b. Frustrasi: gagal mencapai tujuan kepuasaan atau saat marah dan tidak dapat menemukan alternatif.
c. Pasif: merasa tidak dapat mengungkapkan perasaannya, tidak berdaya dan menyerah Agresif: mengekspresikan marah secara fisik, tapi masih terkontrol, mendorong orang
lain dengan ancaman. d. Kekerasan: perasaan marah dan bermusuhan yang kuat dan hilang kontrol, disertai amuk,
merusak lingkungan. Menurut Kring Fischer, 2000 ada perbedaan dalam mengekspresikan kemarahan antara
laki-laki dan perempuan, tetapi perbedaan-perbedaan ini biasanya terjadi dalam cara mengekspresikannya bukan dalam frekuensi sering atau tidaknya marah tersebut terjadi. Secara
rinci, laki-laki lebih banyak melakukan serangan kepada benda atau orang lain secara fisik dan verbal, sedangkan perempuan lebih sering menangis saat mereka marah. Laki-laki juga lebih
percaya diri dalam mengekspresikan kemarahan mereka kepada laki-laki yang lain daripada perempuan. Begitu pula dengan perempuan, mereka lebih percaya diri dalam mengekspresikan
kemarahan mereka kepada sesama perempuan daripada laki-laki.
B. TIPE MARAH
a. Marah kedalam atau implisit anger in yaitu rasa marah yang diarahkan ke dalam diri sendiri yang mengakibatkan depresi dan kebencian yang ditahan.
b.
Marah keluar atau eksplisit anger out yaitu rasa marah yang diarahkan kepada orang atau benda lain yang merupakan pengekspresian dari perasaan benci dan permusuhan yang
tertahan.
C. CARA MENGEKSPRESIKAN MARAH
a. Repression b. Displacement
c. Controlling d. Suppression
e. Quiet Crying f. Assertive Confronttation
g. Overreaction
D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELOLAAN EMOSI MARAH
Menurut Goleman 2000 ada dua faktor yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk dapat mengendaliakan emosi marah, yaitu faktor keluarga dan lingkungan sosial. Faktor-
faktor tersebut diyakini oleh penulis sebagai faktor yang menyebabkan tidak adanya perbedaan pengendalian emosi marah antara laki-laki dan perempuan pada masa dewasa awal. Penulis
berpendapat bahwa faktor keluarga dan lingkungkan sosial yang dimiliki oleh 15 subjek adalah baik dan subjek yang merupakan mahsiswa penerima beasiswa sehingga subjek dapat menjaga
sikap dan emosi marahnya dengan baik.
Hurlock 2004 dalam teorinya mengatakan bahwa kata adult berasal dari bahasa Latin, yang berarti tumbuh menjadi dewasa, jadi orang dewasa adalah individu yang telah
menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya. Subjek dalam penelitian ini sudah termasuk dalam kategori dewasa
meskipun termasuk dalam kategori dewasa awal, mereka memiliki masalah yang harus mereka hadapi, yaitu memikirkan tentang perkuliahan dan pekerjaan serta masa depan yang akan mereka
hadapi kelak. Namun, dengan memiliki pengendalian emosi marah yang baik maka dapat dikatakan bahwa subjek sudah bisa terjun ke dalam masyarakat dan tidak akan menimbulkan
masalah yang dikaitkan dengan emosi marahnya.
Faktor yang mempengaruhinya yaitu : a. Keluarga
b. Lingkungan Sosial
E. ASPEK PENGELOLAAN EMOSI
a. Mengenali emosi marah b. Mengendalikan emosi marah
c. Meradakan amarah d. Mengungkapkan amarah
F. PENGENDALIAN EMOSI MARAH
Pengendalian emosi marah Anger management adalah suatu tindakan yang mengatur pikiran, perasaan, nafsu marah dengan cara yang tepat dan positif serta dapat diterima secara
sosial, sehingga dapat mencegah sesuatu yang buruk terjadi baik pada diri sendiri maupun orang lain. Seseorang tidak bisa melepaskan atau menghindari sesuatu atau orang lain yang membuat
mereka marah, juga tidak bisa mengubahnya, tapi seseorang tersebut dapat belajar untuk mengontrol reaksi yang akan diberikan terhadap hal-hal tersebut Holloway, 2003. Menurut
American Psychological Association Bast, 2011 ada beberapa cara untuk mengendalikan emosi marah pada saat berada dalam situasi yang tidak menyenangkan, yaitu:
a. Relaksasi
Melakukan relaksasi sederhana, bernafas dengan dalam namun santai, dapat membantu menenangkan perasaan marah. Melakukan relaksasi ini dapat dilakukan dengan menarik
nafas dalam-dalam dari diafragma, bayangkan nafas datang dari dalam diri. Perlahan-lahan
ulangi kata atau frase menenangkan seperti, santai atau tenang saja, terus ulangi sambil mengambil nafas yang dalam. Selain itu dapat juga dilakukan dengan cara memvisualisasikan
pengalaman santai dari memori atau imajinasi, yoga dan kegiatan serupa juga dapat mengendurkan otot dan menenangkan diri. Dengan mempraktekkan teknik tersebut sehari-
hari maka jika kita berada dalam situasi tegang atau marah kita juga dapat menggunakan teknik ini. Berikut ini adalah macam-macam teknik relaksasi menurut Miltenberger 2004,
yaitu, Relaksasi otot progresif Progressive muscle relaxation, Pernafasan Diaphragmatic Breathing, Meditasi Attention-focusing Exercises, Relaksasi Perilaku Behavioral
relaxation Training.
b. Cognitive Restructuring Sederhananya, cognitive restructuring berarti mengubah cara berpikir. Bila sedang marah,
pikiran bisa terlalu dramatis. Ketika ada sesuatu yang tidak beres, seseorang mungkin mengatakan pada dirinya, Semuanya hancur, dengan cognitive restructuring, seseorang
dapat mengganti pikiran-pikiran negatif dengan yang lebih masuk akal atau positif. Mungkin seseorang dapat mengatakan kepada diri sendiri sebagai gantinya, Ini membuat frustrasi, tapi
itu bukan akhir dari dunia.. Salah satu strategi untuk melakukan cognitive restructuring adalah dengan menghindari kata-kata seperti tidak pernah atau selalu ketika berbicara
tentang diri sendiri atau orang lain.
c. Problem-Solving Kadang-kadang kemarahan dan frustrasi adalah hasil dari masalah yang sangat nyata dan tak
terhindarkan dalam hidup kita. Kemarahan dapat menjadi respon, sehat dan alami dari kesulitan ini. Beberapa orang memiliki keyakinan budaya bahwa setiap masalah ada
solusinya. Keyakinan yang menambah frustrasi mereka ketika mereka tahu bahwa hal ini tidak selalu benar. Jika anda tidak dapat menemukan solusi, fokus pada bagaimana
menangani dan menghadapi masalah. Buatlah rencana dan memeriksa kemajuan anda sepanjang jalan, dengan menggunakan panduan untuk manajemen pengorganisasian atau
waktu jika diperlukan. Berikan yang terbaik, tapi jangan menghukum diri sendiri jika anda tidak menemukan jawaban dengan segera.
d. Komunikasi yang lebih baik Orang yang marah cenderung untuk menarik kesimpulan yang terlalu megada-ada. Jika anda
berada dalam diskusi panas, sebaiknya anda mendengarkan dengan cermat apa yang dikatakan orang lain, kemudian mengambil waktu sebelum anda menjawab. Jangan
mengatakan hal pertama yang muncul di kepala anda, pikirkan baik-baik tentang apa yang akan anda katakan. Menurut Uripni, dkk 2003, ada dua jenis komunikasi, yaitu komunikasi
verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai alat sehingga komunikasi verbal ini sama artinya dengan komunikasi
kebahasaan.Sedangkan komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang tidak meggunakan bahasa lisan maupun tulisan, tetapi menggunakan bahasa kial, bahasa gambar, dan bahasa
tubuh.
e. Humor Humor identik dengan segala sesuatu yang lucu, yang membuat orang tertawa. Dalam
Ensiklopedia Indonesia, seperti yang dinyatakan oleh Setiawan Rahmanadji, 2007, humor itu kualitas untuk menghimbau rasa geli atau lucu, karena keganjilannya atau
ketidakpantasannya yang menggelikan, paduan antara rasa kelucuan yang halus di dalam diri manusia dan kesadaran hidup yang iba dengan sikap simpatik. Humor dibagi menjadi dua
macam, yaitu humor verbal dan humor konseptual. Humor verbal adalah humor yang memakai aspek bahasa, baik secara lisan maupun tulisan untuk memberikan efek lucu
terhadap sesuatu. Sedangkan humor konseptual adalah humor yang melibatkan konsep atau ide yang dianggap lucu tanpa menggunakan aspek bahasa untuk menyampaikan kesan lucu
Jensen,2009. Ada beberapa faktor yang diidentifikasi mempengaruhi kemampuan seseorang dalam mengendalikan emosi marah Goleman, 2000, yaitu:
a Keluarga
Kehidupan keluarga merupakan sekolah pertama untuk mempelajari emosi. Oleh karena itu, keluarga memiliki peran yang sangat penting. Di dalam keluarga, anak belajar
bagaimana merasakan perasaannya sendiri, bagaimana orang lain menanggapi perasaannya, bagaimana berpikir tentang perasaannya dan pilihan-pilihan apa yang ia
miliki untuk bereaksi, serta bagaimana mengungkapkan perasaannya terhadap orang lain.
b Lingkungan Sosial c Lingkungan sosial mencakup lingkungan sekolah, yaitu pendidikan yang mereka dapat di
sekolah, hubungan dengan teman-temannya, serta bagaimana sikap pengajar. Lingkungan sosial, terutama teman sebaya peers group merupakan kumpulan orang-orang lain yang
cukup berpengaruh terhadap perkembangan emosi anak. Jadi secara tidak langsung lingkungan sosial juga membantu anak untuk mencapai kematangan emosi.
G. TERAPI ANGER MANAGEMENT