efektivitas Program Desa Mandiri Gotong Royong Di Bidang Kebersihan Kabupaten subang

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berjalan sangat pesat terutama teknologi komputer dan teknologi telekomunikasi. Teknologi tersebut telah membawa manusia dalam era informasi yang mengalir tiada batas. Teknologi informasi kini memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap berbagai sektor kehidupan.

Perkembangan teknologi yang semakin maju dan modern, memang menjadi salah satu faktor yang ikut mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan suatu pemerintahan ataupun organisasi. Untuk menghasilkan mutu informasi yang lebih baik dan akurat dalam memperbaiki kesalahan-kesalahan yang sedang terjadi dalam pekerjaan dengan sistem yang manual, maka pemerintahan atau organisasi membutuhkan suatu sistem yang terkomputerisasi.

Teknologi informasi pada saat ini sangat diperlukan agar informasi menjadi lebih mudah, cepat dan praktis, terutama dalam bidang pemerintahan. Teknologi ini digunakan untuk kelancaran komunikasi antar Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah maupun dengan masyarakat luas.

Informasi pengetahuan pada era globalisasi ini dipandang sebagai modal utama untuk menjalankan suatu bisnis strategis, yang memerlukan upaya pengelolaan pengetahuan agar dapat mendorong bagi


(2)

perkembangan bisnis. Selain itu, modal utama yang lain yaitu sumber daya manusia yang mencakup pengalaman pegawai, keterampilan pegawai, dan hubungan personil. Pengetahuan telah menjadikan sumber bisnis utama didorong oleh perubahan-perubahan dalam bidang teknologi dan dalam bisnis global, perubahan ini telah menjadikan orientasi manajemen sumber daya manusia.

Tidak dapat dipungkiri bahwa penerapan teknologi informasi pada sebuah Instansi atau Lembaga Pemerintahan akan meningkatkan efektifitas kerja dalam memberikan informasi kepada publik sehingga peran dari Aparatur dalam pengetahuan teknologi informasi dapat meningkat.

Pengembangan sumber daya manusia sangat perlu diperhatikan, salah satu faktor pendukung keberhasilan setiap negara baik dalam bidang perekonomian, sosial budaya, politik, dan lain-lain yaitu sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang memiliki keahlian handal dan menguasai sistem manajemen informasi kepegawaian, motivasi berprestasi tinggi, kreatif, inovatif serta memiliki kepribadian merupakan modal penting dalam instansi pemerintahan.

Sumber daya manusia juga sangat penting bagi tercapainya pembangunan, yaitu dengan sumber daya manusia yang baik dan memiliki strategis untuk mengembangkan sumber daya manusia yang dikenal sebagai manajemen organisasi. Manajemen merupakan suatu koordinasi semua sumber daya melalui proses perencanaan,


(3)

pengorganisasian, penetapan tenaga kerja, pengarahan dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu.

Manajemen kinerja sumber daya manusia adalah suatu kegiatan komunikasi yang terus berlangsung, dan dilakukan dalam rangka kerjasama, yang melibatkan semua personil dan memberikan kontribusi pada sasaran organisasi. Peranan manajemen sumber daya manusia sangat menentukan bagi terwujudnya tujuan organisasi, organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan tersebut. Untuk itu, diperlukan tenaga kerja yang memiliki kecakapan dan keterampilan serta keuletan dan kedisiplinan yang tinggi.

Syarat utama yang paling mendasar (fundamental) yang diperlukan pegawai adalah memiliki kompetensi di bidang masing-masing. Peningkatan pengembangan kompetensi di bidang sumber daya manusia keberadaannya sangat dibutuhkan dalam suatu organisasi, baik organisasi pemerintahan maupun organisasi swasta. Kompetensi merupakan faktor mendasar yang dimiliki seseorang yang mempunyai kemampuan lebih, yang dapat diperlukan untuk menghadapi tantangan-tantangan baru di tempat kerja, kemampuan intelektual dengan motivasi kerja yang tinggi sehingga terciptanya kinerja pegawai yang kondusif untuk merealisasikan potensi kerja yang dimiliki sesuai dengan kebutuhan organisasi.

Penilaian kinerja bagi organisasi pemerintahan sudah memiliki aturan yang telah ditetapkan oleh masing-masing Instansi Pemerintahan, yaitu dengan cara sistematis untuk mengetahui hasil pekerjaan dan kinerja


(4)

organisasi. Tujuan penilaian kerja untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja organisasi melaui peningkatan kinerja dari sumber daya manusia organisasi. Banyak organisasi yang berusaha mencapai sasaran dalam suatu kedudukan yang terbaik dan terpercaya dalam bidangnya masing-masing, yaitu dengan cara mencapai sasaran yang telah ditetapkan oleh organisasi. Perhatian hendaknya dipusatkan kepada kinerja yang baik. Hal ini berarti, bahwa dalam melaksanakan tugas, kerja dan kewajibannya harus sama-sama penting dan berharga dengan kegiatan organisasi. Jadi, untuk mencapai kinerja yang baik harus selalu ada perbaikan dan peningkatan kerja dalam melaksanakan kegiatan. Supaya tercapai kinerja yang baik, perlu ada perubahan cara bekerja sama dan bagaimana melihat atau meninjau kinerja itu sendiri.

Akan tetapi, walaupun penerapan Program Desa Mandiri Gotong Royong masih dalam tahap awal, langkah ini telah membuka mata pemerintah betapa program tersebut merupakan sesuatu yang sangat fungsional dalam menunjang kinerja Aparatur Pemerintah. Dengan demikian, pemerintah diharapkan mampu mengoptimalkan dan meningkatkan pelayanannya sehingga memperoleh hasil yang berkualitas dan dapat digunakan untuk masyarakat.

Otonomi daerah merupakan hak daerah dalam rangka mengatur dan mengurus daerahnya sendiri dalam hal ini peran serta daerah sendiri sangat besar untuk megembangkan dan mengolah segala potensi yang terdapat pada daerahnya didasari peraturan-peraturan perundangan


(5)

Dengan adanya Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah bahwa dalam proses penyelenggaraan Pemerintah, daerah diberikan tanggung jawab untuk mengatur segala urusan rumah tangganya sendiri dengan berpatokan pada fungsi pemerintahan yaitu pelayanan dan pembangunan. Dari kedua fungsi ini harus dapat berjalan dengan baik.

Otonomi daerah berorientasi pada perwujudan kemandirian daerah, efisiensi dan efektivitas dalam pelaksanaan fungsi-fungsi Pemerintahan termasuk fungsi pelayanan publik. Otonomi daerah didalam memberikan fungsi pelayanan publik menjadi salah satu fokus perhatian dalam upaya peningkatan kinerja Pemerintah Daerah. Semangat desentralisasi menghendaki pemberian pelayanan terbaik kepada publik yang lebih berorentasi pada kebutuhan masyarakat, sehingga secara otomatis berbagai fasilitas pelayanan publik harus lebih didekatkan sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat atau publik.

Upaya yang dilakukan Bidang Kebersihan Kabupaten Subang melalui Program Desa Mandiri Gotong Royong dalam mewujudkan mengantisipasi pencemaran, dan dampak lingkungan. Program Desa Mandiri Gotong Royong bertujuan untuk mengenalkan teknologi sederhana untuk pengelolaan sampah rumah tangga.

Unsur penunjang kegiatan program dimaksud dari Bidang Kebersihan disamping memfungsikan Sarana dan Prasarana Persampahan yang sudah ada juga diharapkan akan dapat menciptakan


(6)

program sanitasi berbasis masyarakat di desa tersebut yang diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan di Desa.

Kegiatan Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam pengelolaan persampahan ini diarahkan dalam upaya peran serta Bidang Kebersihan sebagaistake holderBidang Persampahan kepada pelayanan publik atau masyarakat khususnya masyarakat yang peduli sampah. Sehingga diharapkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan meningkat.

Akibat krisis ekonomi global dan dinamika penduduk yang terus berkembang pada saat ini yang paling dirasakan oleh setiap penduduk di desa adalah keterbatasan sarana prasarana umum, pelayanan sanitasi (persampahan dan air bersih) dan fluktuasi harga pupuk di pasaran yang kadang-kadang tidak terjangkau oleh para petani kecil dan jauh diatas harga dasar penjualan gabah.

Untuk mencari solusi tersebut, Bidang Kebersihan Dan Pertamanan, mencoba akan lebih mengarahkan masyarakat pedesaan untuk secara aktif berpartisipasi mengelola dan mengolah sampah dengan cara yang berwawasan lingkungan sesuai dengan UU No. 18 Tahun 2008 tentang Persampahan.

Persoalan ini sangat menarik karena malaupun usaha-usaha untuk mewujudkan efektivitas telah dilakukan dalam prakteknya masalah efektivitas kerja negara kita seperti tidak henti-hentinya mendapat sorotan yang bernada negatif, diantaranya masih sering kita dengar berbagai komentar dari masyarakat yang mengecam terhadap hasil kerja Aparat


(7)

Birokrasi kita bahwa pegawai khususnya pegawai negeri terlalu birokrasi, legalitas dan kaku.

Pernyataan tadi menunjukan bahwa belum terwujudnya efektivitas aparat birokrasi dan hal ini menghambat terhadap proses pembangunan yang tengah berjalan, begitu pula halnya ditempat penulis lakukan yakni di Dinas Kebersihan pada penulis menduga bahwa tingkat efektivitas pelaksanaan tugas pokok pada Bidang Kebersihan Kabupaten Subang belum optimal.

Berdasarkan permasalahan yang muncul di atas, maka penulis mengambil judul laporan kuliah kerja lapangan (KKL) sebagai berikut: “EFEKTIVITAS PROGRAM DESA MANDIRI GOTONG ROYONG DI BIDANG KEBERSIHAN KABUPATEN SUBANG”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka untuk memfokuskan arah dan proses pembahasan dalam Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini, penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana tujuan Program Desa Mandiri Gotong Royong di Bidang Kebersihan Kabupaten Subang ?

2. Bagaimana Program Desa Mandiri Gotong Royong di Bidang Kebersihan Kabupaten Subang ?

3. Bagaimana sarana dan prasarana di Bidang Kebersihan Kabupaten Subang dalam menerapkan Program Desa Mandiri Gotong Royong?


(8)

1.3 Maksud dan Tujuan Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Maksud dari Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini adalah untuk mengetahui Efektivitas Pelaksanaan Program Desa Mandiri Gotong Royong. Sedangkan tujuan Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini adalah:

1. Untuk mengetahui tujuan Program Desa Mandiri Gotong Royong di Bidang Kebersihan Kabupaten Subang.

2. Untuk mengetahui Program Desa Mandiri Gotong Royong di Bidang Kebersihan Kabupaten Subang.

3. Untuk mengetahui sarana dan prasarana di Bidang Kebersihan Kabupaten Subang dalam menerapkan Program Desa Mandiri Gotong Royong.

1.4 Kegunaan Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Kegunaan Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini diantaranya: 1. Untuk Kepentingan Penulis

Mengembangkan teori yang telah diperoleh di bangku kuliah dengan praktek di lapangan mengenai Program Desa Mandiri Gotong Royong di Bidang Kebersihan Kabupaten Subang.

2. Untuk Kepentingan Ilmu (Guna Ilmiah)

Penulisan ini berguna untuk mengembangkan wawasan dan pemahaman tentang Ilmu Pemerintahan Mengenai Program Desa Mandiri Gotong Royong di Bidang Kebersihan Kabupaten Subang.


(9)

3. Untuk Kepentingan Praktis

Memberikan masukan kepada Pemerintahan Kabupaten Subang dan Dinas Kebersihan mengenai pelaksanaan Program Desa Mandiri Gotong Royong.

1.5 Kerangka Pemikiran

Kajian tentang efektivitas mengacu pada dua kepentingan yaitu baik secara teoritis maupun secara praktis, artinya adanya ketelitian yang bersifat komprehensif dan mendalam dari efisiensi serta kebaikan-kebaikan untuk memperoleh masukan tentang produktifitas. Efektivitas merupakan keadaan yang berpengaruh terhadap suatu hal yang berkesan, kemanjuran, keberhasilan usaha, tindakan ataupun hal yang berlakunya.

Menurut pendapat Arens and Lorlbecke yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf dalam bukunya Auditing Pendekatan Terpadu, mendefinisikan efektivitas sebagai berikut: “Efektivitas mengacu kepada pencapaian suatu tujuan, sedangkan efisiensi mengacu kepada sumber daya yang digunakan untuk mencapai tujuan itu” (Dalam Jusuf, 1999:765). Sehubungan dengan yang dikemukakan di atas, maka efektivitas merupakan pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Supriyono dalam bukunya Sistem Pengendalian Manajemen mendefinisikan pengertian efektivitas, sebagai berikut:

“Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran suatu pusat tanggung jawab dengan sasaran yang mesti dicapai, semakin


(10)

besar konstribusi dari pada keluaran yang dihasilkan terhadap nilai pencapaian sasaran tersebut, maka dapat dikatakan efektif pula unit tersebut” (Supriyono, 2000:29).

Dengan demikian efektivitas merupakan suatu tindakan yang mengandung pengertian mengenai terjadinya suatu efek atau akibat yang dikehendaki dan menekankan pada hasil atau efeknya dalam pencapaian tujuan.

Umumnya efektivitas selalu berhubungan dan dipadukan dengan efisiensi yang merupakan suatu kegiatan dalam pencapaian tujuan organisasi. Unit organisasi yang efisien belum tentu efektif, karena meskipun unit tersebut menghasilkan sejumlah keluaran dengan menggunakan masukan yang minimal atau menghasilkan keluaran terbanyak belum tentu tujuan organisasi yang maksimal, sehingga unit tersebut menjadi kurang efektif atau dengan kata lain efektivitasnya kurang memadai. Efektivitas merupakan gambaran tingkat keberhasilan atau keunggulan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan dan adanya keterikatan antara nilai-nilai yang bervariasi.

Efektivitas akan berkaitan dengan kepentingan orang banyak, seperti yang dikemukakan H. Emerson yang dikutip Soewarno Handayaningrat dalam bukunya Sistem Birokrasi Pemerintah, sebagai berikut:

“Efektivitas merupakan penilaian hasil pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Efektivitas perlu diperhatikan sebab mempunyai efek yang besar terhadap kepentingan orang banyak” (Dalam Handayaningrat, 1985:16). Sehubungan dengan hal-hal yang dikemukakan oleh pendapat para ahli di atas, maka efektivitas merupakan usaha pencapaian sasaran yang


(11)

dikehendaki (sesuai dengan harapan) yang ditujukan kepada orang banyak dan dapat dirasakan oleh kelompok sasaran yaitu masyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat James L. Gibson yang dikutip oleh Agung Kurniawan dalam bukunya Transformasi Pelayanan Publik mengatakan mengenai ukuran efektivitas, sebagai berikut:

1. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai; 2. Kejelasan strategi pencapaian tujuan;

3. Proses analisis dan perumusan kebijaksanaan yang mantap; 4. Perencanaan yang matang;

5. Penyusunan program yang tepat; 6. Tersedianaya sarana dan prasarana;

7. Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik. (Dalam Kurniawan, 2005:107).

Keterkaitan antara variabel yang mempengaruhi Efektivitas Program Desa Mandiri Gotong Royong di Bidang Kebersihan Kabupaten Subang, terdapat tiga indikator yang sangat mempengaruhi terhadap efektivitas Program Desa Mandiri Gotong Royong tersebut. Tiga indikator tersebut, yaitu : Kejelasan tujuan yang hendak dicapai, penyusunan program yang tepat, Tersedianya sarana dan prasarana. Penulis mengambil tiga indikator tersebut karena disesuaikan dengan situasi dan kondisi di lapangan.

Menurut Prof. Dr. Sondang P. Siagian, M.P.A dalam bukunya Sistem Informasi Manajemen pencapaian tujuan yang hendak dicapai merupakan keseluruhan pencapaian tujuan harus dipandang sebagai suatu proses, oleh karena itu agar pencapaian tujuan akhir semakin terjamin, diperlukan tahapan, baik dalam arti pentahapan pencapaian bagian-bagiannya maupun pentahapan dalam arti periodisasinya. Maka


(12)

perlu ditetapkan sasaran-sasaran yang sering dikenal dengan istilah tujuan antara yang ingin dicapai pada satu kurun waktu tertentu.

Karena sasaran merupakan tujuan akhir, maka mempunyai ciri-ciri yaitu:

1. Kurun waktu pencapaiannya ditentukan.

2. Tidak lagi idealistik melainkan pada pemikiran pragmatisme dalam arti bahwa sasaran tersebut diyakini memang mungkin dicapai. 3. Dinyatakan secara kuantitatif sepanjang hal itu mungkin dilakukan. 4. Sasaran merupakan target yang konkret.

(Siagian, 2008:34)

Menurut Malayu S.P. Hasibuan dalam bukunya Manajemen Pengertian Sasaran dan Masalah yang mendefinisikan program adalah suatu rencana yang pada dasarnya telah menggambarkan rencana yang konkret, yang terdiri dari beberapa indikator, yaitu: (1) Sasaran, (2) Prosedur, (3) Anggaran (Hasibuan, 1996:103).

Tersedianya sarana dan prasarana Secara Etimologis (bahasa) prasarana berarti alat tidak langsung untuk mencapai tujuan dalam suatu organisasi. Sedangkan sarana berarti alat langsung untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan demikian dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa sarana dan prasarana suatu organisasi itu adalah semua komponen yang sacara langsung maupun tidak langsung menunjang jalannya proses untuk mencapai tujuan itu sendiri.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka pengukuran merupakan penilaian dalam arti tercapainya sasaran yang telah ditentukan sebelumnya dengan menggunakan sasaran yang tersedia. Jelasnya bila sasaran atau tujuan telah tercapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya adalah efektif. Jadi, apabila suatu tujuan atau sasaran itu


(13)

tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, maka tidak efektif. Efektivitas merupakan fungsi dari manejemen, dimana dalam sebuah efektivitas diperlukan adanya prosedur, strategi, kebijaksanaan, program dan pedoman. Tercapainya tujuan itu adalah efektif sebab mempunyai efek atau pengaruh yang besar terhadap kepentingan bersama.

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka penulis membuat definisi operasional. Definisi operasional dalam Kuliah Kerja Lapangan ini adalah:

1. Efektivitas merupakan usaha pencapaian sasaran yang dikehendaki (sesuai dengan harapan) yang ditujukan kepada orang banyak dan dapat dirasakan oleh kelompok sasaran yaitu masyarakat. Dalam hal ini efektivitas dapat disimpulkan menjadi tiga indikator, yaitu:

a. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai, merupakan keseluruhan pencapaian tujuan sebagai suatu proses pencapaian tujuan akhir yang dilakukan oleh Bidang Kebersihan Kabupaten Subang dalam pelaksanaan Program Desa Mandiri Gotong Royong . Tujuan dalam penelitian ini meliputi:

a) Kurun waktu pencapaian tujuan yang hendak dicapai oleh Bidang Kebersihan dalam pelaksanaan Program Desa Mandiri Gotong Royong.

b) Sasaran diyakini mungkin dicapai oleh Bidang Kebersihan melalui pelaksanaan Program Desa Mandiri Gotong Royong. c) Dinyatakan secara kuantitatif sepanjang hal itu mungkin


(14)

d) Sasaran merupakan target yang konkret, target utama dari Program Desa Mandiri Gotong Royong yaitu masyarakat.

b. Penyusunan program yang tepat, rencana yang menggambarkan Desa Mandiri Gotong Royong di Bidang Kebersihan Kabupaten Subang dalam memberikan peran serta masyarakat mengenai pengelolaan dan pengolahan sampah sehingga tercapai efektivitas. Program dalam penelitian ini meliputi :

a) Sasaran, sasaran dalam penelitian ini adalah masyarakat untuk mengelola dan mengolah sampah di Kabupaten Subang.

b) Prosedur, prosedur sangat dibutuhkan agar terjadi keteraturan pengelolaan dan pengolahan sampah tentang sampah rumah tangga dalam Program Desa Mandiri Gotong Royong dapat dilakukan dengan mudah karena sudah menggunakan teknologi sederhana.

c. Tersedianya sarana dan prasarana, dibutuhkan untuk menunjang proses dalam pelaksanaan Program Desa Mandiri Gotong Royong di Bidang Kebersihan Kabupaten Subang agar berjalan dengan efektif.

2. Program Desa Mandiri Gotong Royong adalah suatu keadaan Desa dimana masyarakat dan Aparatur Pemerintahannya mampu mendayagunakan potensi yang dimilikinya secara bergotong royong dengan penuh kepedulian dalam membangun Desanya memberdayakan diri agar kemudian mampu secara bersama-sama, bergandengan tangan menggali, mengelola, dan mengembangkan


(15)

segenap potensi yang dimiliki daerah atau desa untuk sebesar-besar kesejahteraan rakyat secara bersama-sama.

Berdasarkan Definisi operasional diatas, maka model kerangka pemikiran dapat dilihat seperti di bawah :

Gambar 1.1

Model Kerangka Pemikiran

1.6 Metode Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Metode Laporan Kuliah Kerja Lapangan yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu menggambarkan dan menganalisa data yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data berdasarkan keadaan yang nyata. Hal ini sejalan dengan pendapat Mohammad Nazir dalam bukunya

TUJUAN PROGRAM SARANA DAN

PRASARANA

Pengelolaan persampahan di Kabupaten Subang

menjadi lebih baik Efektivitas Program Desa Mandiri Gotong


(16)

Metode Penelitian Sosial yang mendefinisikan metode deskriptif, sebagai berikut:

“Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kasus peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat deskriptif, gambaran, atau lukisan secara sistematis faktual dan akurat mengenai faktor-faktor, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki” (Nazir, 1998:63).

Berdasarkan pengertian di atas, metode penelitian deskriptif mempunyai tujuan untuk membuat gambaran atau lukisan secara sistematis mengenai faktor-faktor, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.

Hal yang sama dikemukakan oleh pendapat Ronny Kountur dalam bukunya Metode Penelitian mendefinisikan metode penelitian deskriptif, yaitu:

“Metode penelitian deskriptif (descriptive research) adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap obyek yang diteliti” (Kountur, 2004:105).

Berdasarkan metode yang digunakan, penulis menggunakan pendekatan kualitatif yaitu berupa gambaran dari jawaban informan. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak (Sugiyono, 2005:3). Oleh karena itu, dalam Laporan Kuliah Kerja Lapangan yang menggunakan pendekatan kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, akan tetapi lebih menekankan pada makna.


(17)

Adapun pengertian metode kualitatif menurut Sugiyono dalam bukunya Memahami Penelitian Kualitatif mendefinisikan pengertian kualitatif, sebagai berikut:

“Metode Kualitatif adalah metode yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi” (Sugiyono, 2005:1).

Dengan mencermati definisi-definisi di atas dapat disimpulkan, bahwa metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif merupakan metode penelitian yang memberikan gambaran dan uraian yang jelas, sistematis, faktual dan akurat dalam sebuah penelitian serta peneliti merupakan instrumen kunci dalam sebuah penelitian yang mengutamakan kualitas data, artinya data yang disajikan dalam bentuk kata atau kalimat (tidak menggunakan analisis statistika).

1.6.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini melalui:

1. Studi Pustaka, yaitu dengan membaca dan mencari buku-buku, dan surat kabar yang berhubungan dengan pelaksanaan Program Desa Mandiri Gotong Royong di Bidang Kebersihan Kabupaten Subang serta dokumenter, yaitu dengan cara pencatatan dokumen, dan sumber datanya berupa catatan, dokumen atau pun modul yang tersedia.


(18)

2. Studi Lapangan, yaitu dengan mengamati dan terjun langsung ke lapangan untuk mengetahui tentang pelaksanaan Program Desa Mandiri Gotong Royong di Bidang Kebersihan Kabupaten Subang. Studi lapangan ini terdiri dari:

a. Observasi (Observation)

Observasi non partisipan yaitu teknik pengumpulan data dengan cara penulis berada di luar subjek yang diteliti dan tidak ikut dalam kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan, sehingga penulis dapat lebih mudah mengamati tentang data dan informasi yang di harapkan.

b. Wawancara (Interview)

Wawancara yaitu melakukan tanya jawab dengan nara sumber yang mengetahui dan memahami lebih jauh khususnya mengenai pelaksanaan Program Desa Mandiri Gotong Royong di Bidang Kebersihan Kabupaten Subang.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, bahwa secara umum pengumpulan data berarti penerimaan data yang dilakukan dengan cara Studi Pustaka (Library Research), Studi Lapangan (Field Research), Observasi (Observation) dan Wawancara (Interview). Pengumpulan data didasarkan pada suatu metode atau prosedur artinya, supaya data yang diinginkan dapat terkumpul secara lengkap dan baik dari studi perpustakaan maupun lapangan.


(19)

1.6.2 Teknik Penentuan Informan

Teknik penentuan informan dalam Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini adalah Snowball yaitu sumber data yang pada awal mulanya berjumlah sedikit, namun semakin bertambah menjadi besar. Menurut pendapat Lincoln dan Guba yang dikutip Sugiyono dalam bukunya Memahami Penelitian Kualitatif yang mendefinisikan pengertian Snowball, sebagai berikut:

“Seorang peneliti memilih orang tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan data yang diperlukan; selanjutnya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari sampel sebelumnya tersebut, peneliti dapat menetapkan sampel lainnya yang dipertimbangkan dan akan memberikan data yang lebih lengkap. Unit sampel yang dipilih makin lama makin terarah sejalan dengan makin terarahnya fokus penelitian” (Dalam Sugiyono, 2005:54-55). Pengambilan informan berdasarkan snowball, yaitu penentuan informan dalam Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini berdasarkan sumber data yang akan dijadikan sebagai informan Kuliah Kerja Lapangan. Penulis melaksanakan wawancara dengan Kepala Dinas Kebersihan di Dinas Kebersihan Kabupaten Subang sebagai orang pertama yang dijadikan sumber data. Informan pertama ini dipilih karena orang yang mengetahui keseluruhan masalah efektivitas Pelaksanaan Program Desa Mandiri Gotong Royong.

Menurut Sugiyono dari bukunya Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, sebagai berikut:

“Accidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan atau accidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data”.(Sugiyono, 2007:85).


(20)

Dalam Accidental peneliti akan menentukan sampel secara kebetulan bertemu akan dijadikan sebagai sampel dan jika cocok peneliti akan menjadikan sebagai sumber data.

1.6.3 Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang sesuai dengan Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini adalah analisa deskriftif kualitatif. Penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai strategi penyelidikan yang naturalistis dan induktif dalam mendekati suatu suasana (setting) tanpa hipotesis-hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya. Teori muncul dari pengalaman kerja lapangan dan berakar(grounded)dalam data (Bagong Suyatno, 2005:183).

Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiyono dalam bukunya Memahami Penelitian Kualitatif menyebutkan ada tiga unsur dalam kegiatan proses analisa data, sebagai berikut:

1. Data Reduction (reduksi data), yaitu bagian dari proses analisis dengan bentuk analisis untuk mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting dan mengatur data sehingga dapat disimpulkan.

2. Data Display (penyajian data), yaitu susunan informasi yang memungkinkan dapat ditariknya suatu kesimpulan, sehingga memudahkan untuk memahami apa yang terjadi.

3. Conclusion Verification (penarikan kesimpulan), yaitu suatu kesimpulan yang diverifikasi dengan cara melihat dan mempertanyakan kembali, dengan meninjau kembali secara sepintas pada catatan lapangan untuk memperoleh pemahaman yang lebih cepat.

(Sugiyono, 2005:92-99).

Penulis menggunakan analisis ini supaya dapat mengklasifikasikan secara efektif dan efisien mengenai data-data yang terkumpul, sehingga siap untuk diinterpretasikan. Disamping itu data yang didapat akan lebih


(21)

lengkap, lebih mendalam dan kredibel serta bermakna sehingga tujuan Kuliah Kerja Lapangan dapat dicapai.

1.7 Lokasi dan Jadwal KKL

Lokasi Kuliah Kerja Lapangan dilaksanakan di Bidang Kebersihan Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat di Jl.R.A. Kartini 44 Kelurahan PasirKareumbi 41214 Kab. Bandung. Adapun waktu KKL ini dimulai pada tanggal 1 Agustus 2010 s.d 30 Agustus 2010. Untuk lebih jelas dapat dilihat dari tabel di bawah ini, sebagai berikut:

Tabel 1.1

Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan

No

Kegiatan Tahun 2010

Juni Juli Agust Sept Okt Nov 1 Mengajukan surat

ke Dinas Kebersihan

Kabupaten Subang 2 Pelaksanaan Kuliah

Kerja Lapangan 3 Pengumpulan data 4 Analisis Data 5 Penulisan Laporan

Kuliah Kerja Lapangan

6 Pengumpulan


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Efektivitas

Efektivitas memiliki arti berhasil atau tepat guna. Efektif merupakan kata dasar, sementara kata sifat dari efektif adalah efektivitas. Menurut Effendy (1989) mendefinisikan efektivitas sebagai berikut: ”Komunikasi yang prosesnya mencapai tujuan yang direncanakan sesuai dengan biaya yang dianggarkan, waktu yang ditetapkan dan jumlah personil yang ditentukan” (Effendy, 1989:14). Adapun pengertian efektivitas menurut Hadayaningrat dalam buku Azas-azas Organisasi Manajemen adalah sebagai berikut: “ Efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya” (Handayaningrat, 1995:16). Adapun pengertian efektivitas menurut Hadayaningrat dalam buku Azas-azas Organisasi Manajemen adalah sebagai berikut; “ Efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya” (Handayaningrat, 1995:16). Menurut Handayaningrat efektifitas merupakan sebuah pengukuran dimana suatu target telah tercapai sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

Menurut Susanto, “Efektivitas merupakan daya pesan untuk mempengaruhi atau tingkat kemampuan pesan-pesan untuk mempengaruhi” (Susanto, 1975:156). Dengan demikian efektivitas bisa diartikan sebagai suatu pengukuran akan tercapainya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya secara matang.


(23)

Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa efektivitas merupakan ukuran yang menunjukkan seberapa jauh program atau kegiatan mencapai hasil dan manfaat yang diharapkan.

Pendapat Arens and Lorlbecke yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf dalam bukunya Auditing Pendekatan Terpadu,mendefinisikan efektivitas sebagai berikut: “Efektivitas mengacu kepada pencapaian suatu tujuan, sedangkan efisiensi mengacu kepada sumber daya yang digunakan untuk mencapai tujuan itu” (Dalam Jusuf, 1999:765).

Sehubungan dengan yang dikemukakan di atas, maka efektivitas merupakan pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Supriyono dalam bukunya Sistem Pengendalian Manajemen mendefinisikan pengertian efektivitas, sebagai berikut:

“Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran suatu pusat tanggung jawab dengan sasaran yang mesti dicapai, semakin besar konstribusi daripada keluaran yang dihasilkan terhadap nilai pencapaian sasaran tersebut, maka dapat dikatakan efektif pula unit tersebut” (Supriyono, 2000:29).

Oleh karena itu, dapat dijelaskan bahwa efektivitas merupakan hubungan keluaran tanggung jawab dengan sasaran yang harus di capai. Semakin besar keluaran yang dihasilkan dari sasaran yang akan dicapai maka dapat dikatakan efektif dan efisien. Suatu tindakan yang mengandung pengertian mengenai terjadinya suatu efek atau akibat yang dikehendaki dan menekankan pada hasil atau efeknya dalam pencapaian tujuan.


(24)

efisiensi yang merupakan suatu kegiatan dalam pencapaian tujuan organisasi. Unit organisasi yang efisien belum tentu efektif, karena meskipun unit tersebut menghasilkan sejumlah keluaran dengan menggunakan masukan yang minimal atau menghasilkan keluaran terbanyak belum tentu tujuan organisasi yang maksimal, sehingga unit tersebut menjadi kurang efektif atau dengan kata lain efektivitasnya kurang memadai. Efektivitas merupakan gambaran tingkat keberhasilan atau keunggulan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan dan adanya keterikatan antara nilai-nilai yang bervariasi.

Efektivitas akan berkaitan dengan kepentingan orang banyak, seperti yang dikemukakan H. Emerson yang dikutip Soewarno Handayaningrat dalam bukunya Sistem Birokrasi Pemerintah, sebagai berikut:

“Efektivitas merupakan penilaian hasil pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Efektivitas perlu diperhatikan sebab mempunyai efek yang besar terhadap kepentingan orang banyak” (Dalam Handayaningrat, 1985:16). Pendapat para ahli di atas dapat dijelaskan, bahwa efektivitas merupakan usaha pencapaian sasaran yang dikehendaki (sesuai dengan harapan) yang ditujukan kepada orang banyak dan dapat dirasakan oleh kelompok sasaran yaitu masyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat James L. Gibson yang dikutip oleh Agung Kurniawan dalam bukunya Transformasi Pelayanan Publik mengatakan mengenai ukuran efektivitas, sebagai berikut:

1. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai; 2. Kejelasan strategi pencapaian tujuan;


(25)

4. Perencanaan yang matang; 5. Penyusunan program yang tepat; 6. Tersedianaya sarana dan prasarana;

7. Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik. (Dalam Kurniawan, 2005:107).

Pendapat ahli diatas dapat dijelaskan, bahwa ukuran efektivitas, yaitu:

1. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai, merupakan keseluruhan pencapaian tujuan sebagai suatu proses pencapaian tujuan akhir yang dilakukan oleh Bidang Kabupaten Subang dalam Program Desa Mandiri Gotong Royong . Tujuan dalam penelitian ini meliputi:

a. Kurun waktu pencapaian tujuan yang hendak dicapai oleh Bidang Kebersihan dalam pelaksanaan Program Desa Mandiri Gotong Royong.

b. Sasaran diyakini mungkin dicapai oleh Bidang Kebersihan melalui pelaksanaan Program Desa Mandiri Gotong Royong.

c. Dinyatakan secara kuantitatif sepanjang hal itu mungkin dilakukan. d. Sasaran merupakan target yang konkret, target utama dari Program

Desa Mandiri Gotong Royong yaitu masyarakat.

2. Kejelasan strategi pencapaian tujuan, merupakan penentuan cara yang harus dilakukan oleh Bidang Kebersihan Kabupaten Subang sebagai pembuat Program Desa Mandiri Gotong Royong supaya dalam memberikan pelayanan kebersihan kepada publik dapat efektif, dan tercapainya tujuan yang ditetapkan. Strategi dalam penelitian ini meliputi :


(26)

a. Wawasan waktu, berapa lama waktu yang digunakan dalam pengelolaan dan pengolahan kebersihan melalui Program Desa Mandiri Gotong Royong.

b. Dampak, efektivitas Program Desa Mandiri Gotong Royong dalam pengelolaan dan pengolahan sampah mengenai kebersihan memberikan dampak atau ukuran, baik yang positif maupun yang negatif.

c. Pemusatan upaya, fokus utama dari penggunaan Program Desa Mandiri Gotong Royong ini adalah memberikan peran serta masyarakat mengenai pengelolaan dan pengolahan.

3. Proses analisis dan perumusan kebijakan, faktor yang mendukung dalam kebijakan Program Desa Mandiri Gotong Royong di Bidang Kebersihan Kabupaten Subang dalam memberikan peran serta masyarakat mengenai pengelolaan dan pengolahan sampah adalah pedoman yang digunakan dalam pelaksanaan program mandiri gotong royong. Kebijakan dalam penelitian ini meliputi :

a. Pedoman, merupakan petunjuk yang dijadikan arahan sebagai petunjuk. Dalam hal ini Program Desa Mandiri Gotong Royong diatur oleh suatu peraturan yang mengaturnya.

b. Pengambilan keputusan, ditentukan oleh sikap dalam memilih beberapa alternatif. Pengambilan keputusan yang dilakukan dengan cara mempertimbangan hasil yang dicapai dalam Program Desa Mandiri Gotong Royong yaitu dengan perbaikan dan penyempurnaan penggunaan Program Desa Mandiri Gotong


(27)

Royong, atau pengalokasian faktor-faktor yang mempengaruhi Program Desa Mandiri Gotong Royong, seperti SDM dan perbaikan infrastruktur.

4. Perencanaan yang matang, diperlukan untuk pengambilan keputusan yang akan dilakukan oleh Bidang Kebersihan Kabupaten Subang didalam satu kurun waktu untuk mengembangkan Program Desa Mandiri Gotong Royong di Bidang Kebersihan. Perencanaan dalam penelitian ini meliputi :

a. Jangka panjang, merupakan jangkauan waktu perencanaan pengembangan Program Desa Mandiri Gotong Royong yang dilakukan oleh Bidang Kebersihan Kabupaten Subang tertentu. b. Jangka sedang, merupakan jangkauan waktu perencanaan

pengembangan Program Desa Mandiri Gotong Royong yang dilakukan oleh Bidang Kebersihan Kabupaten Subang tertentu. c. Jangka pendek, merupakan jangkauan waktu perencanaan

pengembangan Program Desa Mandiri Gotong Royong yang dilakukan oleh Bidang Kebersihan Kabupaten Subang tertentu. 5. Penyusunan program yang tepat, rencana yang menggambarkan

Desa Mandiri Gotong Royong di Bidang Kebersihan Kabupaten Subang dalam memberikan peran serta masyarakat mengenai pengelolaan dan pengolahan sampah sehingga tercapai efektivitas. Program dalam penelitian ini meliputi :

a. Sasaran, sasaran dalam penelitian ini adalah masyarakat untuk mengelola dan mengolah sampah di Kabupaten Subang.


(28)

b. Prosedur, prosedur sangat dibutuhkan agar terjadi keteraturan pengelolaan dan pengolahan sampah tentang sampah rumah tangga dalam Program Desa Mandiri Gotong Royong dapat dilakukan dengan mudah karena sudah menggunakan teknologi sederhana.

6. Tersedianya sarana dan prasarana, sarana dan prasarana dibutuhkan untuk menunjang proses dalam pelaksanaan Program Desa Mandiri Gotong Royong di Bidang Kebersihan Kabupaten Subang agar berjalan dengan efektif.

7. Pengawasan, pengawasan juga diperlukan untuk mengatur dan mencegah kemungkinan-kemungkinan adanya penyimpangan dalam Program Desa Mandiri Gotong Royong di Bidang Kebersihan Kabupaten Subang. Pengawasan dalam Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini meliputi :

a. Penilaian, jika efektivitas dari Program Desa Mandiri Gotong Royong dalam memberikan peran serta masyarakat mengenai pengelolaan dan pengolahan sampah telah terelalisasikan maka penilaian bisa dilakukan. Program Desa Mandiri Gotong Royong dalam memberikan peran serta masyarakat mengenai pengelolaan dan pengolahan sampah efektif tidaknya, bisa dinilai oleh masyarakat dan pemerintah sendiri.

b. Perbandingan, dengan adanya Program Desa Mandiri Gotong Royong dengan program teknologi yang canggih, penulis dapat membandingkannya dengan cara yang manual dalam hal


(29)

memberikan pengelolaan dan pelayanan sampah mengenai kebersihan kepada masyarakat.

2.2 Program Desa Mandiri Gotong Royong

2.2.1 Pengertian Desa

Desa adalah Kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

2.2.2 Pengertian Mandiri

Mandiri adalah kemampuan memberdayakan diri untuk mengatasi segala permasalahan dan kebutuhan yang dihadapinya dengan segenap potensi dan kemampuan yang ada padanya.

2.2.3 Pengertian Gotong Royong

Gotong royong disini adalah sebuah kesadaran bahwa kita semua adalah putra-putri ibu pertiwi yang memiliki hak dan kewajiban untuk saling mendorong dan saling membantu memberdayakan diri agar-kemudian mampu secara bersama-sama, bergandengan tangan menggali, mengolah, dan mengembangkan segenap potensi yang dimiliki daerah atau desa untuk sebesar-besar kesejahteraan rakyat secara bersama-sama pula.


(30)

Gotong royong berarti bahwa masyarakat mampu memberdayakan diri sendiri sehingga tidak menjadi beban bagi orang lain. Sehingga berarti juga, ketika ada teman atau tetangga yang yang mengalami kesusahan, dia mampu membantu temanya tersebut supaya mampu memberdayakan dirinya mengatasi kesusahannya.

2.2.4 Pengertian Desa Mandiri Gotong Royong

Desa Mandiri Gotong Royong adalah suatu keadaan Desa dimana masyarakat dan Aparatur Pemerintahannya mampu mendayagunakan potensi yang dimilikinya secara bergotong royong dengan penuh kepedulian dalam membangun Desanya memberdayakan diri agar kemudian mampu secara bersama-sama, bergandengan tangan menggali, mengelola, dan mengembangkan segenap potensi yang dimiliki daerah atau desa untuk sebesar-besar kesejahteraan rakyat secara bersama-sama.

Upaya Pemda Subang untuk memfokuskan pembangunan desa diistilahkan dengan program “Desa Mandiri Gotong Royong” sebagai penjabaran lebih lanjut dari “Rakyat Subang Gotong Royong Subang Maju” yang merupakan sosialisasi penggalian kembali terhadap nilai-nilai semangat gotong royong. Apa dan bagaimana Desa Mandiri Gotong Royong sengaja tidak dituliskan dalam konsepsi ilmiah layaknya sebuah konsep Pemerintahan yang selalu disuguhkan kepada khalayak, melainkan ditulis bak sebuah prosa untuk lebih menjelaskan sebuah “nirwana” desa yang diharapkan oleh semua masyarakat yang mencintai


(31)

bangsanya, tetapi tentu saja tidak meninggalkan detil eksistensi apa yang disebut dengan desa.

2.2.5 Bentuk-bentuk Kegiatan dari Program Desa Mandiri Gotong

Royong di Bidang Kebersihan Kabupaten Subang

Berdasarkan dokumen Bidang Kebersihan Kabupaten Subang tahun 2010, bentuk-bentuk kegiatan dari Program Desa Mandiri Gotong Royong di Bidang Kebersihan Kabupaten Subang, yaitu:

1. Perumusan dan perencanaan pola kegiatan. 2. Sosialisai Program pengelolaan persampahan.

3. Pelatihan bagi petugas atau pengelola Teknis pengomposan. 4. Pengadaan peralatan pengomposan.

5. Pembuatan lahan demplot dan pengelolaannya.

2.2.6 Spesifikasi dan Standarisasi Kegiatan Program Desa Mandiri

Gotong Royong di Bidang Kebersihan Kabupaten Subang

a. Spesifikasi Kegiatan Program Desa Mandiri Gotong Royong di

Bidang Kebersihan Kabupaten Subang

Berdasarkan dokumen Bidang Kebersihan Kabupaten Subang tahun 2010, spesifikasi kegiatan Program Desa Mandiri Gotong Royong di Bidang Kebersihan Kabupaten Subang, yaitu:

1. Standar produk pupuk kompos atau organik hasil penguraian bakteri organik dari limbah sampah rumah tangga yang diproduksi oleh masyarakat peduli sampah adalah menggunakan teknologi


(32)

sederhana atau tepat guna dan dapat dimanfaatkan secara masal. Teknologinya disadur oleh Pabrikan perakit alat Komposter, serta mengambil rujukan atau literatur dari LAPI-ITB, LIPI dan Departemen Pekerjaan Umum ;

2. Spesifikasi alat Komposter, cairan Dekomposter (IM4) dan Pupuk Kompos yang dihasilkannya telah diuji oleh Lembaga, Badan, Instansi yang berwenang mengujinya untuk menjaga kualitas dari alat atau pupuk organik.

b. Standarisasi Kegiatan Program Desa Mandiri Goyong Royong

di Bidang Kebersihan Kabupaten Subang

Berdasarkan dokumen Bidang Kebersihan Kabupaten Subang tahun 2010, standarisasi kegiatan Program Desa Mandiri Gotong Royong di Bidang Kebersihan Kabupaten Subang, yaitu :

1. Standar Kegiatan Program Desa Mandiri Gotong Royong dilaksanakan oleh Seksi Persampahan serta dikonsultasikan dengan LPM-ITB, LIPI, Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan, Dinas Kehutanan dan Tanaman Industri, PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan), LSM, Koperasi dan masarakat peduli sampah .

2. Spesifikasi dan Standarisasi Kegiatan Program Desa Mandiri Gotong Royong dituangkan dalam bentuk gambar komposter dan RAB Kegiatan untuk sosialisasi kepada masyarakat peduli sampah. 3. Supaya Sosialisasi Kegiatan Program Desa Mandiri Gotong


(33)

diperlukan bahan penunjang untuk Kegiatan tersebut baik berupa modul pelatihan, brosur, spanduk, pamplet atau poster dan bahan penunjang lainnya baik untuk peserta pelatihan atau kader persampahan maupun untuk operasional (biaya umum) kegiatan. Materi pelaksanaan kegiatan peningkatan peran serta masyarakat dalam Pengelolaan Persampahan melalui Pelatihan Pemamfaatan Sampah Kota (khususnya sampah organik).

2.2.7 Tujuan Program Desa Mandiri Gotong Royong di Bidang

Kebersihan Kabupaten Subang

Tujuan pelaksanaan kegiatan Program Desa Mandiri Gotong Royong Bidang Persampahan di Kabupaten Subang ini adalah sebagai upaya untuk mengantisipasi pencemaran, dampak lingkungan, dan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengenalkan teknologi sederhana untuk pengelolaan sampah rumah tangga.

Teknologi yang dipakai pada kegiatan ini adalah berupa alat Komposter yaitu alat untuk memproses sampah menjadi pupuk organik, karena alat dan prosesnya sangat sederhana maka alat Komposter ini cocok untuk memproses sampah dalam skala rumah tangga atau lingkungan RT, RW, Pasar Desa. Alat ini terdiri atas bahan utama drum plastik kapasitas 100-150 liter untuk tempat penampungan sampah untuk menjadi bahan pupuk dan cairan Dekomposter (untuk Kegiatan ini yang dipakai adalah bahan kimia IM4). Proses pembalikan sampah dilakukan dengan tenaga manual sampai sampah matang dan menjadi pupuk


(34)

organik. Karena proses produksinya skala kecil, pupuk organik yang dihasilkan disarankan digunakan untuk menyuburkan tanah, kebun, dan sawah sertempat milik warga, dan apabila telah berjalan secara berkelanjutan baik produksi dan pemanfaatannya maka pupuk organik tersebut dapat dipasarkan kepada umum (dengan manajemen pemasaran yang terpadu) untuk menghasilkan pendapatan lebih untuk pengelola.

Sasaran Kegiatan Program Desa Mandiri Gotong Royong ini adalah masyarakat peduli sampah di Desa Gempol Kecamatan Pusakanagara sebagai Desa percontohan dengan jumlah peserta sebanyak 100 (Seratus) orang atau kepala keluaga dengan 200 unit alat Komposter. Alat komposter yang dibagikan kepada peserta yaitu terdiri dari :

1. Alat Komposter Manual kapasitas 100-150 liter ; 2. Cairan Dekomposter sebanyak 1 (satu) liter ; 3. Sarung tangan plastik sebanyak 2 (dua) pasang ; 4. Plastik polibag.

a. Tujuan Subtansi Program Desa Mandiri Gotong Royong di

Bidang Kebersihan Kabupaten Subang

Berdasarkan dokumen Bidang Kebersihan Kabupaten Subang tahun 2010, tujuan substansi Program Desa Mandiri Gotong Royong di Bidang Kebersihan Kabupaten Subang, meliputi:

1. Pengolahan dan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga untuk dijadikan Pupuk Organik (kompos) ;


(35)

2. Memanfaatkan potensi dan perkembangan bidang pertanian di wilayah Desa yang bersangkutan dengan mengupayakan penggunaan pupuk kompos sebagai sarana penunjang untuk peningkatan hasil panen ;

3. Membuka lapangan dan kesempatan kerja dan dapat dijadikan sebagai media untuk berusaha ;

4. Sebagaipilot projectuntuk pengembangan potensi lainnya;

5. Mengupayakan dan meminimalkan pencemaran dampak lingkungan akibat dari perkembangan atau dinamika penduduk wilayah perkotaan, yang disebabkan oleh sampah domestik;

6. Mengarahkan agar warga masyarakat desa dapat mengolah dan mengelola sampah dengan cara yang berwawasan lingkungan.

2.2.8 Sasaran Program Desa Mandiri Gotong Royong di Bidang

Kebersihan Kabupaten Subang

Berdasarkan Dokumen Bidang Kebersihan Kabupaten Subang tahun 2010, dalam upaya Pencapaian tujuan Program Desa Mandiri Gotong Royong diatas, sasarannya meliputi :

1. Membantu dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam pngelolaan dan pengolahan sampah yang berwawasan lingkungan; 2. Hasil pengolahan dan Pengelolaan Pupuk dari sampah rumah

tangga tersebut bisa dijadikan kontribusi untuk pendapatan masyarakat desa.


(36)

BAB III

OBJEK LAPORAN KKL

3.1 Sejarah Singkat Berdirinya Bidang Kebersihan Kabupaten

Subang

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Peraturan Daerah Kabupaten Subang Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pola Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Subang. Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Daerah Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Kabupaten Subang.

Sebelum otonomi daerah Sub Dinas Kebersihan terpisah dari pekerjaan umum. Namun setelah diberlakukannya otonomi daerah Dinas Kebersihan menjadi bagian dari Dinas Pekerjaan umum Kabupaten Subang.

Adapun Peraturan yang mendasari tentang kedudukan, tugas pokok, dan fungsi dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Subang ialah Peraturan Daerah nomor 23 tahun 2001, yang secara umum peraturan ini membahas tentang Organisasi Pemerintahan Daerah Kabupaten Subang.

Sebelum menguraikan kedudukan, tugas pokok, dan fungsi Sub Dinas Kebersihan terlebih dahulu penulis uraikan secara singkat kedudukan, tugas pokok, dan fungsi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Subang sebagai berikut:


(37)

3.1.1 Kedudukan Bidang Kebersihan Kabupaten Subang

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 23 Kabupaten Subang tahun 2000, Bidang Kebersihan Kabupaten Subang mempunyai Kedudukan sebagai berikut:

1. Dinas adalah unsur pelaksana Pemerintahan Daerah di Bidang Pekerjaan Umum.

2. Dinas dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati.

3.1.2 Tugas Pokok Bidang kebersihan Kabupaten Subang

Dalam melaksanakan tugas kegiatan, Bidang Kebersihan mempunyai tugas pokok yaitu melaksanakan kegiatan pendataan dan perencanaan, operasional, pembuangan akhir serta pertamanan dan pemakaman.

3.1.3 Fungsi Bidang Kebersihan Kabupaten Subang

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut maka fungsi Bidang Kebersihan Kabupaten Subang adalah sebagai berikut:

1. Penyusunan program kerja di Bidang Kebersihan. 2. Pengkoordinasian kegiatan kebersihan.

3. Penyelenggaraan dan pengendalian kegiatan operasional pendataan dan perencanaan.

4. Penyelenggaraan dan pengendalian kegiatan teknis operasional kebersihan.


(38)

5. Penyelenggaraan dan pengendalian kegiatan teknis operasional pembuangan akhir.

6. Penyelenggaraan dan pengendalian kegiatan teknis operasional pertamanan dan pemakaman.

7. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka pengelolaan kebersihan.

3.2 Visi dan Misi Bidang Kebersihan Kabupaten Subang

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi, dalam mewujudkan motto Subang Berseri, Bidang Kebersihan mempunyai Visi dan Misi, antara lain sebagai berikut:

3.2.1 Visi Bidang Kebersihan Kabupaten Subang

Meningkatkan peran serta dan fungsi lembaga pengelolaan persampahan di Kabupaten Subang, dalam menciptakan motto “Subang Berseri”.

3.2.2 Misi Bidang Kebersihan Kabupaten Subang

Misi Bidang Kebersihan Kabupaten subang, meliputi:

a. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam Bidang Kebersihan, dalam upaya pencapaian kota yang “Bersih, Sehat, Rapi , dan Indah.


(39)

b. Meningkatkan peran serta masyarakat dengan Dinas, Instansi, dan Lembaga dalam mengelola kebersihan lingkungan, ketertiban dan keindahan kota secara terpadu dan berkesinambungan.

3.3 Tata Kerja Bidang Kebersihan Kabupaten Subang

Struktur yang terdapat dalam setiap organisasi pada dasarnya merupakan kerangka pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab dari setiap orang yang melakukan pekerjaan disamping dengan adanya tata kerja akan terlihat adanya pembagian tugas yang jelas dari masing-masing bagian.

Dengan adanya pembagian tugas yang jelas, maka dapat dihindarkan persentuhan wewenang dan kesimpangsiuran dalam pelaksanaan tugas, serta akan terlihat hubungan kerja bagian antara bagian-bagian dalam organisasi tersebut, baik secara fungsional maupun hubungan kerja yang dilakukan secara vertikal dan secara horizontal.

Tata kerja yang dibuat dan dibentuk dengan sejelas dan selengkap mungkin sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang ada dalam organisasi maka akan terhindar dari adanya kesipangsiuran dan kesalahpahaman dalam pelaksanaan tugas dari setiap anggota organisasi.

Didalam organisasi baik itu organisasi besar maupun organisasi kecil, didalam pelaksanaannya sangat diperlukan adanya tata kerja yang mengatur tugas-tugas dan hubungan antar orang-orang yang mempunyai


(40)

wewenang dan kedudukan sebagai pelaksana tugas atau kegiatan organisasi.

Tata kerja pada Bidang Kebersihan Kabupaten Subang berlandaskan kepada Peraturan Daerah nomor 23 Kabupaten Subang, terdiri dari:

1. Kepala

2. Seksi–seksi yang terdapat di Bidang Kebersihan: a. Seksi pendataan Perencanaan

b. Seksi Operasional

c. Seksi Pembuangan akhir

d. Seksi Pertamanan dan Pemakaman

Sehubungan Kuliah Kerja Lapangan yang dilakukan penulis di Bidang Kebersihan Kabupaten Subang, oleh karena itu penulis hanya menguraikan tugas komponen unsur-unsur organisasi yang hanya meliputi Bidang Kebersihan Kabupaten Subang saja. Adapun uraian tugas komponen unsur-unsur organisasi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kepala Bidang Kebersihan mempunyai tugas pokok melaksanaan kegiatan pendataan dan perencanaan, operasi, pembuangan akhir, serta pertanaman dan pemakaman.

Untuk melaksanakan tugas tersebut Kepala Bidang Kebersihan mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Penyusunan program kerja di Bidang Kebersihan. b. Pengkoordinasian kegiatan kebersihan.


(41)

c. Penyelenggaraan dan pengendalian kegiatan operasional pendataan dan perencanaan.

d. Penyelenggaraan dan pengendalian kegiatan teknis operasional pembuangan akhir.

e. Penyelenggaraan dan pengendalian kegiatan teknis operasional pertanaman dan pemakaman.

f. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka pengelolaan kebersihan.

2. Seksi-Seksi yang terdapat di Bidang Kebersihan:

a. Seksi Pendataan dan Perencanaan mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan pelaksanaan dan perencanaan kebersihan serta menyiapkan bahan penyusunan petunjuk teknis pendataan dan perencanaan kebersihan:

Untuk melaksanakan tugas tersebut, Seksi Pendataan dan Perencanaan mempunyai fungsi sebagai berikut:

1) Penyusunan rencana kegiatan pendataan dan perencanaan. 2) Menyusun petunjuk teknis pendataan dan analisa penyusunan

pola kebersihan Kota.

3) Penyusunan dan menyiapkan anggaran biaya pelaksanaan kegiatan pendataan dan perencanaan.

4) Penyusunan rencana upaya penanggulangan serta pencegahan gangguan kebersihan Kota.


(42)

6) Penyusunan perencanaan pengembangan pelayanan di sektor persampahan.penyusunan petunjuk teknis pemantauan kebersihan Kota.

b. Seksi Operasional mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan pengelolaan kebersihan dan menyiapkan bahan penyusunan petunjuk teknis operasional pengelolaan kebersihan.

Untuk melaksanakan tugas pokok diatas Seksi Operasional mempunyai fungsi sebagai berikut:

1) Penyusunan rencana kegiatan operasional kebersihan.

2) Penyusunan petunjuk teknis kegiatan pengendalian dan penanggulangan sampah di jalan dan saluran atau selokan. 3) Penyusunan petunjuk teknis kegiatan pengangkutan sampah

dan tinja.

4) Penyusunan dan menyiapkan anggaran biaya kegiatan operasional kebersihan.

5) Penyusunan laporan hasil kegiatan operasional kebersihan. c. Seksi Pembuangan Akhir mempunyai tugas pokok melaksanakan

kegiatan pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir dan menyiapkan bahan penyusunan petunjuk teknis pengelolaan Pembuangan Akhir.

Untuk menyelenggaraan tugas pokok diatas, Seksi Pembuangan Akhir mempunyai fungsi sebagai berikut:

1) Penyusunan rencana kegiatan pembuangan akhir.


(43)

3) Penyelenggaraan kegiatan pengelolaan sarana tempat pembuangan akhir.

4) Penyelenggaraan kegiatan pengelolaan air limbah dan tinja. 5) Penyusunan laporan hasil kegiatan Pembuangan Akhir.

d. Seksi Pertanaman dan Pemakaman mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan pengelolaan pertanaman dan pemakaman dan menyiapkan bahan penyusunan petunjuk teknis pengelolaan pertanaman dan pemakaman.

Untuk menyelenggarakan tugas pokok diatas, maka Seksi Pertanaman dan Pemakaman mempunyai fungsi sebagai berikut: 1) Penyusunan rencana kegiatan pertanaman dan pemakaman. 2) Penyelenggaraan kegiatan pengadaan pembangunan dan

pemeliharaan taman.

3) Penyelenggaraan kegiatan pemeliharaan dan penertiban pemakaman.

4) Penyelenggaraan kegiatan pembibitan dan penghijauan tanaman taman.

5) Penyusunan laporan hasil kegiatan pertanaman dan pemakaman.


(44)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN LAPORAN KKL

4.1 Tujuan Program Desa Mandiri Gotong Royong di Bidang

Kebersihan Kabupaten Subang

Tujuan pelaksanaan kegiatan Program Desa Mandiri Gotong Royong di Bidang Kebersihan Kabupaten Subang ini adalah sebagai upaya untuk mengantisipasi pencemaran, dampak lingkungan, dan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengenalkan teknologi sederhana untuk pengelolaan sampah rumah tangga. Teknologi yang dipakai pada kegiatan ini adalah berupa alat komposter yaitu alat untuk memproses sampah menjadi pupuk organik, karena alat dan prosesnya sangat sederhana maka alat komposter ini cocok untuk memproses sampah dalam skala rumah tangga atau lingkungan RT, RW, dan Pasar Desa. Alat ini terdiri atas bahan utama drum plastik kapasitas 100-150 liter untuk tempat penampungan sampah untuk menjadi bahan pupuk dan cairan Dekomposter (Untuk Kegiatan ini yang dipakai adalah bahan kimia IM4). Proses pembalikan sampah dilakukan dengan tenaga manual sampai sampah matang dan menjadi pupuk organik. Karena proses produksinya skala kecil, pupuk organik yang dihasilkan disarankan digunakan untuk menyuburkan tanah, kebun, sawah setempat milik warga, dan apabila telah berjalan secara berkelanjutan baik produksi dan pemanfaatannya maka pupuk organik tersebut dapat dipasarkan kepada umum (dengan manajemen pemasaran yang terpadu) untuk


(45)

menghasilkan pendapatan lebih untuk pengelola. Dalam pelaksanaannya kejelasan tujuan meliputi beberapa faktor yaitu :

1. Kurun waktu pencapaian tujuan yang hendak dicapai oleh Bidang Kebersihan dalam pelaksanaan Program Desa Mandiri Gotong Royong, adapun kelemahan dalam program desa mandiri gotong royong yaitu, tidak adanya tidak adanya kejelasan waktu sehingga dalam pelaksanaannya kurang optimal.

2. Sasaran yang diyakini mungkin dapat dicapai oleh Bidang Kebersihan melalui pelaksanaan Program Desa Mandiri Gotong Royong, antara lain:

a. Pengolahan dan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga untuk dijadikan Pupuk Organik (kompos).

b. Memanfaatkan potensi dan perkembangan bidang pertanian di Wilayah Desa yang bersangkutan dengan mengupayakan penggunaan Pupuk Kompos sebagai sarana penunjang untuk peningkatan hasil panen.

c. Membuka lapangan dan kesempatan kerja dan dapat dijadikan sebagai media untuk berusaha.

d. Sebagaipilot projectuntuk pengembangan potensi lainnya . e. Mengupayakan dan meminimalkan pencemaran dampak

lingkungan akibat dari perkembangan atau dinamika penduduk Wilayah Perkotaan, yang disebabkan oleh sampah domestik.


(46)

f. Mengarahkan agar warga masyarakat desa dapat mengolah dan mengelola sampah dengan cara yang berwawasan lingkungan.

3. Dinyatakan secara kuantitatif sepanjang hal itu mungkin dilakukan. 4. Sasaran merupakan target yang konkret, target utama dari

Program Desa Mandiri Gotong Royong yaitu masyarakat, antara lain meliputi :

a. Membantu dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam pngelolaan dan pengolahan sampah yang berwawasan lingkungan.

b. Hasil pengolahan dan Pengelolaan Pupuk dari sampah rumah tangga tersebut bisa dijadikan kontribusi untuk pendapatan masyarakat desa.

4.2 Program Desa Mandiri Gotong Royong di Bidang Kebersihan

Kabupaten Subang

4.2.1 Pengertian Program

Menurut Malayu S.P. Hasibuan dalam bukunya Manajemen Pengertian Sasaran dan Masalah yang mendefinisikan program adalah suatu rencana yang pada dasarnya telah menggambarkan rencana yang konkret, yang terdiri dari beberapa indikator, yaitu: (1) Sasaran, (2) Prosedur, (3) Anggaran (Hasibuan, 1996:103).


(47)

4.2.2 Pengertian Desa

Desa adalah Kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

4.2.3 Pengertian Mandiri

Mandiri adalah kemampuan memberdayakan diri untuk mengatasi segala permasalahan dan kebutuhan yang dihadapinya dengan segenap potensi dan kemampuan yang ada padanya.

4.2.4 Pengertian Gotong Royong

Gotong royong disini adalah sebuah kesadaran bahwa kita semua adalah putra-putri ibu pertiwi yang memiliki hak dan kewajiban untuk saling mendorong dan saling membantu memberdayakan diri agar-kemudian mampu secara bersama-sama, bergandengan tangan menggali, mengolah, dan mengembangkan segenap potensi yang dimiliki daerah atau desa untuk sebesar-besar kesejahteraan rakyat secara bersama-sama pula.

Gotong royong berarti bahwa masyarakat mampu memberdayakan diri sendiri sehingga tidak menjadi beban bagi orang lain. Sehingga berarti juga, ketika ada teman atau tetangga yang yang mengalami kesusahan,


(48)

dia mampu membantu temanya tersebut supaya mampu memberdayakan dirinya mengatasi kesusahannya.

4.2.5 Pengertian Program Desa Mandiri Gotong Royong

Program Desa Mandiri Gotong Royong adalah suatu keadaan Desa dimana masyarakat dan Aparatur Pemerintahannya mampu mendayagunakan potensi yang dimilikinya secara bergotong royong dengan penuh kepedulian dalam membangun Desanya memberdayakan diri agar kemudian mampu secara bersama-sama, bergandengan tangan menggali, mengelola, dan mengembangkan segenap potensi yang dimiliki daerah atau desa untuk sebesar-besar kesejahteraan rakyat secara bersama-sama.

Bentuk-bentuk kegiatan dari Program Desa Mandiri Gotong Royong di Bidang Kebersihan Kabupaten Subang, yaitu:

1. Perumusan dan perencanaan pola kegiatan. 2. Sosialisai Program pengelolaan persampahan.

3. Pelatihan bagi petugas/pengelola Teknis pengomposan. 4. Pengadaan peralatan pengomposan.

5. Pembuatan lahan demplot dan pengelolaannya.

Prosedur yang digunakan oleh Bidang Kebersihan Kabupaten Subang dalam melaksanakan Program Mandiri Gotong Royong meliputi beberapa hal, diantaranya:

1. Mengidentifikasi dan merumuskan Kegiatan Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Persampahan pada


(49)

Program Desa Mandiri Gotong Royong, hal tersebut dimaksudkan untuk mempermudah proses berjalannya kegiatan yang akan dicapai oleh Bidang Kebersihan Kabupaten Subang. 2. Mengidentifikasi skala prioritas Kegiatan Program Desa Mandiri

Gotong Royong dengan cara pengelolaan sampah rumah tangga menjadi pupuk organik, proses mengidentifikasi bertujuan agar sasaran yang dicapai, yaitu pengolahan sampah rumah tangga menjadi pupuk organik dapat tepat sesuai dengan apa yang diharapkan

3. Anggarkan dana yang dialokasikan oleh Bidang Kebersihan Kabupaten Subang untuk Program Desa Mandiri Gotong Royong sebesar Rp.75.000.000, anggaran tersebut diharapkan dapat mengcover Program Desa Mandiri Gotong Royong dan sosialisasi pada masyarakat guna tercapainya sasaran.

4.3 Sarana dan Prasarana di Bidang Kebersihan Kabupaten

Subang Dalam Melaksanakan Program Mandiri Gotong Royong

Tersedianya sarana dan prasarana Secara Etimologis (bahasa) prasarana berarti alat tidak langsung untuk mencapai tujuan dalam suatu organisasi. Sedangkan sarana berarti alat langsung untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan demikian dapat di tarik suatau kesimpulan bahwa sarana dan prasarana suatu organisasi itu adalah semua komponen yang sacara langsung maupun tidak langsung menunjang jalannya proses untuk mencapai tujuan itu sendiri.


(50)

4.3.1 TPA (Tempat Pembuangan Akhir)

Tempat Pembuangan Sampah Akhir yang selama ini resmi digunakan adalah TPSA Cimanggu yang terletak di Kampung Panembong (Cimanggu) Kelurahan Parung Kecamatan Subang. Adapun kondisinya secara umum adalah sebagai berikut:

1. TPA Cimanggu a. Luas : 6,5 Ha b. Fasilitas

Fasilitas yang ada di TPA Cimanggu adalah sebagai berikut: 1) Jalan masuk (dengan perkerasan aspal hotmix) panjang

±600m;

2) Kantor jaga penggali dan garasi buldozer;

3) MCK;

4) Kolam leachet;

5) Pos jaga;

6) Bangunan lapak atau peristirahatan;

7) Bangunan pengomposan (daur ulang sampah).

c. Keterangan

1) Luas : 6,5 m;

2) Jarak dari Kota Subang ±4,5km sedangkan jarak dari


(51)

3) Lokasi TPA ini terletak pada lahan yang kurang produktif, berbatasan langsung dengan sungai Cileuleuy dan tanah tegalan atau ladang milik penduduk.

2. TPA Rancamahi 1. Luas : 6000 m². 2. Fasilitas

Fasilitas yang ada di TPA Rancamahi adalah sebagai berikut:

a. Jalan Operasi 2000 m.

b. Kantor pengendali TPA.

3. Keterangan

a. Sebagai lokasi TPA alternatif untuk melayani pengangkutan

jalur pantura.

4.3.2 IPLT (Instalasi Pengolah Lumpur Tinja)

Bidang Kebersihan Kabupaten Subang memiliki Instalasi Pengolah

Lumpur Tinja, meliputi:

A. IPLT Cibarola

B. Luas

Luas IPLT Cibarola yaitu 3 Ha.

C. Fasilitas

Fasilitas yang ada di IPLT Cibarola, antara lain:

1. Kantor operasional;

2. Garasi truckvakum tinja; 3. Rumah genset;


(52)

4. Bedeng kompos;

5. Kantor pengelolaan kompos; 6. Lahan dempot.

D. Keterangan

1. Status tanah: sertifikat Hak pengelolaan Pemerintah Daerah Subang;

2. Jarak jangkau dari pusat kota ± 3 km;

3. Daya dukung tanah: tanah merah dengan jenis letosol;

4. Permukaan tanah miring kearah sebelah utara (sungai);

5. Mempermudah pembuangan ke sungai;

6. Kedudukan tanah diatas badan air penerima.

4.3.3 Kendaraan Angkutan Sampah

Bidang Kebersihan Kabupaten Subang memiliki beberapa

kendaraan operasional yang dapat menunjang semua kegiatan termasuk

kegiatan Program Desa Mandiri Gotong Royong, adapun kendaraan

operasionalnya sebagai berikut:

Tabel 4.1

Daftar Kendaraan Operasional Angkutan Sampah

No Jenis Mobil Merk/type Thn pembuat

an

No polisi kondisi

1 Dump Truck Isuzu 1992 T 8090 T Rusak

2 Dump Truck Isuzu 1994 T 8120 T Sedang

3 Dump Truck Isuzu 1992 D 9575 A Rusak

4 Dump Truck Mitsubisi 1993 T 8071 T Sedang 5 Dump Truck Isuzu 1994 T 8115 T Sedang 6 Dump Truck Mitsubisi 1986 T 8072 T Sedang 7 Dump Truck Isuzu 1989 D 8118 A Sedang 8 Dump Truck Isuzu 1992 D 8719 A Sedang


(53)

9 Dump Truck Toyota Rino 1997 T 8141 T Baik 10 Dump Truck Toyota Rino 1997 T 8140 T Baik 11 Dump Truck Toyota Rino 1997 T 8142 T Baik 12 Dump Truck Toyota 2003 T 8155 T Baik 13 Dump Truck Toyota 2003 T 8184 T Baik 14 Dump Truck Toyota 2003 T 8064 T Baik

15 Dump Truck Toyota 2004 T 8170 T Baik

16 Dump Truck Toyota 2003 T 8156 T Baik

17 Dump Truck Isuzu 2007 T 8276 T Baru

18 Dump Truck Isuzu 2007 T 8275 T Baru

19 Arm Roll Isuzu 2002 T 8152 T Baik

20 Arm Roll Isuzu 2002 T 8153 T Baik

21 Arm Roll Isuzu 1995 T 8125 T Baik

22 Arm Roll Isuzu 1997 T 8132 T Baik

23 Arm Roll Isuzu 2007 T 8278 T Baru

24 Arm Roll Isuzu 2007 T 8280 T Baru

Sumber: Dokumen sarana dan prasarana Dinas Kebersihan, 2010.

4.3.4 Alat Komposter

Komposter adalah sebuah alat khusus penyimpan sampah yang telah diolah sedemikian rupa. Sesuai dengan namanya, output yang akan dihasilkan oleh alat ini adalah berupa kompos.

Dengan menggunakan komposter ini, dari 10 kilogram sampah organik, akan menghasilkan kurang lebih 1 kilogram kompos. Cara pengolahan sampahnya pun cukup mudah. Kita hanya mengumpulkan sampah-sampah organik, mencampurkannya dengan mikroba cair (zat untuk mempercepat penguraian sampah) dan organic agent (pelengkap dalam pengomposan), kemudian disimpan dalam komposter sekitar 2 minggu hingga menjadi kompos. Diusahakan sampah organik yang akan diolah sudah terpotong-potong kecil, hal ini dilakukan agar pengomposan lebih cepat dilakukan oleh mikroba. Alat komposter ini juga sudah dirancang sedemikian rupa agar mudah digunakan dalam pengolahan


(54)

sampah menjadi kompos. Meskipun alatnya agak mahal (tergantung ukuran komposter yang digunakan), namun alat ini cukup memberikan solusi dalam mengurangi sampah.

Teknik pengomposan dengan menggunakan komposter merupakan salah satu cara yang realistis untuk dilakukan. Terlebih dalam upaya untuk mengurangi jumlah sampah organik di lingkungan rumah tangga. Dengan cara yang relatif mudah dan praktis, cukup dilakukan oleh 2 sampai 3 orang untuk mengelola sampah organik di satu RT misalnya.

Dengan alat komposter sebagian besar sampah telah diolah menjadi kompos. Dengan demikian sampah yang diangkut ke TPA menjadi sedikit. Pihaknya akan menjajaki penggunaan komposter untuk setiap rumah tangga melalui kerjasama Pemda setempat. Artinya, izin mendirikan bangunan akan keluar bila pemilik bangunan menyetujui penggunaan alat komposter.

Alat komposter yang dibagikan kepada peserta yaitu terdiri dari: 1. Alat Komposter Manual kapasitas 100-150 liter ;

2. Cairan Dekomposter sebanyak 1 (satu) liter ; 3. Sarung tangan plastik sebanyak 2 (dua) pasang ; 4. Plastik polibag.

Spesifikasi alat Komposter yaitu cairan Dekomposter (IM4) dan Pupuk Kompos yang dihasilkannya telah diuji oleh Lembaga, Badan, dan Instansi yang berwenang mengujinya untuk menjaga kualitas dari alat atau pupuk organik.


(55)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan terhadap permasalahan dapat disimpulkan bahwa Program Desa Mandiri Gotong Royong di Bidang Kebersihan Kabupaten Subang, adalah:

1. Tujuan pelaksanaan kegiatan Program Desa Mandiri Gotong Royong di Bidang Kebersihan Kabupaten Subang ini, masyarakat peduli sampah di Desa Gempol Kecamatan Pusakanagara sebagai Desa percontohan sebagai upaya untuk mengantisipasi pencemaran, dampak lingkungan, dan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengenalkan teknologi sederhana untuk pengelolaan sampah rumah tangga.

2. Program Desa Mandiri Gotong Royong di Bidang Kebersihan Kabupaten Subang adalah :

a. Membantu dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam pngelolaan dan pengolahan sampah yang berwawasan lingkungan ;

b. Hasil pengolahan dan pengelolaan pupuk dari sampah rumah tangga tersebut bisa dijadikan kontribusi untuk pendapatan masyarakat desa.


(56)

3. Sarana dan Prasarana di Bidang Kebersihan Kabupaten Subang dalam melaksanakan Program Desa Mandiri Gotong Royong, antara lain:

Alat komposter yang dibagikan kepada peserta yaitu: 1. Alat Komposter Manual kapasitas 100-150 liter ; 2. Cairan Dekomposter sebanyak 1 (satu) liter ; 3. Sarung tangan plastik sebanyak 2 (dua) pasang ; 4. Plastik polibag.

5.2 Saran

Dalam rangka mewujudkan Efektivitas Program Mandiri Gotong Royong di Bidang Kebersihan Kabupaten Subang, pada kesempatan ini penulis akan mengemukakan pertimbangan dalam pelaksanaannya, antara lain:

1. Sebaiknya pegawai meningkatkan mutu pengawasan dalam ruang lingkup tugas, fungsi dan tanggung jawabnya sesuai dengan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku.

2. Memberikan penghargaan terhadap suatu daerah yang bersih agar daerah tersebut selalu menjaga kebersihan di lingkungannya sendiri.

3. Membuat kegiatan-kegiatan untuk menjaga kebersihan lingkungan dari dampak pencemaran.

4. Meningkatkan sosialisasi Program Desa Mandiri Gotong Royong Kepada Desa atau Daerah agar terciptanya Desa yang mandiri.


(57)

5. Harapan agar apa yang penulis kemukakan dalam Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini dan bermanfaat bagi kelangsungan dan perkembangan Program Desa Mandiri Gotong Royong di Dinas Kebersihan Kabupaten Subang di masa-masa yang akan datang.


(58)

Laporan KKL

Diajukan sebagai Laporan Kuliah Kerja Lapangan di Dinas Kebersihan Pada Prodi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia

Disusun Oleh: Mario Robiandi

41707007

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN BANDUNG


(59)

viii

Gambar 1.1 Model Kerangka Pemikiran Laporan KKL……….. Hal


(60)

iv

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ……….. BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1.2 Identifikasi Masalah ... 1.3 Maksud dan Tujuan Laporan Kuliah Kerja Lapangan ... 1.4 Kegunaan Laporan Kuliah Kerja Lapangan ... 1.5 Kerangka Pemikiran ... 1.6 Metode Laporan Kuliah Kerja Lapangan

1.6.1 Metode Laporan Kuliah Kerja Lapangan ... 1.6.2 Teknik Pengumpulan Data ... 1.6.3 Teknik Penentuan Informan ... 1.6.4 Teknik Analisis Data ... 1.7 Lokasi dan Jadwal Kuliah Kerja Lapangan ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Efektivitas ... 2.2 Program Desa Mandiri Gotong Royong ……….. 2.2.1 Pengertian Desa ………... 2.2.2 Pengertian Mandiri ... 2.2.3 Pengertian Gotong Royong ... 2.2.4 Pengertian Desa Mandiri Gotong Royong ... 2.2.5 Bentuk-Bentuk Kegiatan Dari Program Desa Mandiri Gotong Royong di Bidang Kebersihan Kabupaten Subang ...

ii iv vii viii ix 1 7 8 8 9 15 17 19 20 21 22 29 29 29 29 30 31


(61)

v

Kebersihan Kabupaten Subang

a. Spesifikasi Kegiatan Program Desa Mandiri Gotong Royong di Bidang kebersihan Kabupaten Subang ... b. Standarisasi Kegiatan Program Desa

mandiri Gotong Royong di Bidang Kebersihan Kabupaten Subang ... 2.2.7 Tujuan Program Desa Mandiri Gotong Royong

di Bidang Kebersihan Kabupaten Subang ... a. Tujuan Substansi Program Desa Mandiri

Gotong Royong di Dinas Kebersihan Kabupaten Subang ………... 2.2.8 Sasaran Program Desa Mandiri Gotong Royong

di Bidang Kebersihan Kabupaten Subang ... BAB III OBJEK LAPORAN KKL

3.1 Sejarah Singkat Berdirinya Bidang Kebersihan Kabupaten Subang ... 3.1.1 Kedudukan Bidang Kebersihan Kabupaten

Subang ... 3.1.2 Tugas Pokok Bidang Kebersihan Kabupaten

Subang ... 3.1.3 Fungsi Bidang Kebersihan Kabupaten Subang.. 3.2 Visi dan Misi Bidang Kebersihan Kabupaten Subang

3.2.1 Visi Bidang Kebersihan Kabupaten Subang…... 3.2.2 Misi Bidang Kebersihan Kabupaten Subang ….. 3.3 Tata Kerja Bidang Kebersihan Kabupaten Subang …... BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN KKL

4.1 Tujuan Program Desa Mandiri Gotong Royong Di Bidang Kebersihan Kabupaten Subang ……….. 4.2 Program Desa Mandiri Gotong Royong di Bidang

31 32 33 34 35 36 37 37 37 38 38 39 44


(62)

vi

4.2.2 Pengertian Desa ... 4.2.3 Pengertian Mandiri ... 4.2.4 Pengertian Gotong Royong ... 4.2.5 Pengertian Program Desa Gotong Royong .. 4.3 Sarana dan Prasarana Di Bidang Kabupaten Subang Dalam Pelaksanaan Program Desa Mandiri Gotong Royong……… 4.3.1 TPA (Tempat Pembuangan Akhir) ... 4.3.2 IPLT (Instalasi Pengolah Lumpur Tinja) ... 4.3.3 Kendaraan Angkutan Sampah ... 4.4 Alat Komposer ………. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 5.2 Saran ...

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP PENULIS

47 47 47 48

49 50 51 52 53

55 56


(63)

58 Buku-buku:

Faisal, Sanafiah. (1999).Format-Format Penelitian Sosial.Bandung:PT. Remaja Rosdakarya.

Handayaningrat, Suwarno. (1985). Administrasi Pemerintahan Dalam PembangunanNasional. Jakarta: PT.Gunung Agung.

Hasan, Erliana. (2004). Komunikasi Antar Pemerintahan. Jakarta:Mandala Saru.

Hasibuan, S.P. Malayu. (1996). Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta:PT. Toha Gunung Agung.

Harsono, Hanifah. (2002). Implementasi Kebijakan dan Politik. Yogyakart:RhinhekaRasa.

Jusuf, Abadi Amir. (1999). Auditing Suatu Pendekatan Terpadu. Jakarta:Salemba Empat.

Kertodipuro, Sarwoto. (1985). Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen. Jakarta:Ghalia Indonesia.

Kountur, Ronny. (2004).Metode Penelitian. Jakarta:PPM.

Kurniawan, Agung. (2005). Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta:PEMBARUAN.

Martadisastra, Ukasah. (2002). Azas-Azas Manajemen Konsep dan Aplikasinya. Bandung:Dinamika.

Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Nazir, Moh.(1998).Metode Penelitian Sosial. Jakarta:PT Bina Aksara.

Siagian, Sondang. (2008). Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.


(64)

59

Steers, Richard M. (1985).Efektivitas Organisasi.Jakarta:Erlangga.

Sugiyono. (2005).Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:Alfabeta.

_______. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sugiyanto. (1992). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta:PT. Mandiri Pustaka.

Supriyono. (2000).Sistem Pengendalian Manajemen. Jakarta:Erlangga.

Susanto, Astrid S. (1975).Pendapat Umum. Bandung: Bina Cipta.

Suyatno, Bagong. (2005). Metode Penelitian Sosial:Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta:Prenada Media.

Usman, Nurdin. (2002). Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Yogyakarta:Bintang Pustaka.

Wahab, Sholichin Abdul. (2001). Analisis Kebijakan Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan Negara.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Dokumen-dokumen:

Kepres Nomor 166 Tahun 2000 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintahan Non Departemen.

Perda Nomor 3 Tahun 2001 tentang Organisasi Pemerintahan DaerahKabupaten Subang

Undang-Undang Nomor. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Persampahan.


(65)

Judul : EFEKTIVITAS PROGRAM MANDIRI GOTONG

ROYONG DI BIDANG KEBERSIHAN

KABUPATEN SUBANG

Nama : MARIO ROBIANDI

NIM : 41707007

Menyetujui, Pembimbing,

TATIK ROHMAWATI. S.IP. NIP. 4127.3531.007

Bandung, November 2010

Mahasiswa,

MARIO ROBIANDI NIM. 41707007

Disahkan Oleh,

Instansi Tempat KKL An. Kepala Dinas Tata Ruang Permukiman dan Kebersihan

Kabupaten Subang

Drs.R.A. Rahmat Effendi NIP. 19570406 198106 1 001

Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP UNIKOM

Nia Karniawati, S.IP.,M.Si NIP. 4127.3531.002


(66)

(67)

1. IDENTITAS DIRI

Nama : Mario Robiandi

Tempat, Tanggal Lahir : Subang, 13 Desember 1989 Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat Lengkap : Jl. Anggur xiv no 47 rt/rw 37/12 Perumnas Subang

Nama Ayah : Wawan Riswandi

Pekerjaan Ayah : BUMD

Nama Ibu : Belly Marliah

Pekerjaan Ibu : BUMD

Alamat Lengkap Orang Tua : Jln. Anggur xiv no 47 rt/rw 37/12 Perumnas Subang

Hobby : Olahraga

2. PENDIDIKAN FORMAL

2.1 SD Negeri Mongonsidi : 1996 - 2001 2.2 SMP Negeri 2 Subang : 2001 – 2004 2.3 SMA Negeri 3 Subang : 2004 – 2007

2.4 Sedang melanjutkan Studi (S1) Jurusan Ilmu Pemerintahan Unikom

Bandung, November 2010


(1)

vi

Kebersihan Kabupaten Subang …... 4.2.1 Pengertian Program... 4.2.2 Pengertian Desa ... 4.2.3 Pengertian Mandiri ... 4.2.4 Pengertian Gotong Royong ... 4.2.5 Pengertian Program Desa Gotong Royong .. 4.3 Sarana dan Prasarana Di Bidang Kabupaten Subang Dalam Pelaksanaan Program Desa Mandiri Gotong Royong……… 4.3.1 TPA (Tempat Pembuangan Akhir) ... 4.3.2 IPLT (Instalasi Pengolah Lumpur Tinja) ... 4.3.3 Kendaraan Angkutan Sampah ... 4.4 Alat Komposer ………. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 5.2 Saran ...

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP PENULIS

46 46 47 47 47 48 49 50 51 52 53 55 56


(2)

58

DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku:

Faisal, Sanafiah. (1999).Format-Format Penelitian Sosial.Bandung:PT. Remaja Rosdakarya.

Handayaningrat, Suwarno. (1985). Administrasi Pemerintahan Dalam PembangunanNasional. Jakarta: PT.Gunung Agung.

Hasan, Erliana. (2004). Komunikasi Antar Pemerintahan. Jakarta:Mandala Saru.

Hasibuan, S.P. Malayu. (1996). Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta:PT. Toha Gunung Agung.

Harsono, Hanifah. (2002). Implementasi Kebijakan dan Politik. Yogyakart:RhinhekaRasa.

Jusuf, Abadi Amir. (1999). Auditing Suatu Pendekatan Terpadu. Jakarta:Salemba Empat.

Kertodipuro, Sarwoto. (1985). Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen. Jakarta:Ghalia Indonesia.

Kountur, Ronny. (2004).Metode Penelitian. Jakarta:PPM.

Kurniawan, Agung. (2005). Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta:PEMBARUAN.

Martadisastra, Ukasah. (2002). Azas-Azas Manajemen Konsep dan Aplikasinya. Bandung:Dinamika.

Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Nazir, Moh.(1998).Metode Penelitian Sosial. Jakarta:PT Bina Aksara.

Siagian, Sondang. (2008). Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.


(3)

59

Sirait, Alfonsus. (1991).Manajemen. Jakarta:Erlangga.

Steers, Richard M. (1985).Efektivitas Organisasi.Jakarta:Erlangga.

Sugiyono. (2005).Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:Alfabeta.

_______. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sugiyanto. (1992). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta:PT. Mandiri Pustaka.

Supriyono. (2000).Sistem Pengendalian Manajemen. Jakarta:Erlangga.

Susanto, Astrid S. (1975).Pendapat Umum. Bandung: Bina Cipta.

Suyatno, Bagong. (2005). Metode Penelitian Sosial:Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta:Prenada Media.

Usman, Nurdin. (2002). Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Yogyakarta:Bintang Pustaka.

Wahab, Sholichin Abdul. (2001). Analisis Kebijakan Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan Negara.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Dokumen-dokumen:

Kepres Nomor 166 Tahun 2000 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintahan Non Departemen.

Perda Nomor 3 Tahun 2001 tentang Organisasi Pemerintahan DaerahKabupaten Subang

Undang-Undang Nomor. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.


(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : EFEKTIVITAS PROGRAM MANDIRI GOTONG

ROYONG DI BIDANG KEBERSIHAN

KABUPATEN SUBANG

Nama : MARIO ROBIANDI

NIM : 41707007

Menyetujui, Pembimbing,

TATIK ROHMAWATI. S.IP. NIP. 4127.3531.007

Bandung, November 2010

Mahasiswa,

MARIO ROBIANDI NIM. 41707007

Disahkan Oleh,

Instansi Tempat KKL An. Kepala Dinas Tata Ruang Permukiman dan Kebersihan

Kabupaten Subang

Drs.R.A. Rahmat Effendi NIP. 19570406 198106 1 001

Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP UNIKOM

Nia Karniawati, S.IP.,M.Si NIP. 4127.3531.002


(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

1. IDENTITAS DIRI

Nama : Mario Robiandi

Tempat, Tanggal Lahir : Subang, 13 Desember 1989

Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat Lengkap : Jl. Anggur xiv no 47 rt/rw 37/12 Perumnas Subang

Nama Ayah : Wawan Riswandi

Pekerjaan Ayah : BUMD

Nama Ibu : Belly Marliah

Pekerjaan Ibu : BUMD

Alamat Lengkap Orang Tua : Jln. Anggur xiv no 47 rt/rw 37/12 Perumnas Subang

Hobby : Olahraga

2. PENDIDIKAN FORMAL

2.1 SD Negeri Mongonsidi : 1996 - 2001 2.2 SMP Negeri 2 Subang : 2001 – 2004 2.3 SMA Negeri 3 Subang : 2004 – 2007

2.4 Sedang melanjutkan Studi (S1) Jurusan Ilmu Pemerintahan Unikom

Bandung, November 2010