MORFOMETRI KUPU-KUPU BERDASARKAN KETINGGIAN TERBANG DI HUTAN KONSERVASI KUPU-KUPU GUNUNG BETUNG LAMPUNG

MORFOMETRI KUPU-KUPU BERDASARKAN KETINGGIAN TERBANG
DI HUTAN KONSERVASI KUPU-KUPU GUNUNG BETUNG LAMPUNG

Oleh
Agus Kurnia Tanjung
ABSTRAK
Penelitian morfometri kupu-kupu berdasarkan ketinggian terbang di Hutan
Konservasi kupu-kupu Gunung Betung Lampung telah dilakukan pada bulan JuliAgustus 2010. Penelitian ketinggian terbang kupu-kupu dilakukan dengan
pengamatan langsung pada tiga lokasi pengamatan. Untuk acuan ketinggian terbang
kupu-kupu digunakan alat bantu berupa tali raffia sepanjang ± 10 m yang tiap 2
meternya warna tali berbeda-beda, dan digantungkan pada pohon disekitar lokasi
pengamatan. Parameter morfologi yang diukur di laboratorium adalah berat tubuh dan
luas sayap kupu-kupu. Kemudian dicari nilai daya angkat ( wing loading ) setiap
spesies menggunakan rumus berat tubuh dibagi luas sayap ( mg/cm2). Hasil
pengamatan terhadap ketinggian terbang maksimum ditemukan ada 6 spesies pada
ketinggian terbang maksimum 2 m, 11 spesies pada ketinggian terbang maksimum 4
m, 8 spesies pada ketinggian terbang maksimum 6 m, 12 spesies pada ketinggian
terbang maksimum 8 m, 7 spesies pada ketinggian terbang maksimum 10, 4 spesies
pada ketinggian terbang maksimum > 10 m. Hasil dari morfometri kupu-kupu
didapatkan daya angkat (wing loading) yang terbesar dimiliki oleh Troides helena
sebesar 2,15 mg/cm2, dan terkecil pada Leptosia nina yaitu 0,27 mg/cm2. Hasil

analisis regrasi antara berat tubuh, luas sayap dan wing loading terhadap ketinggian
terbang menunjukkan hubungan yang rendah dengan nilai r berkisar antara 0,250,33.

Keyword : morfometri, kupu-kupu, ketinggian terbang

38

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
Tidak ada hubungan yang signifikan antara ketinggian terbang kupu-kupu
dengan morfometrinya.

B. Saran
Perlu dilakukan penelitian terhadap aspek morfometri kupu-kupu lainya yang
berhubungan dengan kemampuan terbang kupu-kupu sebagai informasi
ilmiah untuk ekowisata dan pelestarian kupu-kupu.

1


I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dunia terdapat sekitar 20.000 spesies kupu-kupu. Indonesia memiliki sekitar
2.500 spesies kupu-kupu dan merupakan negara kedua pemilik kupu-kupu
terbanyak di dunia, 50 persen diantaranya adalah kupu-kupu endemik ( Yoxx,
2008). Menurut Smart ( 1975 ), kupu-kupu dewasa memilki peranan ekologi yang
penting yaitu sebagai polinator yang membantu proses penyerbukan pada
tumbuhan dan bagian dari tingkat trofik rantai makanan dalam ekosistem.
Tumbuhan sangat membutuhkan kupu-kupu di alam untuk proses penyerbukan,
akan tetapi kupu-kupu juga membutuhkan tumbuhan sebagai pakan bagi larva dan
imago kupu-kupu.
Hutan konservasi kupu-kupu Gunung Betung Lampung berada di daerah kaki
Gunung Betung di desa Tanjung Manis, kelurahan Kemiling, Bandar lampung.
Dengan luas ± 4 Ha pada ketinggian 460 dpl, yang merupakan hutan rekayasa
yang digunakan sebagai tempat untuk mengkonservasi berbagai spesies kupukupu. Selain sebagai tempat konservasi kupu-kupu, hutan konservasi ini juga

2


digunakan sebagai tempat pendidikan bagi mahasiswa dan pelajar (Soekardi dkk,
2001).
Dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan di Hutan Konservasi kupukupu, ternyata kupu-kupu yang memiliki sayap yang besar mampu terbang lebih
tinggi dibandingkan dengan kupu-kupu yang bersayap kecil. Fenomena ini
merupakan hal cukup menarik untuk diteliti. Apakah aspek morfologi lainnya
pada tiap-tiap spesies kupu-kupu ini juga berpengaruh terhadap kemampuan
terbang mereka. Salah satu aspek morfologi yang menarik untuk diungkapkan
yang berhubungan dengan kemampuan terbang kupu-kupu adalah morfometrinya.

Morfometri merupakan pengukuran bentuk dan luas struktur suatu mahluk untuk
pencirian dalam suatu analisis kuantitatif (Kusuma, 2006). Morfometri yang akan
dijadikan variabel terkait penelitian ini adalah daya angkat ( wing loading). Wing
loading merupakan rasio berat tubuh dan luas sayap kupu-kupu. Wing loading juga
mempengaruhi kecepatan terbang kupu-kupu, semakin besar wing loading maka
kecepatan terbang juga semakin cepat (Betts and Wootton, 1988).
Penelitian perbedaan morfologi kupu-kupu berdasarkan ketinggian terbang ini
dapat dijadikan sebagai langkah awal untuk mengkaji lebih dalam tentang
kehidupan kupu-kupu yang ada di Hutan Konservasi Kupu-kupu Gunung Betung
Lampung. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui hubungan morfometri

kupu-kupu terhadap ketinggian terbangnya. Karena penelitian seperti ini belum
pernah dilakukan terutama di Hutan Konservasi Kupu-kupu Gunung Betung.

3

B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
Mengetahui hubungan morfometri kupu-kupu terhadap ketinggian terbang kupukupu.
C. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai hubungan
ketinggian terbang dengan morfometri kupu-kupu di Hutan Konservasi Kupukupu Gunung Betung Lampung. Dan informasi ini dapat digunakan dalam upaya
pelestarian dan pengelolaan kupu-kupu.
D. Kerangka Pemikiran

Kupu-kupu merupakan hewan diurnal, yang melakukan aktivitas hariannya pada
siang hari. Aktivitas harian kupu-kupu diantaranya terbang, mencari makan,
bereproduksi. Kemampuan terbang yang dimiliki setiap spesies kupu-kupu
berbeda-beda, ada yang rendah dan tinggi. Diperkirakan ketinggian terbang
tersebut dipengaruhi oleh perbedaan rasio berat tubuh dan luas sayap ( wing
loading ) kupu-kupu itu sendiri. Oleh sebab itu, dilakukan penelitian ini untuk

mengetahui hubungan perbedaan rasio berat tubuh dan luas sayap terhadap
ketinggian terbang kupu-kupu.

Untuk itu akan dilakukan pengamatan terbang kupu-kupu pada interval
ketinggian setiap 2 meter hingga batas ketinggian > 10 meter di tiga lokasi

4

berbeda yang telah ditentukan. Lokasi-lokasi tersebut merupakan lokasi yang
banyak dijumpai aktivitas kupu-kupu dan mewakili tempat-tempat di Hutan
Konservasi Kupu-kupu Gunung Betung. Kemudian dilakukan pengukuran
morfologi kupu-kupu tersebut, yaitu berat tubuh dan luas sayap. Sehingga akan
didapat rasio berat tubuh dengan lus sayap (wing loading ) tiap spesies kupukupu tersebut. Lalu dianalisis dengan analisis regresi linear sederhana.

Hasil kegiatan tersebut dapat dijadikan sebagai informasi yang bermanfaat dalam
upaya pengembangan kegiatan ekowisata dan konservasi kupu-kupu di Hutan
Konservasi Kupu-kupu tersebut.