Identifikasi Serangga pada Tanaman Kopi dengan Beberapa Vegetasi Tanaman di Kabupaten Dairi

33

DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1988. Budidaya Tanaman Kopi. Penerbit Kanisius.Yogyakarta.
Borror, D.J., C.A. Triplehorn dan N. F. Johnson. 1992. Pengenalan Pelajaran
Serangga. Edisi keenam. Soetiono Porto Soejono. Gajah mada University
Press. Yogyakarta.
Erdiansyah, N. Pranata., Djoko Semarno., dan Surip Mawardi. 2013. Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Warta. Bogor.
Gillot, C.1982.Entomology.University of Saskatchewan, Saskatoon, Canada.
Plennum Press.New York and London.
Kalshoven, L.G.E. 1981. Pest Of Crops In Indonesia. P.T. Ichtiar Baru-Van
Hoeve. Jakarta.
Krebs.

1978.Ecology.The Experimental Analysis of Distribution
Abundance.Third Edition.Harper and Row Distribution.New York.

and

Kusureng, M. A dan Rismayani. 2010. Intensitas Serangan Kumbang Bubuk Buah

(Stephanoderes Hampei) pada Pertanaman Kopi di desa bulukmase,
Kecamatan Sinjai Selatan, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan. Prosiding
Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEJ danPFJ XX Komisariat
Daerah Sulawesi Selatan, 27 Mei 2010. Hlm. 220-224.
Michael, P. 1995. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Lapangan dan
Laboratorium. Terjemahan Yanti R. Koester. UI Press. Jakarta.
Najiyati, S. dan Danarti. 1999. Palawija Budidaya dan Analisis Usaha Tani.
Penebar Swadaya. Jakarta. Rahardjo, Pudji. 2012. Panduan Budidaya dan
Pengolahan Kopi Arabika dan Robusta. Penebar Swadaya. Jakarta
Pedigo, L.P. 1991. Entomology and Pest Management. New York : Macmillan
Publishing Company.
Puslitkoka. 2006. Pedoman Teknis Tanaman Kopi. 96 hal. Jember.
Putra, N.S. 1994. Serangga Di Sekitar Kita. Kanisius. Yogyakarta
Rizali, A., D. Bukhoridan H. Triwidodo. 2002. Keanekaragaman Serangga pada
Lahan Persawahan-tepaian Hutan Indikator untuk Kesehatan Lingkungan.
Jurnal Penelitian Juni 2002 Vol 9 (2).
Rockstein,M.1973.The Physiology of insecta.Academic Press.New York and
London.
Septana, T. Panji, H. Tarigan dan A Setian to. 2007. Analisis kelembagaan
Pengendalian Hama Terpadu mendukung Agribisnis Kopi Rakyat dalam

rangka otonomi daerah. Pusat penelitian pengembangan social ekonomi.
Pertanian Badan penelitian dan pengembangan pertanian. Bogor.

Universitas Sumatera Utara

34

http://ejournal.unud.ac.id/abstrack/soca-septanadkk(3).dokumen
pada tanggal 07 agustus 2015)

(diakses

Universitas Sumatera Utara

23

HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah Serangga pada Perangkap Pit fall trap dan Perangkap Atas di Desa
Lae hole.
Dari hasil Perangkap yang dilakukan di desa Lae hole dengan ketinggian

1252 m dpl, diperoleh data jumlah serangga pada perangkap pit fall trap dan
perangkap atas yang disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2 berikut.
Tabel 1. Jumlah serangga pada perangkap pit fall trap.
NO

Nama Serangga

1
2
3
4
5
6
7
8

Famili
Geotropidae
Muscidae
Sminthutidae

Staphylinidae
Blattidae
Araneidae
Phoridae
Syrphidae
Total

Perangkap
I
22
14
21
7
1
1
1
67

II
14

7
11
8
2
1

III
8
2
9
5

2
43

26

KM

KR

%

FM

FR
%

44
23
41
20
3
1
3
1
136

32,352
16,911
30,147

14,705
2,205
0,735
2,205
0,735
100

3
3
3
3
2
1
2
1
18

16,666
16,666
16,666

16,666
11,111
5,555
11,111
5,555
100

Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat bahwa pada perangkap pit fall trap
terdapat 8 famili dengan total populasi 136 serangga. Berdasarkan jumlah
serangga tersebut maka diperoleh Nilai Kerapatan Mutlak (KM) tertinggi pada
famili Geotropidae dengan nilai Kerapatan Relatif (KR) 32,325%, dimana famili
Geotropidae lebih banyak terperangkap yaitu 44 serangga. Sedangkan nilai
terendah Kerapatan Mutlak (KM) terdapat pada famili Araneidae dan Syrphidae
dengan Kerapatan Relatif (KR) masing-masing 0,735% sebanyak 1 serangga.
Dari hasil Perangkap didapat bahwa famili Getropidae merupakan
serangga yang mendominasi di daerah tersebut dikarenakan serangga tersebut
menyukai areal lahan yang kotor dan serangga ini memakan daun-daun tanaman

Universitas Sumatera Utara


24

tua yang sudah jatuh di atas tanah dan daun-daun yang membusuk di atas
tanah.Hal ini sessuai dengan literatur Davis dan Sulton (dalam Mardoni, 2011)
menyatakan bahwa famili Geotropidae penting sebagai indikator biologi, dimana
famili ini sebagai pengurai dari daun- daun busuk.
Tabel 2. Jumlah serangga pada perangkap atas.

NO

1
2
3

Nama
Serangga
Famili
Teprithidae
Aromyzidae
Rhagionidae

Total

Perangkap
KM

KR
%

FM

FR
%

I

II

III

78


54
1

27
2

159
3
1

97,546
1,840
0,613

3
2
1

50
33,333
16,66

55

29

163

100

6

100

1
79

Berdasarkan tabel 2, dapat dilihat bahwa pada perangkap atas terdapat 3
famili dengan total populasi 163 serangga. Berdasarkan jumlah serangga tersebut
maka diperoleh Nilai Kerapatan Mutlak (KM) tertinggi pada famili Teprithidae
dengan nilai Kerapatan Relatif (KR) 97,546%, dimana famili Teprithidae lebih
banyak terperangkap yaitu 159 serangga. Sedangkan nilai terendah Kerapatan
Mutlak (KM) terdapat pada famili Rhagionidae dengan Kerapatan Relatif (KR)
0,613% sebanyak 1 serangga.
Dari hasil Perangkap yang diperoleh family Teprithidae merupakan
serangga yang banyak terperangkap di perangkap atas di karenakan famili ini
merupakan famili yang banyak menimbulkan kerugian pada tanaman kopi khusus
nya buah kopi. Hal ini didukung oleh Gunawan 2009 yang menyatakan bahwa
famili teprithidae merupakan hama yang banyak menimbulkan kerugian pada

Universitas Sumatera Utara

25

tanaman kopi yang mana hama ini menyerang buah kopi yang menyebabkan
produksi dan mutu menjadi rendah bahkan menyebabkan gagal panen.
Jumlah Serangga pada Perangkap Pit fall trap dan Perangkap Atas di Desa
Bangun.
Dari hasil Perangkap yang dilakukan di desa Bangun dengan ketinggian
1190 m dpl, diperoleh data jumlah serangga pada perangkap pit fall trap dan
perangkap atas yang disajikan pada Tabel 3 dan Tabel 4 berikut.
Tabel 3. Jumlah serangga pada perangkap pit fall trap.
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Nama Serangga
Famili
Acrididae
Muscidae
Araneidae
Staphylinidae
Blattidae
Histeridae
Lygacidae
Melolonthidae
Phoridae
Pyrgomorphidae
Puttelidae
Syrphidae
Total

Perangkap
II
III
7
3
8
2
2
1
1
2
1
4
3
3
1
2
5
7
2
4
1
2
1
2
11
8
4
3
2
2
1
2
43
35
30
I
6
5

KM
16
15
2
4
8
7
14
7
3
23
7
3
109

KR
%
14,678
11,029
1,834
3,669
7,339
6,422
12,844
6,422
2,752
21,100
6,422
2,752
100

FM
3
3
1
3
3
3
3
3
2
3
3
2
41

FR
%
7,317
7,317
2,349
7,317
7,317
7,317
7,317
7,317
4,878
7,317
7,317
4,878
100

Tabel 3 menunjukkan bahwa pada perangkap pit fall trap terdapat 12
famili dengan total populasi 109 serangga. Berdasarkan jumlah serangga tersebut
maka diperoleh Nilai Kerapatan Mutlak (KM) tertinggi pada Pyrgomorphidae
dengan nilai Kerapatan Relatif (KR) 21,100%, dimana Pyrgomorphidae lebih
banyak terperangkap yaitu 23 serangga. Sedangkan nilai terendah Kerapatan
Mutlak (KM) terdapat pada famili Araneidae dengan Kerapatan Relatif (KR)
1,834% sebanyak 2 serangga.
Tabel 4. Jumlah serangga pada perangkap atas.

Universitas Sumatera Utara

26

NO

1
2
3
4

Nama
Serangga
Famili
Rhagionidae
Formicidae
Fulgoridae
Tephritidae
Total

Perangkap
I

II

1
1

1

120
122

106
107

KM

KR
%

FM

FR
%

3
4
1
289
297

1,010
1,340
0,336
97,306
100

2
3
1
3
9

27,222
33,333
11,111
33,333
100

III
2
2
1
63
68

Berdasarkan tabel 4, dapat dilihat bahwa pada perangkap atas terdapat 4
famili dengan total populasi 297 serangga. Berdasarkan jumlah serangga tersebut
maka diperoleh Nilai Kerapatan Mutlak (KM) tertinggi pada famili Teprithidae
dengan nilai Kerapatan Relatif (KR) 97,306%, dimana famili Teprithidae lebih
banyak terperangkap yaitu 289 serangga. Sedangkan nilai terendah Kerapatan
Mutlak (KM) terdapat pada famili Fulgoridae dengan Kerapatan Relatif (KR)
0,336% sebanyak 1 serangga.
Jumlah Serangga pada Perangkap Pit fall trap dan Perangkap Atas di Desa
Pegagan julu I.
Dari hasil Perangkap yang dilakukan di desa Pegagan julu 1 dengan
ketinggian 941 m dpl, diperoleh data jumlah serangga pada perangkap pit fall trap
dan perangkap atas yang disajikan pada Tabel 5 dan Tabel 6 berikut.
Tabel 5. Jumlah serangga pada perangkap pit fall trap.

NO

1
2
3
4
5
6

Nama
Serangga
Famili
Achatinidae
Arctidae
Blattidae
Formicidae
Carabidae
Lygacidae

Perangkap
KM

KR
%

FM

FR
%

I

II

III

19

11

13
11
8

7
8
3

2
2
5
4
1

30
2
25
23
12

21,739
1,449
18,215
16,606
8,695

3
1
3
3
3

13,636
4,545
13,636
13,636
13,636

14

3

5

22

15,942

3

13,636

Universitas Sumatera Utara

27

7
8

Acrididae
Melolonthidae
Total

5
6
76

2
3
37

6
2
27

13
11
138

9,420
7,971
100

3
1
22

13,636
13,636
100

Tabel 5 menunjukkan bahwa pada perangkap pit fall trap terdapat 8 famili
dengan total populasi 138 serangga. Berdasarkan

jumlah serangga tersebut

makadiperoleh Nilai Kerapatan Mutlak (KM) tertinggi pada Blattidae dengan
nilai Kerapatan Relatif (KR) 18,215%, dimana Blattidae lebih banyak
terperangkap yaitu 25 serangga. Sedangkan nilai terendah Kerapatan Mutlak
(KM) terdapat pada famili Arctidae dengan Kerapatan Relatif (KR) 1,449%
sebanyak 2 serangga
Tabel 6. Jumlah serangga pada perangkap atas.

NO

1
2
3

Nama
Serangga
Famili
Teprithidae
Rhagioinidae
Agromyzidae
Total

Perangkap
I

II

III

141

112

1
79

55

81
1
3
29

KM

KR
%

FM

FR
%

334
1
4
33

98,525
0,294
1,179
100

3
1
2
6

60
20
40
100

Berdasarkan tabel 6, dapat dilihat bahwa pada perangkap atas terdapat 3
famili dengan total populasi 163 serangga. Berdasarkan jumlah serangga tersebut
maka diperoleh Nilai Kerapatan Mutlak (KM) tertinggi pada famili Teprithidae
dengan nilai Kerapatan Relatif (KR) 98,525%, dimana famili Teprithidae lebih
banyak terperangkap yaitu 334 serangga. Sedangkan nilai terendah Kerapatan
Mutlak (KM) terdapat pada famili Rhagioinidae dengan Kerapatan Relatif (KR)
0,294% sebanyak 1 serangga.

Universitas Sumatera Utara

28

Jumlah Serangga pada Perangkap Pit fall trap dan Perangkap Atas di Desa
Pegagan julu II.
Dari hasil Perangkap yang dilakukan di desa Pegagan julu II dengan
ketinggian 1041 m dpl, diperoleh data jumlah serangga pada perangkap pit fall
trap dan perangkap atas yang disajikan pada Tabel 7 dan Tabel 8 berikut
Tabel 7. Jumlah serangga pada perangkap pit fall trap.
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Nama Serangga
Famili

Perangkap
I

II

III

KM

Acrididae
7
3
4
14
Acritiidae
1
2
3
Blattellidae
2
3
5
Coccinelidae
9
2
4
15
Curculionidae
1
2
3
Dolichopolidae
1
2
3
Gryllidae
8
3
6
17
Lycosidae
1
6
2
9
Melolonthidae
7
1
2
10
Muscidae
6
1
2
9
Pentatomidae
15
6
8
29
Sepsisdae
3
2
5
Tephritidae
1
4
5
Total
60
35
43
127
Tabel 7 menunjukkan bahwa pada perangkap

KR
%

FM

FR
%

11,023
3
8,823
2,362
2
5,882
3,937
2
5,882
11,811
3
8,823
2,362
2
5,882
2,362
2
5,882
13,385
3
8,823
7,086
3
8,823
7,874
3
8,823
7,086
3
8,823
22,83
3
8,823
3,937
2
5,882
3,937
2
5,882
100
34
100
pit fall trap terdapat 13

famili dengan total populasi 127 serangga. Berdasarkan jumlah serangga tersebut
maka diperoleh Nilai Kerapatan Mutlak (KM) tertinggi

pada Pentatomidae

dengan nilai Kerapatan Relatif (KR) 22,83%, dimana Pentatomidae lebih banyak
terperangkap yaitu 29 serangga. Sedangkan nilai terendah Kerapatan Mutlak
(KM) terdapat pada famili Acritiidae, Curculionidae dan Dolichopolidae dengan
Kerapatan Relatif (KR) masing 3,937% sebanyak 3 serangga.
Tabel 8. Jumlah serangga pada perangkap atas.

Universitas Sumatera Utara

29

NO
1
2
3

Nama
Serangga
Famili
Teprithidae
Agromyzidae
Rhagionidae
Total

Perangkap
I
65
2
1
79

II
41
1
55

III
23
1
29

KM

KR
%

FM

FR
%

129
3
2
163

96,268
2,238
1,492
100

3
2
2
7

43,857
28,571
28,571
100

Berdasarkan tabel 6, dapat dilihat bahwa pada perangkap atas terdapat 3
famili dengan total populasi 163 serangga. Berdasarkan jumlah serangga tersebut
maka diperoleh Nilai Kerapatan Mutlak (KM) tertinggi pada famili Teprithidae
dengan nilai Kerapatan Relatif (KR) 92,268%, dimana famili Teprithidae lebih
banyak terperangkap yaitu 129 serangga. Sedangkan nilai terendah Kerapatan
Mutlak (KM) terdapat pada famili Rhagioinidae dengan Kerapatan Relatif (KR)
1,492% sebanyak 2 serangga.
NILAI INDEKS KERAGAMAN JENIS SERANGGA
Nilai indeks jenis serangga di Desa Lae Hole dengan ketinggian tempat
1252 mpdl dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Tabel indeks keragaman serangga di Desa Lae Hole
No

Nama Serangga

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Geotropidae
Muscidae
Sminthutidae
Staphylinidae
Blattidae
Araneidae
Phoridae
Syrphidae
Teprithidae
Aromyzidae
Rhagionidae
Total

I
22
14
21
7
1
1
1
78
1
146

Perangkap
II
14
7
11
8
2
1

III
8
2
9
5

2
54
1

27
2

98

55

KM

KR (%)

FM

FR (%)

H'

44
23
41
20
3
1
3
1
159
3
1
299

14,7157191
7,69230769
13,7123746
6,68896321
1,00334448
0,33444816
1,00334448
0,33444816
53,1772575
1,00334448
0,33444816
100

3
3
3
3
2
1
2
1
3
2
1
24

12,5
12,5
12,5
12,5
8,333333
4,166667
8,333333
4,166667
12,5
8,333333
4,166667
100

0,281991
0,197304
0,272447
0,180917
0,046172
0,019065
0,046172
0,019065
0,335835
0,046172
0,019065
1,464206

Universitas Sumatera Utara

30

Nilai indeks jenis serangga di Desa Bangun dengan ketinggian tempat
1190 mpdl dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Tabel indeks keragaman serangga di Desa Bangun
No

Nama Serangga

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Acrididae
Muscidae
Araneidae
Staphylinidae
Blattidae
Histeridae
Lygacidae
Melolonthidae
Phoridae
Pyrgomorphidae
Puttelidae
Syrphidae
Rhagionidae
Formicidae
Fulgoridae
Tephritidae
Total

Perangkap
I
II
III
6
7
3
5
8
2
2
1
1
2
1
4
3
3
1
2
5
7
2
4
1
2
1
2
11
8
4
3
2
2
2
1

1
1

1

120

106

2
2
1
63

162

147

96

KM

KR (%)

FM

FR (%)

H'

16
15
2
4
8
6
14
7
3
23
7
3
3
4
1
289
405

3,950617284
3,703703704
0,49382716
0,987654321
1,975308642
1,481481481
3,456790123
1,728395062
0,740740741
5,679012346
1,728395062
0,740740741
0,740740741
0,987654321
0,24691358
71,35802469
100

3
3
1
3
2
1
2
1
2
3
3
2
2
3
1
3
35

8,571428571
8,571428571
2,857142857
8,571428571
5,714285714
2,857142857
5,714285714
2,857142857
5,714285714
8,571428571
8,571428571
5,714285714
5,714285714
8,571428571
2,857142857
8,571428571
100

0,127656
0,122068
0,026226
0,045606
0,07752
0,062402
0,116315
0,070138
0,036335
0,162896
0,070138
0,036335
0,036335
0,045606
0,014824
0,240805
1,291206

Nilai indeks jenis serangga di Desa Pegagan julu I dengan ketinggian
tempat 941 mpdl dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11. Tabel indeks keragaman serangga di Desa Pegagan Julu I
No

Nama Serangga

1
2
3
4
5
6
7
8
9

Achatinidae
Arctidae
Blattidae
Formicidae
Carabidae
Lygacidae
Acrididae
Melolonthidae
Teprithidae

I
19

Perangkap
II
11

13
11
8
14
5
6
141

7
8
3
3
2
3
112

III
2
2
5
4
1
5
6
2
81

KM

KR (%)

FM

FR (%)

H'

32
2
25
23
12
22
13
11
334

6,680585
0,417537
5,219207
4,80167
2,505219
4,592902
2,713987
2,296451
69,7286

3
1
3
3
3
3
3
3
3

10,71429
3,571429
10,71429
10,71429
10,71429
10,71429
10,71429
10,71429
10,71429

0,180774
0,022875
0,154114
0,145789
0,092362
0,141492
0,097887
0,086664
0,251413

Universitas Sumatera Utara

31

10
11

Rhagioinidae
Agromyzidae
Total

1
218

1
3
112

149

1
4
479

0,208768
0,835073
100

3,571429 0,012885
7,142857 0,039962
100
1,226215

1
2
28

Nilai indeks jenis serangga di Desa Pegagan julu II dengan ketinggian
tempat 1041 mpdl dapat dilihat pada tabel 12.
Tabel 12. Tabel indeks keragaman serangga di Desa Pegagan Julu II
No

Nama Serangga

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Acrididae
Acritiidae
Blattellidae
Coccinelidae
Curculionidae
Dolichopolidae
Gryllidae
Lycosidae
Melolonthidae
Muscidae
Pentatomidae
Sepsisdae
Tephritidae
Teprithidae
Agromyzidae
Rhagionidae
Total

I
7
1
2
9
1
8
1
7
6
15
3
65
2
1
128

Perangkap
II
3

2
1
3
6
1
1
6
1
41
1
66

III
4
2
3
4
2
2
6
2
2
2
8
2
4
23
1
67

KM

KR (%)

FM

FR (%)

H'

14
3
5
15
3
3
17
9
10
9
29
5
5
129
3
2
261

5,363985
1,149425
1,915709
5,747126
1,149425
1,149425
6,51341
3,448276
3,831418
3,448276
11,11111
1,915709
1,915709
49,42529
1,149425
0,766284
100

3
2
2
3
2
2
3
3
3
3
3
2
2
3
2
2
40

7,5
5
5
7,5
5
5
7,5
7,5
7,5
7,5
7,5
5
5
7,5
5
5
100

0,156921
0,051332
0,075768
0,164165
0,051332
0,051332
0,177901
0,116114
0,124978
0,116114
0,244136
0,075768
0,075768
0,348304
0,051332
0,037329
1,918594

Universitas Sumatera Utara

32

KESIMPULAN DAN SARAN
1.

Jumlah serangga yang tertinggi pada perangkap pit fall trap dari keempat
areal lahan yaitu pada famili Geotrpidae dengan nilai Kerapatan Mutlak
(KM) tertinggi dengan nilai Kerapatan Relatif (KR) 32,325%, dimana
famili Geotropidae lebih banyak terperangkap yaitu 44 serangga..

2. Jumlah serangga yang terendah pada perangkap pit fall trap yaitu famili
Araneidae dan Syrphidae Kerapatan Mutlak (KM) terdapat pada famili
Araneidae dan Syrphidae dengan Kerapatan Relatif (KR) masing-masing
0,735% sebanyak 1 serangga.
3. Jumlah serangga yang tertinggi pada perangkap atas yaitu pada famili
Teprithidae dengan nilai Kerapatan Mutlak (KM) tertinggi pada famili
Teprithidae dengan nilai Kerapatan Relatif (KR) 98,525%, dimana famili
Teprithidae lebih banyak terperangkap yaitu 334 serangga.
4.

Jumlah serangg yang terendah pada perangkap atas yaitu pada famili
Rhagionidae Kerapatan Mutlak (KM) terdapat pada famili Rhagioinidae
dengan Kerapatan Relatif (KR) 0,294% sebanyak 1 serangga.

5. Keanekaragaman serangga sangat tergantung keadaan ekologi di suatu
areal pertanaman,semakin banyak ekologi tanaman di areal tersebut maka
keanekaragaman serangga akan semakin tinggi.

Universitas Sumatera Utara

16

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut AAK (1988) klasifikasi tanaman kopi adalah sebagai berikut :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Dycotyledoneae
Famili : Rubiaceae
Sub famili : Coffea
Genus : Coffea
Spesies : Coffea sp (AAK, 1988).
Batang dan cabang kopi berkayu, tegak lurus dan beruas-ruas. Tiap ruas
hampir selalu ditumbuhi kuncup. Tanaman ini mempunyai dua macam
pertumbuhan cabang, yaitu cabang Orthrotrop dan Plagiotrop. Cabang Orthrotrop
merupakan cabang yang tumbuh tegak seperti batang, disebut juga tunas air atau
wiwilan atau cabang air. Cabang ini tidak menghasilkan bunga atau buah. Cabang
Plagiotrop merupakan cabang yang tumbuh ke samping. Cabang ini menghasilkan
bunga dan buah (AAK, 1988).
Daun

kopi berbentuk bulat, ujungnya agak meruncing sampai bulat

dengan bagian pinggir yang bergelombang. Daun tumbuh pada batang, cabang
dan ranting. Pada cabang Orthrotrop letak daun berselang seling, sedangkan pada
cabang Plagiotrop terletak pada satu bidang. Daun kopi robusta ukurannya lebih
besar dari arabika (Wachjar, 1984).
Pada umumnya, tanaman kopi berbunga setelah berumur sekitar dua tahun.
Bunga kopi berukuran kecil. Mahkota berwarna putih dan berbau harum. Kelopak

Universitas Sumatera Utara

17

bunga berwarna hijau. Bunga tersusun dalam kelompok, masing-masing terdiri
dari 4-6 kuntum bunga. Tanaman kopi yang sudah cukup dewasa dan dipelihara
dengan baik dapat menghasilkan ribuan bunga. Bila bunga sudah dewasa, kelopak
dan mahkota akan membuka, kemudian segera terjadi penyerbukan. Setelah itu
bunga akan berkembang menjadi buah (AAK, 1988).
Buah kopi terdiri dari daging buah dan biji. Daging buah terdiri dari tiga
bagian yaitu lapisan kulit luar (eksokarp), lapisan daging buah (mesokarp), dan
lapisan kulit tanduk (endokarp) yang tipis, tetapi keras. Buah kopi yang muda
berwarna hijau, tetapi setelah tua menjadi kuning dan kalau masak warnanya
menjadi merah. Besar buah kira-kira 1,5 x 1 cm dan bertangkai pendek. Pada
umumnya buah kopi mengandung dua butir biji, biji tersebut mempunyai dua
bidang, bidang yang datar (perut) dan bidang yang cembung (punggung)
(AAK, 1988).
Syarat Tumbuh
Kopi di Indonesia saat ini umumnya dapat tumbuh baik pada ketinggian
tempat di atas 700 m di atas permukaan laut (dpl). Dalam perkembangannya
dengan adanya introduksi beberapa klon baru dari luar negeri, beberapa klon saat
ini dapat ditanam mulai di atas ketinggian 500 m dpl, namun demikian yang
terbaik seyogyanya kopi ditanam di atas 700 m dpl, terutama jenis kopi robusta.
Kopi arabika baik tumbuh dengan citarasa yang bermutu pada ketinggian di atas
1000 m dpl. Namun demikian, lahan pertanaman kopi yang tersedia di Indonesia
sampai saat ini sebagian besar berada di ketinggian antara 700 sampai 900 m dpl
(Prastowo. Et al.2013).

Universitas Sumatera Utara

18

Curah Hujan dan Lahan Curah hujan yang sesuai untuk kopi seyogyanya
adalah 1500 – 2500 mm per tahun, dengan rata-rata bulan kering 1-3 bulan dan
suhu rata-rata 15-25 derajat celcius dengan lahan kelas S1 atau S2 (Puslitkoka,
2006). Ketinggian tempat penanaman akan berkaitan juga dengan citarasa kopi.
Pertumbuhan dan produksi tanaman kopi sangat dipengaruhi oleh keadaan
iklim dan tanah, bibit unggul yang produksinya tinggi dan tahan terhadap hama
dan penyakit. Hal yang juga penting harus dipenuhi adalah pemeliharaan antara
lain: pemupukan, pemangkasan, pohon peneduh dan pemberantasan hama dan
penyakit (AAK, 1988).
Tanaman kopi menghendaki penyinaran matahari yang cukup panjang,
akan tetapi cahaya matahari yang terlalu tinggi kurang baik. Oleh karena itu
dalam praktek kebun kopi diberi naungan dengan tujuan agar intensitas cahaya
matahari tidak terlalu kuat. Sebaliknya naungan yang terlalu berat (lebat) akan
mengurangi pembuahan pada kopi. Produksi kopi dengan naungan sedang, akan
lebih tinggi dari pada kopi tanpa naungan. Kopi termasuk tanaman hari pendek
(short day plant), yaitu pembungaan terjadi bila siang hari kurang dari 12 jam
(Wachjar, 1984).
Keanekaragaman Serangga (Insect Diversity)
Keanekaragaman makhluk hidup dapat ditandai dengan adanya perbedaan
warna, ukuran, bentuk, jumlah, tekstur, penampilan, dan sifat-sifat lainnya.
Keanekaragaman dari makhluk hidup dapat juga terlihat dengan adanya
persamaan ciri antar makhluk hidup. Untuk dapat mengenal makhluk hidup
khususnya pada hewan berdasarkan ciri-ciri yang dimilikinya dapat dilakukan

Universitas Sumatera Utara

19

melalui Perangkap ciri-ciri morfologi, habitat, cara berkembang biak, jenis
makanan, tingkah laku, dan beberapa ciri lain yang dapat diamat (Michael, 1995).
Untuk mengetahui keanekaragaman jenis serangga pada suatu tempat
yakni menentukan indeks keanekaragamannya, sangat diperlukan pengetahuan
atau keterampilan dalam mengindentifikasi hewan (serangga). Bagi seseorang
yang sudah terbiasa pun dalam melakukan indentifikasi hewan sering
membutuhkan waktu yang lama, apalagi yang belum terbiasa. Karena itu untuk
kajian dalam komunitas dan indeks keanekaragaman sering didasarkan pada
kelompok hewan, misalnya, famili, ordo atau kelas dan hal ini pun dibutuhkan
cukup keterampilan dan pengalaman (Michael, 1995).
Serangga merupakan golongan hewan yang dominan di muka bumi
sekarang ini. Dalam jumlah, mereka melebihi semua hewan melata darat lainnya
dan praktis mereka terdapat dimana-mana (Borror dkk, 1992).
Ada 6 faktor yang saling berkait menentukan derajat naik turunnya
keanekaragaman jenis, yaitu :
1. Waktu.
Keragaman komunitas bertambah sejalan dengan waktu, berarti
komunitas tua yang sudah lama berkembang, lebih banyak terdapat organisme
dari pada komunitas muda yang belum berkembang. Dalam ekologi, waktu dapat
berjalan lebih pendek atau hanya sampai puluhan generasi. Skala ekologis
mencakup keadaan dimana jenis tertentu dapat bertahan dalam lingkungan tetapi
belum cukup waktu untuk menyebar sampai ketempat tersebut. Keragaman jenis
suatu komunitas bergantung pada kecepatan penambahan jenis melalui evolusi

Universitas Sumatera Utara

20

tetapi bergantung pula pada kecepatan hilang jenis melalui kepenuhan dan
emigrasi.
2. Heterogenitas ruang.
Semakin heterogen suatu lingkungan fisik semakin kompleks komunitas
flora dan fauna di tempat tersebut dan semakin tinggi keragaman jenisnya. Faktor
heterogenitas berlaku pada skala makro maupun mikro.
3. Kompetisi.
Terjadi apabila sejumlah organisme (dari spesies yang sama atau yang
berbeda) menggunakan sumber yang sama ketersediaannya kurang, atau walaupun
ketersediaan sumber tersebut cukup namun persaingan tetap terjadi juga bila
organisme-organisme itu memanfaatkan sumber tersebut, yang satu menyerang
yang lain atau sebaliknya.
4. Pemangsaan.
Pemangsaan yang mempertahankan komunitas populasi dari jenis bersaing
yang berbeda dibawah daya dukung masing-masing selalu memperbesar
kemungkinan hidup berdampingan sehingga mempertinggi keragaman, apabila
intensitas dari pemengsaan terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat menurunkan
keragaman jenis.
5. Kestabilan iklim.
Makin stabil iklim akan lebih mendukung bagi keberlangsungan evolusi.
6. Produktifitas merupakan syarat mutlak untuk keanekaragaman yang tinggi
(Krebs, 1978).
Interaksi terjadi pada level komunitas, banyak terdapat variasi pada setiap
level organisasi (individu, populasi, spesies) dan mereka saling berinteraksi

Universitas Sumatera Utara

21

dengan banyak cara, sehingga interaksi yang terjadi sangat rumit dan kompleks.
Kegiatan pertanian mempengaruhi kuantitas dan tipe interaksi di antara organisme
karena kegiatan pertanian tersebut pada umumnya mengurangi komposisi dan
diversitas spesies
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Serangga
Semua serangga harus makan atau tidak mereka akan kelaparan. Banyak
aktivitas hewan yang berkaitan dengan makan, menemukan makanan dan
memakannya. Makanan adalah satu faktor yang sangat penting dalam menentukan
banyaknya hewan dan tempat ia hidup (penyebarannya) (AAK, 1993).
Respon serangga terhadap tanaman disebabkan oleh dua aspek, yaitu
karakteristik morfologi dan karakteristik fisiologi tanaman. Karakteristik
morfologi meliputi ukuran, bentuk, warna daun dan ada atau tidaknya sekresi
glandular yang menentukan tingkat penerimaan atau pemanfaatan oleh serangga.
Karakteristik fisiologi meliputi bahan kimia hasil dari proses metabolisme primer
dan metabolisme sekunder pada tanaman (Pedigo, 1991).
Perkembangan dan reproduksi serangga dapat dipengaruhi berbagai faktor
abiotik. Faktor ini mungkin menunjukkan pengaruhnya pada serangga baik secara
langsung maupun tidak langsung. (Melalui pengaruhnya pada organisme lain) dan
pada batas pendek atau jauh (cahaya, sebagai contoh, mungkin menimbulkan efek
yang cepat pada orientasi serangga saat mencari makanan, dan banyak
menyebabkanperubahan pada fisiologi serangga dalam antisipasi kondisi yang
merugikan pada beberapa bulan kedepannya) (Gillot, 1982).
Pada serangga poikilothermal, pada dasarnya metabolisme mereka sangat
dipengaruhi oleh temperatur lingkungan yaitu dengan interval temperatur yang

Universitas Sumatera Utara

22

mengijinkan untuk dapat bertahan hidup, temperatur lingkungan tertinggi, ratarata tinggi produksi panas dan konsumsi oksigen (Rockstein, 1973)
Kelimpahan individu dan kekayaan spesies serangga diperoleh pada setiap
lahan saat melakukan

penelitian keanekaragaman akan jelas terlihat berbeda

antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut dapat disebabkan

oleh

beberapa faktor yang saling berkaitan yaitu: umur tanaman, keadaan cuaca saat
pengambilan sampel, waktu pengambilan sampel dan keadaan habitat di sekitar
tanaman (penggunaan tanaman penutup tanah) (Rizali dkk,2002).
Serangga sering mempunyai ukuran dan penampilan yang mencolok dan
juga dapat memproduksi suara dan kadang-kadang bisa menjadi hama yang
merusak. Sebagian dari serangga ini tergolong fitofag, sementara yang lain hidup
di sampah atau serangga lainnya. Beberapa mengkonsumsi tanaman dan makanan
hewan sementara yang lain hidup di lumut dan tidak signifikan untuk pertanian.
Serangga ini sangat sensitif terhadap faktor lingkungan, seperti temperatur,
kelembaban, cahaya dan getaran (Kalshoven, 1981).

Universitas Sumatera Utara

12

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Hingga saat ini belum diketahui dengan pasti sejak kapan tanaman kopi
dikenal dan masuk dalam peradaban manusia. Menurut catatan sejarah, tanaman
ini mulai dikenal pertama kalinya di benua Afrika tepatnya di Ethiopia. Pada
mulanya tanaman kopi belum dibudidayakan secara sempurna oleh penduduk,
melainkan

masih

tumbuh

liar

di

hutan-hutan

dataran

tinggi

(Najiyati dan Danarti, 1997).
Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang dibudidayakan
dan memiliki nilai ekonomis yang lumayan tinggi. Konsumsi kopi dunia mencapai
70% berasal dari spesies kopi arabika dan 26% berasal dari spesies kopi robusta.
Kopi berasal dari Afrika, yaitu daerah pegunungan di Etopia. Namun, kopi sendiri
baru dikenal oleh masyarakat dunia setelah tanaman tersebut dikembangkan di
luar daerah asalnya, yaitu Yaman di bagian selatan Arab (Rahardjo, 2012).
Dairi merupakan salah satu daerah penghasil kopi Arabika di Sumatera
Utara. Kopi Dairi dikenal di pasar kopi internasional sebagai salah satu produk
kopi spesialti dengan nama kopi Sidikalang, diambil dari nama ibukota Kabupaten
Dairi. Kota Sidikalang tersebut terletak pada ketinggian 1.066 m dpl. yang
memang cocok untuk penanaman kopi Arabika. Wilayah Kabupaten Dairi
memiliki areal pertanaman kopi Arabika seluas 10.339 ha yang sebagian besar
berada di wilayah Kecamatan Sumbul dengan total produksi mencapai 10.733
ton/tahun. Di samping kopi Sidikalang yang merupakan jenis Arabika, Dairi juga
memiliki potensi kopi lain jenis Robusta yang tumbuh di dataran rendah dengan
luas areal 14.117 ha dan produksi 6.770 ton/tahun (Erdiansyah, dkk. 2013)

Universitas Sumatera Utara

13

Dalam bidang perekonomian Indonesia usaha tani kopi rakyat memegang
peranan yang sangat penting mengingat sebagian besar (93%) produksi kopi di
indonesia berasal dari kopi rakyat. Namun demikian kondisi pengolahan usaha
tani pada perkebunan rakyat masih relatif kurang baik dibandingkan kondisi
perkebunan negara. Masalah utama diidentifikasikan adalah perkebunan kopi
rakyat yaitu produktifitas hasil yang relatif rendah dan mutu hasil produksi yang
kurang memenuhi syarat untuk di ekspor. Permasalahan sangat terkait dengan
rendahnya adopsi teknologi, penggunaaan bibit klon tidak unggul, pemupukan
tidak sesuai dengan rekomendasi, dan kurang nya pengendalian HPT.
Permasalahan diatas nampaknya dapat dipecahkan melalui pengembangan
teknologi HPT. (Septana, dkk, 2007).
Potensi produksi komoditas kopi di Sidikalang mengalami peningkatan
hasil di beberapa tahun terakhir, namun beberapa hambatan yang sering muncul
dalam budidaya tanaman kopi adalah munculnya berbagai serangan hama seperti
serangga PBKo Hypothenemus hampei. Serangga ini dapat menurunkan produksi
kopi baik dari segi kualitas dan kuantitas.
Menurut Kusureng dan Rismayani (2010), sistem pertanian monokultur
menjadi faktor utama penyebab tingginya intensitas serangan H. hampei.
Pertanaman kopi yang tidak memiliki naungan atau penggunaan tanaman lain
sebagai pohon pelindung juga merupakan salah satu faktor yang paling
mendukung. Sedangkan Riyanto (1990) mengatakan ketinggian tempat akan
berpengaruh terhadap perkembangan hama PBKo. Pada ketinggian antara 400–
1.000 m dpl dapat terserang berat sedangkan pada ketinggian 1.500 m dpl tidak
mengalami serangan yang berarti.

Universitas Sumatera Utara

14

Berdasarkan permasalahan dan hasil dari beberapa penelitian maka
dipandang perlu dilakukan penelitian tentang penggunaan perangkap dan methyl
eugenol sebagai salah satu taktik dalam pengendalian hama yang menyerang.
Di lapangan serangga tanah juga dapat dikumpulkan dengan cara
memasang perangkap lubang. Pengumpulan serangga permukaan tanah dengan
memasang perangkap lubang juga tergolong pada pengumpulan serangga tanah
secara dinamik. Perangkap lubang yang digunakan sanagt sederhana, yang mana
hanya berupa bejana yang ditanam di tanah. Bejana diisi air dengan detergen dan
dituangkan ke dalam baskom kira-kira 1/3 dari volume wadah, lalu permukaan
bejana dibuat datar dengan tanah. Agar air hujan tidak masuk kedalam perangkap
maka diberi atap, dan agar

air yang mengalir di permukaan tanah yang datar,

sedikit agak ditinggikan (Gallagher dan Lilies, 1991).
Berdasarkan uraian diatas, pemulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Keanekaragaman Serangga
Pada Tanaman Kopi dengan beberapa vegetasi tanaman di Kabupaten Dairi.
Hipotesis Penelitian
-

Perbedaan

jumlah

vegetasi

tanaman

mempengaruhi

tingkat

keanekaragaman serangga pada tanaman kopi.

Universitas Sumatera Utara

15

Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana di
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan diharapkan menjadi
sumber informasi khususnya di Kabupaten Dairi untuk mengetahui pengendalian
hama pada perkebunan kopi rakyat serta diharapkan menjadi sumber informasi
bagi pihak yang membutuhkan

Universitas Sumatera Utara

4

ABSTRAK
Respon pertumbuhan dan produksi tanaman jagung terhadap frekuensi
pemupukan pupuk organik cair (POC) dan aplikasi pupuk dasar NPK, atas
bimbingan Edison Purba dan Nini Rahmawati.
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan frekuensi pemupukan POC dan
aplikasi pupuk dasar NPK pada tanaman jagung. Rancangan penelitian yang
digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok faktorial dengan 2 faktor. Faktor
pertama adalah frekuensi pemupukan POC dengan 4 taraf antara lain F0(0 kali),
F1(1 kali), F2(2 kali), dan F3(3 kali). Faktor kedua adalah aplikasi pupuk dasar
NPK dengan 3 taraf antara lain P0(0 g/plot), P1(185 g/plot), dan P2(370 g/plot).
Parameter yang diamati antara lain tinggi tanaman (cm), diameter batang (mm),
luas daun (cm2), jumlah baris per tongkol (baris), dan produksi per plot (kg).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan frekuensi pemupukan
POC berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 45 HST. Perlakuan
aplikasi pupuk dsar NPK berpengaruh nyata terhadap diameter batang umur 15-60
HST dan produksi per plot. Interaksi antara frekuensi pemupukan POC dan
aplikasi pupuk dasar NPK berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 45
HST.
Kata kunci

: frekuensi pemupukan, POC, pupuk dasar NPK, jagung

Universitas Sumatera Utara

5

ABSTRACT
The growth and production of corn response to the frequency of liquid
organic fertilizer aplication and solid NPK as basis fertilizer, supervised by
Edison Purba and Nini Rahmawati.
The aim for the study was to determine the frequency of liquid organic
fertilizer aplication and solid NPK as basis fertilizer. The design of the experiment
was randomized block design arranged in factorial with two factors. The first
factor was the frequency of liquid organic fertilizer with 4 levels of each F0(0
time), F1(1 time), F2(2 times), and F3(3 times). The second factor was aplication
of NPK as basis fertilizer with 3 levels of each P0(0 g/plot), P1(185 g/plot), dan
P2(370 g/plot). The parameter observed includes plant height (cm), diameter of
stem (mm), wide of leaf (cm2), number of line in cob (line) and production per plot
(kg).
The result of research showed that frequency of liquid organic fertilizer
influential significanlly on height of plant 45 days after planted. Aplication of
NPK as basis fertilizer influential significantly on diameter of stem 15-60 days
after planted and production per plot. Interaction between the frequency of liquid
organic fertilizer and aplication of NPK fertilizer influential significantly on
height of plant 45 days after planted.
Key words
corn

: frequency of fertilizer, liquid organic fertilizer, basis fertilzer,

Universitas Sumatera Utara

1

IDENTIFIKASI SERANGGA PADA TANAMAN KOPI DENGAN
BEBERAPA VEGETASI TANAMAN DI KABUPATEN DAIRI

SKRIPSI

ROBINSON OMPUSUNGGU/100301056
AGROEKOTEKNOLOGI-HPT

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016

Universitas Sumatera Utara

2

IDENTIFIKASI SERANGGA PADA TANAMAN KOPI DENGAN
BEBERAPA VEGETASI TANAMAN DI KABUPATEN DAIRI

SKRIPSI

ROBINSON OMPUSUNGGU/100301056
AGROEKOTEKNOLOGI-HPT
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana
di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016

Universitas Sumatera Utara

3

Judul Penelitian
Nama
NIM
Program Studi

: Identifikasi Serangga Pada Tanaman Kopi dengan Beberapa
Vegetasi Tanaman di Kabupaten Dairi
: Robinson Ompunsunggu
: 100301056
: Agroekoteknologi

Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Marheni, MP
Ketua

Ir. Syahrial Oemry, MS
Anggota

Mengetahui,

Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, M.Sc.
Ketua Program Studi Agroekoteknologi

Universitas Sumatera Utara

4

ABSTRAK
Respon pertumbuhan dan produksi tanaman jagung terhadap frekuensi
pemupukan pupuk organik cair (POC) dan aplikasi pupuk dasar NPK, atas
bimbingan Edison Purba dan Nini Rahmawati.
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan frekuensi pemupukan POC dan
aplikasi pupuk dasar NPK pada tanaman jagung. Rancangan penelitian yang
digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok faktorial dengan 2 faktor. Faktor
pertama adalah frekuensi pemupukan POC dengan 4 taraf antara lain F0(0 kali),
F1(1 kali), F2(2 kali), dan F3(3 kali). Faktor kedua adalah aplikasi pupuk dasar
NPK dengan 3 taraf antara lain P0(0 g/plot), P1(185 g/plot), dan P2(370 g/plot).
Parameter yang diamati antara lain tinggi tanaman (cm), diameter batang (mm),
luas daun (cm2), jumlah baris per tongkol (baris), dan produksi per plot (kg).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan frekuensi pemupukan
POC berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 45 HST. Perlakuan
aplikasi pupuk dsar NPK berpengaruh nyata terhadap diameter batang umur 15-60
HST dan produksi per plot. Interaksi antara frekuensi pemupukan POC dan
aplikasi pupuk dasar NPK berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 45
HST.
Kata kunci

: frekuensi pemupukan, POC, pupuk dasar NPK, jagung

Universitas Sumatera Utara

5

ABSTRACT
The growth and production of corn response to the frequency of liquid
organic fertilizer aplication and solid NPK as basis fertilizer, supervised by
Edison Purba and Nini Rahmawati.
The aim for the study was to determine the frequency of liquid organic
fertilizer aplication and solid NPK as basis fertilizer. The design of the experiment
was randomized block design arranged in factorial with two factors. The first
factor was the frequency of liquid organic fertilizer with 4 levels of each F0(0
time), F1(1 time), F2(2 times), and F3(3 times). The second factor was aplication
of NPK as basis fertilizer with 3 levels of each P0(0 g/plot), P1(185 g/plot), dan
P2(370 g/plot). The parameter observed includes plant height (cm), diameter of
stem (mm), wide of leaf (cm2), number of line in cob (line) and production per plot
(kg).
The result of research showed that frequency of liquid organic fertilizer
influential significanlly on height of plant 45 days after planted. Aplication of
NPK as basis fertilizer influential significantly on diameter of stem 15-60 days
after planted and production per plot. Interaction between the frequency of liquid
organic fertilizer and aplication of NPK fertilizer influential significantly on
height of plant 45 days after planted.
Key words
corn

: frequency of fertilizer, liquid organic fertilizer, basis fertilzer,

Universitas Sumatera Utara

6

DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan, 3 Desember 1992, putra dari Ayahanda J.
Omusunggu dan Ibunda R. Tobing, dan merupakan anak ketiga dari lima
bersaudara
Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Katolik Trisakti Medan dan pada
tahun yang sama penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan melalui jalur Ujian Masuk Bersama (UMB)
dan memilih Program Studi Agroekoteknologi, minat Hama Penyakit Tanaman.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis merupakan asisten laboratorium
dasar

perlindungan

hutan

tahun

2014,

anggota

Himpunan

Mahasiswa

Agroekoteknologi (HIMAGROTEK). Penulis juga aktif di kegiatan Paduan Suara
Transeamus Fakultas Pertanian selama masa perkuliahan. Pengalaman di bidang
kemasyarakatan, penulis peroleh saat mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) di
PTPN III Kebun Membang Muda Kecamatan Aekanopan Kabupaten Labuhan
Batu Uatara pada bulan Juli-Agustus 2013.

Universitas Sumatera Utara

7

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas segala rahmat dan karunia–Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik.
Adapun judul dari skripsi ini adalah Identifikasi Serangga Pada
Tanaman Kopi dengan Beberapa Vegetasi Tanaman di Kabupaten Dairi
yang merupakan syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayah J.
Ompusunggu dan Ibu R. Tobing yang sudah melahirkan, membesarkan dan
mendidik penulis dengan penuh kasih hingga saat ini.
Penulis

juga

mengucapkan

banyak

terima

kasih

kepada

Ibu Dr. Ir. Marheni, MP dan Bapak Ir. Syahrial Oemry, MS selaku dosen
pembimbing skripsi yang telah membimbing dan memberikan saran yang
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun demi perbaikan di masa mendatang. Akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih banyak dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita
semua.

Medan, April 2016

Universitas Sumatera Utara

8

DAFTAR ISI

ABSTRAK ....................................................................................................

i

ABSTRACT ....................................................................................................

ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
DAFTAR ISI

.............................................................................................

v

DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix
PENDAHULUAN
Latar Belakang .................................................................................................
Tujuan Pecobaan ..............................................................................................
Hipotesis Percobaan .........................................................................................
Kegunaan Percobaan ........................................................................................

1
3
3
3

TINJAUAN PUSTAKA
Ekologi Tanaman .............................................................................................
Keanekaragaman Serangga (Insect Diversity) .................................................
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keanekaragaman Serangga......................

4
5
5

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................................... 12
Bahan dan Alat ................................................................................................. 12
Metode Penelitian............................................................................................. 12
PELAKSANAAN PENELITIAN
Pemilihan lokasi ...............................................................................................
Pemasangan Perangkap ....................................................................................
Pemasangan Pitfall Trap ..................................................................................
Pemasangan Perangkap Atas............................................................................
Pengambilan Sampel ........................................................................................
Perangkap Metoda Pitfall Trap ............................................................
Perangkap Metoda Perangkap Atas .....................................................
Parameter Perangkap ........................................................................................
Frekuensi Mutlak .................................................................................
Frekuensi Relatif ..................................................................................
Kerapatan Mutlak .................................................................................

15
15
15
15
15
16
16
16
16
17

Universitas Sumatera Utara

9

Kerapatan Relatif.................................................................................. 17
Indeks Keragaman............................................................................. ... 17
Pengklasifikasian Jenis Serangga ......................................................... 17

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ..............................................................................................................
Frekuensi Mutlak .................................................................................
Frekuensi Relatif ..................................................................................
Kerapatan Mutlak .................................................................................
Kerapatan Relatif..................................................................................
Indeks Keragaman............................................................................. ...
Pengklasifikasian Jenis Serangga .........................................................
Pembahasan............... .......................................................................................

19
16
17
17
17
17
27

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .......................................................................................... 32
Saran....... ............................................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara

10

DAFTAR TABEL
No.

Halaman

1. Rataan tinggi tanaman (cm) jagung umur 15-60 HST pada perlakuan
frekuensi pemupukan POC dan aplikasi pupuk dasar NPK ......................... 20
2. Rataan diameter batang (mm) jagung pada umur 15-60 HST pada
perlakuan frekuensi pemupukan POC dan aplikasi pupuk dasar NPK ........ 22
3. Rataan luas daun (cm2) jagung umur 75 HST pada perlakuan
frekuensi pemupukan POC dan aplikasi pupuk dasar NPK ........................ 23
4. Rataan jumlah baris (baris) per plot jagung umur 75 HST pada perlakuan
frekuensi pemupukan POC dan aplikasi pupuk dasar NPK ........................ 24
5. Rataan produksi per plot (kg) jagung umur 75 HST pada perlakuan
frekuensi pemupukan POC dan aplikasi pupuk dasar NPK ........................ 25

Universitas Sumatera Utara

11

DAFTAR GAMBAR
No.

Halaman

1. Hubungan frekuensi pemupukan POC dengan tinggi tanaman
pada umur 15-60 HST ................................................................................ 21
2. Hubungan aplikasi pupuk dasar NPK terhadap diameter batang jagung
pada umur 15-60 HST ................................................................................ 23
3. Hubungan aplikasi pupuk dasar NPK terhadap produksi
per plot jagung ............................................................................................

Universitas Sumatera Utara