Analisis Konstrastif Penggunaan Ragam Hormat Bahasa Jepang Dan Bahasa Sunda
$ # # "
# # !
!
% "
&
' " (" '
# " (" ' ("
' & " (" ' "
" ! (" ' (
"
(2)
+ ,
+ - !
$ ! " - !!
# + ! ! $
+ " # "
-!!
! + + !
$ ) + #"
+ # # ! !
! !
$ + " #
! - #
# + ) +
! # ' " ("
' " (" ! '
(" ! ' + " ("
+ ' " " ! + (" '
(
+ "
* # !
# !
(3)
!"#$%&'()*+, -./012.34567 8*679:67.;<=>
: 4: 5*2.. ?@A
BCDE,:2.FGH/0IJ#%K
L/ ?@ABCDE,
%M:N=>./067=>. O PQ/0R8Q<ST%4)*UKV6WXYZ[L ST \]<=>" ST\]<=*R8Q/0OPQ^_"` abN ./067 .c]dEe OPQf4eD
UVAg Ch\]<=>:ij;<kl',%N ij<%EVAgFmk<n:op<eU4& ab<qr3: ./067 .OPQ :s5tuF:v:w:xy:zy:z{:{|=4CD
^_%Ch }~:N. =4f4D,f4;4 4%ST a *:67 . "<E *N3
(4)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa adalah salah satu alat komunikasi terpenting dalam kehidupan sehari-hari karena dengan bahasa kita dapat menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat dan keinginan kepada orang lain. Dalam menyampaikan ide, pikiran, hasrat dan keinginan tersebut bahasa mempunyai tata cara agar dapat dimengerti oleh orang yang mendengarkan. Dalam bahasa ada yang memiliki ragam atau cara untuk berkomunikasi dengan baik dan sopan, dan adapun yang tidak memiliki ragam seperti misalnya dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Indonesia tidak memiliki ragam bahasa hormat atau bahasa halus untuk menjaga keakraban atau hormat baik itu terhadap lawan bicara yang lebih tua ataupun lawan bicara yang umurnya sederajat, tetapi dalam bahasa Indonesia hanya cukup dengan menggunakan intonasi atau cara menyampaikannya dengan baik.
Ragam bahasa merupakan pemakaian bahasa lebih dari sekedar struktur yang menjamin seseorang dapat berkomunikasi dengan baik dengan lawan bicaranya. Jadi, pembicara, lawanbicara, tempat berlangsungnya pembicaraan, pokok pembicaraan, suasana ketika berbicara, sarana yang digunakan untuk menyampaikan pembicaraan, waktu, gender dan sebagainya sangat mempengaruhi terjadinya ragam bahasa tersebut. Harus diperhatikan bahwa terdapat perbedaan ragam bahasa antara ragam bahasa informal dan formal dengan ragam hormat/halus yang meliputi honorific ‘halus/hormat’, humble ‘merendah’ dan
(5)
netral. Ragam bahasa formal digunakan ketika seseorang berbicara tidak terlalu akrab dengan lawan bicaranya dan ragam bahasa informal digunakan ketika pembicara berbicara dengan kelompoknya atau dengan yang setingkat dengannya. (Makino etc.al, 19:42). Sehubungan dengan itu, Lakoff (1972) berpendapat bahwa terdapat tiga kaidah yang harus dipatuhi pada kesantunan berbahasa yaitu:
a. formality ‘formalitas’ b. hesitensy ‘ketidaktegasan’ c. equality ‘kesamaan’.
Bagi pembelajar bahasa Jepang yang berbahasa ibu bahasa Indonesia, sering mendapatkan kesulitan ketika menerima pelajaran yang berhubungan dengan ragam bahasa atau tingkat tutur. Hal ini terjadi karena bahasa Indonesia cenderung netral dan hanya mengenal satu unsur, Sementara bahasa Jepang mengenal tingkat tutur yang berbeda menurut situasi percakapan, status sosial, usia, isi pembicaraan dan tingkat keakraban dengan si pembicara, tetapi dalam bahasa Indonesia cara menghormati lawan bicara bisa dengan hanya menggunakan intonasi yang baik.
Berbeda dengan bahasa Jepang dan bahasa Sunda, di satu sisi masing-masing kedua bahasa tersebut sama-sama memiliki berbagai macam ragam bahasa yang terdiri dari beberapa macam ragam hormat atau sedang yang sebaiknya dan bahkan diharuskan dipakai pada saat berkomunikasi dengan lawan bicara yang lebih tua atau lawan bicara yang umurnya sederajat. Dalam etika pergaulan orang Jepang, merendahkan diri umum dipakai baik dalam bahasa maupun prilaku.
(6)
hormat pada orang lain. Merendahkan diri dengan bahasa dan prilaku bukan berarti membuat kita rendah di mata lawan bicara namun justru dianggap tahu etika dan sopan santun. Bukan hanya dalam kehidupan sosial, seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa bahasa Jepang dan Bahasa Sunda sama-sama mengenal ragam hormat. Dalam bahasa Jepang ragam hormat lebih dikenal dengan sebutan Keigo yang terdiri dari tiga macam. Keigo merupakan ragam hormat bahasa halus yang dgunakan untuk menghormati topik pembicaraan, keigo dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sonkeigo 尊敬語 、Kenjoogo 謙譲語 、 Teineigo 丁寧語 .
Tingkat tutur dalam bahasa Sunda dikenal dengan istilah UUBS atau Undak Usuk Basa Sunda, yaitu sopan santun atau tatacara menggunakan bahasa dalam berkomunikasi, hal ini dtujukan untuk saling menghormati satu sama lain dalam tatanan kehidupan bermasyarakat. Secara garis besar bahasa Sunda terbagi menjadi dua, yaitu basa loma (ragam basa akrab) dan basa lemes (ragam bahasa halus atau hormt). Basa loma merupakan ragam bahasa yang digunakan ketika seorang penutur berbicara dengan lawan tutur atau mengenai orang lain yang menjadi topik pembicaraan yang tingkatnya lebih rendah, atau dengan teman yg menjadi topik pembicaraan yg tingkatannya lebih rendah, atau dengan teman yang sudah sangat akrab, basa lemes atau bahasa hormat dalam bahasa Sunda digunakan ketika kita ingin menyampaikan rasa hormat ktika berbicara, entah itu pada lawan bicara, maupun orang yang sedang dibcarakan (Sudaryat, dkk, 2007 : 50-51).
(7)
Maka dari itu, penelitian yang akan dilakukan ini adalah untuk mengetahui persamaan dan perbedaan dalam penggunaan ragam hormat yang ada pada bahasa Jepang dan bahasa Sunda karena bagi penulis sangat menarik untuk diteliti. Dan diharapkan dengan adanya penelitian ini para pembelajar bahasa Jepang bisa lebih mudah mempelajari mengenai pemahaman penggunaan ragam hormat yang sangat penting untuk dipahami.
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimanakah pembentukan kata ragam hormat dalam bahasa Jepang? 2) Bagaimanakah pembentukan kata ragam hormat dalam bahasa Sunda? 3) Bagaimanakah persamaan pembentukan kata ragam hormat dalam bahasa
Jepang dan Sunda?
4) Bagaimanakah perbedaan pembentukan kata ragam hormat dalam bahasa Jepang dan Sunda?
1.3 Batasan Masalah
Penganalisisan dibatasi hanya pada ragam hormat bahasa Jepang dan bahasa Sunda. Ragam hormat yang akan dibahas disini adalah ragam hormat bahasa Jepang, yaitu: sonkeigo 尊敬語 , kenjoogo 謙譲語 , teineigo 丁 寧 語 . Sedangkan ragam bahasa hormat dalam bahasa Sunda yang akan
dibahasa adalah Undak Usuk Basa Sunda (UUBS), yaitu: Basa Kasar, Basa sedeng, Basa lemes, Basa lemes pisan, Basa kasar pisan, Basa panengah.
(8)
1.4 Tujuan Penelitian
1) Untuk mengetahui pembentukan kata ragam hormat dalam bahasa Jepang 2) Untuk mengetahui pembentukan kata ragam hormat dalam bahasa Sunda 3) Untuk mengetahui persamaan pembentukan kata ragam hormat dalam
bahasa Jepang dan Sunda
4) Untuk mengetahui perbedaan pembentukan kata ragam hormat dalam bahasa jepang dan Sunda
1.5 Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
a. Secara teoritis adalah pemahaman mengenai penggunaan ragam hormat bagi para pembelajar bahasa Jepang khususnya dan penggunaan ragam hormat bahasa Sunda pada umumnya.
b. Secara praktis adalah menambah pengetahuan dengan adanya persamaan dan perbedaan mengenai ragam hormat bahasa Jepang dan bahasa Sunda.
1.6 Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan dalam memahami istilah-istilah dalam penelitian ini, penulis mendefinisikannya sebagai berikut:
Analisis Kontrastif : penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan lain sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk
(9)
perkara, dan lain sebagainya) dengan Membandingkan dua bahasa dari sekomponennya secara sinkronik sehingga ditemukan perbedaan-perbedaan dan kemiripan-kemiripan yang ada. Dari hasil temuan itu, dapat diduga adanya
penyimpangan-penyimpangan,pelanggara-pelanggaran, atau kesalahan-kesalahan yang mungkin dilakukan para pembelajar bahasa. Jadi dengan analisis kontrastif ini penulis bisa
melihat bagaimana ragam hormat dalam bahasa Jepang dan bahasa Sunda sehingga dapat ditarik kesimpulan mengenai persamaan dan perbedaan pembentukan kata tersebut.
Penggunaan : Penggunaan yang dimaksud adalah bagaimana cara penggunaan keigo dan undak usuk basa sunda dilihat dari pembentukan kata.
Ragam bahasa : Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta medium pembicara.
(10)
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan hasil penelitian ini sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan sistematika penelitian.
BAB II LANDASAN TEORETIS
Bab ini berisi mengenai teori-teori yang berhubungan dengan bahasa, kebudayaan, dan penerjemahan.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini memaparkan mengenai metode penelitian, objek penelitian, lokasi dan waktu penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, dan prosedur penelitian
BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini memaparkan mengenai analisis kalimat yang terdapat dalam objek penelitian.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi mengenai simpulan dan saran dari dan terhadap hasil penelitian.
(11)
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Ragam Hormat Bahasa Jepang
Berikut adalah hasil analisis pembentukan kata ragam hormat dalam bahasa Jepang:
4.1.2 Sonkeigo 尊敬語
Sonkeigo memiliki pembentukkan kata khusus yang berfungsi untuk
menyatakan rasa hormat pada lawan bicara yang umurnya lebih tua. Berikut analisis pembentukan kata untuk sonkeigo dengan cara sebagai berikut:
a. Bentuk khusus sonkeigo
Table 1. contoh bentuk verba khusus sonkeigo
普段形 Sonkeigo (尊敬語) 意味(arti)
食べる, 飲む 召し上がる Makan/minum
行 く , 来 る 、 い
る
いらっしゃる Pergi, datang, ada (untuk
manusia)
見る ご覧になる Lihat
言う おっしゃる Berkata
くれる くださる Memberi
(12)
b. Dengan Pola られる
Table 2. contoh verba dengan bentuk られる
普段形 Sonkeigo (尊敬語) 意味(arti)
帰る 帰られる Pulang
読む 読まれる Membaca
書く 書かれる Menulis
食べる 食べられる Makan
うける うけられる Menereima
c. Contoh dengan Pola お…+になる
Table 3. Contoh verba dengan pola renyookei お…+になる
思う お思いになる Berpikir
待つ お待ちになる Menunggu
寝る お休みになる Tidur
立つ お立ちになる Berdiri
座る お座りになる Duduk
会う お会いになる Bertemu
死ぬ お亡くなりになる Meninggal
(13)
d. Dengan menambahkan prefix お atau ご pada kata benda tabel 4. kata benda dengan prefiks お
普段形 Sonkeigo (尊敬語) 意味(arti)
うち お宅 Rumah
家族 ご家族 Keluara
荷物 お荷物 Barang bawaan
仕事 お仕事 Kerja
電話 お電話 Telepon
意見 ご意見 Pendapat
4.1.3 Kenjoogo 謙譲語
Berikut analisis pengunaan kenjoogo ketika bertutur kata untuk
menyatakan rasa hormat terhadap lawan bicara dengan cara merendahkan diri sendiri. Merendahkan diri dengan bahasa dan prilaku bukan berarti membuat kita rendah di mata lawan bicara namun justru dianggap tahu etika dan sopan santun. Berikut analisis penggunaan kenjoogo dengan pembentukkan kata-kata sebagai
(14)
a. Bentuk kata kerja khusus/verba tidak beraturan Table 5. verba khusus kenjoogo
普段形 Kenjoogo(謙譲語) 意味(arti)
思う 存じます Berpikir
言う 申し上がる Berkata
聞く 拝聴する Mendengar
見る 拝見する Melihat
行く
来る
うかがう
参る
Pergi, berkunjung Pergi, datang
会う お目にかかる Bertemu
知る 存じる Mengetahui
読む 拝読する Membaca
もらう 頂戴する Menerima
借りる 拝借する Meminjam
b. Verba beraturan dengan menggunakan Pola お…+す る Table 6. bentuk pola お…+する/いたす
普段形 Kenjoogo(謙譲語) 意味(arti)
会う お会いする/いたす Bertemu
知らせ お知らせする/いたす Memberitahu
(15)
ならう おならいする/いたす Belajar
読む お読みする/いたす Membaca
願う お願いいたす/いたす Memohon
c. Pola ….さ せ て い た だ く
Tabel 7. bentuk pola ….させていただく
普段形 Kenjoogo(謙譲語) 意味(arti)
帰る 帰らせていただく Pulang
待つ 待たせていただく Menunggu
書く 書かせていただく Menulis
d. Memakai verba あ げ る 、 申 す 、 申 し 上 げ る 、 い た す
Tabel 8. あげる、申す、申し上げる、いたす
普段形 Kenjoogo(謙譲語) 意味(arti)
知らせる お知らせ申す
お知らせ申し上げる
知らせてあげる
知らせてさし上げる
Memberi tahu/mengumumkan
やる さしあげる Memberi
(16)
e. Bentuk Pronomina Persona
Tabel 9. Pronomina persona
普段形 Kenjoogo(謙譲語) 意味(arti)
わたし わたくし Saya
4.1.4 Teineigo 丁寧語
Berikut analisis penggunaan Teineigo ketika seseorang menyebutkan
namanya dengan ungkapan rasa hormat terhadap lawan bicara (dengan pertimbangan khusus terhadap lawan bicara). Pemakaian teineigo sama sekali
tidak ada hubungannya dengan menaikkan atau menurunkan derajat orang yang dibicarakan. Berikut analisis penggunaan teineigo sebagai berikut:
a. Kata kerja
Tabel 10. bentuk ます
普段 丁寧語 意味(arti)
する します Melakukan
くれる くれます Memberi
思う 思います Berpikir
いる います Ada(untuk manusia)
言う 言います Berkata
聞く 聞きます Mendengar
(17)
行く 行きます Pergi, berkunjung
来る 行きます Pergi, datang
会う 会います Bertemu
帰る 帰ります Pulang
待つ 待ちます Menunggu
知る 知っています Mengetahui
読む 読みます Membaca
書く 書きます Menulis
送る 送ります Mengirim
食べる 食べます Makan
b. Kata Benda Bentuk です
Tabel 11. bentuk です
普段 丁寧語 意味(arti)
本 本です Buku
私 私です Saya
(18)
c. Memakai prefiks お atau ご pada kata-kata tertentu, seperti: Tabel 12. prefiks お dan ご
普段 丁寧語 意味(arti)
金 お金 Uang
水 お水 Air
酒 お酒 Sake
両親 ご両親 Orang tua
意見 ご意見 Pendapat
4.2 Ragam hormat dalam bahasa Sunda
Dari hasil analisis penggunaan bahasa Sunda ada yang harus dibedakan saat berbicara kepada sesama (teman), orangtua, sampai anak kecil. Ini yang dinamakan Undak usuk basa Sunda
Berikut adalah hasil analisis penggunaan ragam hormat dalam bahasa Sunda adalah sebagai berikut:
4.2.1 Basa Kasar
Basa kasar digunakan kepada sesama, kepada teman yang sudah akrab.
Selain itu (jaman dulu) selalu dipakai juga untuk berbicara kepada orang yang umur, pangkat dan kedudukannya dibawah si pembicara. Atau bisa juga digunakan untuk membicarakan orang yang umurnya dibawah si pembicara.
(19)
a. Kata kerja
Tabel 14. kata kerja basa kasar
Basa kasar Arti
Tempo, tenjo Lihat
Abus, asup Masuk
Dahar Makan
Denge Dengar
Bawa Bawa
Cicing Diam
Datang Datang
Diuk Duduk
Nangtung Berdiri
Baca Baca
Indit Pergi
Balik Pulang
Ais Gendong
Ajar Mengajar
Aji Membaca
Angir Keramas
Angkir, ondang Undang
Anteur Antar
(20)
Baca Baca
Badami Kerjasama
Batuk Batuk
Bebeja Bicara
Bere Memberi
Balik Pulamg
Amprok Bertemu
Anggeus Selesai
Diuk Duduk
Ngising Buang air seni
Nyaring Bangun
Omong Bicara
Sare Tidur
Leumpang Jalan
Labuh Jatuh
Gawe Kerja
Cokot Ambil
(21)
b. Kata benda
Tabel 15. Kata benda basa kasar
Basa kasar Arti
Biwir Mulut
Beuteung Perut
Beungeut Wajah
Adi Adik
Anak Anak
Ari Kalau
Awak Badan
Awewe Perempuan
Baju Baju
Bakal Akan
Bapa Ayah
Batur Teman
Beuheung Leher
Beungeut Wajah
Bujur Pantat
Bukti Bukti
Bulan Bulan
Butuh Butuh
(22)
Calana Celana
Ngaran Nama
Papatah Pepatah
Sirah Kepala
Surat Surat
Suku Kaki
Maneh Kamu
Leungeun Tangan
Dewek, kuring Saya
Ceuli Telinga
Beuteung Perut
Irung hidung
4.2.2 basa sedeng
Basa sedeng sering juga disebut sebagai bahasa lemes keur ka sorangan
(halus untuk diri sendiri), yaitu bahasa yang digunakan untuk diri sendiri seperti misalnya berbicara menggunakan bahasa halus atau untuk berbicara kepada orang yang lebih tua.
Selain itu bahasa Sedang juga dapat dipakai untuk berbicara kepada orang yang belum dikenal atau akrab apabila yang mengajak berbicara menggunakan bahasa halus.
(23)
a. Kata kerja
Tabel 16. kata kerja basa sedeng
Basa sedeng Arti
Wangsul Datang
Lebet Masuk
Aji Baca
Tepang Bertemu
Parantos Selesai
Anteur Antar
Atos-atos Hati-hati
Wangsul Pulang
Bantun Bawa
Diuk Duduk
Miceun Buang air seni
Nyaring Bangun
Sanggem Bicara
Mondok Tidur
Tingal Lihat
Leumpang Jalan
Labuh Jatuh
Damel Kerja
(24)
Neda Makan
Bantun Ambil
Cicing Diam
b. kata benda
Tabel 17. Kata benda basa sedeng
Basa sedeng Arti
Ceuli Telinga
Wasta, nami Nama
Papatah Pepatah
Sirah Kepala
Serat Surat
Suku Kaki
Anjeun Kamu
Leungeun Tangan
Abdi, sim kuring Saya
Ceuli Telinga
Beuteung, padaharan Perut
(25)
4.2.3 Basa lemes
Basa lemes sering disebut juga sebagai bahasa lemes keur ka batur (bahasa
halus untuk orang lain). Bahasa ini digunakan untuk berbicara kepada orang yang umurnya di atas pembicara dan untuk membicarakan orang yang pangkat, kedudukan dan umurnya di atas kita. Bahasa halus juga dapat dipakai kepada orang yang belum kita kenal.
a. Kata kerja
Tabel 18. Kata kerja basa lemes
Basa lemes Arti
Lebet Masuk
Wulang Mengajar
Aos Baca
Kuramas Keramas
Ngising Buang air kecil/besar
Mulih Pulang
Sumping Datang
Calik Duduk
Kabeuratan Buang air seni
Teu acan kulem Bangun
Saur Bicara
Kulem Tidur
(26)
Geubis Jatuh
Tuang Makan
Candak Ambil
Calik Diam
b. Kata benda
Tabel 19. Kata benda basa lemes
Basa lemes Arti
Pameunteu Wajah
Lambey Mulut
Patuangan Perut
Salira Badan
Rasukan Baju
Pameunteu, raray Wajah
Jenengan Nama
Piwuruk Pepatah
Mastaka Kepala
Serat Surat
Sampean Kaki
Anjeun Kamu
Panangan Tangan
(27)
Cepil Telinga
Patuangan Perut
Pangambung Hidung
4.2.4 Basa lemes pisan
Basa lemes pisan dipakai untuk menghormati orang yang kedudukannya
lebih tinggi dari pembicara. a. Kata kerja
Tabel 20. Kata kerja basa lemes pisan
Basa lemes pisan Arti
Linggih Duduk
Linggih Diam
Rawuh Datang
Lahir Bicara
b. Kata benda
Tabel 21. Kata benda basa lemes pisan
Basa lemes pisan Arti
Kakasih Nama
Piwejang Pepatah
(28)
4.2.5 Basa kasar pisan
Ragam bahasa ini dapat disebut juga sebagai bahasa cohag. Bahasa ini
biasanya dipakai oleh orang-orang yang sedang marah atau bertengkar dengan maksud untuk saling menghina. Tetapi umumnya, ragam bahasa ini ditujukkan untuk binatang karena jika ditujukkan pada manusia, bahasa ini akan terasa sangat kasar dan menyinggung. Berikut adalah analisis basa kasar pisan :
a. Kata kerja
Tabel 22. Kata kerja basa kasar pisan
Basa kasar pisan Arti
Mantog Pergi
Molor Tidur
Deuleu Lihat
Banjut Bantu
Ngajedog Diam, tinggal
Nyatu, jajablog, hakan Makan
Nginum Minum
Banjut Bantu
Modol Buang air seni
Can hees, can molor Bangun
Ngabangus, ngabacot Bicara
Hees, molor Tidur
Deleh, deuleu Lihat
(29)
Gadag Kerja
Gubug Ambil
b. Kata benda
Tabel 23. Kata benda basa kasar pisan
Basa kasar pisan Arti
Sia Kamu
Modar Meninggal
Hulu, babatok Kepala
Cokor Kaki
Gegembung Perut
Jejebir Mulut
Hulu, babatok Kepala
Cokor, ceker Kaki
Sia Kamu
Kokod Tangan
Aing Saya
Jejebir Telinga
(30)
4.2.6 Basa panengah
Basa panengah dipakai untuk berbicara dengan orang yang pangkat dan
kedudukannya di bawah pembicara tetapi umurnya di atas pembicara. Basa
panengah dipakai juga ketika berbicara dengan orang yang menggunakan bahasa
halus dan orang yang dibicarakannya itu memiliki pangkat dan kedudukan di bawah mereka, tetapi umurnya di atas mereka. Ragam bahasa ini tingkatannya ada di bawah bahasa halus tetapi di atas bahasa kasar.
Berikut analisis basa panengah:
a. Kata kerja
Tabel 24. Kata kerja basa panengah
Basa panengah Arti
Sare Tidur
Dahar Makan
Mulang Datang
b. Kata benda
Tabel 25. Kata benda basa panengah
Basa panengah Arti
Parantos Selesai
Kapungkur Dulu
Pameunteu, raray Wajah
Patuangan Perut
(31)
4.2.7 Padanan kata bahasa Sunda
Table 26. padanan kata bahasa Sunda
Kata dasar Basa kasar Basa sedeng Basa lemes Basa lemes pisan
Basa kasar pisan a. Kata kerja
Makan
Pulang
Dahar
balik
Neda
Wangsul
Tuang
Mulih
x
x
Nyatu, hakan
Mantog
Bawa Bawa Bantun Candak x Banjut
Diam Cicing Cicing Calik Linggih Ngajedog
Ambil Cokot Bantun Candak x Gubug
Duduk Duik Diuk Calik Linggih x
Kerja Gawe Damel Damel x Gadag
Pergi Indit Mios Angkat x Mantog
(32)
Bangun Nyaring Nyaring Teu acan
kulem
x Can molor
Bicara Omong Sanggem Saur Lahir Ngabangus
Ngabacot
Lihat Tempo
Tenjo
Tingal Tingali x Deleh
Deuleu
Tidur Sare Mondok Kulem x Hees,molor
Antar Anteur Antawis Antawis x x
Masuk Abus Asup Lebet x x
b. Kata benda
Leher Beuheung Beuheung Tenggek x x
Wajah Beungeut Beungeut Pameunteu,
Raray
x Bebengok
Perut Beuteung Beuteung
Padaharan
Patuangan x Gegembung
Rambut Buuk Buuk Rambut x x
(33)
Nama Ngaran Wasta
Nami
Jenengan Kakasih x
Kepala Sirah Sirah Mastaka x Hulu,babatok
Kaki Suku Suku Sampean x Cokor,ceker
Surat Surat Serat x Tetesan x
Badan Awak Awak Salira x x
(34)
4.3 Persamaan Ragam Hormat Bahasa Jepang dan Bahasa Sunda
Berikut hasil dari analisis pembahasan di atas terlihat bahwa bahasa Jepang dan bahasa Sunda memiliki persamaan yang diantaranya:
Adanya kata khusus untuk kata kerja dilihat dari pembentukan kata. berikut kata khusus bahasa Jepang dan bahasa Sunda:
Tabel 27. Keigo dalam bahasa Sunda
Bahasa Jepang Bahasa Sunda
行く
いらっしゃる
参る
Indit Angkat Mios
来る
いらっしゃる
参る
Datang Sumping Dongkap
いる
いらっしゃる
おる
Aya Linggih Nyondong
食べる
召し上がる
いただく、食う
dahar tuang neda, nyatu
聞く
お聞きになる
Ngadenge Ngadangu
(35)
お聞きする Nguping
知っている
ご存知だ
存じる
Nyaho Uninga Terang
言う
おっしゃる
申す
Ngomong Nyanggem Nyarios
する
なさる
いたす
Gawe Damel Gawe
持って行く/来る
持っていらっしゃる
持参する
Mawa Nyandak ngabantun
やる
くださる、さしあげる
Mere
(36)
Dari tabel di atas kita bisa melihat bagaimana persamaan kata khusus bahasa Jepang yang ada pada kata khusus bahasa Sunda. Dari sini kita bisa melihat persamaannya dilihat dari perubahan kata.
Bahasa Jepang dan Bahasa Sunda memiliki istilah dalam tingkat tutur bahasa. Tingkat tutur Dalam bahasa Jepang disebut dengan Keigo. Sedangkan
dalam bahasa Sunda disebut dengan Undak Usuk Basa atau UUBS.
Dalam keigo yang disebut dengan Sonkeigo dipakai ketika kita berbicara
kepada orang yang usia atau pangkatnya lebih tinggi. Sonkeigo ini hamper mirip dengan hormat bahasa sunda yang disebut basa lemes ka batur atau basa lemes
pisan, cara pemakaiannya sama, yaitu sama-sama dipakai ketika kita berbicara
kepada orang yang usia atau pangkatnya lebih tinggi.
kenjoogo dipakai ketika kita berbicara bertutur kata dengan menyatakan
rasa hormat terhadap lawan bicara dengan cara merendahkan diri sendiri atau menyatakan rasa hormat terhadap teman orang yang dibicarakan dengan cara merendahkan orang yang dibicarakan. Kenjoogo sama hal nya dalam Undak usuk
basa Sunda yang disebut basa lemes keur ka sorangan atau basa lemes yang
sama-sama dipakai untuk merendahkan diri.
Merendahkan diri dengan bahasa dan prilaku bukan berarti membuat kita rendah di mata lawan bicara namun justru dianggap tahu etika dan sopan santun Teineigo dipakai untuk menyatakan rasa hormat terhadap lawan bicara
baik lawan biacara yang sudah dikenal maupun belum dikenal. Dalam Undak
Usuk basa Sunda yang disebut basa sedeng sama-sama dipakai ketika kita
(37)
kata lain kedua ragam bahasa ini sama-sama dianggap aman pemakaiannya ketika berbicara dengan siapa pun baik lawan bicara yang yang usianya lebih tua atau pun sederajat.
Keigo dan Undak Usuk Basa Sunda sama-sama memiliki penentu
parameter sebagai berikut :
1.) Usia tua atau muda, senior atau yunior 2.) Status atasan atau bawahan, guru atau murid
3.) Jenis kelamin pria atau wanita (wanita lebih banyak menggunakan
Ragam hormat)
4.) Keakraban orang dalam atau orang luar (terhadap orang luar Memakai ragam hormat)
5.) Pribadi atau umum rapat, upacara, atau kegiatan apa
4.4 Perbedaan Ragam hormat bahasa Jepang dan Bahasa Sunda
Berikut adalah hasil analisis dari perbedaan Ragam hormat bahasa Jepang dan bahasa Sunda dilihat dari:
4.4.1 Pembentukkan kata kerja
Cara pembentukkan kata kerja dalam Ragam hormat bahasa Jepang dan bahasa Sunda berbeda. Dalam bahasa Jepang pembentukan kata kerja dilakukan dengan cara merubah bentuk kata dengan memakain aturan-aturan tersendiri seperti contoh pada sonkeigo yaitu dengan pola お+…なる. Sedangkan dalam
(38)
melainkan kata-kata tersebut diganti sesuai dengan situasi pembicaraan, seperti basa kasar untuk menghaluskan kata tersebut hanya diganti dengan basa lemes.
Dalam bahasa Jepang penggunaan ragam hormat dilakukan dengan cara merubah bentuk kalimat.
Contoh kalimat: a. Sonkeigo 1. お…..+になる
Bahasa Jepang : 帰る →帰ります→ お帰りになります
1.) 先生はもうお帰りになりました
Sensei wa mou o kaeri ni narimashita
Bahasa Sunda : wangsul → mulih
2.) Pak Guru na parantos mulih ‘Pak guru sudah pulang’
Dari contoh kalimat bahasa Sunda di atas terlihat bahwa tidak ada cara pembentukan kata, tetapi untuk menunjukkan kata hormat tersebut hanya diganti dengan kata yang tepat seperti contoh di atas yaitu kata balik yang berasal dari
basa kasar diganti dengan basa lemes yaitu mulih.
2. …られる
Bahasa Jepang: 帰る → 帰ります→ 帰られる
3.) 先生はもう帰られました
(39)
Bahasa Sunda : wangsul →mulih
4.) Pak Guru parantos mulih ‘Pak guru sudah pulang’ b. Kenjoogo
1. お…+する
Bahasa Jepang : 聞く→ お聞きする
5.) 私は音楽をお聞きする
Watashi wa ongaku o okiki suru
Bahasa Sunda : dangu → nguping 6.) Abdi ngupingkeun lagu ‘Saya mendengarkan musik’
2. ….させていただく
Bahasa Jepang : 帰る→帰らせていただく
7.) 今私は帰らせていただきます
Ima watashi wa kaeraseteitadakimasu
Bahasa Sunda : wangsul → mulih Abdi bade mulih
(40)
4.4.2 Pembentukan Kata benda
Cara pembentukkan kata dalam Ragam hormat bahasa Jepang dan bahasa Sunda berbeda. Dalam bahasa Jepang untuk menghormati benda yang ditujukkan kepada orang lain atau diri sendiri dengan menggunakan お/ご K.Benda. Sedangkan dalam bahasa Sunda untuk menghormati benda yang ditujukkan untuk orang lain atau diri sendiri adalah dengan menggunakan kosa kata halus, contoh: huntu → waos, leungun→ panangan dsb.
Untuk kata benda dengan menggunakan prefiks おatau ご
1. Awalan お…
Bahasa Jepang : 電話→お電話
8.) お電話は何番ですか
Odenwa wa nan ban desuka
Bahasa Sunda : telepon → telepon 9.) Sabaraha nomer telepon teh?
‘Berapa nomor teleponnya?’ 2. Awalan ご…
Bahasa Jepang : 家族→ご家族 10. ) ご家族はどこですか
Gokazoku wa doko desuka
Bahasa Sunda : keluarga → kulawarga 11.) Aya di mana kulawargi? ‘Ada di mana keluarga anda?’
(41)
Dari contoh kalimat diatas terlihat dalam kalimat bahasa Jepang mengalami perubahan dengan menambahkan imbuhan. Sedangkan dalam bahasa Sunda kata benda tidak mengalami perubahan melainkan kata benda tersebut diganti dengan kata halus atau yang lebih tepat untuk pemakaiannya.
4.4.3 Jumlah tingkat Tutur
Jumlah Ragam hormat dalam bahasa Jepang dan bahasa Sunda tentu sangat berbeda. Ragam hormat dalam bahasa Jepang ada tiga jenis, yaitu: Sonkeigo, Kenjoogo, Teineigo. Sedangkan dalam bahasa Sunda ada enam jenis,
yaitu: Basa lemes (bahasa yang umum digunakan), Basa lemes pisan (bahasa yang
saat ini jarang dipakai/umumnya orang tua/nenek kakek yang sering memakainya),
Basa kasar (bahasa yang umumnya dipakai kepada teman atau orang yang sangat
akrab), Basa kasar pisan (bahasa yang umumnya dipakai ketika sedang marah dan
ditujukan untuk binatang), Basa sedeng, Basa penengah.
4.4.4 basa lemes (bahasa halus) untuk diri sendiri dan untuk orang lain. Dalam bahasa Sunda mengenal tata bahasa yang penggunaannya khusus dipakai untuk diri sendiri dan utnuk orang lain. Orang-orang Sunda sering menyebutnya dengan basa lemes keur ka batur jeung ka sorangan (bahasa halus
untuk diri sendiri dan untuk orang lain). Contoh untuk diri sendiri : 12.) ‘Abdi kamari neda sareng lauk’
(42)
(43)
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan analisis penggunaan ragam hormat bahasa Jepang dan bahasa Sunda pada bab IV, penulis memperoleh kesimpulan sebagai berikut :
5.1.1 Pembentukan kata Ragam Hormat Bahasa Jepang
Kata dalam ragam hormat bahasa Jepang memiliki pembentukan kata untuk menyatakan rasa hormat dan merendahkan diri.
5.1.2 Pembentukan kata Ragam Hormat Bahasa Sunda
Kata dalam ragam hormat bahasa Sunda sama sekali tidak mengalami perubahan bentuk untuk menunjukan rasa hormat maupun merendahkan diri, tetapi suatu kata dalam bahasa Sunda hanya mengalami perubahan/penggantian kata biasa ke kata yang lebih tepat untuk pemakaiannya.
5.1.3 Persamaan Pembentukan kata Ragam Hormat Bahasa Jepang dan Bahasa Sunda
Persamaan kata dalam ragam hormat bahasa Jepang dan bahasa Sunda, kedua bahasa tersebut sama-sama memiliki kata-kata khusus dalam penggunaanya.
5.1.4 Perbedaan Pembentukan kata Ragam Hormat Bahasa Jepang dan Bahasa Sunda
Perbedaan kedua bahasa tersebut adalah dalam bahasa Jepang memiliki aturan dalam pembentukan kata, tetapi dalam bahasa Sunda tidak ada aturan dalam hal pembentukan kata, tetapi dalam bahasa Sunda memiliki
(44)
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan, lebih lanjut penulis memberikan kesimpulan guna adanya perubahan ke arah yang lebih baik dan sebagai bahan evaluasi studi mahasiswa.
1.) Bagi instansi pendidikan
a. Peningkatan bobot pembelajaran mengenai keigo yang diharapkan akan dapat menjadikan mahasiswa merasa lebih familiar mengenai ragam bahasa Jepang ini.
b. Tersedianya buku-buku yang lebih lengkap untuk pembelajaran mengenai apa saja, dan bagaimanakah ragam hormat bahasa Jepang.
c. Gunakanlah etika sopan santun seperti ragam hormat dalam kegiatan formal maupun non-formal agar selalu terjalin komunikasi yang baik. 2.) Bagi pembelajar
a. Intensitas penggunaan keigo dalam percakapan maupun tulis, baik di dalam kelas maupun dalam kegiatan informal lainnya seperti benkyou kai sebaiknya lebih ditingkatkan.
b. Pembelajaran mengenai keigo hendaknya tidak hanya dilakukan di dalam kelas saja, agar lebih optimal penggunaannya, penulis menyarankan agar pembelajar harus lebih memiliki inisiatif belajar.
c. Bagi pembelajar bahasa Jepang yang berbahasa ibu bahasa Sunda, diharapkan bisa lebih mencintai bahasanya, karena dengan kita memahami bahasa Sunda, kita akan mudah dalam mempelajari dan memahami keigo bahasa Jepang.
(45)
d. Diharapkan adanya pembelajaran mengenai keigo secara menyeluruh seperti yang telah dibahas dalam wawancara yaitu setelah sonkeigo, kenjoogo, dan teineigo masih terdapat jenis yang lain seperti bikago, dan teichoogo.
(46)
!! " #$% &
% &
' %
(
) ) *
) )
)
(47)
+
%
+
,
) )
& +
(48)
+ )
/ % ( 0&
& $--1" %
/
) )
%
2 ! "3%
+
) )
-" %
* ,
%
) )
!1" $% 4 & $-- "#%
% /
(49)
!1"$%
) +
! ".% &
!#"- %
& )
6 ) )
(50)
2
"
% " )
$% "
)
#% )
3% )
) % ,
( 7 )
& 7
& ,
,
(51)
* &
*
)
* &
+ !$" !3% /
& , 8 !3" 3-%
/ (
, "91% &
&
: &
&
(52)
7 7 ; < ;
8
&
"3$%
( 9$% &
" < ;
< ;
< ;
! " ! 8
"
% 8 =
, 2 2
(53)
$% 8
)
#% 8
=
& *
3% 8 =
)
# $ % &
:
' $---% 8
: %
(54)
' +
) "
%
<* ;
$ %
< ;
# %
; ;
3 %
< >;
. % !"#$%&
< ?;
* ' < ;
&
(55)
< ;
/ )
/ )
2 2
& 2
!3 " $#!% 5 &
@ $ " .3%
0 & ! " $$9%
%
% % :
&
@ 2
" 3 % & "
% 6
$ % &
(56)
3 % +
%
. % A )
1 % 9 %
%
@ + ! " .3%
! ( 5 "
!$ " # ) #$%
, 0 & ! " $$!% #
, )
' .-) .1%
% " ()*
$% ! +,*
#% $ -.*
#
()*/
(57)
% "
& 5 !. " #$% 0 !. " $.% &
) )
% * *
/ "
< & ;
, &
< ;
&
"
/ "
B < ;
% B < ;
& B < ; < ;
' B < ; < ; < ;
B < ; B < ;
(58)
/ / /
/ "
( < ;
) ( < ;
$ ( < ;
/ ; < C ; "
( < ;
( < ;
* ( * < ;
( < ;
( < ;
)
"
" B 7 7 %
" B
B
+ B
D 7 "
$ B 2 2
" B E
B
(59)
B B
B )
B
/ / )/
"
B < ,
( ;
& ( ;
( < ;
#
! 5
& 5 !." #$% *
0 !."$9% &
)
) +
< ' ;
(60)
< ;
& ,
% *
- *
< : ;
! & !
"
/ ! "
& ( < ;
& ( < ;
' ( < ;
) ( < ; < ;
< ;
( < ;
+ ( < ;
( < ;
( < ;
! "
- B
- B
/ < . ; "
(61)
( < ;
( < ;
( < ;
( < ;
/ /
"
( < ;
( (
" (
" (
#
$
) 5 !." # % 0 , !."$!%
& &
%
+ +
* <+ ) ;
(62)
& 4 " < ;
&
, !
"
/ "
' ( < ;
$ ( < ;
( < ;
( < ;
) "
( < ;
( < ; (
% ( < ;
% ( < ;
)
% % < ;
'
+ , , ' 7
&
(63)
= , " 66, %
) ) / " 66, %
7 %
7
8
% & ) ) / "
" /
$ /
0 /
3 / 1
. / 1
1 / 1
'
, *
%
(64)
= "
& 2,* *
< & 8 ; *
< (! ?; * * %
<F 8 ; & * %
, 8 # " .%
'
,
%
= "
1 , 3 + 1
+ 4 ,
<* ; * ;%
< 8 ;%
(65)
'
,
% ,
,
= "
/ 5 ''+ / 1 , 3
1 " 3 &
<+ , ( '' , ;
+ % , 8 # " .%
' # 8
= "
& * ' / 1 % 2,
< ' , A ?;%
, 8 # " 3#%
' '
8 ,
(66)
= "
* * * 1 * 6,
>; * % , 8 # " 3#%
' ) 8
& 8
& 8
& = "
+ 7 2, / 1 7
<+ *( + ?; , F
(67)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode adalah cara sistematis dalam melakukan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui kebenaran dari suatu permasalahan. Sedangkan penelitian adalah pencarian, pengumpulan, penganalisisan suatu objek yang dilakukan berdasarkan teori serta cara-cara yang sistematis untuk memperoleh jawaban atas suatu masalah yang bersifat keilmuan, atau untuk menguji hipotesis dalam pengembangan prinsip-prinsip umum (Badudu-Zain 1996:1462).
Usaha penulis untuk menghasilkan sebuah penelitian yang kebenarannya dapat dipertanggung jawabkan, dibutuhkan tahapan atau proses yang harus dilakukan oleh penulis. Tahapan ini diantaranya pencarian, pengumpulan, dan analisis data. Dalam penelitian ini, pencarian data dilakukan dengan cara memperoleh informasi sebanyak-banyaknya mengenai penggunaan ragam hormat dalam bahasa Jepang dan bahasa Sunda dari berbagai sumber, seperti studi pustaka, internet, dan melakukan wawancara dengan berbagai nara sumber. Pencarian data dari berbagai sumber ini dilakukan agar peneliti memiliki informasi yang aktual untuk melakukan penelitian.
Setelah data dan informasi yang diperoleh dari proses pencarian data dirasa sudah memenuhi target penulis dalam upaya pengumpulan data, maka langkah selanjutnya yaitu pengumpulan data. Data-data yang sudah diperoleh dari berbagai sumber itu dikumpulkan, dikelompokkan secara sistematis dengan tujuan
(68)
saati itu. Data mengenai ragam hormat bahasa Jepang dan bahasa Sunda dipisahkan agar tidak tercampur sehingga dapat mengurangi kesalah pahaman dalam mengartikan data, dan informasi tersebut.
Langkah-langkah selanjutnya ketika semua data sudah terkumpul dan disusun sedemikian rupa, barulah penulis melakukan analisis terhadap data dan informasi tersebut. Proses analisis data ini dilakukan dengan tujuan agar peneliti mendapatkan kesimpulan dari berbagai data yang tersedia, sehingga nantinya data dan informasi yang disajikan dalam penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, karena data dan informasi yang dirumuska penulis berasal dari berbagai sumber yang kredibel dalam bahasan tersebut, dalam hal ini kredibel dalam menghasilkan data dan informasi mengenai ragam hormat bahasa Jepang dan bahasa Sunda.
Dengan kata lain, metode yang penulis gunakan yaitu metode deskriptif. Metode deskriptif analisis dilakukan dengan cara mendeskripsikan, dengan maksud untuk menemukan unsur-unsurnya, kemudian dianalisis, bahkan juga diperbandingkan (Nyoman Kutha Ratna, 2004:53). Sehingga, dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif adalah sebuah cara atau tekhnik yang dilakukan untuk memaparkan suatu permasalahan sehingga dapat dengan jelas di analisis dan ditarik kesimpulan.
3.2 Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah kata-kata yang terdapat pada ragam hormat bahasa Jepang dan bahasa Sunda yang bersumber dari hasil wawancara, untuk
(69)
bahasa Jepang bersumber dari buku Pengantar Linguistik Bahasa Jepang karya Drs. Sudjianto, M.Hum dengan Drs. Ahmad Dahidi, M.A. cetakan tahun 2009, Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang karya Drs. Dedi Sutedi, M.A. cetakan
tahun 2003, 外国人のための日本語例文問題スリーズ10 karya 平林周祐, 浜
由美子 cetakan tahun 1988, dan untuk bahasa Sunda bersumber dari Kamus
Undak Usuk Basa Sunda karya Drs. Budi Rahayu Tamsyah cetakan tahun 1993.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya yaitu:
1.) Wawancara Mendalam (Depth Interview)
Wawancara dimana penulis melakukan Percakapan dengan melibatkan tokoh sastrawan yaitu Eddy D Iskandar yang dimana beliau adalah seorang penulis novel dan penulis cerita-cerita pendek bahasa Sunda dan lebih mengenal bahasa Sunda. Selain itu penulis melakukan percakapan dengan melibatkan mahasiswa yaitu Inu Isnaeni Sidiq yang dimana beliau adalah seorang mahasiswa yang kini sedang melakukan studi S3 tentang linguistik bahasa Jepang dan yang sebelumnya beliau melakukan penelitian yang hampir mirip dengan penelitian yang penulis lakukan saat ini dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bermaksud untuk mencari informasi dan membandingkan kesamaan isi pernyataan dari hasil studi pustaka dan dari hasil wawancara Dimana sejumlah besar fakta
(70)
dan data bisa menjadi lebih akurat. Hal ini untuk memudahkan penulis dalam mencari data di lapangan.
2.) Metode dokumentasi (Studi kepustakaan), dimana sejumlah besar fakta
dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada penulis untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Secara detail bahan dokumenter terbagi beberapa macam, yaitu buku-buku, kamus bahasa Jepang maupun bahasa Sunda yang tersimpan di perpustakaan, website dan lain-lain.
3.4 Teknik Analisis Data
Data diolah dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu hasil penelitian serta analisanya diuraikan dalam suatu tulisan ilmiah yang berbentuk narasi, kemudian dari analisis yang telah dilakukan diambil suatu kesimpulan. Langkah-langkah analisis data yang dilakukan sebagai berikut:
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2001: 178-179). Sedangkan dalam buku Memahami Penelitian Kualitatif, Sugiyono menyebutkan bahwa triangulasi adalah pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Oleh karena itu beberapa pernyataan tersebut penulis lakukan karena bagi penulis metode ini sesuai dengan apa yang saat ini penulis
(71)
lakukan. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tiangulasi dengan sumber, meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara. Wawancara akan dilakukan dengan ahli yang kompeten.
2. Membandingkan hasil wawancara ahli dengan dokumen dan
(72)
Data Pribadi
Nama : Yogi Gindarsyah
Tempat, Tanggal lahir : Bandung, 15 November 1986
Agama : Islam
Jenis kelamin : Laki - laki
Alamat : Jalan Kopo no.160 Rt.4.Rw7
Telepon : 087822606665
Kewarganegaraan : Indonesia
Tinggi badan : 172
Berat badan : 54
Hobi : Music
Cita - cita : Duta besar Indonesia untuk Jepang
Pendidikan Formal
2006 - 2010 : Universitas Komputer Indonesia, Jurusan Sastra
Jepang IPK 3,03
2002 - 2005 : SMK BINAWARGA BANDUNG
1999 - 2002 : SMP NEGERI 39 BANDUNG
1993 - 1999 : SD BABAKAN CIPARAY VI BANDUNG
Pengalaman beroganisasi
2007 – 2008 : ANGGOTA HIMA UNIKOM
2006 – 2007 : ANGGOTA KABEZASHI UNIKOM
2005 - 2006 : ANGGOTA OSIS
2004 - 2006 : BENDAHARA OSIS
Pengalaman Kerja
2009 : Karyawan chuuou bunkou gakuin
Kemampuan Bahasa
Indonesia Sangat baik
Jepang Baik
(73)
Hormat saya,
(74)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi Ujian Sarjana
Program Strata Satu Jurusan Sastra Jepang
Fakultas Sastra Universitas Komputer Indonesia
Yogi Gindarsyah
63806017
PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
(75)
Kata Pengantar Ucapan Terima Kasih Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah……….1
1.2 Rumusan masalah………...4
1.3 Batasan Masalah………...4
1.4 Tujuan Penelitian………...5
1.5 Manfaat Penelitian……….5
1.6 Definis Operasional………5
1.7 Sistematika Penulisan……….7
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Kontrastif………8
2.2 Pengertian Bahasa……….9
2.3 Ragam Bahasa………..13
2.4 Ragam Hormat Bahasa Jepang……….15
2.5 Ragam Hromat Bahasa Sunda………..24
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian………29
(76)
4.2 Ragam Hormat Bahasa Sunda……….41 4.3 Persamaan Ragam Hormat Bahasa Jepang dan Bahasa Sunda……...58 4.4 Perbedaan Ragam Hormat Bahasa Jepang dan Bahasa Sunda ……...61 BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan……….66 5.2 Saran………..67
Daftar Pustaka………69
SINOPSIS LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
(77)
dan anugerah-Nya yang diberikan kepada penulis, skripsi dengan judul “Analisis Kontrastif Penggunaan Ragam Hormat Bahasa Jepang dan Bahasa Sunda” ini akhirnya dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
terdapat kekurangan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan sumbangan pikiran berupa kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pembelajar bahasa Jepang dalam menguasai Ragam Hormat Bahasa Jepang maupun Bahasa Sunda. Amin.
Bandung, Agustus 2010
(78)
(1)
Hormat saya,
(2)
ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN RAGAM HORMAT
BAHASA JEPANG DENGAN BAHASA SUNDA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi Ujian Sarjana
Program Strata Satu Jurusan Sastra Jepang
Fakultas Sastra Universitas Komputer Indonesia
Yogi Gindarsyah
63806017
PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
(3)
DAFTAR ISI
Kata Pengantar Ucapan Terima Kasih Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah……….1
1.2 Rumusan masalah………...4
1.3 Batasan Masalah………...4
1.4 Tujuan Penelitian………...5
1.5 Manfaat Penelitian……….5
1.6 Definis Operasional………5
1.7 Sistematika Penulisan……….7
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Kontrastif………8
2.2 Pengertian Bahasa……….9
2.3 Ragam Bahasa………..13
2.4 Ragam Hormat Bahasa Jepang……….15
2.5 Ragam Hromat Bahasa Sunda………..24
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian………29
3.2 Objek Penelitian………...30
(4)
3.4 Teknik Analisis Data………32
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Ragam hormat Bahasa Jepang……….34 4.2 Ragam Hormat Bahasa Sunda……….41 4.3 Persamaan Ragam Hormat Bahasa Jepang dan Bahasa Sunda……...58 4.4 Perbedaan Ragam Hormat Bahasa Jepang dan Bahasa Sunda ……...61
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan……….66 5.2 Saran………..67
Daftar Pustaka………69 SINOPSIS
LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
(5)
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat
dan anugerah-Nya yang diberikan kepada penulis, skripsi dengan judul “Analisis Kontrastif Penggunaan Ragam Hormat Bahasa Jepang dan Bahasa Sunda” ini akhirnya dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
terdapat kekurangan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan sumbangan pikiran berupa kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pembelajar bahasa Jepang dalam menguasai Ragam Hormat Bahasa Jepang maupun Bahasa Sunda. Amin.
Bandung, Agustus 2010
(6)