THE IMPACT OF REGIONAL EXPANSION ON WELFARE IN LAMPUNG UTARA REGENCY DAMPAK PEMEKARAN WILAYAH TERHADAP KESEJAHTERAAN DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA

ABSTRACT

THE IMPACT OF REGIONAL EXPANSION ON WELFARE IN LAMPUNG
UTARA REGENCY

By
Susanti1, Toto Gunarto2, Yurni Atmadja2

This research aim to analyze the impact of regional expansion according to the
experts and according to peoples on welfare in Lampung Utara Regency as main
regency after experiencing three times expansion with Lampung Barat Regency,
TulangBawang Regency, and Way Kanan Regency. This research use primary data
and secondary data. To view the perceptions of the experts on the impact of regional
expansion we use AHP (Analysis Hierarchi Proces). AHP is used to see where the
impact of the higher priority of the impacts of existing regional expansion,then
compared with the public perception of how the impact of the regional expansion on
the welfare.

The results shows that there was a shift after the expansion of economic structure in
Lampung Utara Regency, from agriculture to manufacturing industry. This thing
inflictthe welfarein Lampung UtaraRegency has increased.The results of calculation

using the AHP shows that the experts argue that the most important impact of the
expansion is economic welfare. Meanwhile the public feel that after expansion
happen, it turns improving the quality of infrastructure more dominant than the
economic welfare.

Key words: The Impact of Regional Expansion, Welfare, Main Regency, Priority

1
2

Alumni of Magister of EconomicEconomyand Business Faculty Lampung University
Lecturer of Magister of Economic Economy and Business Faculty Lampung University

ABSTRAK
DAMPAK PEMEKARAN WILAYAH TERHADAP KESEJAHTERAAN
DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA
Oleh
Susanti1, Toto Gunarto2, Yurni Atmadja2

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak pemekaran wilayah

menurut pakar dan menurut masyarakat terhadap kesejahteraan di Kabupaten
Lampung Utara sebagai Kabupaten induk setelah mengalami tiga kali pemekaran
yaitu dengan Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten Tulang Bawang dan
Kabupaten Way Kanan. Penelitian ini menggunkan data primer dan data
sekunder. Untuk melihat persepsi pakar mengenai dampak pemekaran wilayah
digunakan alat analisis AHP (Analisys Hierarchi Proses), alat ini digunakan untuk
melihat dampak mana yang lebih prioritas dari dampak-dampak pemekaran
wilayah yang ada, kemudian dibandingkan dengan persepsi masyarakat
bagaimana dampak pemekaran wilayah terhadap kesejahteraan.
Hasil penelitian ini menunjukkan setelah pemekaran ada pergeseran struktur
ekonomi di Kabupaten Lampung Utara yaitu dari pertanian menjadi industri
pengolahan, kesejahteraan Kabupaten Lampung Utara mengalami peningkatan.
Hasil penghitungan menggunakan alat AHP yaitu para pakar berpendapat bahwa
dampak yang paling utama dari pemekaran yaitu kesejahteraan ekonomi
Sementara masyarakat merasakan setelah pemekaran ternyata peningkatan
kualitas infrastruktur lebih dominan daripada kesejahteraan ekonomi.
Kata kunci : Dampak Pemekaran Wilayah, Kesejahteraan, Kabupaten Induk, Prioritas

1
2


Alumni Magister Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
Dosen Magister Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi tanggal 8 Januari 1980 sebagai anak ke lima dari
lima bersaudara dari pasangan bapak Hi. Choiruddin. ZA dan ibu Maryani.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Negeri 1 Gapura pada tahun
1992, Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Kotabumi pada tahun 1995, dan
Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Kotabumi pada tahun 1998. Pada tahun 2001
penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ragam Tunas
Lampung jurusan Manajemen dan diselesaikan pada tahun 2005.
Pada Tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan ke Program Magister Ilmu
Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung. Penulis saat ini
menjabat sebagai Kepala Seksie Penempatan dan Pembinaan Transmigrasi pada
Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Lampung Utara.

Puji Syukur kepada Allah SWT atas terselesainya studiku dan
Kupersembahkan karyaku ini untuk

Suami, kedua anak-anakku tercinta dan kedua orang tuaku atas segala
pengorbanan, doa, kesabaran dan kasih sayang yang tak ternilai yang telah
diberikan selama ini.
Orang-orang tercinta yang selalu mendukung dan memberikan doa atas semua
yang telah kucapai selama ini.
Almamaterku Magister Ilmu Ekonomi Unila

SANWACANA

Bismillahirohmanirrohim
Alhamdulilahirobbilal’amin segala puji kepada Alloh SWT atas segala berkah
rahmat dan nikamat Nya jualah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
ini. Salawat dan salam senantiasa kita panjatkan kepada Nabi Besar Muhammad
SAW.
Dalam penyelesaian tesis yang berjudul “Dampak Pemekaran Wilayah
Terhadap Kesejahteraan di Kabupaten Lampung Utara” banyak pihak yang
telah memberikan sumbangsih, bantuan, nasihat, saran-saran yang membangun,
karena itu dengan rendah hati penulis menyampaikan terimakasih yang tidak
terhingga kepada :
1.


Dr. Toto Gunarto, S.E., M.Si., sebagai Pembimbing Pertama dan sebagai
dosen Pembimbing Akademik atas bimbingan, arahan dan nasehatnya.

2.

Bapak Yurni Atmadja, S.E., M.Si., sebagai Pembimbing Kedua atas
bimbingan, arahan dan nasehatnya.

3.

Dr. I Wayan Suparta, S.E., M.Si., sebagai dosen pembahas pertama dan
sebagai Ketua Program Studi Magister Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Lampung atas semua saran, kritik, bantuan dan bimbingan
yang sangat besar.
4.

Dr. Saimul, S.E., M.Si., sebagai dosen pembahas kedua atas semua saran,
kritik, bantuan dan bimbingan yang sangat besar.


5.

Prof. Dr. Satria Bangsawan, SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Lampung.

6.

Bapak Sahidin, S.E., mbak Leni dan seluruh karyawan-karyawan di Program
Studi Magister Ilmu Ekonomi.

7.

Suamiku, D. Adrians. N, S.T., M.T., putraku Muhammad Imam Widyadhana
Al Adrians, putriku Permatahati Widyadhana Az Zahra, terimakasih atas
dukungan moril, materil, doa, dan semangat serta kesabaran sehingga bunda
dapat menyelesaikan pendidikan ini.

8.


Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Hi. Choiruddin ZA dan Ibu Maryani.
Bapak dan Ibu Mertuaku tercinta Bapak Hi. Nadirsyah Ibrahim, B.Sc., dan
Ibu Hj. Sucihati Yusuf S.Pd.i., juga kakak-kakakku tercinta, terimakasih
untuk doa, dukungan, kasih sayang dan kesabaran selama ini.

9.

Saudaraku Magister Ilmu Ekonomi angkatan pertama Ahmad Sentri, S.E.,
makasih untuk semua bantuan, dorongan dan semangat, teman seperjuangan
Risa Santhia Putri, S.E., terimakasih untuk kebersamaan khususnya di masa
awal bimbingan, Hellen Anggraeni, S.E., M.Si., untuk bantuan dan
motivasinya, Prayudha Ananta, S.E.,M.Si., Tanti Nugrahani, S.E., Rizal Endi,
S.E., Resha Moniyana, S.E., terimakasih untuk bantuan dan dorongannya,
Wularndari Ekita Putri, S.AB., Deris Desmawan, S.E., Tika Irmaya Sari, S.E.,
Dwi Puspita, S.Kom., Agung Wihandoko, S.E., Fajri Herlambang, S.E.,

Rahmad Ramadhan, S.B., dan Rio Ponco Indrajid, S.E., atas kebersamaan
yang singkat namun bermakna selama menyelesaikan studi di Program
Magister Ilmu Ekonomu Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang telah
diberikan dan tetap menanamkan semangat untuk berbuat baik dalam diri kita,
semoga karya kecil yang masih jauh dari kesempurnaan ini dapat memberikan
manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Akhirnya, penulis meminta maaf
jika ada kesalahan dan kepada Allah SWT penulis mohon ampun.
Bandar Lampung, 12 Juni 2014
Penulis,

Susanti

DAFTAR ISI
Halaman
Daftar Isi.........................................................................................................
i
Daftar Tabel....................................................................................................

ii

Daftar Gambar................................................................................................


iii

I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...............................................................................

1

1.2. Masalah Penelitian.........................................................................

11

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian...................................................

11

1.4. Kerangka Pemikiran.......................................................................

12

1.5. Dugaan Penelitian..........................................................................


14

1.6. Ruang Lingkup Penelitian..............................................................

14

II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................

15

2.1. Uraian Teoritis Pemekaran Wilayah..............................................

15

2.1.1. Pengertian Wilayah..............................................................

15

2.1.2. Konsep Pemekaran Wilayah................................................


16

2.1.3. Dampak Pemekaran Wilayah...............................................

23

2.2. Kebijakan Pemekaran Wilayah.....................................................

24

2.3. Pembangunan Perekonomian Wilayah..........................................

30

2.3.1. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi...........................

30

2.3.2. Perekonomian Wilayah........................................................

31

2.4. Kesejahteraan Masyarakat.............................................................

32

i

III

METODOLOGI PENELITIAN...........................................................

35

3.1. Jenis dan Sumber Data..................................................................

35

3.1.1. Data Primer...........................................................................

35

3.1.2. Data Sekunder......................................................................

35

3.2. Metode Pengambilan Sampel........................................................

35

3.2.1. Karakteristik Responden......................................................

36

3.3. Metode Pengumpulan Data...........................................................

37

3.4. Variabel Penelitian........................................................................

37

3.5. Metode Analisis.............................................................................

37

3.5.1. Analisis Hierarki Proses.......................................................

37

3.5.2. Analisis deskriptif Persepsi Masyarakat Terhadap

IV

Kesejahteraan.......................................................................

42

PEMBAHASAN...................................................................................

44

4.1. Perekonomian dan Kesejahteraan..................................................

44

4.2. Hasil Penghitungan AHP...............................................................

47

4.3. Hasil Penelitian Terhadap Masyarakat..........................................

51

4.3.1. Persepsi Masyarakat mengenai Kinerja Infrastruktur..........

51

4.3.2. Persepsi Masyarakat Mengenai Kinerja Aparatur................

56

4.3.3. Persepsi Masyarakat mengenai Perekonomian dan
Kesejahteraan.......................................................................

62

V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................

66

5.1. Kesimpulan....................................................................................

66

5.2. Saran..............................................................................................

67

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................

58

LAMPIRAN....................................................................................................

60

i

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.

Kontribusi sektor-sektor PDRB Tahun 1995-2000 sebelum
pemekaran dengan Way Kanan...............................................

Tabel 2.

Kontribusi sektor-sektor PDRB Tahun 2001-2010 sebelum
pemekaran dengan Way Kanan...............................................

Tabel 3.

Tabel 4.

7

7

Indeks Pembangunan Manusi (IPM) Kab. Lampung Utara
Tahun 2002-2010....................................................................

9

Jumlah Penduduk Miskin Lampung Utara Tahun

9

2005 - 2012.............................................................................
Tabel 5.

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lampung Utara Tahun
2000 - 2008..............................................................................

10

Tabel 6.

Sistem Urutan Saaty Untuk Hirarki Proses.............................

40

Tabel 7.

Indikator Dalam Kuisioner Penelitian.....................................

42

Tabel 8.

Indeks Pemabangunan Manusia (IPM) Kab. Lampung Utara
dibandingkan Kabupaten yang dimekarkannya Tahun 2002 2010.........................................................................................

Tabel 9.

Persentase Penduduk Miskin Lampung Utara dibandingkan
Kabupaten yang dimekarkannya tahun 2005 – 2011...............

Tabel 10.

46

46

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lampung Utara dan
Kabupaten-Kabupaten yang dimekarkannya...........................

ii

47

DAFTAR GAMBAR
Gambar
1
Kerangka Pemikiran Dampak Pemekaran Wilayah Terhadap

Halaman

Kesejahteraan di Kabupaten Lampung Utara.....................................
2

3

13

Analisis Hirarki Proses untuk Dampak Pemekaran
Wilayah................................................................................................

41

AHP untuk dampak pemekaran Daerah Kabupaten Lampung

49

Utara....................................................................................................
4

Prioritas Perekonomian Daerah...........................................................

49

5

Kinerja Keuangan dan Pembangunan Daerah.....................................

50

6

Prioritas Pelayanan Publik...................................................................

50

7

Prioritas Kinerja Aparatur..................................................................

51

8

Tabulasi Jawaban Responden Perkotaan Mengenai Kinerja
Infrastruktur........................................................................................

9

Tabulasi Jawaban Responden Desa Tidak Tertinggal Mengenai
Kinerja Infrastruktur...........................................................................

10

62

Tabulasi Jawaban Responden Desa Tidak Tertinggal Mengenai
Kinerja Kesejahteraan..........................................................................

16

60

Tabulasi Jawaban Responden Perkotaan Mengenai Kinerja
Kesejahteraan.......................................................................................

15

58

Tabulasi Jawaban Responden Desa Tertinggal Mengenai Kinerja
Aparatur..............................................................................................

14

57

Tabulasi Jawaban Responden Desa Tidak Tertinggal Mengenai
Kinerja Aparatur..................................................................................

13

55

Tabulasi Jawaban Responden Perkotaan Mengenai Kinerja
Aparatur.............................................................................................

12

53

Tabulasi Jawaban Responden Desa Tertinggal Mengenai Kinerja
Infrastruktur.......................................................................................

11

52

63

Tabulasi Jawaban Responden Desa Tertinggal Mengenai Kinerja
Kesejahteraan.......................................................................................

iii

65

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas
daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi dibagi atas Kabupaten/Kota yang
masing-masing mempunyai pemerintahan daerah untuk menjalankan otonomi
daerah seluas-luasnya.

Berdasarkan

Undang-undang

Nomor

32

tahun

2004

tentang

pemerintahan daerah pembentukan daerah pada dasarnya bertujuan untuk
meningkatkan

pelayanan

publik

guna

mempercepat

terwujudnya

kesejahteraan masyarakat. Pembentukan daerah dapat berupa pemekaran dari
satu daerah menjadi dua daerah atau lebih, atau penggabungan daerah yang
bersandingan, atau penggabungan beberapa daerah.

Proses pembentukan daerah sesuai Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 78 Tahun 2007 tentang tata cara pembentukan,
penghapusan dan penggabungan daerah menyatakan bahwa pembentukan
daerah didasari pada 3 (tiga) persyaratan, yakni administratif, teknis dan fisik
kewilayahan. Persyaratan administratif didasarkan atas aspirasi sebagian

2

besar masyarakat setempat untuk ditindaklanjuti oleh pemerintah daerah
dengan melakukan kajian daerah terhadap rencana pembentukan daerah.
Persyaratan secara teknis didasarkan pada faktor kemampuan ekonomi,
potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, kependudukan, luas daerah,
pertahanan keamanan, dan faktor lain yang memungkinkan terselenggaranya
otonomi daerah. Adapun faktor lain tersebut meliputi pertimbangan
kemampuan keuangan, tingkat kesejahteraan masyarakat, dan rentang kendali
penyelenggaraan pemerintahan. Persyaratan fisik kewilayahan dalam
pembentukan daerah meliputi cakupan wilayah, lokasi calon ibukota, sarana
dan prasarana pemerintahan.

Dengan persyaratan dimaksud diharapkan agar daerah yang baru
dibentuk dapat tumbuh, berkembang dan mampu menyelenggarakan otonomi
daerah dalam rangka meningkatkan pelayanan publik yang optimal guna
memepercepat

terwujudnya

kesejahteraan

masyarakat

dan

dalam

memperkokoh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tujuan
dilakukannya pemekaran daerah adalah untuk membuka peluang-peluang
baru bagi upaya pemberdayaan masyarakat, dan meningkatkan intensitas
pembangunan guna mensejahterakan masyarakat, selain itu dengan adanya
pemekaran daerah maka tuntutan akan mutu dari pelayanan yang diberikan
pemerintah makin meningkat.

Pemekaran daerah dalam arti pembentukan Kabupaten dan Kota,
hendaknya

juga

ditujukan

untuk

memacu

terbentuknya

pusat-pusat

pertumbuhan ekonomi baru yang akan membawa dampak pada peningkatan

3

pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, memperpendek jalur birokrasi,
memperpendek rentang kendali, juga memberikan kemungkinan terbukanya
isolasi-isolasi daerah yang terpencil. Pemekaran daerah merupakan suatu
strategi yang dapat dilakukan ketika wilayah pelayanan telah menjadi terlalu
luas, sehingga pemerintah tidak bisa optimal melaksanakan tugas-tugasnya
termasuk dalam rangka pelayanan publik kepada masyarakat secara baik.
Dalam pembentukan daerah, tidak boleh mengakibatkan daerah induk tidak
mampu menyelenggarakan otonomi daerah, dengan demikian baik daerah
yang dibentuk maupun daerah induknya harus mampu menyelenggarakan
otonomi daerah, sehingga tujuan pembentkan daerah dapat terwujud.

Menurut Afriani, dkk (2012), studi kasus di Kabupaten Tana Toraja
bahwa dampak pemekaran daerah sudah baik di Kabupaten ini daerah induk
sudah layak untuk dimekarkan baik dari segi kinerja perekonomian daerah,
kinerja keuangan pemerintah daerah, kinerja pelayanan publik dan kinerja
aparatur pemerintah daerah. Senada dengan yang diungkapkan oleh Yulianti
(2011) dalam evaluasi hasil pemekaran studi kasus pemekaran Kabupaten
bahwa analisa dan evaluasi terhadap kebijakan pemekaran Kabupaten yang
dimekarkan tahun 1999 dengan fokus pada perekonomian daerah dan
pelayanan

publik

dengan

menggunakan

treatment

control

yaitu

membandingkan DOB dengan daerah yang tidak melakukan pemekaran
selain dibandingkan juga pada daerah induknya. Hasilnya dari indikatorindikator yang diteliti bahwa pemekaran Kabupaten memberikan dampak
negatif dimana daerah yang dimekarkan tidak lebih baik dari daerah induk
walaupun sedikit lebih baik dari daerah kontrol.

4

Menurut Riani dan Pudjihardjo (2012) mengenai dampak pemekaran
wilayah terhadap pendapatan perkapita, kemiskinan dan ketimpangan antar
wilayah di propinsi papua, dampak pemekaran wilayah yang diuji pada
dasarnya merupakan dampak terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat di
propinsi papua yang meliputi dampaknya terhadap kenaikan pendapatan
perkapita, penurunan ketimpangan pembangunan antar wilayah. Hasil
pengujian dengan alat statistik sederhana yakni t-test equal mean
menunjukkan : kebijakan pemekaran daerah tidak mempunyai pengaruh
terhadap perubahan pendapatan perkapita, adanya indikasi yang kuat dan
signifikan bahwa pemekaran daerah mempunyai pengaruh terhadap
penurunan tingkat kemiskinan di daerah kota. Secara keseluruhan pemekaran
daerah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penurunan tingkat
kemiskinan di propinsi papua. Kebijakan pemekaran daerah di propinsi papua
hanya mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penurunan tingkat
kemiskinan di Propinsi Papua.

Berbeda dengan yang di ungkapkan oleh Furry dan Sasana (2013)
mengenai dampak pemekaran daerah terhadap kinerja ekonomi dan kinerja
pelayanan publik di kota Serang. Berdasarkan penelitian ini berdasarkan
perbandingan nilai indeks bahwa kinerja ekonomi kota serang lebih baik
dibandingkan

kinerja

ekonomi

Kabupaten

induknya.

Berdasarkan

perbandingan nilai indeks bahwa kinerja pelayanan publik kota serang lebih
baik daripada Kabupaten induknya. Hasil survey yang dilakukan UNDP dan
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) juga menunjukkan
daerah induk tetap lebih baik daripada daerah pemekaran baru.

5

Hermantyo (2007) dalam penulisannya yang berjudul pemekaran
daerah dan konflik keuangan menyatakan, semakin banyak daerah
pemekaran, semakin banyak potensi konflik keruangan karena jumlah garis
batas antar wilayah sebagai sumber konflik jumlah semakin banyak, dimana
hampir mendekati 500 kabupaten/kota serta, karakteristik wilayah Indonesia
memiliki jenis garis batas yaitu batas darat dan batas laut dan garis batas
darat lebih potensial untuk terjadinya konflik keruangan.

Selanjutnya Sayori (2008) menyatakan pemekaran wilayah belum
secara nyata meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah, namun dari tahun
ke tahun terdapat kecendrungan adanya peningkatan ekonomi wilayah.
Pertumbuhan dan perkembangan kapasitas fiskal setelah adanya pemekaran
tumbuh secara nyata tetapi perkembangan cenderung menurun, hal ini
disebabkan adanya ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah
pusat dari dana perimbangan dan belum optimalnya penggalian sumbersumber pendapatan asli daerah. Hasil analisis koresponden menyatakan
secara umum

masyarakat

menilai pembangunan meningkat

setelah

pemekaran.

Lebih lanjut Malia (2009) Hasil analisis IDE PDRB menunjukkan
bahwa setelah pemekaran struktur ekonomi cukup berkembang walaupun
masih di bawah kabupaten induk dan hasil IDE pendapatan menunjukkan
bahwa kapasitas daerah belum berkembang begitu pula terjadi pada daerah
induk sedangkan hasil analisis partisipatif menunjukkan bahwa pemekaran

6

berdampak positif bagi sebagian masyarakat khususnya bagi masyarakat di
pusat pemerintahan.

Menurut Syafrizal (2000), secara umum, permasalahan yang sering
timbul sebagai akibat dilakukannya pemekaran wilayah antara lain adalah (1)
kurang lancarnya pelaksanaan administrasi pemerintahan karena relatif
rendahnya kualitas sumberdaya manusia yang terdapat pada daerah
pemekaran bersangkutan; (2) kesulitan keuangan daerah karena rendahnya
rasio kapasitas dan kebutuhan fiskal yang kemudian mengakibatkan
pelayanan publik dan pelaksanaan pembangunan belum dapat dilakukan
secara optimal; (3) kegiatan ekonomi pada daerah asal mundur karena
sebagian besar potensi ekonomi daerah termasuk ke dalam daerah pemekaran;
(4) terjadi konflik sosial karena sebagian masyarakat tidak setuju dengan
pemekaran yang telah diakukan

Oleh karena itu diperlukan kajian daerah sebelum mengusulkan
pemekaran daerah suatu wilayah. Kajian daerah ini merupakan hasil kajian
yang dibentuk oleh kepala daerah yang bersangkutan untuk menilai kelayakan
pembentukan daerah otonom baru secara obyektif yang memuat penilaian
kuantitatif terhadap faktor-faktor teknis. Penilaian kuantitatif ini dilengkapi
dengan proyeksi faktor-faktor dominan

(kependudukan, potensi daerah,

kemampuan ekonomi dan kemampuan keuangan) selama 10 (sepuluh) tahun
dan Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah Induk serta penilaian kualitatif
terhadap faktor lainnya yang memiliki karakteristik tersendiri antara lain
potensi sumber daya alam yang belum tergali, kondisi etnik, potensi konflik

7

dan historis.

Kabupaten Lampung Utara memiliki potensi ekonomiyang

beragam dan potensi yang diunggulkan adalah pertanian, perdagangan dan
jasa-jasa. Seperti pada tabel 1 :
Tabel 1. Kontribusi Sektor-Sektor PDRB Tahun 1995 – 2000 Sebelum
Pemekaran Dengan Way Kanan (dalam persen)
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Sektor
Petanian, peternakan,
kehutanan & perikanan
Penggalian
Industri pengolahan tanpa
migas
Listrik dan air bersih
Bangunan
Perdagangan hotel dan
restoran
Pengangkutan dan
komunikasi
Keuangan, persewaan dan
jasa perusahaan
Jasa – jasa

1995
44,55

1996
43,49

1997
41,13

1998
44,03

1999
57,58

2000
51,79

2,29
5,48

2,51
5,15

2,80
100

2,34
6,57

1,63
3,56

2,09
7,46

0,23
6,50
21,63

0,24
7,33
21,79

0,26
7,42
22,58

0,28
5,76
20,62

0,17
4,03
13,66

0,27
6,45
13,05

3,94

4,05

4,25

4,61

3,63

6,38

5,62

6,16

6,70

6,83

3,94

6,38

9,77

9,28

9,16

8,97

11,81

6,12

Sumber : BPS, 2013
Tabel 2. Kontribusi Sektor-Sektor PDRB Tahun 2001 – 2010 Setelah Pemekaran
Dengan Way Kanan (dalam persen)
No
1

2
3
4
5
6
7
8
9

Sektor
Petanian, peternakan,
kehutanan &
perikanan
Penggalian
Industri pengolahan
tanpa migas
Listrik dan air bersih
Bangunan
Perdagangan hotel
dan restoran
Pengangkutan dan
komunikasi
Keuangan, persewaan
dan jasa perusahaan
Jasa – jasa

2001
55,52

2002
49,94

2003
53,36

2004
51,54

2005
44,98

2006
43,67

2007
3,43

2008
37,97

2009
38,34

2010
37,68

0,27
8,21

2,13
7,42

2,36
7,85

2,35
7,76

0,37
14,79

0,96
15,32

0,83
15,06

0,84
14,95

0,83
4,76

0,84
14,82

0,33
7,31
14,34

0,32
6,78
13,03

0,33
7,33
13,69

0,81
7,43
13,75

0,90
5,00
19,84

0,79
5,21
20,19

0,69
4,69
17,64

0,68
4,76
17,61

0,67
4,78
17,39

0,68
4,88
17,52

7,16

6,71

7,11

71,13

5,88

5,78

6,15

6,38

6,56

6,72

6,86

13,68

7,99

9,23

8,24

8,07

7,53

7,52

7,50

7,62

8,95

9,27

9,16

9,24

Sumber : BPS, 2013
Pada tabel 1 terlihat bahwa kontribusi terbesar pada sektor pertanian,
peternakan, kehutanan dan perikanan diikuti sektor perdagangan, hotel dan
restoran lalu diikuti sektor-sektor lain. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan
dan perikanan merupakan sektor unggulan Kabupaten Lampung Utara, sektor
ini pada tahun 1995 sampai 1998 yaitu sebelum pemekaran terakhir mengalami

8

trend kenaikan dan pada tahun 1999 hingga 2000 mengalami penurunan saat
itu adalah seelah pemekaran dengan Way Kanan. Demikian pula yang terlihat
pada Tabel 2 kontribusi sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan
sejak tahun 2004 hingga tahun 2010 selalu mengalami penurunan.

Sumberdaya alam yang memadai yang dimiliki Kabupaten Lampung
Utara seharusnya memberi peluang dan kemandirian dalam membangun
daerahnya dengan berpijak pada prinsip-prinsip pemerataan atau keadilan dan
pembangunan secara berkelanjutan dan tanggungjawab untuk memanfaatkan
potensi unggulan dan sumberdaya lokal secara efektif dan efisien demi
tercapainya pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di wilayah sai
bumi ruwa jurai.

Kabupaten

Lampung

Utara

merupakan

salah

satu

dari

14

Kabupaten/Kota yang ada di propinsi Lampung. Kabupaten yang beribukota di
Kotabumi, berjarak 100 km dari Bandar Lampung (ibukota propinsi Lampung).
Secara administrasi, Lampung Utara terbagi atas 23 wilayah kecamatan 247
desa dengan total luas wilayah 2.725,63 km2 atau 7,72 persen dari luas
Propinsi Lampung. Perekonomian Kabupaten Lampung Utara didominasi oleh
sektor pertanian. Wilayah yang berpenduduk sebanyak 585.731 jiwa ini
bermata pencaharian utama pada sektor pertanian, khususnya pertanian
tanaman keras seperti kopi, lada, kelapa sawit, karet dan lain-lain. Masyarakat
Kabupaten Lampung Utara dikenal sebagai masyarakat yang terbuka terhadap
kaum pendatang dan memiliki jiwa gotong-royong (“Sakai Sambayan”). Lebih

9

dari 97% penduduk Kabupaten Lampung Utara beragama islam. Selama ini
kerukunan hidup antar umat beragama terjalin dengan baik.

Tabel 3. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kab. Lampung Utara
Tahun 2002 – 2010 (dalam persen)
Tahun

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

IPM

65.40

65.40

66.70

66.90

67.10

67.36

67.52

67.73

67.94

Sumber : BPS 2011
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Lampung Utara pada kurun waktu 2002
sampai 2010 terlihat pada tabel diatas. Pada tahun 2002 dan 2003 IPM
Lampung Utara sebesar 65,40 pada tahun 2004 naik menjadi 66,70 pada tahun
2005 menjadi 66, 90 pada tahun 2006 menjadi 67,10 lalu pada tahun 2007
menjadi 67,36 naik pada tahun 2008 menjadi 67,52 dan pada tahun 2009
besarnya IPM Lampung Utara 67,73 serta tahun 2010 67,94. IPM Lampung
Utara terlihat selalu mengalami kenaikan.

Tabel 4. Jumlah Penduduk Miskin Lampung Utara Tahun 2005 - 2012

Pada tabel 4 terlihat jumlah penduduk miskin Kabupaten Lampung Utara
tahun 2005 sampai 2012 mengalami penurunan namun masih sangat tinggi.
Lampung Utara. Pada tahun 2005 jumlah penduduk miskin di lampung utara
sebanyak 182.500 jiwa, pada tahun 2006 menurun menjadi 181.200 jiwa
namun pada tahun 2007 mengalami kenaikan yaitu 185.300 jiwa, kembali

10

mengalami penurunan jumlah penurunan pada tahun 2008 menjadi 182.870,
pada tahun 2009 jumlah penduduk miskin di lampung utara menurun menjadi
171.050 jiwa, penurunan jumlah penduduk miskin terus terjadi pada tahun
2011 dan 2012 yaitu 155.800 dan 148.600 jiwa.

Adanya perencanaan pembangunan daerah yang sistematis dan
terkoordinasi dengan baik

maka sangat diharapkan tercapainya tujuan

pemekaran wilayah Kabupaten Lampung Utara dalam meningkatkan
perekonomian daerah, pemanfaatan kewenangan desentralisasi fiskal secara
efektif dan efisien, menuju masyarakat adil, makmur dan sejahtera. Pendapatan
Asli Daerah Kabupaten Lampung Utara juga mengalami tren positif ini terlihat
pada tabel 5 berikut :
Tabel 5. Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lampung
Utara Tahun 2000 - 2008 (dalam juta rupiah).
Tahun
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008

PAD
2.205,24
4.562,01
6.090,06
7.863,21
8.244,67
9.326,42
11.406,40
27.337.84
16.531.83

Sumber : Dirjen Perimbangan Keuangan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Lampung Utara sejak tahun
2000 (setelah pemekaran dengan Kabupaten Way Kanan) mengalami
peningkatan setiap tahunnya bahkan pada tahun 2007 mengalami peningkatan
yang sangat signifikan yaitu 27.337,84 juta rupiah yang pada tahun
sebelumnya hanya 11.406,40 tetapi kembali mengalami penurunan menjadi
16.531,83 juta rupiah pada tahun 2008 namun secara keseluruhan PAD

11

Lampung Utara setelah pemekaran terus mengalami kenaikan. Berdasarkan
uraian latar belakang diatas maka perlu dianalisis dampak pemekaran daerah
terhadap pembangunan dan ekonomi di Kabupaten Lampung Utara.

1.2. Masalah Penelitian

Kabupaten Lampung Utara telah mengalami tiga kali pemekaran
yang pertama dimekarkan dengan Kabupaten Lampung Barat kemudian
dengan Kabupaten Tulang bawang dan terakhir dengan Kabupaten Way
Kanan. Sesuai dengan tujuan utama dari pemekaran yaitu kesejahteraan baik
di kabupaten yang dimekarkan maupun kabupaten induk, salah satu indikator
dari kesejahteraan dari suatu daerah adalah tingginya pertumbuhan ekonomi
dan rendahnya angka kemiskinan.
Pertumbuhan ekonomi di Kabupten ini masih tergolong rendah juga
angka kemiskinan yang masih sangat tinggi, Lampung Utara memiliki
presentase penduduk miskin tertinggi dibandingkan Kabupaten lainnya
bahkan dengan Kabupaten-Kabupaten yang dimekarkan oleh induknya ini
meskipun setiap tahunnya angka penduduk miskin mengalami penurunan.
Permasalahan utama dapat dirumuskan sebagai berikut :
Bagaimana dampak pemekaran wilayah terhadap kesejahteraan di
Kabupaten Lampung Utara?

1.3.Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dampak pemekaran wilayah
terhadap pembangunan dan ekonomi di Kabupaten Lampung Utara, dan hasil
penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi

12

pemerintah Kabupaten Lampung Utara dalam menyempurnakan kebijakankebijakan pasca pemekaran wilayah untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan sebagai bahan bagi pengembangan khasana ilmu pengetahuan
khususnya yang menekuni bidang pemekaran.

1.4. Kerangka Pemikiran

Tujuan dari pemekaran wilayah menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 78 tahun 2007 adalah; a). peningkatan kesejahteraan masyarakat;
b).percepatan

pertumbuhan

demokrasi

masyarakat;

c).

percepatan

perekonomian daerah; d). percepatan pembangunan daerah e). peningkatan
keamanan dan ketertiban; dan f) peningkatan hubungan yang serasi antara
pusat dan daerah. Kondisi yang lebih baik seelah pemekaran merupakan
indikator keberhasilan dari suatu

pemekaran wilayah. Bukan saja pada

daerah yang dimekarkan tatapi juga di daerah induk.

Kabupaten Lampung Utara dalam melakukan pemekaran telah layak
dilakukan, hal ini disebabkan oleh ; 1) jarak dan rentang kendali
pemerintahan yang jauh menyebabkan pelayanan kepada masyarakat tidak
efektif dan efisien; 2). Infratruktur sangat terbatas; 4). tingkat kemiskinan
cukup tinggi disertai minimnya sumberdaya manusia (SDM).

Dengan adanya pemekaran wilayah di Kabupaten Lampung Utara
maka secara tidak langsung dapat meringankan beban tugas Kabupaten ini
sabagai Kabupaten induk, pemerintah dapat lebih konsentrasi dalam melayani
masyarakat juga pembangunan akan lebih terasa dan merata dengan wilayah

13

yang relatif kecil dan masyarakat yang relatif sedikit. Dengan demikian,
maka akan dilakukan analisis terhadap kenyataan-kenyataan di lapangan,
sehingga akan dapat diketahui apakah tujuan pemekaran Kabupaten
Lampung Utara telah tercapai atau tidak dan pada akhirnya akan melahirkan
strategi pembangunan ke depan demi tercapainya tujuan tersebut secara
optimal. Secara sederhana kerangka pemikiran penulisan ini dapat
digambarkan sesuai bagan berikut ini.

Gambar 1 : Kerangka Pemikiran Dampak Pemekaran Wilayah Terhadap
Kesejahteraan di Kabupaten Lampung Utara
- Panjangnya rentang kendali pemerintahan
Tidak efektif dan efisiensi pelayanan pemerintah terbatas
- Kemiskinan
- SDM rendah
- Tidak optimalnya kinerja perekonomian daerah
Kesejahteraan Masyarakat
Terciptanya Demokrasi
Percepatan ekonomi daerah
Percepatan potensi daerah
Keamanan dan ketertiban
Hubungan pusat dengan daerah

Tujuan Pemekaran

Pemekaran Kabupaten Lampung Barat,
Tulang Bawang dan Way Kanan

Kabupaten Lampung Utara
(induk)

Berkurangnya beban tugas

Efisensi dan Efektifitas

Proses Pembangunan

Dampak Pemekaran
Terhadap Kesejahteraan

Strategi Pembangunan ke
depan

14

1.5. Dugaan Penelitian
Berdasarkan data setelah pemekaran maka dugaan penelitian ini :
Pemekaran wilayah memberikan dampak positif

bagi kesejahteraan

di

Kabupaten Lampung Utara

1.6. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang

lingkup penelitian ini mencakup dampak pemekaran wilayah di

Kabupaten Lampung Utara setelah pemekaran terakhir yaitu setelah
pemekaran dengan Kabupaten Way Kanan.

15

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Uraian Teoritis Pemekaran Wilayah
2.1.1.Pengertian Wilayah

Menurut undang undang nomor 26 tahun 2007 tentang penataan
ruang wilayah didefinisikan sebagai ruang yang merupakan kesatuan
geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dari sistemnya
ditentukan oleh batas administrasi dan atau aspek fungsional. Rustiadi et
al (2007) wilayah didefinisikan sebagai ruang yang merupakan suatu
unit geografis dengan batas-batas spesifik, dimana komponen-komponen
didalamnya (sub wilayah) satu sama lain saling berinteraksi secara
fungsional (memiliki keterkaitan dan hubungan fungsional).
Istilah “wilayah”, “kawasan”, atau “daerah” digunakan untuk
ruang, dimana “wilayah” digunakan untuk pengertian ruang secara
umum, sedangkan istilah “daerah” digunakan untuk ruang yang terkait
dengan batas administrasi pemerintahan (tarigan 2004). Lebih lanjut
rustiadi et al (2007) mengatakan berdasarkan tipologi diklasifikasikan
menjadi 3 wilayah antara lain : 1).Wilayah homogen (uniform);
2).Wilayah system fungsional; dan 3).Wilayah perencanaan (planning

16

region) atau programming region). Ketiga kerangka konsep wilayah ini
dianggap lebih mampu menjelaskan berbagai konsep wilayah yang telah
dikenal selama ini.Wilayah homogen adalah wilayah yang dibatasi
berdasarkan kenyataan bahwa faktor-faktor dominan pada wilayah
tersebut bersifat homogen. Wilayah fungsional atau wilayah sistim
ditunjukkan oleh adanya ketergantungan ekonomi. Sedangkan wilayah
perencanaan merupakan wilayah yang tidak selalu berwujud wilayah
administrasi tapi berupa wilayah yang diatasi berdasarkan kenyataan
sifat-sifat tertentu pada wilayah baik bersifat alamiah maupun non
alamiah.

Dalam konteks pemekaran wilayah dapat dikategorikan sebagai
konsep wilayah administratif politis, yang didasarkan pada suatu
kenyataan bahwa wilayah berada dalam suatu kesatuan politis yang
umumnya dipimpin oleh suatu sistim birokrasi atau sistim kelembagaan
dengan otonomi tertentu, sehingga wilayah administratif sering disebut
sebagai wilayah otonomi artinya suatu wiayah memiliki otoritas dalam
proses pengambilan keputusan dan kebijaksanaan sendiri untuk
mengelola sumberdaya di dalamnya.

2.1.2.Konsep Pemekaan Wilayah

Tarigan (2005) mengatakan bahwa suatu wilayah dapat
dikasifikasikan berdasarkan tujuan dari pembentukan wilayah itu sendiri
dasar dari perwilayahan dapat dibedakan sebagai berikut :

17

Berdasarkan wilayah administrasi pemerintahan, di Indonesia dimana
wilayah kekuasaan pemerintahan, seperti propinsi, Kabuaten/Kota,
Kecamatan, Desa/Kelurahan dan Dusun/Lingkungan.
1. Berdasarkan kesamaan kondisi (homogeneity), yang paling umum
adalah kesamaan kondisi fisik. Misal, adanya klasifikasi desa berupa
desa pantai, desa pedalaman dan desa pegunungan. Bisa juga
pembagian berupa wilayah pertanian dan wiayah industri, wilayah
perkotaan dengan daerah pedalaman. Cara pembagian lainnya juga
berdasarkan kesamaan sosial budaya. Misalnya, daerah-daerah dibagi
menurut suku mayoritas masyarakat yang mendiami wilayah
tersebut.
2. Berdasarkan ruang lingkup pengaruh ekonomi, perlu ditetapkan
terlebih dahulu beberapa pusat pertumbuhan yang kira-kira sama
besar rengkingnya, kemudian ditetapkan batas-batas pengaruh dari
setiap pusat pertumbuhan. Batas pengaruh antara satu kota dengan
kota lainnya hanya dapat dilakukan untuk kota-kota yang sama
rengkingnya, kota yang lebih kecil itu senantiasa berada di bawah
pengaruh kota yang lebih besar.
3. Berdasarkan wilayah perencanaan/program. Dalam hal ini ditetapkan
batas-batas wilayah ataupun daerah-daerah yang terkena suatu
program atau poyek dimana wilayah tersebut termasuk kedalam
suatu perencanaan untuk tujuan khusus. Suatu wilayah perencanaan
dapat menembus beberapa wilayah administrasi berdasarkan
kebutuhan dari perencanaan tersebut. Menurut Saefulhakim (2004),

18

mengatakan pemekaran wilayah harus dilandaskan pada landasan
logika pembangunan agar mampu: (a) Mendekatkan pelayanan
kepada masyarakat dan memberikan kewenangan lebih kepada
masyarakat lokal untuk mengolah potensi sumberdaya wilayah
secara arif dan bijaksana, (b). Partisipasi dan rasa memiliki
masyarakat

meningkat,

(c).

Efisiensi,

produktivitas

serta

pemeliharaan kelestariannya. (d). Akumulasi nilai tambah secara
lokal dan kesejahteraan yang berkeadilan lebih tercipta, sehingga
ketahanan nasional semakin kuat, (e). Prinsip keadilan dalam
kesejahteraan dan kesejateraan yang berkeadian lebih tercipta,
sehingga ketahanan nasional semakin kuat.

Rasyid

(1996)

menjelaskan bahwa jika pembangunan

atau

pemekaran wilayah dilakukan, maka kebijakan itu harus memberi jaminan
bahwa aparatur pemerintahan yang ada harus memiliki kemampuan yang
cukup untuk memeksimalkan fungsi-fungsi pemerintahan. Asumsi yang
menyertainya adalah bahwa pemekaran pemerintahan yang memperluas
jangkauan pelayanan itu akan menciptakan dorongan-dorongan baru dalam
masyarakat bagi lahirnya prakarsa yang mandiri menuju kemandirian
bersama. Dikatakan juga oleh Rasyid (1996) ada tiga pola dalam
pembentukan wilayah pemerintahan daerah selama ini, yaitu :

1. Pembentukan wilayah-wilayah pemerintahan yang sekaligus menjadi
daerah otonom (Propinsi Kabupaten/Kota) dengan persyaratan yang

19

cukup objektif seperti jumlah penduduk dan potensi ekonomi (terutama
terlihat di Jawa dan Sumatera).
2. Pembentukan wilayah-wilayah administrasi dan daerah otonom
berdasarkan pertimbangan politis dengan jumlah penduduk relatif kecil
tapi memiliki potensi ekonomi yang besar (seperti Papua) serta potensi
ekonomi dan penduduk yang sedikit tetapi secara historis dipandang
khas.
3. Pembentukan wilayah administrasi pemerintahan tanpa disertai
pembentukan daerah otonom seperti lazim terjadi untuk pembentukan
wilayah.

Disamping itu pemekaran wilayah juga harus mampu mengoptimalkan
jangkauan pelayanan kepada masyarakat sebagaimana dikatakan Rasyid
(2007) dalam rangka mengoptimalkan pelayanan kepada masyarakat,
pemekaran harus didasarkan pada :
1. Pengembangan wilayah pemerintahan atau pemekaran daerah selaras
dan sesuai, sehingga efektifitas penyeenggaraan pemerintahan tetap
dengan konsep lingkungan, kerja yang ideal, dengan ukuran organisasi
dan jumah instansi yang terjamin.
2. Pengembangan wilayah pemerintahan atau pemekaan daerah bertolak
dari pertimbangan atas prospek pengmbangan ekonomi yang layak
diakukan berdasarkan kewenangan yang akan diletakkan pada
pemerintahan yang baru.
3. Kebijakan pengembangan wilayah harus menjamin bahwa aparatur
pemerintahan di daerah yang dibentuk memiliki kemampuan yang

20

cukup untuk melaksanakan fungsi pemerintahan dan mendorong
lahirnya kebijakan yang konsisten mendukung peningkatan kualitas
publik. Pemekaran wilayah juga dapat memberikan manfaat bagi
masyarakat, hal ini senada disampaikan oleh Juanda (2006) pemekaran
daerah memberikan beberapa manfaat bagi daerah baru dan masyarakat
lokal, yaitu :
1.

Peningkatan pelayanan pemerintah; hal ini disebabkan karena
jangkaun wilayah pelayanan akan semakin kecil dibandingkan
dengan daerah sebelum dimekarkan. Badan dan Dinas yang
berfungsi memberi peayanan langsung kepada masyarakat akan
semakin mudah terjangkau dan relatif lebih dekat dengan
masyarakat. Selain itu pemekaran memungkinkan pemerintah
daerah menambah membangun fasilitas-fasilitas pelayanan dasar
seperti fasilitas kesehatan dan fasilitas pendidikan yang tersebar
lebih meluas di wilayah pedesaan, dimana sebelum pemekaran
hanya terkonsentrasi pada pusat-pusat kecamatan.

2.

Kemungkinan pengeloaan sumberdaya alam dengan prinsip-prinsip
kearifan lokal dan berkelanjutan; konsekwensi pemekaran wilayah
antara lain, luas wilayah akan semakin berkurang sehingga
sumberdaya alam yang dimiliki daerah semakin mudah untuk
dikontrol dan dikeola oleh masyarakat bersama-sama dengan
pemerintah. Selain itu otonomi daerah akan mengurangi investasiinvestasi pemerintah nasional dalam pengelolaan sumberdaya alam
seperti yang terjadi dalam era pemerintahan sentralistik selama 32

21

tahun, sebagai penyebab utama hilangnya sebagian sumberdaya
alam yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources)
Karena kurang kontrol pemerintah nasional terhadap pengeolaan
dan eksploitasi sumber daya alam sehingga menyebabkan
terjadinya degradasi lingkungan secara besar besaran. Sumber daya
alam semakin berkurang dan sebagian sudah terkuras habis,
ironisnya masyarakat diseitar lokasi sumberdaya alam masih tetap
miskin,

belum

diberdayakan

dan

terbatas

sumber

bahan

makanannya.
3.

Partisipasi masyarakat dan rasa memiliki dapat semakin meningkat;
Adanya pemekaran wilayah dapat memberikan ruang yang lebih
besar bagi masyarakat lokal untuk berpatisipasi secara langsung
dan

komprehensif

dimulai

dengan

proses

perencanaan

pembangunan daerah mulai dari tingkat desa/keurahan, kecamatan,
sampai Kabupaten/Kota. Melibatkan masyarakat secara langsung
dan aktif dalam proses perencanaan dan pembangunan daerah, akan
menciptakan rasa memiliki (dende of belonging) terhadap hasilhasil pemangunan yang telah dicapai serta secara aktif dalam
merawat dan memelihara fasilitas-fasiitas serta infrastruktur yang
telah dibangun bersama-sama antara masyarakat dan pemerintah
daerah.
4.

Efisiensi

dan

efektifitas

pengelolaan

sumberdaya

alam

kemungkinan meningkat; karena masyarakat ikut berpartisipasi
aktif dalam proses pembangunan, maka hasil-hasil pengelolaan

22

sumber daya alam dapat meningkatkan jumlah penerimaan oleh
pemerintah daerah serta mempermudah alokasi-alokasi penggunaan
dana untuk kepentingan publik sehingga hasi-hasil pengelolaan
sumberdaya alam diharapkan akan digunakan untuk membangun
infrastruktur dan fasilitas-fasilitas umum serta pelayanan pubik
akan semakin ditingkatkan.

5. Kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan dapat terwujud;
Pemekaran wilayah membuka ruang yang lebih luas untuk
meningkatkan keejahteraan masyarakat yang makin berkualitas.
Hal ini realistik terjadi kepada masyarakat lokal sebab sebagian
besar kewenangan pemerintah telah diserahkan oleh pemerintah
pusat kepada pemerintah daerah (Kabupaten/Kota). Demikian juga
untuk pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam, pajak
daerah, retribusi dan bagi hasil sumber daya alam, minyak dan gas
sepenuhnya diserahkan dan dikelola oleh pemerintah daerah. Selain
itu masyarakat lokal memntukan sendiri secara langsung para
wakil-wakil

mereka

di

DPRD

dan

pimpinan

daerah

(Bupati/Walikota dan Wakil). Jadi dengan mengelola dan
memanfaatkan secara langsung sumber-sumbernya di daerah oleh
pemerintah daerah dan masyarakat local yang sejahtera dan
berkeadilan.

Hal yang sama dikatakan Khairullah dan Cahyadin (2006)
menyatakan bahwa pemekaran wilayah kabupaten baru pada dasarnya

23

upaya meningkatkan kualitas dan intensitas pelayanan pada masyarakat.
Dari segi pengembangan wilayah, calon Kabupaten baru yang akan
dibentuk perlu memiliki basis sumberdaya harus seimbang antara satu
dengan yang lain. Hal ini perlu diupayakan agar tidak muncul terjadi
disparitas yang mencolok pada masa datang. Lebih lanjut dikatakan dalam
suatu usaha pemekaran wilayah akan diciptakan ruang publik yang
merupakan kebutuhan kolektif semua warga wilayah baru. Ruang publik
baru akan mempengaruhi aktifitas orang atau masyarakat ada yang merasa
diuntungkan dan sebaliknya akan memperoleh pelayanan dari pusat
pemerintahan baru disebabkan jarak pergerakan berubah.

Pemekaran wilayah tidak lain bertujuan untuk memperpendek
rentang

kendali

pemerintahan,

membuka

ketimpangan-ketimpangan

pembangunan wilayah dan menciptakan perekonomian wilayah yang kuat
demi tercapainya kesejahteraan masyarakat, membuka peluang baru bagi
upaya

pemberdayaan

masyarakat

dan

meningkatkan

intensitas

pembangunan guna mensejahterakan masyarakat.

2.1.3.Dampak Pemekaran Wilayah
Hasil Survey yang dilakukan oleh Bappenas dan UNDP (2008)
menjelaskan beberapa indikator dalam penelitian :
1. Kinerja Ekonomi Daerah
Fokus kinerja ekonomi untuk mengukur apakah setelah pemekaran
terjadi perkembangan dalam kondisi perekonomian daerah atau tidak.
2. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah

24

Keuangan pemerintah daerah tidak saja mencerminkan arah dan
pencapaian kebijakan fiskal dalam mendorong pembangunan di
daerah secara umum, tetapi juga menggambarkan sejauh mana
pelaksanaan tugas dan kewajiban yang diembankan pada pemerintah
daerah (kabupaten) dalam konteks desentralisasi fiskal
3. Kinerja Pelayanan Publik
Menitikberatkan kepada sisi input pelayanan publik itu sendiri
4. Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah
Aparatur pemerintah menjadi hal pokok yang dievaluasi berkaitan
dengan seberapa jauh ketersediaan aparatur dapat memenuhi tuntutan
pelayanan kepada masyarakat. Selain itu dari sisi pembiayaan, jumlah
aparatur juga sangat menentukan seberapa besar menyumbang
pembiayaan daerah sendiri dan pada akhirnya berimplikasi terhadap
permintaan barang dan jasa pada daerah itu sendiri. Kalau dilihat dari
sisi jumlah aparatur, apabila jumlah aparatur yang berhubungan
langsung dengan pelayanan publik semakin banyak maka akan
semakin baik pula ketersediaan pelayanan yang diberikan oleh
pemerintah.

2.2.

Kebijakan Pemekaran Wilayah

Menurut Undang-Undang 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah pasal 5 (lima) mengatakan bahwa pembentukan daerah harus
memenuhi syarat administratif, teknis dan fisik kewilayahan. Syarat
administratif meliputi adanya

persetujuan DPRD Kabupaten/Kota dan

25

Bupati/Walikota yang bersangkutan. Persetujan DPRD Propinsi induk dan
Gubernur serta rekomendasi Mentri Dalam Negeri. Syarat teknis yaitu
faktor yang menjadi dasar pembentukan daerah yang mencakup faktor
kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik,
kependudukan, luas daerah, pertahanan, keamanan, dan faktor lain yang
memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah. Sedangkan syarat fisik
yaitu meliputi paling sedikit 5 (lima) Kabupaten/Kota untuk pembentukan
Propinsi dan paling sedikit 5 (lima) Kecamatan untuk pembentukan
Kabupaten, dan 4 (empat) Kecamatan untuk pembentukan Kota, lokasi
calon ibukota, sarana dan prasarana pemerintahan.

Berdasarkan petunjuk pelaksanaan pembentukan, pengapusan dan
penggabungan daerah sebagaiman diatur dalam PP nomor 78 tahun 2007
pasal

2

menyatakan

bahwa

pembentukan

daerah

dapat

berupa

penggabungan beberapa daerah atau bagian daerah yang bersandiung atau
pemekaran dari satu daerah menjadi dua daerah atau lebih. Pembentukan
daerah dimaksud dapat berupa pembentukan daerah Propinsi atau
Kabupaten.

Pembentukan daerah Propinsi atau Kabupaten/Kota sesuai pasal 2
ayat 3 dan 4 dapat berupa :

1. Pembentukan daerah Provinsi dapat berupa :
a. Pemekaran dari 1 (satu) Provinsi menjadi 2 (dua) Provinsi atau lebih
b. Penggabungan beberapa kabupaten/kota yang bersanding pada
wilayah Provinsi yang berbeda ; dan

26

c. Penggabungan beberapa propinsi menjadi 1 (satu) provinsi.

2. Pembentukan daerah Kabupaten/Kota dapat berupa :
a. Pemekaran

dari

1

(satu)

Kabupaten/Kota

menjadi

2

(dua)

Kabupaten/Kota atau lebih.
b