PERSEPSI GURU SMA NEGERI 1 SEKAMPUNG TERHADAP RENCANA PELAKSANAAN KURIKULUM

(1)

PERSEPSI GURU SMA NEGERI 1 SEKAMPUNG TERHADAP RENCANA PELAKSANAAN

KURIKULUM 2013 Oleh

SUHANDI WIBOWO Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

(3)

(4)

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

COVER ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

SURAT PERNYATAAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

SANWACANA ... vii

MOTTO ... viii

PERSEMBAHAN ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 8

1.3. Pembatasan Masalah ... 9

1.4. Perumusan Masalah ... 9

1.5. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 9

1.5.1. Tujuan Penelitian ... 9

1.5.2. Manfaat Penelitian ... 10

a. Manfaat Secara Teoritis ... 10

b. Manfaat Secara Praktis ... 10

1.6. Ruang Lingkup Penelitian ... 10

1.6.1. Ruang Lingkup Ilmu ... 10

1.6.2. Ruang Lingkup Objek dan Subyek Penelitian ... 10

1.6.3. Ruang Lingkup Wilayah Penelitian ... 11

1.6.4. Ruang Lingkup Waktu Penelitian ... 11

II. TINJUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Teori ... 12

2.1.1. Pengertian Persepsi ... 12

2.1.2. Tinjauan Tentang Kurikulum ... 15

2.1.3. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... 23

2.1.4. Kurikulum 2013 ... 29

2.1.5. Perbedaan kurikulum KTSP dengan Kurikulum 2013 ... 35


(6)

III. METODELOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian ... 41

3.2. Populasi dan Sampel ... 42

3.2.1. Populasi ... 42

3.2.2. Sampel ... 42

3.3. Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Rencana Pengukuran ... 43

3.3.1. Variabel Penelitian ... 43

3.3.2. Definisi Operasional Variabel ... 43

3.3.3. Rencana Pengukuran Variabel ... 44

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 44

3.4.1. Teknik Pokok ... 45

3.4.2. Teknik Penunjang ... 46

3.5. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 46

3.5.1. Uji Validitas ... 46

3.5.2. Uji Reliabilitas ... 47

3.6. Teknik Analisis Data ... 48

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Langkah-langkah Penelitian ... ... 49

4.2 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... ... 56

4.3 Deskripsi Data Hasil Penelitian ... ... 62

4.3.1 Pengumpulan Data... 62

4.3.2 Penyajian Data ... ... 62

4.4 Analisis Data ... ... 63

4.4.1 Persepsi Guru Tentang Komponen Tujuan Pada Kurikulum 2013... ... 64

4.4.2 Persepsi Guru Tentang Komponen Isi Pada Kurikulum 2013... 65

4.4.3 Persepsi Guru Tentang Komponen Metode Pada Kurikulum 2013... ... 67

4.4.4 Persepsi Guru Tentang Komponen Evaluasi Pada Kurikulum 2013... ... 68

4.5 Pembahasan ... ... 69

4.5.1 Persepsi Guru Tentang Komponen Tujuan Pada Kurikulum 2013... ... 69

4.5.2 Persepsi Guru Tentang Komponen Isi Pada Kurikulum 2013 ... 72

4.5.3 Persepsi Guru Tentang Komponen Metode Pada Kurikulum 2013... ... 73

4.5.4 Persepsi Guru Tentang Komponen Evaluasi Pada Kurikulum 2013... ... 75

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... ... 77

5.2 Saran ... ... 78 DAFTAR PUSTAKA


(7)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Rendahnya mutu pendidikan di tingkat pendidikan dasar dan menengah tidak saja dikeluhkan oleh masyarakat, orang tua siswa, tetapi dikeluhkan juga oleh guru-guru pada semua jenjang pendidikan, yang setiap harinya bersama-sama dengan siswa melakukan kegiatan pembelajaran. Rendahnya mutu pendidikan yang dicerminkan dari nilai ujian akhir sekolah maupun nasional, ini kemungkinan disebabkan oleh berbagai faktor seperti kurikulum, ketenagaan (profesionalitas guru), sarana dan prasarana, manajemen sekolah, dan peran serta masyarakat. Terlebih lagi sekarang ini terdapat tuntutan aktivitas pada kurikulum berbasis kompetensi lebih banyak, dalam menguasai kompetensi tertentu untuk setiap pokok bahasannya (Puskur, Balitbang Depdiknas, 2002). Oleh sebab itu, tidaklah mengherankan bila banyak tuntutan yang dialamatkan kepada sistem pendidikan untuk terus mengadakan perubahan kurikulum guna lebih mendekatkan sistem dengan tujuan yang hendak dicapai sesuai dengan tuntutan globalisasi.

Permasalahan peningkatan mutu pendidikan merupakan kondisi yang penting dan mendesak untuk dipikirkan oleh stakeholder pendidikan. Secara sistemik, diperlukan perbaikan kurikulum yang semakin mendekatkan pada ketercapaian


(8)

2 tujuan pendidikan nasional. Pembaharuan kurikulum di Indonesia diawali dengan pembaharuan kurikulum 1968 menjadi kurikulum 1975, kemudian diperbaharui lagi menjadi kurikulum 1984. dilanjutkan lagi menjadi kurikulum 1994, dan dewasa ini menjadi kurikulum 2004 dengan wawasan kurikulum berbasis kompetensi yang telah dicanangkan sejak tahun 2003, dan selanjutnya kurikulumk ini disempurnakan menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2007. Dengan harapan mutu pendidikan dasar dan menengah akan meningkat yang tercermin dari nilai ujian akhir sekolah maupun nasional, dan pada akhirnya akan meningkatkan pula mutu anak didik indonesia.

Dunia pendidikan harus mampu menghasilkan SDM berkualitas dan profesional. Dengan kata lain, pendidikan harus mampu menghasilkan lulusan yang mampu berpikir global (think globally), dan mampu bertindak lokal (act loccaly), serta dilandasi oleh akhlak yang mulia (akhlakul karimah). Dalam hal ini, kualitas pendidikan di pengaruhi oleh penyempurnaan sistemik terhadap seluruh komponen pendidikan seperti peningkatan kualitas dan pemerataan penyebaran guru, kurikulum yang disempurnakan, sumber belajar, sarana dan prasarana yang memadai, iklim pembelajaran yang kondusif, serta didukung oleh kebijakan pemerintahan, baik di pusat maupun di daerah.

Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan Indonesia, pemerintah terus berupaya melakukan berbagai reformasi dalam bidang pendidikan. Dan sebagai sarana untuk meningkatkan mutu pendidikan diperlukan sebuah kurikulum. Menurut Sukmadinata (2008), “Kurikulum (curriculum) merupakan suatu rencana yang memberi pedoman atau pegangan dalam proses kegiatan belajar mengajar”.


(9)

3 Kurikulum dipahami sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum memiliki empat komponen, yaitu komponen tujuan, isi kurikulum, metode atau strategi pencapaian tujuan dan komponen evaluasi. Sebagai suatu sistem setiap komponen harus saling berkaitan satu sama lain. Manakala salah satu komponen yang membentuk sistem kurikulum terganggu atau tidak berkaitan dengan komponen lainnya, maka sistem kurikulum pun akan terganggu pula.

Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. Kurikulum mencerminkan falsafah hidup bangsa, ke arah mana dan bagaimana bentuk kehidupan itu kelak akan ditentukan oleh kurikulum yang digunakan oleh bangsa tersebut sekarang. Nilai sosial, kebutuhan dan tuntutan masyarakat cenderung/selalu mengalami perubahan antara lain akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kurikulum harus dapat mengantisipasi perubahan tersebut, sebab pendidikan adalah cara yang dianggap paling strategis untuk mengimbangi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut.

Kurikulum bukanlah barang mati dan juga bukan kitab suci yang sakral dan tidak boleh diubah-ubah. Kurikulum disusun agar dunia pendidikan dapat memenuhi tuntutan yang berkembang dalam masyarakat. Jika masyarakatnya berubah, maka kurikulumnya juga ikut berubah. Jika kurikulum tidak berubah, maka sebuah layanan pendidikan hanya akan menghasilkan produk didik yang mandul, yang


(10)

4 pada akhirnya akan ditinggalkan oleh masyarakat sebagai salah satu stakeholder pendidikan.

Kurikulum dapat (paling tidak sedikit) meramalkan hasil pendidikan/pengajaran yang diharapkan karena ia menunjukkan apa yang harus dipelajari dan kegiatan apa yang harus dialami oleh peserta didik. Hasil pendidikan kadang-kadang tidak dapat diketahui dengan segera atau setelah peserta didik menyelesaikan suatu program pendidikan. Pembaharuan kurikulum perlu dilakukan sebab tidak ada satu kurikulum yang sesuai dengan sepanjang masa, kurikulum harus dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang senantiasa cenderung berubah.

Pada tahun 2007 merupakan suatu era baru dalam dunia pendidikan Indonesia ketika kurikulum suplemen 1999 dirubah menjadi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada tahun 2003 dan disempurnakan menjadi KTSP pada tahun 2007. Kepala Pusat Kurikulum, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang), Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), Siskandar menyatakan bahwa penerapan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) menuntut kualitas guru memadai sehingga perlu meng-upgrade kemampuan guru supaya pelaksanaan kurikulum sesuai dengan harapan.

Pada Kurikulum Berbasis Kompetensi pelaksanaan evaluasi dilaksanakan per kompetensi dasar, hal ini memicu penguasaan materi sacara maksimal karena diterapkan kriteria ketuntasan belajar disetiap kompetensi dasarnya. Bila siswa belum mencapai nilai yang sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Belajar (KKM) maka siswa diwajibkan mengulang (remedial) pada kompetensi dasar tersebut


(11)

5 sampai mencapai kriteria ketuntasan belajar tersebut. Hal ini tentu saja semakin menuntut profesionalisme guru dalam memahami konsep KBK itu sendiri.

Menurut kementerian pendidikan nasional terlaksananya kurikulum KTSP ternyata pada saat ini belum memenuhi kebutuhan untuk pencapaian tujuan pendidikan di era ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini. Oleh karena itu kementerian yang dipimpin oleh M. Nuh ini menggagas perubahan kurikulum dari kurikulum berbasis kompetensi ke kurikulum 2013. Dari hasil bahan uji publik Depdikbud kurikulum 2013 untuk merealisasikan kurikulum 2013, kesenjangan yang mendasar terjadinya perubahan kurikulum dari kurikulum berbasis kompetensi ke kurikulum 2013 diantaranya:

a) aspek kompetensi lulusan yang menyatakan belum sepenuhnya menekankan pendidikan karakter; belum menghasilkan ketrampilan sesuai kebutuhan; pengetahuan-pengetahuan lepas,

b) aspek materi pelajaran yang meliputi: belum relevan dengan kompetensi yang dibutuhkan; beban belajar terlalu berat; terlalu luas kurang mendalam,

c) aspek proses pembelajaran meliputi: berpusat pada guru; sifat pembelajaran yang berorientasi pada buku teks; buku teks hanya memuat materi bahasan,

d) aspek penilaian,

e) aspek pendidik dan tenaga kependidikan, f) pengelolaan kurikulum.


(12)

6 Pengembangan Kurikulum 2013 membutuhkan kesiapan bukan saja dari sekolah, melainkan dukungan dari berbagai pihak, baik orangtua, birokrasi, masyarakat, dan yang paling utama adalah guru sebagai ujung tombak pendidikan. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum 2013 harus ditangani secara profesional dengan tingkat pemahaman yang baik dalam bidang pendidikan.

Sekolah dituntut untuk profesional dalam menangani segala persoalan pendidikan. Jangan sampai sebagai pelaksana pendidikan, sekolah justru tidak bisa menyelesaikan permasalahannya sendiri. Hal penting untuk segera dilakukan adalah bagaimana menyiapkan sekolah-sekolah agar siap mentransfer perubahan melalui peranannya sebagai pengembang kurikulum yang baru.

Berdasarkan kondisi tersebut perlu diteliti kesiapan sekolah dalam mengimplementasikan KTSP. Namun pada kenyataannya diberbagai daerah pengembangan kurikulum 2013 dianggap terlalu cepat dan buru-buru. Hal ini tentu saja merepotkan guru sebagai pelaksana pendidikan untuk beradaptasi dengan kurikulum yang baru. Belum sempat diketahui dampak kurikulum yang lama suda berganti lagi dengan kurikulum yang baru.

Perubahan kurikulum 2013 ini pada nyatanya juga mengundang kontroversi beberapa sekolah terutama sekolah yang berada didaerah yang rata-rata minim fasilitas dan dengan SDM guru dan siswa yang dibawah rata-rata. SMA Negeri 1 Sekampung merupakan salah satunya, sekolah yang berada di kabupaten Lampung Timur yang letaknya di pedesaan tepatnya di desa Margatiga kecamatan Sekampung ini termasuk salah satu sekolah yang kewalahan mengahadapi kurikulum yang terus menerus berganti. Guru di SMA Negeri 1 Sekampung


(13)

7 menjadi sulit dalam menerapkan orientasi pembelajaran bagi siswanya. Perubahan kurikulum hendaknya harus direncanakan, diantisipasi dan disosialisasikan jauh-jauh hari bukan seperti kejar-kejaran seperi ini. Namun, disisi lain guru juga menilai kurikulum KTSP banyak sekali kelemahan. Berikut disajikan beberapa kelemahan kurikulum KTSP menurut para guru di SMAN 1 Sekampung:

Tabel 1.1. Permasalahan Kurikulum KTSPMenurut Para Guru di SMAN 1 Sekampung

No Indikator Permasalahan

1 Kompetensi Lulusan

belum sepenuhnya menekankan pendidikan karakter; belum menghasilkan ketrampilan sesuai kebutuhan; pengetahuan-pengetahuan lepas.

2 Materi Pelajaran Kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills,

kewirausahaan) belum terakomodasi di dalam kurikulum. 3 Proses

Pembelajaran

Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru.

4 Aspek Penilaian Standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (sikap, keterampilan, dan pengetahuan) dan belum tegas, menuntut adanya remediasi secara berkala.

5 Aspek Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global.

6 Pengelolaan Kurikulum

Kurikulum belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Konten kurikulum masih terlalu padat yang ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak.

Sumber: Analisis data observasi pra-penelitian

Guru SMA Negeri 1 Sekampung sebagai pemangku kegiatan balajar mengajar di sekolah adalah salah satu komponen pendidikan yang merasakan dampak paling besar terhadap aneka macam perubahan kurikulum. Hal ini dapat dimengerti dari


(14)

8 background lokasi dan keadaan lingkungan serta fasilitas pendidikan yang kurang memadai dibandingkan dengan sekolah lain di kota. Selain itu, kebanyakan guru SMA bukanlah konseptor yang mampu menerjemahkan keinginan kurikulum ke dalam muatan pengajaran praktis sesuai keinginan kurikulum 2013.

Fenomena perubahan kurikulum ini tentu mengganggu kestabilan pembelajaran di sekolah tergantung pada peranan guru dalam mengelola kurikulum. Peranan penting guru dalam sisitem pendidikan ditunjukkan oleh peranannya sebagai pihak yang harus mengorganisasi atau mengelola elemen-elemen kurikulum, sistem penyajian bahan pelajaran, sistem administrasi, dan sistem evaluasi. Dari berbagai peranan itu, nyata sekali bahwa gurulah pihak yang paling bertanggung jawab bagi keefektifan KBM di kelas sebagai akibat pergantian kurikulum yang akan terjadi.

Berdasarkan penjelasan tersebut peneliti ingin mengadakan penelitian tentang persepsi guru di SMA Negeri 1 Sekampung dalam kaitannya dengan rencana pelaksanaan kurikulum 2013 yang hendak dilaksanakan pemerintah. Dengan penelitian ini diharapkan peneliti mampu menganalisis kesiapan guru dalam menghadapi perubahan kurikulum 2013, serta hasilnya dapat dijadikan pertimbangan pemerintah dalam menetapkan kebijakan selanjutnya.

1.2. Identifikasi Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini dapat diindentifikasikan sebagai berikut : 1. Kurikulum KTSP dianggap pemerintah sudah tidak layak lagi untuk


(15)

9 2. Perubahan kurikulum 2013 terkesan tergesa-gesa mengingat kurikulum

sebelumnya belum diketahui hasilnya

3. Sekolah-sekolah yang berada di daerah sulit menerima perubahan kurikulum mengingat SDM guru dan siswanya tergolong masih dibawah rata-rata

4. Guru di SMA Negeri 1 Sekampung sulit menentukan orientasi pembelajaran dengan diadakannya pergantian kurikulum

1.3. Pembatasan Masalah

Berdasarkan masalah-masalah yang diidentifikasi, penulis membatasi masalah penelitian ini yaitu persepsi guru di SMA Negeri 1 Sekampung dalam kaitannya dengan rencana pelaksanaan kurikulum 2013.

1.4. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka masalahnya dapat dirumuskan sebagai berikut “Bagaimanakah persepsi guru di SMA Negeri 1 Sekampung dalam kaitannya dengan rencana pelaksanaan kurikulum 2013?”

1.5. Tujuan dan Manfaat 1.5.1.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan kesiapan guru SMA Negeri 1 Sekampung dalam menghadapi pergantian kurikulum 2013.


(16)

10 1.5.2.Manfaat Penelitian

1.5.2.1. Manfaat Teoritis

Secara teoritik penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan konsep kurikulum pendidikan khususnya untuk mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam konteks pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan yang layak bagi seluruh rakyat Indonesia.

1.5.2.2. Manfaat Praktis

Penelitian ini bermanfaat secara praktis untuk : 1. Bagi pemerintah daerah adalah :

a. Meningkatkan kualitas profesionalisme guru mata pelajaran di SMA Negeri melalui pelatihan-pelatihan/ In House Training dalam rangka menghadapi perubahan kurikulum 2013.

2. Bagi guru adalah :

a. Meningkatkan kesiapan guru khususnya di SMA Negeri 1 Sekampung dalam menghadapi kurikulum 2013

b. Memberikan aspirasinya terkait perubahan kurikulum yang akan dilaksanakan

1.6. Ruang Lingkup Penelitian 1.6.1. Ruang Lingkup Objek

Objek penelitian ini adalah rencana pelaksanaan kurikulum 2013.

1.6.2. Ruang Lingkup Subjek


(17)

11 1.6.3. Ruang Lingkup Wilayah

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sekampung.

1.6.4. Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Deskripsi Teori 2.1.1. Pengertian Persepsi

Manusia dalam berbagai gerak kehidupannya memerlukan interaksi dengan factor luar individu, untuk berinteraksi dengan lingkungan setiap orang harus dapat menyerap atau menerima unsur dari luar. Dalam hal ini lebih di arahkan pada penyerapan rangsangan fisik, guna menyerap rangsangan fisik tersebut dikenal berbagai macam alat penginderaan. Menurut Rakhman (1951: 51) “Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli indrawi. Menafsirkan makna indrawi tidak hanya melibatkan sensasi tetapi juga atensi akspektasi, motivasi dan memori”.

Pendapat mengenai persepsi tersebut di atas sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Bimo Walgito (1993: 53) yang menyatakan bahwa persepsi adalah “Stimulus yang di indera itu oleh individu diorganisasikan kemudian diinterpretasikan sehingga individu menyadari, mengamati, apa yang di indera itu, inilah yang disebut persepsi”. Pendapat diatas menerangkan bahwa persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Stimulus atau


(19)

13 rangsangan yang diterima individu melalui penginderaan akan diteruskan ke pusat susunan syaraf yaitu otak dan terjadilah proses psikologis sehingga individu menyadari apa yang dia lihat dan apa yang dia dengar.

Menurut Sarlito Wirawan Sarwono (1983:39) “Persepsi adalah kemampuan untuk membeda-bedakan, mengelompokkan, memfokuskan perhatian terhadap suatu objek yang didalam proses tersebut terdapat tanggapan dan pengamatan terhadap suatu objek”. Dari pendapat diatas persepsi dapat diartikan sebagai kesan-kesan dan penafsiran seseorang terhadap objek tertentu. Sedangkan dilihat dari keseluruhan, persepsi merupakan kemampuan seseorang untuk membedakan objek yang satu dengan yang lainnya, yang didalam prosesnya dilalui dengan adanya pandangan atau pengamatan yang berasal dari komponen pengetahuan sehingga akan mempunyai gambaran yang dapat dinyatakan dalam prilaku terhadap objek tertentu.

Menurut Mar’at (1984: 22) berpendapat bahwa “Persepsi merupakan proses pengamatan seseorang yang berasal dari pengamatan kognisi”. Persepsi itu dipengaruhi oleh faktor-faktor pengalaman, proses belajar, cakrawala, dan pengetahuannya. Manusia mengamati suatu objek psikologik ini dapat berupa kejadian, ide atau situasi tertentu. Faktor pengalaman, proses belajar atau sosialisasi memberi bentuk dan struktur terhadap apa yang dilihat sedangkan pengetahuan dan cakrawala memberikan arti terhadap objek psikologis tersebut.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Persepsi adalah pendapat seseorang terhadap sesuatu berdasarkan pada pengamatan, pengetahuan dan pengalaman. Dalam kaitannya dengan judul penelitian ini, maka


(20)

14 peneliti memberikan pengertian persepsi sebagai pengamatan, pengetahuan dan pengalaman guru SMA Negeri 1 Sekampung terhadap pra-pelaksanaan kurikulum 2013.

a. Syarat-Syarat Mengadakan Persepsi

Menurut Bimo Walgito (1993 : 54), seseorang agar dapat mengadakan persepsi ada beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu:

a) Adanya obyek yang dipersepsikan : obyek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus yang datang dari luar langsung mengenai alat indera (reseptor). Dapat datang dari dalam yang langsung mengenai saraf penerima atau (sensoris). Yang bekerja sebagai reseptor.

b) Alat indera atau reseptor yaitu merupakan alat untuk menerima stimulus disamping itu harus ada pula syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Dan sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.

c) Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi sesuatu diperlukan atau pula adanya perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan persepsi, dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk mengadakan persepsi ada syarat-syarat yang bersifat fisik atau kealmaan.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa proses persepsi berlangsung sebagai berikut:

1. Stimulus mengenai alat indera, ini merupakan proses yang bersifat kealmaan (fisik)

2. Stimulus kemudian dilangsungkan ke otak oleh syaraf sensoris, proses merupakan proses fisiologis

3. Di otak sebagai pusat susunan urat syaraf yang jadi proses yang akhirnya individu dapat menerima melalui alat indera. Proses yang terjadi dalam otak ini merupakan proses psikologis.


(21)

15 b. Hal-hal yang Mempengaruhi Persepsi

Suatu obyek dapat dipersepsikan secara berbeda-beda antara satu orang dengan yang lain. Hal ini disebabkan oleh beberapa aspek diantaranya:

a. Perhatian : biasanya seseorang tidak menanamkan seluruh rangsangan yang ada disekitarnya sekaligus tetapi akan memfokuskan perhatian terhadap satu atau dua obyek saja. Perbedaan fokus ini akan menyebabkan perbedaan persepsi.

b. Set yaitu : harapan seseorang akan rangsangan yang timbul misalnya seorang pelari yang siap start terhadap set bahwa akan terdengar bunyi pistol disaat harus lari

c. Kebutuhan : kebutuhan sesaat maupun menetap pada diri seseorang akan mempengaruhi persepsi orang tersebut

d. Sistem Nilai : Sistem Nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat berpengaruh pula terhadap persepsi orang tersebut

e. Ciri kepribadian : Misal A dan B bekerja disuatu kantor, A seorang yang penakut akan memperspsikan atasannya sebagai tokoh yang menakutkan sedangkan si B seorang yang penuh percaya diri menganggap atasannya yangdapat diajak bergaul seperti orang biasa lainnya

f. Gangguan Kejiwaan : Hal ini akan menimbulkan kesalahan persepsi yang disebut halusinasi

g. Sistem Nilai yang berlaku pada masyarakat mempengaruhi terhadap persepsi seseorang (Sarlito Wirawan, 1983 : 13 – 14).

2.1.2. Tinjauan Tentang Kurikulum

Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan. Bauchamp dalam Sukmadinata (2005: 39) mengartikan teori kurikulum sebagai “seperangkat pernyataan yang saling terkait, yang memberikan makna terhadap kurikulum sekolah, dengan cara menegaskan hubungan di antara unsur-unsurnya, memberikan pegangan bagaimana pengembangan, penggunaan, dan evaluasinya”.

Pendapat lain dikemukakan Addamardasyi dan Munir Kamil (2005) yang menyatakan bahwa, “Kurikulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan kebudayaan, sosial, olahraga, dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi


(22)

16 murid-murid di dalam dan di luar sekolah dengan maksud menolongnya untuk berkembang menyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan”

Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merumuskan kurikulum sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berkaitan dengan rumusan kurikulum, Lise Chamisijatin,dkk (2008) menuliskan beberapa ciri kurikulum:

1. Curriculum as a subject matter; yang menggambarkan kurikulum sebagai

kombinasi bahan untuk membentuk kerangka isi materi (content) yang akan diajarkan

2. Curriculum as experience yang menggambarkan kurikulum sebagai

seperangkat pengalaman yang direncanakan sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pendidikan

Kurikulum merupakan salah satu komponen penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum berfungsi sebagai acuan sekaligus pedoman pelaksanaan pendidikan, baik oleh pengelola maupun pelaksana pendidikan, khususnya kepala sekolah dan guru.

Pembaharuan (perubahan) kurikulum biasanya dimulai dari perubahan konsepsional yang fundamental yang diikuti oleh perubahan struktural. Pembaharuan dikatakan bersifat sebagian bila hanya terjadi pada komponen tertentu saja misalnya pada tujuan saja, isi saja, metode saja, atau sistem


(23)

17 penilaiannya saja. Pembaharuan kurikulum bersifat menyeluruh bila mencakup perubahan semua komponen kurikulum.

Menurut Sudjana (1993) pada umumnya perubahan struktural kurikulum menyangkut komponen kurikulum yakni.

1. Perubahan dalam tujuan. Perubahan ini didasarkan kepada pandangan hidup masyarakat dan falsafah bangsa. Tanpa tujuan yang jelas, tidakaakan membawa perubahan yang berarti, dan tidak ada petunjuk ke mana pendidikan diarahkan.

2. Perubahan isi dan struktur. Perubahan ini meninjau struktur mata pelajaran -mata pelajaran yang diberikan kepada siswa termasuk isi dari setiap mata pelajaran. Perubahan ini dapat menyangkut isi mata pelajaran, aktivitas belajar anak, pengalaman yang harus diberikan kepada anak, juga organisasi atau pendekatan dari mata pelajaran-mata pelajaran tersebut. Apakah diajarkan secara terpisah-pisah (subject matter curriculum), apakah lebih mengutamakan kegiatan dan pengalaman anak (activity curriculum) atau proporsinya masing-masing jenis ; mana yang termasuk pendidikan umum, pendidikan keahlian, pendidikan akademik dan lain-lain.

3. Perubahan strategi kurikulum. Perubahan ini menyangkut pelaksanaan

kurikulum itu sendiri yang meliputi perubahan teori belajar mengajar, perubahan sistem administrasi, bimbingan dan penyuluhan, perubahan sistem penilaian hasil belajar.


(24)

18 4. Perubahan sarana kurikulum. Perubahan ini menyangkut ketenagaan baik dari segi kualitas dan kuantititas, juga sarana material berupa perlengkapan sekolah seperti laboraturium, perpustakaan, alat peraga dan lain-lain.

Perubahan dalam sistem evaluasi kurikulum. Perubahan ini menyangkut metode/cara yang paling tepat untuk mengukur/menilai sejauh mana kurikulum berjalan efektif dan efesien, relevan dan produktivitas terhadap program pembelajaran sebagai suatu sistem dari kurikulum.

Kurikulum yang berlaku di sekolah saat ini berganti sebanyak lima kali (Yaumi 2006). Kurikulum pertama dirancang pada tahun 1968 dengan penekanan pada pentingnya pembinaan moral, budi pekerti, agama, kecerdasan dan keterampilan, serta fisik yang kuat dan sehat. Kurikulum 1968 dianggap belum sempurna sekalipun penyusunannya berdasarkan hasil kajian mendalam terhadap Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Oleh karena itu, pemerintah, para ahli, dan praktisi pendidikan melakukan inovasi dan uji coba terhadap model desain pembalajaran yang pada akhirnya terakumulasi dalam perwujudan kurikulum 1975. Kurikulum 1975 pun dipandang belum mampu mengakomodasi upaya menciptakan manusia Indonesia seutuhnya yang berindikasi pada pengembangan tiga aspek kognisi, afektif, dan psikomotor. Maka dirancanglah kurikulum 1984 sebagai penyempurnaan kurikulum sebelumnya yang menekankan pada Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).

Seiring dengan perubahan situasi politik, tarik-menarik kepentingan pun sering terjadi sehingga mempengaruhi sistem pendidikan yang diselenggarakan di negeri ini. Setelah berjalan selama lebih kurang sepuluh tahun, implementasi kurikulum


(25)

19 tahun1984 terasa terlalu membebani guru dan murid mengingat jumlah materi yang terlalu banyak jika dibandingkan dengan waktu yang tersedia. Dengan demikian, perubahan kembali dilakukan dengan lahirnya kurikulum 1994 sebagai penyederhanaan kurikulum 1984. Kurikulum ini mengalami perubahan di tahun 2004 dengan nama “Kurikulum Berbasis Kompetensi” (KBK) dan disempurnakan menjadi KTSP pada tahun 2006.

Kurikulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan kebudayaan, sosial, olahraga, dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi murid-murid di dalam dan di luar sekolah dengan maksud menolongnya untuk berkembang menyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan (Addamardasyi dan Munir Kamil).

Fungsi kurikulum dalam proses pendidikan adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam hal ini, berarti bahwa sebagai alat pendidikan kurikulum memiliki komponen-komponen penting dan sebagai penunjang yang


(26)

20 dapat mendukung operasinya secara baik. Komponen-komponen pembentuk ini satu sama lainnya saling berkaitan. Adapun komponen-komponen pengembangan kurikulum, yaitu komponen tujuan, komponen isi, komponen metode, dan komponen evaluasi. Komponen satu sama lain ini saling berkaitan.

Adapun uraian dari masing-masing komponen tersebut ialah sebagai berikut: 1. Komponen Tujuan

Komponen tujuan merupakan komponen pembentuk kurikulum yang berkaitan dengan hal-hal yang ingin dicapai atau hasil yang diharapkan dari kurikulum yang akan dijalankan. Dengan membuat tujuan yang pasti, hal tersebut akan membantu dalam proses pembuatan kurikulum yang sesuai dan juga membantu dalam pelaksanaan kurikulumnya agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Tujuan pendidikan diklasifikasikan menjadi empat, yaitu:

a. Tujuan Pendidikan Nasional

Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional dapat dilihat secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.


(27)

21 b. Tujuan Institusional/ Sekolah

Tujuan institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga pendidikan. Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2007 dikemukakan bahwa tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan sebagai berikut.

1) Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

2) Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

3) Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.

c. Tujuan Kurikuler/ Mata Pelajaran

Tujuan kurikuler adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang studi atau mata pelajaran.

d. SK, KD/ NDK

Tujuan pembelajaran yang merupakan bagian dari tujuan kurikuler, dapat didefinisikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki oleh anak didik setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu kali pertemuan.


(28)

22 2. Komponen Isi

Isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada anak didik dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Isi kurikulum meliputi jenis-jenis bidang studi yang diajarkan dan isi program dari masing-masing bidang studi tersebut.

3. Komponen Metode

Komponen metode atau strategi merupakan komponen yang cukup penting karena metode dan strategi yang digunakan dalam kurikulum tersebut menentukan apakah materi yang diberikan atau tujuan yang diharapkan dapat tercapai atau tidak. Dalam prakteknya, seorang guru seyogyanya dapat mengembangkan strategi pembelajaran secara variatif, menggunakan berbagai strategi yang memungkinkan siswa untuk dapat melaksanakan proses belajarnya secara aktif, kreatif dan menyenangkan, dengan efektivitas yang tinggi. Pemilihan atau pembuatan metode atau strategi dalam menjalankan kurikulum yang telah dibuat haruslah sesuai dengan materi yang akan diberikan dan tujuan yang ingin dicapai.

4. Komponen Evaluasi

Dalam pengertian terbatas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa tingkat ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui kurikulum yang bersangkutan. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa kinerja kurikulum secara keseluruhan ditinjau dari berbagai kriteria.


(29)

23 Komponen evaluasi merupakan bagian dari pembentuk kurikulum yang berperan sebagai cara untuk mengukur atau melihat apakah tujuan yang telah dibuat itu tercapai atau tidak. Selain itu, dengan melakukan evaluasi, kita dapat mengetahui apabila ada kesalahan pada materi yang diberikan atau metode yang digunakan dalam menjalankan kurikulum yang telah dibuat dengan melihat hasil dari evaluasi tersebut. Dengan begitu, kita juga dapat segera memperbaiki kesalahan yang ada atau mempertahankan bahkan meningkatkan hal-hal yang sudah baik atau berhasil.

2.1.3. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran 2007/2008 dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang diterbitkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23 Tahun 2006, serta Panduan Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh BSNP.

Pada prinsipnya, KTSP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SI, namun pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengan kebutuhan sekolah itu sendiri. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan,


(30)

24 struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Pelaksanaan KTSP mengacu pada Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL.

Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi merupakan pedoman untuk pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang memuat.

a. Kerangka dasar dan struktur kurikulum, b. Beban belajar,

c. Kurikulum tingkat satuan pendidikan yang dikembangkan di tingkat satuan pendidikan, dan

d. Kalender pendidikan.

SKL dalam kurikulum KTSP digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan.SKL meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran.Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati.

Pemberlakuan KTSP, sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL, ditetapkan oleh kepala sekolah setelah memperhatikan pertimbangan dari komite sekolah. Dengan kata lain, pemberlakuan KTSP sepenuhnya diserahkan kepada


(31)

25 sekolah, dalam arti tidak ada intervensi dari Dinas Pendidikan atau Departemen Pendidikan Nasional. Penyusunan KTSP selain melibatkan guru dan karyawan juga melibatkan komite sekolah serta bila perlu para ahli dari perguruan tinggi setempat. Dengan keterlibatan komite sekolah dalam penyusunan KTSP maka KTSP yang disusun akan sesuai dengan aspirasi masyarakat, situasi dan kondisi lingkungan dan kebutuhan masyarakat.

Penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah berpedoman pada panduan yang disusun oleh BSNP dimana panduan tersebut berisi sekurang-kurangnya model-model kurikulum tingkat satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tersebut dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah/ karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan peserta didik.

Terdapat beberapa tujuan mengapa pemerintah memberlakukan KTSP pada setiap jenjang pendidikan. Tujuan tersebut dijabarkan sebagai berikut : Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikandan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum. Menurut Mulyasa (2006) secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah

1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumberdaya yang tersedia.

2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.


(32)

26 3. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang

kualitas pendidikan yang akan dicapai.

KTSP perlu diterapkan pada satuan pendidikan berkaitan dengan tujuh hal berikut: (a) Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi dirinya. (b) Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input pendidikan yang akan dikembangkan. (c) Pengambilan keputusan lebih baik dilakukan oleh sekolah karena sekolah sendiri yang paling tahu yang terbaik bagi sekolah tersebut.(d) Keterlibatan warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum dapat menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat. (e) Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikannya masing-masing. (f) Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah lain dalam meningkatkan mutu pendidikan. (g) Sekolah dapat merespon aspirasi masyarakatdan lingkungan yang berubah secara cepat serta mengakomodasikannya dengan KTSP.

Adapun prinsip-prinsip pengembangan KTSP menurut Permendiknas nomor 22 tahun 2006 sebagaimana dikutip dari Mulyasa (2006) adalah sebagai berikut:

1. Berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan peserta didik dan lingkungannya.Pengembangan kurikulum didasarkan atas prinsip bahwa peserta didik adalah sentral proses pendidikan agar menjadi manusia yang bertakwa, berakhlak mulia, berilmu, serta warga negara yang demokratis sehingga perlu disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan lingkungan peserta didik.

2. Beragam dan terpadu. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman peserta didik, kondisi daerah dengan tidak membedakan


(33)

27 agama, suku, budaya, adat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu.

3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.Kurikulum dikembangkan atas kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni berkembang secara dinamis.

4. Relevan dengan kebutuhan.

5. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan relevansi pendidikan tersebut dengan kebutuhan hidup dan dunia kerja.

6. Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan. 7. Belajar sepanjang hayat, kurikulum diarahkan kepada proses

pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.

8. Seimbang antara kepentingan global, nasional, dan lokal.Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan global, nasional, dan lokal untuk membangun kehidupan masyarakat.

Secara garis besar, KTSP memiliki enam komponen penting sebagai berikut. 1. Visi dan misi satuan pendidikan

Visi merupakan suatu pandangan atau wawasan yang merupakan representasi dari apa yang diyakini dan diharapkan dalam suatu organisasi dalam hal ini sekolah pada masa yang akan datang.


(34)

28 2. Tujuan pendidikan satuan pendidikan

Tujuan pendidikan satuan pendidikan merupakan acuan dalam mengembangkan KTSP. Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan untuk pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

3. Kalender pendidikan

Dalam penyusunan kalender pendidikan, pengembang kurikulum harus mampu menghitung jam belajar efektif untuk pembentukan kompetensi peserta didik, dan menyesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dimiliki peserta didik.

4. Struktur muatan KTSP Struktur muatan KTSP terdiri atas.

a. Mata pelajaran b. Muatan lokal

c. Kegiatan pengembangan diri d. Pengaturan beban belajar

e. Kenaikan kelas, penjurusan, dan kelulusan f. Pendidikan kecakapan hidup

g. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global.

5. Silabus

Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,


(35)

29 materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan.

6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus.

2.1.4. Kurikulum 2013

2.1.4.1. Komponen tujuan

Komponen Tujuan merupakan komponen pembentuk kurikulum yang berkaitan dengan hal-hal yang ingin dicapai atau hasil yang diharapkan dari kurikulum yang akan dijalankan.

1. Tujuan pendidikan nasional dapat dilihat secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa “ Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

2. Tujuan institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan disini diklasifikasikan ke dalam tingkat satuan pendidikan, yang meliputi pendidikan dasar, menengah, dan


(36)

30 menengah kejuruan. Tujuan institusional merupakan cerminan dari standar kompetensi lulusan yang diharapkan dari setiap tingkat satuan pendidikan. Standar kompetensi lulusan terbagi menjadi tiga domain, yakni domain kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor (keterampilan).

Pada kerangka kurikulum 2013, rincian dari tujuan tingkat satuan pendidikan, antara lain:

Tabel 2.1. Domain kognitif (pengetahuan)

Tabel 2.2. Domain afektif (sikap)


(37)

31 Tujuan kurikuler adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang studi atau mata pelajaran. Tujuan setiap mata pelajaran akan berbeda-beda, tetapi tujuan kurikuler ini merupakan turunan dari standar kompetensi lulusan. Tujuan pembelajaran didefinisikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki oleh anak didik setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu kali pertemuan. Sama halnya dengan tujuan kurikuler, tujuan pembelajaran dari setiap bahasan akan berbeda-beda, namun masih merupakan bagian dari tujuan kurikuler.

2.1.4.2. Komponen Isi

Isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada anak didik dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan.

Tabel 2.3. Kurikulum SD No. Komponen Rancangan

1 Berbasis tematik-integratif sampai kelas VI.

2 Menggunakan kompetensi lulusan untuk merumuskan kompetensi inti pada tiap kelas.

3 Menggunakan pendekatan sains dalam proses pembelajaran (mengamati, bertanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, mencipta) semua mata pelajaran.

4 Menggunakan IPA dan IPS sebagai materi pembahasan pada semua mata pelajaran.

5 Meminimumkan jumlah mata pelajaran dengan hasil dari 10 dapat dikurangai menjadi 6 melalui pengintegrasian beberapa mata pelajaran:

o IPA menjadi materi pembahasan pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dll;

o IPS menjadi materi pembahasan pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia, dll; o Muatan lokal menjadi materi pembahasan Seni Budaya dan Prakarya

serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan;

o Mata pelajaran Pengembangan Diri diintegrasikan ke semua mata pelajaran.

6 Menempatkan IPA dan IPS pada posisi sewajarnya bagi anak SD, yaitu bukan sebagai disiplin ilmu melainkan sebagai sumber kompetensi untuk membentuk sikap ilmuwan dan kepedulian dalam berinteraksi sosial dan dengan alam secara bertanggung jawab.


(38)

32 buku teksnya terpisah atau jadi satu. Tetapi bila dipisah dapat berakibat beratnya beban guru, kesulitan bagi bahasa Indonesia untuk mencari materi pembahasan yang kontekstual, berjalan sendiri melampaui kemampuan berbahasa peserta didiknya seperti yang terjadi saat ini, dll.

8 Menambah 4 jam pelajaran per minggu akibat perubahan proses pembelajaran dan penilaian.

Sumber: Bahan Uji Publik Kurikulum 2013 Tabel 2.4. Kurikulum SMP

No. Komponen Rancangan

1 Sama dengan SD, akan disusun berdasarkan kompetensi yang harus dimiliki peserta didik SMP dalam ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. 2 Menggunakan mata pelajaran sebagai sumber kompetensi dan substansi

pelajaran.

3 Menggunakan pendekatan sains dalam proses pembelajaran (mengamati, bertanya, menalar, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, mencipta) semua mata pelajaran.

4 Meminimumkan jumlah mata pelajaran dengan hasil dari 12 dapat dikurangi menjadi 10 melalui pengintegrasian beberapa mata pelajaran:- TIK menjadi sarana pembelajaran pada semua mata pelajaran, tidak berdiri sendiri

o Muatan lokal menjadi materi pembahasan Seni Budaya dan Prakarya o Mata pelajaran Pengembangan Diri diintegrasikan ke semua mata

pelajaran

5 IPA dan IPS dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative science dan

integrative social studies, bukan sebagai pendidikan disiplin ilmu. Keduanya sebagai pendidikan berorientasi aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pembangunan sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial dan alam.

6 Bahasa Inggris diajarkan untuk membentuk keterampilan berbahasa.

7 Menambah 6 jam pelajaran per minggu sebagai akibat dari perubahan pendekatan proses pembelajaran dan proses penilaian.


(39)

33 Tabel 2.5. Kurikulum SMA/SMK


(40)

34 2.1.4.3. Komponen Metode

Dalam prakteknya, seorang guru seyogyanya dapat mengembangkan strategi pembelajaran secara variatif, menggunakan berbagai strategi yang memungkinkan siswa untuk dapat melaksanakan proses belajarnya secara aktif, kreatif dan menyenangkan, dengan efektivitas yang tinggi. Pemilihan atau pembuatan metode atau strategi dalam menjalankan kurikulum yang telah dibuat haruslah sesuai dengan materi yang akan diberikan dan tujuan yang ingin dicapai.

2.1.4.4. Komponen Evaluasi

Komponen evaluasi merupakan bagian dari pembetuk kurikulum yang berperan sebagai cara untuk mengukur atau melihat apakah tujuan yang telah dibuat itu tercapai atau tidak. Selain itu, dengan melakukan evaluasi, kita dapat mengetahui apabila ada kesalahan pada materi yang diberikan atau metode yang digunakan dalam menjalankan kurikulum yang telah dibuat dengan melihat hasil dari evaluasi tersebut. Dengan begitu, kita juga dapat segera memperbaiki kesalahan yang ada atau mempertahankan bahkan meningkatkan hal-hal yang sudah baik atau berhasil.

Adanya rancangan kurikulum 2013 ini merupakan bentuk pembaharuan kurikulum, dimana telah dilaksanakannya evaluasi dari kurikulum-kurikulum sebelumnya. Adapun permasalahan yang terdapat pada kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 2006, antara lain:

Tabel 2.6. Permasalahan Kurikulum KTSP No Permasalahan

1 Konten kurikulum masih terlalu padat yang ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak.


(41)

35 2 Kurikulum belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan

fungsi dan tujuan pendidikan nasional.

3 Kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

4 Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan) belum terakomodasi di dalam kurikulum.

5 Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global.

6 Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru.

7 Standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (sikap, keterampilan, dan pengetahuan) dan belum tegas, menuntut adanya remediasi secara berkala.

8 Dengan KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak menimbulkan multitafsir.

Sumber: Bahan Uji Publik Kurikulum 2013

2.1.5. Perbedaan kurikulum KTSP dengan Kurikulum 2013 2.1.5.1. Komponen Tujuan

Tabel 2.7. Komponen Tujuan Domain

kognitif

Perbedaan dari ketiga tingkatan, yakni tingkat SD, SMP, dan SMA/SMK, terletak pada perbedaan jenis pengetahuan dan ruang lingkup objek pengetahuan. Untuk tingkat SD, jenis pengetahuan yang dituntut untuk dimiliki adalah faktual dan konseptual, serta ruang lingkup objek masih berada di lingkungan sekitar dan berkaitan/terjadi kontak langsung. Untuk SMP, jenis pengetahuan yang dituntut untuk dimiliki adalah faktual, konseptual, dan prosedural, serta ruang lingkup objek masih berada di lingkungan sekitar maupun di tempat yang berbeda dan masih terlihat. Sementara untuk tingkat SMA, jenis pengetahuan yang dituntut untuk dimiliki adalah prosedural dan metakognitif, serta ruang lingkup objek masih berada di lingkungan sekitar dan dia dapat mengetahui sebab-sebab dari fenomena yang terjadi.

Domain afektif Perbedaan dari ketiga tingkatan, yakni tingkat SD, SMP, dan SMA/SMK, terletak pada penerapan sikap yang diharapkan. Untuk tingkat SD, penerapan sikap masih dalam ruang lingkup lingkungan sekitar, sedangkan untuk tingkat SMP penerapan sikap dituntut untuk diterapkan pada lingkungan pergaulannya dimanapun ia berada. Sementara itu, untuk tingkat SMA/SMK, dituntut memiliki sikap kepribadian yang mencerminkan kepribadian bangsa dalam pergaulan dunia.


(42)

36 Domain

psikomotor

Perbedaan dari ketiga tingkatan, yakni tingkat SD, SMP, dan SMA/SMK, hanya terletak pada kemandirian siswanya. Untuk tingkat SD, tidak dituntut untuk kemandirian tinggi, namun dituntut untuk menyelesaikan suatu tugas yang hanya ditugaskan kepadanya. Untuk tingkat SMP, dituntut untuk dapat mempelajari sesuatu yang tidak hanya berasal dari satu sumber saja, melainkan dari sumber lain juga dituntut untuk dipelajari. Untuk tingkat SMA/SMK, kemampuan keterampilan yang dituntut adalah keterampulan untuk dapat mengembangkan atau mengaplikasikan teori yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.

Sumber: Bahan Uji Publik Kurikulum 2013

2.1.5.2. Komponen Isi

Pada kurikulum 2013 setiap jenjang atau tingkatan pendidikan dalam hal isi, yakni segala sesuatu yang diberikan kepada anak didik dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Dalam pembahasan ini, sesuatu yang diberikan kepada peserta didik adalah mata pelajaran dan alokasi waktu yang diberikan untuk setiap mata pelajaran.

Tabel 2.8. Komponen Isi

SD Untuk kurikulum SD, terdapat usulan pengelompokkan mata pelajaran. Kelompok A meliputi mata pelajaran pendidikan agama, PPKn, bahasa Indonesia, matematika, IPA, dan IPS. Sementara itu, kelompok B terdiri dari seni budaya & prakarya, serta pendidikan jasmani, olahraga & kesehatan. Untuk muatan lokal dan pengembangan diri yang awalnya merupakan pelajaran terpisah, diusulkan untuk digabungkan pada kelompok B, yakni muatan lokal dan seni budaya & keterampilan digabungkan menjadi mata pelajaran seni budaya & prakarya dan pendidikan jasmani, olahraga & kesehatan, serta pengembangan diri diintegrasikan pada semua mata pelajaran.Usulan mengenai alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran setiap tingkatan kelas diusulkan berbeda-beda, tergantung dari tujuan kurikuler yang ingin dicapainya. Ada dua usulan yang berbeda, khususnya mengenai pembelajaran mata pelajaran IPA dan IPS, yang didasarkan pada tingkat kemampuan berpikir anak. Namun begitu, untuk jumlah alokasi waktunya sama.

SMP Untuk kurikulum SMP, terdapat penambahan alokasi waktu pembelajaran dari kurikulum SMP yang sebelumnya. Selain itu, ada pula usulan untuk mengelompokkan mata pelajaran. Untuk mata pelajaran pendidikan agama, PPKn, bahasa Indonesia,


(43)

37 matematika, IPA, IPS, dan bahasa Inggris, dimasukkan ke dalam kelompok A. Sementara itu, kelompok B terdiri atas mata pelajaran seni budaya, penjaskes, dan prakarya (termasuk muatan lokal). Namun, dalam usulan kurikulum baru ini tidak terdapat mata pelajaran keterampilan/TIK, melainkan TIK diintegrasikan dalam setiap mata pelajaran. Hal tersebut memang terkesan sangat rancuh, mengingat pada era ini proses pembelajaran tidak dapat terlepas dari teknologi yang semakin hari semakin berkembang. SMA/SMK Untuk kurikulum SMA, tidak ada perubahan untuk mata pelajaran

kelompok A dan kelompok B. Namun, untuk mata pelajaran kelompok C dibagi menjadi 3 jurusan, yakni jurusan berdasarkan minat akademik di bidang matematika & sains, bidang sosial, dan bidang bahasa, yang memiliki alokasi waktu yang sama. Pada usulan kurikulum yang baru, terdapat pula mata pelajaran pilihan yang terdiri dari mata pelajaran literasi media, bahasa asing lain, teknologi terapan, dan pilihan pendalaman minat atau lintas minat.Untuk kurikulum SMK, tidak ada perubahan untuk mata pelajaran kelompok A dan kelompok B. Namun, untuk mata pelajaran kelompok C dibagi menjadi 5 jurusan, yakni jurusan berdasarkan minat akademik di bidang matematika, fisika, kimia, bahasa inggris vokasi dan keterampilan kejuruan, yang memiliki alokasi waktu yang berbeda dimana keterampilan kejuruan memiliki alokasi waktu yang lebih banyak.

Sumber: Bahan Uji Publik Kurikulum 2013

2.1.5.3. Komponen Metode

Dalam Bahan Uji Publik Kurikulum 2013, tidak disebutkan secara khusus metode pengembangan dan/atau pembelajaran yang harus dilakukan oleh seorang pengajar di kelas. Namun, harus dipahami bahwa seorang guru seyogyanya dapat mengembangkan strategi pembelajaran secara variatif, menggunakan berbagai strategi yang memungkinkan siswa untuk dapat melaksanakan proses belajarnya secara aktif, kreatif dan menyenangkan, dengan efektivitas yang tinggi, serta harus sesuai dengan materi yang akan diberikan dan tujuan yang ingin dicapai.


(44)

38 2.1.5.4. Komponen Evaluasi

Gambar 2.2. Prosedur Penyusunan Kompetensi Dasar

Komponen evaluasi merupakan bagian dari pembentuk kurikulum yang berperan sebagai cara untuk mengukur atau melihat apakah tujuan yang telah dibuat itu tercapai atau tidak. Selain itu, dengan melakukan evaluasi, kita dapat mengetahui apabila ada kesalahan pada materi yang diberikan atau metode yang digunakan dalam menjalankan kurikulum yang telah dibuat dengan melihat hasil dari evaluasi tersebut. Dengan begitu, kita juga dapat segera memperbaiki kesalahan yang ada atau mempertahankan bahkan meningkatkan hal-hal yang sudah baik atau berhasil.

Dari bagan di atas, dapat dipahami bahwa tugas dari komponen evaluasi terhadap sebuah kurikulum, antara lain mempertahankan SK-KD lama yang sesuai dengan SKL baru, merevisi SK-KD lama dan disesuaikan dengan SKL baru, dan


(45)

39 menyusun SK-KD baru. Namun dalam aplikasinya, peranan dan tugas dari komponen evaluasi tersebut belum dilaksanakan secara optimal. Hal tersebut dapat dilihat dari daftar permasalahan yang terjadi pada kurikulum 2006, yang masih banyak permasalahan yang belum diperbaiki di kurikulum 2013 ini. Dari delapan permasalahan yang terjadi, hanya tiga yang telah diperbaiki yaitu aspek standar kompetensi lulusan yang diharapkan yang meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor, serta aspek penilaian dari kompetensi lulusan yang diharapkan. Selain itu, yang telah diperbaiki adalah kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills,

kewirausahaan) telah terakomodasi di dalam kurikulum, tetapi itupun hanya terdapat pada kurikulum SMK saja.

Permasalahan mengenai jumlah mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak, kurikulum yang belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global, belum mendapat perhatian dari para pengembang kurikulum di tingkat pemerintahan. Meskipun telah ada pengintegrasian mata pelajaran, tetapi pada dasarnya kemampuan yang diharapkan sama saja dengan kemampuan yang diharapkan ketika masih diberlakukannya kurikulum 2006. Maksudnya adalah, jumlah mata pelajaran sudah diintegrasikan, tetapi kompetensi dasar yang diharapkan sama saja ketika sebelum diintegrasikan. Dengan begitu, komponen evaluasi ini belum berperan secara maksimal.


(46)

40 2.2.Kerangka Pikir

kurikulum memainkan peranan penting bagi jalannya proses pendidikan yang bermutu. kurikulum haruslah memiliki visi dan misi yang jelas dan memadai demi tercapainya tujuan pendidikan nasional. Pengembangan Kurikulum 2013 membutuhkan kesiapan bukan saja dari sekolah, melainkan dukungan dari berbagai pihak, baik orangtua, birokrasi, masyarakat, dan terutama adalah guru sebagai ujung tombak penddikan. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum 2013 harus ditangani secara profesional dengan tingkat pemahaman yang baik dalam bidang pendidikan.

Berdasarkan uraian tersebut, untuk mengetahui gambaran bagaimana persepsi guru SMA Negeri 1 Sekampung terhadap rencana pelaksanaan kurikulum 2013 disajikan dalam bagan skematik sebagai berikut:

Bagan 2.3. Kerangka Pikir Penelitian Persepsi Guru:

 Pengamatan

 Pengetahuan

 Pengalaman

Rencana pelaksanaan Kurikulum 2013 :

 komponen tujuan,

 komponen isi,

 komponen metode, dan


(47)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis mempergunakan metode deskriptif. Metode deskriptif menurut Muhammad Ali (1985:120), adalah: “Metode yang digunakan untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi pada situasi sekarang, yang dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi data dan analisis pengolahan data, membuat gambaran tentang suatu keadaan secara obyektif dalam suatu deskriptif”.

Adapun menurut Winarno Surachmad (1984:139), metode deskriptif adalah: “Penyelidikan yang mengurutkan, menganalisis, dan mengklasifikasikan penyelidikan dengan metode survey, teknik wawancara, angket, observasi, analisis, kuantitatif, studi kasus, studi komparatif, studi gerak dan waktu, serta studi kooperatif atau operasional”, sedangkan menurut Hariwijaya & Triton (2005:22) “tujuan penelitian deskriptif untuk meneliti dan menemukan informasi sebanyak-banyaknya dari suatu fenomena”.

Berdasarkan pendapat di atas, maka penggunaan metode deskriptif dalam penelitian ini sudah tepat, karena penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana persepsi guru SMA Negeri 1 Sekampung terhadap rencana pelaksanaan kurikulum 2013.


(48)

42 3.2.Populasi dan Sampel

Populasi merupakan keseluruhan obyek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, hewan, benda-benda, tumbuhan, nilai tes atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian (Hadari Nawawi, 1991:141). Menurut Santoso & Tjiptono dalam Hariwijaya & Triton, (2005:66), “Populasi merupakan sekumpulan orang atau objek yang memiliki kesamaan dalam satu atau beberapa hal dan yang membentuk masalah pokok dalam suatu riset khusus. Populasi yang akan diteliti harus didefinisikan dengan jelas sebelum penelitian dilakukan”.

Menurut Ida Bagus Mantra dan Kastro (Dalam Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, 1992:141) populasi merupakan jumlah keseluruhan unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga. Sementara itu menurut Mohammad Ali (1984:54) populasi merupakan sebagai keseluruhan obyek penelitian baik berupa manusia, benda, peristiwa atau berbagai gejala yang terjadi karena itu merupakan variabel yang diperlukan untuk memecahkan masalah atau penunjang keberhasilan dalam penelitian. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah guru SMA Negeri 1 Sekampung yang berjumlah 36 orang dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.1. Rekapitulasi jumlah guru berdasarkan jadwal mengajat pada setiap tingkatan kelas

No Mengajar di Kelas Jenis Kelamin Jumlah Laki-laki Perempuan

1 X 4 6 10

2 XI 5 8 13

3 XII 7 6 13


(49)

43 Menurut Suharsimi Arikunto (1997:112), dikatakan bahwa untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya lebih besar dapat diambil antara 10-15%, atau 20-25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari :

a. Kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, kemampuan dan dana. b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini

banyak sedikitnya data.

c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh penelitian untuk penelitian yang resikonya besar, tentu saja jika sampel lebih besar, hasilnya akan lebih baik.

Berdasarkan dari teori tersebut, maka seluruh populasi dijadikan sampel penelitian ini karena populasinya kurang dari 100 orang. Oleh karena itu, penelitian ini disebut penelitian populasi.

3.3.Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Rencana Pengukuran 3.3.1. Variabel Penelitian

Didalam suatu variabel penelitian terkandung konsep yang dapat dilihat dan diukur. Variabel adalah objek suatu penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 1991:91). Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat, yaitu:

a. Variabel bebas adalah persepsi guru SMA Negeri 1 Sekampung (x) b. Variabel terikat adalah rencana pelaksanaan kurikulum 2013 (y)

3.3.2. Definisi Operasional Variabel

Persepsi guru terhadap rencana pelaksanaan kurikulum 2013 adalah proses pengamatan, pengetahuan, dan pengalaman yang dilakukan guru dalam memahami informasi mengenai kurikulum 2013, proses pemahaman ini melalui panca indranya sehingga diperoleh pengalaman tentang objek, peristiwa dan hubungan-hubungan dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.


(50)

44 Indikator persepsi guru SMA Negeri 1 Sekampung terhadap rencana pelaksanaan kurikulum 2013 yaitu:

1. Pengamatan guru tentang kurikulum 2013 2. Pengetahuan guru tentang kurikulum 2013 3. Pengalaman guru tentang kurikulum 2013

3.3.3. Rencana Pengukuran Variabel

Pengukuran variabel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan indikator-indikator dalam penelitian yang akan diukur menggunakan teknik angket. Indikator pengukuran variabel persepsi guru terhadap rencana pelaksanaan kurikulum 2013 diukur dengan melihat besarnya persepsi dengan kriteria mendukung, kurang mendukung dan tidak mendukung.

Indikator pengukuran variabel rencana pelaksanaan kurikulum 2013, cara mengukurnya dengan kriteria angket dengan sub indikator:

1. komponen tujuan, 2. komponen isi,

3. komponen metode, dan 4. komponen evaluasi .

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dimaksudkan untuk mendapatkan data yang lengkap yang mendukung keberhasilan penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:


(51)

45 3.4.1. Teknik Pokok

a. Observasi

Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan data apabila : (1) sesuai dengan tujuan penelitian, (2) direncanakan dan dicatat secara sistematis, (3) dapat dikontrol kendalanya (reliabilitasnya) dan kesahihannya (validitasnya).

Teknik ini digunakan untuk mengamati objek penelitian secara langsung serta meninjau lokasi-lokasi yang menjadi objek penelitian. Dalam teknik atau kegiatan ini dilakukan juga kegiatan pencatatan tentang berbagai hasil pengamatan, gejala-gejala ataupun gambaran-gambaran yang berkaitan erat dengan masalah yang diteliti. Kegiatan observasi dalam penelitian ini untuk mengukur persepsi pedagang kaki lima terhadap pelaksanaan perda no. 8 tahun 2000.

b. Angket

Teknik pengumpulan data dalam penelitian mempergunakan angket tertutup yang jawaban dari pertanyaan angket sudah tersedia, sehingga responden tinggal memilih dari ketiga jawaban tersebut. Setiap item memiliki alternatif jawaban yang penskorannya masing-masing mempunyai jawaban a = 3, b = 2, dan c = 1. Setiap butir soal memiliki tiga alternatif jawaban dan masing-masing mempunyai skor atau bobot nilai yang berbeda, yaitu:

1) Jika guru memilih alternatif jawaban yang digolongkan paling baik diberi skor 3

2) Jika guru memilih alternatif jawaban yang digolongkan sedang diberi skor 2


(52)

46 3) Jika guru memilih alternatif jawaban yang dianggap rendah diberi skor

1

(M. Nasir, 1988:403)

3.4.2. Teknik Penunjang a. Teknik Kepustakaan

Teknik ini digunakan untuk mendapatkan berbagai konsep dan informasi yang bersifat teoritis, yang berkenaan dengan masalah yang akan diteliti. Kegiatan ini dilakukan untuk mengkaji dan menganalisis berbagai literatur dan bahan bacaan untuk menemukan konsep yang terpilih menjadi rujukan dalam penelitian. Melalui studi pustaka ini bertujuan untuk memperjelas kajian penelitian kearah kajian teoritis secara jelas.

b. Dokumentasi

Teknik dokumentasi dipergunakan untuk memndapatkan data-data primer berupa dokumentasi berupa jumlah guru dan profil SMA Negeri 1 Sekampung.

3.5.Validitas dan Uji Reliabilitas 1. Uji Validitas

Menurut Suharsimi Arikunto (1997:160) “ Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrumen”. Dengan demikian untuk menentukan validitas item, penulis menggunakan construk validity atau melalui kontrol langsung terhadap teori-teori yang melahirkan indikator-indikator dengan cara berkonsultasi dengan para pembimbing.


(53)

47 2. Uji Reliabilitas

Menurut Suharsimi Arikunto (1997:60) “Reliabilitas menunjukkan pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik”. Uji reliabilitas angket dapat dilakukan dengan cara :

1. melakukan uji coba angket kepada 10 orang di luar responden 2. hasil uji coba dikelompokkan dalam belahan I (x) dan II (y)

3. hasil items ganjil dan genap dikorelasikan dengan product moment yang dikemukakan oleh Sutrisno Hadi (1987: 29) yaitu:



               

n

y

y

n

x

x

n

y

x

xy

xy

r

2 2 2 2 Keterangan :

r

xy = koefisien korelasi antara gejala x dan y

n

= jumlah sampel

4. untuk mengetahui koefisien korelasi seluruh item angket digunakan rumus Spearman Brown

gg gg xy

r

r

r

 

1

2

Keterangan :

r

xy = koefisien reliabilitas seluruh items

r

gg = koefisien items belahan I dan II


(54)

48 5. hasil analisis kemudian dibandingkan dengan tingkat reliabilitas sebagai

berikut :

 0,90 – 1,00 = reliabilitas tinggi

 0,50 – 0,89 = reliabilitas sedang

 0,00 – 0,49 = reliabilitas rendah (Manase Malo, 1989: 139)

3.6. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui panjang interval dari kategori nilai tinggi atau rendah akan digunakan teknik analisa data yang menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Sutrisno Hadi (1987: 12) yaitu :

I = NT – NR K

Keterangan:

NT = Nilai Tertinggi NR = Nilai Terendah K = Jumlah Kategori

Kemudian untuk mengolah data dan menganalisis data serta mengetahui tingkat kebenaran dari responden, digunakan rumus persentase sebagai berikut:

P =

N F

x 100 %

Keterangan : P : Persentase F : Frekuensi N : Populasi


(55)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang peneliti lakukan tentang persepsi guru terhadap rencana pelaksanaan kurikulum 2013 di SMAN 1 Sekampung kabupaten Lampung Timur, maka peneliti dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

Persepsi guru tentang komponen tujuan pada kurikulum 2013 berada dalam katagori mendukung (20 responden atau 55,6 %). Persepsi guru tentang komponen isi pada kurikulum 2013 berada dalam katagori mendukung (17 responden atau 47,2 %). Persepsi guru tentang komponen metode pada kurikulum 2013 berada dalam katagori mendukung (21 responden atau 58,3 %). Persepsi guru tentang komponen evaluasi pada kurikulum 2013 berada dalam katagori tidak mendukung (18 responden atau 50 %).

Katagori yang paling didukung dalam rencana pelaksanaan kurikulum 2013 adalah komponen metode (58,3 %). Katagori yang paling tidak didukung dalam rencana pelaksanaan kurikulum 2013 adalah komponen evaluasi (50 %).


(56)

78 5.2. Saran

Setelah peneliti melakukan penelitian, menganalisis, membahas dan mengambil kesimpulan dari hasil penelitian, maka peneliti dapat mengajukan saran sebagai berikut:

1. Bagi guru hendaknya menjalankan tugas dan pengabdian dengan sebaik-baiknya walaupun kurikulum silih berganti namun pada hakekatnya essensinya tidak berubah yaitu mempercepat pencapaian tujuan pendidikan nasional. Untuk menambah pengetahuan tentang kurikulum baru, guru hendaknya aktif dalam MGMP dan berbagai pelatihan.

2. Bagi kepala sekolah hendaknya lebih intens dan kontinyu mengirim para guru untuk mengikuti berbagai pelatihan pengembangan pemahaman kurikulum baru 2013.

3. Bagi dinas/ instanti pendidikan daerah terkait hendaknya lebih extra intens dalam mensosialisasikan kurikulum 2013 agar para guru sebagai ujung tombak pendidikan paham dan mengerti tata laksanannya


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT Rineka Cipta. Jakarta

Bimo Walgito. 1993. Pengantar Psikologi Umum. Andi Ofset. Yogyakarta.

Departemen Pendidikan Nasional, 2003. Undang-undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sinar Grafika. Jakarta.

Direktorat Jendral Pendidikan Dasar Dan Menengah.2009. Mutu Pendidikan Dasar dan menengah. Jakarta; Puskur Balitbang.

Hadar Nawawi dan Mimi Martini. 1991. Penelitian Terapan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Hadi, Sutrisno. 1986. Metodologi Research. Fakultas Psikologi UGM. Yogyakarta. 434 Halaman.

Hariwijaya & Triton. 2005. Pedoman Ilmiah Penulisan Skripsi dan Tesis. Tugu Publisher. Yogyakarta. Hal 22 dan 66.

Kemdikbud. 2012. Power Point Bahan Uji Publik Kurikulum 2013.

Lise Chasimijatin,dkk.2008. Pengembangan kurikulum SD. Universitas Terbuka. Jakarta.

Mulyasa. 2006. Implementasi Kurikulum 2004”Penduan Pembelajaran KBK”.PT Remaja Rosdakarya.Bandung.

Muhammad Ali. 1985. Penelitian Prosedur dan Strategi. Angkasa. Bandung. Hal 120 dan 184.

Sarlito Wirawan Sarwono. 1983. Pengantar Umum Psikologi. Bulan Bintang. Jakarta.

Sudjana, Nana. 1989. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah Kejuruan. Bandung: PT SInar Baru.


(58)

Suharsimi Arikunto. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta.

Sukmadinata, Nana S. 2008. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Remaja Rosdakarya : Bandung.

_______ Permendiknas No. 22 Tahun 2007

_______ Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 _______ Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006

_______ Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL Winarno Surachmad. 1984. Pengantar Metodologi Ilmiah. IKIP Bandung.


(59)

(1)

48 5. hasil analisis kemudian dibandingkan dengan tingkat reliabilitas sebagai

berikut :

 0,90 – 1,00 = reliabilitas tinggi  0,50 – 0,89 = reliabilitas sedang  0,00 – 0,49 = reliabilitas rendah (Manase Malo, 1989: 139)

3.6. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui panjang interval dari kategori nilai tinggi atau rendah akan digunakan teknik analisa data yang menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Sutrisno Hadi (1987: 12) yaitu :

I = NT – NR K Keterangan:

NT = Nilai Tertinggi NR = Nilai Terendah K = Jumlah Kategori

Kemudian untuk mengolah data dan menganalisis data serta mengetahui tingkat kebenaran dari responden, digunakan rumus persentase sebagai berikut:

P = N F

x 100 %

Keterangan : P : Persentase F : Frekuensi N : Populasi


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang peneliti lakukan tentang persepsi guru terhadap rencana pelaksanaan kurikulum 2013 di SMAN 1 Sekampung kabupaten Lampung Timur, maka peneliti dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

Persepsi guru tentang komponen tujuan pada kurikulum 2013 berada dalam katagori mendukung (20 responden atau 55,6 %). Persepsi guru tentang komponen isi pada kurikulum 2013 berada dalam katagori mendukung (17 responden atau 47,2 %). Persepsi guru tentang komponen metode pada kurikulum 2013 berada dalam katagori mendukung (21 responden atau 58,3 %). Persepsi guru tentang komponen evaluasi pada kurikulum 2013 berada dalam katagori tidak mendukung (18 responden atau 50 %).

Katagori yang paling didukung dalam rencana pelaksanaan kurikulum 2013 adalah komponen metode (58,3 %). Katagori yang paling tidak didukung dalam rencana pelaksanaan kurikulum 2013 adalah komponen evaluasi (50 %).


(3)

78 5.2. Saran

Setelah peneliti melakukan penelitian, menganalisis, membahas dan mengambil kesimpulan dari hasil penelitian, maka peneliti dapat mengajukan saran sebagai berikut:

1. Bagi guru hendaknya menjalankan tugas dan pengabdian dengan sebaik-baiknya walaupun kurikulum silih berganti namun pada hakekatnya essensinya tidak berubah yaitu mempercepat pencapaian tujuan pendidikan nasional. Untuk menambah pengetahuan tentang kurikulum baru, guru hendaknya aktif dalam MGMP dan berbagai pelatihan.

2. Bagi kepala sekolah hendaknya lebih intens dan kontinyu mengirim para guru untuk mengikuti berbagai pelatihan pengembangan pemahaman kurikulum baru 2013.

3. Bagi dinas/ instanti pendidikan daerah terkait hendaknya lebih extra intens dalam mensosialisasikan kurikulum 2013 agar para guru sebagai ujung tombak pendidikan paham dan mengerti tata laksanannya


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT Rineka Cipta. Jakarta

Bimo Walgito. 1993. Pengantar Psikologi Umum. Andi Ofset. Yogyakarta.

Departemen Pendidikan Nasional, 2003. Undang-undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sinar Grafika. Jakarta.

Direktorat Jendral Pendidikan Dasar Dan Menengah.2009. Mutu Pendidikan Dasar dan menengah. Jakarta; Puskur Balitbang.

Hadar Nawawi dan Mimi Martini. 1991. Penelitian Terapan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Hadi, Sutrisno. 1986. Metodologi Research. Fakultas Psikologi UGM. Yogyakarta. 434 Halaman.

Hariwijaya & Triton. 2005. Pedoman Ilmiah Penulisan Skripsi dan Tesis. Tugu Publisher. Yogyakarta. Hal 22 dan 66.

Kemdikbud. 2012. Power Point Bahan Uji Publik Kurikulum 2013.

Lise Chasimijatin,dkk.2008. Pengembangan kurikulum SD. Universitas Terbuka. Jakarta.

Mulyasa. 2006. Implementasi Kurikulum 2004”Penduan Pembelajaran KBK”.PT Remaja Rosdakarya.Bandung.

Muhammad Ali. 1985. Penelitian Prosedur dan Strategi. Angkasa. Bandung. Hal 120 dan 184.

Sarlito Wirawan Sarwono. 1983. Pengantar Umum Psikologi. Bulan Bintang. Jakarta.

Sudjana, Nana. 1989. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah Kejuruan. Bandung: PT SInar Baru.


(5)

Suharsimi Arikunto. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta.

Sukmadinata, Nana S. 2008. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Remaja Rosdakarya : Bandung.

_______ Permendiknas No. 22 Tahun 2007

_______ Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 _______ Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006

_______ Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL Winarno Surachmad. 1984. Pengantar Metodologi Ilmiah. IKIP Bandung.


(6)

Dokumen yang terkait

PERSEPSI GURU SEJARAH MENGENAI KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI 1 KENDAL

0 15 133

KESIAPAN GURU SEJARAH SMA NEGERI DALAM PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 DI KABUPATEN KENDAL

0 4 154

PERSEPSI GURU KELAS RENDAH TERHADAP PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DALAM KURIKULUM 2013 DI SD Persepsi Guru Kelas Rendah Terhadap Pelaksanaan Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013 di SD Negeri Se-Kelurahan Ngringo Kecamatan Jaten Karanganyar.

0 2 16

PERSEPSI GURU KELAS RENDAH TERHADAP PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DALAM KURIKULUM 2013 DI SD Persepsi Guru Kelas Rendah Terhadap Pelaksanaan Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013 di SD Negeri Se-Kelurahan Ngringo Kecamatan Jaten Karanganyar.

0 2 16

PERBEDAAN PERSEPSI TERHADAP PROFESIONALISME MENGAJAR PADA GURU SMA NEGERI I SRAGEN DAN GURU PERBEDAAN PERSEPSI TERHADAP PROFESIONALISME MENGAJAR PADA GURU SMA NEGERI I SRAGEN DAN GURU SMA MUHAMMADIYAH 1 SRAGEN.

0 0 16

Hubungan persepsi guru terhadap implementasi kurikulum 2013 dengan motivasi kerja dan minat kerja guru survey : guru SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 2 Wonosari Kabupaten Gunungkidul.

4 9 232

Perbedaan persepsi guru terhadap pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi : studi kasus pada guru SMA Stella Duce 2 Yogyakarta dan SMA Pangudi Luhur Sedayu.

0 0 145

PERSEPSI GURU PENJASORKES SMA NEGERI SE KABUPATEN INDRAMAYU TERHADAP PEMBELAJARAN PENJAS BERDASARKAN KURIKULUM 2013.

0 0 103

KESESUAIAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DENGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN GURU MATEMATIKA KURIKULUM 2013 KELAS X SMA NEGERI 11 MAKASSAR

0 3 158

KEMAMPUAN GURU SMA DALAM MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI KURIKULUM 2013 DI KABUPATEN CILACAP

0 0 13