Tingkat Keberhasilan Okulasi Bibit Ubi Kayu Mukibat Terhadap Pemberian Zat Pengatur Tumbuh Dan Komposisi Media Tanam

Lampiran 2 : Bagan Penelitian
50 cm

50 cm
P3M2
30 cm

P0M3

P0M1
10 cm

P1M1

P3M2

P0M3

U

50 cm

P0M2

P0M2

P1M1

P3M1

P1M1

P1M2

P1M2

P0M1

P2M2

P2M1


P2M2

P0M2

P0M1

P3M3

P2M3

P3M3

P1M3

P3M3

P2M2

P3M1


P3M1

P2M3

P2M1

P2M1

P0M3

P1M2

P1M3

P1M3

P2M3

Blok I


Blok II

30 cm

X

X

X

X

30 cm

P3M2
Blok III

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 3. Waktu penelitian

No

Kegiatan

1.
2.
3.

Persiapan Lahan
Persiapan Bibit
Pembuatan Ekstrak
Bawang Merah
Persiapan Peyambungan
Aplikasi Perlakuan
Penanaman
Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman
Penyiangan
Pengendalian Hama dan
Penyakit

Pengamatan Parameter
Persentase Bertunas (%)
Kecepatan Bertunas (hari)
Panjang Tunas(cm)
Diameter Tunas (mm)
Jumlah Daun (helai)
Panjang Akar(cm)
Jumlah Umbi (umbi)
Bobot basah akar (gr)
Bobot kering akar (gr)

4.
5.
6.

7.

1
x
x


2

3

Minggu
4
5

6

7

8

x
x
x
X
Disesuaikan Dengan Kondisi Lapangan

Disesuaikan Dengan Kondisi Lapangan
Disesuaikan Dengan Kondisi Lapangan

x
x
x
x
x

x
x
x
x
x

X
X
X
X
X


x
x
x
x
x

x
x
x
x
x

x
x
x
x
x
x
x

x
x

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA
Ashari ,S.2006. Hortikultura Aspek Budidaya.UI Press. Jakarta.
Alves, A,A,C. 2002. Cassava Botany and Fisiology. Crus das Almas, Bahia,
Brazil.
Asnawi, R dan Arief, R.,W. 2008. Teknologi Budidaya Ubi Kayu.Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Teknoogi Pertanian. Bogor.
Badan Pusat Statistik. 2014. Produksi Tanaman Pangan. Sumatera Utara
Bangun, M.K. 1991.Rancangan Percoban Bagian I.Bagian Biometri, Fakultas
Pertanian , Universitas Sumatera Utara. Medan.
Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. 2010. Bertanam
Ubi Kayu Sistem Sambung (MUKIBAT) Antara Batang Atas Ketela
Karet dan Ubi Kayu. Malang.
Barus, T. 2003. Peranan Batang Bawah Terhadap Batang Atas Pada
Penyambungan Tanaman Buah-Muahan.Makalah Pribadi Program Pasca
Sarjana Institut Pertanian Bogor. http://www.lablink.or.id/Env/Agro/agrsejarah.htm. Diakses 11 Januari 2016.

Dewi,A,I,R. 2008. Peranan dan Fungsi Fitohormon Bagi Pertumbuhan Tanaman.
Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran. Bandung.
E-book Pangan. 2006. Khasiat dan Pengolahan Bawang (Teori Dan Praktek).
Diakses Pada Tanggal 11 Januari 2016.
Hartmann, H,T dan Kester D,E. 1983. Plant Propagation Principle and Practice.
Fourth edition. New Jersey. Pentice Hall. Inc. Englewood.
Hartmann HT, Kester DE, Davies FT, Geneve RL. 1997. Plant Propagation
Principle and Practice. Sixth edition. New Jersey. Pentice Hall. Inc.
Englewood.
Hendrayono, D.P.S. dan A. Wijayani.1994. Teknik Kultur Jaringan. Kanisius.
Yogyakarta.
Lakitan, B. 1995. Holtikultura : Teori, Budidaya dan Pasca Panenl. PT Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Marfirani, M. 2014. Pengaruh Pemberian Berbagai Konsentrasi Filtrat Umbi
Bawang Merah dan Rootone-F Terhadap Pertumbuhan Stek Melati “Rato
Ebu”. Lentera Bio 3 (1) : 73–76.

Universitas Sumatera Utara

Marpaung, A,E dan Hutabarat, R,C. 2015.Respons Jenis Perangsang Tumbuh
Berbahan Alami dan AsalSetek Batang Terhadap Pertumbuhan Bibit Tin
(Ficus carica L.). Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung. J. Hort 25
(1) : 37-43
Ningsih, E.M.N, Nugroho, Y.A dan Trianitasari. 2010, Pertumbuhan setek nilam
(Pogostemon cablin Benth.) Pada Berbagai Komposisi Media Tumbuh
dan Dosis Penyiraman limbah Air Kelapa. Agrika, vol. 4 (1). 37-47.
Nugroho, W. H. Utomo and B. Guritno.1985. Comparison Between Yield Of
Mukibat And Ordinary Cassava At Five Densities. Agrivita. Desember,
No.2 (6): 1-11.
Nyakpa, M. Y., A.M. Lubis., M.A. Pulung, A.G. Amraha, A.Munawar, G.B.
Hong, dan N. Hakim. 1986. Kesuburan Tanah. Penerbit Universitas
Lampung . 258 hlm.
Prastowo N. dan J. M. Roshetko. 2006. Tehnik Pembibitan dan Perbanyakan
Vegetatif
Tanaman
Buah
World
Agroforestry
Centre./www.worldagroforestrycentre.org/SEA/Publications/Files/book/
BK0094-06/BK 0094-06-1.PDF. Diakses 11 Januari 2016.
Prihmantoro, H, 1997. Memupuk Tanaman Buah. Penebar Swadaya. Jakarta.
Pujiharti, Y. 1998. Respon Pertumbuhan Setek Cabang Buah Tanaman Lada
(Piper ningrum L.) yang Berasal Dari Berbagai Ketinggian Pada
Tanaman Induk Terhadap Berbagai Media Tanam. Jurnal Agrotropika
Vol 3(2) : 29—33
Purwanto,E. 2008. Kajian Macam Media Tanam dan Konsentrasi IBA Terhadap
Pertumbuhan Stek Jarak Pagar (jatropha curcas L.).Program Pasca
Sarjana Agronomi Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Radjid, S.B., Prasetiawati.,dan M. Ginting. 2010. Potensi Peningkatan Hasil Ubi
kayu melalui Stek Sambung (Mukibat). Balai Penelitian Tanaman
Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Malang.
Radjid,S.B., Prasetiawati,N. 2011. Potensi Hasil Umbi Dan Kadar Pati Pada
BeberapaVarietas UbikayuDengan Sistim Sambung (Mukibat). Balai
Penelitian Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. Malang. Buana Sains
Vol 11 (1). 35-44
Roja, A. 2009. Ubi kayu Varietas dan Teknologi Budidaya. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Sumatera Barat. Padang.
Rubatzky,V. E., dan Yamaguchi,M. 1998. Sayuran Dunia; Prinsip, Produksi dan
Gizi. ITB Bandung. Bandung.

Universitas Sumatera Utara

Rukmana, R. 1997. Ubi Kayu. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Santoso, B,B. 2010 . Auxin. Universitas Mataram. Nusa Tenggara Barat.
Siskawati,E., linda,R., Mukarlina.2013. Pertumbuhan Stek Batang Jarak Pagar
(Jatropha curcas L.) dengan Perendaman Larutan Bawang dan IBA
(Indol Butyric Acid). Program Studi Biologi Fakultas MIPA, Universitas
Tanjungpura. Pontianak jurnal protobiont Vol 2 (3 ): 167-170.
Siswanto, Usma. 2010. Penggunaan Auksin dan Sitokinin Alami Pada
Pertumbuhan Bibit Lada Panjang (Piper retrofractum vah L.). Jurnal
Tumbuhan Obat Indonesia V o l ( 3) (2 ).
Sugiatno dan Hamim,H. 2009. Pengaruh Komposisi Media Pembibitan dan Dosis
Pupuk Npk Pada Pertumbuhan Bibit Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.)
Dengan Penyambungan. Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Lampung. Lampung.Jurnal Agrotropika 14 (2):48
Sundari,T. 2010. Petunjuk Teknis Pengenalan Varietas Unggul dan Teknik
Budidaya Ubi Kayu (Materi Pelatihan Agribisnis Bagi Kmph). Balai
Penelitian Kacang Kacangan dan Umbi Umbian. Malang.
Suwandi. 2000. Petunjuk Teknis Perbanyakan Tanaman Dengan Cara Sambungan
(Grafting). Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanama
Hutan .Yogyakarta.
Taiz and Zeiger. 1998. Plant Physiology. Sinauer Associates Inc., Publisher.
Sunderland. Massachusett.
Ulfa, F. 2013. Peran Senyawa Bioaktif Tanaman Sebagai Zat Pengatur Dalam
Memacu Produksi Umbi Mini Kentang (Solanum tuberosum L.) pada
System Budidaya Aeroponik. Disertasi. Program Studi Ilmu Pertanian.
Universitas Hasanuddin.
Wudianto, R.. 2002. Membuat Setek, Cangkok dan Okulasi. P.T. Penebar
Swadaya .Jakarta.
Young, J, W,H. Ge, L. Ng, Y,F and Tan, N. 2009. The Chemical Composition and
Biological Properties of Coconut (cocos nucifera L.) Water. Natural
Sciences and Sciences Education Group Nanyang Teknological
University. Singapore.

Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Percobaan
Penelitian ini dilaksanakan di rumah kasa lahan pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 25 m di atas permukaan laut pada
bulan Februari sampai dengan April 2016.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ubi kayu gajah sebagai
batang bawah, ubi karet sebagai batang atas yang diambil pada lokasi yang sama,
air kelapa, ekstrak bawang merah, IAA sebagai bahan perlakuan, plastik bening
sebagai pembalut sambungan, polybag ukuran 20 cm x 40 cm sebagai wadah
media tanam, air steril sebagai campuran larutan perlakuan, top soil sebagai media
tanam, sekam sebagai media tanam, pupuk kandang kambing sebagai media
tanam, label sebagai penanda perlakuan pada media tanam serta bahan pendukung
lainnya.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau untuk memotong
bahan tanam dan mengambil entres pada batang atas, cangkul sebagai pengolah
media tanam, timbangan untuk menimbang media tanam, penggaris untuk
mengukur panjang bahan tanam dan mengukur panjang tunas, kalkulator
membantu dalam analisis data, hand sprayer alat untuk mengaplikasikan
perlakuan ZPT, beaker glass untuk mengukur konsentrasi ZPT sesuai perlakuan,
timbangan analitik untuk menimbang bobot basah dan kering akar, oven untuk
mengovenkan akar, kamera sebagai alat dokumentasi, alat tulis, meteran, plank
penelitian dan alat pendukung lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial.
Faktor pertama sumber zat pengatur tumbuh dengan 4 taraf perlakuan :
P0

: Tanpa ZPT ( Kontrol )

P1

: Air kelapa konsentrasi 50 %

P2

: Ekstrak bawang merah konsentrasi 100 %

P3

: IAA 0,05 % (500 ppm)

Faktor kedua komposisi media tanam dengan 3 taraf perlakuan :
M 1 Pukan kambing : Top soil : Sekam

: 3:1:1

M 2 Pukan kambing : Top soil : Sekam

: 2:1:2

M 3 Pukan kambing : Top soil : Sekam

: 1:1:1

Sehingga didapat 12 kombinasi
P0M1

P1M1

P2M1

P3M1

P0M2

P1M2

P2M2

P3M2

P0M3

P1M3

P2M3

P3M3

Jumlah unit percobaan

: 36 unit

Jumlah tanamn per unit perlakuan

: 4 tanaman

Jumlah ulangan

: 3 ulangan

Jumlah Sampel

: 4 tanaman

Jumlah tanaman seluruhnya

: 144 Tanaman

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam
berdasarkan model linear sebagai berikut
���� = � + �� + �� + �� + (��)�� + ɛ
; i=1, 2, 3 j = 1 , 2, 3,4 k =1,2,3

���

Universitas Sumatera Utara

Dimana
����

= Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat perlakuan ZPT pada taraf



= Nilai tengah.

��

��

ke-j, dan perlakuan komposisi media tanam pada taraf ke-k

= Pengaruh blok taraf ke-i
= Pengaruh dari perlakuan komposisi media tanam pada taraf ke-j.

��

= Pengaruh dari perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh pada taraf

(��)��

= Pengaruh interkasi antara perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh

ɛ���

= Pengaruh sisa blok ke-i pada perlakuan zat pengatur tumbuh taraf ke-j

ke-k.

pada taraf ke-j dan perlakuan komposisi media tanam pada taraf ke-k

dan perlakuan komposisi media tanam pada taraf ke-k.
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis menggunakan

analisis sidik ragam pada taraf 5 %. Jika terdapat pengaruh nyata maka
dilanjutkan dengan melakuakn uji jarak berganda Duncan dengan taraf 5 %
(Bangun, 1991).

Universitas Sumatera Utara

PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan
Lahan yang akan digunakan dibersihkan dari gulma dan tumbuhan liar
serta bongkahan-bongkahan batu maupun kayu yang mengganggu. Setelah
dibersihkan, lahan diukur dengan ukuran panjang x lebar : 12 m x 4 m.
Persiapan Bibit
Disiapkan batang atas ubi karet dan batang bawah ubi kayu gajah yang
akan diokulasi, dimana bahan tanam tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua
berumur 6-8 bulan . Bahan untuk bibit yang sudah dipersiapkan diletakkan di
tempat teduh agar getahnya tidak mengering.
Pembuatan Ekstrak Bawang Merah
Disiapkan umbi bawang merah 250g yang dibeli di pasar sore padang
bulan kemudian

dihaluskan dengan juiser/blender dan disaring. Hasil dari

saringan ini merupakan ekstrak bawang merah dengan konsentrasi 100% yang
merupakan salah satu taraf perlakuan.
Persiapan Okulasi
Langkah-langkah dalam pelaksanan okulasi yaitu sebagai berikut :
Menyiapkan batang bawah dan batang atas yang memenuh persyaratan seperti
yang dikemukakan di atas. Batang bawah dibersihkan terlebih dahulu dengan kain
sampai bersih agar debu dan kotoran yang menempel hilang. Memotong mata
tunas dalam bentuk tameng yang diambil dari batang atas ubi karet. Irisan yang
telah diambil dikelupas kulit kayunya secara hati-hati mengikuti arah batang.
Penyayatan yang benar akan meninggalkan bintil di kulit kayu, Menempelkan
mata tunas pada batang bawah yang telah dikelupas kulitnya sesuai ukuran mata

Universitas Sumatera Utara

tunas. Tahap ini harus dilakukan dengan hati-hati dan diusahakan tidak ada
kotoran yang menempel dikambium, karena pokok keberhasilan dalam okulasi
adalah pada saat menyisipkan mata tunas. Pertautan mata tunas dan batang bawah
tadi diikat rapat-rapat dengan plastik lilin yang arah lilitannya dari bawah ke atas.
Ini untuk mencegah air masuk ke dalam mata tunas yang dapat menyebabkan
mata tunas busuk.
Aplikasi Perlakuan
Setelah batang bawah dan mata tunas disatukan dengan menggunakan
plastik bening yang telah di bentuk menyerupai tali rafia, zat pengatur tumbuh
disemprotkan pada bagian batang bawah dan bagaian mata tunas sesuai dengan
konsentrasi perlakuan yang telah ditentukan.
Persiapan Media Tanam
Media tanam yang diguanakan yaitu sesuai perlakuan pupuk kandang
kambing, topsoil dan sekam padi dengan 3 taraf perlakuan : 3:1:1 (M 1), 2:1:2
(M2), 1:1:3 (M3). Media yang telah disediakan diayak terlebih dahulu dan
dilakuakn penghomogenan yaitu dengan cara mengaduk media tanam secara
merata dengan menggunakan cangkul. Polybag yang digunakan ialah polybag
dengan ukuran 20 cm x 40 cm, setelah pencampuran selesai maka media tanam
dimasukkan kedalam polybag yang telah disediakan.
Penanaman
Setelah proses penempelan atau okulasi selesai maka bibit siap ditanam
pada media tanam yang telah disiapkan. Teknik penanaman yang dilakakan ialah
dengan cara menancapkan batang bawah pada media tanam dengan kedalaman 5
cm dan diberi sungkup agar mejaga kelembaban udara didalam tanaman dan

Universitas Sumatera Utara

mencegah proses transpirasi yang berlebihan. Proses penyungkupan dilakukan
selama satu minggu setelah penanaman di media tanam.
Pemeliharaan
Pemeliharaan

tanaman

terdiri

dari

penyiraman,

penyiangan

dan

pengendalian hama penyakit.
Penyiraman
Penyiraman pada tanaman dilakuan setiap hari yaitu pagi dan sore sesuai
kondisi dilapangan, penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor dan
diharapkan tanah pada media tidak terlalu basah.
Penyiangan
Penyiangan

dilakukan

untuk

mengendalikan

gulma

sekaligus

menggemburkan tanah, tumbuhan pengganggu perlu dikendalikan agar tidak
menjadi persaingan antar tanaman dalam hal penyerapan unsur hara serta untuk
mencegah serangan hama dan penyakit. Penyiangan dilakukan secara manual
dengan menggunakan tangan agar sistem perakaran tidak terganggu.
Pengamatan Parameter
Pengamatan dilakukan untuk mendapatkan data hasil penelitian. Para
meter yang akan diamati dalam penelitian ini adalah:
Persentase Keberhasilan (%)
Persentase keberhasilan dihitung berdasarkan jumlah tanaman yang
tumbuh atau bertunas selama masa pengamatan 6 MST. Perhitungan persentase
bertunas yaitu dengan cara menghitung jumlah tanaman yang bertunas dibagi
dengan jumlah tanaman yang tidak tumbuh dikali 100%
Persentase bertunas =

jumlah tanaman yang bertunas
jumalah tanaman seluruhnya

X 100 %

Universitas Sumatera Utara

Kecepatan Bertunas (hari)
Kecepatan bertunas dihitung dengan menghitung jumlah hari yang
diperlukan

untuk

munculnya

tunas.

Perhitungan

kecepatan

bertunas

menggunakan formulsi sutopo (2012) sebagi berikut :
�1�1+�2�2+⋯+����

Rata-Rata Hari ����� ℎ �����
Ket:

���� ℎ ���������� ℎ

N : Jumlah tanaman yang bertunas pada satu waktu tertentu
T : Jumlah waktu antara awal pengujian sampai dengan akhir dan
interval tertentu suatu pengamatan

Tinggi Tunas (cm)
Tinggi

tunas diukur dengan cara mengukur tunas yang muncul dari

pangkal tunas sampai ujung titik tumbuh dengan menggunakan penggaris atau
meteran. Pengukuran dimulai pada 2 MST sampai dengan 6 MST.
Diameter Tunas (mm)
Diameter tunas diukur dengan cara pada bagian tunas yang muncul yang
telah diberi tanda kemudian diukur menggunakan jangka sorong digital,
pengukuran dimulai pada 2 MST sampai dengan 6 MST.
Jumlah Daun (helai)
Dihitung jumlah daun dari tanaman yang mengeluarkan daun secara
terbuka sempurna, pengambilan data dimulai pada 2 MST sampai dengan 6 MST.
Jumlah Umbi (umbi)
Jumlah umbi yang keluar diukur pada akhir penelitian berlangsung dengan
cara membongkar media tanam pada polybag dan diamati serta dihitung umbi
yang telah terbentuk.

Universitas Sumatera Utara

Bobot Basah Akar (g)
Bobot basah akar didapat dengan cara mengambil semua bagian perakaran
tanaman lalu dibersihkan dari kotoran dan ditiriskan kemudian ditimbang
menggunakan timbangan analitic
Bobot kering Akar (g)
Bobot kering akar didapat dengan cara mengambil semua perakaran
tanaman yang telah dikering anginkan kemuaidan akar diovenken dengan suhu
60-800 C selama 48 jam sampai diperoleh berat konstan.
Volume Akar (ml)
Volume akar dihitung dengan terlebih dahulu mengeluarkan tanaman dari
polybag dengan cara merobek polybag dan membersihkan perakaran tanaman dari
sisa-sisa media tanam secara perlahan dengan menggunakan air mengalir, lalu
memotong bagian akar tanaman kemudian dimasukkan kedalam gelas ukur yang
berisi air. Volume akar merupakan selisih volume air setelah akar dimasukkan
dengan volume air sebelum akar dimasukkan. Pengambilan data dilakukan pada
akhir penelitian pada dua sampel destruktif disetiap perlakuan.
Volume akar (ml) = Volume2 (ml) – Volume1 (ml)
dengan :
volume1 : volume sebelum akar dimasukkan kedalam air
Volume2 : volume setelah akar dimasukkan kedalam air.

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan data pengamatan dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 1,
2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22 dan 23)
menunjukkan bahwa respon perlakuan pemberian ZPT berpengaruh nyata
terhadap parameter kecepatan bertunas. Pemberian komposisi media tanam
berpengaruh nyata terhadap parameter kecepatan bertunas dan tinggi tunas .
Interaksi antara perlakuan ZPT dan komposisi media tanam berpengaruh nyata
terhadap parameter persentase keberhasilan, diameter tunas dan jumlah daun.
Persentase Keberhasilan (%)
Data pengamatan dan hasil sidik ragam umur 6 MST dapat dilihat pada
(Lampiran 4.) menunjukkan bahwa perlakuan ZPT dan komposisi media tanam
tidak berpengaruh nyata namun interaksi keduanya bepengaruh nyata terhadap
persentase keberhasilan.
Persentaase keberhasilan okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian
ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Persentase keberhasilan okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian
ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda sampai umur 6 MST
Komposisi Media Tanam
(Pukan Kambing : Top Soil : Sekam)
Rataan
Zat Pengatur Tumbuh
3:1:1
2:1:2
1:1:1
(M1)
(M2)
(M3)
......................................(%)......................................
Kontrol (P0)
92 ab
58 b
100 a
83
Air Kelapa 50% (P1)
100 a
92 ab
100 a
97
Bawang Merah 100% (P2)
100 a
92 ab
83 ab
92
IAA 0,05% (P3)
92 ab
100 a
100 a
97
Rataan
96
85
96
92
Keterangan: angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda adalah berbeda nyata
berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Universitas Sumatera Utara

Dari Tabel 1. di atas menunjukkan bahwa persentase okulasi ubi kayu
mukibat dengan pemberian ZPT perlakuan air kelapa 50% (P1) dan IAA 0,05%
(P3)

yang terbaik

den gan rataan 97% yang berbeda tidak nyata dengan

perlakuan lainnya tanpa pemberian ZPT (P0) dengan rataan 83% dan ekstrak
bawang merah (P2) rataan 92%. Sedangkan pemberian komposisi media tanam
dengan perlakuan Pukan Kambing : Top Soil : Sekam 3:1:1 (M1) dan Pukan
Kambing : Top Soil : Sekam 1:1:1 (M3) yang terbaik dengan rataan 96% yang
berbeda tidak nyata dengan perlakuan Kambing : Top Soil : Sekam 2:1:2 (M2)
rataan 85% . Namun interaksi dari keduanya berpengaruh nyata.
Kecepatan Bertunas (hari)
Data pengamatan dan hasil sidik ragam umur 6 MST dapat dilihat pada
(Lampiran 5.) menunjukkan bahwa perlakuan ZPT dan komposisi media tanam
berpengaruh nyata terhadap kecepatan bertunas sedangkan interaksi keduanya
berbeda tidak nyata terhadap kecepatan bertunas.
Kecepatan bertunas okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan
komposisi media tanam yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kecepatan bertunas okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT
dan komposisi media tanam yang berbeda sampai umur 6 MST
Komposisi Media Tanam
(Pukan Kambing : Top Soil : Sekam)
Rataan
Zat Pengatur Tumbuh
3:1:1
2:1:2
1:1:1
(M1)
(M2)
(M3)
................................... (hari)..................................
Kontrol (P0)
12,83
9,25
14,50
12,19 a
Air Kelapa 50% (P1)
9,17
8,75
11,08
9,67 b
Bawang Merah 100% (P2)
12,92
10,50
10,83
11,42 ab
IAA 0,05% (P3)
9,75
10,92
11,92
10,86 ab
Rataan
11,17 ab
9,85 b
12,08 a
11,03
Keterangan: angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda adalah berbeda nyata
berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Universitas Sumatera Utara

Dari Tabel 2. di atas menunjukkan bahwa kecepatan bertunas okulasi ubi
kayu mukibat dengan pemberian ZPT pada perlakuan air kelapa 50% (P1) yang
tercepat dengan rataan 9,67 hari yang berbeda nyata dengan perlakuan tanpa
pemberian ZPT (P0) dengan rataan 12,19 hari, ekstrak bawang merah (P2) rataan
11,42 hari dan IAA 0,05% (P3) dengan rataan 10,86 hari. Sedangkan pemberian
komposisi media tanam dengan perlakuan pukan kambing : top soil : sekam 2:1:2
(M2) yang tercepat dengan rataan 9,85 hari diikuti pemberian pukan kambing top
soil : sekam 3:1:1 (M1) rataan 11,17 hari dan pemberian pukan kambing : top
soil : sekam 1:1:1 (M3) yang terlama dengan rataaan 12,08 hari. Namun interaksi
dari keduanya tidak berpengaruh nyata .
Tinggi Tunas (cm)
Data pengamatan dan hasil sidik ragam tinggi tunas pada 6 MST terlihat
pada (Lampiran 10.) menunjukkan bahwa perlakuan komposisi media tanam
berpengaruh nyata terhadap tinggi tunas namun pemberian ZPT serta interaksi
keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tunas.
Tinggi tunas okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan
komposisi media tanam yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Tinggi tunas okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan
komposisi media tanam yang berbeda pada umur 6 MST
Komposisi Media Tanam
(Pukan Kambing : Top Soil : Sekam) Rataan
Zat Pengatur Tumbuh
3:1:1
2:1:2
1:1:1
(M1)
(M2)
(M3)
....................................(cm).....................................
Kontrol (P0)
51,25
30,92
48,33
43,50
Air Kelapa 50% (P1)
51,42
46,08
48,25
48,58
Bawang Merah 100% (P2)
54,17
37,17
39,08
43,47
IAA 0,05% (P3)
48,08
51,42
50,42
49,97
Rataan
51,23 a
41,40 b
46,52 ab
46,38

Universitas Sumatera Utara

Keterangan: angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda adalah berbeda nyata
berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.
Dari Tabel 3. di atas menunjukkan bahwa tinggi tunas okulasi ubi kayu
mukibat dengan pemberian IAA 0,05% (P3) merupakan yang tertinggi dengan
rataan 49,97 cm diikuti oleh pemberian air kelapa 50% (P1) dengan rataan tinggi
tunas 48,58 cm, tanpa ZPT (P0) dengan rataan 43,50 cm dan ekstrak bawang
merah (P2) rataan 43,47 cm. Sedangkan pemberian komposisi media tanam
dengan perlakuan pemberian pukan kambing : top soil : sekam 3:1:1 (M1) yang
tertinggi dengan rataan 51,23 cm yang berbeda nyata dengan perlakuan komposisi
media tanam dengan perlakuan pemberian pukan kambing : top soil : sekam
1:1:1 (M3) rataan 46,52 cm dan komposisi media tanam dengan perlakuan
pemberian pukan kambing : top soil : sekam 2:1:2 (M2) rataan 41,40 cm serta
interaksi dari keduanya berpengaruh tidak nyata.
Diameter Tunas (mm)
Data pengamatan dari hasil sidik ragam diameter tunas pada 6 MST dapat
dilihat pada (Lampiran 20.) Dari hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan
pemberian zat pengatur tumbuh dan komposisi media tanam berpengaruh tidak
nyata namun interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap diameter tunas
okulasi ubi kayu mukibat.
Diameter tunas okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan
komposisi media tanam yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 4.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4. Diameter tunas okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan
komposisi media tanam yang berbeda pada umur 6 MST
Komposisi Media Tanam
(Pukan Kambing : Top Soil : Sekam)
Zat Pengatur Tumbuh
Rataan
3:1:1
2:1:2
1:1:1
(M1)
(M2)
(M3)
........................................(mm)...............................
Kontrol (P0)
8,95 a
5,87 b
8,74 a
7,85
Air Kelapa 50% (P1)
8,66 a
8,32 a
8,72 a
8,56
Bawang Merah 100% (P2)
9,50 a
9,48 a
7,61 ab
8,86
IAA 0,05% (P3)
7,40 ab
8,90 a
8,19 a
8,16
Rataan
8,63
8,14
8,32
8,36
Keterangan: angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda adalah berbeda nyata
berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.
Dari Tabel 4. di atas menunjukkan bahwa diameter tunas okulasi ubi kayu
mukibat dengan pemberian ZPT pada perlakuan ekstrak bawang merah 100% (P2)
yang terbaik dengan rataan 8,86 mm yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan
tanpa pemberian ZPT (P0) dengan rataan 7,85 mm, air kelapa 50% (P1) rataan
8,86 mm dan IAA 0,05% (P3) rataan 8,16 mm. Sedangkan pemberian komposisi
media tanam dengan perlakuan pemberian pukan kambing : top soil : sekam 3:1:1
(M1) yang terbaik dengan rataan 8,63 mm yang berbeda tidak nyata dengan
perlakuan komposisi media tanam pemberian pukan kambing : top soil : sekam
2:1:2 (M2) rataan 8,14 mm dan komposisi media tanam pemberian

pukan

kambing : top soil : sekam 1:1:1 (M3) dengan rataan 8,32 mm, serta interaksi dari
keduanya berpengaruh nyata.
Jumlah Daun (helai)
Data pengamatan dan hasil sidik ragam jumlah daun pada 6 MST dapat
dilihat pada (Lampiran 15.) yang menunjukkan bahwa perlakuan pemberian ZPT
dan komposisi media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun namun

Universitas Sumatera Utara

interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap jumlah daun okulasi ubi kayu
mukibat.
Jumlah daun okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan
komposisi media tanam yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah daun okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan
komposisi media tanam yang berbeda pada 6 MST
Komposisi Media Tanam
(Pukan Kambing : Top Soil : Sekam)
Zat Pengatur Tumbuh
Rataan
3:1:1
2:1:2
1:1:1
(M1)
(M2)
(M3)
.....................................(helai)....................................
Kontrol (P0)
12,83 a
7,75 b
11,67 a
10,75
Air Kelapa 50% (P1)
13,00 a
11,58 a
11,50 a
12,03
Bawang Merah 100% (P2)
13,33 a
10,83 ab
10,08 ab
11,42
IAA 0,05% (P3)
10,58 ab
13,08 a
11,50 a
11,72
Rataan
12,44
10,81
11,19
11,48
Keterangan: angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda adalah berbeda nyata
berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.
Dari Tabel 5. di atas menunjukkan bahwa jumlah daun okulasi ubi kayu
mukibat dengan pemberian ZPT pada perlakuan air kelapa 50% (P1) yang terbaik
dengan rataan 12,03 helai yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan tanpa
pemberian ZPT (P0) rataan 10,75 helai, ekstrak bawang merah 100% (P2)
rataan11,42 helai dan IAA 0,05% (P3) rataan 11,72 helai. Sedangkan pemberian
komposisi media tanam dengan perlakuan pemberian pukan kambing : top soil :
sekam 3:1:1 (M1) yang terbaik dengan rataan 12,44 helai diikuti perlakuan
pemberian pukan kambing : top soil : sekam 2:1:2 (M2) rataan 11,19 helai dan
pemberian pukan kambing : top soil : sekam 1:1:1 (M3) rataan 10,81 helai. Serta
interaksi dari keduanya berpengaruh nyata.

Universitas Sumatera Utara

Jumlah Umbi (umbi)
Data pengamatan dan hasil sidik ragam jumlah umbi pada 6 MST yang
menunjukkan bahwa perlakuan pemberian ZPT dan komposisi media tanam
berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah umbi serta interaksi keduanya
berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah umbi yang keluar pada okulasi ubi kayu
mukibat.
Jumlah umbi yang keluar pada okulasi ubi kayu mukibat dengan
pemberian ZPT dan komposisi media tanam serta interaksinya yang berbeda dapat
dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6.Jumlah umbi yang keluar pada okulasi ubi kayu mukibat dengan
pemberian ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda pada 6 MST
Komposisi Media Tanam
(Pukan Kambing : Top Soil : Sekam)
Zat Pengatur Tumbuh
Rataan
3:1:1
2:1:2
1:1:1
(M1)
(M2)
(M3)
....................................(umbi)...................................
Kontrol (P0)
0,00
0,50
0,33
0,28
Air Kelapa 50% (P1)
0,67
0,67
0,67
0,67
Bawang Merah 100% (P2)
0,33
0,00
0,50
0,28
IAA 0,05% (P3)
0,17
0,33
0,17
0,41
Rataan
0,29
0,38
0,42
0,36

Dari Tabel 6. di atas menunjukkan bahwa jumlah umbi yang keluar pada
okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT pada perlakuan air kelapa 50%
(P1) yang terbaik dengan rataan 0,67 umbi yang berbeda tidak nyata dengan
perlakuan lainnya tanpa pemberian ZPT (P0) dengan rataan 0,28 umbi, ekstrak
bawang merah 100% (P2) rataan 0,28 umbi dan IAA 0,05% (P3) rataan 0,41
umbi. Sedangkan pemberian komposisi media tanam dengan perlakuan pukan
kambing : top soil : sekam 1:1:1 (M3) yang terbaik dengan rataan 0,42 umbi
diikuti perlakuan pukan kambing : top soil : sekam 2:1:2 (M2) dengan rataan

Universitas Sumatera Utara

0,38 umbi dan perlakuan pukan kambing : top soil : sekam 3:1:1 (M1) dengan
rataan 0,29 umbi, serta interaksi dari keduanya berpengaruh tidak nyata.
Bobot Basah Akar (g)
Data pengamatan dan hasil sidik ragam bobot basah akar pad 6 MST dapat
dilihat pada (lampiran 21.) yang menunjukkan bahwa perlakuan pemberian ZPT
dan komposisi media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah akar
serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah akar pada
okulasi ubi kayu mukibat.
Bobot basah akar pada okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT
dan komposisi media tanam yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Bobot basah akar pada okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT
dan komposisi media tanam yang berbeda pada 6 MST
Komposisi Media Tanam
(Pukan Kambing : Top Soil : Sekam
Zat Pengatur Tumbuh
Rataan
3:1:1
2:1:2
1:1:1
(M1)
(M2)
(M3)
..........................................(g)....................................
Kontrol (P0)
15,81
16,56
18,48
16,95
Air Kelapa 50% (P1)
14,25
16,64
25,03
18,64
Bawang Merah 100% (P2)
15,14
17,24
20,01
17,46
IAA 0,05% (P3)
18,97
21,58
15,63
18,73
Rataan
16,04
18,00
19,79
17,94

Dari Tabel 7.di atas menunjukkan bahwa bobot basah akar pada okulasi
ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT pada perlakuan IAA 0,05% (P3) rataan
18,73 g yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan tanpa pemberian ZPT (P0)
rataan 16,95 g, diikuti pemberian air kelapa 50% (P1) dengan rataan 18,64 g
ekstrak bawang merah 100% (P2) rataan 17,46 g. Sedangkan pemberian
komposisi media tanam dengan perlakuan pukan kambing : top soil : sekam 1:1:1
(M3) yang terbaik dengan rataan 19,79 g yang berbeda tidak nyata dengan

Universitas Sumatera Utara

perlakuan pukan kambing : top soil : sekam 3:1:1 (M1) rataan 16,04 g dan
perlakuan pukan kambing : top soil : sekam 2:1:2 (M2) rataan 18,00 g, serta
interaksi dari keduanya berpengaruh tidak nyata.
Bobot Kering Akar (g)
Data pengamatan dan hasil sidik ragam bobot kering akar pada 6 MST
dapat dilihat pada (Lampiran 22.) yang menunjukkan bahwa perlakuan pemberian
ZPT dan komposisi media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering
akar serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar
pada okulasi ubi kayu mukibat.
Bobot kering akar pada okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT
dan komposisi media tanam yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Bobot kering akar pada okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian
ZPT dan komposisi media tanam yang berbeda pada umur 6 MST
Komposisi Media Tanam
(Pukan Kambing : Top Soil : Sekam
Zat Pengatur Tumbuh
Rataan
3:1:1
2:1:2
1:1:1
(M1)
(M2)
(M3)
.....................................(g).........................................
Kontrol (P0)
2,10
2,14
2,63
2,29
Air Kelapa 50% (P1)
1,78
2,21
4,10
2,70
Bawang Merah 100% (P2)
2,24
2,39
2,56
2,40
IAA 0,05% (P3)
2,15
2,19
2,06
2,14
Rataan
2,07
2,23
2,84
2,38

Dari Tabel 8. di atas menunjukkan bahwa Bobot kering akar pada okulasi
ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT pada perlakuan air kelapa 50% (P1)
yang terbaik dengan rataan 2,70 g yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan
lainnya tanpa pemberian ZPT (P0) dengan rataan 2,29 g, ekstrak bawang merah
100% (P2) rataan 2,40 g dan IAA 0,05% (P3) rataan 2,14 g. Sedangkan
pemberian komposisi media tanam dengan perlakuan pukan kambing : top soil :

Universitas Sumatera Utara

sekam 1:1:1 (M3) yang terbaik dengan rataan 2,84 g yang berbeda tidak nyata
dengan perlakuan pukan kambing : top soil : sekam 3:1:1 (M1) rataan 2,07 g dan
perlakuan pukan kambing : top soil : sekam 2:1:2 (M2) dengan rataan 2,84 g, serta
interaksi dari keduanya berpengaruh tidak nyata.
Volume Akar (ml)
Data pengamatan dan hasil sidik ragam volume akardapat dilihat pada
(Lampiran 23), yang menunjukkan bahwa perlakuan pemberian ZPT dan
komposisi media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap volume akar serta
interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap volume akar pada okulasi
ubi kayu mukibat.
Volume akar pada okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan
komposisi media tanam yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Volume akar pada okulasi ubi kayu mukibat dengan pemberian ZPT dan
komposisi media tanam yang berbeda pada umur 6 MST
Komposisi Media Tanam
(Pukan Kambing : Top Soil : Sekam)
Zat Pengatur Tumbuh
Rataan
3:1:1
2:1:2
1:1:1
(M1)
(M2)
(M3)
.....................................(ml)......................................
Kontrol (P0)
17,33
18,67
19,33
18,44
Air Kelapa 50% (P1)
16,33
19,67
27,00
21,00
Bawang Merah 100% (P2)
14,33
23,00
20,67
19,33
IAA 0,05% (P3)
18,33
20,33
16,67
18,44
16,58
20,42
20,92
19,31
Rataan

Dari Tabel 9. di atas menunjukkan bahwa volume akar pada okulasi ubi
kayu mukibat dengan pemberian ZPT pada perlakuan air kelapa 50% (P1) yang
terbaik dengan

rataan 21,00 ml yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan

lainnya tanpa pemberian ZPT (P0) dengan rataan 18,44 ml, ekstrak bawng merah
100% (P2) rataan 19,33 ml dan IAA 0,05% (P3) rataan 18,44 ml. Sedangkan

Universitas Sumatera Utara

pemberian komposisi media tanam dengan perlakuan pukan kambing : top soil :
sekam 1:1:1 (M3) yang terbaik dengan rataan 20,92 ml yang berbeda tidak nyata
dengan perlakuan pemberian pukan kambing : top soil : sekam 3:1:1 (M1) rataan
16,58 ml dan perlakuan pukan kambing : top soil : sekam 2:1:2 (M2) rataan 20,92
ml, serta interaksi dari keduanya berpengaruh tidak nyata.
Pembahasan
Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Tingkat Keberhasilan dan
Pertumbuhan Penyambungan Bibit Ubi Kayu Mukibat
Dari hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa pada okulasi
bibit ubi kayu mukibat dengan pemberian zat pengatur tumbuh berpengaruh nyata
terhadap parameter kecepatan bertunas.
Perlakuan zat pengatur tumbuh berpengaruh nyata terhadap parameter
kecepatan bertunas. Dari analisis data yang diperoleh diketahui bahwa pemberian
air kelapa 50% (P1) merupakan hari bertunas yang tercepat dengan rata-rata hari
bertunas 9,67 hari diikuti pemberian IAA 0,05% (P3) dengan rata-rata 10,86 hari,
ekstrak bawang merah 100% (P2) rata-rata 11,42 hari dan yang terlama tanpa
pemebrian ZPT atau kontrol (P0) hari bertunasnya rata-rata 12,19 hari . Hal ini
dikarenakan pada air kelapa mengandung hormon sitokinin sebesar 5,8 mg/l lebih
tinggi dibanding auksin sebesar 0,07 mg/l (Yong J,W,H et al., 2009 ). Sitokinin
dapat berperan dalam hal diferensiasi sel sehingga dapat mempercepat waktu
munculnya tunas, hal ini didukung oleh pernyataan Maryani & Zamroni (2005)
yang menyatakan bahwa hormon seperti sitokinin yang ada dalam air kelapa
berperan dalam memacu tunas dan telah terbukti pada berbagai jenis tanaman,
sitokinin dapat memacu pembelahan sel dan morfogenesis. Morfogenesis
merupakan proses yang sangat penting dalam pembentukan tunas.

Universitas Sumatera Utara

Pada parameter persentase keberhasilan perlakuan air kelapa 50% (P1)
merupakan yang terbaik dengan tingkat keberhasilan 97% dan yang terendah
tanpa pemberian ZPT (P0) tingkat keberhasilannya 83%, sedangkan ekstrak
bawang merah 100% (P2) tingkat keberhasilannya 92% dan IAA 0,05 % (P3)
tingkat keberhasilannya 91%. Hal ini disebabkan karena pada okulasi ubi kayu
mukibat yaitu penempelan mata tunas batang atas dengan batang bawah
mengalami pelukaan sehingga dengan pemberian zat pengatur tumbuh dapat
membantu dalam proses penutupan luka dan penyatuan kambium antara batang
atas dan batang bawah. Hal ini didukung pernyataan Dewi (2008) yang
menyatakan bahwa zat pengatur tumbuh adalah senyawa-senyawa organik
tanaman yang dalam konsentrasi yang rendah dapat mempengaruhi proses-proses
fisiologis. Proses-proses fisiologis ini terutama tentang proses pertumbuhan,
differensiasi dan perkembangan tanaman. Dan juga pemberian zat pengatur
tumbuh organik maupun sintetis dapat memacu percepatan penutupan luka dan
membantu dalam proses penyatuan kambium yang didorong oleh adanya hormon
auksin, sitokinin maupun asam traumalin yang terkandung didalam ZPT yang
diberikan maupun yang terdapat pada tanaman itu sendiri, hal ini juga didukung
pernyataan Pratama (2004) yang menjelaskan bahwa sitokinin adalah salah satu
zat pengatur tumbuh yang ditemukan pada tanaman seperti pada air kelapa.
Sitokinin berfungsi untuk memacu pembelahan sel,

pembentukan organ dan

mendorong pembelahan (sitokinesis).
Dari hasil analisi statistik pemberian zat pegatur tumbuh tidak
berpengaruh nyata terhadap parameter persentase keberhasilan, diameter tunas,
jumlah daun, tinggi tunas, jumlah umbi, volume akar, bobot segar akar dan bobot

Universitas Sumatera Utara

kering akar. Hal ini dikarenakan pada zat pengatur tumbuh dengan konsentrasi air
kelapa 50%, ekstrak bawang merah 100% dan IAA 0,05% berpengaruh tidak
nyata, hal ini menunjukkan bahwa auksin tidak berpengaruh atau bahakan
menghambat

pertumbuhan

pada

konsentrasi

yang

lebih

tinggi.

Hartmann et al.,(1997) menyebutkan bahwa meskipun auksin berpengaruh
memacu pertumbuhan, juga terdapat pengecualian yang menunjukkan bahwa
auksin bisa tidak berpengaruh bahkan bisa bersifat menghambat pada konsentrasi
yang tinggi.
Konsentrasi dan perlakuan zat pengatur tumbuh organik belum ada yang
tepat untuk okulasi bibit ubi kayu mukibat sehingga hasil serta pertumbuhan
okulasi bibit ubi kayu mukibat kurang baik dan juga diduga bahwa penambahan
hormon tumbuh dari luar tidak mempengaruhi peningkatan keberhasilan okulasi
dikarenakan tanaman secara alami telah mensintesis hormon tumbuh secara
mandiri untuk mengatur pertumbuhannya, karena hormon tumbuh tidak
diperlukan dalam jumlah yang banyak. Sehingga penambahan hormon tumbuh
dari luar tidak mempengaruhi peningkatan keberhasilan okulasi, hal ini didukung
hasil penelitian Rahmat dan Wahap (1993) mengatakan ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam penggunaan ZPT antara lain adalah : Jenis ZPT, dosis/
konsentrasi yang digunakan, waktu pemberian, kondisi

lingkungan, obyek

sasaran ZPT, cara pemberian, jenis ZPT serta bahan tanaman.
Pengaruh Komposisi Media Tanam Terhadap Tingkat Keberhasilan dan
Pertumbuhan Penyambungan Bibit Ubi Kayu Mukibat
Hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa perlakuan
komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter kecepatan bertunas
dan tinggi tunas.

Universitas Sumatera Utara

Perlakuan komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap kecepatan
bertunas. Dari hasil pengamatan kecepatan bertunas diperoleh rataan kecepatan
bertunas bibit okulasi tercepat pada taraf perlakuan pukan kambing : top soil :
sekam : 2:1:2 (M2) yaitu sebesar 9,85 hari dan yang terlama pada taraf perlakuan
perlakuan pukan kambing : top soil : sekam : 1:1:1 (M3) yaitu sebesar 11,92 hari.
Komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter kecepatan
bertunas, hal ini disebabkan karena komposisi media tanam yang porous (gembur)
dan subur (kaya unsur hara) berperan dalam hal perkembangan akar, akar akan
cepat berkembang dan mudah menyerap unsur hara yang terdapat didalam
komposisi media tanam sehingga membantu dalam kecepatan waktu bertunas
bibit ubi kayu mukibat. Hal ini didukung oleh pernyataan Nyakpa at al., (1986)
yang meyatakan bahwa media pembibitan berfungsi sebagai penyedia unsur hara,
penyimpan air yang diserap oleh akar bibit, dan menopang berdirinya bibit. Media
pembibitan yang baik untuk pertumbuhan bibit harus gembur (remah), aerasi baik,
drainase baik, dapat menyimpan air, dan memberi unsur hara.
Data hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian komposisi media
tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tunas pada okulasi bibit ubi kayu
mukibat. Pemberian media tanam pukan kambing : top soil : sekam : 3:1:1 (M1)
merupakan yang tertinggi dengan rata-rata 51,23 cm diikuti perlakuan pukan
kambing : top soil : sekam : 1:1:1 (M3) yaitu sebesar 46,52 cm dan perlakuan
pukan kambing : top soil : sekam: 2:1:2 (M2) yang terendah yaitu 41,40 cm.
Pemberian komposisi media tanam pukan kambing : top soil : sekam 3:1:1
(M1) merupakan media tanam yang terbaik. Pada media tanam (M1) pukan
kambing yang mendominasi dari komposisi media tanam yang diberikan. Media

Universitas Sumatera Utara

tanam pukan kambing dan sekam merupakan bahan organik, dimana bahan ini
sering digunakan sebagai media pembibitan karena mempunyai kriteria sebagai
media pembibitan. Pukan kambing dan sekam padi merupakan bahan organik
yang dapat digunakan sebagai media pembibitan, karena bahan-bahan tersebut
mudah didapatkan dan murah. Seperti pendapat Prastowo dan Roshetko (2006)
yang menyatakan bahwa syarat media tumbuh yang baik adalah ringan, murah,
mudah didapat, porus (gembur), dan subur (kaya unsur hara).
Pukan kambing mengandung unsur hara N yang tinggi yaitu sebesar
2,43%, P 0,73% dan K 1,35% sehingga kandunagn unsur hara N, P dan K
terdapat didalam pukan kambing mampu memacu pertumbuhan tanaman pada
masa vegetatif tanaman seperti tinggi tunas. Unsur hara N, P dan K merupakan
sumber nutrisi yang sangat dibutuhkan oleh tanaman dan dapat diserap oleh
tanaman dengan cepat serta unsur hara tersebut dapat digunakan untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hal ini didukung oleh pernyataan
Novizan (2002) yang menyatakan bahwa nitrogen merupakan integral dari
klorofil, yang merupakan penyerap utama cahaya matahari untuk fotosintesis.
Suplai N yang cukup berhubungan dengan fotositesis yang tinggi, tanaman yang
berwarna hijau gelap, pertumbuhan vegetatif yang aktif seperti pembentukan
tunas

atau

perkembangan

batang

dan

daun.

Dan

juga

pernyataan

Prihmantoro (1997) yang menyatakan bahwa pupuk NPK diperlukan pada masa
vegetatif dimana tanaman sedang membentuk tubuhnya agar menjadi tanaman
yang sehat dan kuat sehingga ia menyerap nutrien atau makanan sebanyakbanyaknya. Pertumbuhan ukuran lingkar batang, panjang dan jumlah tunas batang
baru berlangsung dengan cepat. Dalam masa pertumbuhan tanaman, sepeti juga

Universitas Sumatera Utara

pada manusia dan hewan, membutuhkan protein untuk membangun tubuhnya.
Protein diambil dari unsur nitrogen.
Dari hasil analisi statistik pemberian komposisi media tanam tidak
berpengaruh nyata terhadap parameter persentase keberhasilan, diameter tunas,
jumlah daun, jumlah umbi, volume akar, bobot segar akar dan bobot kering akar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi media dengan taraf perlakuan
pukan kambing : top soil : sekam : 1:1:1 (M3) merupakan yang terbaik dari semua
parameter yang diamati, sedangkan taraf perlakuan pukan kambing : top soil :
sekam 3:1:1 (M1) merupakan yang terburuk. Buruknya taraf perlakuan (M1) 3:1:1
dikarenakan tingginya kandungan pupuk kandang yang dapat menyebabkan daya
menyerap airnya lebih tinggi dan media tanam kurang porous atau gembur
sehingga peroses perkembangan akar bibit ubi kayu mukibat dapat terhambat dan
terganggu hal ini akan mengakibatkan persentase keberhasilan, diameter tunas,
jumlah daun, jumlah umbi, volume akar, bobot segar akar dan bobot kering akar
juga akan terganggu. Hal ini didukung oleh pernyataan Nyakpa et al., (1986)
yang meyatakan bahwa media pembibitan berfungsi sebagai penyedia unsur hara,
penyimpan air yang diserap oleh akar bibit, dan menopang berdirinya bibit. Media
pembibitan yang baik untuk pertumbuhan bibit harus gembur (remah), aerasi baik,
drainase baik, dapat menyimpan air, dan memberi unsur hara.
Pada parameter jumlah umbi 6 MST taraf perlakuan pukan kambing : top
soil : sekam : 1:1:1 (M3) yang terbaik dengan rataan 0,42 umbi dan yang terendah
taraf perlakuan pukan kambing : top soil : sekam 3:1:1 (M1) dengan rataan 0,29
umbi. Hal ini diduga karena komposisi media tanam berperan dalam proses source
and sink dimana source potential dari batang atas mampu memasok sink capacity

Universitas Sumatera Utara

ke batang bawah, sehingga waktu keluarnya umbi lebih cepat. Hal ini didukung
oleh pernyataan Taiz dan Zeiger (2003) yang menyatakan bahwa organ atau
jaringan tanaman seperti daun menjadi tempat akumulasi sementara bahan kering
untuk kemudian melepaskannya kebagian yang memanfaatkan source. Bahan
kering hasil fotosintesis kemudian ditranslokasikan melalui floem kebagian
tanaman yang membutuhkannya (sink), sink dapat berupa jaringan meristematis,
jaringan yang sedang mengalami pemanjangan (respiratory sink) dan jaringan
penyimpanan (storage sink) seperti umbi. Dengan komposisi media yang berperan
dalam hal penyedia unsur hara bagi tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dan
berkembang lebih cepat. Hal ini ditunjukkan pada parameter jumlah umbi yang
diamati selama 6 MST. Umbi sudah keluar pada umur 6 MST yang diduga waktu
keluarnya umbi lebih cepat, hal ini didukung oleh pernyataan De Silvia (2007)
yang menyatakan bahwa pada umur 2-4 bulan tanaman ubi kayu mulai melakukan
pembentukan umbi, sehingga memerlukan tekstur tanah yang gembur untuk
perkembangan umbinya.
Pengaruh Interaksi Zat Pengatur Tumbuh dan Komposisi Media Tanam
Terhadap Tingkat Keberhasilan Penyambungan Bibit Ubi Kayu Mukibat
Dari hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa interaksi
pemberian zat pengatur tumbuh dan komposisi media tanam berpengaruh nyata
terhadap parameter persentase keberhasilan, diameter tunas dan jumlah daun.
Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa rataan persentase
keberhasilan tertinggi terdapat pada taraf perlakuan P0M3, P1M1, P1M3, P2M1,
P3M2 dan P3M3 dengan rataan persentase keberhasilan 100%. Hal ini
dikarenakan zat pengatur tumbuh berperan dalam hal penyatuan kambium
sehingga tanaman dapat menjadi satu kesatuan yang utuh dan mempercepat dalam

Universitas Sumatera Utara

hal penutupan luka pada tanaman sehingga persentase keberhasilan pada okulasi
bibit ubi kayu mukibat lebih tinggi dibanding dengan tanpa pemberian zat
pengatur tumbuh, sedangkan komposisi media tanam pukan kambing : top soil :
sekam dapat meningkatkan diameter tunas dan jumlah daun yang dikarenakan
pada komposisi media tanam pukan kambing telah terkandung unsur hara N, P
dan K yang dibutuhkan tanaman pada fase vegetatif. Pukan kambing juga
berperan dalam ketersediaan bahan organik pada media tanam sehingga tanah
menjadi remah sedangkan sekam padi yang diberikan berperan dalam hal
porositas tanah pernyataaan ini didukung oleh penelitian Pujiharti (1998) yang
menunjukkan media tanam yang baik untuk pertumbuhan bibit lada adalah media
yang cukup porus sehingga akar mudah menembusnya dan berkembang dengan
baik. Media tanam porus juga berperanan dalam pengaturan air yang berlebih
(drainase) dan memungkinkan berlangsungnya pertukaran udara di dalam media.
Perkembangan akar yang baik akan dapat membantu dalam penyerapan unsur
hara sehingga pertumbuhan tanaman dapat berkembang dengan baik pula.
Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa rataan diameter
tunas tertinggi terdapat pada taraf perlakuan P2M1 yaitu pemberian ZPT ekstrak
bawang merah 100% (P2) dan komposisi media tanam pukan kambing : top soil :
sekam 3:1:1 (M1) dengan rataan diameter batang 9,50 mm.
Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa rataan jumlah
daun tertinggi terdapat pada taraf perlakuan P2M1 yaitu pemberian ZPT ekstrak
bawang merah 100% (P2) dan komposisi media tanam pukan kambing : top soil :
sekam 3:1:1 (M1) dengan rataan jumlah daun 13,33 9,50 mm.

Universitas Sumatera Utara

Pemberian zat pengatur tumbuh dan komposisi media tanam
memeberikan efek yang positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan bibit
okulasi ubi kayu mukibat. Zat pengatur tumbuh memiliki peran sebagai senyawa
organik bukan nutrisi yang dalam konsentrasi rendah (< 1 μM) dapat mendorong,
menghambat atau secara kualitatif mengubah pertumbuhan dan perkembangan.
Zat pengatur tumbuh merupakan senyawa-senyawa organik tanaman yang dalam
konsentrasi yang rendah mempengaruhi proses-proses fisiologis, seperti
pertumbuhan, diferensiasi dan perkembangan tanaman. Sedangkan media tanam
merupakan salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh pada penyambungan
serta sebagai ketersediaan hara bagi tanaman. Media tanam berfungsi untuk
menopang bibit, menyimpan dan menyediakan air, serta memberikan unsur hara
bagi bibit. Media tanam yang baik adalah gembur, aerasi baik, porositas tinggi,
mampu menahan air dan menyediakannya bagi tanaman, dan mampu
menyediakan unsur hara (Prastowo dan Roshetko, 2006).
Zat pengatur tumbuh dan Komposisi media tanam

masing-masing

perlakuan memiliki pengaruh yang berbeda satu dengan yang lainnya dimana
perlakuan saling melengkapi satu sama lain untuk mendukung pertumbuhan dan
perkembangan tanaman.

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.

Pemberian sumber zat pengatur tumbuh dapat mempercepat waktu
bertunas. Sumber zat pengatur tumbuh yang terbaik digunakan ialah air
kelapa dengan konsentrasi (50%).

2.

Komposisi media tanam dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman seperti
tinggi tunas. Komposisi media tanam yang terbaik digunakan ialah pukan
kambing : top soil : sekam (M1) dengan perbandingan 3:1:1.

3.

Interaksi pemberian sumber zat pengatur tumbuh dan komposisi media
tanam dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman pada
parameter persentase keberhasilan, diameter tunas dan jumlah daun.

Saran
Dari hasil penelitian ini sebaiknya digunakan sumber zat pengatur tumbuh
air kelapa 50% dan komposisi media tanam pukan kambing : top soil : sekam
(M1) dengan perbandingan 3:1:1. Dan juga menyarankan perlunya dilakukan
penelitian lanjutan mengenai salah satu zat pengatur tumbuh yang digunakan
dengan taraf konsentrasi yang berbeda.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz sin.)
Dalam

sistematika

(taksonomi)

diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom

tumbuhan,

tanaman

ubi

kayu

: Plantae, Divisio : Spermatophyta,

Subdivisio : Angiospe