Isoterm Adsorpsi Langmuir dan Freundlich
12 kaku yang tersusun dari senyawa selulosa. Selulosa adalah komponen struktur
utama pada dinding sel tumbuhan dan senyawa yang paling berlimpah. Selulosa merupakan senyawa penting yang tidak dapat larut dan dapat didegradasi oleh
enzim menjadi beberapa unit glukosa dan biasanya dihidrolisis dengan menggunakan asam kuat. Selulosa merupakan polisakarida struktural yang
berfungsi untuk memberikan perlindungan, bentuk, dan penyangga terhadap sel, dan jaringan Lehninger, 1982: 326.
Selulosa merupakan polimer glukosa yang berbentuk rantai linier dan dihubungka
n oleh ikatan β-1,4 glikosidik. Struktur yang linier menyebabkan selulosa bersifat kristalin dan tidak mudah larut. Selulosa tidak mudah didegradasi
secara kimia maupun mekanis. Di alam, biasanya selulosa berasosiasi dengan polisakarida lain seperti hemiselulosa atau lignin membentuk kerangka utama
dinding sel tumbuhan Holtzapple et al., 2003. Struktur selulosa dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Struktur Kimia Selulosa Sumber : Lehninger, 1993: 327.
Salah satu jenis salak yang ada di Indonesia, yaitu salak pondoh. Buah salak pondoh dapat dilihat pada Gambar 4.
13 Gambar 4. Salak Pondoh
Taksonomi tanaman salak pondoh adalah sebagai berikut: Kerajaan
: Plantae Divisi
: Magnoliophyta Kelas
: Liliopsida Ordo
: Arecales Famili
: Areacaceae Genus
: Salacca Spesies
: Salacca zalacca Kulit salak merupakan limbah yang cukup banyak jumlahnya dan mudah
didapatkan serta belum dimanfaatkan secara maksimal. Kulit salak dapat digunakan sebagai adsorben untuk mengadsorpsi ion logam karena mengandung
selulosa. Buah Salak terdiri dari tiga bagian, yaitu kulit luar, kulit dalam, daging buah
dan biji. Kulit yang masih segar atau yang baru dilepas umumnya mengandung air, karbohidrat, mineral dan protein. Kadar air dalam kulit salak cukup tinggi,
yaitu sebesar 74,67 untuk salak pondok, dan 30,06 untuk salak Gading. Kadar
14 karbohidrat sebesar 3,8 pada kulit salak pondok, dan 5,5 pada kulit salak
gading, sedangkan kandungan protein sebesar 0,565 pada kulit salak pondok, dan 1,815 pada kulit salak gading Zulfi H., dan Retno A, 2009.