Skenario Simulasi Parameter Simulasi

24 BAB III PERENCANAAN SIMULASI JARINGAN

3.1 Skenario Simulasi

Skenario yang digunakan untuk analisis kecepatan inisialisasi jaringan pada routing protocol AODV, OLSR dan ZRP adalah dengan membuat pola posisi yang sama antara routing protocol AODV, OLSR dan ZRP. Dengan begitu akan bisa dibandingan antara routing protocol AODV, OLSR dan ZRP. Beberapa asumsi akan digunakan dalam merancang skenario. Asumsi disini dimaksudkan agar dapat merepresentasikan keadaan dari lokal wireless itu sendiri. Beberapa asumsi tersebut adalah [2]. 1. Luas area yang diperlukan seluas 1000x1000m 2 . 2. Waktu simulasi : 10detik. 3. Jumlah node : 25 node. Dengan parameter diatas, akan ada tiga scenario yang akan dibuat. Pertama skenario penempatan node ditentukan, kedua skenario penempatan node dibuat semirip mungkin diantara routing protocol AODV, OLSR dan ZRP dan yang ketiga skenario penempatan node secara random. Kemudian akan dicari kecepatan routing discovery di masing- masing skenario dengan routing protocol AODV, OLSR dan ZRP.

3.2 Parameter Simulasi

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah simulasi dengan menggunakan Network Simulator NS 2. Pada penelitian ini kecepatan pergerakan node sudah ditentukan sehingga node dapat bergerak sesuai dengan skenario. Model ini dapat membuat node memilih tujuan yang sudah ditetapkan. Ketika sebuah node mencapai posisi tujuannya, node tersebut akan berhenti selama waktu yang sudah ditentukan . Berikut adalah parameter yang digunakan dalam simulasi: Parameter Nilai Tipe Kanal Wireless Channel Model Propagasi Two Ray Ground Tipe Network Interface Wireless Tipe MAC IEEE 802.11 Maks. Paket dalam Antrian 10 Tipe Antrian Drop Tail Waktu simulasi 10 detik Jenis Paket CBR Routing Protocol AODVOSLRZRP Model Pergerakan Node Random Way Point Kecepatan 2ms Tabel 3.1. Parameter Simulasi Dalam skenario ini area simulasi dibuat 1000x1000m2. Area simulasi dibuat seperti ini agar node dapat bebas bergerak dan secara benar tanpa harus bertumpuk disatu tempat. Hal ini diperoleh dari perhitungan jarak komunikasi terjauh dari sebuah node jika didalam suatu area. Jarak komunikasi terjauh adalah 250m. [6] Jarak radio wireless ini didapat dari percobaan sederhana. Node A dan Node B masih berada pada jarak 250m maka mereka masih dapat berkomukasi, skenario ini diubah sedikit jika node B menjauhi node A lebih dari jarak 250m maka mereka tidak dapat berkomukasi lagi. Kecepatan node bergerak dibuat 2 ms, bertujuan untuk mengukur performa protokol yang digunakan. Performa dari protokol routing sangat berpengaruh pada kecepatan node berpindah tempat, semakin cepat node berpindah maka koneksi yang dibuat juga akan semakin sulit. Protokol routing yang digunakan adalah AODV, OLSR dan ZRP. Untuk pembangunan jaringan pertama-tama dibentuk 25 node dan ditentukan node sumber dan node tujuan. Kemudian posisi awal node yang lainnya ditentukan sesuai scenario yang akan dibuat. Skenario pertama posisi node akan ditentukan, skenario kedua posisi node dibuat semirip mungkin dan skenario ketiga posisi dibuat secara random dengan menggunakan setdest, setdest adalah tool yang telah disediakan oleh NS-2 untuk membuat jaringan secara otomatis. Format perintah setdest : .setdest v versi setdest 12 –n jumlah node –s kecepatan –m kecepatan minimal –M kecepatan maksimal –t waktu simulasi –p pause –x panjang area –y lebar area File keluaran. Contoh: Gambar 3.1 . Perintah Setdets Selanjutnya akan dibangun koneksi menggunakan cbrgen, cbrgen adalah tool yang telah disediakan oleh NS-2 untuk membuat koneksi pada jaringan secara otomatis. Format perintah cbrgen : ns cbrgen.tcl –type tcpcbr –nn jumlah node –seed bilangan acak pertama –mc koneksi maksimal –rate banyak paket tiap detik File keluaran. Contoh : Gambar 3.2. Perintah Cbrgen Setelah jaringan dibentuk selanjutnya dibuat koneksi antar node, dengan menggunakan cbrgen, maka koneksi random akan dibentuk mengikuti jaringan yang telah dibuat. Langkah selanjutnya adalah menjalankan script tcl di NS-2. Dengan menjalankan script tersebut maka akan mengeluarkan output Trace file dan NAM file. Setelah mendapatkan output Trace file maka akan dicari dimana routing discovery terjadi dalam simulasi tersebut. Selanjutkan akan mendapatkan waktu terjadinya routing discovery dalam simulasi tersebut.

3.3 Perameter Kinerja