Keanekaragaman Kupu-Kupu Superfamili Papilionoidea (Lepidoptera) Di Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat

KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU SUPERFAMILI PAPILIONOIDEA
(LEPIDOPTERA) DI KAWASAN HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG
WALAT

IRNAYANTI BAHAR

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Keanekaragaman Kupukupu Superfamili Papilionoidea (Lepidoptera) di Kawasan Hutan Pendidikan
Gunung Walat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak
cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015


Irnayanti Bahar
NIM G352130151

RINGKASAN
IRNAYANTI BAHAR. Keanekaragaman Kupu-kupu Superfamili Papilionoidea
(Lepidoptera) di Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat. Dibimbingoleh TRI
ATMOWIDI dan DJUNIJANTI PEGGIE
Kupu-kupu (Lepidoptera) dicirikan dengan sayap yang bersisik. Ordo
Lepidoptera terdiri dari 47 superfamili dan 124 famili. Lepidoptera memiliki
peranan penting dalam rantai makanan, dinamika populasi tanaman, sebagai
predator, bioindikator kualitas lingkungan, dan penyerbuk tumbuhan. Penelitian
ini dilaksanakan di kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi Jawa
Barat pada bulan September sampai November 2014. Pengamatan kupu-kupu
dilakukan di empat tipe habitat, yaitu tegakan pinus, tegakan agatis, tegakan
puspa, dan tegakan campuran dengan menggunakan metode scan sampling.
Metode scan sampling dilakukan dengan survei di sepanjang jalur yang sudah ada
di setiap tipe habitat. Metode Mark Release and Recapture (MRR) digunakan
pada 21 spesies kupu-kupu yang mudah dikenal. Pengamatan keragaman kupukupu dilakukan selama 10 hari di setiap tipe habitat pada pagi hari pukul (08.0011.00) dan pada siang hari pukul (13.00-16.00) WIB. Setiap individu yang
diamati dicatat jumlah spesies dan individu.

Kupu-kupu superfamili Papilionoidea yang ditemukan di empat tipe
habitat terdiri 68 spesies yang termasuk dalam 4 famili dan 13 subfamili.
Berdasarkan hasil analisis Shannon-Wiener, keanekaragaman kupu-kupu yang
paling tinggi terdapat di tegakan pinus (H’=2,53), diikuti tegakan puspa
(H’=2.52), tegakan agatis (H’=2.50), dan tegakan campuran (H’=2.16). Spesies
kupu-kupu yang dominan di tegakan pinus ialah Eurema blanda, Tanaecia iapis,
Hypolimnas bolina, Faunis canens, Mycalesis janardana dan Ypthima horsfieldi.
Di tegakan agatis, kupu-kupu yang dominan adalah Eurema blanda, Tanaecia
iapis, Doleschallia bisaltide, M. janardana, dan Y. horsfieldi. Di tegakan puspa,
kupu-kupu yang dominan adalah E. blanda, Idiopsis vulgaris, T. iapis, Junonia
iphita, M. janardana, dan Y. horsfieldi., sedangkan di tegakan campuran yaitu E.
blanda, T. iapis, M. janardana, dan Y. horsfieldi. Spesies Loxura Atymnus
ditemukan di Gunung Walat yang sebelumnya hanya dilaporkan di Nusa
Kambangan. Spesies Troides helena juga ditemukan di Gunung Walat, spesies ini
termasuk dalam lampiran II CITES dan merupakan spesies kupu-kupu di Jawa
yang dilindungi. Berdasarkan metode MRR, dari 2343 individu kupu-kupu yang
ditangkap dan ditandai, 51 kupu-kupu tertangkap kembali setelah 2-3 minggu
kemudian. Spesies M. janardana yang diberi tanda di tegakan puspa tertangkap
kembali di tegakan campuran. Hal ini menunjukkan M. janardana dapat
menempuh jarak sekurang-kurangnya 500-600 meter.

Berdasarkan hasil pengamatan, spesies tumbuhan yang paling sering
dikunjungi oleh kupu-kupu di tegakan pinus adalah Lantana camara,
Stachytarpheta australis, dan Sida rhombifolia. Di tegakan agatis, spesies
tanaman yang paling sering dikunjungi kupu-kupu adalah Colocasia esculentum,
Diplazium esculentum, Clidemia hirta,
L. camara, Gleichenia linearis,
Selaginella wildenovii, dan Aneilema malabaricum. Di tegakan puspa spesies

tanaman yang paling sering dikunjungi kupu-kupu adalah C. hirta, Coffea
canephora, G. linearis, S. wildenovii, Strobilanthes crispus, D. esculentum.
Spesies tanaman yang paling sering dikunjungi kupu-kupu di tegakan campuran
adalah L. camara, S. australis, dan Blechnum orientale. Volume dan kandungan
gula nektar tumbuhan bervariasi. Volume nektar tanaman H. rosasinensis berkisar
8.1 µl, C. canephora berkisar 0.64 µl, dan L. camara berkisar 0.60 µl. Kandungan
gula nektar tanaman H. rosasinensis berkisar 21 %, C. canephora berkisar 12.2
%, dan L. camara berkisar 10.57 %.
Dalam studi ini, kupu-kupu Losaria coon memiliki probosis paling
panjang (25.75 mm), sedangkan E. blanda memiliki probosis paling pendek
(11.11 mm). Tanaman yang memiliki mahkota yang paling panjang yaitu H.
rosasinensis (21.51 mm), sedangkan yang paling pendek, yaitu V. cinerea (4.61

mm). Berdasarkan analisis korelasi Pearson, panjang probosis kupu-kupu
berkorelasi positif dengan panjang mahkota bunga.
Kata kunci: Keanekaragaman, kupu-kupu, Gunung Walat, volume dan konsentrasi
nektar.

SUMMARY
IRNAYANTI BAHAR. Diversity of Butterflies Superfamily Papilionoidea
(Lepidoptera) in Gunung Walat Education Forest, West Java. Supervised by TRI
ATMOWIDI and DJUNIJANTI PEGGIE.
Butterflies (Lepidoptera) are characterized by scaly wings. Lepidoptera
consist of 47 superfamilies and 124 families. Butterfly has various roles in the
ecosystem, i.e. as a component of food chain, bioindicator of environmental
quality, predator, and pollinator. This research was conducted in Gunung Walat
Education Forest, Sukabumi, West Java from September until November 2014.
Observations of butterflies were performed in four types of habitat, i.e. pine
stands, agatis stands, puspa stands, and mix stands using scan sampling method in
the morning (08.00-11.00) and afternoon (13.00-16.00). In each habitat,
observations of butterfly were conducted in 10 days. Number of species and
individual of butterflies were recorded. Mark Release and Recapture (MRR) was
used for 21 species of butterflies that are easily recognized.

Butterflies found in four types of habitat consist of 68 species belong to 4
families and 13 subfamilies. Based on Shannon-Wiener diversity index, the
highest diversity of butterflies was in pine stands (H’=2.53), followed by puspa
stands (H’=2.52), and agatis stands (H’=2.50). Dominant butterflies at pine stands
were E. blanda, T. iapis, H. bolina, F. canens, M. janardana, and Y. horsfieldi,
while agatis stands were E. blanda, T. iapis, D. bisaltide, M. janardana, and Y.
horsfieldi. In puspa stands, dominant butterflies were E. blanda, I. vulgaris, T.
iapis, J. iphita, M. janardana, and Y, horsfieldi, while in mix stands were E.
blanda, T. iapis, M. janardana, and Y. horsfieldi. Species L. atymnus was
collected in this study, previously was reported in Nusa Kambangan. In this
research, T. helena, a protected species in Java, was also found. The species was
is listed in the appendix 2 of CITES. Based on MRR method, 2.343 individuals of
the butterflies were marked and released. Fifty one individuals of butterflies were
recaptured after 2-3 weeks. Species M. janardana was marked in puspa stands and
was recaptured in mix stands. It showed that this species can fly at least 500-600
meters.
In the pine stand, species of plants that were visited by butterflies were L.
camara, S. australis, and S. rhombifolia, while in agatis stands were C.
esculentum, D. esculentum, C. hirta, L. camara, G. linearis, S. wildenovii, and A.
malabaricum. In puspa stands, the plants that were visited by butterflies were C.

hirta, C. canephora, G. linearis, S. wildenovii, S. crispus, and D. esculentum,
while in mix stands were L. camara, S. australis, and B. orientale. Volume and
nectar concentration of plants varied. The average of nectar volume of H.
rosasinensis, C. canephora, and L. camara were 8.1 µl, 0.64 µl, and 0.60 µl,
respectively. Average of sucrose concentration in nectar of H. rosasinensis, C.
canephora, and L. camara ranged 21 %, 12.2 %, and 10.57 %, respectively.
Based on correlation analysis, proboscis length of butterfly has a positive
correlation with length of corolla flower. In this study L. coon has a longest
proboscis lenght (25.75 mm), while E. blanda has shortest proboscis length (11.11

mm). Corolla of H. rosasinensis (21.51 mm) was longer than of V. cinerea (4.61
mm).
Key words: Butterfly, diversity, Gunung Walat, volume and nectar concentration.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU SUPERFAMILI PAPILIONOIDEA
(LEPIDOPTERA) DI KAWASAN HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG
WALAT

IRNAYANTI BAHAR

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Biosains Hewan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015


Penguji Luar Komisi pada ujian Tesis : Dr. Sih Kahono

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2014 ialah Keanekaragaman
Kupu-kupu Superfamili Papilionoidea (Lepidoptera) di
Kawasan Hutan
Pendidikan Gunung Wala. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Tri
Atmowidi, M.Si dan Djunijanti Peggie, MSc, PhD selaku Komisi Pembimbing
yang telah memberikan saran dan arahannya. Di samping itu, penghargaan penulis
sampaikan kepada Direktur Hutan Pendidikan Gunung Walat yang telah
memberikan izin penelitian dan kepada Direktorat Jenderal Tinggi (DIKTI) yang
telah mendanai penelitian. Kepada ayahanda Baharuddin M.S.Sos dan ibunda
St.Rahmah Wahab yang selalu mendoakan kesuksesan dan memberi motivasi
kepada ananda, Harun Mulawarman S.Hi MA.Hk yang selalu menjadi inspirasi
dan memberi semangat kepada penulis, serta seluruh keluarga, terimakasih atas
segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2015


Irnayanti Bahar

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
3 METODE
Deskripsi Lokasi Penelitian
Waktu dan Tempat
Metode Penelitian
Analisis Data
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan
5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan

Saran
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP

vi
vi
vii
1
1
2
3
4
4
4
5
7
8
8
16
19

19
19
20
23

DAFTAR TABEL
1 Spesies dan jumlah individu kupu-kupu di TPI (tegakan pinus), TAG
(tegakan agatis), TPU (tegakan puspa) dan TCA (tegakan campuran)
2 Matriks kesamaan kupu-kupu pada berbagai tipe habitat
3 Rata-Rata Nilai Parameter Lingkungan di tegakan pinus,tegakan agatis,
tegakan puspa dan tegakan campuran di Hutan Pendidikan Gunung Walat
4 Nilai korelasi Pearson jumlah individu kupu-kupu dengan parameter
lingkungan di empat lokasi penelitian
5 Tumbuhan nektar yang ditemukan di lokasi HPGW

8
11
11
11
12

DAFTAR GAMBAR
1 Peta lokasi penelitian kupu-kupu di kawasan HPGW
4
2 Gambaran lokasi pengamatan kupu-kupu: tegakan pinus (a), tegakan agatis (b),
tegakan puspa (c), dan tegakan campuran (d).
6
3 Bunga tanaman nektar kupu-kupu yang diukur volume nektar dan kandungan
gula: L. camara (a), C. canephora (b), dan H. rosasinensis (c).
14
4 Volume nektar tanaman L. camara, H. rosasinensis, dan C. Canephora
berdasarkan waktu pengamatan.
15
5 Kandungan gula nektar tanaman L. camara, H. rosasinensis dan C. canephora
berdasarkan waktu pengamatan.
15
6 Hubungan antara panjang probosis kupu-kupu dan panjang korola bunga. 16

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Usaha pelestarian lingkungan untuk mempertahankan keanekaragaman
hayati menjadi topik utama dalam penelitian ekologi sepuluh tahun terakhir ini.
Penelitian yang dilakukan berhubungan dengan kekayaan spesies dan analisis
faktor lingkungan yang mempengaruhi spesies pada suatu habitat.
Kupu-kupu merupakan serangga yang termasuk ke dalam ordo
Lepidoptera yang mempunyai sayap bersisik. Sisik memberi corak dan pola warna
pada sayap, sehingga kupu-kupu sangat menarik (Peggie dan Amir 2006). Ordo
Lepidoptera terdiri dari 47 superfamili dan 124 famili (Kristensen et al. 2007).
Superfamili yang termasuk kupu-kupu, yaitu Papilionoidea dan Hesperioidea.
Kupu-kupu superfamili Papilionoidea memiliki tubuh relatif ramping dengan
antena yang berdekatan kanan dan kiri serta membesar di ujungnya. Superfamili
Hesperioidea memiliki tubuh relatif lebih gemuk dengan antena berjauhan kanan
dan kiri serta ujungnya bersiku (Peggie & Amir 2006). Superfamili Papilionoidea
terdiri dari famili Papilionidae, Pieridae, Nymphalidae, Riodinidae, dan
Lycaenidae (Kristensen et al. 2007).
Kupu-kupu bisa ditemukan hampir pada semua tipe habitat jika terdapat
tanaman nektar (Peggie dan Amir 2006). Perubahan habitat berpengaruh terhadap
kelimpahan dan keanekaragaman kupu-kupu. Penyebaran dan banyaknya jumlah
tanaman inang (host plant) juga mempengaruhi keragaman kupu-kupu (Cleary et
al. 2004). Selain itu, aktivitas kupu-kupu juga di pengaruhi oleh suhu udara,
intensitas cahaya (Efendi 2009), dan kecepatan angin (Sumah 2012).
Kupu-kupu dibedakan dengan ngengat (moth). Kupu- kupu bersifat diurnal
(aktif pada siang hari), sedangkan ngengat bersifat nokturnal (aktif pada malam
hari). Selain itu, kupu-kupu mempunyai bentuk serta corak warna yang lebih
menarik dibandingkan ngengat (Stavenga et al. 2004).
Famili Papilionidae. Kupu-kupu famili ini kebanyakan memiliki warna
yang menarik seperi merah, kuning, hijau yang di kombinasi dengan hitam dan
putih. Ukuran kupu-kupu ini sedang sampai besar. Beberapa spesies mempunyai
perpanjangan sudut sayap belakang membentuk seperti ekor. Banyak spesies
kupu-kupu memiliki pola sayap jantan dan betina yang berbeda (sexual
dimorphic). Pada umumnya, kupu-kupu betina memiliki ukuran tubuh yang lebih
besar dengan sayap lebih membulat (Peggie dan Amir 2006).
Famili Pieridae. Kupu-kupu famili ini kebanyakan memiliki warna
kuning dan putih, namun ada juga yang memiliki warna oranye dengan sedikit
hitam atau merah. Kupu-kupu ini mempunyai ukuran yang sedang dan tidak
memiliki perpanjangan sayap seperti ekor. Beberapa spesies Pieridae mempunyai
kebiasaan bermigrasi. Kupu-kupu betina memiliki warna yang lebih gelap dan
mudah dibedakan dengan kupu-kupu jantan (Peggie dan Amir 2006).
Famili Nymphalidae. Kupu-kupu famili ini umumnya memiliki warna
coklat, oranye, kuning dan hitam. Kupu-kupu ini memiliki ukuran yang beragam.
Ciri famili Nimphalidae yang paling penting yaitu pasangan tungkai depan pada
kupu-kupu jantan dan betina mengecil (kecuali pada kupu-kupu betina
Libytheinae) yang mengakibatkan tungkai tidak bisa berfungsi untuk berjalan.
Pasangan tungkai depan tersebut tertutup oleh kumpulan sisik yang padat seperti

2

sikat, biasanya terdapat pada kupu-kupu jantan yang menyebabkan kupu-kupu
tersebut dikenal sebagai kupu-kupu bertungkai sikat (Peggie dan Amir 2006).
Famili Lycaenidae. Kupu-kupu famili ini kebanyakan memiliki ukuran
tubuh yang kecil, warna biru, ungu, atau orange dengan bercak yang metalik,
hitam, atau putih. Kupu-kupu jantan biasanya memiliki warna yang lebih terang
dari pada kupu-kupu betina. Beberapa spesies mempunyai ekor yang merupakan
perpanjangan sayap belakang. Spesies kupu-kupu dari famili Lycaenidae
kebanyakan aktif pada siang hari dan di tempat yang terbuka (Peggie dan Amir
2006).
Kupu-kupu memiliki peranan yang penting dalam ekosistem hutan
(Hammond et al. 2003). Lepidoptera memiliki peranan dalam rantai makanan,
dinamika populasi tanaman, predator (Miller 2003), bioindikator kualitas
lingkungan (Widhiono 2004), dan penyerbuk tumbuhan (Faegri 1971). Kupukupu adalah salah satu serangga yang mengisap nektar (Comba et al. 1999) yang
merupakan sumber pakan untuk kupu-kupu dewasa (Herrera 1987). Nektar
dihasilkan oleh kelenjar tumbuhan (Galetto dan Bernardello 2004), yang
mengandung sukrosa dengan konsentrasi 20-25 % (Atluri et al. 2004). Selain
sukrosa, nektar juga mengandung asam amino, protein, asam organik, fosfat,
vitamin, dan enzim (Barth 1991). Selain nektar, beberapa spesies kupu-kupu juga
mengisap polen, getah pohon, kotoran hewan, cairan mineral pada lumpur dan
tanah yang lembab (Boggs dan Gilbert 1979; Herrera 1987). Tumbuhan memiliki
konsentrasi dan volume gula nektar yang bervariasi (Vidal et al. 2006).
Kupu-kupu mempunyai alat mulut yang panjang (proboscis) (Abrol 2012)
yang teradaptasi untuk pengambilan makanan berupa cairan (Krenn 2004; Abrol
2012; Kwauk 2012). Beberapa spesies kupu-kupu selektif mengunjungi tumbuhan
berbunga sebagai sumber nektar (Tudor et al. 2004). Panjang mahkota bunga
memberi pengaruh terhadap kupu-kupu saat mengunjungi bunga (Fahem et al.
2004). Panjang mahkota bunga membatasi eksploitasi nektar bagi kupu-kupu
berkaitan dengan panjang probosisnya (Tiple et al. 2009).
Penelitian tentang kupu-kupu di Indonesia telah banyak dilakukan,
diantaranya dilaporkan 150 spesies di Ujung Kulon (Peggie 2012), 132 spesies di
Bodogol (Ruslan 2012), 161 spesies di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak
(Peggie & Harmonis 2014), 124 spesies di Nusa Kambangan (Peggie 2014a), 144
spesies di Taman Nasional Bantimurung (Sumah 2012), dan 113 spesies di
Gunung Meja Papua (Panjaitan 2011).
Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) adalah hutan pendidikan yang
dikelola oleh Fakultas Kehutanan IPB. Daerah ini terletak di wilayah Sukabumi
dengan luas 359 Ha dan terdapat pada ketinggian 500-700 mdpl. Topografi
kawasan ini sangat bervariasi mulai dari landai sampai bergelombang terutama di
bagian selatan, sedangkan bagian utara mempunyai topografi yang semakin curam
(Syaufina et al. 2007). Gunung Walat merupakan salah satu habitat yang baik
untuk kupu-kupu, hal ini didukung oleh adanya beberapa ekosistem yang
merupakan habitat kupu-kupu, seperti hutan dengan banyak jenis tanaman. Kupukupu memiliki ketergantungan dalam pencarian pakan pada berbagai tanaman.

3

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengukur keanekaragaman spesies kupukupu superfamili Papilionoidea di empat tipe habitat di Gunung Walat, yaitu
tegakan pinus, tegakan agatis, tegakan puspa, dan tegakan campuran. Penelitian
ini juga bertujuan untuk mengamati tumbuhan penghasil nektar bagi kupu-kupu
dan hubungan panjang probosis dengan mahkota bunga tanaman nektar.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi keragaman kupu-kupu
pada habitat yang berbeda di HPGW, Sukabumi, Jawa Barat. Data keanekargaman
kupu-kupu yang diperoleh dapat dijadikan dasar dalam usaha konservasi kupukupu serta habitatnya.

BAHAN DAN METODE

Pengamatan dan Koleksi Kupu-kupu Superfamil Papilionoidea
Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat
Sukabumi Jawa Barat pada bulan September sampai November 2014. Preservasi
dan identifikasi spesimen dilakukan di Bagian Biosistematik dan Ekologi Hewan,
Departemen Biologi, FMIPA, IPB, Bogor dan Laboratorium Entomologi, Bidang
Zoologi, Puslit Biologi, LIPI, Cibinong. Pengamatan kupu-kupu dilakukan pada
empat tipe habitat dengan menggunakan metode scan sampling. Metode scan
sampling dilakukan dengan survei di sepanjang jalur yang ada di masing-masing
tipe habitat. Metode Mark Release and Recapture (MRR) digunakan pada 21
spesies kupu-kupu yang mudah dikenali. Kupu-kupu ditangkap dan ditandai pada
bagian sayapnya dengan menggunakan spidol marker, selanjutnya kupu-kupu
dilepaskan kembali. Metode MMR dilakukan untuk mengurangi jumlah individu
kupu-kupu yang dikoleksi, sehingga tidak mengganggu populasi di alam.
Pengamatan keragaman kupu-kupu dilakukan sebanyak 10 hari di setiap tipe
habitat pada pukul 08:00-11:00 dan 13:00-16:00 WIB. Setiap individu yang
diamati dicatat di lembar pengamatan. Pengamatan kupu-kupu mencakup spesies
dan jumlah individu. Pengukuran faktor lingkungan dilakukan selama pengamatan
kupu-kupu dengan interval waktu 1 jam. Faktor lingkungan yang diukur meliputi
kelembaban udara dan suhu lingkungan. Pengukuran kelembaban dan suhu
lingkungan digunakan alat thermo-hygrometer.
Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di 4 tipe habitat (Gambar 1) yaitu, tegakan pinus,
tegakan agatis, tegakan puspa, dan tegakan campuran. Deskripsi empat lokasi
pengamatan keragaman kupu-kupu di kawasan HPGW sebagai berikut:
Tegakan Pinus. Secara geografis lokasi pengamatan berada di sekitar titik
koordinat 06o54'93.6"S, 106o49'71.1"E dengan ketinggian 669 mdpl. Tegakan ini
didominasi oleh tanaman pinus dengan tumbuhan herba terdiri dari Gynura
crepidioides, Synedrella nodiflora, Verdonia cinerea (Goodeniaceae), Musa
paradisiaca (Musaceae), Pandanus tectoris (Pandanaceae), Diplazium esculentum
(Athyriaceae), Amorphophallus variabilis (Araceae), Clidemia hirta, Melastoma
malabathricum (Melastomataceae), Hibiscus rosasinensis, Kleinhovia hospita,
Sida rhombifolia, Urena lobata (Malvaceae), Thevetia peruviana (Apocynaceae),
Isotoma longiflora (Campanulaceae), Costus speciosus
(Zingiberaceae),
Orthosiphon spicatus (Lamiaceae). Austroeupatorium inulaefolium dan
Chromolaena odorata (Asteraceae), Calliandra calothyrsus, Centrosema
plumieri, Desmatus virgatus, Flemingia macrophylla dan Mimosa pudica
(Fabaceae) (Gambar 2).
Tegakan Agatis. Secara geografis lokasi pengamatan berada di sekitar
koordinat 06o55'04.7"S, 106o49'43.2"E dengan ketinggian 576. Tegakan ini
didominasi oleh tanaman agatis dengan tumbuhan herba yang terdiri dari C.
plumieri, M. pudica (Fabaceae), Coffea canephora (Rubiaceae), S. rhombifolia, U.
lobata (Malvaceae), Clerodendrum japonicum, Lantana camara (Verbenaceae),

5

Selaginella wildenovii (Selagillaceae), Gleichenia linearis (Gleicheniaceae), D.
esculentum (Athyriaceae), P. tectoris (Pandanaceae), Aneilema malabaricum
(Commelinaceae), Colocasia esculentum (Araceae),
Ananas comosus
(Bromeliaceae), M. paradisiaca (Musaceae), C. speciosus (Zingiberaceae), C.
hirta, M. malabathricum (Melastomataceae), Galinsoga parviflora, G.
crepidioides, S. nodiflora, Tagetes erecta, Tithonia diversifolia, dan V. cinerea
(Goodeniaceae) (Gambar 2).
Tegakan puspa. Secara geografis lokasi pengamatan berada di sekitar
koordinat 06o54'76.8 "S, 06o49'14.1"E dengan ketinggian 578. Tegakan ini
didominasi oleh tanaman puspa dengan tanaman herba yang terdiri dari C.
canephora (Rubiaceae), S. nodiflora, V. cinerea (Goodeniaceae), L. camara
(Verbenaceae),
Selaginella
wildenovii
(Selagillaceae),
G.
linearis
(Gleicheniaceae), D. esculentum (Athyriaceae), Stenochlaena palustris
(Blechnaceae), A. malabaricum (Commelinaceae), A. variabilis, C. esculentum
(Araceae), Eucharis amazonica (Liliaceae), C. spesiosus (Zingiberaceae),
Nymphaea stellata (Nimphaeaceae), S. rhombifolia, U. lobata (Malvaeae), C.
hirta, M.
malabathricum (Melastomataceae), O. spicatus (Lamiaceae), C.
calothyrsus (Fabaceae), dan A. inulaefolium (Asteraceae) (Gambar 2).
Tegakan campuran. Secara geografis lokasi pengamatan berada di sekitar
koordinat 06o54'566"S, 106o49'101"E dengan ketinggian 689. Tegakan ini
didominasi oleh tanaman pinus, agatis, dan puspa. Tumbuhan herba yang terdiri
dari M. pudica (Fabaceae). Blechnum orientale, Stenochlaena palustris
(Blechnaceae), P. tectoris (Pandanaceae). A. malabaricum (Commelinaceae), S.
rhombifolia, dan U. lobata (Malvaceae) (Gambar 2).

Tegakan
campuran
Tegakan
pinus
Tegakan
puspa

Tegakan
agatis

Gambar 1 Peta lokasi penelitian kupu-kupu di kawasan Hutan Pendidikan
Gunung Walat, Sukabumi.

6

a

b

c
d
Gambar 2 Gambaran lokasi pengamatan kupu-kupu di HPGW: tegakan pinus
(a), tegakan agatis (b), tegakan puspa (c), dan tegakan campuran
(d).
Pengamatan tumbuhan nektar dan pengukuran mahkota bunga dan
probosis kupu-kupu
Semua tumbuhan yang dikunjungi kupu-kupu diamati, didokumentasi, dan
diidentifikasi berdasarkan Hanum & Maesea (1997) dan Steenis (1998). Spesies
kupu-kupu yang berkunjung pada bunga juga dicatat. Sebanyak 10 spesies
tumbuhan nektar yang dikunjungi kupu-kupu diukur panjang mahkota bunga.
Panjang probosis kupu-kupu yang mengunjungi bunga juga diukur. Pengukuran
panjang probosis kupu-kupu dan panjang mahkota bunga digunakan jangka
sorong. Tumbuhan yang diukur volume dan kandungan gula nektarnya, yaitu L.
camara, H. rosasinensis dan C. canephora. Volume nektar diukur dengan dengan
menggunakan mikropipet 0.5 μl, sedangkan pengukuran konsentrasi gula nektar
dilakukan dengan menggunakan refractometer (skala brix 0 - 33 %). Pengukuran
volume nektar dilakukan dengan memasukkan mikropipet ke dasar bunga.
Pengukuran kandungan gula nektar dilakukan dengan meletakkan nektar di atas
kaca refractometer dan diteropong ke arah cahaya.

Preservasi dan Identifikasi Kupu-Kupu
Kupu-kupu yang dikoleksi dengan jaring serangga dimatikan dengan cara
ditekan bagian toraknya dan dimasukkan ke dalam kertas papilot. Kupu-kupu
disimpan di dalam kotak yang telah dimasukkan kapur barus. Selanjutnya

7

spesimen dibawa ke Laboratorium Entomologi Bidang Zoologi Puslit Biologi
LIPI Cibinong untuk perentangan dan identifikasi. Untuk memudahkan dalam
perentangan, maka spesimen yang tersimpan kering, dilembabkan dengan cara
dimasukkan ke dalam desikator. Spesimen dikeluarkan dari kertas papilot
kemudian dipinning dengan menggunakan jarum serangga (insect pin) yang
ditusukkan secara vertikal pada bagian tengah torak dan spesimen direntangkan di
atas papan perentang. Setelah dipinning spesimen dimasukkan ke dalam oven
dengan suhu 400C-500C selama dua minggu. Setelah kering, spesimen disimpan
dalam kotak spesimen yang telah diberi kapur barus. Spesimen yang telah
dipreservasi, didokumentasi dan diidentifikasi berdasarkan Yata (1981), Morishita
(1981), Aoki et al. (1982), Tsukada dan Nishiyama (1982), Tsukada (1985, 1991),
Seki et al. (1991), dan Fleming (1975).
Analisis Data
Kupu-kupu yang telah diidentifikasi dikelompokkan berdasarkan tipe
habitatnya dan dianalisis indeks keanekaragaman Shannon-Wienner (H’), dan
indeks kemerataan (evenness) (E) (Magurran 1988). Hubungan antara panjang
probosis kupu-kupu dan panjang mahkota bunga yang dikunjunginya dianalisis
dengan korelasi Pearson dan nilai signifikansi dengan menggunakan program R
versi 3.1.2. Indeks kesamaan Bray-Curtis digunakan untuk analisis kesamaan
komunitas kupu-kupu antar habitat, dengan menggunakan program
Paleontological Statistics (PAST) versi 2.17c.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Keanekaragaman Kupu-kupu
Jumlah famili kupu-kupu yang ditemukan di tegakan pinus, tegakan agatis,
tegakan puspa dan tegakan campuran sebanyak 4 famili dalam 13 subfamili dan
68 spesies (Gambar 1). Total individu kupu-kupu yang dicatat adalah 3178
individu (Tabel 1). Berdasarkan hasil analisis Shannon-Wiener, keanekaragaman
kupu-kupu yang paling tinggi terdapat di tegakan pinus (H’= 2,53), diikuti
tegakan puspa (H’= 2.52), tegakan agatis (H’= 2.50) dan tegakan campuran (H’=
2.16).
Tabel 1. Spesies dan jumlah individu kupu-kupu di tegakan pinus (TPI), tegakan
agatis (TAG), tegakan puspa (TPU) dan tegakan campuran (TCA) di
Hutan Pendidikan Gunung Walat.
Famili

Jumlah Individu

Subfamili
Spesies

Total

Persentas
e

TPI

TAG

TPU

TCA

Individu

(%)

Papilionidae
Papilioninae
Graphium agamemnom

1

1

0

1

3

0.09

Losaria coon

1

1

12

0

14

0.44

Papilio helenus

30

3

1

10

44

1.38

Papilio karna

8

2

1

0

11

0.34

Papilio memnon

1

1

0

0

2

0.06

Papilio polytes

1

0

1

0

2

0.06

Troides helena

0

1

3

0

4

0.12

Pieridae
Coliadinae
Catopsilia Pomona

1

0

0

0

1

0.03

Eurema alitha

0

1

2

1

4

0.12

Eurema blanda

72

124

63

85

344

10.82

Eurema hecabe

4

2

4

5

15

0.47

Eurema sari

0

2

2

4

8

0.25

Pierinae
Appias olferna

0

1

0

0

1

0.03

Delias belisama

0

0

1

0

1

0.03

Delias hyparete

1

0

0

0

1

0.03

Leptosia nina

5

6

2

8

21

0.66

Charaxinae
Charaxes athamas

1

0

0

0

1

0.03

Danainae
Danaus melanippus

0

2

35

10

47

1.47

Nymphalidae

9

Famili

Jumlah Individu

Subfamili

Total

Persentas
e

Spesies
Euploea climena

TPI

TAG

TPU

TCA

Individu

(%)

0

0

9

1

10

0.31

Euploea eunice

0

0

6

3

9

0.28

Euploea mulciber

3

1

25

2

31

0.97

Euploea sylvester

1

0

0

0

1

0.03

Ideopsis vulgaris

13

4

135

6

158

4.97

Parantica aspasia

12

1

13

11

37

1.16

Heliconiinae
Cethosia penthesilea

0

0

1

1

2

0.06

Cupha erymanthis

7

2

2

2

13

4.13

Terinos clarissa

1

0

0

0

1

0.03

Limenitidinae
Athyma nefte

0

0

1

1

2

0.06

Athyma selenophora

1

0

0

0

1

0.03

Dopha evelina
Neptis hylas

3

1

0

2

6

0.18

8

9

7

5

29

0.91

Neptis leucoporos

1

0

0

0

1

0.03

Pantoporia hordonia

0

1

12

1

14

0.44

Tanaecia iapis
Tanaecia munda

121

156

157

105

539

16.96

1

0

1

2

4

0.12

Tanaecia trigerta

1

0

3

4

8

0.25

26

45

25

21

117

3.68

Nymphalinae
Doleschallia bisaltide
Hypolimnas anomala

0

1

0

0

1

0.03

Hypolimnas bolina

49

14

1

8

72

2.26

Junonia hedonia

0

0

4

0

4

0.12

Junonia iphita

3

13

40

10

66

2.07

Junonia orythia

1

3

0

2

6

0.18

Satyrinae
Amanthusia phidippus

0

1

0

0

1

0.03

Discophora sondaica

0

1

0

1

2

0.06

Elymnias hypermnestra

1

0

0

0

1

0.03

Elymnias panthera

0

1

0

4

5

0.15

Faunis canens

41

36

18

7

102

3.2

Lethe confusa

8

5

1

5

19

0.59

Lethe manthara

2

0

0

0

2

0.06

Lethe minerva

1

0

0

0

1

0.03

Melanitis leda

7

11

3

5

26

0.81

Melanitis phedima

6

11

1

0

18

0.56

Melanitis zitenius

0

2

0

0

2

0.06

Mycalesis horsfieldi

18

11

13

18

60

1.88

Mycalesis janardana

209

90

52

232

583

18.34

100

Famili

Jumlah Individu

Subfamili

Total

Persentas
e

Spesies
Mycalesis mineus

TPI

TAG

TPU

TCA

Individu

(%)

0

2

0

0

2

0.06

Orsotriena medus

0

7

1

0

8

0.25

Ypthima horsfieldi

95

98

203

246

642

20.2

Lycaeninae
Surendra vivarna

0

1

0

0

1

0.03

Miletinae
Allotinus sarrastes

2

0

7

0

9

0.28

Miletus symethus

0

2

0

0

2

0.06

Polyommatinae
Chilades pandava

Lycaenidae

1

0

0

0

1

0.03

Jamides celeno

7

6

0

3

16

0.5

Jamides virgulatus

0

10

2

0

12

0.37

Nacaduba berenice

1

0

0

2

3

0.09

Prosotas dubiosa

0

0

1

0

1

0.03

1

0

0

0

1

0.03

Theclinae
Arhopala eumolphus
Loxura atymnus

0

0

0

2

2

0.06

Jumlah Individu

778

693

871

836

3178

100

Jumlah Spesies (S)

44

43

40

37

Indeks Shannon (H')

2.530

2.500

2.520

2.160

Indeks Kemerataan (E.)

0.66

0.660

0.680

0.598

Jumlah spesies yang ditemukan setiap habitat bervariasi, yaitu di tegakan
pinus (44 spesies), tegakan agatis (43 spesies), tegakan puspa (40 spesies), dan
tegakan campuran (37 spesies). Komposisi spesies pada masing-masing habitat
juga berbeda, yaitu tegakan pinus didominasi oleh E. blanda, T. iapis, H. bolina,
F. canens, M. janardana, dan Y. horsfieldi. Tegakan agatis didominasi oleh E.
blanda, T. iapis, D. bisaltide, M. janardana, dan Y. horsfieldi. Tegakan puspa
didominasi oleh E. blanda, I. vulgaris, T. iapis, J. iphita, M. janardana, dan Y.
horsfieldi. Tegakan campuran didominasi oleh E. blanda, T. iapis, M. janardana,
dan Y. horsfieldi. Spesies yang hanya ditemukan satu kali selama pengamatan
pada masing-masing habitat yaitu, C. pomona, A. olferna, D. belisama, D.
hyparete, A. selenophora, H. anomala, A. phidippus, E. hypermnestra, E.
silvester, L. Minerva, S. vivarna, N. leucoporos, T. clarissa, A. eumolphus, C.
athamas, C. pandava, dan P. dubiosa. Jumlah individu paling banyak ditemukan
di tegakan puspa (871 individu), diikuti tegakan campuran (836 individu), tegakan
puspa (778 individu), dan tegakan agatis (693 individu)
Kesamaan komunitas kupu-kupu tertinggi terjadi antara tegakan campuran
- tegakan pinus (0.75) dan terendah antara tegakan puspa - tegakan pinus (0.54)
(Tabel 2).

11

Tabel 2. Matriks kesamaan Bray-Curtis kupu-kupu pada empat tipe habitat di
HPGW.

Habitat
Pinus
Agatis
Puspa
Campuran

Pinus
0.71
0.54
0.75

Tegakan
Agatis

0.6
0.63

Puspa

Campuran

0.62

Hasil pengukuran parameter lingkungan menunjukkan bahwa di tegakan
pinus mempunyai suhu rata-rata 27.45°C dan kelembaban 68.82%. Tegakan agatis
mempunyai suhu rata-rata 28.22°C, kelembaban 69.46 %, tegakan puspa
mempunyai suhu rata-rata 28.16°C dan kelembaban 66.65%. Tegakan campuran
mempunyai suhu rata-rata 27.8 °C dan kelembaban 66.74. Berdasarkan analisis
korelasi Pearson, kelembaban udara da suhu udara tidak berkorelasi dengan
jumlah individu kupu-kupu (r= 0.94, p= 0.05 dan r=0.01, p= 0.88) (Tabel 4).

Tabel 3. Rata-rata nilai parameter lingkungan di tegakan pinus,tegakan agatis,
tegakan puspa dan tegakan campuran di Hutan Pendidikan Gunung
Walat.
Lokasi
Suhu udara (°C)
Kelembaban (%)
Tegakan pinus
27.45
68.82
Tegakan agatis
28.22
69.46
Tegakan puspa
28.16
66.65
Tegakan campuran
27.8
66.74

Tabel 4. Nilai korelasi Pearson antara jumlah individu kupu-kupu dengan
parameter lingkungan di empat lokasi penelitian.
Parameter
lingkungan
Jumlah individu kupu-kupu
r
Nilai p
Suhu
-0.0115
0.885
Kelembapan
-0.946
0.054

12

Tumbuhan Nektar dan Panjang Mahkota Bunga dan Probosis Kupu-kupu
Hasil pengamatan selama penelitian terdapat 44 spesies tumbuhan nektar
yang dikunjungi kupu-kupu yang termasuk ke dalam 25 famili (Tabel 5).
Tabel 5. Tumbuhan nektar yang dikunjungi kupu-kupu yang ditemukan di Lokasi
Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi. TPI= Tegakan pinus,
TAG= Tegakan Agatis, TPU= Tegakan campuran, TCA= Tegakan
campuran.
Famili dan spesies

Nama lokal

Spesies kupu-kupu

TPI

Pecah beling

J. iphita, M. janardana,

Ki hujan

D. bisaltide



Kembang bangke

D. bisaltide



Tales

T. iapis

Babanjaran

T. iapis, J. iphita



Ki rinyuh

I. vulgaris, D. bisaltide



Diplazium esculentum
Blechnaceae

Paku sayur

T. iapis



Blechnum orientale

Paku lubang
Papakuan
parengpeng

T. iapis

Nanas

D. bisaltide

Sangkobak

J. iphita



Brambangan

J. iphita, M. janardana,





TAG

TPU

TCA

tumbuhan
Acanthaceae
Strobilanthes crispus
Apocynaceae
Thevetia peruviana



Araceae
Amorphophallus variabilis
Colocasia esculentum






Asteraceae
Austroeupatorium inulaefolium
Chromolaena odorata



Athyriaceae

Stenochlaena palustris






T. iapis

















Bromeliaceae
Ananas comosus



Campanulaceae
Isotoma longiflora
Commelinaceae
Aneilema malabaricum

Y. horsfieldi
Cyperaceae
Cyperus rotundus

Rumput teki

M. janardana,
Y.horsfieldi,
E.blanda

Fabaceae
Calliandra calothyrsus
Centrosema plumieri
Desmatus virgatus

Caliandra
Kacang katropong

Junonia iphita
E. blanda






Flemingia macrophylla

Asam-asaman
Hahapaan

P. helenus,P. karna
Papilio helenus



Mimosa pudica

Putri malu

E. blanda










13

Famili dan spesies

Nama lokal

Spesies kupu-kupu

TPI

TAG

TPU

Paku garpu

T. iapis, J. iphita







Emilia sonchifolia

Centongan

Y. horsfieldi

Galinsoga parviflora

Jukut seminggu

M. janardana, J. iphita

Gynura crepidioides

Jombloh

E. blanda





Synedrella nodiflora

Babadotan

E. blanda, M. janardana





Tagetes erecta

Kenikir

J. iphita



Tithonia diversifolia

Kembang bulan

D. bisaltide



Verdonia cinerea

Sawi langit

E. blanda







Kumis kucing

J. iphita, M. janardana,
E.blanda







Lili

M. janardana

TCA

tumbuhan
Gleicbeniaceae
Gleichenia linearis
Goodeniaceae






Lamiaceae
Orthosiphon spicatus



Liliaceae
Eucharis amazonica



Malvaceae
Hibiscus rosasinensis
Kleinhovia hospita
Sida rhombifolia
Urena lobata
Melastomataceae
Clidemia hirta
Melastoma malabathricum

Kembang
sepatu
Tengkele

L. coon



P. helenus, T. iapis
E. blanda



Sida guri









Pulutan

E. blanda, M. janardana









Harendong

T. iapis, N. hylas, M.janardana
P. hordonia pardus,
D.melanippus















Pisang

H. bolina





Tarate

Junonia iphita

Kembang
kertas

D. melanippus

Pandan

T.iapis, D. bisaltide

Harendong

Musaceae
Musa paradisiaca
Nimphaeaceae
Nymphaea stellata



Nyctaginaceae
Bougainvillea spectabilis



Pandanaceae
Pandanus tectoris















E.mulciber, H.bolina
Rubiaceae
Coffea canephora

Kopi

I. vulgaris, T. iapis,
D.melanippus, E.mulciber

Selaginellaceae
Selaginella wildenovii

Paku lumut

T. iapis

Pagoda

J. iphita



Verbenaceae
Clerodendrum japonicum





14

Famili dan spesies

Nama lokal

Spesies kupu-kupu

Cente

I. vulgaris,
D.melanippus

TPI

TAG

TPU







TCA

tumbuhan
Lantana camara

E.mulciber, L.coon, D. aspasia
Stachytarpheta australis

Jarong

A. olferna







Pacing

T. iapis







Zingiberaceae
Costus speciosus

Berdasarkan hasil pengamatan, spesies tumbuhan yang paling sering
dikunjungi oleh kupu-kupu di tegakan pinus adalah L. camara, S. australis, dan S.
rhombifolia. Di tegakan agatis spesies tanaman yang paling sering dikunjungi
adalah C. esculentum, D. esculentum, C. hirta, L. camara, G. linearis, S.
wildenovii, dan A. malabaricum. Di tegakan puspa spesies tanaman yang paling
sering dikunjungi adalah C. hirta, C. canephora, G. linearis, S. wildenovii, S.
crispus, dan D. esculentum. Spesies tanaman yang paling sering dikunjungi kupukupu di tegakan campuran adalah L. camara, S. australis, dan B. orientale.
Spesies tumbuhan berbunga yang diukur volume nektarnya adalah L.
camara, H. rosasinensis, dan C canephora (Gambar 3). Volume nektar tanaman
L. camara berkisar 0.41 - 0.98 µl, H. rosasinensis berkisar 5.1-14 µl, C.
canephora berkisar 0.4-1 µl (Gambar 4). Kandungan gula nektar L. camara
berkisar 5.62-17.25 %, H. rosasinensis berkisar 19.5-23 %, C. canephora berkisar
6.5-24.5 % (Gambar 5). Nektar yang disekresikan oleh spesies tumbuhan tinggi
pada pagi hari (pukul 07.00-10.00) dan menurun pada siang hari (pukul 13.0016.00).

a
b
c
Gambar 3. Bunga tanaman pakan kupu-kupu yang diukur volume nektar dan
kandungan gula: L. camara (a), C. canephora (b), dan H. rosasinensis
(c).



Volume nektar (μl)

15

16
14
12
10
8
6
4
2
0

(L. camara)
(H. rosasinensis)
(C. canephora)

07.00-08.00 09.00-10.00 11.00-12.00 13.00-14.00 15.00-16.00

Waktu pengukuran

Kandungan gula nektar
(%)

Gambar 4. Volume nektar tanaman L. camara, H. rosasinensis, dan C.
canephora berdasarkan waktu pengamatan.

(L.camara)

30
25
20
15
10
5
0

(H. rosasinensis)
(C. canephora)

Waktu pengukuran
Gambar 5. Kandungan gula nektar tanaman L. camara, H. rosasinensis dan C.
canephora berdasarkan waktu pengamatan.
Berdasarkan pengukuran, kupu-kupu L. coon memiliki probosis paling
panjang (25.75 mm), sedangkan kupu-kupu E. blanda memiliki probosis paling
pendek (11.11 mm). Tanaman yang memiliki mahkota yang paling panjang yaitu
H. rosasinensis (21.51 mm), sedangkan paling pendek yaitu V. cinerea (4.61
mm). Berdasarkan analisis korelasi Pearson, panjang probosis kupu-kupu
berkorelasi positif dengan panjang mahkota bunga (r= 0.716, p= 0.009) (Gambar
6).

16

Panjang probosis kupu-kupu (mm)

30
25
20
15
10

y = 0.648x + 8.204
R² = 0.512

5
0
0

5

10

15

20

25

Panjang korola bunga (mm)

Gambar 6. Hubungan antara panjang probosis kupu-kupu dan panjang korola
bunga.

Pembahasan
Keanekaragaman Kupu-kupu Superfamili Papilionoidea

Jumlah spesies kupu-kupu superfamili Papilionoidea yang ditemukan di
empat tipe tegakan sebanyak 68 spesies. Berdasarkan hasil analisis ShannonWiener, keanekaragaman kupu-kupu yang paling tinggi terdapat di tegakan pinus
(H’= 2,53), sedangkan yang paling rendah di tegakan campuran (H’= 2,16).
Rendahnya keanekaragaman kupu-kupu pada tegakan campuran diduga
dipengaruhi oleh adanya kebakaran di lokasi tersebut yang terjadi pada saat
penelitian yaitu di bulan September 2014. Kebakaran hutan mempengaruhi
keanekaragaman spesies kupu-kupu pada suatu habitat (Palei 2014). Kupu-kupu
tidak dapat bertahan lama pada habitat yang terganggu (Kunte 2001; Fordjour et
al. 2015 ). Jumlah spesies kupu-kupu yang ditemukan di HPGW (68 spesies),
lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian pada kawasan lainnya di Jawa,
yaitu di Bodogol (132 spesies) (Ruslan 2012), di Taman Nasional GunungHalimun Salak (161 spesies) (Peggie & Harmonis 2014), dan di Nusa Kambangan
(124 spesies) (Peggie 2014a). Jumlah spesies kupu-kupu hasil penelitian ini juga
lebih sedikit dibandingkan yang telah dilaporkan di luar Jawa, yaitu di Gunung
Sago Sumatra Barat (184 spesies) (Rusman 2015), di Taman Nasional
Bantimurung (144 spesies) (Sumah 2012), dan di Gunung Meja Papua Barat (113
spesies) (Panjaitan 2011). Perbedaan jumlah spesies pada lokasi tersebut
kemungkinan disebabkan karena perbedaan vegetasi lokasi penelitian dan waktu
penelitian.
Jumlah individu kupu-kupu yang ditemukan paling tinggi di tegakan puspa
(871 individu). Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh jenis vegetasi pada habitat
tersebut yang beragam yang merupakan tanaman nektar yang sering dikunjungi

17

kupu-kupu. Selain itu, pada tegakan puspa juga terdapat sungai yang merupakan
salah satu sumber mineral bagi kupu-kupu.
Tegakan puspa memiliki nilai kemerataan paling tinggi. Semakin tinggi
nilai kemerataan, maka spesies kupu-kupu tersebar lebih merata dan tidak ada
spesies yang terlalu dominan (Magurran 1988). Nilai kemerataan kupu-kupu pada
tegakan campuran lebih rendah karena adanya beberapa spesies yang dominan
yaitu, E. blanda, T. iapis, M. janardana dan Y. horsfieldi.
Berdasarkan pengamatan, kupu-kupu famili Nymphalidae ditemukan
dengan jumlah spesies paling banyak. Famili Nymphalidae merupakan famili
yang mempunyai jumlah spesies terbesar dan memiliki penyebaran yang luas
dibandingkan dengan famili lain. Jumlah spesies yang besar dipengaruhi oleh
kesesuaian kondisi lingkungan dan ketersediaan pakan yang memungkinkan
spesies tersebut ditemukan pada semua tipe habitat. Famili Nymphalidae juga
dilaporkan dominan di beberapa lokasi, seperti di Taman Nasional Gunung
Halimun Salak (Efendi 2009), di Kawasan Hutan Wisata Alam Gunung Meja
(Panjaitan 2011), di Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol, Sukabumi
(Ruslan 2012) dan di Hutan Lindung Himalaya Barat, India (Joshi dan Arya
2007). Jumlah spesies kupu-kupu yang tinggi dalam famili Nymphalidae karena
adanya tumbuhan pakan yang beragam di lokasi penelitian dan mendukung
kehidupannya, seperti tanaman dari famili Fabaceae, Asteraceae, Malvaceae, dan
Verbenaceae.
Sembilan belas spesies kupu-kupu ditemukan di keempat tegakan, yaitu
P. helenus, E. blanda, E. hebace, L. nina, T. iapis, C. erymanthis, P. aspasia, D.
bisaltide, E. mulciber, F. canens, H. bolina, I. vulgaris, J. iphita, L. confusa, M.
leda, M. horsfieldi, M. janardana, N. hylas, Y. horsfieldi. Spesies kupu-kupu
yang hanya ditemukan di tegakan pinus yaitu, C. pomona, C. athamas, E.
sylvester, T. clarissa, A. selenophora, N. leucoporos, H. anomala, E.
hypermnestra, L. minerva, S. vivarna, C. pandava, dan A. eumolphus. Spesies
yang hanya ditemukan di tegakan agatis yaitu A. olferna, H. anomala, A.
phidippus, M. mineus, M. symethus, dan S. vivarna. Spesies yang hanya
ditemukan di tegakan puspa yaitu D. belisama, J. hedonia, dan P. dubiosa.
Sedangkan di tegakan campuran hanya ditemukan spesies L. atymnus.
Empat puluh tujuh spesies kupu-kupu yang ditemukan di Gunung Walat
juga ditemukan di Gunung Halimun-Salak (Peggie dan Harmonis 2014). Dua
puluh satu spesies di Gunung Walat tidak ditemukan di Taman Nasional Gunung
Halimun-Salak dan 114 spesies kupu-kupu Gunung Halimun-Salak, tidak
ditemukan di Gunung Walat. Perbedaan keanekaragaman tersebut dapat
disebabkan adanya perbedaan jangka waktu penelitian, kondisi habitat, dan
kemungkinan beberapa spesies tidak dalam stadium dewasa pada saat
pengamatan. Kupu-kupu L. atymnus juga ditemukan dalam penelitian ini yang
sebelumnya hanya dilaporkan di Nusa Kambangan (Peggie 2014a). Spesies yang
hanya ditemukan pada satu atau dua lokasi saja dapat menunjukkan bahwa lokasi
tersebut mempunyai nilai yang istimewa (Peggie 2014a). Spesies T. helena juga
ditemukan di Gunung Walat dan spesies ini termasuk dalam lampiran II CITES.
Spesies ini adalah salah satu dari lima spesies kupu-kupu di Jawa yang dilindungi
(Peggie 2011). Kupu-kupu T. helena bersifat monofag karena hanya bisa
meletakkan telurnya pada tanaman Aristolochia tagala, sehingga kupu-kupu ini
rentan punah (Ngatimin et al. 2014).

18

Berdasarkan metode MRR, sebanyak 2343 individu kupu-kupu ditangkap,
ditandai, dan dilepas kembali dan sebanyak 835 individu dikoleksi. Dari jumlah
individu yang dilepas, sebanyak 51 individu kupu-kupu tertangkap kembali
setelah 2-3 minggu kemudian. Spesies M. janardana yang diberi tanda di tegakan
puspa tertangkap kembali di tegakan campuran. Hal ini menunjukkan M.
janardana dapat menempuh jarak sekurang-kurangnya 500-600 meter. Hal ini
sesuai dengan pengamatan Sutcliffe et al. (1997) terhadap beberapa spesies kupukupu di Inggris. Jarak ini tidak terlalu jauh dibandingkan dengan jarak tempuh
yang dilakukan kupu-kupu Danaus plexippus yang bermigrasi dari Kanada ke
Meksiko (Urquhart 1978).
Tumbuhan nektar dan pengukuran mahkota bunga dan probosis kupu-kupu
Kelimpahan spesies kupu-kupu pada suatu habitat dipengaruhi oleh
ketersediaan tanaman pakan (Borkar 2004; Dayananda 2014). Pada pengamatan
ini, diamati 44 spesies tumbuhan dalam 25 famili yang dikunjungi kupu-kupu.
Volume nektar yang paling tinggi terdapat pada tanaman H. rosasinensis (5.1-14
μL), sedangkan paling rendah pada tanaman L. camara (0.41-0.98 μL). Penelitian
mengenai volume dan konsentrasi gula nektar tumbuhan telah banyak dilakukan.
Volume nektar Allium ursinum berkisar 0.1-3.8 μL per bunga dan konsentrasi gula
nektar berkisar 25-50% (Farkas et al. 2012). Konsentrasi gula nektar beberapa
spesies tumbuhan Ipomoea berkisar antara 18-49% dan volume nektarnya 12-50
μL (Galetto dan Bernardello 2004). Tumbuhan Cucurbita pepo memiliki volume
nektar berkisar 18-79 μL dengan konsentrasi gula berkisar antara 35%-50%
(Vidal et al. 2006). Tumbuhan Ixora javanica memiliki volume nektar berkisar
3.1-8.6 μL dengan kandungan nektar berkisar antara 8- 22% (Rusman 2015).
Tidak semua tumbuhan memiliki kandungan gula nektar yang tinggi (Tacuri et al.
2012). Faktor internal dan eksternal mempengaruhi nektar yang disekresikan
oleh tumbuhan. Faktor internal meliputi morfologi (struktur bunga) dan fisiologi
bunga, sedangkan faktor eksternal meliputi kondisi iklim mikro dan sifat tanah
(Galetto & Bernardello 2004, Cantoa et al. 2011). Pada penelitian ini, nektar
disekresikan dengan volume tinggi di pagi hari dan menurun pada siang hari.
Rendahnya volume nektar pada sore hari disebabkan karena nektar pada pagi hari
kemungkinan sudah diambil oleh serangga lain atau telah terjadi penguapan. Hal
ini sesuai dengan penelitian Efendi (2009) di Gunung Halimun-Salak bahwa
terjadi sekresi nektar tinggi di pagi hari pada tumbuhan I. platypetala, T.
rhomboidea, C. calothyrsus dan A. pulcher.
Kupu-kupu mengisap nektar dengan menggunakan probosisnya dan dalam
proses ini kupu-kupu membantu penyerbukan tanaman (Bauder 2011; Peggie
2014b). Kupu-kupu yang memiliki probosis panjang dapat mengisap nektar yang
letaknya cukup dalam pada bunga (Kunte 2001; Bauder 2011). Bunga H.
rosasinensis memiliki mahkota paling panjang (21.51 mm) dan bunga ini hanya
dikunjungi oleh kupu-kupu L. coon yang memiliki probosis panjang (25.75 mm).
Berdasarkan analisis korelasi Pearson, panjang probosis kupu-kupu berkorelasi
positif dengan panjang mahkota bunga. Hal ini sesuai dengan laporan Rusman
(2015) di Gunung Sago Sumatra Barat, bahwa panjang probosis kupu-kupu
mempunyai korelasi yang positif dengan panjang mahkota bunga.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Sebanyak
68 spesies kupu-kupu ditemukan di Gunung Walat.
Keanekaragaman kupu-kupu yang paling tinggi di tegakan pinus dan paling
rendah di tegakan campuran. Spesies kupu-kupu yang mendominasi di tegakan
pinus, yaitu E. blanda, T. iapis, H. bolina, F. canens, M. janardana dan Y.
horsfieldi. Di tegakan agatis didominasi oleh kupu-kupu E. blanda, T. iapis, D.
bisaltide, M. janardana, dan Y. horsfieldi. Di tegakan puspa didominasi oleh
kupu-kupu E. blanda, I. vulgaris, T. iapis, J. iphita, M. janardana, dan Y.
horsfieldi. Sedangkan di tegakan campuran didominasi oleh E. blanda, T. iapis,
M. janardana, dan Y. horsfieldi. Berdasarkan metote MRR, M janardana dapat
menempuh jarak sekurang-kurangnya 500-600 m. Dalam penelitian ini juga
ditemukan kupu-kupu T. helena yang merupakan kupu-kupu dilindungi di
Indonesia. Volume nektar tanaman L. camara berkisar 0.41 - 0.98 µl dengan
kandungan gula berkisar 5.62-17.25 %. Volume nektar tanaman H. rosasinensis
berkisar 5.1-14 µl dengan kandungan gula berkisar 19.5-23 %. Volume nektar
tanaman C. canephora berkisar 0.4-1 µl dengan kandungan gula berkisar 6.5-24.5
% Nektar yang disekresikan oleh tiga spesies tumbuhan tinggi dipagi hari (17.2524.5%) dan menurun di siang hari (5.62-6.5%). Panjang probosis kupu-kupu
berkorelasi positif dengan panjang mahkota bunga.

Saran
Keanekaragaman kupu-kupu di alam harus dijaga dengan menyediakan
tanaman nektar dan tanaman inang. Penelitian secara rutin tentang keragaman
kupu-kupu dan dinamika populasi perlu dilakukan untuk memonitor
keragamannya dari waktu ke waktu.

DAFTAR PUSTAKA
Abrol DP. 2012. Pollination Biology: Biodiversity conservation and Agricultural
Production. Jammu (IN): Springer.
Atluri JB, Ramana SPV, Reddi CS. 2004. Ecobiology of the tropical Pierid
butterfly Catopsilla pyranthe. Curr Sci 86: 457-461.
Aoki T, Yamaguchi S, Uemura Y. 1982. Satyridae, Libytheidae. Di dalam:
Tsukada E, editor. Butterflies of the South East Asian Islands. III. Japan
(JP): Plapac Co. Ltd. p 500.
Barth FG. 1991. Insect and Flower. The Biology of A Partnership. New Jersey:
Princeton University Press.
Bauder JAS, Lieskonig NR, Kreen HW. 2011. The extremely long-tongued
Neotropical butterfly Eurybia lycisca (Riodinidae): Proboscis m