KAJIAN PUSTAKA T1 232010144 Full text

7 penelitian ini sebagian besar hanya dilakukan di Dinas Pengelolaan Pendapatan dan Keuangan Daerah DPPKD Kota Magelang sebagai instansi yang berlaku menjadi Tim Anggaran Pemerintah Daerah TAPD, Pejabat Pengelola Keuangan Daerah PPKD dan Bendahara Umum Daerah BUD Kota Magelang.

2. KAJIAN PUSTAKA

2.1.Sistem Pengendalian Internal Pemerintah Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008, sistem pengendalian intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan laporan keuangan, pengamanan aset Negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, yang selanjutnya disingkat SPIP, adalah Sistem Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. SPIP terdiri dari unsur: a. Lingkungan pengendalian; Lingkungan pengendalian adalah kondisi dalan Instansi Pemerintah yang memengaruhi efektivitas pengendalian intern. 8 b. Penilaian risiko; Penilaian risiko adalah kegiatan penilaian atas kemungkinan kejadian yang mengancam pencapaian tujuan dan sasaran Instansi Pemerintah. c. Kegiatan pengendalian; Kegiatan pengendalian adalah tindakan yang diperlukan untuk mengatasi risiko serta penetapan dan pelaksanaan kebijakan prosedur untuk memastikan bahwa tindakan mengatasi risiko telah dilaksanakan dengan efektif. d. Informasi dan komunikasi; dan Informasi adalah data yang telah diolah yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau informasi dengan menggunakan simbol atau lambang tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan umpan balik. e. Pemantauan pengendalian intern. Pemantauan pengendalian intern adalah proses penilaian atas mutu kinerja Sistem Pengendalian Intern dan proses yang memberikan keyakinan bahwa temuan audit dan evaluasi lainnya segera ditindaklanjuti. 9 2.2.Kegiatan Pengendalian dalam Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Dalam penjelasan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah, disebutkan bahwa kegiatan pengendalian adalah tindakan yang diperlukan untuk mengatasi risiko serta penetapan dan pelaksanaan kebijakan dan prosedur untuk memastikan bahwa tindakan mengatasi risiko telah dilaksanakan dengan efektif. Kegiatan pengendalian harus efisien dan efektif dalam pencapaian tujuan organisasi. Penyelenggaraan kegiatan pengendalian sekurang-kurangnya memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Kegiatan pengendalian diutamakan pada kegiatan pokok Instansi Pemerintah; b. Kegiatan pengendalian harus dikaitkan dengan proses penilaian risiko; c. Kegiatan pengendalian yang dipilih disesuaikan dengan sifat khusus Instansi Pemerintah; d. Kebijakan dan prosedur harus ditetapkan secara tertulis; e. Prosedur yang telah ditetapkan harus dilaksanakan sesuai yang ditetapkan secara tertulis; dan f. Kegiatan pengendalian dievaluasi secara teratur untuk memastikan bahwa kegiatan tersebut masih sesuai dan berfungsi seperti yang diharapkan. Kegiatan pengendalian terdiri atas: a. Reviu atas kinerja Instansi pemerintah yang bersangkutan; 10 Reviu atas kinerja Instansi Pemerintah dilaksanakan dengan membandingkan kinerja dengan tolok ukur kinerja yang ditetapkan. b. Pembinaan sumber daya; Pimpinan instansi pemerintah wajib melakukan pembinaan sumber daya manusia, dalam melakukan pembinaan sumber daya manusia, pimpinan instansi pemerintah harus sekurang-kurangnya: a mengkomunikasikan visi, misi, tujuan, dan strategi instansi kepada pegawai. b Membuat strategi perencanaan dan pembinaan sumber daya manusia yang mendukung pencapaian visi dan misi. c Membuat uraian jabatan, prosedur rekrutmen, program pendidikan, dan pelatihan pegawai, sistem kompensasi dan fasilitas pegawai, ketentuan disiplin pegawai, sistem penilaian kinerja, serta rencana pengembangan karir. c. Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi; Kegiatan pengendalian atas pengelolaan sistem informasi dilakukan untuk memastikan akurasi dan kelengkapan informasi. Kegiatan pengendalian atas pengelolaan sistem informasi meliputi: a pengendalian umum. b pengendalian aplikasi. 11 d. Pengendalian fisik atas aset; Pimpinan instansi pemerintah wajib melaksanakan pengendalian fisik atas aset. Dalam melaksanakan pengendalian fisik atas aset, pimpinan instansi pemerintah wajib menetapkan, mengimplementasikan, dan mengkomunikasikan kepada seluruh pegawai: a Rencana identifikasi, kebijakan dan prosedur pengamanan fisik. b Rencana pemulihan setelah bencana. e. Penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja; Dalam melaksanakan penetapan dan reviu indikator dan pengukuran kinerja, pimpinan instansi harus: a Menetapkan ukuran dan indikator kinerja. b Mereviu dan melakukan validasi secara periodik atas ketetapan dan keandalan ukuran dan indikator kinerja. c Mengevaluasi faktor penilaian pengukuran kinerja. d Mambandingkan secara terus menerus data capaian kinerja dengan sasaran yang ditetpkan dan selisihnya dianalisis lebih lanjut. f. Pemisahan fungsi; Dalam melaksanakan pemisahan fungsi, pimpinan instansi pemerintah harus menjamin bahwa seluruh aspek utama transaksi atau kejadian tidak dikendalikan oleh satu orang. g. Otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting; 12 Dalam melakukan otorisasi atas transaksi dan kejadian, pimpinan instansi pemerintah wajib menetapkan dan mengkomunikasikan syarat dan ketentuan otorisasi kepada seluruh pegawai. h. Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian; Dalam melakukan pencatatan yang akurat dan tepat waktu, pimpinan instansi pemerintah perlu mempertimbangkan: a Transaksi dan kejadian diklasifikasikan dengan tepat dan dicatat segera. b Klasifikasi dan pencatatan yang tepat dilaksanakan dalam seluruh siklus transaksi atau kejadian. i. Pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya; Dalam melaksanakan pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya, pimpinan instansi pemerintah wajib memberikan akses hanya kepada pegawai yang berwenang dan melakukan reviu atas pembatasan tersebut secara berkala. j. Akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya; Dalam menetapkan akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya, pimpinan instansi pemerintah wajib menugaskan pegawai yang bertanggung jawab terhadap penyimpanan sumber daya dan pencatatannya serta melakukan reviu atas pembatasan tersebut secara berkala. k. Dokumentasi yang baik atas sistem pengendalian intern serta transaksi dan kejadian penting. 13 Dalam menyelenggarakan dokumentasi yang baik, pimpinan instansi pemerintah wajib memiliki, mengelola, memelihara, dan secara berkala memutakhirkan dokumentasi yang mencakup seluruh sistem pengendalian intern serta transaksi dan kejadian penting. 2.3.Belanja biaya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah mendefinisikan belanja sebagai semua pengeluaran rekening Kas Umum Negara Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi kewajiban pemerintah dan tidak diperoleh kembali oleh pemerintah. Belanja daerah dikelompokkan menjadi: a. Belanja langsung, menurut jenisnya terdiri dari: a Belanja Pegawai; b Belanja barang dan jasa; dan c Belanja modal. b. Belanja tidak langsung, menurut jeisnya terdiri dari: a Bunga; b Subsidi; c Hibah; d Bantuan sosial; e Belanja bagi hasil; 14 f Belanja keuangan; g Belanja tidak terduga. 2.4.Hibah Menurut Permendagri No. 32 tahun 2011, hibah adalah pemberian uangbarang atau jasa dari pemerintah daerah kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta tidak secara terus menerus yang bertujuan untuk menunjang penyelenggaraan urusan pemerintah daerah. Dalam pasal 3 Permendagri No. 32 tahun 2011, hibah dapat berupa uang, barang atau jasa. Pasal 4 Permendagri No. 32 tahun 2011 menjelaskan bahwa hibah dilakukan setelah memprioritaskan pemenuhan belanja urusan wajib. Hibah ditujukan untuk menunjang sasaran program dan kegiatan pemerintah daerah dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, rasionalitas, dan manfaat untuk masyarakat. Pemberian Hibah sebagaimana dimaksud pada pasal 4 ayat 1 Permendagri No. 32 tahun 2011 harus memenuhi kriteria paling sedikit: a. Peruntukannya secara spesifik telah ditetapkan; b. Tidak wajib, tidak mengikat dan tidak terus menerus setiap tahun anggaran, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan; dan 15 c. Memenuhi persyaratan penerima hibah. Pasal 7 Peraturan Walikota Magelang Nomor 34 tahun 2011 menjelaskan bahwa hibah dapat diberikan kepada: a. Pemerintah; b. Pemerintah daerah lainnya; c. Perusahaan daerah; d. Masyarakat; danatau e. Organisasi kemasyarakatan. 2.5.Bantuan Sosial Menurut Permendagri No. 32 tahun 2011, bantuan sosial adalah pemberian bantuan berupa uangbarang dari pemerintah daerah kepada individu, keluarga, kelompok danatau masyarakat yang sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. Pasal 6 Peraturan Walikota Magelang Nomor 34 tahun 2011 menjelaskan bahwa bantuan sosial dapat diberikan kepada anggotakelompok masyarakat sesuai kemampuan keuangan daerah. Pemberian bantuan sosial dilakukan setelah memprioritaskan pemenuhan belanja urusan wajib dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, rasionalitas dan manfaat untuk masyarakat. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 39 tahun 2012, perubahan dari Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 32 tahun 2011, pada pasal 23A menyebutkan bahwa bantuan sosial kepada individu danatau keluarga terdiri dari bantuan sosial kepada individu danatau keluarga yang direncanakan dan yang tidak dapat 16 direncanakan sebelumnya. Bantuan sosial yang direncanakan dialokasikan kepada individu danatau keluarga yang sudah jelas nama, alamat penerima dan besarannya pada saat penyusunan APBD. Sedangkan bantuan sosial yang tidak dapat direncanakan sebelumnya dialokasikan sebagai akibat dari resiko sosial yang tidak dapat diperkirakan pada saat penyusunan APBD yang apabila ditunda penanganannya akan menimbulkan resiko sosial yang lebih besar baik bagi individu danatau keluarga yang bersangkutan. Pemberian bantuan sosial, dalam pasal 8 Peraturan Walikota Magelang Nomor 34 tahun 2011 memenuhi kriteria paling sedikit: a. selektif; b. memenuhi persyaratan penerima bantuan; c. bersifat sementara dan tidak terus menerus, kecuali dalam keadaan tertentu dapat berkelanjutan; d. sesuai tujuan penggunaan.

3. METODE PENELITIAN