnya
ditetapkan oleh pemerintah daerah;
3. Pajak yang ditetapkan dan/atau dipungut oleh pemerintah daerah; dan
4. Pajak yang dipungut dan diadministrasikan oleh pemerintah pusat tetapi hasil
pungutannya dibagihasilkan dengan atau dibebani pungutan tambahan (opsen)
oleh pemerintah daerah.

Ketentuan umum peraturan pemerintah No. 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah
menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan pajak derah adalah iuran wajib yang
dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung
yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan daerah dan pembangunan didaerah.
“ Mamesah mendefenisikan pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh
daerah menurut peraturan pajak yang ditetapkan oleh daerah untuk
pembiayaan rumah tangganya sebagai badan hukum publik (Mamesah,
1995:98)”.

24

a) Jenis-jenis Pajak Daerah
Menurut wilayah pemungutannya pajak daerah dibagi menjadi :
1) Pajak Provinsi
Pajak provinsi adalah pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah
tingkat propinsi. Jenis Pajak Propinsi terdiri dari :
a. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air.
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air.
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.
d. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.
2) Pajak Kabupaten/Kota
Pajak kabupaten/kota adalah pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah
daerah tingkat kabupaten/kota. Jenis Pajak Kabupaten/Kota terdiri dari :
a. Pajak Hotel
b. Pajak Restoran
c. Pajak Hiburan
d. Pajak Reklame
e. Pajak Penerangan Jalan
f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C
g. Pajak Parkir.

b) Sistem Pemungutan Pajak Daerah
Menurut Mardiasmo (2002:7), sistem pemungutan pajak daerah dibagi menjadi
tiga, yaitu :

25

1) Sistem Official assessment
Pemungutan pajak daerah berdasarkan penetapan kepala daerah dengan
menggunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) atau dokumen lainnya yang
dipersamakan. Wajib pajak setelah menerima SKPD atau dokumen yang
dipersamakan tinggal melakukan pembayaran menggunakan Surat Setoran Pajak
Daerah (SSPD) pada Kantor Pas atau Bank Persepsi. Jika wajib pajak tidak atau
kurang membayar akan ditagih menggunakan Surat Tagihan Pajak Daerah
(STPD).

2) Sistem Self assessment
Wajib pajak menghitung, membayar dan melaporkan sendiri pajak daerah yang
terutang. Dokumen yang digunakan adalah Surat Pemberitahuan Pajak Daerah
(SPTPD). SPTPD adalah formulir untuk menghitung, memperhitungkan,
membayar dan melaporkan pajak yang terutang. Jika wajib pajak tidak atau
kurang membayar atau terdapat salah hitung atau salah tulis dalam SPTPD maka
akan ditagih menggunakan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD).

3) Sistem Withholding
Dalam sistem withholding, pihak ketiga yang wajib menghitung, menetapkan,
menyetorkan dan melaporkan pajak yang sudah dipotong/dipungut. Misalnya
pihak perusahaan atau pemberi kerja berkewajiban untuk menghitung berapa PPh
yang harus dipotong atas penghasilan yang diterima pegawainya. Kemudian
perusahaan atau pemberi kerja tersebut harus menyetorkan, dan melaporkan PPh
pegawainya tersebut ke Kantor Pelayanan Pajak.

26

E. Retribusi Daerah

Proses penyelenggaraan urusan rumah tangga daerah tentu membutuhkan dana.
Dana ini diperolah daerah dari Pemerintah Pusat dan dari pendapatan daerah
sendiri. Salah satu sumber pendapatan daerah yang berasal dari daerah adalah
retribusi daerah. Retribusi Daerah diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 tahun
1997 yang mana telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 66
tahun 2001 tentang Retribusi Daerah.

a. Pengertian Retribusi Daerah
Munawir (1995) menyebutkan definisi retribusi adalah sebagai berikut :
“Retribusi adalah iuran kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dan jasa
balik secara langsung dapat ditunjuk, paksaan ini bersifat ekonomis karena
siapa saja yang tidak merasakan jasa balik dari pemerintah ia tidak akan
dikenakan iuran tersebut”.
Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan daerah
sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan
dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau
badan. Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah menyebutkan definisi retribusi daerah adalah sebagai berikut :
“Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah Pungutan
Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang

27

khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan”.
Retribusi Daerah menurut PP No. 66 Tahun 2001 adalah :
“Retribu