ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN PRODUK DUKU LAMPUNG MELALUI PENDEKATAN SERBA FUNGSI DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

(1)

MELALUI PENDEKATAN SERBA FUNGSI DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Oleh

Firham Ramadinata

Penelitian bertujuan untuk mengetahui efisiensi pemasaran duku Lampung : (1) dilihat dari fungsi yang dilakukan oleh masing-masing lembaga pemasaran di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan dan (2) dilihat dari producer share, marjin pemasaran dan ratio profit margin. Penelitian dilakukan di

Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan, sebagai sentra produksi duku terbesar di Lampung. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive). Pengumpulan data penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2013. Penentuan sampel dilakukan dengan metode alur pemasaran,terdiri dari 50 orang petani produsen, 12 orang pedagang pengumpul, 5 orang pedagang besar dan 5 orang pedagang pengecer. Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif kualitatif (pendekatan serba fungsi) dan kuantitatif (producer share, marjin pemasaran dan ratio profit margin). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemasaran duku Lampung, dilihat dari pendekatan serba fungsi, sudah efisien, tetapi berdasarkan producer share (< 50%), marjin pemasaran (cenderung besar, bahkan lebih dari 2 kali lipat harga jual petani), dan ratio profit margin di antara lembaga pemasaran (tidak merata) tidak efisien.


(2)

EFFICIENCY THROUGH MULTIFUNCTION APPROACH IN SOUTH LAMPUNG DISTRICT

By

Firham Ramadinata

The objectives of this research were to find out Lampung duku marketing efficiency viewed from: (1) functions served by each of marketing agencies in Katibung Sub-district of South Lampung District; (2) producer share, marketing margin and margin profit ratio. This research was conducted in Katibung Sub- district as the production center and the biggest production site of Lampung duku in Lampung. The location was selected purposively. Data were collected from May to June 2013. Consist to taken by marketing channel method. Samples were 50 farmers, 12 small collector traders, 5 big traders, and 5 groceries. Data were analyzed using descriptive qualitative method (with multifunction approach) and quantitative method (producer share, marketing margin and margin profit ratio). The results showed that: Based of approach multifunction, Lampung duku marketing was efficient; Based of producer share < 50%, marketing margin was so high, that over 2 times average of farmer selling price, and the margin profit ratio of each marketing agency showed various and uneven values, so that unefficient.

Keywords : efficiency, marketing, multifunction, duku, Lampung,


(3)

Oleh

FIRHAM RAMADINATA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(4)

(5)

(6)

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada 30 Maret 1991 sebagai anak kedua dari dua bersaudara, pasangan Bapak Idar Darmana dan Ibu Karnela Wahyuni.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) di TK Taruna Jaya pada tahun1997, pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Al-Azhar 2 pada tahun 2003, pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 9 Bandar Lampung pada tahun 2006, dan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Utama 2 Bandar Lampung pada tahun 2009. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada tahun 2009 melalui jalur Ujian Mandiri (UM).

Penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) pada tahun 2012 selama 30 hari di PT. Indokom Samudra Persada. Pada tahun yang sama penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 40 hari di Desa Way Suluh Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Lampung Barat. Pada semester Genap 2013/2014, penulis menjadi asisten dosen pada mata kuliah Manajemen Pemasaran.


(7)

vii SANWACANA

Allhamdulilahirobbil’alamin, puji syukur bagi Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi kita, Rasulullah Muhammad SAW, teladan seluruh umat manusia. Dalam penyelesaian skripsi

yang berjudul “ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN PRODUK DUKU

LAMPUNG MELALUI PENDEKATAN SERBA FUNGSI DI

KABUPATEN LAMPUNG SELATAN” tidak terlepas dari adanya dukungan, partisipasi, bimbingan, bantuan dan doa dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Ali Ibrahim Hasyim, M.S., selaku Dosen Pembimbing Pertama, atas segala bimbingan dan pengarahan yang telah diberikan dalam membantu menyelesaikan skripsi ini.

2. Ir. Suriaty Situmorang, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Kedua, atas segala bimbingan, bantuan, saran, nasihat dan pengarahan yang telah diberikan dalam membantu menyelesaikan skripsi ini.

3. Ir. Eka Kasymir, M.Si., selaku Dosen Pembahas, atas segala saran, kritik, dan pengarahan yang telah diberikan.

4. Dr. Ir. M. Irfan Affandi, M.Si., selaku Pembimbing Akademik, yang telah memberikan nasehat dan masukan yang berharga selama penulis menjalani perkuliahan.


(8)

viii 6. Prof. Dr. Ir. H. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung.

7. Seluruh Dosen di Fakultas Pertanian, atas ilmu dan nasehat yang diberikan selama masa perkuliahan.

8. Seluruh staf administrasi Jurusan Agribisnis, Mbak Iin, Mas Boim, Pak Margono, Mas Kardi, Mbak Aii, dan Mas Bukhori, atas bantuan yang telah diberikan.

9. Bapak-bapak dan ibu-ibu petani, pedagang pengumpul, pedagang besar serta pedagang pengecer duku Lampung di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan, atas ketersediaanya menjadi sampel dan responden dalam penelitian saya, serta atas bantuan informasi dan berbagi pengalaman selama melakukan penelitian.

10. Kedua orang tua saya : Ayahanda Idar Darmana dan Ibunda Karnela Wahyuni tercinta, yang mendoakan, mendukung, dan selalu mengorbankan segalanya, membimbing dengan penuh ketabahan dan kasih sayang demi keberhasilan penulis, serta kakak terkasih Listya Darmala Resti yang selalu menjadi teman berdiskusi dan memberikan motivasi.

11. Seluruh keluarga besar, atas doa dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

12. Queen Tia Mona Agusta, S.P., yang telah mengisi hari-hari saya, susah maupun senang, dan selalu memberikan motivasi serta semangat.


(9)

ix Yesica, S.P., Aris, S.P., Novi, S.P., Eka,S.P., Rendi, Feli, S.P., Riska, S.P., Desty, S.P., Maftuha, atas bantuan, kerjasama, dan persahabatan selama ini. 14. Teman-teman 2009, terimakasih atas kerjasama dan kebersamaan selama ini,

semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT.

15. Seluruh teman-teman Agribisnis, abang-abang, mbak-mbak, adik-adik serta rekan-rekan Fakultas Pertanian Unila, terima kasih atas kerjasamanya.

16. No Idea Art Team, Elephant Street Bike, Avanza Xenia Organization, Avanza Xenia Indonesia Club Cabang Lampung dan Manchester City Supporter Club Indonesia Branch Lampung, terima kasih atas kebersamaannya selama ini telah menjadi tempat saya untuk berkreatifitas, menjalin persahabatan, persaudaraan bahkan keluarga.

17. Almamater tercinta dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga seluruh amal baik yang diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu penulis meminta maaf jika terdapat kesalahan dan kepada Allah penulis memohon ampun. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak serta almamater tercinta. Amin ya Robbal’alamin.

Bandar Lampung, Juli 2014


(10)

x DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 12

C. Kegunaan Penelitian ... 12

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 14

A. Landasan Teori ... 14

1. Produk Duku ... 14

2. Teori Pemasaran ... 17

a. Fungsi Pemasaran ... 17

b. Lembaga Pemasaran ... 19

c. Efisiensi Pemasaran ... 20

3. Kajian Penelitian Terdahulu ... 25

B. Kerangka Pemikiran ... 29

III. METODE PENELITIAN ... 33

A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional ... 33

B. Penentuan Lokasi, Responden, dan Waktu Penelitian ... 40

C. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ... 41

D. Metode Analisis Data ... 42

1. Fungsi-Fungsi Lembaga Pemasaran ... 42

2. Struktur Pasar ... 45

3. Perilaku Pasar ... 45

4. Keragaan Pasar ... 46


(11)

xi

b. Analisis Marjin Pemasaran ... 47

Ratio Profit Marjin (RPM) ... 47

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 49

A. Lokasi Penelitian ... 49

B. Topografi, Iklim dan Tata Guna Lahan ... 50

C. Sarana dan Prasarana ... 51

D. Keadaan Demografi ... 53

E. Usaha Tani Duku di Kabupaten Lampung Selatan ... 53

F. Kondisi Umum Pasca Panen dan Perdagangan Duku di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan ... 58

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 60

A. Responden Penelitian ... 60

B. Karakteristik Duku ... 60

C. Karakteristik Pemasaran Duku Lampung ... 61

1. Lembaga Pemasaran Duku ... 61

a. Produsen (Petani Duku) ... 61

b. Pedagang Pengumpul (Pedagang Kecil) ... 65

c. Pedagang Besar ... 69

d. Pedagang Pengecer ... 70

D. Analisis Efisiensi Pemasaran ... 71

1. Fungsi-Fungsi Pemasaran ... 71

2. Organisasi Pasar ... 80

a. Struktur Pasar ... 81

b. Perilaku Pasar ... 86

c. Keragaan Pasar ... 89

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 101

A. Kesimpulan ... 101

B. Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 103

LAMPIRAN ... 106 Tabel 24 – 43 ... 107-124


(12)

xii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Produk Domestik Bruto Indonesia atas dasar harga berlaku,

2010 – 2011 (Milyar Rupiah) ... 2

2. Luas panen dan produksi duku di Indonesia, 2006 – 2011 ... 5

3. Produksi duku menurut kabupaten di Provinsi Lampung, 2006 – 2010 (ton) ... 5

4. Produksi buah-buahan terpopuler menurut kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan 2011 (ton) ... 7

5. Kajian Penelitian Terdahulu ... 25

6. Jenis dan luas penggunaan lahan lahan Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan, 2011 ... 51

7. Sarana dan prasarana yang ada di Kecamatan Katibung, 2011 ... 52

8. Sebaran petani responden berdasarkan kelompok umur, 2012 ... 62

9. Sebaran petani responden berdasarkan tingkat pendidikan, 2012 ... 62

10. Sebaran petani responden berdasarkan luas lahan, 2012 ... 63

11. Sebaran petani responden berdasarkan pengalaman berusaha tani, 2012 ... 64

12. Jumlah tanggungan setiap keluarga petani responden, 2012 ... 64

13. Sebaran usia, pengalaman dan pendidikan responden pedagang pengumpul (pedagang kecil) di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan, 2012 ... 66

14. Sebaran usia, pengalaman dan pendidikan pedagang Pengumpul (pedagang kecil) ke luar daerah Lampung, 2012 ... 68

15. Sebaran usia, pengalaman dan pendidikan pedagang besar responden di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan, 2012 ... 70

16. Sebaran usia, pengalaman dan pendidikan pedagang pengecer di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan, 2012 ... 71

17. Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran duku di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan, 2012 .... 72


(13)

xiii

18. Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran pada setiap saluran pemasaran duku Lampung, 2012 ... 80

19. Pangsa produsen pada saluran pemasaran duku di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan, 2012 ... 94

20. Analisis marjin pemasaran duku pada saluran I (petani – pedagang pengumpul/pedagang kecil – pedagang besar) di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan, 2012 ... 95

21. Analisis marjin pemasaran duku pada saluran II (petani – pedagang pengumpul/pedagang kecil ke luar daerah) di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan, 2012 ... 97

22. Analisis marjin pemasaran duku pada saluran III (petani - pedagang besar ke luar daerah) di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan, 2012 ... 98

23. Analisis marjin pemasaran duku pada saluran IV (petani – pengecer) di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan, 2012 ... 99

24. Identitas responden petani ... 107

25. Identitas responden pedagang pengumpul (ped. kecil) ... 110

26. Identitas responden pedagang besar ... 111

27. Identitas responden pedagang pengecer ... 112

28. Volume dan tempat penjualan serta harga jual duku petani ke pedagang pengumpul (ped. kecil) ... 113

29. Volume dan tempat penjualan serta harga jual duku petani ke pedagang besar ... 114

30. Volume dan tempat penjualan serta harga jual duku petani ke pedagang pengecer ... 115

31. Volume dan tempat penjualan serta harga duku pedagang pengumpul (ped. kecil) ke pedagang besar ... 115

32. Volume dan tempat penjualan serta harga duku pedagang pengumpul (ped. kecil) ke luar daerah ... 116

33. Volume dan tempat penjualan serta harga duku pedagang besar ke luar daerah ... 116

34. Volume dan tempat penjualan serta harga duku pedagang pengecer ke konsumen ... 116

35. Volume penjualan dan biaya pemasaran petani yang menjual ke pedagang pengecer ... 117


(14)

xiv

36. Volume pembelian dan biaya pemasaran pedagang pengumpul (ped. kecil) dari petani ... 118

37. Volume pembelian dan biaya pemasaran pedagang pengumpul (ped. kecil) ke luar daerah dari petani ... 119

38. Volume pembelian dan biaya pemasaran pedagang besar ... 120

39. Volume pembelian dan biaya pemasaran pedagang pengecer ... 122

40. Marjin pemasaran duku dan share saluran pertama ... 123

41. Marjin pemasaran duku dan share saluran kedua ... 123

42. Marjin pemasaran duku dan share saluran ketiga ... 124


(15)

x DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka pemikiran analisis efisiensi pemasaran produk duku Lampung melalui pendekatan serba fungsi di Kabupaten Lampung

Selatan, 2012 ... 32 2. Saluran pemasaran duku di Kecamatan Katibung Kabupaten


(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kepulauan daratan yang luas sehingga sebagian besar penduduknya memilih bekerja pada sektor pertanian. Selain itu, Indonesia juga dikenal sebagai negara yang mengandalkan sektor pertanian sebagai penopang pembangunan dan sebagai sumber mata pencaharian penduduknya.

Pembangunan sangat mengandalkan sektor pertanian karena memiliki peranan penting dan merupakan penopang perekonomian. Dapat dikatakan bahwa sektor pertanian memiliki proporsi yang sangat besar dalam menyediakan lapangan pekerjaan sehingga menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat dan juga sebagai penghasil devisa negara. Sektor pertanian terdiri dari beberapa sektor, antara lain tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan dan perikanan.

Sektor tanaman bahan makanan adalah salah satu yang memiliki peran penting dalam menyumbang devisa negara khususnya pada Produk Domestik Bruto Indonesia. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) tanaman bahan makanan pada tahun 2011 tumbuh sebesar 10,00% dari Rp 482.377,10Milyar pada tahun 2010 menjadi Rp 530.603,70 Milyar pada tahun 2011 (Badan Pusat Statistik, 2011) seperti disajikan pada Tabel 1.


(17)

Tabel 1. Produk Domestik Bruto Indonesia atas dasar harga berlaku, 2010 – 2011 (Milyar Rupiah)

Lapangan Usaha

2010 2011

Pertumbuhan (%) Jumlah (%) Jumlah (%)

1. Pertanian 985.448,80 15,31 1.093.466,00 14,72 10,96 a) Pertanian Sempit 737.775,60 11,46 814.066,70 10,96 10,34 - Bahan Makanan 482.377,10 7,49 530.603,70 7,14 10,00 - Perkebunan 136.026,80 2,11 153.884,70 2,07 13,13 - Peternakan 119.371,70 1,85 129.578,30 1,74 8,55 b) Kehutanan 48.289,80 0,75 51.638,10 0,70 6,93 c) Perikanan 199.383,40 3,10 227.761,20 3,07 14,23 2. Pertambangan dan

Penggalian

718.136,80 11,16 886.243,30 11,93 23,41 3. Industri Pengolahan 1.595.779,40 24,79 1.803.486,30 24,28 13,02 4. Listrik, Gas, dan Air

Bersih

49.119,00 0,76 55.700,60 0,75 13,40 5. Bangunan 660.890,50 10,27 756.537,30 10,19 14,47 6. Perdagangan, Hotel,

dan Restaurant

882.487,20 13,71 1.022.106,70 13,76 15,82 7. Pengangkutan dan

Komunikasi

423.165,30 6,57 491.240,90 6,61 16,09 8. Keuangan,

Persewaan, dan Jasa Perusahaan

466.563,80 7,25 534.975,00 7,20 14,66

9. Jasa-jasa 654.680,00 10,17 783.330,00 10,55 19,65 Total 6.436.270,80 100,00 7.427.086,10 100,00 15,39 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2011

Salah satu kegiatan usaha di subsektor bahan makanan yang sekarang mengalami perkembangan pesat adalah tanaman bahan makanan hortikultura, khususnya buah-buahan. Buah-buahan merupakan salah satu komoditas yang cukup banyak dikomsumsi dan mempunyai peranan besar dalam pemenuhan gizi dan kesehatan tubuh. Buah-buahan merupakan sumber utama vitamin dan mineral serta berbagai zat penting lainnya yang berperan sebagai zat pembangun dan pengatur dalam tubuh. Beberapa manfaat buah-buahan adalah mampu menurunkan kolesterol, kadar gula, mencegah


(18)

penyebaran sel kanker, menyembuhkan luka lambung dan sebagai antibiotik (Astawan, 2007).

Di Indonesia buah mempunyai nilai ekonomi yang sangat baik, termasuk di dalamnya buah duku. Buah duku merupakan salah satu buah yang tumbuh di daerah tropis dan sudah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Buah duku termasuk salah satu jenis buah unggulan di Indonesia. Tanaman duku pada umumnya ditanam oleh para petani Indonesia di sekitar halaman rumah dan pekarangan atau dapat juga diperoleh di hutan. Akan tetapi ada juga petani yang sudah melakukan penanaman secara intensif.

Duku memiliki nama latin (Lansium domesticum Corr) merupakan buah tropika yang berasal dari Asia Tenggara. Pohon duku banyak tersebar di negara Malaysia, Indonesia dan Thailand. Tanaman duku telah dikenal dan ditanam oleh penduduk Indonesia sejak ratusan tahun yang lalu. Supriatna dan Suparwoto (2009) menjelaskan bahwa sentra produksi duku di Indonesia berada di Sumatera Selatan (Ogan Komering, Gunung Megang, Muara Enim dan Prabumulih), Sumatera Barat (Sijunjung dan Air Haji), Sumatera Utara (Rantau Prapat dan Padang Sidempuan), Riau (Bangkinang), Jambi (Jambi), Lampung (Katibung, Padang Cermin, Krui, Merbau Mataram), DKI Jakarta (Pasar Minggu), Jawa Tengah (Lebaksiu, Branti, Kaligondang, Mrebet, Kejombang, Kutosari, Sigaluh, Sleman, Kaligesing, Matesih), Jawa Timur (Singosari) dan Sulawesi Utara (Aermadidi, Tondano, Pinaleng, Bolaang Mongondow). Sedikitnya ada lima jenis duku komersial di tanah air. Kelimanya adalah duku Palembang, duku Matesih, duku Sumber, Kalikajar dan duku Condet.


(19)

Duku Palembang adalah salah satu jenis duku yang terkenal di kalangan masyarakat luas. Di Palembang, tanaman duku banyak tersebar di Kabupaten Lahat, Muba, Mura dan Bangka. Sentra terluas dan yang terbaik jenisnya berasal dari Ogan Komering Ilir, Ogan Komering Ulu dan Muaraenim. Oleh karena itu, duku Palembang sering juga disebut dengan duku Komering (Anonim, 2013).

Buah duku banyak kita temui di pasar sekitar bulan Febuari – April setiap tahunnya dan hampir selalu habis berapa pun banyaknya, diduga disebabkan oleh buah duku banyak penggemarnya karena rasanya yang manis dan aromanya tidak menyengat atau tidak menusuk di hidung, juga tidak perlu memakai alat bantu khusus tertentu dalam mengkonsumsinya. Selain itu, diduga penawarannya masih lebih kecil (sedikit)

daripada permintaannya. Permintaan duku terus meningkat, namun produksinya justru menurun karena tanaman banyak yang telah tua, ada yang berumur lebih dari 100 tahun karena tanaman duku sudah turun temurun dan petani hanya merawat yang sudah ada saja (Supriatna dan Suparwoto, 2009).

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa perkembangan luas panen dan produksi duku di Indonesia berfluktuasi. Tabel 2 juga menunjukkan bahwa produktivitas pada tahun 2010 mencapai sebesar 80,9 ton/ha dan turun menjadi 80,4 ton/ha pada tahun 2011.


(20)

Tabel 2. Luas panen dan produksi duku di Indonesia, 2006-2011

Tahun Luas Panen Produksi Produktivitas

(ha) r (%) (ton) r (%) (ton/ha) r (%)

2006 13.656 - 157.655 - 11,54 -

2007 22.021 61,26 178.026 12,92 8,08 -29,97 2008 19.041 -13,53 158.649 -10,88 8,33 3,06 2009 20.547 7,91 195.364 23,14 9,51 14,12 2010 28.283 37,65 228.816 17,12 8,09 -14,91 2011 21.282 -24,75 171.113 -25,22 8,04 -0,62 Ket : r = pertumbuhan

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2011

Tanaman duku terdapat di beberapa provinsi di Indonesia, dengan luas dan produksi yang bervariasi, salah satunya terdapat di Provinsi Lampung dan juga merupakan salah satu sentra produksi duku di Indonesia. Sentra duku tersebar di berbagai kabupaten di Lampung, sebagai sentra tanaman duku dengan produksi yang baik, seperti disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Produksi duku menurut kabupaten di Provinsi Lampung, 2006-2010 (ton) Lokasi 2006 2007 2008 2009 2010 Lampung Barat 687 9.423 2.639 3.172 4.416 Tanggamus 1.131 4.881 2.667 23.650 11.443 Lampung Selatan 17.201 11.025 10.696 4.797 12.153 Lampung Timur 2.982 3.799 8.358 1.992 8.262 Lampung Tengah 467 751 939 316 550 Lampung Utara 4.628 5.876 9.069 5.062 16.880 Way Kanan 1.396 7.927 8.254 4.740 4.457 Tulang Bawang 78 153 47 19 11 Bandar Lampung 489 334 2.229 1.190 440 Metro 0 1 1 0 0 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2010


(21)

Produksi duku Lampung lebih banyak di Lampung Selatan, dimana pada tahun 2009 produksi duku Lampung Selatan adalah 4.797 ton dan meningkat menjadi 12.153 ton pada tahun 2010, ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan produksi duku di Lampung Selatan. Lampung Selatan tidak mengalami adanya musim peralihan

(pancaroba) antara musim kemarau dan musim hujan. Iklim yang demikian menjadikan Lampung Selatan sangat cocok untuk berkebun ataupun bertani, sehingga Lampung Selatan adalah penghasil duku terbesar di Lampung pada tahun 2006 sampai tahun 2008. Duku dari Lampung Selatan memiliki sebutan ‘ Duku Lampung’ yang tak asing di telinga masyarakat dan tak kalah dari duku Sumatera Selatan di pasar nasional dengan sebutan ‘Duku Palembang’ atau di pasar lokal dengan sebutan ‘Duku Komering’.

Dari informasi yang diperoleh pada saat pra survey diketahui bahwa duku Lampung sudah dikenal khususnya di Provinsi Lampung sendiri. Masyarakat mengenal duku ini dengan sebutan duku Lampung. Menurut Bapak Roni (selaku tokoh pertanian sekaligus sebagai salah satu pedagang pengumpul buah duku di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan, 2013), wilayah pemasaran duku Lampung sudah sampai di pasar Pulau Jawa, seperti Jakarta, Tangerang, Cirebon dan Bandung. Duku Lampung mempunyai nilai ekonomi yang tinggi bagi masyarakat sehingga menjadikannya sebagai komoditi yang potensial sebagai sumber penghasilan penduduk. Selanjutnya, Tabel 4 menunjukkan bahwa Kecamatan Katibung merupakan penghasil terbesar komoditi duku di Lampung Selatan. Produksinya mencapai sebesar 396,0 ton.


(22)

Tabel 4. Produksi buah-buahan terpopuler menurut kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan, 2011 (ton)

Kecamatan Durian Mangga Nangka Pepaya Pisang Duku Lainnya Natar 358,1 451,7 148,4 277,1 902,1 46,8 1.182,5 Jati Agung 0 0 0 0 1.860,0 0 0 Tanjung Bintang 275,0 158,0 13,0 0 4.615,0 45,1 400,6 Tanjung Sari 0 64,4 6,5 0 3.785,0 0 303,4 Katibung 169,6 194,7 162,3 73,5 622,5 396,0 448,3 Merbau Mataram 567,5 70,0 194,5 121,0 3.197,4 366,5 236,9 Way Sulam 29,4 42,2 37,8 0 506,9 0 206,5 Sidomulyo 245,8 566,5 37,4 262,7 2.899,9 51,4 514,8 Candipuro 92,8 295,8 288,3 310,1 1.427,2 2,2 563,6 Way Panji 0 174,5 14,5 90,9 518,1 0 54,9 Kalianda 616,4 707,6 39,5 9,6 34.360,0 12,7 531,4 Rajabasa 5.915,5 364,9 48,7 1,0 12.051,4 112,9 228,8 Palas 72,0 280,0 120,0 246,0 8.010,0 46,7 472,0 Sragi 8,2 32,4 27,6 14,1 1.153,0 0,4 271,5 Penengahan 93,9 287,0 39,5 80,0 1.402,0 45,0 190,5 Ketapang 1.638,0 339,0 350,5 210,6 130.360,0 133,4 297,0 Bakauheni 350,0 394,2 14,8 20,9 8.655,8 7,0 379,9 Jumlah 10.434,2 4.422,9 1.543,3 1.717,5 216.357,3 1.266,1 6.282,6 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Selatan, 2011

Kecamatan Katibung memiliki kondisi iklim yang cocok bagi tanaman duku tersebut, sehingga tanaman duku dapat tumbuh dengan baik di daerah tersebut. Tanaman duku dapat tumbuh optimal pada intensitas cahaya matahari yang tinggi. Kelembaban udara yang tinggi juga dapat mempercepat pertumbuhan tanaman duku. Sebaliknya, jika kelembaban udara rendah, maka dapat menghambat pertumbuhan tanaman duku. Angin tidak terlalu mempengaruhi pertumbuhan tanaman duku, tetapi duku tidak dapat tumbuh optimal di daerah yang kecepatan anginnya tinggi. Umumnya tanaman duku dapat tumbuh di daerah yang curah hujannya tinggi dan merata sepanjang tahun. Tanaman duku tumbuh secara optimal di daerah dengan iklim basah sampai agak basah, dengan curah hujan antara 1500-2500 mm/tahun (Budihardjo, 2002).


(23)

Hasil pra survey juga menunjukkan bahwa duku di Lampung memiliki produksi yang baik dan tidak kalah populer dengan duku Palembang. Produk duku Lampung memiliki nilai ekonomi yang baik dan menyumbang pendapatan bagi daerah Lampung. Produk duku Lampung telah mendapat perhatian dari pemerintah maupun para pengamat perekonomian. Akan tetapi, fakta menunjukkan bahwa masih sulit untuk mendapatkan data mengenai produk duku Lampung serta belum banyak penelitian terkait komoditi ini di Lampung. Sistem usahatani duku di Lampung masih tradisional. Tanaman duku tumbuh secara alami, sebagian besar petani hanya melakukan pemeliharaan, seperti memberi pupuk, walaupun dalam jumlah yang tidak mencukupi kebutuhan pohon dan dilakukan sesekali saja. Selain itu, petani juga melakukan kegiatan membasmi hama yang mengganggu tanaman duku.

Umur simpan buah duku adalah pendek. Terjadi pencoklatan kulit buah duku pada dua sampai tiga hari pasca panen, menyebabkan penampilan buah duku tidak menarik dan harga menjadi turun. Umur simpan duku yang pendek menjadi kendala dalam sistem pemasarannya. Selain itu, posisi tawar petani rendah, karena produksi buah duku musiman dan tidak ada kepastian produksinya, bahkan beberapa tahun pohon duku tidak berproduksi atau produksinya sangat rendah, sedangkan jarak antara kebun dan pasar cukup jauh (Roni, 2013).

Penurunan produksi duku disebabkan oleh terjadinya penurunan luas panen di lapangan sebagai akibat dari pengalihan fungsi lahan dari komoditi hortikultura ke komoditi lainnya dan cuaca yang sulit untuk diprediksi. Tabel 2 menunjukkan bahwa terjadi penurunan produksi duku pada tahun 2011 menjadi 171.113 ton padahal pada tahun


(24)

2010 produksi mencapai 228.816 ton dengan persentase penurunan produksi pada tahun 2011 mencapai 25,22 %. Penurunan luas lahan pun terjadi pada tahun 2011 menjadi 21.282 ha sedangkan pada tahun sebelumnya mencapai 28.283 ha dengan persentase terjadinya penurunan luas lahan pada 2011 mencapai 24,75 %. Penurunan produktivitas ini terjadi karena ada beberapa gelombang proses pembuahan, sebagian ada yang sudah masak, namun ada juga yang masih mentah. Penyebab utama dari permasalahan ini adalah kondisi cuaca yang tidak menentu sehingga buah duku juga sulit diprediksi (Widyastuti dan Kristiawati, 2000). Para petani duku di Kecamatan Katibung hanya merawat, memelihara dan memanen saja, karena tanaman duku di sana sudah turun temurun dan tidak ada lagi keinginan para petani untuk membuka lahan baru untuk menanam tanaman duku yang baru.

Bila dipetakan secara umum mulai dari mata rantai produksi hingga pemasaran, posisi petani amat rentan mengalami berbagai kesulitan. Di rantai produksi, mereka harus membeli pupuk dan obat pembasmi hama. Harga-harga input tersebut membuat petani mengeluarkan biaya yang tidak sedikit serta kerapkali terjadi kelangkaan input tersebut pada masa tertentu akibat ulah oknum yang tidak bertanggung jawab. Hal tersebut semakin memperburuk posisi usaha tani yang dimiliki oleh para petani, selama ini peran petani kebanyakan hanya berada dalam proses produksi saja, hanya sebagian kecil saja yang sampai mengambil peran pada proses pengolahan dan grading apalagi pemasaran (Anonim, 2010a).

Dengan anggapan bahwa peningkatan produksi secara tidak langsung akan


(25)

bantuan penyuluhan dan pendampingan tentang bagaimana cara bercocok-tanam yang paling baik, sedangkan proses pengolahan dan pemasaran hasil-hasil pertanian

diserahkan ke lembaga pemasaran selain petani atau produsen, karena pembagian kerja seperti itu seringkali merugikan petani. Pada umumnya petani kurang memiliki daya tawar dalam menjual hasil produksi mereka. Secara tidak langsung pembagian kerja tersebut sesungguhnya telah mendiskriminasi petani dari pendapatan yang layak. Akibatnya petani duku hanya menjadi kuli di kebunnya sendiri, sehingga tidak dapat dipungkiri lagi bahwa berbagai data masih menunjukkan sebagian petani di pedesaan berada dalam atau mendekati jurang kemiskinan (Anonim, 2010b).

Dalam kenyataannya, harga jual duku selalu berfluktuasi. Fluktuasi tersebut terjadi di tingkat lokal karena permainan harga yang dilakukan tengkulak dan pedagang. Kondisi tersebut menyebabkan petani duku berada pada posisi kesejahteraan yang tidak

menentu, sebab pendapatan mereka ditentukan oleh keadaan pasar secara menyeluruh yang aksesnya sama sekali tidak terjangkau oleh petani duku. Selain itu, fluktuasi harga juga terjadi pada saat duku sedang mengalami panen, karena di sana terjadi permainan harga, yaitu harga yang diterima oleh para petani tidak cukup ideal dengan harga lebih rendah dari harga potensialnya yang seharusnya diterima oleh mereka. Akibat dari harga yang rendah, keuntungan yang diterima petani lebih sedikit

dibandingkan dengan lembaga sistem pemasaran lainnya pada rantai pemasaran yang ada, karena harga yang terjadi di tingkat konsumen jauh lebih tinggi (Anonim, 2010b).


(26)

Lembaga pemasaran berperan dalam memasarkan komoditas pertanian hortikultura yang dapat mencakup petani, pedagang pengumpul, pedagang perantara/grosir dan pedagang pengecer. Permasalahan yang timbul dalam sistem pemasaran hortikultura antara lain adalah kegiatan pemasaran yang belum berjalan efisien (Mubyarto, 1994), dalam artian belum mampu menyampaikan hasil pertanian dari produsen kepada konsumen dengan biaya yang murah dan belum mampu mengadakan pembagian balas jasa yang adil dari keseluruhan harga konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta di dalam kegiatan pemasaran komoditas pertanian tersebut. Pembagian yang adil dalam konteks tersebut adalah pembagian balas jasa fungsi-fungsi pemasaran sesuai kontribusi masing-masing kelembagaan pemasaran yang berperan sangat penting dan menjadi perhatian dalam sistem pemasaran yang efisien adalah bagaimana masing-masing lembaga niaga yang terlibat memperoleh imbalan yang adil. Dengan demikian hubungan antara harga, produksi dan pemasaran mempunyai kaitan yang erat, di mana petani sebagai produsen dan lembaga perantara pemasaran dengan fungsi pemasaran yang dilakukannya masing-masing mempunyai peranan yang menentukan dan saling mempengaruhi (Setyawati, et al,. 1990).

Efisensi pemasaran dapat dilihat melalui pendekatan serba fungsi yang terdapat dalam sistem pemasaran tersebut. Fungsi-fungsi tersebut terdiri dari fungsi pertukaran, fungsi fisik, fungsi fasilitas. Dengan demikian, efisiensi sistem pemasaran dapat dianalisis melalui fungsi yang dilakukan oleh setiap lembaga dalam saluran pemasaran duku Lampung.


(27)

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka masalah penelitian dapat dirumuskan, yaitu :

1. Bagaimanakah efisiensi pemasaran duku dilihat dari fungsi yang dilakukan oleh masing-masing lembaga pemasaran di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan?

2. Bagaimanakah efisiensi pemasaran duku dilihat dari keragaan pasar melalui producer share, marjin pemasaran dan ratio profit margin di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan?

B. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan masalah, maka penelitian bertujuan untuk mengetahui :

1. efisiensi pemasaran duku dilihat dari fungsi yang dilakukan oleh masing-masing lembaga pemasaran di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan. 2. efisiensi pemasaran duku dipandang dari keragaan pasar melalui producer share,

marjin pemasaran dan ratio profit margin di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan.

C. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memperoleh fakta yang bermanfaat sebagai : 1. Penambah informasi bagi pelaku pemasaran duku Lampung pada tiap lembaga

pemasaran yang ada.

2. Informasi bagi pemerintah daerah dalam menetapkan kebijakan untuk pengembangan sistem pemasaran duku di Kabupaten Lampung Selatan.


(28)

3. Peneliti lain, diharapkan dapat menjadikan penelitian sebagai pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya tentang produk duku Lampung.


(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Produk Duku

Duku merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari Indonesia. Sekarang populasi duku sudah tersebar secara luas di seluruh pelosok nusantara. Selain itu, ada yang menyebutkan bahwa duku berasal dari Asia Tenggara bagian Barat, Semenanjung Thailand di sebelah Barat sampai Kalimantan di sebelah Timur. Jenis ini masih

dijumpai tumbuh dengan bebas atau masih liar di wilayah tersebut dan merupakan salah satu buah-buahan unggulan (Direktorat Bina Produksi Hortikultura, 2000).

Jenis duku yang banyak ditanam di Indonesia adalah jenis duku unggul seperti duku komering, duku metesih dan duku condet. Manfaat utama tanaman duku sebagai makanan buah segar atau makanan olahan lainnya. Bagian lain yang bermanfaat adalah kayunya yang berwarna coklat muda keras dan tahan lama, digunakan untuk tiang rumah, gagang perabotan dan sebagainya. Kulit buah dan bijinya dapat pula

dimanfaatkan sebagai obat anti diare dan obat menyembuhkan demam. Sedangkan kulit kayunya yang rasanya sepet digunakan untuk mengobati disentri, sedangkan tepung kulit kayu digunakan untuk menyembuhkan bekas gigitan kalajengking.


(30)

Duku termasuk tanaman tahunan (parennial crop) yang masa hidupnya dapat mencapai puluhan bahkan ratusan tahun. Tanamannya berbentuk pohon, rindang, berukuran sedang. Pohon duku berbatang kuat dan besar, dengan penampang 30-40 cm, dapat mencapai tinggi 15-20 meter. Batang bercabang, kulit batang tipis berwarna coklat kehijauan atau keabuan dan agak sukar dilepas dari kayunya. Batang menghasilkan cairan seperti susu, sepanjang kulit batang terdapat celah-celah dangkal yang

memanjang. Mahkota tanaman terbuka, teratur dan atau tidak teratur, berbentuk bulat (Departemen Pertanian, 2000).

Daun tanaman duku berselang-seling bersirip ganjil dengan 5-7 anak daun. Panjang rakhis 30-50 cm, dengan pangkal yang membesar. Helaian daun bertangkai berbentuk elips, bulat panjang atau lonjong. Pangkal daun sempit, agak meruncing dan agak miring (tidak simetris). Warna helaian daun sisi atas hijau tua dan mengkilat sedangkan sisi bawah daun tidak mengkilat berwarna hijau muda. Kedua permukaan daun licin. Panjang helaian daun 12-15 cm dan lebar daun 7-12,5 cm. Panjang tangkai daun 0,8-1,2 cm dan membesar pada pangkalnya (Anonim, 2011).

Duku biasa diperbanyak dengan biji, yang sengaja disemaikan atau dengan

mengumpulkan cabutan semai yang tumbuh spontan di bawah pohon induknya. Akan tetapi menunggu hingga pohon baru ini menghasilkan, memakan waktu yang lama (20– 25 tahun) dan belum pasti pula kualitasnya sama dengan induknya. Cara lain yang juga populer adalah dengan mencangkoknya. Meskipun proses mencangkok ini memakan waktu yang relatif lama (8-9 bulan, akar keluar setelah 134 hari) namun pohon baru hasil cangkokan sudah dapat berbuah pada umur sekitar dua tahun. Lagi pula pertumbuhannya tidak seberapa kuat. Perbanyakan secara modern yang kini banyak


(31)

dilakukan adalah dengan sambung pucuk (grafting). Teknik ini memungkinkan sifat-sifat genetik batang atas anakan yang dihasilkan sama dengan induknya, sementara waktu tunggunya dipersingkat menjadi 5–6 tahun. Anakan hasil sambung pucuk ini juga lebih kuat perakarannya daripada anakan hasil cangkokan (Anonim, 2011).

Kebun dan pertanaman duku umumnya merupakan tanaman tradisional hasil warisan. menunjukkan bahwa pohon-pohon duku yang ada saat ini berasal dari biji dan telah berumur rata-rata 40-60 tahun, bahkan beberapa sudah berumur 80 tahun atau lebih. Petani duku pada umumnya tidak melakukan pemeliharaan terhadap pohon-pohon duku mereka, kecuali pembersihan sekeliling tegakan pohon pada saat menjelang panen. Selain itu, teknologi budidaya, mulai dari pembibitan, pemeliharaan (yang meliputi pemupukan, pengairan, pemangkasan dan pengendalian organisme pengganggu) belum banyak dilakukan, sehingga pohon-pohon duku tidak berbuah setiap tahun. Tidak jarang pohon berbuah berselang tiga tahun (Deroes, 2003).

Waktu panen berbeda antar sentra produksi. Selain itu, pergeseran musim panen juga terjadi bila keadaan cuaca berubah, seperti pergeseran musim hujan. Cara panen yang dilakukan petani mempengaruhi umur simpan buah duku. Buah-buah yang dipanen hanya dapat bertahan tetap segar dalam waktu tiga hari, setelah itu warna kulit buah duku mulai berubah kecoklatan. Metoda panen juga mempengaruhi kualitas buah duku. Buah duku yang dipanen dengan tangkainya mempunyai daya simpan yang lebih

panjang daripada buah duku yang dipanen tanpa tangkai. Kondisi yang diuraikan di atas merupakan kendala-kendala yang berdampak pada proses pemasaran buah duku dan harga yang diterima petani (Deroes, 2003).


(32)

Silitonga (1994) mengemukakan bahwa masalah yang paling kronis dalam pemasaran hasil pertanian, khususnya buah-buahan adalah ketidakadilan (unfairness) antara harga yang diterima petani dan harga yang harus dibayar konsumen. Ketidakadilan tersebut antara lain, disebabkan oleh posisi tawar petani yang rendah dan belum adanya

kelembagaan petani yang kuat dalam proses pemasaran.

2. Teori Pemasaran

(a) Fungsi Pemasaran

Fungsi pemasaran merupakan kegiatan pokok yang harus dilakukan untuk

menyelesaikan proses pemasaran. Proses pemasaran meliputi beberapa fungsi yang harus dilaksanakan oleh produsen dan lembaga-lembaga yang terlibat dalam mata rantai pemasaran. Fungsi pemasaran ini harus diakomodasikan oleh produsen dan rantai saluran barang dan jasa, lembaga-lembaga lain yang berperan dalam proses pemasaran (Hasyim, 2012).

Hasyim (2012) mengemukakan bahwa secara teoritis, fungsi-fungsi tataniaga itu dapat digolongkan ke dalam tiga golongan yaitu fungsi pertukaran (exchange functional), fungsi fisik (physical functional) dan fungsi fasilitas(facilitating functional). Fungsi pertukaran terdiri dari fungsi penjualan dan fungsi pembelian. Fungsi penjualan adalah proses pemasaran yang telah berubah dari orientasi produksi ke orientasi penjualan. Produsen bukan lagi yang menentukan apa yang harus dijual, melainkan penjualan yang menentukan apa yang harus diproduksi. Penjualan


(33)

permintaan konsumen (pelanggan) dari produk yang dihasilkan. Fungsi pembelian adalah merupakan fungsi yang berkaitan dengan pemindahan dan atau pemilikan sejumlah barang untuk memenuhi kebutuhan pengguna.

Selanjutnya Hasyim (2012) menyatakan bahwa fungsi fisik meliputi penyimpanan, pengolahan dan pengangkutan. Fungsi penyimpanan adalah menahan barang-barang selama jangka waktu antara dihasilkan atau diterima sampai dengan dijual. Dengan demikian penyimpanan menciptakan kegunaan waktu, disamping bertendensi meratakan harga. Fungsi penyimpanan juga dimaksudkan untuk menyeimbangkan periode panen dan periode paceklik.

Fungsi pengolahan diperlukan untuk mengelola produk terutama untuk produk-produk pertanian sangat strategis. Hal ini dapat meningkatkan nilai guna karena perubahan bentuk (form utility) akan memberikan keuntungan dan manfaat, sedangkan fungsi pengangkutan dimaksudkan untuk menjadikan suatu produk berguna dengan memindahkan produk-produk pertanian dari daerah produsen ke konsumen.

Fungsi fasilitas meliputi fungsi standarisasi dan grading, standarisasi adalah

justifikasi kualitas yang seragam antara penjual dan pembeli, antar tempat, dan antar waktu. Artinya penentuan atau penetapan standar golongan (kelas atau derajat) untuk komoditas pemasaran. Grading berarti memilah dan memilih produk-produk untuk dikelompokkan ke dalam satuan atau unit atau kelas atau derajat tertentu yang telah ditetapkan. Fungsi standarisasi dan grading dimaksudkan untuk


(34)

menyederhanakan dan mempermudah serta meringankan biaya pemindahan komoditas melalui saluran pemasaran.

Risiko diartikan sebagai ketidakpastian dalam hubungannya dengan biaya. Sepanjang pergerakan produk-produk pertanian dari sentra produksi ke sentra konsumen senentiasa menghadapi kerusakan, kerugian, kehilangan, dan risiko-risiko lainya. Risiko ini pada dasarnya digolongkan menjadi tiga golongan yaitu : (a) risiko karena sifat fisik, (b) risiko karena perubahan kondisi pasar dan (c) risiko karena alam, manusia, dan pemerintah. Pembiayaan merupakan bagian dari fungsi fasilitas yang tugasnya adalah memperlancar kegiatan fungsi-fungsi lain dalam proses

pemasaran. Fungsi informasi pasar dimaksudkan untuk menginformasikan ke konsumen apa yang tersedia untuk dibeli dan untuk mengubah permintaan atas suatu produk. Sebagai suatu sistem, informasi pasar adalah serangkaian fasilitas informasi dan desain prosedur untuk memberikan informasi tentang pasar, lingkungan dan kinerja yang telah dicapai kepada manajemen perusahaan.

(b) Lembaga Pemasaran

Lembaga pemasaran adalah badan-badan atau lembaga-lembaga yang berusaha dalam bidang pemasaran, menggerakkan barang dari produsen sampai konsumen melalui penjualan (Limbong dan Sitorus,1987). Lembaga tataniaga sebagai suatu lembaga perantara yang berperan dalam kegiatan penyaluran barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Lembaga-lembaga yang terlibat dalam proses pemasaran barang mulai dari titik produsen sampai titik konsumen dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, antara lain : (a) lembaga pemasaran yang melakukan kegiatan


(35)

pertukaran seperti pengecer, grosir, pedagang pengumpul, tengkulak dan lembaga perantara lainnya, (b) lembaga pemasaran yang melakukan kegiatan fisik seperti pengolahan, pengangkutan dan penggudangan dan (c) lembaga pemasaran yang menyediakan fasilitas-fasilitas pemasaran seperti informasi pasar, Kredit Desa, KUD, Bank Unit Desa dan lain-lain (Limbong dan Sitorus, 1987).

(c) Efisiensi Pemasaran

Efisiensi pemasaran adalah maksimisasi dari ratio input dan output. Input merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran yang terlibat dalam memasarkan hasil pertanian, sedangkan output adalah kepuasan dari konsumen. Perubahan yang mengurangi biaya input tanpa mengurangi kepuasan konsumen akan meningkatkan efisiensi, sedangkan perubahan yang mengurangi biaya input tetapi mengurangi kepuasan konsumen akan menurunkan efisiensi pemasaran. Beberapa perusahaan telah membentuk jabatan pengontrol pemasaran untuk membantu staf pemasaran meningkatkan efisiensi pemasaran. Pengontrol pemasaran bekerja di luar kantor pengontrol dan berspesialisasi dalam bidang pemasaran perusahaan (Kotler, 2002).

Kohl dan Uhl (1990) dalam Nalurita (2008) menjelaskan bahwa efisiensi merupakan rasio antara output dan input. Dengan demikian, efisiensi pemasaran berarti

maksimisasi rasio input dan output dari kegiatan pemasaran. Input pemasaran meliputi sumberdaya (tenaga kerja, mesin, energi, dll) yang digunakan dalam fungsi pemasaran. Output pemasaran meliputi kegunaan waktu, kegunaan bentuk,


(36)

Dengan kata lain, sumberdaya merupakan biaya dan kegunaan merupakan keuntungan dari pemasaran yang diperhitungkan dalam efisiensi rasio.

Struktur pasar

Struktur pasar sangat diperlukan dalam analisis sistem pemasaran karena melalui analisis struktur pasar, secara otomatis akan menjelaskan bagaimana perilaku partisipan yang terlibat dan akan menunjukkan keragaan yang terjadi akibat dari struktur dan perilaku pasar yang ada dalam pemasaran tersebut. Struktur pasar merupakan karakteristik dari produk maupun institusi atau lembaga yang terlibat pada pasar tersebut yang mempengaruhi marketconduct (perilaku pasar) dan market performance (keragaan pasar). Struktur pasar juga dapat diartikan sebagai tipe atau jenis-jenis pasar (Kotler, 1989).

Struktur pasar adalah karakteristik organisasi dari suatu pasar, yang untuk

prakteknya, adalah karakteristik yang menentukan hubungan antara para pembeli dan para penjual, antara penjual satu dengan lainnya dan hubungan antara penjual di pasar dengan para penjual yang lain dan hubungan antara penjual di pasar dengan para penjual potensial yang masuk ke dalam pasar. Unsur-unsurnya adalah tingkat konsentrasi, diferensiasi produk dan rintangan masuk pasar (Hasyim, 2012). Stuktur pasar paling banyak digunakan dalam menganalisis sistem pemasaran, karena melalui analisis struktur pasar maka secara otomatis akan dapat dijelaskan bagaimana perilaku lembaga yang terlibat dan akhirnya akan menunjukkan keragaan yang terjadi akibat dari struktur dan perilaku pasar yang ada dalam sistem pemasaran tersebut (Kotler, 2002).


(37)

Perilaku pasar

Dahl dan Hammond (1977) dalam Nalurita (2008) menyatakan bahwa perilaku pasar merupakan pola atau tingkah laku lembaga-lembaga pemasaran yang menyesuaikan dengan struktur pasar di mana lembaga tersebut melakukan kegiatan penjualan dan pembelian serta menentukan bentuk-bentuk keputusan yang harus diambil dalam menghadapi struktur pasar tersebut. Perilaku pasar mengarah pada strategi yang dilakukan perusahaan dalam menyesuaikan dengan pasar yang dihadapi. Perilaku pasar menyangkut proses dalam menentukan harga dan jumlah produk, keputusan untuk meningkatkan penjualan, keputusan untuk mengubah sifat produk yang dijual, serta berbagai strategi penjualan yang dilakukan untuk mencapai tujuan pasar

tertentu.

Perilaku pasar akan menentukan keragaan pasar yang dapat diukur dari harga, biaya, marjin pemasaran dan jumlah barang yang diperdagangkan. Perilaku pasar dapat diketahui melalui pengamatan terhadap penjualan dan pembelian yang dilakukan oleh setiap lembaga pemasaran, sistem penentuan harga dan pembayaran, serta kerjasama di antara berbagai lembaga pemasaran. Perilaku pasar juga menentukan strategi yang dilakukan oleh para pelaku pasar dalam menghadapi pesaing. Pelaku pasar harus memahami penampilan pasar agar dapat mengetahui secara jelas bagaimana sistem pemasaran terjadi (Dahl dan Hammond, 1977).


(38)

Keragaan pasar

Hammond dan Dahl (1977) dalam Widiyanti (2008) menyatakan bahwa keragaan pasar merupakan keadaan sebagai akibat dari struktur pasar dan perilaku pasar dalam kenyataan yang ditunjukan dengan harga, biaya dan volume produksi, yang pada akhirnya akan memberikan baik atau tidaknya suatu sistem pemasaran. Keragaan pasar adalah hasil akhir yang dicapai sebagai akibat dari penyesuaian pasar yang dilakukan oleh lembaga pemasaran. Deskripsi keragaan pasar dapat dilihat dari tingkat harga dan bentuk-bentuk harga, penyebarannya di tingkat produsen dan tingkat konsumen, persaingan, margin pemasaran dan penyebarannya pada setiap tingkat pasar.

Saluran pemasaran

Arus barang yang melalui lembaga-lembaga yang menjadi perantara pemasaran akan membentuk saluran pemasaran. Saluran pemasaran adalah serangkaian lembaga yang melakukan semua fungsi yang digunakan untuk menyalurkan produk dan status kepemilikannya dari produsen ke konsumen. Perbedaan saluran pemasaran yang dilalui oleh suatu jenis barang akan berpengaruh pada bagian pendapatan yang di terima oleh masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat didalamnya. Hal ini berarti bahwa saluran pemasaran yang berbeda akan memberikan keuntungan yang berbeda pula kepada masing-masing lembaga yang terlibat dalam kegiatan

pemasaran tersebut. Saluran pemasaran dari suatu komoditas perlu diketahui untuk dapat menentukan jalur mana yang lebih efisien dari semua kemungkinan jalur-jalur yang dapat ditempuh. Selain itu saluran pemasaran dapat mempermudah dalam


(39)

mencari besarnya marjin pemasaran yang diterima tiap lembaga yang terlibat (Kotler, 1989).

Pangsa produsen (Producer share)

Marjin pemasaran bukanlah satu-satunya indikator yang menentukan efisiensi pemasaran suatu komoditas. Salah satu indikator lain adalah dengan

membandingkan harga yang dibayar oleh konsumen akhir atau yang biasa disebut dengan Producer share (bagian harga yang diterima produsen) dan sering dinyatakan dalam suatu persentase. Producer share mempunyai hubungan yang negatif dengan marjin pemasaran, sehingga semakin tinggi marjin pemasaran maka bagian yang akan diperoleh produsen akan semakin rendah. Producer share digunakan untuk mengetahui bagian-bagian harga yang telah diterima produsen, yang telah dinyatakan dalam suatu presentase. Semakin tinggi suatu pangsa produsen, maka kinerja pasar semakin baik dari sisi produsen (Limbong dan Sitorus, 1987).

Marjin pemasaran

Secara umum yang dimaksudkan dengan marjin pemasaran adalah perbedaan harga-harga pada berbagai tingkat sistem pemasaran atau dengan perkataan lain marjin pemasaran adalah perbedaan harga di antara tingkat lembaga dalam sistem

pemasaran atau perbedaan antara jumlah yang dibayar konsumen dan jumlah yang diterima produsen atas produk agribisnis yang diperjualbelikan (Hasyim, 2012).


(40)

Azzaino (1982) mengemukakan bahwa alat-alat untuk mempelajari efisensi sistem tataniaga dalam struktur pasar tertentu dapat dipakai konsep-konsep statistik sederhana, di antaranya analisa biaya dan marjin pemasaran. Informasi marjin dan biaya tataniaga secara tidak langsung dapat memberi petunjuk apakah struktur pasar komoditi tertentu berada pada pasar persaingan sempurna atau persaingan tidak sempurna. Perbedaan perlakuan atau kegiatan pemasaran suatu komoditi oleh setiap lembaga pemasaran akan menyebabkan perbedaan harga jual. Semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat dalam penyaluran suatu komoditi dari titik konsumen, maka akan semakin besar perbedaan harga komoditi tersebut di titik produsen dengan harga yang dibayar konsumen. indikator lain untuk menilai efisiensi sistem pemasaran Ratio Profit Margin (RPM) atau marjin keuntungan masing-masing lembaga pemasaran adalah perbandingan antara tingkat keuntungan lembaga pemasaran dengan biaya yang telah dikeluarkan.

3. Penelitian Terdahulu

Analisis efisiensi pemasaran duku Lampung di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan merujuk pada penelitian terdahulu yang dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kajian penelitian terdahulu

No Nama

Peneliti

Judul Thn Metode

Analisis

Hasil 1. Nalurita,

Sari Analisis Efisiensi Pemasaran Belimbing Dewa di Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Jawa Barat

2008 Analisis kualitatif bertujuan untuk menganalisis saluran pemasaran, lembaga pemasaran,

1. Pemasaran Belimbing Dewa di Kecamatan Pancoran Mas terdiri dari lima saluran pemasaran. Lembaga pemasaran yang terlibat terdiri dari petani sebagai produsen,


(41)

fungsi-fungsi pemasaran, struktur dan perilaku pasar. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan pengisian kuisioner. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan dan biaya. Data kuantitatif yang dikumpulkan diolah dengan menggunakan alat hitung dan komputer.

tengkulak, Puskop, pedagang besar, supplier dan pedagang pengecer. 2. Struktur pasar yang dihadapi petani dan tengkulak dilihat dari sisi pembeli adalah oligopoli.

3. Berdasarkan analisis marjin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan terhadap biaya diketahui bahwa saluran pemasaran empat adalah saluran

pemasaran yang paling efisien, karena memiliki nilai marjin pemasaran terendah, dan farmer’s share tertinggi, dengan penyebaran RPMnya lebih merata sehingga tidak dibandingkan dengan saluran-saluran lainnya.

2. Widiyanti, Sri

Analisis Efisiensi Pemasaran Talas di Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

2008 Analisis kualitatif dilakukan dengan melihat lembaga dan saluran pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran, struktur pasar, perilaku pasar dan permasalahan pemasaran yang terjadi di lokasi penelitian.

Analisis kuantitatif dilakukan untuk menghitung

1. Pemasaran talas di Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat sebagian besar masih dikuasai oleh pedagang pengumpul desa (tengkulak). 2. Proses pemasaran talas di Kecamatan Taman Sari melibatkan beberapa lembaga pemasaran, yaitu pedagang pengumpul desa (tengkulak), pedagang pengumpul besar (bandar) dan pedagang pengecer. 3. Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam kegiatan


(42)

keragaan pasar melalui marjin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan biaya.

pemasaran talas menjalankan fungsi-fungsi pemasaran untuk memperlancar proses penyampaian barang atau jasa. Fungsi-fungsi pemasaran yang

dijalankan seperti fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas.

3. Rahayu, Muji Efisiensi Pemasaran Buah Manggis di Kecamatan Lingsar, Lombok Barat

2007 Analisis kualitatif digunakan pada pengkajian saluran pemasaran dan jenis konsumen. share petani dan distribusi keuntungan. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis margin pemasaran dan volume penjualan.

1. Sistem pemasaran buah manggis di Kecamatan Lingsar, Lombok Barat meliputi sistem tebasan dan sistem eceran. 2. Pemasaran buah

manggis di Kecamatan Lingsar, Lombok Barat belum efisien.

3. Jenis pengguna (konsumen) buah manggis didominasi oleh para eksportir dan wilayah distribusi buahnya mencakup wilayah Kota Mataram, Kabupaten/Kota di Provinsi NTB, Bali dan ekspor dengan melalui Bali.

4. Setiorini, Fajarwulan Analisis Efisiensi Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung

2008 Analisis kualitatif dilakukan dengan menganalisis saluran dan lembaga pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran, struktur dan perilaku pasar, keragaan pasar,

1. Terdapat empat saluran pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus. Saluran pertama melibatkan pembudidaya, pedagang pengumpul, pedagang pengumpul luar kecamatan, pedagang pengecer luar kecamatan, rumah makan. Saluran kedua melibatkan


(43)

Analisis kuantitatif marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan terhadap biaya dan analisis pendapatan usaha. pengumpul dan pedagang eceran. Saluran ketiga melibatkan pembudidaya, pedagang pengumpul, pedagang pengumpul luar kecamatan, pedagang eceran luar kecamatan. Saluran keempat melibatkan pembudidaya, pedagang pengumpul, pedagang pengumpul luar kecamatan dan pemancingan. 2. Keseluruhan lembaga pemasaran melakukan fungsi pertukaran, fungsi pengadaan secara fisik dan fungsi pelancar. .

5. Hutabarat, Sakti

Analisis Efisiensi Pemasaran Karet Perkebunan Karet Rakyat di Kabupaten Rokan Hilir

2006 Analisis kualitatif bertujuan untuk menganalisis saluran pemasaran, lembaga pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran, struktur dan perilaku pasar. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menghitung keragaan pasar melalui marjin pemasaran, farmer’s share dan rasio

1. Studi terhadap pemasaran karet pada perkebunan karet rakyat di Kabupaten Rokan Hilir menemukan empat saluran pemasaran. Analisis terhadap data-data yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin panjang saluran pemasaran maka marjin pemasaran semakin besar.

2. Permasalahan utama yang sering dihadapi petani adalah tingkat harga yang masih rendah meskipun harga di pasar domestik dan pasar internasional sudah cukup tinggi. Petani umumnya kurang memperhatikan kualitas karet dan kurang mendapatkan akses


(44)

keuntungan biaya.

terhadap informasi pasar, yaitu harga jual karet setiap harinya. 3. Untuk mengatasi permasalahan ini, pada satu sisi, petani

sebaiknya meningkatkan kualitas sesuai dengan permintaan

pasar agar mendapatkan harga yang lebih tinggi.

B. Kerangka Pemikiran

Tanaman perkebunan memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap PDB pertanian Indonesia sebagai sektor utama karena merupakan negara agraris. Salah satu komoditi yang berasal dari Asia Tenggara adalah duku. Duku merupakan komoditi yang

potensial karena memiliki nilai ekonomi yang dapat menunjang pendapatan masyarakat. Sentra produksi duku terbesar yang ada di Indonesia adalah Sumatera Selatan dengan nama komersial ‘Duku Komering’. Selain di Sumatera Selatan, terdapat juga sentra duku lainnya di Indonesia yang tidak kalah besar produksinya, salah satunya adalah Provinsi Lampung. Duku yang berasal dari Provinsi Lampung dikenal dengan ‘Duku Lampung’.

Sebelumnya, tanaman duku Lampung kurang mendapat perhatian dari pemerintah dan pengamat ekonomi, sehingga produk ini kalah populer dengan duku komering. Padahal daerah pemasaran duku Lampung sudah mencapai luar Sumatera, yaitu Jakarta,

Tangerang, Cirebon dan Bandung. Melihat adanya pangsa pasar yang baik, maka pemerintah Provinsi Lampung terus mendukung kegiatan pemasaran dalam


(45)

penghasil duku di Lampung. Pengenalan produk duku Lampung di pasaran tidak

terlepas dari campur tangan para pelaku pemasaran, seperti petani, pedagang pengumpul (pedagang kecil), pedagang besar, dan pedagang pengecer. Pelaku pemasaran harus selalu memperhatikan sistem proses pemasaran duku hingga ke tangan konsumen, yaitu bagaimana pemasaran duku yang terjadi di pasar, yang melibatkan sejumlah lembaga. Penetapan harga pada tiap lembaga berbeda-beda, baik dari petani, pedagang

pengumpul, pedagang besar maupun pedagang pengecer. Perbedaan penetapan harga umumnya merugikan petani sebagai produsen duku karena posisi tawarnya yang lemah. Bentuk perilaku dari masing-masing lembaga yang berinteraksi dalam proses pemasaran membentuk sebuah sistem yang biasa disebut saluran pemasaran.

Dari saluran pemasaran tersebut dapat dilakukan analisis efisiensi pemasaran. Analisis Analisis pemasaran terdiri dari beberapa pendekatan, seperti pendekatan serba fungsi, lembaga, produk, dan teori ekonomi. Penelitian ini hanya menganalisis efisiensi pemasaran yang ada dari dua pendekatan saja, yaitu pendekatan serba fungsi diimbangi dengan teori ekonomi. Telah banyak penelitian terkait dengan pemasaran melalui pendekatan teori ekonomi untuk melihat seberapa adil balas jasa yang diterima oleh tiap pelaku pemasaran, namun penelitian ini mencoba melihat fenomena pemasaran dari fungsi pemasaran apa saja yang telah dilakukan. Fungsi pemasaran yang ada secara tidak langsung akan menambah nilai jual produk yang diperdagangkan. Fungsi-fungsi pemasaran tersebut terdiri dari fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas.

Fungsi pertukaran merupakan semua kegiatan yang memperlancar perpindahan produk duku dari petani ke konsumen melalui pedagang perantara. Fungsi pertukaran terdiri dari fungsi penjualan dan pembelian. Fungsi fisik merupakan kegiatan pengolahan


(46)

secara fisik terhadap produk duku meliputi pengangkutan, pengolahan dan penyimpanan. Fungsi fasilitas adalah semua tindakan yang berhubungan dengan kegiatan pertukaran yang terjadi antara produsen dengan konsumen. Fungsi fasilitas terdiri dari pembiayaan, penanggungan resiko, standardisasi & grading dan informasi pasar.

Analisis efisiensi pemasaran juga berhubungan langsung dengan struktur pasar, perilaku pasar dan keragaan pasar. Struktur pasar dapat menggambarkan hubungan antara penjual dan pembeli yang dapat dilihat dari jumlah lembaga pemasaran, diferensiasi produk dan kondisi keluar masuk pasar. Stuktur pemasaran paling banyak digunakan dalam menganalisis sistem pemasaran, karena melalui analisis struktur pasar, secara langsung akan dapat dijelaskan bagaimana karakteristik bentuk pasar yang ada. Perilaku pasar menggambarkan tingkah laku lembaga-lembaga pemasaran dalam melakukan kegiatan penjualan dan pembelian serta menentukan bentuk-bentuk keputusan yang harus diambil dalam menghadapi struktur pasar yang ada pada sistem pemasaran duku di Lampung Selatan.

Analisis efisiensi pemasaran melalui keragaan pasar dapat dianalisis secara kuantitatif yang meliputi aspek pangsa produsen, marjin pemasaran, dan ratio profit margin. Analisis pangsa produsen digunakan untuk mengetahui persentase bagian harga konsumen yang diterima oleh petani, semakin tinggi pangsa produsen maka kinerja pasar semakin baik dari sisi produsen. Marjin pemasaran merupakan suatu metode analisis dengan memperhitungkan selisih harga yang terjadi pada setiap lembaga pemasaran akibat dari perilaku pemasaran yang terjadi. Nilai RPM merupakan nilai perbandingan antara keuntungan terhadap biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh


(47)

lembaga pemasaran. Jika RPM antar lembaga pemasaran tidak sama dengan nol, maka sistem pemasaran tidak efisien. Kerangka pemikiran penelitian diringkas dalam bentuk bagan seperti disajikan pada Gambar 1.

Ket : = bagian dari pemasaran yang tidak diteliti

Gambar 1. Kerangka pemikiran analisis efisiensi pemasaran produk duku Lampung melalui pendekatan serba fungsi di Kabupaten Lampung Selatan, 2012

Pendekatan serba fungsi Pendekatan Pemasaran : Fungsi Pertukaran - Penjualan - Pembelian Fungsi Fisik - Penyimpanan - Pengolahan - Pengangkutan Fungsi Fasilitas - Standarisasi dan

grading - Penanggungan

resiko - Pembiayaan - Informasi pasar

Pendekatan serba lembaga Pendekatan serba barang Pendekatan teori ekonomi Keragaan pasar - Producer share - Marjin pemasaran dan Ratio Profit Margin Perilaku pasar Struktur pasar Tidak efisien Efisien

Pelaku pemasaran, terdiri dari : - Petani

- Pedagang pengumpul - Pedagang besar - Pedagang pengecer


(48)

III. METODE PENELITIAN

A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini menggunakan metode sensus. Pengertian sensus dalam penelitian ini adalah meneliti setiap anggota atau setiap individu yang terdapat dalam populasinya dan digunakan sebagai sumber informasi. Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan, maka penelitian ini akan mengemukakan analisis efisiensi pemasaran produk (duku) melalui pendekatan analisis serba fungsi di Kabupaten Lampung Selatan. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan penelitian, mencakup :

Usahatani duku adalah usaha dengan melakukan kegiatan bercocok tanam pada suatu wilayah tertentu dengan cara mengalokasikan sumberdaya yang ada yaitu perkebun duku guna meningkatkan pendapatan rumah tangga petani.

Petani duku adalah individu atau kelompok yang melakukan kegiatan usahatani duku untuk memenuhi sebagian atau keseluruhan kebutuhan hidupnya dengan pendapatan yang diperoleh dari hasil usahataninya.

Luas lahan garapan adalah luas lahan duku yang dipelihara oleh petani dan digunakan untuk usahatani duku (ha).


(49)

Produksi duku adalah jumlah produksi duku pada satu periode produksi (Kg).

Produktivitas adalah hasil produksi duku per hektar, yang diukur dalam satuan kilogram per hektar (Kg/ha), dihitung per tahun, yang terdiri dari sekali musim panen dalam satu tahun.

Harga duku di tingkat petani adalah nilai tukar duku di tingkat petani (Rp/Kg).

Penerimaan Petani adalah jumlah produksi total duku dikalikan dengan harga duku di tingkat petani selama musim panen per tahun (Rp/tahun).

Lembaga pemasaran adalah badan-badan atau lembaga-lembaga yang berusaha dalam bidang pemasaran, menggerakkan barang dari produsen sampai konsumen melalui penjualan.

Saluran pemasaran merupakan sistem untuk menyampaikan produk yang dihasilkan oleh produsen kepada konsumen.

Pedagang pengumpul (pedagang kecil) adalah individu atau kelompok yang melakukan kegiatan pembelian produk hanya dari petani, dan memberikan harga jual yang paling rendah di tingkat petani. Pedagang pengumpul (pedagang kecil) terdiri dari pedagang pengumpul (pedagang kecil) yang menjual produk duku ke pedagang besar, dan pedagang pengumpul (pedagang kecil) yang menjual produk duku ke luar daerah.

Volume pembelian pedagang pengumpul (pedagang kecil) adalah jumlah duku yang dibeli pedagang pengumpul (pedagang kecil) dari petani dalam satu tahun, diukur dalam satuan kg/tahun.


(50)

Volume penjualan pedagang pengumpul (pedagang kecil) adalah jumlah duku yang dijual pedagang pengumpul (pedagang kecil) ke pedagang besar maupun ke luar daerah dalam satu tahun, diukur dalam satuan kg/tahun.

Kehilangan di tingkat pedagang pengumpul (pedagang kecil) adalah selisih volume penjualan dan volume pembelian di tingkat pedagang pengumpul (pedagang kecil). Hal ini disebabkan oleh kondisi produk duku yang rusak, busuk, atau mentah pada saat penyortiran di tingkat pedagang pengumpul (pedagang kecil). Terdapat juga kehilangan di tingkat pedagang pengumpul (pedagang kecil) ke luar daerah, yang disebabkan oleh jatuhnya produk duku pada saat pengangkutan, dan pencurian selama perjalanan, diukur dalam satuan kg/tahun.

Harga duku di tingkat pedagang pengumpul (pedagang kecil) adalah nilai tukar duku di tingkat pedagang pengumpul (pedagang kecil), diukur dalam satuan Rp/Kg.

Penerimaan pedagang pengumpul (pedagang kecil) adalah volume penjualan produk duku dikali dengan harga duku di tingkat pedagang pengumpul (pedagang kecil) selama musim panen per tahun, diukur dalam satuan Rp/tahun.

Pedagang besar adalah pedagang yang membeli duku, baik dari petani maupun dari pedagang pengumpul (pedagang kecil), dengan volume perdagangan yang lebih besar dan harga beli yang lebih tinggi dibandingkan dengan lembaga pemasaran lainnya. Pedagang besar melakukan penjualan ke luar daerah.

Volume pembelian pedagang besar adalah jumlah duku yang dibeli pedagang besar dari petani dan pedagang pengumpul (pedagang kecil) dalam satu tahun, diukur dalam satuan kg/tahun.


(51)

Volume penjualan pedagang besar adalah jumlah duku yang dijual pedagang besar ke luar daerah dalam satu tahun, diukur dalam satuan kg/tahun.

Kehilangan di tingkat pedagang besar adalah selisih volume penjualan dan volume pembelian di tingkat pedagang besar. Hal ini disebabkan oleh kondisi produk duku yang rusak, busuk, atau mentah pada saat penyortiran, serta jatuhnya produk duku pada saat pengangkutan, dan pencurian selama perjalanan, diukur dalam satuan kg/tahun.

Harga duku di tingkat pedagang besar adalah nilai tukar duku di tingkat pedagang besar, diukur dalam satuan Rp/Kg.

Penerimaan pedagang besar adalah volume penjualan produk duku dikali dengan harga duku di tingkat pedagang besar selama musim panen per tahun, diukur dalam satuan Rp/tahun.

Pedagang pengecer adalah individu atau kelompok yang melakukan kegiatan pembelian produk duku dari pengumpul. Pedagang pengecer duku berasal dari daerah Kecamatan Katibung, yang pangsa pasarnya adalah konsumen akhir di daerah tersebut (lokal). Volume penjualan pedagang pengecer relatif rendah dan terbatas karena dijual per satuan kilogram.

Volume pembelian pedagang pengecer adalah jumlah duku yang dibeli pedagang pengecer dari petani dalam satu tahun, diukur dalam satuan kg/tahun.

Volume penjualan pedagang pengecer adalah jumlah duku yang dijual pedagang besar ke konsumen akhir dalam satu tahun, diukur dalam satuan kg/tahun.


(52)

Kehilangan di tingkat pedagang pengecer adalah selisih volume penjualan dan volume pembelian di tingkat pedagang pengecer. Hal ini disebabkan oleh kondisi produk duku yang rusak saat penyortiran, dan busuk sebelum laku terjual dalam satu tahun, diukur dalam satuan kg/tahun.

Harga duku di tingkat pedagang pengecer adalah nilai tukar duku di tingkat pedagang pengecer, diukur dalam satuan Rp/Kg.

Penerimaan pedagang pengecer adalah volume penjualan produk duku dikali dengan harga duku di tingkat pedagang pengecer selama musim panen per tahun, diukur dalam satuan Rp/tahun.

Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh masing-masing lembaga

pemasaran pada saluran pemasaran duku dalam pengelolaan produk sebelum sampai ke tangan konsumen. Hal ini terkait dengan fungsi-fungsi yang diterapkan pada tiap lembaga.

Fungsi pemasaran adalah fungsi-fungsi yang diusahakan oleh padagang perantara agar pembeli atau konsumen memperoleh barang yang diinginkan pada kegunaan bentuk, kegunaan tempat, kegunaan waktu dan harga yang tepat.

Fungsi pertukaran adalah kegiatan yang memperlancar perpindahan hak milik dari produk duku yang dipasarkan. Fungsi pertukaran berkaitan erat dengan fungsi penjualan dan fungsi pembelian.


(53)

Fungsi penjualan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengusahakan agar

mendapatkan pembeli sehingga terjadi permintaan pasar terhadap produk duku yang cukup menguntungkan di tingkat harga yang berlaku.

Fungsi pembelian adalah suatu kegiatan pembelian produk duku pada lembaga pemasaran tertentu untuk diolah dan dijual kembali kepada lembaga pemasaran berikutnya pada saluran pemasaran.

Fungsi fisik adalah semua kegiatan atau tindakan pada saluran pemasaran duku sehingga menimbulkan kegunaan tempat, kegunaan bentuk dan kegunaan waktu pada produk duku. Fungsi fisik meliputi fungsi pengangkutan, fungsi penyimpanan dan fungsi pengolahan.

Fungsi pengangkutan adalah fungsi yang dilakukan tiap lembaga pemasaran untuk menyediakan produk duku ke daerah tujuan konsumen berada sesuai dengan kebutuhan konsumen, baik menurut waktu, jumlah dan kualitas.

Fungsi penyimpanan adalah kegiatan penyimpanan produk duku yang dilakukan oleh pelaku pemasaran sebelum diolah, dikirim maupun dijual ke pelaku pemasaran selanjutnya atau konsumen akhir.

Fungsi pengolahan adalah kegiatan perubahan bentuk produk sehingga dapat meningkatkan nilai guna.

Fungsi fasilitas adalah semua tindakan yang berhubungan dengan kegiatan pertukaran yang terjadi antara produsen dengan konsumen untuk memperlancar penyediaan produk duku sehingga konsumen menerima produk duku sesuai dengan yang diharapkan.


(54)

Fungsi fasilitas terdiri dari fungsi pembiayaan, fungsi penanggungan resiko, fungsi informasi pasar, fungsi standardisasi dan grading.

Fungsi pembiayaan adalah penyediaan sejumlah dana untuk keperluan transaksi jual beli produk duku meliputi pembelian barang atau jasa dan penyediaan kredit bagi para pelaku pemasaran.

Fungsi penanggungan resiko adalah strategi dalam menghadapi banyaknya resiko yang dihadapi oleh para produsen maupun lembaga perantara pada saluran pemasaran duku.

Fungsi standardisasi adalah ukuran atau penentuan mutu suatu barang dengan

menggunakan berbagai ukuran seperti warna, bentuk, ketahanan, tingkat kematangan, dan rasa pada buah duku yang akan dipasarkan.

Fungsi grading adalah tindakan klasifikasi produk duku menurut standar yang diinginkan untuk mempermudah proses jual beli, mengurangi biaya pemasaran dan menekan resiko dalam pengangkutan serta memperluas pasaran duku.

Fungsi informasi pasar merupakan kegiatan pengumpulan informasi pasar serta menafsirkan data mengenai produk duku yang diperlukan meliputi perkembangan harga, jenis dan kualitas duku pada setiap lembaga pemasaran yang diinginkan

konsumen. Selain itu informasi lain yang membantu pemasaran seperti lokasi produksi, lokasi konsumen, waktu dan jumlah barang yang diinginkan konsumen dan informasi lain yang dapat memperlancar penyaluran barang.


(55)

Struktur pasar merupakan karakteristik pasar duku yang menggambarkan hubungan antara penjual dan pembeli yang dapat dilihat dari jumlah lembaga pemasaran, diferensiasi produk duku dan kondisi pedagang untuk keluar masuk pasar.

Perilaku pasar merupakan tingkah laku lembaga pemasaran pada saluran pemasaran duku dalam menghadapi struktur pasar tertentu untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.

Keragaan pasar merupakan keadaan dimana akibat dari struktur pasar dan perilaku pasar dalam kenyataan yang ditunjukkan dengan harga, biaya dan volume produksi duku. Pada akhirnya akan memberikan baik atau tidaknya suatu sistem pemasaran. Keragaan pasar berhubungan dengan saluran pemasaran, producer share, marjin pemasaran dan Ratio Profit Margin.

Producer share adalah bagian dari harga konsumen yang diterima oleh petani duku sebagai produsen dan diukur dalam satuan persentase (%).

Marjin pemasaran adalah perbedaan harga pada tingkat produsen atau petani duku dengan harga di tingkat eceran (pengumpul dan pedagang) sampai konsumen, diukur dalam satuan Rp/Kg.

Nilai Ratio Profit Margin adalah nilai perbandingan keuntungan pada masing-masing lembaga dengan biaya-biaya pemasaran yang dikeluarkan pada lembaga tersebut, diukur dengan presentase (%).


(56)

B. Penentuan Lokasi, Responden dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) mengingat bahwa Kecamatan Katibung merupakan sentral produksi duku di Kabupaten Lampung Selatan dengan produksi sebesar 396,0 ton pada tahun 2011 (Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Selatan, 2011). Kecamatan Katibung memiliki 12 desa, dari 12 desa di Kecamatan Katibung dipilih dua desa sebagai lokasi penelitian, yaitu : Desa Babatan dan Desa Pardasuka. Desa tersebut dipilih karena memiliki produksi dan luas lahan areal duku terluas di Kecamatan Katibung (Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Selatan, 2011).

Responden penelitian adalah petani duku dan pedagang duku dalam berbagai tingkatan. Dari informasi prasurvey diketahui bahwa jumlah petani duku di Desa Babatan dan Desa Pardasuka adalah 50 petani duku, informasi ini didapatkan dari hasil wawancara dengan tokoh pertanian sekaligus sebagai salah satu pedagang pengumpul buah duku di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan. Selanjutnya, untuk lembaga

pemasaran yang diambil adalah yang terlibat secara langsung dalam kegiatan pemasaran duku di dua desa penelitian. Cara pengambilan sampel pedagang mengikuti alur

pemasaran walaupun informasi didapatkan dari antar pedagang. Dalam pelaksanaannya dilakukan wawancara terhadap (pedagang duku), selanjutnya yang bersangkutan

diminta untuk menyebutkan calon responden lainnya (petani). Hal ini dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh suatu rantai pemasaran. Pengumpulan data penelitian akan dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2013.


(57)

C. Jenis Data dan Metode Pengambilan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan cara pengumpulan data-data melalui wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah disiapkan sebelumnya, hasil pengamatan langsung di lapangan dan sumber data primer adalah petani responden dan pedagang responden. Data sekunder diperoleh dari literatur pada berbagai

lembaga/instansi yang terkait, di antaranya Badan Pusat Statistik, Dinas Pertanian, kantor kecamatan dan desa, hasil penelitian terdahulu dan sumber pustaka yang relevan.

D.Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif (deskriptif) dan kuantitatif. Analisis kualitatif (deskriptif) digunakan untuk menjawab tujuan pertama dan kedua. Tujuan pertama dianalisis dengan menggunakan pendekatan fungsi-fungsi lembaga pemasaran, sedangkan tujuan kedua dianalisis secara kualitatif (deskriptif) dan kuantitatif, melalui pendekatan organisasi pasar. Analisis kualitatif (deskriptif) digunakan untuk

mengetahui struktur pasar dan perilaku pasar, sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui efisiensi pemasaran melalui analisis producer share, marjin

pemasaran dan ratio profit marjin (merupakan bagian dari keragaan pasar). 1. Fungsi-Fungsi Lembaga Pemasaran

Fungsi pemasaran merupakan pengusahakan agar pembeli atau konsumen memperoleh barang yang diinginkan pada tempat, waktu dan harga yang tepat. Penelaahan


(58)

dinamakan pendekatan fungsi. Pendekatan ini dianalisis pada tiap tingkat lembaga pemasaran baik dari petani, pedagang pengumpul, pedagang pengumpul besar, maupun pedagang pengecer. Setiap lembaga akan menjalankan fungsinya masing-masing. Pendekatan ini terdiri atas tiga fungsi utama, yaitu :

 Fungsi pertukaran yang terjadi pada sistem pamasaran duku terkait dengan kegiatan yang memperlancar perpindahan produk duku dari petani ke konsumen melalui pedagang perantara. Hal ini berhubungan langsung dengan fungsi pembelian dan fungsi penjualan.

- Fungsi penjualan : pendekatan pada fungsi ini dapat dianalisis melalui seberapa besar pengelolaan sistem pemasaran yang dilakukan oleh masing-masing lembaga pemasaran produk duku untuk mempertahankan permintaan pasar terhadap produk duku pada tingkat harga yang berlaku.

- Fungsi pembelian : pendekatan pada fungsi ini dapat dianalisis melalui

pengamatan mengenai manajemen penyediaan produk duku pada tiap lembaga pemasaran untuk dijual kembali pada lembaga selanjutnya dalam sistem pemasaran duku yang ada. Hal ini berkaitan dengan kualitas dan kuantitas produk duku yang akan dibeli serta frekuensi pembelian duku. Manajemen penyediaan produk duku dilakukan untuk mengurangi resiko yang ada karena duku merupakan komoditi yang mudah rusak.

 Fungsi fisik adalah semua kegiatan dalam pemasaran produk duku dengan melihat fungsi pengangkutan, fungsi pengemasan, fungsi penyimpanan dan fungsi

pengolahan yang mengakibatkan kegunaan bentuk, tempat dan waktu. Analisis ini dilihat pada masing-masing lembaga pada saluran pemasaran duku.


(59)

- Fungsi pengangkutan : pendekatan pada fungsi ini dilihat dari semua kegiatan perencanaan seperti menentukan volume duku, waktu pengangkutan dan jenis alat angkut yang digunakan dalam proses perpindahan produk duku yang mendukung sistem pemasaran tersebut.

- Fungsi pengemasan : pendekatan ini dilihat dari kegiatan pengemasan yang dilakukan oleh lembaga pemasaran sebelum dilakukan fungsi pengangkutan. - Fungsi penyimpanan : pendekatan ini dilihat dari kegiatan penyimpanan yang

digunakan untuk memperkecil fluktuasi harga antar musim panen dan musim paceklik, serta mengatur keseimbangan penawaran.

- Fungsi pengolahan : pendekatan pada fungsi ini dapat dianalisis melalui pengamatan mengenai pengelolaan produk duku pada setiap lembaga pemasaran.

 Fungsi fasilitas adalah semua kegiatan yang memperlancar proses pertukaran produk duku yang terjadi antara produsen dengan konsumen melalui pedagang perantara.

Fungsi ini terdiri dari beberapa pendekatan fungsi, yaitu :

- pembiayaan : pendekatan pada fungsi ini dapat dilihat melalui bagaimana lembaga tersebut dapat melakukan penyediaan dana dan kredit bagi pelaku pemasaran

- penanggungan resiko : analisis pada fungsi ini dapat dilihat dari bagaimana lembaga pemasaran melakukan strateginya untuk menangani resiko yang mungkin akan terjadi seperti kerusakan produk duku, kebakaran gudang, kehilangan dan penurunan harga duku. Penanggulangan resiko dilakukan agar


(60)

lembaga pemasaran masih dapat terus memperluas pasar serta membayar semua biaya pemasaran

- standarisasi : analisis pada fungsi ini melihat semua kegiatan yang dilakukan lembaga pemasaran duku mengenai penentuan mutu duku yang akan dipasarkan seperti warna, ukuran, bentuk, tingkat kematangan dan rasa.

- grading : analisis ini dapat dilihat melalui penggolongan produk yang dilakukan oleh masing-masing lembaga menurut standardisasi yang telah ditentukan - informasi pasar : pendekatan pada fungsi ini dilihat dari bagaimana cara

pengumpulan suatu informasi pasar oleh masing-masing lembaga serta penafsiran atau pengelolaan data infromasi pasar yang telah didapatkan.

2. Struktur Pasar

Struktur pasar merupakan karakteristik organisasi pasar yang menggambarkan hubungan antara penjual dan pembeli yang dapat dilihat dari jumlah lembaga

pemasaran, diferensiasi produk dan kondisi keluar masuk pasar. Analisis ini dilakukan secara deskriptif dengan cara melakukan metode wawancara kepada responden dalam sampel penelitian. Pada analisis struktur pasar dilihat berapa jumlah populasi pada tiap lembaga pemasaran sehingga dapat di kelompokkan dalam bentuk apakah pasar produk duku di Kecamatan Katibung, seperti : pasar bersaing sempurna, monopoli, oligopoli, monopsoni atau oligopsoni.

3. Perilaku Pasar

Perilaku pasar merupakan tingkah laku lembaga pemasaran dalam menghadapi struktur pasar tertentu untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Analisis ini


(61)

dilakukan secara deskriptif dengan cara melakukan metode wawancara kepada responden dalam sampel penelitian. Perilaku pasar akan menentukan keragaan pasar yang dapat diukur dari harga jual duku, biaya pemasaran dan jumlah duku yang

diperdagangkan. Perilaku pasar dapat diketahui melalui pengamatan terhadap penjualan dan pembelian yang dilakukan tiap lembaga pemasaran, sistem penentuan harga dan pembayaran, serta kerjasama diantara berbagai lembaga pemasaran.

4. Keragaan Pasar

Keragaan pasar adalah suatu gejala pasar yang tampak sebagai akibat dari interaksi antara struktur pasar dan perilaku pasar. Banyaknya lembaga yang terlibat dalam suatu saluran pemasaran dipengaruhi oleh jarak dari produsen ke konsumen, sifat komoditas, skala produksi dan konsumen akan mengakibatkan relatif panjangnya saluran

pemasaran serta banyaknya aktivitas bisnis yang dilakukan, skala produksi dan

kekuatan modal yang dimiliki. Dalam penelitian ini keragaan pasar akan dilihat melalui indikator Pangsa Produsen (producer share), Marjin Pemasaran dan Ratio Profit Margin (RPM).

(a) Pangsa Produsen (producer share)

Analisis pangsa produsen digunakan untuk mengetahui bagian harga yang diterima produsen (petani duku), yang telah dinyatakan dalam presentase. Semakin tinggi pangsa produsen maka kinerja pasar semakin baik dari sisi produsen.


(62)

Pangsa produsen dapat diukur dengan rumus :

PS = Pf x 100 ... (1) Pr

Keterangan :

PS = Bagian harga duku yang diterima produsen Pf = Harga duku di tingkat produsen

Pr = Harga duku di tingkat konsumen

(b) Marjin Pemasaran

Marjin pemasaran adalah perbedaan harga pada tingkat usahatani (Pf) dengan harga di tingkat eceran atau konsumen (Pr) (Hasyim, 2012). Secara matematis perhitungan margin dirumuskan sebagai berikut :

mji = Psi –Pbi, atau mji = bti + πi ...(2) dan total marjin pemasaran adalah:

n

Mji = ∑ mji atau Mji = Pr – Pf ...(3) i = 1

(c) Ratio Profit Margin (RPM)

Nilai RPM yang relatif menyebar merata pada berbagai tingkat lembaga pemasaran merupakan cerminan dari sistem pemasaran yang efisien. Jika selisih RPM antar lembaga pemasaran sama dengan nol maka sistem pemasaran tersebut efisien dan jika selisih efisien antar lembaga pemasaran tidak sama dengan nol, maka sistem pemasaran tidak efisien (Azzaino, 1982).


(63)

Ratio profit margin (RPM) :

RPM =

π

i ...(4) bti

Keterangan :

mji = marjin lembaga pemasaran tingkat ke-i

Psi = harga penjualan lembaga pemasaran tingkat ke-i Pbi = harga pembelian lembaga pemasaran tingkat ke-i Bti = biaya pemasaran lembaga pemasaran tingkat ke-i Πi = keuntungan lembaga pemasaran tingkat ke-i Mji = total margin pemasaran

Pr = harga pada tingkat konsumen Pf = harga pada tingkat usahatani


(64)

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan. Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Selatan (2011) diketahui bahwa Kecamatan Katibung terbentuk dari program pemekaran Kecamatan Sidomulyo yang berstatus perwakilan Kecamatan Katibung, berdasarkan surat keputusan Gubenur Kepala Daerah Tingkat I Lampung Nomor :

G/305/B.II/HK/1990, pada tanggal 27 Agustus 1990, dengan persetujuan Menteri Dalam Negeri nomor: 138/1443/FUOD/1991. Selanjutnya, berdasarkan Perda Nomor : 42 Kabupaten Lampung Selatan pada tanggal 26 Februari 2000, Kecamatan Perwakilan Katibung diresmikan menjadi kecamatan definitif yaitu Kecamatan Katibung dengan 12 desa. Secara geografis berjarak 55 km dari ibukota provinsi dan 25 km dari ibukota Kabupaten Lampung Selatan.

Kecamatan Katibung terdiri dari 12 desa, yaitu: Desa Tarahan, Karya Tunggal, Babatan, Pardasuka, Sukajaya, Tanjungratu, Tanjungagung, Tanjungan, Trans Tanjungan, Neglasari, Rangai Tri Tunggal dan Sidomekar. Secara administratif Kecamatan Katibung memiliki batas wilayah, yaitu :

- sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Merbau Mataram Kabupaten Lampung Selatan


(65)

- sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Way Sulan Kabupaten Lampung Selatan

- sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan

- sebelah Barat berbatasan dengan Kota Bandar Lampung

B. Topografi, Iklim dan Tata Guna Lahan

Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Selatan (2011) menyatakan bahwa topografi wilayah Kecamatan Katibung bervariasi dan terdiri dari dataran rendah 75%, dataran tinggi 20% dan perbukitan 5%, Iklim temperatur di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut dari permukaan air laut dan jaraknya dari pantai. Dengan iklim temperatur berkisar antara 20– 30o C, kelembapan rata-rata 21o C. jenis tanah pun berbeda-beda, yaitu : latosal, pasir dan patolit, dengan curah hujan rata-rata sebesar 1,305 ml/thn.

Kecamatan Katibung memiliki jenis dan penggunaan lahan yang beragam, didominasi oleh lahan kering kurang lebih 55,44% luas wilayah, disusul oleh lahan perkebunan 17,21% dan lahan yang tidak diusahakan sebesar 11,85% . Komposisi jenis dan penggunaan lahan di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada Tabel 6.


(1)

11


(2)

(3)

(4)

12


(5)

(6)