Hakikat Pendidikan Islam HAKIKAT PENDIDIKAN ISLAM DI ERA GLOBALISASI MENURUT

Kata Islam dalam pendidikan Islam menunjukkan warna pendidikan tertentu, yaitu pendidikan yang berwarna Islam, pendidikan yang islami, yaitu pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam, namun apakah itu yang dinamakan pendidikan Islam? Menurut Azra, bahwa pendidikan yang dilekatkan dengan kata Islam telah didefinisakan secara berbeda-beda oleh berbagai kalangan, yang banyak dipengaruhi oleh pandangan dunia weltanschauung masing-masing. Namun, pada dasarnya, semua pandang yang berbeda itu bertemu dalam suatu pemahaman bahwa pendidikan merupakan suatu proses penyiapan generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien. 6 Dalam Islam dapat kita jumpai beberapa istilah tentang pendidikan, yaitu al Ta’lim, al Ta’dib, al Riyadhat, al Tarbiyyah dan lain sebagainya. Al Ta’lim dapat diartikan dengan pengajaran. 7 Tetapi menurut Sayid Muhammad al Naquib al Attas, bahwa istilah al Ta’dib adalah istilah yang paling tepat digunakan untuk menggambarkan pengertian pendidikan, sementara istilah tarbiyah terlalu luas karena pendidikan dalam istilah ini mencakup juga pendidikan untuk hewan. 8 Al Attas menjelaskan bahwa Ta’dib berasal dari masdar Addaba yang diturunkan menjadi kata Adabun, berarti pengenalan dan pengakuan tentang hakikat bahwa pengetahuan dan wujud bersifat teratur secara hierarkis sesuai dengan berbagai tingkat dan 6 Ibid., h. 3. 7 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002, h. 2. 8 Syed Muhammad al Naquib al Attas, Konsep Pendidikan Dalam Islam, terj. Haidar Bagir, Bandung: Mizan, 1984, h. 52. derajat tingkatan mereka dan tentang tempat seseorang yang tepat dalam hubungannyadengan hakikat itu serta dengan kapasitas dan potensi jasmaniah, intelektual, maupun rohaniah seseorang. 9 Definisi ini berbau filsafat, sehingga intinya adalah pendidikan menurut Islam sebagai usaha agar orang mengenali dan mengakui tempat Tuhan dalam kehidupan ini. Sebaliknya, Abdurrahman al Nahlawi merumuskan definisi pendidikan dari kata al Tarbiyyah, yaitu pertama kata raba-yarbu yang berarti bertambah, bertumbuh, seperti yang terdapat dalam Al Quran surat al Rum ayat 39; kedua, rabiya-yarba yang berarti menjadi besar; ketiga, dari kata rabba- yarubbu yang berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga, memelihara. Menurut Imam al Baidlawi, di dalam tafsirnya arti asal al rabb adalah al Tarbiyah, yaitu menyampaikan sesuatu sedikit demi sedikit sehingga sempurna. Berdasarkan ketiga kata itu, Abdurrahman al Bani menyimpulkan bahwa pendidikan terdiri atas empat unsur, yaitu pertama, menjaga dan memelihara fitrah anak menjelang dewasa; kedua, mengembangkan seluruh potensi; ketiga, mengarahkan seluruh fitrah dan potensi menuju kesempurnaan; keempat, dilaksanakan secara bertahap. 10 Dari sini, jelas bahwa pendidikan menurut Islam adalah pengembangan seluruh potensi anak didik secara bertahap menurut ajaran Islam. 9 Ibid., h. 63. 10 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994, h. 29. Adapun pendidikan Islam, menurut M. Yusuf al Qardhawi adalah pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan ketrampilannya. Karenanya pendidikan Islam berupaya menyiapkan manusia untuk hidup baik dalam keadaan damai maupun perang, dan menyiapkannya untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya. 11 Sementara itu, Hasan Langgulung merumuskan pendidikan Islam sebagai suatu proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan kemampuan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal dan memetik hasilnya kelak di akhirat. 12 Dengan demikian pendidikan Islam adalah suatu proses pembentukan individu berdasarkan ajaran-ajaran Islam yang diwahyukan Allah SWT Kepada Muhammad SAW. Selain pendidikan Islam juga terdapat ilmu pendidikan Islam. Ilmu pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam. Isinya ilmu adalah teori, seperti ilmu bumi adalah teori tentang bumi, ilmu dagang adalah teori tentang dagang dan lain sebagainya. Sehingga ilmu pendidikan Islam adalah teori-teori tentang pendidikan berdasarkan Islam. Sebenarnya apakah isi ilmu itu hanya teori? Secara esensialnya berupa teori, tetapi secara lengkap isi suatu ilmu bukan saja teori, akan tetapi juga penjelasan-penjelasan tentang teori 11 Yusuf al Qardhawi, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan al Banna, terj. Bustami A, Gani et.al, Jakarta: Bulan Bintang, 1980, h. 157. 12 Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam Bandung: al Ma’arif, 1980, h. 6. itu serta kadang-kadang terdapat data-data yang mendukung penjelasan itu. 13 Sehingga isi ilmu terdapat tiga hal, yaitu teori, penjelasan dan data. Jadi, jika kita menemukan buku ilmu pendidikan Islam, maka sudah sewajarnya berisi ketiga komponen tersebut. Pemahaman tentang ilmu pendidikan Islam, menurut Ahmad Tafsir ilmu adalah sejenis pengetahuan manusia yang diperoleh dengan riset terhadap obyek-obyek yang empiris, benar tidaknya suatu teori ilmu ditentukan oleh logis tidaknya dan ada tidaknya bukti empiris. Bila teori itu logis dan ada bukti empiris, maka teori ilmu itu benar. 14 Oleh karena itu, dalam ilmu pendidikan Islam harus terdapat teori-teori yang dapat diuji secara logis dan sekaligus empiris. Apabila tidak bisa, maka bukan suatu ilmu pendidikan Islam, bahkan mungkin ilmu pendidikan Islam adalah mistis khayalan. Tafsir dalam bukunya menjelaskan definisi ilmu pendidikan Islam sebatas untuk membedakan antara ilmu pendidikan Islam dan filsafat pendidikan Islam. Filsafat pendidikan Islam merupakan kumpulan teori pendidikan Islam yang hanya dapat dipertanggungjawabkan secara logis dan tidak akan dapat dibuktikan secara empiris. 15 Masih menurut Tafsir bahwa untuk memahami tentang ilmu pendidikan Islam dapat dilakukan dengan cara merumuskan lebih dahulu 13 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, h. 12. 14 Ibid., h. 14. 15 Ibid., h. 15. definisi ilmu, definisi pendidikan dan definisi Islam, setelah itu disusun rumusan tentang ilmu pendidikan Islam. 16 Halkikat pendidikan Islam secara filosofis adalah memanusiakan manusia. Pada esensinya, makhluk yang bernama manusia adalah makhluk yang berbudaya dengan dikaruniai akal pikiran yang mampu menciptakan sesuatu yang baru. Hal tersebut tidak lepas dari metode dalam rangka membuat terobosan terhadap pembaruan pendidikan Islam. 17 Pendidikan Islam dalam perspektif Abdurrahman Wahid tidak lepas dari peran pesantren sebagai salah satu institusi pendidikan Islam yang menjadi wahana resistensi moral dan budaya atau pewaris tradisi intelektual Islam tradisional. 18 Pendidikan Islam menurut Abdurrahman Wahid adalah sebuah proses untuk mengantarkan peserta didik agar mempunyai bekal yang cukup dan mampu berpikir kritis sepanjang hayatnya. 19 Pendidikan Islam haruslah beragam, ini merupakan salah satu dari percikan pemikiran yang pernah dilontarkan oleh sosok Abdurrahman Wahid. Pemikiran ini dilandsi bahwa Abdurrahman Wahid memahami kondisi sosial masyarakat yang majemuk di Indonesia. Hal ini merupakan salah satu wujud pilihan strategi 16 Ibid., h. 23. 17 Faisol, Gus Dur dan Pendidikan Islam: Upaya Mengembalikan Esensi Pendidikan di Era Global, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011, h. 23. 18 Ibid., h. 7. 19 Ibid., h. 10-11. untuk mengembangkan dan menyelaraskan pendidikan Islam dalam bingkai perbedaan suku, ras, dan keyakinan yang cukup beragam di negeri ini. 20 Peta “keberagaman” pendidikan Islam haruslah bersifat lengkap dan tidak mengabaikan kenyataan yang ada. Lagi-lagi kita berhadapan dengan kenyataan sejarah, yang mempunyai hukum-hukumnya sendiri. Mengembangkan keadaan dengan tidak memperhitungkan hal ini, mungkin hanya bersifat menina-bobokan kita belaka dari tugas sebenarnya yang harus kita pikul dan laksanakan. Sikap mengabaikan keberagaman ini, adalah sama dengan sikap burung onta yang menyembunyikan kepalanya di bawah timbunan pasir tanpa menyadari badannya masih tampak. Jika kita masih bersikap seperti itu, akan berakibat sangat besar bagi perkembangan Islam di masa yang akan datang. Karenanya jalan terbaik adalah membiarkan keanekaragaman sangat tinggi dalam pendidikan Islam dan membiarkan perkembangan waktu dan tempat yang akan menentukan. 21 Selanjutnya, dalam pendangan Abdurrahman Wahid untuk menghasilkan suatu kebudayaan serta keilmuan dalam dunia pendidikan Islam, maka pendidikan dan pembelajaran haruslah membebaskan yang meberikan ruang untuk melakukan suatu dialog atau perdebatan ilmiah, tanpa harus memisahkan dimana posisi guru dan peserta didik yang terkadang seakan murid adalah obyek 20 Ibid., h. 121. 21 Abdurrahman Wahid, Islamku Islam Anda Islam Kita, Jakarta: The Wahid Institute, 2006, h. 227. untuk diisi bagai gelas kosong seperti dalam aliran empirisme yang akan membawa kepada peserta didik hanya bersikap pasif. 22 Abdurrahman Wahid juga menambahkan bahwa pendidikan Islam merupakan pembelajaran yang membebaskan manusia dari belenggu-belenggu tradisonalis yang kemudian ingin didaur ulang dengan melihat pemikiran kritis yang terlahir oleh Barat modern. Dengan demikian, akan memunculkan term pembebasan dalam pendidikan Islam dalam koridor ajaran Islam yang harus dipahami secara komprehensif, bukan dengan pemahaman yang parsial. 23 Jadi, menurut Abdurrahman Wahid hakikat pendidikan Islam di era globalisasi adalah sebuah proses yang dilakukan peserta didik untuk mempunyai kemampuan berfikir kritis sepanjang hidupnya dalam konteks keberagaman aspek kemajemukan di Indonesia dengan tanpa adanya keterbatasan kebebasan berpendapat dalam proses tersebut dan juga menghilangkan belenggu tradisionalis dengan pemikiran kritis dari Barat. Pendidikan berupaya untuk memberikan suatu pembebasan manusia dalam kehidupan objektif dari penindasan. Pendidikan yang benar-benar membebaskan bisa diterapkan di dalam atau di luar sistem kehidupan sekarang dan dilakukan dengan cara yang sangat hati-hati oleh mereka yang sanggup 22 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Dalam Pembelajaran, Jakarta: Kencana. 2009, h. 2-9 23 Faisol, Gus Dur dan Pendidikan Islam: Upaya Mengembalikan Esensi Pendidikan di Era Global, h. 89. menghilangkan rasa naif serta memiliki suatu kayakinan dan komitmen untuk benar-benar membebaskan. 24

B. Hakikat Tujuan Pendidikan Islam

Lembaga pendidikan Islam secara konstitusional diatur dalam Sisdiknas secara umum, dan secara khusus di bawah naungan Depag. Hal ini disebabkan supaya fungsi, peran, dan tujuan pendidikan Islam mempunyai arah yang jelas dan terorganisasi secara sistemik. Pendidikan Islam menempatkan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah. Dengan demikian, manusia sebagai objek sekaligus sebagai subjek pendidikan yang tidak bebas nilai. Hidup dan kehidupannya diikat oleh nilai-nilai yang terkandung dalam hakikat penciptaannya. Maka, apabila dalam menjalani kehidupan, sikap dan perilakunya sejalan dengan hakikat itu, manusia akan mendapatkan kebahagiaan yang bermakna. 25 Sejalan dengan hal tersebut, filosofi pendidikan Islam bertujuan sesuai dengan hakikat penciptaan manusia, yaitu agar manusia menjadi pengabdi Allah yang patuh dan setia. Tujuan ini tidak mungkin secara utuh bisa dicapai sekaligus, perlu proses penahapan. Tujuan ini hanya menjadi dasar dalam 24 Andre’e Feillard, dkk. Gus Dur NU dan Masyarakat Sipil, Yogyakarta: LKiS. 1997, h. 190. 25 Jalaluddin Rakhmat, Teologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo, 2001, h. 22-23. merumuskan tujuan pendidikan Islam, hingga secara operasional akan diperoleh tujuan acuan yang konkret. 26 Pada hakekatnya, tujuan pendidikan Islam identik dengan tujuan Islam selain Islam mengatur tentang hal yang bersifat ubudiyah Islam juga mengatur tentang sistem peradaban yang mengandung segala aspek termasuk muamalahnya 27 . Abdurrahman Wahid dalam beberapa gagasannya beranggapan bahwa pendidikan Islam haruslah mengembangkan beberapa konsep dalam rangka menciptakan budaya kosmopolitan. 28 Berikut merupakan hakikat tujuan pendidikan Islam menurut Abdurrahman Wahid dalam era globalisasi saat ini:

1. Pendidikan Islam Berbasis Neomodernisme

29 Ada beberapa kualifikasi dalam dunia pendidikan Islam. Pertama pendidikan Islam pada zaman klasik dimulai sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Dengan sistem pembelajaran yang langsung diajarkan oleh Nabi bai 26 Faisol, Gus Dur dan Pendidikan Islam: Upaya Mengembalikan Esensi Pendidikan di Era Global, h. 23. 27 Jalalaludin Rahmat, Teologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo. 2001, h. 91. 28 Kosmopolitan adalah Seseorang yang memiliki pemikiran kosmopolitanisme dalam bentuk apapun. Sedangkan Kosmopolitanisme adalah ideologi yang menyatakan bahwa semua suku bangsa manusia merupakan satu komunitas tunggal yang memiliki moralitas yang sama. Abdurrahman Wahid, Islam Kosmopolitan, Jakarta: the Wahid Institute, 2007, h. xxi 29 Neomodernisme adalah suatu gerakan progresif dan dinamis dalam pemikiran Islam yang timbul dari modernisme Islam. Akan tetapi neomodernisme juga sangat tertarik pada pengetahuan tradisional. Neomodernisme mengajukan argumen bagi pendekatan yang yang bersifat holistik terhadap ijtihad, ia mengambil informasi dari pengetahuan klasik dan juga pemikiran kritis “barat” modern dengan maksud untuk mendapatkan suatu pemahaman terhadap pesan al- Qur’an yang utuh dan penerapannya dalam masyarakat modern. Aliran ini juga mengajukan argumen bagi suatu pemahaman yang progresif dan liberal, yang menerima pluralisme masyarakat modern. Ia mencoba membentuk masyarakat menjadi lebih islami lewat pendidikan, bukan lewat inisiatif partai politik, seperti usahausaha untuk memperkenalkan konsep syari’at, atau bahkan berkaitan dengan didirikannya „negara Islam’ . lihat Greg Barton, Biografi Gus Dur, Yogyakarta: LKiS, 2010, h. xxi yang diajarkan secara individu atau berkelompok. Kedua, zaman pertengahan. Pada zaman ini, pendidikan Islam sudah mulai berkembang. Pada masa ini pendidikan Islam dikembangkan oleh para tabi’ tabi’in dan mulai bermunculan tokoh dalam dunia pendidikan Islam, seperti halnya Ibnu Maskawih. ketiga, zaman modern Pada zaman modern ini dunia pendidikan Islam dinilai mengalami perkembangan yang pesat. Hal ini tidak lepas dari derasnya perkembangan kultur yang ada. Salah satu tokoh yang terkenal di Indonesia adalah Hasan Langgulung. 30 Tujuan pendidikan Islam sebagaimana telah ditransformasi dari Al- Qur’an dan Hadist adalah sebagai berikut: a. Pendidikan Islam bertujuan membangun kepribadian seorang muslim dan hamba Allah yang shaleh dalam mengemban misi utamanya yakni untuk beribadah kepada-Nya. b. Pendidikan mengantarkan manusia agar siap dan mampu menunaikan kedudukannya di bumi yakni sebagai khalifah yang diserahi amanah kepemimpinan di dunia ini. c. Pendidikan Islam bertujuan membangun masyarakat yang terbaik khairu ummah dengan misinya amar ma’ruf nahi mungkar. 30 Faisol, Gus Dur dan Pendidikan Islam: Upaya Mengembalikan Esensi Pendidikan di Era Global, h. 80-81. d. Pendidikan Islam bertujuan agar pesrta didik menjadi umat yang adil, dengan misi menjadi saksi teadap perilaku dan peradaban bangsa-bangsa di dunia. 31 Al-Quran dan Hadist sebagai sumber utama dalam dunia pendidikan Islam tidak lepas dari peranan manusia dalam menerjemahakan kerangka universal ajaran yang ada di dalam Al-Quran dan Hadist. Hal tersebut tersebut sudah dilakukan oleh salah satu tokoh pembaharu dunia pendidikan Islam di Indonesia yakni Abdurrahmn Wahid. Abdurrahmn Wahid sebagai seorang cendikiawan Muslim, ulama, politisi yang humoris selalu berusaha membawa dan membangun paradigma klasik menuju paradigma modern dengan tujuan menyatukan umat yang berbeda keyakinan, agama, suku, ras dan kultur. Abdurrahmn Wahid selalu membela kaum minoritas. Hal ini terintegrasi dalam pendidikan Islam. 32 Dalam pandangan Abdurrahmn Wahid pendidikan Islam haruslah memadukan antara yang tradisional dan modern. Hal tersebut tak terlepas dari latar belakang perkembangan intelektual Abdurrahmn Wahid yang dibentuk dari dunia pesantren atau pendidikan Islam klasik dan pendidikan barat. Abdurrahmn Wahid mencoba untuk mensintesakan kedua dunia pendidikan ini tanpa harus menghilangkan esensi dari ajaran Islam sendiri. Barang kali ia mengerjakan hal ini secara lebih lengkap daripada mayoritas 31 Amang Syafruddin, Muslim Visioner, Jakarta: Gema Insani. 2009, h. 176. 32 Faisol, Gus Dur dan Pendidikan Islam: Upaya Mengembalikan Esensi Pendidikan di Era Global, h. 82.