Hubungan panjang probosis kupu-kupu dengan preferensi pakan di areal kampus i Universitas islam negeri (UIN) syarif Hidayatullah Jakarta

(1)

DI AREAL KAMPUS I UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

KHOIRUL

BARIYAH

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

DI AREAL KAMPUS I UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Pada Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

KHOIRUL BARIYAH

104095003059

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

(4)

BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, September 2011

Khoirul Bariyah 104095003059


(5)

sayap dengan warna yang indah. Kupu-kupu dalam mencari pakan dipengaruhi oleh produksi nektar dan panjang probosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis kupu-kupu yang mengunjungi bunga Ixora sp., Hibiscus rosa-sinensis dan Lantana camara serta hubungan antara panjang probosis dengan preferensi pakan di areal kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan menggunakan metode survei. Pengamatan dilakukan pada pagi (08.00-12.00 WIB), siang (14.00-15.00 WIB) dan sore hari (16.00-17.00 WIB) bulan Agustus sampai dengan September 2008. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa bunga

Ixora sp. dengan rata-rata diameter bunga mekar 32,09 mm; panjang tabung mahkota 33,09 mm; dan diameter tabung mahkota 1,17 mm dikunjungi oleh:

Graphium agamemnon (14,90±2,67 mm), Appias olferna (9,13±0,69 mm), Delias hyparete (12,85±0,51 mm), Eurema hecabe (8,98±0,36 mm) dan Leptosia nina

(8,99±0,46 mm); bunga H. rosa-sinensis dengan rata-rata diameter bunga mekar 88,86 mm; panjang tabung mahkota 35,18 mm; dan diameter tabung mahkota 5,66 mm dikunjungi oleh Hypolimnas bolina (13,44±0,09 mm), Papilio memnon

(28,83±0,04 mm), G. agamemnon (14,90±2,67mm), A. olferna (9,13±0,69 mm) dan D. hyparete (12,85±0,51 mm); bunga L. camara diameter bunga mekar 8,10 mm; panjang tabung mahkota 8,57 mm; dan diameter tabung mahkota 0,88 mm

dikunjungi oleh: H. bolina (13,44±0,09 mm), G. agamemnon (14,90±2,67 mm),

G. doson (15,96±0,15 mm), G. sarpedon (16,05±0,30mm), A. olferna (9,13±0,69 mm), D. hyparete (12,85±0,51 mm), E. hecabe (8,98±0,36 mm) dan L. nina

(8,99±0,46 mm). Terdapat kesesuaian antara panjang probosis dengan tinggi tabung bunga yang dikunjunginya.

Kata kunci: Probosis kupu-kupu, preferensi pakan, Ixora sp., Hibiscus rosa-sinensis Lantana camara


(6)

Around Campuss I Islamic State University (UIN) of Syarif Hidayatullah Jakarta

Butterfly is an insect that is easy to know because having wings with beautiful colour. Feeding butterfly is influenced with nectar produced and proboscis length. The research aim was to know variety butterflies visitor to Ixora

sp., Hybiscus rosa-sinensis and Lantana camara and correlation between proboscis length with preferences feeding plant around campuss I UIN of Syarif Hidayatullah Jakarta by using survey method. Observation was done in the morning (08.00-12.00 am), afternoon (02.00-03.00 pm) and evening (04.00-05.00 pm) on August up to September 2008. The result showed that Ixora sp. flower (flower of blossom diameth average were 32,09 mm; corolla tube length average were 33,09 mm and corolla tube diameth were 1,17 mm) was visited by

Graphium agamemnon (14.90±2.67 mm), Appias olferna (9.13±0.69 mm), Delias hyparete (12.85±0.51 mm), Eurema hecabe (8.98±0.36 mm) and Leptosia nina

(8.99±0.46 mm); H. rosa-sinensis (flower of blossom diameth were 88,86 mm; corolla tube length average were 35,18 mm and corolla tube diameth were 5,66 mm) was visited by: Hypolimnas bolina (13.44±0.09 mm), Papilio memnon

(28.83±0.04 mm), G. agamemnon (14.90±2.67 mm), A. olferna (9.13±0.69 mm) and D. hyparete (12.85±0.51 mm) and L. camara flower (flower of blossom diameth were 8,10 mm; corolla tube length average were 8,57 mm and corolla

tube diameth were 0,88 mm) was visited by H. bolina (13.44±0.09 mm),

G. agamemnon (14.90±2.67 mm), G. doson (15.96±0.15 mm), G. sarpedon

(16.05±0.30 mm), A. olferna (9.13±0.69 mm), D. hyparete (12.85±0.51 mm),

E. hecabe (8.98±0.36 mm) and L. nina (8.99±0.46 mm). There was found correlation between proboscis length and corolla tube lengths which flowers visited it.

Keywords: Proboscis of butterfly, preference plant, Ixora sp., Hibiscus rosa-sinensisLantana camara


(7)

Shalawat serta salam tak lupa disampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabat dan seluruh umatnya hingga akhir zaman.

Penelitian ini berjudul “Hubungan Panjang Probosis Kupu-kupu dengan Preferensi Pakan di Areal Kampus I Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta” disusun untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Program Studi S1, Biologi Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan proposal ini:

1. Priyanti, M.Si. sebagai pembimbing I dan Narti Fitriana, M.Si. sebagai pembimbing II terima kasih atas bimbingan, kritik dan saran yang telah diberikan.

2. DR. Lily Surayya Eka Putri, M.Env. Stud. selaku ketua program studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi dan DR. Syopiansyah jaya Putra, M. Sis. selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Jakarta.

3. Kepala Perpustakaan Universitas Indonesia Depok, Museum Serangga dan Taman Kupu Taman Mini Indonesia Indah serta Fakultas Sains dan Teknologi UIN Jakarta.


(8)

6. Abdul Kodir dan Zahratul Aini yang telah membantu dalam mencari literatur, memberikan kritik dan semangat.

7. Teman Biologi angkatan 2004 dan BSC Net terima kasih atas bantuan, saran dan kritiknya.

Semoga kebaikan yang telah diberikan dapat bermanfaat bagi Penulis dan dibalas oleh Allah SWT, amin. Segala kritik dan saran yang sifatnya membangun akan selalu terbuka sebagai bahan koreksi demi kelancaran dan keberhasilan Penulis.

Jakarta, September 2011


(9)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Hipotesis ... 3

1.4. Tujuan Penelitian ... 4

1.5. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kupu-kupu ... 5

2.1.1. Klasifikasi ... 5

2.1.2. Morfologi ... 6

2.1.3. Probosis ... 8

2.1.4. Siklus Hidup ... 9

2.1.5. Ekologi ... 10

2.1.6. Manfaat ... 12

2.2. Serangga Penyerbuk (Polinator) ...12

2.3. Hubungan Tanaman dengan Kupu-kupu ... 15

2.4. Bunga Objek Penelitian ...16


(10)

3.3. Cara Kerja ... 20

3.3.1.Di lapangan ... 20

A. Koleksi Kupu-kupu ... 20

B. Pengukuran Panjang Probosis ... 21

C. Pengukuran Bunga dan Kandungan Nektar ... 21

D. Pengukuran Faktor Lingkungan ... 22

3.3.2. Pembuatan awetan dan Identifikasi Kupu-kupu ... 22

3.4. Analisis Data ... 23

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil ... 24

4.1.1 Preferensi Pakan Kupu-kupu di Areal Kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 24

4.1.2 Panjang Probosis Kupu-kupu ... 25

4.1.3 Morfologi Bunga ... 26

4.1.4 Kandungan Nektar ... 27

4.1.5 Faktor Lingkungan ... 28

4.2. Pembahasan ... 32

4.2.1Preferensi Pakan Kupu-kupu di Areal Kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 32

4.2.1.1 Preferensi Pakan Pada Bunga Ixora sp. ... 32

4.2.1.2 Preferensi Pakan Pada Bunga H. rosa-sinensis ... 35

4.2.1.3 Preferensi Pakan Pada Bunga L. camara ... 38

4.2.2 Deskripsi Kupu-kupu ... 44

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5. 1. Kesimpulan ... 51


(11)

(12)

Tabel 2. Kupu-kupu yang mengunjungi bunga Ixora sp., H. rosa-sinensis dan

L. camara di areal kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 25 Tabel 3. Rata-rata (mm) panjang probosis kupu-kupu yang mengunjungi bunga Ixora sp., H. rosa-sinensis dan L. camara di areal kampus I UIN Syarif


(13)

Gambar 2. Bentuk dan Bagian Kepala Kupu-kupu ... 7

Gambar 3. Persentase (%) kupu-kupu yang mengunjungi ketiga jenis tanaman berbunga di areal kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 24

Gambar 4. Nilai rata-rata DBM (diameter bunga mekar), PTM (panjang ta- bung mahkota) dan DTM (diameter tabung mahkota) setiap bunga (mm) ... 26

Gambar 5. Nilai rata-rata kandungan nektar (%) setiap bunga per waktu pengamatan (pagi, siang dan sore hari) ... 27

Gambar 6. Nilai rata-rata kandungan nektar (%) setiap bunga per bulan ... 28

Gambar 7. Nilai rata-rata faktor lingkungan (suhu, kelembaban udara dan intensitas cahaya) pada pagi hari selama satu bulan di sekitar ketiga jenis bunga ... 28

Gambar 8. Nilai rata-rata faktor lingkungan (suhu, kelembaban udara dan intensitas cahaya) pada siang hari selama satu bulan di sekitar ketiga jenis bunga ……… 29

Gambar 9. Nilai rata-rata faktor lingkungan (suhu, kecepatan angin, kelemba- ban udara dan intensitas cahaya) pada sore hari selama satu bulan di sekitar ketiga jenis bunga ………. 30

Gambar 10. Nilai rata-rata kecepatan angin pada pagi, siang dan sore hari di sekitar ketiga jenis bunga ………... 31

Gambar 11. Nilai rata-rata faktor lingkungan (suhu, kecepatan angin, kelemba- ban udara dan intensitas cahaya) selama satu bulan di seki- tar ketiga jenis bunga ... 32

Gambar 12. Permukaan atas (a) dan bawah sayap (b) H. bolina betina ... 45

Gambar 13. Permukaan atas (a) dan bawah sayap (b) G. agamemnon jantan ... 46

Gambar 14. Permukaan atas (a) dan bawah sayap (b) G. doson jantan... 46

Gambar 15. Permukaan atas (a) dan bawah sayap (b) G. sarpedon jantan ...47

Gambar 16. Permukaan atas (a) dan bawah sayap (b) P. memnon jantan... 47

Gambar 17. Kupu A. olferna jantan ... 49

Gambar 18. Kupu E. hecabe jantan ... 49

Gambar 19. Permukaan atas sayap (a) dan bawah sayap (b) D. hyparete jantan ... 50


(14)

(15)

bunga di kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 57

a. Bunga Ixora sp. ... 57

b. Bunga H. rosa-sinensis ... 57

c. Bunga L. camara ... 58

Lampiran 2. Kandungan nektar bunga Ixora sp., H. rosa-sinensis dan L. ca- mara ... 59

Lampiran 3. Ukuran diameter bunga mekar (DBM), panjang tabung mahkota (PTM) dan diameter tabung mahkota (DTM) (mm) pada ketiga jenis tanaman berbunga ... 60

a. Bunga Ixora sp. …... 60

b. Bunga H. rosa-sinensis…………...………... 60

c. Bunga L. camara ………... 61

Lampiran 4. Ukuran panjang probosis kupu-kupu ... 62

Lampiran 5. Frekuensi kunjungan kupu-kupu pada tanaman berbunga di areal kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta . ... 63

Lampiran 6. Hasil perhitungan korelasi pengaruh panjang probosis terhadap DBM (Diameter Bunga Mekar) DTM (Diameter Tabung Mah- kota) dan PTM (Panjang Tabung Mahkota) pada bunga Ixora sp. ... 64

Lampiran 7. Hasil perhitungan korelasi pengaruh panjang probosis terhadap DBM (Diameter Bunga Mekar) DTM (Diameter Tabung Mah- kota) dan PTM (Panjang Tabung Mahkota) pada bunga H.rosa-sinensis ... 66

Lampiran 8. Hasil perhitungan korelasi pengaruh panjang probosis terhadap DBM (Diameter Bunga Mekar) DTM (Diameter Tabung Mah- kota) dan PTM (Panjang Tabung Mahkota) pada bunga L. ca- mara ... 68

Lampiran 9. Jenis bunga yang dikunjungi oleh kupu-kupu (a) Ixora sp., (b) H. rosa-sinensis dan (c) L. camara………. 70


(16)

1.1Latar Belakang

Kupu-kupu merupakan salah satu hewan insekta (serangga) yang mudah dikenali oleh setiap orang karena memiliki warna dan bentuk sayap yang indah serta bersisik. Kupu-kupu mengunjungi tanaman dengan dua tujuan, yaitu: mencari makanan berupa nektar dan meletakkan telur pada bagian tanaman. Kupu-kupu memiliki peranan yang penting bagi tanaman. Salah satu peranan kupu-kupu adalah membantu penyerbukan tanaman berbunga. Penyerbukan yang dilakukan oleh kupu-kupu membantu proses terbentuknya buah dan biji dari suatu tanaman berbunga sehingga kupu-kupu juga berperan dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem (lingkungan) dan memperkaya keanekaragaman hayati tanaman (Bima, 2007; Hamidun, 2003).

Sejak awal areal kampus I Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dibangun telah ditanami dengan berbagai jenis tanaman untuk penghijauan. Tanaman tersebut diharapkan melengkapi fungsi klimatologis, hidrologis, pembersih udara, estetika dan juga penunjang bagi kehidupan hewan seperti kupu-kupu sehingga meningkatkan kekayaan jenis fauna di areal kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ditanami juga dengan tanaman berbunga seperti: soka (Ixora sp.), bougenvil (Bougenvillea spectabilis), bunga tahi ayam (Lantana camara), kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), pisang-pisangan (Heliconia psittacorum), philodendron


(17)

(Philodendron bipinnatifium) dan flamboyan (Delonyx regia) untuk menambah nilai estetika (Fitriana, 2008; Priyanti, 2008).

Kupu-kupu menyukai bunga berukuran kecil yang berjumlah banyak dalam suatu tangkai utama, berwarna menarik, berbentuk tabung yang sempit dan memanjang serta menghasilkan nektar (Darjanto dan Satifah, 1984; Richards, 1997; Thompson, 2000). Nektar biasanya terletak pada bagian yang tersembunyi sehingga tidak semua hewan pengunjung dapat mengambilnya. Dalam mengambil nektar, kupu-kupu dibantu oleh probosis yang dimilikinya. Probosis merupakan alat penghisap yang berbentuk panjang dan tipis.

Satu jenis tanaman berbunga dapat dikunjungi oleh kupu-kupu yang berbeda. Hal ini disebabkan adanya preferensi kupu-kupu dengan tanaman pakan. Selain itu, panjang probosis juga menentukan jenis tanaman berbunga yang dipilihnya. Setiap jenis kupu-kupu memiliki panjang probosis yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa kunjungan kupu-kupu dalam mencari pakan dipengaruhi oleh panjang probosisnya (Loveless, 1989; Soekardi, 2004).

Berdasarkan hasil pengamatan Fitriana (2008), ada tiga jenis tanaman berbunga yang sering dikunjungi oleh kupu-kupu, yaitu: Ixora sp., H. rosa-sinensis dan L. camara. Ketiga jenis bunga ini memiliki warna mahkota dan kandungan nektar yang sangat disukai kupu-kupu. Alasan lain memilih ketiga jenis bunga ini sebagai objek penelitian adalah ketersediaan bunga-bunga tersebut sepanjang waktu sehingga memudahkan untuk pengamatan dan ketiga bunga ini memiliki bentuk yang berbeda.


(18)

Sampai saat ini belum ada informasi yang melaporkan tentang jenis kupu-kupu apa saja yang mengunjungi tanaman berbunga seperti: Ixora sp., H. rosa-sinensis dan L. camara yang terdapat di areal kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu, penelitian tentang ukuran panjang probosis dan preferensi pakan di areal kampus ini belum pernah dilakukan.

1.2Perumusan masalah

Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: a) Jenis kupu-kupu apa saja yang mengunjungi bunga Ixora sp., H.

rosa-sinensis dan L. camara di areal kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta? b) Apakah terdapat hubungan antara panjang probosis kupu-kupu dengan

preferensi pakan di areal kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

1.3Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

a) Terdapat keanekaragaman jenis kupu-kupu yang mengunjungi bunga Ixora

sp., H. rosa-sinensis dan L. camara di areal kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b) Terdapat hubungan antara panjang probosis kupu-kupu dengan preferensi pakan di areal kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(19)

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

a) Untuk mengetahui jenis kupu-kupu yang mengunjungi bunga Ixora sp.,

H. rosa-sinensis dan L. camara di areal kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b) Untuk mengetahui hubungan antara panjang probosis kupu-kupu dengan preferensi pakan di areal kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

a) Dapat memberikan informasi tentang jenis kupu-kupu yang mengunjungi bunga Ixora sp., H. rosa-sinensis dan L. camara di areal kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b) Dapat memberikan informasi hubungan antara panjang probosis kupu-kupu dengan preferensi pakan di areal kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

c) Dapat memberikan informasi tambahan untuk pengembangan program penghijauan di areal kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

d) Dapat digunakan sebagai database untuk penelitian lebih lanjut tentang keanekaragaman fauna yang terdapat di areal kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(20)

2.1Kupu-kupu 2.1.1Klasifikasi

Kupu-kupu memiliki tubuh yang khas dan bentuk sayap yang berbeda dengan serangga lain. Sayap kupu-kupu bersisik, sisik tersebut saling menutup yang menghasilkan pola warna tertentu. Sisik-sisik ini dapat menimbulkan bekas seperti debu pada jari seseorang bila dipegang. Ciri inilah yang menyebabkan hewan tersebut digolongkan ke dalam ordo Lepidoptera, yang berasal dari kata

lepis: sisik dan pteron: sayap (Salmah dkk., 2002).

Berdasarkan aktivitasnya, kupu dikenal dua kelompok, yaitu kupu-kupu siang (aktif siang hari atau diurnal) dan ngengat (aktif malam hari atau nokturnal). Kupu-kupu siang mempunyai tubuh yang langsing, sayap pada umumnya berwarna cerah, indah dan menarik, serta antena pada ujungnya membesar. Pada waktu istirahat sayapnya menutup dan tegak lurus dengan tubuh sehingga yang terlihat adalah permukaan sebelah bawah. Kupu-kupu malam tubuhnya lebih gemuk, warna sayapnya kusam dan antena berbentuk seperti bulu ayam. Pada waktu istirahat sayapnya terbuka, menutup abdomen (perut) sehingga yang terlihat adalah permukaan atas dari sayap (Salmah dkk., 2002).

Menurut Borror dkk. (1992) klasifikasi kupu-kupu adalah Filum: Arthropoda; Subfilum: Mandibulata; Kelas: Insekta; Subkelas: Pterygota; Divisi: Endopterygota; Ordo: Lepidoptera; Subordo: Rhopalocera. Subordo ini memiliki


(21)

beberapa famili, antara lain: Papilionidae, Pieridae, Nymphalidae, Danaidae, Satyridae dan Lycaenidae.

2.1.2Morfologi

Kupu-kupu termasuk ke dalam divisi Endopterygota dengan empat fase hidup yang berbeda yaitu telur, larva, pupa dan dewasa. Divisi ini memiliki perbedaan bentuk dan makanan pada fase muda dan dewasa sehingga tidak terjadi persaingan antara keduanya (Preston-Mafham dan Preston-Mafham, 1988).

Kupu-kupu mempunyai tubuh yang terbagi menjadi tiga bagian, yaitu: caput (kepala), toraks (dada) dan abdomen (perut) (Gambar 1). Tubuh kupu-kupu ditopang oleh kerangka luar (eksoskeleton) tempat organ dalam melekat di sisi bagian dalam. Sebagian besar rangka luar berupa lapisan kitin yang tidak tembus air dan tidak larut dalam asam organik (Noerdjito dan Aswari, 2003).

Gambar 1. Bentuk dan Bagian Tubuh Kupu-kupu (D’ Abrera, 1977 dalam

Noerdjito dan Aswari, 2003)

Kupu-kupu memiliki kepala dengan enam ruas. Tiga ruas pertama bergabung dengan tiga komponen sensori yaitu mata majemuk, mata tunggal dan


(22)

antena. Tiga ruas kepala lainnya berasosiasi dengan bagian mulut. Mandibula (rahang bawah) kupu-kupu tereduksi dan maksila beradaptasi sebagai alat penghisap (probosis). Palpus labialis merupakan bagian bibir yang sangat sensitif sebagai alat peraba dalam memilih makanannya (Gambar 2) (Amir dkk., 2003; Borror dkk., 1992).

Gambar 2. Bentuk dan Bagian Kepala Kupu-kupu (Amir, dkk., 2003)

Toraks merupakan tempat melekatnya kepala yang dihubungkan oleh selaput tipis yang merupakan leher sehingga kepala dapat digerakkan. Toraks terbagi menjadi protoraks, mesotoraks dan metatoraks. Protoraks biasanya kecil dan tereduksi. Mesotoraks merupakan bagian yang terbesar dan metatoraks lebih kecil dari mesotoraks. Pada masing-masing ruas toraks terdapat sepasang kaki sedangkan sayap terdapat pada ruas meso dan metatoraks (Preston-Mafham dan Preston-Mafham, 1988). Kaki bagian depan biasanya sangat sensitif berguna dalam mengenali adanya bunga, nektar atau pasangannya (Noerdjito dan Aswari, 2003). Bentuk dan ukuran sayap depan berbeda dengan sayap belakang, sayap depan biasanya lebih besar daripada sayap belakang (Amir dkk., 2003).


(23)

Abdomen kupu-kupu terdiri atas 10 ruas dan ruas terakhir mengalami modifikasi menjadi organ genital. Pada sisi-sisi bagian abdomen terdapat enam sampai tujuh spirakel. Alat pencernaan, jantung, organ ekskresi dan organ kelamin serta sistem otot yang kompleks terdapat di dalam abdomen (Amir dkk., 2003).

2.1.3 Probosis

Probosis adalah alat penghisap berbentuk belahan tabung yang bersatu. Probosis terletak pada bagian kepala dan letaknya sama pada semua jenis kupu-kupu tetapi ukuran panjangnya berbeda dapat dilihat pada Gambar 2. Apabila tidak digunakan, probosis akan digulung dan dapat dijulurkan kembali (Noerdjito dan Aswari, 2003). Dengan adanya probosis akan memudahkan kupu-kupu mengambil makanannya yang tersembunyi di dalam kelenjar nektar bunga. Selain kupu-kupu, lebah juga memiliki probosis yang fungsinya sama yaitu untuk mengambil nektar tetapi ukuran probosis lebah berbeda dengan probosis yang dimiliki kupu-kupu (Rusfidra, 2008).

Bentuk dan panjang probosis disesuaikan dengan morfologi hewan dan jenis pakannya. Kupu-kupu dengan ukuran tubuh yang besar memiliki probosis yang lebih panjang dibandingkan kupu-kupu yang berukuran kecil dan bunga dengan tabung mahkota yang pendek akan cenderung dikunjungi kupu-kupu dengan probosis yang pendek dan sebaliknya sehingga terdapat kesesuaian antara panjang probosis dengan tinggi tabung mahkota bunga yang dikunjunginya (Soekardi, 2004).


(24)

2.1.4 Siklus Hidup

Kupu-kupu adalah serangga holometabola yang siklus hidupnya melalui stadium telur, larva (ulat), pupa (kepompong) dan imago (dewasa).

a. Telur

Telur kupu-kupu berukuran 1-2 mm, warna dan bentuknya beragam. Bentuknya ada yang setengah bulat, spiral, oval dan bulat. Telur diletakkan pada bagian bawah permukaan daun tanaman inangnya. Masa stadium telur berbeda-beda pada tiap jenis kupu-kupu, seperti: masa stadium telur Graphium agamemnon 45 hari dan Papilio memnon lima hari.

b. Larva (Ulat)

Telur akan menetas menjadi larva (ulat). Larva yang baru menetas, panjangnya berukuran sekitar 2-3 mm. Fase larva adalah fase makan yang sangat intensif dan mengalami pergantian kulit hingga lima kali tergantung pada jenis dan kesehatan larvanya. Setiap jenis memiliki bentuk, warna dan bulu ulat yang berbeda dan memakan pakan yang berbeda pula. Itulah sebabnya kupu-kupu meletakkan telurnya pada tanaman inangnya, yang akan dimakan ulat setelah menetas. Larva memiliki perlindungan dari serangga predator berupa osmeterium, yaitu: semacam zat beracun yang tidak berbau dan tidak enak. Lamanya fase ini berbeda-beda, ada yang waktunya pendek ada pula yang hanya beberapa minggu

bahkan berbulan-bulan baru menjadi kepompong, seperti: lamanya larva


(25)

c. Pupa (Kepompong)

Jika larva telah tumbuh sempurna maka akan berhenti makan dan bersiap untuk berkembang menjadi pupa (kepompong). Pada Fase pupa, ulat akan mengalami fase istirahat. Pada fase ini, akan terbentuk sel-sel imago. Masa stadium pupa G. agamemnon 11-12 hari dan P. memnon 13-15 hari.

d. Imago (Dewasa)

Dari pupa akan keluar kupu-kupu dewasa yang berwarna indah dan telah dilengkapi dengan alat-alat penting seperti: sayap, antena, probosis dan kaki. Setelah keluar dari pupa, kupu-kupu ini tidak langsung terbang tetapi bergantung pada kantung pupanya sampai sayap-sayapnya kering dan siap untuk terbang. Kupu-kupu ini siap untuk kawin dan bereproduksi kembali (Achmad, 2002; Braby, 2000 dalam Amir dkk., 2003; Salmah dkk., 2002).

2.1.5 Ekologi

Kupu-kupu dapat ditemukan pada hampir setiap habitat yang menyebar mulai dari daerah dataran tinggi sampai dataran rendah. Penyebaran geografi yang luas dan keanekaragaman kupu-kupu dapat memberikan informasi yang baik dalam studi lingkungan (Hamidun, 2003).

Aktivitas kupu-kupu dalam mencari makanan dimulai pada pagi menjelang siang. Hal ini disesuaikan dengan sekresi nektar yang dimulai kira-kira pukul 07.30 WIB dan sekresi nektar akan meningkat pada pertengahan hari dibandingkan pagi hari (Cruden, Parker dan Peterson, 1979 dalam Cruden dan


(26)

Parker, 1979). Dengan demikian terdapat hubungan antara kandungan nektar dengan waktu kunjungan kupu-kupu pada bunga (Fitriana, 2008).

Keanekaragaman kupu-kupu dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain adalah faktor lingkungan dan keberadaan vegetasi sebagai inang dan pakan kupu. Keadaan lingkungan berpotensi untuk mendukung keanekaragaman kupu. Adanya pembangunan yang tidak terencana dapat menekan habitat kupu-kupu (Almaidah, 2005). Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi kehidupan kupu-kupu, antara lain: suhu, kelembaban udara dan kecepatan angin. Kupu-kupu akan mencari makanan pada suhu yang hangat berkisar 30oC. Suhu tubuh kupu-kupu pada saat terbang 5–10oC di atas suhu lingkungan. Pencarian makanan pada suhu yang rendah akan membutuhkan energi yang banyak (Mamahit, 2003; Soedrajat, 2008). Kupu-kupu beraktivitas pada kelembaban udara sekitar 60% karena dapat mengurangi resiko kekurangan air (dehidrasi) akibat terik matahari dan beraktivitas dengan kisaran cahaya 230 Klx (Amir dkk., 2003; Feltwell, 1986).

Komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan kupu-kupu adalah tersedianya tanaman sebagai sumber pakan, tempat berlindung dari serangan predator atau gangguan lainnya dan sebagai tempat untuk berkembang biak (Hamidun, 2003). Semakin banyak cairan nektar yang tersedia, yang dicirikan oleh kelimpahan tanaman berbunga panghasil nektar maka semakin banyak pula kupu-kupu yang datang mengunjungi tempat tersebut (Achmad, 2007).


(27)

2.1.6 Manfaat

Kupu-kupu memiliki beberapa manfaat baik untuk manusia, tanaman atau lingkungan, diantaranya:

a. Mempunyai nilai artistik/keindahan sehingga digunakan sebagai hiasan dinding, meja, penindih kertas, tatakan gelas, tirai, dompet dan motif tekstil b. Bahan penelitian biologi (Bima, 2007).

Kupu-kupu dapat juga digunakan sebagai bioindikator. Keanekaragaman jenis kupu-kupu yang tinggi di suatu daerah menandakan sehatnya biologi lingkungan di tempat tersebut (Amir dkk., 2003). Beberapa alasan kupu-kupu dijadikan sebagai bioindikator diantaranya:

a) Stadium larva maupun dewasa sangat bergantung pada keragaman tanaman inang sehingga memberikan hubungan yang erat antara keragaman kupu-kupu dengan kondisi lingkungannya, seperti larva Troides helena hanya memakan daun Aristolochia tagala maka hilangnya pohon tersebut berarti hilang pula kupu-kupu T. helena

b) Kupu-kupu sangat sensitif terhadap perubahan faktor lingkungan yang biasanya terjadi pada saat terjadinya perubahan struktur hutan (Brown dkk., 1991 dalam Widhiono, 2009).

2.2 Serangga Penyerbuk (Polinator)

Penyerbukan (polinasi) merupakan proses ekologi yang didasarkan atas adanya interaksi saling menguntungkan antara tanaman dan polinator. Polinasi merupakan mekanisme transfer serbuk sari dari sel kelamin jantan menuju sel


(28)

kelamin betina pada bunga. Polinasi ini sangat penting untuk proses fertilisasi (pembuahan) yang akhirnya akan menghasilkan bunga, buah dan biji (Rusfidra, 2006a).

Penyerbukan dapat terjadi dengan bantuan polinator (penyerbuk). Polinator terbagi dua yaitu: polinator abiotik (angin, air dan gravitasi) dan polinator biotik (serangga, burung dan beberapa mamalia). Serangga merupakan salah satu jenis hewan yang sangat membantu dalam proses penyerbukan. Penyerbukan yang dilakukan oleh serangga disebut entomofili. Kupu-kupu merupakan salah satu polinator, ketika kupu-kupu sedang mengambil makanannya, secara tidak sengaja serbuk sari akan menempel pada tubuhnya sehingga memungkinkan menempelnya serbuk sari ke kepala putik ketika kupu-kupu hinggap pada bunga. Proses ini membantu dalam penyerbukan tanaman (Syafei, 1990).

Tabel 1. Hubungan Warna Bunga terhadap Polinator (Putra, 2006)

Warna Penyerbuk

Coklat Kumbang, tawon, lalat

Kelabu Kumbang, lalat, kelelawar

Putih Kumbang, kelelawar, lebah, ngengat

Kuning Lebah, kupu-kupu

Biru Lebah, kupu-kupu, burung

Merah Kupu-kupu, burung

Hijau Burung

Pencarian makanan oleh serangga polinator dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu, seperti: morfologi bunga dan kandungan nektar. Salah satu morfologi bunga yang menarik perhatian hewan polinator adalah warna mahkota bunga.


(29)

Warna sangat berhubungan dengan polinator seperti: lebah biasanya menyerbuki bunga yang berwarna kuning, ungu, biru atau beberapa kombinasi warna tersebut sedangkan kupu-kupu menyerbuki bunga yang berwarna merah, biru cerah, kuning atau oranye dapat dilihat pada Tabel 1 (Levetin dan Mc Mahon, 1999).

Pola warna yang berbeda pada bagian daun mahkota (petal) menunjukkan letak nektar pada bunga. Letak nektar sering kali tidak terlihat oleh mata manusia tetapi sering tampak dalam cahaya ultraviolet (UV) yang dapat terlihat oleh serangga. Pada beberapa jenis tanaman hanya menampakkan petunjuk letak nektar pada cahaya UV (Sterndkk., 2003).

Kupu-kupu akan mengunjungi tanaman karena ada isyarat makanan yang diberitahu melalui bau dan nektar. Tidak semua bau bunga menarik bagi manusia misalnya bau bunga bangkai, bagi lalat bau bunga bangkai sangat menarik perhatiannya (Levetin dan Mc Mahon, 1999). Kumbang cenderung mengunjungi bunga dengan bau busuk dan kupu-kupu lebih menyukai bunga dengan bau yang harum/wangi (Stern dkk., 2003).

Nektar adalah larutan gula yang dihasilkan tanaman biasanya mengandung sukrosa, glukosa dan fruktosa. Persentase kandungan air pada nektar berkisar antara 40%-80% (Lamerkabel, 2004). Hewan polinator memerlukan energi yang besar sehingga akan lebih memilih tanaman yang memproduksi nektar dalam jumlah banyak. Tanaman yang memproduksi nektar akan memiliki perlindungan tersendiri seperti bentuk tabung mahkota yang panjang, yang hanya dapat dijangkau oleh beberapa jenis hewan polinator saja seperti lebah dan kupu-kupu yang memiliki probosis untuk menjangkau nektar tersebut (Price, 1989).


(30)

Kupu-kupu dan ngengat biasanya memilih tanaman yang memproduksi nektar dalam jumlah yang cukup besar sekitar 29% dengan komposisi 10-70% gula, lipid, asam amino dan protein (Schooven dan van Loon, 1998 dalam Fitriana, 2008; Romoser dan Stoffolano, 1998).

2.3 Hubungan Tanaman dengan Kupu-kupu

Kupu-kupu memerlukan tanaman sebagai sumber nektar dan sumber air untuk kelangsungan hidupnya serta untuk meletakkan telur-telurnya pada bagian-bagian tanaman yaitu daun dan batang. Aktivitas kupu-kupu dimulai pada pagi menjelang siang menyesuaikan dengan kesiapan tanaman untuk menyediakan makanannya. Dengan demikian terdapat hubungan antara kehadiran kupu-kupu dengan waktu berbunga (Loveless, 1989).

Nektar dihasilkan oleh kelenjar tanaman dalam bentuk larutan dengan konsentrasi yang bervariasi. Kelenjar ini dapat berasal dari suatu bagian khusus (suatu alat tambahan) pada bunga (nectary internal floral) atau dari salah satu bagian bunga yang telah mengalami modifikasi dan telah berubah fungsinya (nectary extra floral). Kelenjar nektar yang merupakan modifikasi salah satu bagian bunga dapat berasal dari: dasar bunga, daun kelopak, daun mahkota, dan benang sari (Hidayat, 1995; Rusfidra, 2006b; Tjitrosoepomo, 2003).

Sekresi nektar dimulai pada pagi hari. Proses sekresi nektar maksimal terjadi pada saat bunga mekar pertama kali dan produksinya terus menurun hingga bunga layu. Sekresi nektar pada jenis bunga yang berbeda memiliki kandungan yang berbeda pula, baik dari segi komposisinya, kuantitasnya maupun


(31)

kualitatifnya. Hal ini karena secara tidak langsung proses pembentukan nektar bersifat khas, pada jenis tumbuhan yang berbeda akan memiliki proses fisiologi yang unik dan khas sehingga berbeda dengan jenis lain (Fahn, 1979 dalam

Tricahyadi, 2007).

Intensitas sekresi nektar bervariasi pada setiap bunga. Faktor internal dan eksternal mempengaruhi jumlah nektar yang dihasilkan. Sekresi nektar sering terjadi pada periode yang sangat terbatas (Cutter, 1978). Faktor internal yang mempengaruhi produksi nektar diantaranya morfologi dan fisiologi. Jika jumlah floem lebih menonjol daripada xilem maka konsentrasi nektar dapat mencapai 50% dan jika xilem yang lebih dominan maka konsentrasi gula mungkin turun sampai 8%. Faktor eksternal yang berpengaruh diantaranya kelembaban dan suhu udara. Meskipun nektar terletak di bagian yang terlindung hujan tetapi karena sifatnya yang higroskopis menyebabkan nektar akan encer pada suhu udara dan intensitas cahaya yang tinggi (Esau, 1977). Kelembaban udara dapat menyebabkan terjadinya evaporasi atau absorbsi air pada nektar. Keadaan ini mempengaruhi kenaikan atau pun penurunan konsentrasi gula pada nektar (Kevan dan Baker, 1984 dalam Tricahyadi, 2007).

2.4 Bunga Objek Penelitian

Menurut Fitriana (2008) terdapat 11 jenis tanaman berbunga yang sering dikunjungi oleh serangga di areal kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Namun hanya 9 jenis tanaman berbunga saja yag dikunjungi oleh Lepidoptera (kupu-kupu dan ngengat), yaitu: Ixora sp., Ageratum conyzoides, B. spectabilis,


(32)

Chrysantemum indicum, Musaenda frondosa, Nephelium lappaceum, Syzigium aqueum, H. rosa-sinensis dan L. camara. Berikut ini adalah deskripsi tanaman berbunga yang dijadikan objek penelitian:

a. Bunga Soka (Ixora sp.)

Tanaman ini termasuk anggota famili Rubiaceae dengan kelopak berbentuk lonceng dan makhota berbentuk terompet (Tjitrosoepomo, 2002; Van Steenis, 1992). Bunganya merupakan majemuk campuran yaitu malai rata tetapi bagian-bagiannya berupa anak payung menggarpu. Bunga berbentuk tabung dengan warna merah, kuning atau jingga (Tjitrosoepomo, 2003).

b. Kembang Sepatu (H. rosa-sinensis)

Termasuk famili Malvaceae (Tjirosoepomo, 2002). Kembang sepatu tumbuh di ketiak daun (flos lateralis), terdapat daun kelopak tambahan (epicalyx)

berjumlah satu. Daun mahkota berwarna merah atau merah muda yang berjumlah lima helai dan bunganya berbentuk seperti terompet (Tjitrosoepomo, 2003; Van Steenis, 1992).

c. Bunga Tahi Ayam (L. camara)

Tanaman tergolong ke famili Verbenaceae dengan batang berkayu dan berduri (Van Steenis, 1992; Tjitrosoepomo, 2002). Bunga berbentuk terompet dengan daun mahkota berwarna putih, kuning atau ungu dan merupakan bunga majemuk berbentuk payung (umbella) (Tjitrosoepomo, 2003).


(33)

2.5 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pada tanggal 20 Mei 2002, IAIN (Institut Agama Islam Negeri) Syarif Hidayatullah Jakarta resmi berganti nama menjadi UIN (Universitas Islam Negeri) Syarif Hidayatullah Jakarta sesuai dengan Keputusan Presiden RI No.31 Tahun 2002. Lokasi kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terletak di Jalan Ir. H. Juanda 95 Ciputat Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Secara geografis UIN terletak pada 600 18’ 24,26’ LS dan 1060 45’ 14,96’ BT. Kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki luas sekitar 71.620 m2 (Anonimus, 2008).

Berbagai jenis tanaman ditanam di areal kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki berbagai fungsi, antara lain:

 Menciptakan lingkungan kampus yang sejuk, rapi, bersih dan indah sehingga nyaman untuk kegiatan belajar mengajar.

 Melestarikan ekosistem yang mantap serta keseimbangan hidro-orologis lingkungan sekitarnya.

 Membangun laboratorium alam serta sarana penyedia bahan praktikum pada beberapa mata kuliah seperti: anatomi tanaman, morfologi tanaman, ekologi, fisiologi tanaman dan lain-lain.

 Menyerap karbon dan penghasil oksigen.  Koleksi dan konservasi keanekaragaman hayati.

 Sebagai pelindung dari terpaan angin yang kencang serta menjadi peredam kebisingan dan sebagainya (Hidayat dan Akyas, 2004).


(34)

3.1 Waktu dan Tempat

Pengambilan sampel dan pengamatan dilakukan setiap pagi, siang, dan sore hari (pukul 08.00-12.00 WIB, 14.00-15.00 WIB dan 16.00-17.00 WIB) pada bulan Agustus sampai September 2008 dengan interval waktu satu minggu. Pengambilan sampel bunga Ixora sp. dan L. camara dilakukan di sekitar Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) sedangkan bunga H. rosa-sinensis di sekitar

Student Center (SC). Pengawetan kupu-kupu dilakukan di Laboratorium Terpadu UIN, Jakarta dan identifikasi dilakukan di Museum Serangga dan Taman Kupu (MSTK), TMII, Jakarta.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah kupu-kupu, nektar bunga (Ixora sp., H. rosa-sinensis, L. camara), kapur barus (nafthalen), air suling dan alkohol 70%.

Alat-alat yang diperlukan dalam penelitian adalah: jaring serangga (insect net), kertas papilot, papan perentang, jarum pentul, jarum suntik, pinset, oven Memmert, kotak serangga, termometer Boeco 600C, jam tangan, alat tulis, anemometer Biram’s Model TN 27, higrometer Hanna, luxmeter Takemura electric works Ltd, plastik, kamera Canon, hand-held refractometer dan jangka sorong Tricle brand akurasi 0,05 mm.


(35)

3.3 Cara Kerja 3.3.1 Di lapangan A. Koleksi Kupu-kupu

Penelitian ini dilakukan dengan metode survei berdasarkan teknik random sampling yang dilakukan pada jenis tanaman tertentu. Tanaman yang digunakan untuk pengamatan adalah: Ixora sp., H. rosa-sinensis dan L. camara. Waktu pengamatan dibagi menjadi tiga kali, yaitu: pagi (08.00-12.00 WIB), siang (14.00-15.00 WIB) dan sore hari (16.00-17.00 WIB).

Kupu-kupu yang dikoleksi adalah kupu-kupu yang mengunjungi ketiga jenis tanaman objek penelitian. Penangkapan kupu-kupu menggunakan jaring serangga, kupu-kupu yang tertangkap kemudian dimatikan dengan menekan bagian toraks (dada). Kemudian dilakukan pengukuran panjang probosis menggunakan jangka sorong. Hasil pengukuran panjang probosis akan dirata-ratakan dan dihitung nilai standar deviasi (sd). Sayap kupu-kupu dilipat ke atas, disimpan di dalam kertas papilot dan dimasukkan ke dalam plastik lalu diberi kapur barus. Kupu-kupu yang dikoleksi dicatat waktu penangkapan dan diberi label serta dicatat pula jumlah individu dan jenis kupu-kupu yang mengunjungi satu tanaman dan waktu kunjungan kupu-kupu (Thompson, 2000). Kupu-kupu yang tertangkap akan diidentifikasi dan dihitung persentase jumlahnya berdasarkan famili sehingga akan terlihat persentase preferensi pakan kupu-kupu di kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(36)

B. Pengukuran Panjang Probosis

Pengukuran panjang probosis harus dilakukan segera setelah kupu-kupu mati. Jika tidak, maka akan kesulitan untuk mengukurnya. Cara pengukuran panjang probosis yaitu merentang probosis yang tergulung sehingga dapat diukur panjangnya. Pengukuran dilakukan dari pangkal hingga ujung probosis menggunakan jangka sorong. Nilai yang diperoleh akan dihitung rata-ratanya. C. Pengukuran Bunga danKandungan Nektar

Diambil lima bunga pada masing-masing jenis untuk diukur panjang tabung mahkota, diameter bunga mekar dan diameter tabung mahkota dengan jangka sorong. Pengukuran ketiga parameter bunga ini dilakukan pada pagi, siang dan sore hari kemudian dirata-ratakan berdasarkan waktu pengamatan.

Pada masing-masing tanaman diambil satu hingga lima bunga untuk diukur kandungan nektarnya menggunakan hand-held refractometer. Jika pada bunga tersebut kandungan nektarnya terlalu sedikit maka jumlah bunganya dapat ditambah. Pengukuran kandungan nektar dilakukan dengan mengambil nektar dari bunga menggunakan jarum suntik lalu diletakkan di atas kaca hand-held refractometer dan diteropong ke arah cahaya untuk mengetahui kandungan nektar. Jika kandungan nektarnya terlalu sedikit maka dapat ditambahkan air satu tetes hingga satu ml. Pengukuran kandungan nektar dilakukan tiga kali yaitu: pagi, siang dan sore hari. Hasil yang diperoleh akan dirata-ratakan sehingga akan terlihat nilai rata-rata kandungan nektar pada setiap tanaman per waktu pengamatan (pagi, siang, dan sore hari). Satuan untuk alat hand-held refractometer adalah persen (%).


(37)

D. Pengukuran Faktor Lingkungan

Pada saat penangkapan, faktor lingkungan seperti: suhu (0C), kelembaban udara relatif (%), kecepatan angin (m/s) dan intensitas cahaya (Klx) juga diukur dengan termometer, higrometer, anemometer dan luxmeter. Pengukuran faktor lingkungan dilakukan tiga kali yaitu: pagi, siang dan sore hari. Hasil yang diperoleh akan dirata-ratakan berdasarkan waktu pengamatan sehingga akan terlihat nilai rata-rata faktor lingkungan pada setiap tanaman selama satu bulan dan per waktu (pagi, siang, dan sore hari).

3.3.2 Pembuatan Awetan dan Identifikasi Kupu-kupu

Pengawetan kupu-kupu dilakukan secara kering. Jika kupu-kupu sulit diopset, bagian toraks dapat diteteskan dengan alkohol 70% supaya lebih lentur sehingga mudah diopset. Sampel kupu-kupu tersebut direntangkan sayapnya menggunakan papan perentang, kertas minyak, jarum pentul dan pinset. Sampel kupu-kupu yang telah direntangkan sayapnya kemudian dikeringkan di dalam oven pada suhu 400C selama 7-10 hari. Selanjutnya sampel tersebut dimasukkan ke dalam kotak serangga dan diberi kapur barus. Untuk identifikasi, digunakan referensi buku seperti yang ditulis oleh: D’Abrera (1984), Morrel (1960), Salmah, dkk. (2002), dan Smart (1991) atau membandingkan sampel dengan spesimen koleksi di MSTK TMII, Jakarta. Identifikasi dilakukan dengan melihat ciri-ciri morfologi kupu-kupu, seperti: venasi sayap, warna dan corak pada sayap.


(38)

3.4 Analisis Data

Data yang diperoleh dari lapangan akan ditabulasikan dan dianalisis secara deskripsi. Untuk mengetahui hubungan panjang probosis kupu-kupu dengan preferensi tanaman pakan maka data akan dihitung nilai korelasi dan regresi dengan SPSS 17.


(39)

4.1HASIL

4.1.1Preferensi Pakan Kupu-kupu di Areal Kampus I UIN Syarif Hidayatul- lah Jakarta

Frekuensi kupu-kupu mengunjungi bunga Ixora sp., H. rosa-sinensis dan

L. camara berbeda. Berdasarkan hasil pengamatan bahwa ketiga famili kupu-kupu yang terkoleksi paling banyak mengunjungi bunga L. camara yaitu: Nymphalidae

(6,59%), Papilionidae (19,78%) dan Pieridae (24,18% ) (Gambar 3).

Gambar 3. Persentase (%) kupu-kupu yang mengunjungi ketiga jenis tanaman ber-bunga di areal kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


(40)

4.1.2 Panjang Probosis Kupu-kupu

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa bunga L. camara paling sering di- kunjungi kupu-kupu baik pagi (lima jenis), siang (enam jenis) ataupun sore hari (dua hari). Data kunjungan kupu-kupu pada setiap bunga per waktu pengamatan disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Kupu-kupu yang mengunjungi bunga Ixora sp., H. rosa-sinensis dan

L. camara di areal kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ket: √ = Kunjungan kupu-kupu

- = Tidak ada kunjungan kupu-kupu P = Pagi (08.00-12.00 WIB)

Sg = Siang (14.00-15.00 WIB) Sr = Sore (16.00-17.00 WIB)

Kupu-kupu memiliki panjang probosis yang berbeda satu dengan lainnya. Kupu-kupu Papilio memnon memiliki rata-rata panjang probosis yang paling pan-jang yaitu 28,83 mm ± 0,04 sedangkan E. hecabe mempunyai probosis terpendek 8,98 mm ± 0,36. Data panjang probosis pada tiap jenis kupu-kupu yang dikoleksi disajikan dalam Tabel 3.

No Taksa

Tanaman Berbunga

Ixora sp. H. rosa-sinensis L. camara

P Sg Sr P Sg Sr P Sg Sr

Nymphalidae

1 Hypolimnas bolina - - - - √ - - √ √

Papilionidae

2 Graphium agamemnon √ √ - √ √ √ √ √ - 3 G. doson - - - √ √ - 4 G. sarpedon - - - √ √ - 5 Papilio memnon - - - √ - - - - -

Pieridae

6 Appias olferna √ √ - √ - - √ √ √ 7 Delias hyparete √ - - √ - - √ √ - 8 Eurema hecabe √ - - - √ √ - 9 Leptosia nina - √ - - - - √ √ -


(41)

Tabel 3. Rata-rata (mm) panjang probosis kupu-kupu yang mengunjungi bunga Ixora sp., H. rosa-sinensis dan L. camara di areal kampus I UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

No Taksa Rata-rata panjang probosis (mm)

Nymphalidae

1 H. bolina 13,44 ± 0,09 Papilionidae

2 G. agamemnon 14,90 ± 2,67

3 G. doson 15,96 ± 0,15

4 G. sarpedon 16,05 ± 0,30

5 P. memnon 28,83 ± 0,04 Pieridae

6 A. olferna 9,13 ± 0,69

7 D. hyparete 12,85 ± 0,51

8 E. hecabe 8,98 ± 0,36

9 L. nina 8,99 ± 0,46

4.1.3 Morfologi Bunga

Gambar 4. Nilai rata-rata DBM (diameter bunga mekar), PTM (panjang tabung mahkota) dan DTM (diameter tabung mahkota) setiap bunga (mm)


(42)

H. rosa-sinensis memiliki diameter bunga mekar (DBM= 88,86 mm) dan diameter tabung mahkota terlebar (DTM= 5,66 mm) serta memiliki panjang tabung mahkota terpanjang (PTM= 35,18 mm). Diameter bunga mekar, diameter tabung mahkota dan panjang tabung mahkota untuk setiap jenis bunga dapat dilihat pada Gambar 4.

4.1.4 Kandungan Nektar

Berdasarkan hasil pengukuran kandungan nektar per waktu pengamatan (pagi, siang dan sore hari) menunjukkan bahwa kandungan nektar tertinggi pada pagi (18,25%) dan siang hari (21,25%) terjadi pada bunga L. camara sedangkan kandungan nektar tertinggi pada sore hari (20,50%) terjadi pada bunga H. rosa-sinensis. Data kandungan nektar pada setiap jenis per waktu pengamatan dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Nilai rata-rata kandungan nektar (%) setiap bunga per waktu penga- matan (pagi, siang dan sore hari)


(43)

Hasil pengukuran nektar selama sebulan menunjukkan bahwa bunga

L. camara memiliki kandungan nektar tertinggi dengan rata 19%. Nilai rata-rata kandungan nektar setiap bunga per bulan dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Nilai rata-rata kandungan nektar (%) setiap bunga per bulan

4.1.5 Faktor Lingkungan

Gambar 7. Nilai rata-rata faktor lingkungan (suhu, kelembaban udara dan intensi-tas cahaya) pada pagi hari selama satu bulan di sekitar ketiga jenis bunga


(44)

Berdasarkan hasil pengukuran suhu, kelembaban udara relatif dan intensitas cahaya pada pagi hari menunjukkan bahwa suhu dan intensitas cahaya tertinggi terjadi di sekitar bunga H. rosa-sinensis (29,80C dan 135,0 Klx). Untuk kelembaban udara tertinggi terjadi di sekitar bunga L. camara yaitu 81,5%. Data hasil pengukuran suhu, kelembaban udara dan intensitas cahaya pada pagi hari di sekitar ketiga jenis tanaman berbunga disajikan pada Gambar 7.

Gambar 8. Nilai rata-rata faktor lingkungan (suhu, kelembaban udara dan intensi-tas cahaya) pada siang hari selama satu bulan di sekitar ketiga jenis bunga

Hasil pengukuran suhu dan intensitas cahaya pada siang hari mengalami peningkatan dari pagi hari. Suhu tertinggi pada siang hari terjadi di sekitar bunga

L. camara (33,20C), kelembaban udara tertinggi terjadi di sekitar bunga H. rosa-sinensis yaitu 67,1% dan intensitas cahaya tertinggi terjadi di sekitar bunga Ixora


(45)

intensitas cahaya pada siang hari di sekitar ketiga jenis tanaman berbunga disajikan pada Gambar 8.

Gambar 9. Nilai rata-rata faktor lingkungan (suhu, kecepatan angin, kelembaban udara dan intensitas cahaya) pada sore hari selama satu bulan di

seki-tar ketiga jenis bunga

Pada Gambar 9 terlihat hasil pengukuran suhu, kelembaban udara relatif dan intensitas cahaya pada sore hari di sekitar ketiga jenis tanaman berbunga. Nilai suhu tertinggi terjadi di sekitar bunga Ixora sp. (32,40C), kelembaban udara tertinggi terjadi di sekitar bunga H. rosa-sinensis (65,5%) dan intensitas cahaya tertinggi terjadi di sekitar bunga L. camara (148,3 Klx).

Berdasarkan hasil pengukuran kecepatan angin per waktu pengamatan menunjukkan perbedaan. Kecepatan angin tertinggi pada pagi dan sore hari terjadi di sekitar bunga H. rosa-sinensis (0,39 m/s dan 1,60 m/s) sedangkan pada siang hari (1,90 m/s) kecepatan angin tertinggi terjadi di sekitar bunga Ixora sp. Data


(46)

kecepatan angin di sekitar ketiga jenis tanaman berbunga per waktu pengamatan dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Nilai rata-rata kecepatan angin pada pagi, siang dan sore hari di seki- tar ketiga jenis bunga

Pada Gambar 11 disajikan hasil pengukuran faktor lingkungan: suhu, kecepatan angina, kelembaban udara relatif dan intensitas cahaya di sekitar ketiga jenis tanaman berbunga selama satu bulan. Suhu tertinggi terjadi pada pengamatan di sekitar bunga Ixora sp. dan H. rosa-sinensis yaitu 31,400C. Untuk nilai kecepatan angin dan intensitas cahaya terjadi di sekitar bunga Ixora sp. yaitu 1,13 m/s dan 166,67 Klx sedangkan nilai kelembaban udara tertinggi terjadi di sekitar bunga H. rosa-sinensis yaitu 70,50%.


(47)

Gambar 11. Nilai rata-rata faktor lingkungan (suhu, kecepatan angin, kelembaban udara dan intensitas cahaya) selama satu bulan di sekitar ketiga jenis bunga

4.2Pembahasan

4.2.1Preferensi Pakan Kupu-kupu di Areal Kampus I UIN Syarif Hidayatul- lah Jakarta

4.2.1.1 Preferensi Pakan Pada Bunga Ixora sp.

Berdasarkan hasil pengamatan ditemukan 3 famili kupu-kupu yang mengunjungi tanaman berbunga seperti: Ixora sp., H. rosa-sinensis dan L. ca-mara di areal kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu: Nymphalidae, Papilionidae dan Pieridae. Berdasarkan hasil pengamatan bahwa bunga Ixora sp. dikunjungi famili Papilionidae (7,69%) dan Pieridae (13,19%); bunga H. rosa-sinensis dikunjungi Nymphalidae (3,29%), Papilionidae (10,99%) dan Pieridae


(48)

Papilionidae (19,78%) dan Pieridae (24,18% ) (Gambar 3). Dari data tersebut terlihat bahwa famili Pieridae lebih sering mengunjungi ketiga jenis tanaman berbunga dibandingkan Nymphalidae dan Papilionidae.

Bunga Ixora sp. memiliki morfologi berbunga majemuk, berwarna merah, berbentuk tabung dan harum. Bunga ini dikunjungi lima jenis kupu-kupu dengan

panjang probosis antara 8,98-14,90 mm yaitu: G. agamemnon, A. olferna,

D. hyparete, E. hecabe dan L. nina (Tabel 2 dan 3). Kupu-kupu G. agamemnon

dan H. bolina juga terlihat mengunjungi bunga Ixora sp. di sekitar kampus UI Depok (Handayani, 2000). Ukuran bunga ini lebih besar dibandingkan bunga

L. camara. Bunga Ixora sp. memiliki diameter bunga mekar (32,09 mm), panjang tabung mahkota (33,09 mm) dan diameter tabung mahkota (1,17 mm) (Gambar 4). Bunga dengan ukuran tersebut, memudahkan kupu-kupu untuk mengambil nektar yang terletak dekat bakal buah (Fahn, 1991).

Bunga Ixora sp. lebih banyak dikunjungi A. olferna (delapan individu) dan sedikit dikunjungi E. hecabe dan L. nina (satu individu) (Lampiran 5). Salah satu penyebab sedikitnya kupu-kupu mengunjungi bunga ini adalah kandungan nektarnya lebih rendah dibandingkan bunga H. rosa-sinensis dan L. camara yaitu 15,5% (Gambar 6). Selain itu, faktor lingkungan di sekitar bunga Ixora sp. juga mempengaruhi kunjungan kupu-kupu ke bunga ini. Faktor suhu, kecepatan angin dan intensitas cahaya memiliki rata-rata tertinggi dibandingkan bunga H. rosa-sinensis dan L. camara yaitu: 31,400C; 1,13 m/s dan 166,67 Klx sedangkan kelembaban udara adalah 66,83% (Gambar 11).


(49)

Berdasarkan hasil perhitungan korelasi antara panjang probosis dengan preferensi pakan (DBM, PTM dan DTM) menunjukkan hubungan antara keduanya tidak signifikan dengan signifikansi 0,052 yang lebih besar dari 0,05% dan pengaruh panjang probosis sebesar 63,8%. Hal ini terlihat dari beberapa jenis kupu-kupu yang mengunjungi bunga ini dengan ukuran panjang probosis yang berbeda yang menandakan bahwa bunga ini dapat dikunjungi kupu-kupu tanpa dipengaruhi panjang probosis melainkan faktor lain seperti: warna bunga, kandungan nektar dan faktor lingkungan.

Pada pagi hari bunga Ixora sp. dikunjungi empat jenis kupu-kupu yaitu:

G. agamemnon, A. olferna, D. hyparete dan E. hecabe (Tabel 2). Bunga Ixora sp. sedikit dikunjungi kupu-kupu karena kandungan nektar pada pagi hari paling rendah dibandingkan bunga H. rosa-sinensis dan L. camara yaitu 11,25%. Kupu-kupu D. hyparete dan E. hecabe terlihat hanya pada pagi hari saja mencari pakan pada bunga ini karena kedua jenis kupu-kupu ini lebih menyukai kandungan nektar bunga ini pada pagi hari yang tidak terlalu manis dan kondisi lingkungan di sekitar bunga ini. Faktor suhu, intensitas cahaya dan kecepatan angin rata-rata di sekitar bunga Ixora sp. lebih rendah dibandingkan di sekitar bunga H. rosa-sinensis yaitu: 29,00C; 91,0 Klx dan 0,34 m/s sedangkan kelembaban udara rata-rata lebih tinggi dibandingkan di sekitar bunga H. rosa-sinensis yaitu: 79,4% (Gambar 5, 7 dan 10).

Pencarian pakan pada siang hari mengalami penurunan jika dibandingkan pagi hari seperti yang terjadi pada bunga Ixora sp. dan H. rosa-sinensis. Pada Tabel 2 terlihat bahwa bunga Ixora sp. hanya dikunjungi tiga jenis kupu-kupu


(50)

yaitu: G. agamemnon, A. olferna dan L. nina. Salah satu yang menarik perhatian kupu-kupu sehingga masih mengunjungi bunga ini adalah kandungan nektarnya. Kupu-kupu L. nina terlihat mengunjungi bunga ini hanya pada siang hari karena lebih menyukai nektar yang manis dengan kandungan 16,25% dan kondisi lingkungan di sekitar bunga Ixora spp. dengan suhu (32,80C), kecepatan angin (1,9 m/s), kelembaban udara (59,5%) dan intensitas cahaya (288,5 Klx) (Gambar 5, 8 dan 10). Dengan kecepatan angin dan intensitas cahaya seperti itu, menyebabkan kupu-kupu yang mencari pakan disekitar bunga Ixora sp. lebih sedikit karena kupu-kupu menghindari dehidrasi dan kupu-kupu akan kesulitan untuk menahan kencangnya angin.

Aktivitas pencarian pakan pada sore hari mengalami penurunan dibandingkan pagi dan siang hari bahkan pada bunga Ixora sp. tidak terlihat kupu-kupu yang mengunjunginya meskipun kandungan nektar pada bunga ini lebih tinggi dibandingkan pagi dan siang hari yaitu 19% dan kondisi lingkungan di sekitar bunga tersebut masih dapat mendukung aktivitas kupu-kupu yaitu rata-rata suhu 32,40C; kecepatan angin 1,06 m/s; kelembaban udara 61,6% dan intensitas cahaya 120,5 Klx (Tabel 2 dan Gambar 5, 9 dan 10). Hal ini mungkin disebabkan kebutuhan pakannya sudah terpenuhi.

4.2.1.2 Preferensi Pakan Pada Bunga H. rosa-sinensis

Ukuran bunga H. rosa-sinensis paling besar dibandingkan Ixora sp. dan

L. camara. Bunga tersebut memiliki diameter bunga mekar (88,86 mm) dan diameter tabung mahkota (5,66 mm) yang lebih luas serta memiliki tabung


(51)

mahkota yang lebih panjang yaitu 35,18 mm (Gambar 4). Dengan ukuran bunga yang besar akan menyeleksi kupu-kupu yang mengunjunginya. Kupu-kupu dengan panjang probosis kurang dari 9,00 mm seperti: E. hecabe dan L. nina

terlihat tidak mengunjungi bunga ini karena probosisnya tidak dapat menjangkau nektar yang terletak pada petal (Fahn, 1991) (Tabel 2 dan 3).

Kandungan nektar bunga H. rosa-sinensis lebih besar dibandingkan bunga

Ixora sp. yaitu 18,67% (Gambar 6). Akan tetapi, kupu-kupu yang mengunjunginya hanya lima jenis dengan panjang probosis antara 9,13-28,83 mm yaitu: H. bolina,P. memnon, G. agamemnon,A. olferna dan D. hyparete (Tabel 2 dan 3). Bunga H. rosa-sinensis lebih banyak dikunjungi A. olferna (12 individu) dan sedikit dikunjungi D. hyparete (Satu individu) (Lampiran 5). Sedikitnya kunjungan kupu-kupu ke bunga ini karena faktor lingkungan. Suhu dan kelembaban udara di sekitar bunga ini lebih tinggi dibandingkan bunga L. camara

yaitu: 31,400C dan 70,56% sedangkan kecepatan angin dan intensitas cahaya lebih rendah dibandingkan bunga Ixora sp. yaitu: 1,11 m/s dan 135,91 Klx (Gambar 11). Dengan kondisi lingkungan yang seperti itu, menyebabkan kupu-kupu yang berkunjung menjadi sedikit karena kupu-kupu kesulitan menahan kencangya tiupan angin dan menghindari dehidrasi akibat panas.

Berdasarkan nilai korelasi antara panjang probosis dengan preferensi pakan menunjukkan bahwa panjang probosis berkorelasi tidak signifikan dalam preferensi pakannya dengan signifikansi 0,388 yang lebih besar dari 0,05% dan pengaruh panjang probosis hanya sebesar 0,31%. Hal ini bertentangan dengan


(52)

fakta di lapangan bahwa kupu-kupu dengan panjang probosis yang kurang dari 9,00 mm tidak dapat mengambil nektar dari bunga ini.

Pada pengamatan pagi hari bunga H. rosa-sinensis dikunjungi oleh empat jenis kupu-kupu yaitu: G. agamemnon, P. memnon, A. olferna dan D. hyparete

(Tabel 2). Kupu-kupu P. memnon terlihat hanya pada pagi hari mengunjungi bunga H. rosa-sinensis dan selama pengamatan hanya bunga tersebut yang dikunjungi P. memnon karena kupu-kupu tersebut lebih menyukai kandungan nektar bunga H. rosa-sinensis yang tidak terlalu manis dengan kandungan nektar 15,25% (Gambar 5). Faktor lingkungan di sekitar bunga H. rosa-sinensis

mempengaruhi kunjungan kupu-kupu karena keadaan di sekitar bunga ini pada pagi hari terasa lebih panas dibandingkan dua tempat bunga lainnya. Faktor suhu, intensitas cahaya dan kecepatan angin rata-rata lebih tinggi dari pada bunga Ixora

sp. dan L. camara yaitu: 29,80C; 135 Klx dan 0,39 m/s sedangkan kelembaban udara rata-rata lebih rendah dibandingkan dua tempat bunga lainnya yaitu: 79,1% (Gambar 7 dan 10).

Pada siang hari hanya dua jenis kupu-kupu yang terlihat mencari pakan pada bunga H. rosa-sinensis yaitu: H. bolina dan G. agamemnon (Tabel 2). Kupu-kupu H. bolina yang hanya mengunjungi bunga H. rosa-sinensis pada siang hari karena kupu-kupu tersebut lebih menyukai mencari pakan pada bunga H. rosa-sinensis pada siang hari dengan kandungan nektar 20,25% dan kondisi lingkungan di sekitar bunga tersebut mendukung aktivitas kupu-kupu tersebut. Kondisi lingkungan di sekitar bunga H. rosa-sinensis dengan suhu (32,30C), kecepatan


(53)

angin (1,17 m/s), kelembaban udara (67,1%) dan intensitas cahaya (190,5 Klx) (Gambar 5, 8 dan 10).

Bunga H. rosa-sinensis hanya dikunjungi G. agamemnon pada sore hari meskipun nilai rata-rata kandungan nektar bunga ini paling tinggi yaitu 20,5% dan kondisi lingkungan di sekitar bunga H. rosa-sinensis dengan suhu (32,00C), kecepatan angin (1,6 m/s), kelembaban udara (65,5%) dan intensitas cahaya (82,3 Klx) (Gambar 5, 9 dan 10). Angin yang bertiup kencang di sekitar bunga ini menyebabkan kupu yang berkunjung sedikit karena tidak semua jenis kupu-kupu dapat menahan kencangnya tiupan angin seperti itu. Selain itu, berkurangnya kupu-kupu mencari pakan dapat disebabkan banyak kupu-kupu yang telah memenuhi kebutuhan pakannya.

4.2.1.3 Preferensi Pakan Pada Bunga L. camara

Bunga L. camara (delapan jenis kupu-kupu) merupakan bunga yang paling banyak dikunjungi kupu-kupu dibandingkan bunga Ixora sp. (lima jenis kupu-kupu) dan bunga H. rosa-sinensis (lima jenis kupu-kupu). Jenis kupu-kupu yang mengunjungi bunga L. camara adalah: H. bolina, G. agamemnon, G. doson, G. sarpedon, A. olferna, D. hyparete, E. hecabe dan L. nina (Tabel 2). Bunga ini lebih banyak dikunjungi G. agamemnon dan A. olferna (10 individu) dan sedikit dikunjungi E. hecabe (dua individu) (Lampiran 5). Kupu-kupu lebih banyak mengunjungi bunga L. camara karena bunga ini memiliki bunga majemuk yang berukuran kecil, berwarna menarik (perpaduan putih, kuning dan ungu), berbau


(54)

harum dan memiliki tabung mahkota yang panjang dan sempit (Tjitrosoepomo, 2003; Van Steenis, 1992).

Ukuran bunga L. camara lebih kecil dibandingkan bunga Ixora sp. dan

H. rosa-sinensis. Bunga ini memiliki ukuran diameter bunga mekar (8,10 mm) dan diameter tabung mahkota (0,88 mm) tersempit serta tabung mahkotanya terpendek (8,57 mm) dibandingkan dua bunga lainnya (Gambar 4). Kedatangan kupu-kupu yang memiliki panjang probosis antara 8,98-16,05 mm pada bunga

L. camara dengan ukuran tabung mahkota tersebut memudahkan semua jenis kupu-kupu dapat menjangkau letak nektar yang berada pada dasar bunga. Selain itu, kandungan nektar bunga inilah yang menjadi pemikat utama kupu-kupu mengunjunginya sebab kandungan nektar bunga ini lebih tinggi dibandingkan dua bunga lainnya yaitu 19% (Gambar 6). Menurut Permana (2004), kupu-kupu menyukai bunga yang memiliki kelenjar nektar besar seperti: Lantana, Mimosa, Musaenda dan bunga dari famili Asteraceae.

Faktor lingkungan di sekitar bunga L. camara pun menjadi faktor penyebab kupu-kupu lebih banyak mengunjungi bunga ini. Suhu dan kecepatan angin rata-rata per bulan di sekitar bunga L. camara lebih kecil dibandingkan di sekitar dua bunga lainnya yaitu: 31,360C dan 0,71 m/s sedangkan kelembaban udara dan intensitas cahaya di sekitar bunga ini relatif tinggi yaitu: 69,16% dan 149,80 Klx (Gambar 11). Dengan kondisi tersebut, kupu-kupu dapat melakukan aktivitasnya dengan baik. Selain itu, letak bunga L. camara strategis yaitu terletak di depan gedung Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan demikian, sebagian tanaman berbunga ini akan


(55)

tertutup oleh bayangan gedung FTIK sehingga keadaan di sekitar bunga ini akan lebih teduh dibandingkan bunga Ixora sp. dan H. rosa-sinensis.

Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa korelasi antara panjang probosis dengan preferensi pakan tidak signifikan karena 0,391 lebih besar dari 0,05% dan panjang probosis mempengaruhi preferensi pakan sebesar 0,14%. Hal ini bertentangan dengan fakta di lapangan yang menunjukkan bahwa tidak semua jenis kupu-kupu dapat mengambil nektar bunga L. camara contohnya kupu-kupu P. memnon terlihat tidak mengunjungi bunga ini.

Pada Tabel 2 terlihat bahwa aktivitas pencarian pakan lebih banyak dilakukan pada pagi hari dibandingkan siang atau sore hari karena kupu-kupu beraktivitas pada siang hari sedangkan pada malam hari kupu-kupu tidak melakukan aktivitas mencari pakan akibatnya kupu-kupu merasa lapar dan ketika pagi tiba, kupu-kupu akan mencari pakan. Selain itu, produksi nektar dimulai pada pagi hari sehingga ada kesesuaian antara produksi nektar dengan pencarian pakan. Pencarian pakan pada pagi hari lebih banyak terjadi pada bunga L. camara

dibandingkan bunga Ixora sp. dan H. rosa-sinensis.

Berdasarkan pengamatan terdapat tujuh jenis kupu-kupu yang

mengunjungi bunga L. camara pada pagi hari yaitu: G. agamemnon, G. doson, G. sarpedon, A. olferna, D. hyparete, E. hecabe dan L. nina. Hal ini

disebabkan kandungan nektar pada bunga ini lebih tinggi dibandingkan dua bunga lainnya dengan rata-rata 18,25% sehingga akan menarik perhatian kupu-kupu untuk berkunjung ke bunga ini. Selain itu, kondisi lingkungan di sekitar bunga ini mendukung untuk pencarian nektar. Suhu (28,50C) dan intensitas cahaya (92,7


(56)

Klx) di sekitar bunga L. camara lebih rendah dibandingkan di sekitar bunga Ixora

sp. dan H. rosa-sinensis sedangkan kecepatan angin rata-rata di sekitar bunga ini lebih tinggi dari pada di sekitar bunga Ixora sp. yaitu: 0,37 m/s serta kelembaban udara rata-rata lebih tinggi dibandingkan di sekitar bunga Ixora sp. dan H. rosa-sinensis yaitu 81,5% (Gambar 5, 7 dan 10). Kupu-kupu memilih bunga dengan kandungan nektar antara 20-40% (Anonimus, 2004).

Aktivitas pencarian pakan pada bunga L. camara terlihat tidak mengalami penurunan pada siang hari. Kupu-kupu H. bolina terlihat mengunjungi bunga ini pada siang dan sore hari sedangkan pada pagi hari tidak terlihat mengunjungi bunga ini maupun kedua bunga lainnya karena kupu-kupu ini lebih menyukai kondisi lingkungan pada siang hari dan kandungan nektar yang lebih tinggi (Tabel 2). Kandungan nektar pada bunga L. camara mengalami peningkatan dibandingkan pada pagi hari hari yaitu 21,25% (Gambar 5). Kondisi lingkungan di sekitar bunga L. camara dengan rata-rata suhu (33,20C), kecepatan angin (1,18 m/s), kelembaban udara (61,5%) dan intensitas cahaya (208,2 Klx) (Gambar 8 dan 10).

Produksi nektar bunga L. camara pada sore hari lebih rendah dari siang hari yaitu 17,5% sedangkan kondisi lingkungan di sekitar bunga L. camara rata-rata suhu (32,30C), kecepatan angin (0,58 m/s), kelembaban udara (64,3%) dan intensitas cahaya (148,3 Klx) (Gambar 5, 9 dan 10). Dengan kondisi tersebut menyebabkan kupu-kupu yang mengunjungi bunga ini sedikit. Hanya dua jenis kupu-kupu yang terlihat masih mengunjungi bunga ini yaitu: H. bolina dan


(57)

Selama pengamatan terlihat bahwa kupu-kupu G. agamemnon, A. olferna

dan D. hyparete mengunjungi ketiga jenis tanaman berbunga di areal kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta karena ketiga jenis kupu-kupu tersebut menyukai nektar yang dimiliki ketiga jenis bunga tersebut dan ketiganya memiliki ukuran panjang probosis antara 9,13-14,90 mm sehingga dapat menjangkau nektar yang tersembunyi pada ketiga jenis tanaman berbunga (Tabel 3). Morfologi ketiga bunga tersebut juga membantu ketiga kupu-kupu tersebut dalam mencari pakan seperti diameter bunga mekar (8,10-88,86 mm), panjang tabung mahkota (8,57-35,18 mm) dan diameter tabung mahkota (0,88-5,66 mm) sehingga memudahkan kupu-kupu menjangkau letak nektar (Gambar 4 dan Tabel 2). Selain itu, ketiga jenis kupu-kupu tersebut mudah beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang berbeda dan kandungan nektar yang berbeda pula.

Kupu-kupu E. hecabe dan L. nina terlihat hanya mengunjungi bunga Ixora

sp. dan L. camara (Tabel 2). Dari data tersebut terlihat adanya penyesuaian antara panjang probosis dengan letaknya nektar. Kupu-kupu E. hecabe (8,98mm) dan

L. nina (8,99 mm) memiliki ukuran probosis lebih pendek dibandingkan jenis kupu-kupu lainnya yang dikoleksi akan cenderung lebih memilih bunga dengan panjang tabung mahkota yang berukuran pendek seperti yang dimiliki bunga

Ixora sp. (33,09 mm) dan L. camara (8,57 mm). Selain itu, E. hecabe dan

L. nina lebih menyukai nektar dengan kandungan antara 10,75-18,75% dan menyukai tempat yang lebih teduh untuk menghindari dehidrasi seperti lingkungan di sekitar bunga Ixora sp. dan L. camara


(58)

Pada Tabel 2 terlihat bahwa H. bolina tidak mengunjungi bunga Ixora sp.

H. bolina memiliki ukuran probosis dengan panjang rata-rata 13,47 mm akan memilih bunga dengan panjang tabung mahkota seperti bunga H. rosa-sinensis

(35,18 mm) dan L. camara (8,57 mm) (Tabel 3 dan Gambar 4). Kupu-kupu ini juga cenderung menyukai nektar dengan kandungan antara 16,25-18,75% dan

lebih menyukai kondisi lingkungan di sekitar bunga H. rosa-sinensis dan

L. camara.

Ada beberapa kupu-kupu yang bersifat spesifik, artinya hanya mengunjungi satu jenis tanaman berbunga seperti: kupu-kupu P. memnon terlihat

hanya mengunjungi bunga H. rosa-sinensis sedangkan G. doson dan

G. sarpedon hanya mengunjungi bunga L. camara (Tabel 2). Fenomena ini menunjukkan adanya pemilihan antara kupu-kupu dengan karakteristik kandungan nektar yang dihasilkan jenis tanaman berbunga (Schooven dan van Loon, 1998

dalam Fitriana, 2008). Kupu-kupu P. memnon (28,83 mm) memiliki ukuran probosis terpanjang dibandingkan jenis kupu-kupu lainnya yang terkoleksi akan lebih cenderung memilih bunga dengan ukuran yang besar seperti bunga H. rosa-sinensis yang bisa digunakan sebagai pijakan waktu mengambil nektar. Selain itu, P. memnon lebih menyukai nektar bunga H. rosa-sinensis dengan kandungan 13,75% dan lebih menyukai warna merah cerah yang dimiliki bunga H. rosa-sinensis dibandingkan warna merahnya Ixora sp. serta lebih menyukai kondisi lingkungan yang hangat dengan intensitas cahaya dan kecepatan angin yang tinggi.


(59)

G. doson (15,96 mm) dan G. sarpedon (16,05 mm) akan memilih bunga dengan morfologi yang dapat dijangkau probosisnya dengan panjang tabung mahkota (8,57 mm) dan diameter tabung mahkota (0,88 mm) seperti bunga

L. camara (Tabel 3 dan Gambar 4). Selain itu, kedua jenis Graphium ini lebih menyukai nektar bunga L. camara dengan kandungan antara 15,25-18,75% dan lebih menyukai warna perpaduan antara kuning, putih dan ungu dibandingkan warna merah yang menyala serta menyukai kondisi lingkungan yang teduh.

4.2.2 Deskripsi Kupu-kupu

Berikut ini adalah deskripsi kupu-kupu yang mengunjungi tanaman berbunga di areal kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta:

1.Nymphalidae

Kupu-kupu dari famili ini sangat bervariasi baik ukuran maupun warna. Pada umumnya, sayap berwarna coklat, oranye, kuning dan hitam. Kupu-kupu dari famili ini memiliki kaki depan yang tereduksi dan tidak digunakan dalam berjalan (Amir dkk., 2003). Pada penelitian hanya satu genus yang dikoleksi, yaitu: Hypolimnas (H. bolina).

a.Hypolimnas bolina

Jenis kupu-kupu ini antara jantan dan betina berbeda. Permukaan atas sayap jantan memiliki bintik putih yang besar pada dasar ungu yang gelap. Pada kupu-kupu betina, warna permukaan sayap adalah coklat. Permukaan bawah sayap tidak berbeda jauh dengan permukaan atas sayap tetapi warna permukaan bawah sayap


(60)

lebih terang dibanding permukaan atas sayap (Gambar 12). Kupu-kupu ini mengunjungi bunga L. camara dan H. rosa-sinensis.

(a) (b)

Gambar 12. Permukaan atas (a) dan bawah sayap (b) H. bolina betina (Bariyah, 2009)

2. Papilionidae

Famili ini merupakan salah satu famili dengan jenis yang memiliki tanda-tanda sayap biasanya berwarna hitam yang dihiasi oleh warna-warna indah seperti: merah, hijau, biru dan kuning. Oleh sebab itu famili ini sering diperdagangkan dan dipelajari dalam entomologi (Smart, 1991). Sebagian besar jenis dari famili ini mempunyai vena keempat yang muncul menyerupai ekor pada sayap belakang sehingga disebut ”swallow tail”. Beberapa jenis anggotanya tergolong kupu-kupu yang dilindungi undang-undang (Salmah dkk., 2002). a.Graphium agamemnon

Jenis kupu-kupu ini memiliki bercak berwarna hijau apel. Bercak hijau apel pada permukaan atas dan bawah sayap sama jumlahnya tetapi pada permukaan bawah sayap bintik hijaunya tidak terlalu tampak. Kupu-kupu betina memiliki “swallow tail” yang lebih panjang dibandingkan jantan, ciri-ciri ini menyerupai dengan spesimen yang dideskripsikan oleh Salmah dkk., 2002 (Gambar 13). Kupu-kupu ini sangat aktif, berpindah dari satu tempat ke tempat


(61)

lain dan terbang dengan cepat sehingga menyulitkan dalam pengkoleksian. Kupu-kupu yang dikoleksi adalah jantan dan dapat ditemukan mengunjungi bunga Ixora

sp., L. camara dan H. rosa-sinensis.

(a) (b)

Gambar 13. Permukaan atas (a) dan bawah sayap (b) G. agamemnon jantan (Bariyah, 2009)

b. G. doson

Sayap berwarna hitam dengan bercak hijau kekuningan. Pada bagian dalam sayap belakang terdapat bintik merah kecoklatan. Sayap depan mempunyai bercak-bercak yang lebih besar dan berwarna lebih pucat (Gambar 14). Kupu-kupu ini seperti ditemukan oleh Salmah dkk., 2002. Perbedaan jantan dan betina dapat diketahui dari alat kelamin serta ukuran kupu-kupu betina lebih besar dari pada jantan. Kupu-kupu ini terlihat mengunjungi bunga L. camara.

(a) (b)

Gambar 14. Permukaan atas (a) dan bawah sayap (b) G. doson jantan (Bariyah, 2009)


(62)

c. G. sarpedon

Secara umum, kupu-kupu jantan dan betina tidak berbeda. Jenis kupu-kupu ini memiliki permukaan atas sayap berwarna coklat tua sampai hitam dengan warna hijau kebiruan pada sayap depan dan belakang. Permukaan bawah sayap berwarna coklat terang dengan warna hijau kebiruan seperti permukaan sayap atas (Gambar 15). Kupu-kupu ini dapat ditemukan mengunjungi bunga L. camara.

(a) (b)

Gambar 15. Permukaan atas (a) dan bawah sayap (b) G. sarpedon jantan (Bariyah, 2009)

d. Papilio memnon

(a) (b)

Gambar 16. Permukaan atas (a) dan bawah sayap (b) P. memnon jantan (Bariyah, 2009)

Jenis kupu-kupu ini terdapat perbedaan yang mencolok antara jantan dan betinanya. Kupu-kupu betina mengalami polimorfisme (beberapa bentuk


(63)

morfologi) sehingga ditemukan beberapa tipe (Salmah dkk., 2002). Kupu-kupu jantan memiliki permukaan sayap atas dan bawah berwarna hitam tetapi pada bagian bawah sayap terdapat warna merah pada bagian pangkal sayap depan. Pada pinggiran sayap terdapat sisik-sisik halus berbentuk garis berwarna kebiruan yang tersebar di permukaan atas sayap sedangkan pada permukaan bawah sayap terdapat sisik-sisik halus yang berbentuk garis berwarna abu-abu (Gambar 16). Venasi sayap berwarna hitam, pada pangkal sayap berwarna merah, putih dan hitam. Di dalam penelitian, ditemukan jenis kupu-kupu jantan mengunjungi bunga

H. rosa-sinensis.

3. Pieridae

Biasanya disebut kupu-kupu oranye atau putih karena umumnya berwarna kuning dan putih tetapi ada juga dengan warna yang bervariasi seperti: oranye, hitam/merah (Smart, 1991). Famili ini sering ditemukan pada tumbuhan rumput dan semak seperti Mimosa pudica. Selain mencari pakan atau hanya sekedar terbang, tumbuhan semak juga menjadi inang dari larva famili ini. Pada saat matahari terik kupu-kupu akan bernaung di bawah daun-daun semak untuk melindungi diri dari dehidrasi.

a. Appias olferna

Warna kupu-kupu jantan dan betina berbeda, kupu-kupu jantan berwarna hitam dan putih dengan variasi kuning pada pangkal sayap bawah bagian belakang (Gambar 17). Betina berwarna lebih gelap dari pada jantan. Jenis kupu-kupu ini dapat ditemukan mengunjungi bunga Ixora sp., L. camara dan H. rosa-sinensis.


(64)

Gambar 17. Kupu A. olferna jantan (Bariyah, 2009) b. Eurema hecabe

Sayap depan dan belakang bagian atasnya berwarna kuning. Permukaan atas sayap, pada ujung sayap depan dan sayap belakang bagian tepinya berwarna hitam sedangkan pada permukaan bawah sayap terdapat sedikit bintik-bintik hitam yang tidak jelas. Sayap bagian bawah juga berwarna kuning. Kupu-kupu ini dapat ditemukan mengunjungi bunga Ixora sp.dan L. camara (Gambar 18).

Gambar 18. Kupu E. hecabe jantan (Bariyah, 2009) c. Delias hyparete

Kupu-kupu ini memiliki permukaan atas sayap berwarna putih dengan warna hitam pada tepinya. Permukaan bawah sayap belakang berwarna kuning, merah dan putih (Gambar 19). Kupu-kupu betina memiliki warna yang berbeda dari jantan. Selama pengamatan kupu-kupu jantan yang ditemukan mengunjungi ketiga jenis tanaman berbunga.


(65)

(a) (b)

Gambar 19. Permukaan atas (a) dan bawah sayap (b) D. hyparete jantan (Bariyah, 2009)

d. Leptosia nina

Permukaan sayap atas dan bawah berwarna putih dengan bercak bulat pada bagian atas dan bawah sayap depan. Kupu-kupu ini dapat ditemukan mengunjungi bunga Ixora sp. dan L. camara (Gambar 20).

(a) (b)

Gambar 20. Permukaan atas (a) dan bawah sayap (b) L. nina jantan (Bariyah, 2009)


(66)

5.1Kesimpulan

1. Terdapat keanekaragaman kupu-kupu yang mengunjungi bunga Ixora sp.,

H. rosa-sinensis dan L. camara di areal kampus I UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Bunga Ixora sp. dikunjungi A. olferna, D. hyparete, L. nina dan

E. hecabe dan G. agamemnon; bunga H. rosa-sinensis dikunjungi oleh

A. olferna, D. hyparete, P. memnon, G. agamemnon dan H. bolina sedangkan

bunga L. camara dikunjungi oleh jenis kupu-kupu, yaitu: A. olferna, D. hyparete, L. nina, E. hecabe, G. agamemnon, G. doson, G. sarpedon dan

H. bolina.

2. Terdapat kesesuaian antara panjang probosis dengan preferensi jenis tanaman pakan di areal kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bunga Ixora sp. dengan rata-rata diameter bunga mekar 32,09 mm; panjang tabung mahkota 33,09 mm; dan diameter tabung mahkota 1,17 mm dikunjungi kupu-kupu dengan panjang probosis 8,98-14,90 mm; bunga H. rosa-sinensis dengan rata-rata diameter bunga mekar 88,86 mm; panjang tabung mahkota 35,18 mm; dan diameter tabung mahkota 5,66 mm dikunjungi kupu-kupu dengan panjang probosis 9,13-28,83 mm dan bunga L. camara dengan rata-rata diameter bunga mekar 8,10 mm; panjang tabung mahkota 8,57 mm; dan diameter tabung mahkota 0,88 mm dikunjungi kupu-kupu dengan panjang probosis 8,98-16,05 mm.


(67)

5.2Saran

Perlu dilakukan penanaman tanaman berbunga lebih banyak untuk pakan kupu-kupu sehingga kupu-kupu yang berkunjung lebih banyak lagi. Usaha penangkaran kupu-kupu perlu dilakukan untuk melestarikan jenis dan populasinya, hal tersebut dapat dilakukan di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Untu pengukuran kandungan nectar sebaiknya tidak ditambahkan air supaya hasil yang diperoleh tidak bias.


(1)

Kesimpulan

Model R

Nilai R Pengaturan Nilai R Nilai Std. Error Perubahan Statistik Perubahan

Nilai R Perubahan F df1 df2

Perubahan sig. F

1 -.176a .031 -.292 45.16717 .031 .096 1 3 .777

a. Perkiraan: (konstan), panjang probosis

b. Variabel terikat: diameter bunga mekar, diameter tabung mahkota dan panjang tabung mahkota

Kesimpulan:

1. Terdapat hubungan tidak signifikan antara panjang probosis dengan DBM, DTM dan PTM

2. Panjang probosis mempengaruhi DBM, DTM dan PTM sebesar 0,31% 3. Tidak ada hubungan linear antara panjang probosis dengan DBM, DTM dan


(2)

Lampiran 8. Hasil perhitungan korelasi pengaruh panjang probosis terhadap DBM (Diameter Bunga Mekar) DTM (Diameter Tabung Mahkota) dan PTM (Panjang Tabung Mahkota) pada bunga L. camara

Tujuan: Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang nyata antara panjang probosis dengan DBM, DTM dan PTM

Hipotesis:

Ho = Tidak ada hubungan antara panjang probosis dengan DBM, DTM dan PTM H1 = Ada hubungan antara panjang probosis dengan DBM, DTM dan PTM

Dekripsi Statistik

Mean Std. Deviasi N

panjang probosis 12.5375 3.10291 8

diameter tabung mahkota .1100 .31113 8

diameter bunga mekar 1.0125 2.86378 8

panjang tabung mahkota 1.0713 3.02995 8

Korelasi

panjang probosis DBM DTM PTM

Korelasi Pearson

panjang probosis 1.000 .118 .118 .118

DBM .118 1.000 1.000 .

DTM .118 1.000 1.000 1.000

PTM .118 . 1.000 1.000

Sig. (1-tailed) panjang probosis . .391 .391 .391

DBM .391 . .000 .000

DTM .391 .000 . .000

PTM .391 .000 .000 .

N panjang probosis 8 8 8 8

DBM 8 8 8 8

DTM 8 8 8 8


(3)

Kesimpulan

Model R Nilai R

Pengaturan Nilai R

Nilai Std. Error

Change Statistics Perubahan

Nilai R Perubahan F df1 df2

Perubahan sig. F

1 .118a .014 -.151 3.07180 .014 .084 1 6 .782

a. Perkiraan: (konstan), panjang probosis

b. Variabel terikat: diameter bunga mekar, diameter tabung mahkota dan panjang tabung mahkota

Kesimpulan:

1. Terdapat hubungan tidak signifikan antara panjang probosis dengan DBM, DTM dan PTM

2. Panjang probosis mempengaruhi DBM, DTM dan PTM sebesar 0,14% 3. Tidak ada hubungan linear antara panjang probosis dengan DBM, DTM dan


(4)

(a) (b) (c)

Lampiran 9. Jenis bunga yang dikunjungi oleh kupu-kupu (a) Ixora sp., (b) H. rosa- sinensis dan (c) L. camara


(5)

Lampiran 10. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian

(a). Lux Meter

(b). Anemometer


(6)

(d). Jangka Sorong

(e). Hand-held Refractometer

(f). Termometer

(g). Higrometer