Planning on Environmental Education Tour Programme Based on The Perception and Preferences of School Aged Children at PT. Pusri Palembang

PERENCANAAN PROGRAM WISATA PENDIDIKAN LINGKUNGAN
BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI ANAK
USIA SEKOLAH DASAR DI PT. PUSRI PALEMBANG

LENNY YUSRINI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Perencanaan Program
Wisata Pendidikan Lingkungan Berdasarkan Persepsi dan Preferensi Anak Usia
Sekolah Dasar di PT. Pusri Palembang adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Lenny Yusrini
NRP E352100021

RINGKASAN
LENNY YUSRINI. Perencanaan Program Wisata Pendidikan Lingkungan
Berdasarkan Persepsi dan Preferensi Anak Usia Sekolah di PT. Pusri
Palembang. Dibimbing oleh E.K.S. HARINI MUNTASIB dan DWI
HASTUTI.
Pendidikan lingkungan bertujuan merubah sikap dan perilaku seseorang
terhadap interaksinya dengan lingkungan. Agar sikap dan perilaku positif
terhadap lingkungan tertanam dan melekat pada diri seseorang, maka
pendidikan lingkungan sebaiknya diberikan sedini mungkin, antara lain
dimulai pada anak usia sekolah. Pendidikan lingkungan merupakan suatu
proses yang tidak singkat. Dengan menanamkan pendidikan lingkungan
sejak usia sekolah diharapkan kesadaran ini akan membentuk perilaku
mereka dan terbawa hingga dewasa. Hasil akhirnya diharapkan dapat
tercipta generasi yang merupakan agen perubahan (agent of change) yang
mampu menjadi motor penggerak dalam menciptakan keseimbangan dengan

alam dan lingkungan.
Dalam usaha menciptakan generasi muda yang mencintai lingkungan,
program pendidikan lingkungan yang akan dibuat sebaiknya memperhatikan
kebutuhan dan keinginan peserta (anak usia sekolah) serta bersifat nyata
(concrete learning). Penelitian ini bertujuan untuk menyusun perencanaan
program wisata pendidikan lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan anak
usia sekolah, dengan memperhatikan aspek persepsi dan preferensi mereka.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan responden
adalah anak usia sekolah dasar yang berada di area ring I PT. Pusri. Jumlah
responden adalah 120 orang. Penentuan responden dilakukan dengan teknik
pengambilan sampel sengaja (purposive sampling). Pengumpulan data
dilakukan dengan metode angket, wawancara, observasi, dan studi literatur.
Data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan metode deskriptif
kualitatif. Penyusunan perencanaan program wisata dilakukan dengan
melakukan sintesis terhadap data persepsi, preferensi, dan daya tarik wisata
PT. Pusri.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT. Pusri memiliki daya tarik sebagai
destinasi wisata pendidikan lingkungan. Baik persepsi maupun preferensi
anak dominan berada pada kategori sedang sehingga program yang disusun
berupaya untuk meningkatkannya menjadi baik. Tidak terdapat perbedaan

persepsi maupun preferensi terhadap lingkungan yang nyata antara anak
laki-laki dan perempuan, dan antara anak kelas 1-3 SD dengan kelas 4-6 SD.
Perencanaan program wisata pendidikan lingkungan di PT. Pusri disusun
dengan tema utama envi-edu tour (wisata pendidikan lingkungan) yang
meliputi kombinasi kegiatan pemutaran film pendek, ceramah di kelas,
outing class, dan permainan.
Kata kunci: pendidikan lingkungan, perencanaan, program wisata, anak

SUMMARY
LENNY YUSRINI. Planning on Environmental Education Tour Programme
Based on The Perception and Preferences of School Aged Children at PT.
Pusri Palembang. Supervised by E.K.S. HARINI MUNTASIB and DWI
HASTUTI.
Environmental education is aimed to change someone’s attitude and
behavior towards one’s interaction with the environment. Since the
education is not a short term period, the education needs to start as early as
possible. By applying an early environmental education, it is hoped to create
a positive attitude and behavior towards the environment. The final outcome
is to create a generation which become agent of change that are able to be
the driving force in creating the balance of nature and environment.

The education programme needs to be created with the attention to the
needs and wants of the participants (in this case; school-aged children)
combined with a concrete learning. One of the activities that the children
love is a trip or tour. This activities can be combined with the environmental
education so that it can become a fun and effective programme.
The objective of this research is to develop a planning for an
environmental education tour programme based on the needs of the schoolaged children by paying attention to their perception and preferences
towards the environment. The research used qualitative descriptive methods.
Samples were the elementary school children located in the Ring I of PT.
Pusri. Number of samples are 120 children which were purposively chosen
using the random sampling method. Data were collected using
questionnaire, interviews, observations and desk study. Data was analyzed
using the qualitative descriptive method. The development of the tour
planning programme then was created by synthetizing the perception,
preferences, and the point of interests of PT. Pusri.
The result of this research showed that PT. Pusri is potential as the
destination of environmental education. There is no significant differences
of the perception and preferences towards the environment between the boys
and the girls, and between the grade 1-3 children and grade 4-6 children.
Both the perception and preferences of the children were dominantly at the

level of moderate so the program will be created to increase this level into
good. The planning of the environmental education tour program were
created by combining the classroom method (films and lecture), field trip,
and fun games. This research showed that a factory with its activities can be
a destination for an environmental education tour for elementary shool
children.
Keywords: environmental education, planning, tour programme, child

©Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk
kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan
laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan
tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PERENCANAAN PROGRAM WISATA PENDIDIKAN LINGKUNGAN
BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI ANAK

USIA SEKOLAH DASAR DI PT. PUSRI PALEMBANG

LENNY YUSRINI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Manajemen Ekowisata dan Jasa Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Burhanuddin Masy’ud, MS

Judul Tesis

Nama

NIM

: Perencanaan Program Wisata Pendidikan Lingkungan
Berdasarkan Persepsi dan Preferensi Anak Usia Sekolah Dasar di
PT. Pusri Palembang
: Lenny Yusrini
: E352100021

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Prof Dr E.K.S. Harini Muntasib, MS
Ketua

Dr Ir Dwi Hastuti, MSc
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi

Manajemen Ekowisata dan
Jasa Lingkungan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Ricky Avenzora, MSc

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian:
30 Desember 2013

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2012 ini ialah
perencanaan program wisata, dengan judul Perencanaan Program Wisata

Pendidikan Lingkungan Berdasarkan Persepsi dan Preferensi Anak Usia Sekolah
Dasar di PT. Pusri Palembang.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Prof Dr E.K.S. Harini Muntasib, MS dan Ibu Dr Ir Dwi Hastuti, MSc
selaku pembimbing.
2. Bapak Dr Ir Ricky Avenzora, MSc selaku Ketua Program Studi MEJ.
3. Bapak Dr Ir Burhanuddin Masy’ud selaku penguji luar komisi pada ujian tesis.
4. Manajemen PT. Pusri, dalam hal ini Bagian Hubungan Masyarakat (Humas),
Pendidikan dan Pelatihan (Diklat), dan Yayasan Pendidikan PT. Pusri
(Yapensri).
5. Para kepala sekolah, para guru dan adik-adik di sekolah contoh yang telah
membantu pengumpulan data.
6. Keluarga tercinta, suami Haryanto, anak-anak Cinta dan Dimas, orang tua
Bapak Hatta dan Ibu Erlin, dan kakak serta adik-adik atas dukungannya yang
luar biasa, dan segala doa dan kasih sayangnya.
7. Teman-teman MEJ 2010 atas dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2014
Lenny Yusrini


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xii

DAFTAR GAMBAR

xii

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kerangka Pikir

1
1
2

3
3
3

2 TINJAUAN PUSTAKA
Perencanaan Wisata
Pendidikan Lingkungan
Perkembangan Anak
Persepsi dan Preferensi terhadap Lingkungan
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

5
5
7
16
19
21

3 METODE
Rancangan Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Populasi dan Contoh
Analisis Data

21
21
22
22
27

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum PT. Pusri dan Sekitarnya
Daya Tarik Wisata PT. Pusri
Persepsi Anak Usia SD
Preferensi Anak Usia SD
Rekomendasi Perencanaan Program Wisata Pendidikan Lingkungan

29
29
31
38
43
44

5 SIMPULAN DAN SARAN

56

DAFTAR PUSTAKA

56

RIWAYAT HIDUP

DAFTAR TABEL

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29

Kompetensi dasar siswa SD terkait lingkungan
Strategi dan metode belajar
Tahap perkembangan kognitif menurut Piaget
Perkembangan anak
Durasi attention span anak usia SD
Daftar sekolah contoh
Data primer
Data sekunder
Komposisi contoh
Daya tarik wisata pendidikan lingkungan PT. Pusri
Daya tarik wisata pendidikan lingkungan PT. Pusri
Perkembangan pabrik PT. Pusri
Sebaran contoh menurut pengetahuan tentang lingkungan
Sebaran contoh menurut pengetahuan tentang PT. Pusri
Sebaran contoh menurut afeksi anak terhadap lingkungan
Sebaran contoh menurut afeksi anak terhadap PT. Pusri
Sebaran contoh menurut konasi anak terhadap lingkungan
Persepsi ideal anak tentang kawasan wisata pendidikan lingkungan
Sebaran contoh menurut tingkat persepsi anak terhadap lingkungan
Sebaran contoh menurut tingkat preferensi anak terhadap
lingkungan
Misi program wisata pendidikan lingkungan
Perencanaan pada pengelolaan dan kawasan
Zonasi di kawasan
Tujuan program menurut persepsi dan preferensi
Indikator keberhasilan program wisata pendidikan lingkungan
Program envi-edu tour untuk anak kelas 1-3 dengan daya tarik
pupuk dan danau buatan
Program envi-edu tour untuk anak kelas 4-6 dengan daya tarik
pupuk, instalasi pengolahan limbah dan Sungai Musi
Skenario I
Skenario II

9
16
17
17
18
22
24
24
31
31
33
34
39
40
40
41
41
42
42
43
44
45
45
46
47
49
50
51
54

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Kerangka pikir
Pemanfaatan lahan
Sebaran daya tarik wisata PT. Pusri
Papan interpretasi dan kondisi mini zoo
Kondisi mini zoo
Danau buatan 1 dan pulau mini
Danau buatan 2
Proses pembentukan persepsi terhadap lingkungan
Rute perjalanan skenario I
Rute perjalanan skenario II

4
30
32
36
36
37
38
39
53
55

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Wisata merupakan kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
dikunjungi dalam jangka waktu sementara (Undang-Undang Nomor 10 Tahun
2009 tentang Kepariwisataan). Kegiatan wisata dapat menjadi sarana untuk
menyampaikan pesan pendidikan lingkungan yang bertujuan untuk merubah
aspek kognitif, pengetahuan partisipatif, ketrampilan dan perilaku pembelajar
(Bhuiyan, Islam, Siwar, Ismail 2010). Agar sikap dan perilaku positif terhadap
lingkungan tertanam dan melekat pada diri seseorang, maka pendidikan
lingkungan sebaiknya diberikan sedini mungkin, antara lain dimulai pada anak
usia sekolah dasar (SD). Dengan menanamkan pendidikan lingkungan sejak usia
SD diharapkan kesadaran ini akan membentuk perilaku mereka dan terbawa
hingga dewasa. Hasil akhirnya diharapkan dapat tercipta generasi yang
merupakan agen perubahan (agent of change) yang mampu menjadi motor
penggerak dalam menciptakan keseimbangan dengan alam dan lingkungan.
Minimnya kawasan yang dapat menjadi destinasi wisata pendidikan
lingkungan menjadi salah satu kendala bagi sekolah dalam menerapkan
pembelajaran praktek tentang pendidikan lingkungan. Kawasan yang dapat
menjadi destinasi sebagian besar adalah kawasan yang dikelola secara mandiri
(swasta) dengan mengenakan biaya masuk yang cukup tinggi sehingga menjadi
beban bagi sekolah-sekolah. Hal ini berimbas kepada kurangnya pembelajaran
secara langsung dan interaksi anak dengan alam karena pembelajaran dilakukan
sebagian besar di dalam kelas saja. Untuk itu perlu dilakukan upaya mencari
alternatif destinasi pendidikan lingkungan yang memiliki sumber daya yang
memadai serta tidak membebani sekolah secara keuangan. Salah satu kawasan
yang dapat dijadikan destinasi adalah kawasan industri yang ruang lingkupnya
berkaitan dengan sumber daya alam. Pemilihan kawasan industri sebagai lokasi
kegiatan wisata pendidikan lingkungan salah satunya disebabkan oleh pendidikan
lingkungan tidak hanya merupakan tanggung jawab pihak sekolah atau aktivis
lingkungan. Semua elemen masyarakat memiliki tanggung jawab moral yang
sama dalam meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan ketrampilan tentang nilainilai lingkungan dan isu permasalahan lingkungan yang ada.
Kota Palembang dilalui oleh Sungai Musi yang merupakan sungai
terpanjang di Pulau Sumatera (750 kilometer). Sejak zaman Kerajaan Sriwijaya,
hubungan antara masyarakat kota Palembang dengan keberadaan sungai ini sangat
erat, baik dari sisi sejarah, perekonomian dan budaya. Pada masa sekarang,
berbagai pusat kegiatan dibangun di sepanjang Sungai Musi, termasuk di
antaranya adalah PT. Pupuk Sriwijaya (PT. Pusri) Palembang. Pada penelitian ini,
kawasan industri yang menjadi lokasi penelitian adalah PT Pusri. PT. Pusri
merupakan Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang produksi dan
pemasaran pupuk dan merupakan salah satu industri terbesar di kota Palembang.
Selama lebih dari 50 tahun keberadaan PT. Pusri di Palembang, beberapa kegiatan
yang bersifat sosial telah dilakukan dengan melibatkan masyarakat sekitar

misalnya pemberian pelatihan bagi pedagang, pemberian paket sembako
menjelang bulan puasa, dan lain-lain. Kegiatan yang bersifat insidental antara lain
lomba foto dan menggambar kawasan PT. Pusri. Kegiatan-kegiatan ini
diselenggarakan tanpa melibatkan langsung sarana dan prasarana kawasan pabrik.
Undang-Undang (UU) Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
pasal 74 menyatakan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di
bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan
tanggung jawab sosial dan lingkungan. Sesuai dengan perundang-undangan
tersebut maka PT. Pusri memiliki tanggung jawab sosial dalam memperhatikan
aspek sosial dan lingkungan di luar perusahaan. Terkait dengan hal tersebut maka
dalam kebijakan perusahaannya PT. Pusri menempatkan berbagai isu yang
berkaitan dengan pelestarian lingkungan sebagai bagian dari laporan tahunan dan
strategi jangka panjang. Sebagai implementasinya, Code of Conduct PT. Pusri
menyebutkan upaya komitmen jangka panjang terhadap masyarakat sekitar
sehingga tatanan sosial dan ekonomi masyarakat senantiasa terlindungi dan
sedapat mungkin ditingkatkan
Dengan melaksanakan kegiatan wisata pendidikan lingkungan secara
berkelanjutan di kawasannnya menunjukkan tanggung jawab PT. Pusri terhadap
masyarakat di sekitarnya, khususnya dalam pengembangan kapasitas manusia di
bidang pendidikan dan pelestarian lingkungan jangka panjang. Selain itu, dengan
menjadi destinasi wisata pendidikan lingkungan, PT. Pusri dapat memiliki
kesempatan untuk memberikan informasi kepada masyarakat bahwa bidang kerja
dan aktivitas PT. Pusri sebagai produsen pupuk dan bahan kimia lainnya
menghasilkan produk yang bermanfaat bagi manusia, khususnya bidang pertanian
serta aktivitas tersebut tidak menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat
maupun lingkungan.
Memahami siapa yang menjadi sasaran pendidikan lingkungan sebelum
membuat program sangat penting agar isi materi dapat dipahami sesuai dengan
kemampuan peserta yang menjadi sasaran. Penelitian ini berupaya memadukan
antara kegiatan wisata dan pendidikan lingkungan yang dikemas dengan
memperhatikan kebutuhan peserta dengan lokasi kegiatan merupakan kawasan
industri yang berada di sekitar lingkungan peserta. Untuk itu, penelitian terkait
dengan pendidikan lingkungan yang dapat diselenggarakan di kawasan PT. Pusri
penting dilakukan, agar PT. Pusri dapat menjadi destinasi wisata pendidikan
lingkungan yang menarik dan terjangkau bagi sekolah-sekolah, sekaligus berperan
aktif dalam membangun generasi pelestari lingkungan dan menunjukkan kepada
masyarakat bentuk nyata partisipasi PT. Pusri dalam meningkatkan pembangunan
kapasitas masyarakat.

Perumusan Masalah
Salah satu kegiatan menyenangkan yang digemari anak-anak adalah jalanjalan atau berwisata. Kegiatan ini dapat digabungkan dengan pendidikan
lingkungan sehingga menjadi sebuah program yang menyenangkan sekaligus
dapat mencapai sasaran. PT. Pusri sebagai ikon industri kota Palembang memiliki
hubungan sosial dan sejarah dengan masyarakat yang sangat erat. Sebagai
industri yang bergerak di bidang pupuk dan bahan kimia lainnya, aktivitas PT.

Pusri dengan sendirinya akan berdampak pada bidang sosial, ekonomi dan
lingkungan di masyarakat sekitar kawasan industri ini berdiri. Oleh karena itu PT.
Pusri memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan masyarakat sekitar baik
dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya sebagaimana yang dinyatakan dalam
UU 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 74. Untuk itu dibutuhkan
kegiatan yang tidak hanya bersifat bantuan sosial, tetapi juga yang bersifat
berkelanjutan dan melibatkan masyarakat secara aktif. Salah satu kegiatan yang
dapat dilakukan untuk masyarakat sekitar adalah menyelenggarakan kegiatan
pendidikan lingkungan yang berkelanjutan. Melalui kegiatan tersebut PT. Pusri
dapat memberikan citra positif kepada masyarakat Sumatera Selatan pada
umumnya. Kegiatan tersebut dapat menjadi salah satu upaya yang dilakukan PT.
Pusri dalam memberikan sumbangsih terhadap kesejahteraan masyarakat. PT.
Pusri juga dapat berperan dalam menciptakan generasi baru yang sadar akan
pelestarian lingkungan.
Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat menjawab pertanyaan penelitian
yaitu bagaimanakah menyusun perencanaan program wisata pendidikan
lingkungan yang sesuai dengan persepsi dan preferensi anak usia Sekolah Dasar di
PT. Pusri Palembang. Untuk itu, perlu diteliti juga hal-hal sebagai berikut :
1. Apakah yang menjadi daya tarik PT. Pusri sebagai destinasi program wisata
pendidikan lingkungan?
2. Bagaimanakah persepsi dan preferensi anak usia SD terhadap lingkungan
lingkungan?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk
menyusun perencanaan program wisata pendidikan lingkungan berdasarkan
persepsi dan preferensi anak usia Sekolah Dasar di PT. Pusri Palembang. Secara
rinci tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui daya tarik PT. Pusri sebagai destinasi program wisata pendidikan
lingkungan.
2. Mengetahui persepsi dan preferensi anak usia SD terhadap lingkungan.
3. Menyusun perencanaan program wisata pendidikan lingkungan berdasarkan
persepsi dan preferensi anak usia SD di PT. Pusri Palembang.

Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
inovasi program wisata pendidikan lingkungan yang spesifik lokasi dengan
mempertimbangkan potensi daya tarik yang ada dan persepsi dan preferensi anak
usia SD. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis
berupa :
1. Masukan bagi PT. Pusri sebagai salah satu komponen masyarakat yang
memperhatikan pengembangan pendidikan lingkungan dalam merancang
program wisata pendidikan lingkungan berkelanjutan.

2. Masukan bagi penyelenggara kegiatan wisata pendidikan bagi anak usia SD,
baik di sekolah maupun di luar sekolah serta pihak-pihak lain yang
memerlukannya dalam merancang wisata pendidikan lingkungan.

Kerangka Pikir
Pembuatan program wisata selalu diawali dengan langkah mendasar yaitu
perencanaan. Melalui perencanaan wisata akan tergali informasi terkait dengan
aspek penyedia sarana (supply), dalam hal ini adalah PT. Pusri dan aspek
permintaan (demand), yaitu sasaran program (anak usia sekolah). Kawasan PT.
Pusri seluas 170,31 ha dapat dijadikan destinasi wisata pendidikan lingkungan.
Sebagai industri yang bergerak di bidang pupuk dan bahan kimia, akan digali
potensi lain yang dimiliki sehingga penyelenggaraan program wisata dapat
bervariasi.
Pendidikan lingkungan merupakan disiplin ilmu yang berkontribusi
terhadap keberlanjutan lingkungan melalui beragam kegiatan praktis, mulai dari
pemberian informasi hingga pembangunan kapasitas. Fokus dari pendidikan
lingkungan adalah mengidentifikasi perilaku yang menyebabkan ancaman
terhadap kondisi lingkungan dan untuk kemudian melihat apakah pendidikan saja
sudah cukup atau apakah harus disertai dengan strategi tambahan lain (Crohn dan
Birnbaum 2010). Dimopoulos, Paraskevospoulos dan Pantis (2008) mengatakan
bahwa pendidikan lingkungan dapat mempengaruhi sikap dan perilaku dan
membuat struktur sosial baru, baik dengan partisipasi sederhana maupun
kompleks terhadap keterlibatan dalam pengelolaan kawasan secara berkelanjutan.
Pendidikan lingkungan non formal dapat diberikan seawal mungkin dalam daur
hidup manusia, dimulai pada tahap anak-anak usia pra sekolah dan usia SD.
Untuk menjawab pertanyaan penelitian ini maka peneliti merumuskan kerangka
pemikiran seperti ditampilkan pada Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka pikir

2 TINJAUAN PUSTAKA
Perencanaan Wisata
Dalam UU Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan dinyatakan
bahwa wisata merupakan kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Perjalanan merupakan istilah umum
yang dilekatkan pada wisata, sehingga Coltman (1989) mendefinisikan wisata
sebagai perjalanan yang melingkar, dimulai dari suatu titik tertentu dan pada
akhirnya berakhir di tempat itu juga dengan mengikuti rencana perjalanan
(itinerary) tertentu.
Wisata merupakan suatu produk yang unik karena terdiri atas komponen
yang bersifat nyata (tangible) dan tidak nyata (intangible). Komponen yang nyata
contohnya antara lain adalah makanan yang disajikan di suatu rumah makan, atau
perlengkapan kamar di suatu hotel. Sementara komponen yang tidak nyata
misalnya adalah kualitas pelayanan dari suatu perusahaan penerbangan, atau
pemandangan indah di pegunungan. Manfaat dari komponen tidak nyata tidak
secara langsung diperoleh oleh pengguna tetapi baru dapat dirasakan setelah
pengguna melakukan kegiatan tersebut. Dengan kata lain, produk wisata
merupakan kombinasi dari berbagai komponen yang memberikan pengalaman dan
kepuasan total bagi konsumen (Coltman 1989). Hal ini menyebabkan wisata harus
dikemas secara menarik agar dapat menarik perhatian calon penggunanya. Upaya
untuk mengupayakan kemasan yang menarik dan sesuai dengan keinginan
pengguna dilakukan melalui kegiatan perencanaan yang baik.
Perencanaan merupakan fungsi pertama dan yang paling mendasar dalam
manajemen. Terkait dengan wisata, perencanaan yang baik dapat menjadi
pedoman penyelenggaraan kegiatan sekaligus menjadi alat ukur keberhasilan
penyelenggaraan kegiatan. Terdapat banyak pendekatan yang dapat digunakan
oleh seorang perencana. Pendekatan perencanaan wisata apapun yang digunakan
oleh seorang perencana, pembuatan suatu program wisata pada dasarnya
menggabungkan antara ilmu pengetahuan dengan cita rasa seni dari perencana
tersebut agar dapat menciptakan program yang menarik. Program wisata yang
menarik akan berujung pada keputusan membeli produk, yang merupakan harapan
dari semua perencana wisata.
Pada penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah aspek supply dan
demand. Aspek supply dan demand menjadi pokok yang harus dapat ditemukan
sebagaimana dinyatakan Avenzora (2008), bahwa perencanaan wisata merupakan
suatu upaya untuk mempertemukan aspek demand dan supply melalui pendekatan
yang obyektif, yang dirancang dengan sentuhan seni, rasa, pengetahuan dan
pengalaman serta berdasarkan argumen yang beralasan. Perencanaan wisata tidak
dapat hanya memenuhi satu sisi demand saja atau sebaliknya memenuhi aspek
supply saja, karena akan menciptakan produk yang kurang memenuhi harapan.

Proses Perencanaan Program Wisata
Perencanaan bukan merupakan suatu kegiatan yang tetap. Perencanaan yang
baik harus terus berlangsung selama program tersebut berjalan sehingga
merupakan sebuah proses. Mengacu pada Fiatiano (2009), perencanaan wisata
bukan merupakan bentuk persiapan saja, tetapi merupakan proses yang
berlangsung terus-menerus sehingga dapat menjadi acuan untuk perbaikan
program-program selanjutnya. Perencanaan wisata menurut Fiatiano (2009)
meliputi :
1 Penentuan visi dan misi
Kegiatan ini merupakan titik awal dari proses perencanaan. Pernyataan visi
menggambarkan sasaran jangka panjang dari suatu program. Pernyataan ini
menggambarkan posisi yang diinginkan yang dapat membantu memusatkan
dan mengarahkan kegiatan-kegiatan pelaksanaan. Pernyataan misi
menggambarkan bagaimana suatu program akan bergerak menuju visinya. Visi
program wisata pendidikan lingkungan di PT. Pusri harus dapat
menggambarkan upaya PT. Pusri membangun kesadaran dan kecintaan anak
terhadap lingkungan yang indah dan lestari .
2 Tujuan
Tujuan program menjawab pertanyaan yang dikenal dengan 5W2H, yaitu 1)
What (program apa yang akan dibuat?); 2) Why (mengapa program ini perlu
dibuat?); 3) Who (siapa saja yang terlibat dalam program ini, baik sebagai
pelaksana maupun peserta?); 4) Where (di mana program ini dapat
dilaksanakan?); 5) When (kapan program ini dapat dilaksanakan?); 6) How
(bagaimana program dapat dilaksanakan?); 7) How much (berapa besar biaya
yang dibutuhkan?).
Tujuan dapat diukur pencapaiannya. Beberapa area yang dapat dijadikan
pengukuran antara lain :
a. Kehadiran, yang diukur dengan jumlah peserta
b. Pertumbuhan program yang diukur dengan jumlah kegiatan yang
diselenggarakan
c. Mutu program yang diukur dengan tanggapan dari peserta
d. Kepuasan peserta yang diukur dari jumlah keluhan.
3 Observasi dan pengumpulan data
Tahap ini digunakan untuk menganalisis potensi dan kondisi yang ada di
destinasi. Diawali dengan identifikasi dan observasi pada kawasan destinasi.
Kegiatan ini pada dasarnya merupakan kegiatan menghubungkan antara
rumusan tujuan dengan kondisi yang ada di lapangan. Yang diobservasi adalah
semua masalah yang dipertanyakan dalam rumusan tujuan. Untuk
mempermudah pekerjaan observasi maka dapat digunakan alat bantu atau
instrumen. Berbagai data yang diperoleh melalui observasi kemudian diolah
dan dianalisis. Tahapan ini digunakan untuk menentukan strategi pencapaian
tujuan, mengidentifikasi kendala yang mungkin timbul, dan mencari alternatif
yang mungkin dapat diambil.
4 Disain produk
Disain produk merupakan tahapan dimana beberapa alternatif program dibuat.
Sebagaimana produk wisata lainnya, disain produk ini juga memenuhi unsurunsur daya tarik dan manfaat, keamanan dan unsur lain yang melengkapi suatu
produk.

5. Pengujian dan operasional
Sebelum dilaksanakan, perencanaan yang telah dibuat diujicobakan untuk
memperoleh umpan balik. Pengujian meliputi pengujian kemampuan
pelaksanaan di lapangan dan pengujian terhadap respon pasar.
6. Evaluasi
Hasil umpan balik kemudian dievaluasi dan jika dianggap telah memenuhi
harapan maka program dapat dijalankan.
7. Disain akhir
Hasil evaluasi digunakan untuk melakukan perbaikan dan perubahan yang
diperlukan. Hasilnya merupakan produk yang siap ditawarkan kepada pasar.
Pada penelitian ini, proses perencanaan dibatasi pada tahap disain produk
karena keterbatasan kemampuan peneliti.
.
Pendidikan Lingkungan
UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup menyatakan bahwa lingkungan hidup sebagai kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya
manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Penggabungan kata “pendidikan” dan “lingkungan” membangkitkan rasa
ingin tahu mengenai mengapa, kapan, dan apa tujuan kedua kata ini dipadankan.
Jawabannya terentang mulai dari kepentingan individu hingga kepentingan global.
Penggunaan istilah pendidikan lingkungan pertama kali pada level internasional
menurut Palmer dan Neal (1994) adalah pada pertemuan The International Union
for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) di Paris pada tahun
1948. Sejak saat itu semakin banyak para ahli dan praktisi yang mencoba untuk
mendefinisikan istilah ini, terlebih ketika semakin banyak peristiwa kritis yang
terjadi di dunia yang diketahui dan dipublikasikan. IUCN (1970) mendefinisikan
pendidikan lingkungan sebagai suatu proses pengenalan nilai-nilai dan
memperjelas konsep dalam rangka mengembangkan keterampilan dan perilaku
yang diperlukan untuk memahami dan menghargai keterhubungan antara manusia,
kebudayaannya, dan lingkungan biofisiknya.
Pendidikan lingkungan merupakan disiplin ilmu yang berkontribusi
terhadap keberlanjutan lingkungan melalui beragam kegiatan praktis, mulai dari
pemberian informasi hingga pembangunan kapasitas. Fokus dari pendidikan
lingkungan adalah mengidentifikasi perilaku yang menyebabkan ancaman
terhadap kondisi lingkungan dan untuk kemudian melihat apakah pendidikan saja
sudah cukup atau apakah harus disertai dengan strategi tambahan lain (Crohn dan
Birnbaum 2010). Menurut Dimopoulos et al. (2008), pendidikan lingkungan dapat
mempengaruhi sikap dan perilaku dan membuat struktur sosial baru, baik dengan
partisipasi sederhana maupun kompleks terhadap keterlibatan dalam pengelolaan
kawasan konservasi secara berkelanjutan.
Banyak upaya pendidikan lingkungan ditargetkan kepada anak-anak, dengan
tujuan untuk merubah hubungan anak-anak dengan alam (Crohn dan Birnbaum
2010). Anak-anak usia sekolah merupakan sasaran yang tepat bagi pembelajaran
mengenai lingkungan untuk jangka panjang karena perkenalan dini terhadap alam

akan menyentuh seseorang dan akan menjadi bagian dari dirinya sampai dia
dewasa (Crowell 2001).
Crohn dan Birnbaum (2010) menyebutkan bahwa pendidikan lingkungan
lebih sering dilakukan dalam bentuk non-formal, yang mengimplikasikan bahwa
sebagian besar kegiatan pembelajaran dilakukan di luar dinding sekolah. Beberapa
hal yang dapat diterapkan dalam pendidikan lingkungan adalah :
1. Pesan harus dibuat sederhana. Orang akan lebih cepat merespon gagasan yang
jelas dan mudah dilaksanakan, sehingga pesan harus fokus pada satu gagasan
saja dan mudah dimengerti.
2. Orang akan merespon pada pesan yang langsung terkait dengan dirinya. Untuk
itu, buatlah pesan yang secara langsung terkait dengan individu.
3. Orang akan merespon pada gagasan jika mereka mengetahui tindakan apa yang
dapat mereka lakukan kemudian. Pesan harus meminta individu untuk berbuat
sesuatu.
Pesan yang terlalu rumit justru tidak akan mencapai sasaran karena tidak
dimengerti anak (Newton 2001). Selain menyederhanakan pesan, pendidikan
lingkungan sebaiknya memperhatikan sisi penerima pesan. Pesan pendidikan
lingkungan yang tidak memperhatikan siapa sasarannya tidak akan berhasil
dengan baik karena program yang dibuat belum tentu sesuai dengan kebutuhan
anak dan kemampuan anak dalam menyerap pesan. Caro et al. (2003) menemukan
bahwa anak-anak yang dididik sejak dini memperoleh pengaruh yang kuat dan
jangka panjang terhadap lingkungan alam.
Sekolah dan Pendidikan Lingkungan
Menyadari pentingnya pendidikan lingkungan sejak dini, maka Inggris sejak
tahun 1990 telah mencantumkan pendidikan lingkungan dalam kurikulum
nasionalnya. Pada implementasinya, pendidikan lingkungan di Inggris tidak
disampaikan melalui satu pendekatan atau metode pengajaran, tetapi melalui
pendekatan yang bervariasi (Blum 2008). Perencanaan pendidikan lingkungan
yang terintegrasi dalam kurikulum mengacu kepada tiga komponen yang saling
berkaitan, yaitu :
Pendidikan tentang lingkungan
Pendidikan untuk lingkungan
Pendidikan di atau melalui lingkungan
Pendidikan tentang lingkungan bertujuan untuk mengembangkan
pengetahuan dan memahami nilai-nilai serta perilaku. Pendidikan untuk
lingkungan mendorong siswa untuk mengeksplorasi respon pribadi mereka
terhadap lingkungan dan hubungan dengan lingkungan serta isu lingkungan. Hal
ini terkait dengan pengembangan perilaku dan nilai-nilai, termasuk elemen
pemahaman dan perilaku yang diperlukan untuk mengembangkan pemanfaatan
lingkungan yang berkelanjutan. Pendidikan di atau melalui lingkungan
menggunakan lingkungan sebagai sumber untuk pembelajaran. Lingkungan
menjadi sumber yang mendorong pengembangan pengetahuan dan pemahaman
sekaligus keterampilan.
Pemerintah Indonesia menyadari pentingnya memberikan pendidikan
lingkungan sejak dini dengan memasukkan penyampaian tentang masalah
kependudukan dan lingkungan hidup secara integratif dalam kurikulum tahun
1984 pada hampir semua mata pelajaran jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Tindak lanjut pemerintah terkait pendidikan lingkungan dibuktikan dengan
Memorandum Bersama antara Departemen Pendidikan Kebudayaan dengan
Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 0142/U/1996 dan Nomor
Kep:89/MENLH/5/1996 tentang Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan
Lingkungan Hidup pada tanggal 21 Mei 1996. Dilanjutkan dengan Memorandum
Bersama antara Menteri Pendidikan Nasional dengan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor 05/VI/KB/2005 dan Keputusan Nomor 07/MenLH/06/2005 tentang
Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup. Pada keputusan
bersama ini ditekankan bahwa pendidikan lingkungan hidup dilakukan secara
integrasi dengan mata ajaran yang ada.
Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang sesuai Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan, pendidikan lingkungan terintegrasi dalam mata pelajaran
kelas I hingga kelas VI SD. Standar kompetensi dan kompetensi dasar siswa SD
yang terkait dengan pendidikan lingkungan dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1 Kompetensi dasar siswa SD terkait dengan lingkungan
Kelas
I

Mata Pelajaran
Sains

IPS

II

IPS

PKn

Standar Kompetensi
Mengenal cara
memelihara lingkungan
agar tetap sehat.

Mengenal berbagai
benda langit dan
peristiwa alam
(cuaca dan musim serta
pengaruhnya terhadap
kegiatan manusia)
Mendeskripsikan
lingkungan rumah.

Memahami kedudukan
dan peran anggota
dalam keluarga dan
lingkungan tetangga
Menampilkan sikap
cinta lingkungan

Kompetensi Dasar
Mengenal cara menjaga
lingkungan agar tetap
sehat.
Membedakan lingkungan
sehat dan tidak sehat
Menceritakan perlunya
merawat tanaman, hewan
memelihara dan
lingkungan sekitar
Mengenal keadaan cuaca di
sekitar kita.
Membedakan pengaruh
musim kemarau dan musim
hujan terhadap kegiatan
manusia.
Menjelaskan lingkungan
rumah sehat dan perilaku
dalam menjaga kebersihan
rumah.
Memberi contoh bentuk bentuk kerjasama di
lingkungan dan tetangga.
Mengenal pentingnya
lingkungan alam seperti
dunia tumbuhan dan dunia
hewan
Melaksanakan
pemeliharaan lingkungan
alam

Lanjutan.
Kelas

Mata Pelajaran
Sains

Standar Kompetensi
Mengenal bagian-bagian
utama tubuh hewan dan
tumbuhan.
Pertumbuhan hewan dan
tumbuhan serta berbagai
tempat hidup makhluk
hidup

III

IPS

Memahami lingkungan
sekitar dan melaksanakan
kerja sama di sekitar
rumah dan sekolah

Sains

Memahami ciri-ciri dan
kebutuhan makhluk
hidup serta hal-hal yang
mempengaruhi
perubahan pada makhluk
hidup

Memahami kondisi
lingkungan yang
berpengaruh terhadap
kesehatan dan upaya
menjaga kesehatan
lingkungan

Kompetensi Dasar
Mengenal bagian-bagian
utama tubuh hewan dan
tumbuhan di sekitar rumah
dan sekolah melalui
pengamatan.
Mengidentifikasi
perubahan yang terjadi
pada pertumbuhan hewan
(dalam ukuran) dan
tumbuhan (dari biji
menjadi tanaman).
Mengidentifikasi berbagai
tempat makhluk hidup (air,
darat, dan tempat lainnya.
Mengidentifikasi makhluk
hidup yang
menguntungkan dan tidak
menguntungkan bagi
manusia.
Menceritakan lingkungan
alam dan buatan di sekitar
rumah dan sekolah.
Memelihara lingkungan
alam dan buatan di sekitar
rumah.
Membuat denah dan peta
lingkungan rumah dan
sekolah.
Mengidentifikasi ciri- ciri
dan kebutuhan makhluk
hidup.
Menggolongkan makhluk
hidup secara sederhana.
Mendeskripsikan
perubahan yang terjadi
pada makhluk hidup dan
hal yang mempengaruhi
pertumbuhan dan
perkembangan anak
(makanan, kesehatan,
rekreasi dan olah raga)
Membedakan ciri-ciri
lingkungan sehat dan
lingkungan tidak sehat
berdasarkan pengamatan.
Mendeskripsikan kondisi
lingkungan yang
berpengaruh terhadap
kesehatan.

Lanjutan.
Kelas

Mata Pelajaran

Standar Kompetensi

Memahami kenampakan
permukaan bumi, cuaca,
dan pengaruhnya bagi
manusia, serta
hubungannya dengan
cara manusia memelihara
dan melestarikan alam.

IV

Sains

Memahami hubungan
antara struktur bagian
tumbuhan dengan
fungsinya.

Menggolongkan hewan,
berdasarkan jenis
makanannya

Memahami daur hidup
beragam jenis makhluk
hidup

Kompetensi Dasar
Menjelaskan cara menjaga
kesehatan lingkungan
sekitar.
Mendeskripsikan
kenampakan permukaan
bumi di lingkungan
sekitar.
Menjelaskan hubungan
antara keadaan awan dan
cuaca.
Mendeskripsikan pengaruh
cuaca bagi kegiatan
manusia.
Mengidentifikasi cara-cara
manusia dalam
memelihara dan
melestarikan alam di
lingkungan sekitar.
Menjelaskan hubungan
antara struktur akar
tumbuhan dengan
fungsinya.
Menjelaskan hubungan
antara struktur batang
tumbuhan dengan
fungsinya.
Menjelaskan hubungan
antara struktur daun
tumbuhan dengan
fungsinya.
Menjelaskan hubungan
antara bunga dengan
fungsinya.
Mengidentifikasi jenis
makanan hewan.
Menggolongkan hewan
berdasarkan jenis
makanannya
Mendeskripsikan daur
hidup beberapa hewan di
lingkungan sekitar,
misalnya kecoa, nyamuk,
kupu-kupu, kucing.
Menunjukkan kepedulian
terhadap hewan
peliharaan, misalnya
kucing, ayam, ikan.

Lanjutan.
Kelas

Mata Pelajaran

Standar Kompetensi
Memahami hubungan
sesama makhluk hidup dan
antara makhluk hidup
dengan lingkungannya

Memahami perubahan
lingkungan fisik dan
pengaruhnya terhadap
daratan

Memahami hubungan
antara sumber daya alam
dengan lingkungan,
teknologi, dan masyarakat

IPS

Memahami sejarah,
kenampakan alam dan
keragaman suku bangsa di
lingkungan kabupaten /
kota dan provinsi.
Mengenal sumber daya
alam, kegiatan ekonomi
dan kemajuan teknologi di
lingkungan kabupaten /
kota dan provinsi.

Kompetensi Dasar
Mengidentifikasi
beberapa jenis hubungan
khas (simbiosis) dan
hubungan “makan dan
dimakan” antar makhluk
hidup (rantai makanan).
Mendeskripsikan
hubungan antara
makhluk hidup dengan
lingkungannya.
Mendeskripsikan
berbagai penyebab
perubahan lingkungan
fisik (angin, hujan,
cahaya matahari, dan
gelombang air laut).
Menjelaskan pengaruh
perubahan
lingkungan
fisik terhadap daratan
(erosi, abrasi, banjir, dan
longsor)
Mendeskripsikan
cara
pencegahan
kerusakan
lingkungan (erosi, abrasi,
banjir, dan longsor)
Menjelaskan hubungan
antara sumber daya alam
dengan lingkungan.
Menjelaskan hubungan
antara sumber daya alam
dengan teknologi yang
digunakan.
Menjelaskan dampak
pengambilan bahan alam
terhadap pelestarian
lingkungan.
Menunjukkan jenis dan
persebaran sumber daya
alam serta
pemanfaatannya untuk
kegiatan ekonomi di
lingkungan setempat.
Mengenal aktivitas
ekonomi yang berkaitan
dengan sumber daya
alam dan potensi lain di
daerahnya.

Lanjutan.
Kelas
V

Mata Pelajaran
Sains

Standar Kompetensi
Memahami cara tumbuhan
hijau membuat makanan

Mengidentifikasi
cara
makhluk
hidup
menyesuaikan diri dengan
lingkungan

Memahami
perubahan
yang terjadi di alam dan
hubungannya
dengan
penggunaan sumber daya
alam.

VI

Sains

Memahami
hubungan
antara ciri-ciri makhluk
hidup dengan lingkungan
tempat hidupnya.

Memahami
pengaruh
kegiatan manusia terhadap
keseimbangan lingkungan.

Kompetensi Dasar
Mengidentifikasi
cara
tumbuhan hijau membuat
makanan.
Mendeskripsikan
ketergantungan manusia
dan hewan pada tumbuhan
hijau
sebagai
sumber
makanan.
Mengidentifikasi
penyesuaian diri hewan
dengan lingkungan tertentu
untuk
mempertahankan
hidup.
Mengidentifikasi
penyesuaian diri tumbuhan
dengan lingkungan tertentu
untuk
mempertahankan
hidup.
Mendeskripsikan
proses
daur air dan kegiatan
manusia
yang
dapat
mempengaruhinya.
Mendeskripsikan perlunya
penghematan air.
Mengidentifikasi peristiwa
alam yang terjadi di
Indonesia dan dampaknya
bagi makhluk hidup dan
lingkungan.
Mendeskripsikan
hubungan antara ciri-ciri
khusus
yang
dimiliki
hewan (kelelawar, cicak,
bebek) dan lingkungan
hidupnya .
Mendeskripsikan
hubungan antara ciri-ciri
khusus
yang
dimiliki
tumbuhan
(kaktus,
tumbuhan
pemakan
serangga)
dengan
lingkungan hidupnya.
Mengidentifikasi kegiatan
manusia
yang
dapat
mempengaruhi
keseimbangan
alam
(ekosistem).

Lanjutan.
Kelas

Mata Pelajaran

Standar Kompetensi

Memahami
pentingnya
pelestarian jenis makhluk
hidup untuk mencegah
kepunahan.

Kompetensi Dasar
Mengidentifikasi bagian
tumbuhan yang sering
dimanfaatkan
manusia
yang
mengarah
pada
ketidakseimbangan
lingkungan.
Mengidentifikasi bagian
tubuh hewan yang sering
dimanfaatkan
manusia
yang
mengarah
pada
ketidakseimbangan
lingkungan.
Mengidentifikasi
jenis
hewan dan tumbuhan yang
mendekati kepunahan.
Mendeskripsikan
pentingnya pelestarian
jenis makhluk hidup untuk
perkembangan Ilmu
Pengetahuan Alam dan
kehidupan masyarakat.

Wisata Pendidikan Lingkungan
Menurut Bhuiyan, Islam, Siwar dan Ismail (2010), pariwisata memiliki
berbagai segmentasi, antara lain memberikan kesempatan bekerja, pengembangan
sosial dan budaya, pembelajaran secara alami, alat untuk pembangunan
berkelanjutan, serta peningkatan kewaspadaan terhadap lingkungan. Oleh karena
itu, kegiatan pariwisata dapat dijadikan salah satu alat untuk menyampaikan
kegiatan pendidikan lingkungan. Wisata pendidikan disampaikan melalui
program-program pendidikan dan diharapkan dapat merubah aspek kognitif,
pengetahuan partisipatif, ketrampilan dan perilaku pembelajar (Bhuiyan et al.
2010).
Crohn dan Birnbaum (2010) menyebutkan bahwa pendidikan lingkungan
lebih sering dilakukan dalam bentuk non-formal, yang mengimplikasikan bahwa
sebagian besar kegiatan pembelajaran dilakukan di luar tembok sekolah. Salah
satu bentuk program pendidikan lingkungan non formal yang dapat digunakan
adalah wisata pendidikan.
Metode Pembelajaran
Secara umum, tujuan pembelajaran biasanya diarahkan pada kawasan
taksonomi tujuan pembelajaran Bloom (1952) dalam Uno (2001) yang meliputi
kawasan kognitif, afektif dan psikomotor. Uno ( 2001) menyatakan bahwa
kawasan kognitif merupakan kawasan yang membahas tentang tujuan
pembelajaran yang berkenaan dengan proses mental yang terdiri atas enam
tingkatan, yaitu :
1. Tingkat pengetahuan

Pengetahuan diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menghafal,
mengingat kembali, atau mengulang kembali informasi yang pernah
diperolehnya.
2. Tingkat pemahaman
Pemahaman merupakan kemampuan seseorang dalam mengartikan,
menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu tentang pengetahuan
yang pernah diterimanya dengan caranya sendiri.
3. Tingkat penerapan
Penerapan dikatakan sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan
pengetahuan untuk memecahkan masalah sehari-hari.
4. Tingkat analisis
Merupakan kemampuan seseorang dalam menganalisa permasalahan.
5. Tingkat sintesis
Tingkatan ini merupakan kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan
menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga
terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.
6. Tingkat evaluasi
Evaluasi diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam membuat perkiraan
atau keputusan yang tepat berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya.
Kawasan afektif merupakan domain yang berkaitan dengan sikap, nilai-nilai
interes, apresiasi dan penyesuaian perasaan sosial. Sama seperti kawasan kognitif,
kawasan afektif juga tersusun secara hirarkis sebagai berikut :
1. Kemauan menerima
Kemauan menerima merupakan keinginan untuk memperhatikan suatu gejala
atau rancangan tertentu. Misalnya, keinginan membaca buku atau
mendengarkan musik.
2. Kemauan menanggapi
Kemauan menanggapi merupakan kegiatan yang menunjuk pada partisipasi
aktif dalam kegiatan tertentu, seperti mentaati peraturan, menyelesaikan tugas,
atau menolong orang lain.
3. Berkeyakinan
Berkeyakinan diartikan sebagai kemauan menerima sistem nilai tertentu pada
diri individu, misalnya kesungguhan untuk melakukan suatu kehidupan sosial.
4. Mengorganisasi
Mengorganisasi berkaitan dengan penerimaan terhadap berbagai sistem nilai
yang berbeda-beda berdasarkan pada suatu sistem nilai yang lebih tinggi,
seperti menyadari pentingnya keselarasan antara hak dan tanggung jawab, atau
menyadari peranan perencanaan dalam memecahkan masalah.
5. Pembentukan pola
Pada tahap ini individu yang sudah memiliki sistem nilai selalu menyelaraskan
perilakunya sesuai dengan sistem nilai yang dipegangnya.
Pendidikan lingkungan terhadap anak-anak harus diberikan secara menarik
agar anak-anak tidak merasa bosan. Menurut Blum (2008), metode pembelajaran
di ruang kelas seringkali berkisar pada guru yang menuliskan informasi di papan
tulis sementara anak-anak menyalinnya di buku catatan. Metode seperti ini akan
membuat anak-anak merasa bosan yang mengakibatkan tidak adanya rasa tertarik
terhadap topik yang sedang dipelajari.

Van den Ban dan Hawkins (2005) menyampaikan strategi dan metode untuk
mencapai tujuan belajar seperti pada Tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2 Strategi dan metode belajar
Sifat Tujuan Belajar
Mengetahui (kognitif)

Strategi
Alih informasi (dari
luar)

Sikap (afektif)

Belajar dari
pengalaman
(informasi dari
dalam)
Latihan dan
keterampilan

Tindakan/melakukan
(psikomotorik)

Metode yang Disukai
Publikasi dan rekomendasi dari
media
massa,
ceramah,
selebaran, dialog yang diarahkan.
Diskusi kelompok, dialog tidak
diarahkan, simulasi, dan film

Metode
yang
mendorong
tindakan=latihan,
persiapan
dengan demonstrasi, atau film
demonstrasi.

Perkembangan Anak
Perkembangan bukan sekadar berarti penambahan ukuran tinggi atau berat
badan pada seseorang, melainkan suatu proses integrasi dari banyak struktur dan
fungsi yang kompleks (Nurihsan dan Agustin 2011). Teori perkembangan anak
membantu peneliti untuk memusatkan perhatian pada apa yang akan diteliti pada
anak. Tiap teori perkembangan akan menjadi bingkai kerja dalam meneliti
perkembangan anak. Masing-masing teori menjadi referensi yang berbeda-beda
dalam menginterpretasikan data dan fakta. Perilaku anak tidak dapat diteliti hanya
dengan satu teori karena perilaku anak sangat kompleks.
Beberapa teori yang digunakan untuk menyusun dan menjelaskan fakta
tentang perkembangan anak menurut Fabes dan Martin (2003) adalah :
1. Teori berdasarkan biologi
Teori ini menekankan perkembangan anak berdasarkan faktor-faktor dan
proses biologis yang diwariskan. Teori ini juga mengasumsikan bahwa
kekuatan-kekuatan warisan mempengaruhi perilaku.
2. Teori psikoanalisis
Teori psikoanalisis diawali dengan keyakinan bahwa sebagian besar penyebab
perilaku adalah dorongan bawah sadar yang berasal dari pikiran seseorang.
3. Teori berdasarkan lingkungan
Teori ini menyatakan bahwa lingkungan dimana seseorang tinggal dan apa
yang dialaminya merupakan faktor penentu dalam perilaku. Menurut teori ini,
perubahan perilaku terjadi ketika terjadi perubahan lingkungan. Penelitian
tentang perkembangan berdasarkan lingkungan fokus pada faktor-faktor yang
menentukan bagaimana perilaku berubah sebagai respon dari peristiwa seharihari.
4. Teori berdasarkan kognisi
Teori ini memberi penekanan pada peran dari proses mental seperti daya ingat,
pengambilan keputusan dan pemrosesan informasi dalam mempengaruhi
perilaku. Teori kognisi ini fokus pada bagaimana pemikiran dan alasan berubah

dari waktu ke waktu dan pengaruhnya terhadap perkembangan. Teori ini
menganggap bahwa seseorang haus akan pemahaman terhadap dunia di
sekelilingnya.
Ketika anak berinteraksi dengan dunianya maka konsepsi anak tentang
dunia akan berubah. Menurut Piaget (dalam Fabes dan Martin 2003) kecerdasan
anak mengalami perubahan dramatis sepanjang waktu. Perubahan ini sangat nyata
sehingga dinyatakan oleh Piaget sebagai tahapan perkembangan kognitif anak.
Tahapan ini berjalan berkelanjutan dan tidak bisa diulang. Artinya, setelah
melewati tahap tertentu maka si anak tidak dapat kembali lagi ke tahap pemikiran
awal. Tahap-tahap perkembangan kognitif menurut Piaget seperti ditunjukkan
pada Tabel 3 adalah : 1) Tahap sensorimotor, 2) Tahap preoperasional, 3) Tahap
operasional konkrit, 4) Tahap operational formal.
Tabel 3 Tahap-tahap perkembangan kognitif menurut Piaget
Tahap
Sensorimotor

Usia
0-2 tahun

Preoperasional

2-7 tahun

Operasional konkrit

7-11 tahun

Operasional formal

Di atas
11 tahun

Perkembangan
Pengetahuan motorik
Orientasi saat kini
Representasi simbolik
Perencanaan
Pemikiran egosentris
Pemikiran dan pemecahan masalah
berdasarkan persepsi dan tampilan
Penggunaan logika dalam pemecahan
masalah
Logika digunakan hanya pada benda
dan peristiwa nyata
Logika berlaku pada masalah hipotetis
dan abstrak
Perhatian terhadap konsep seperti
keadilan dan persamaan

Setiap pembagian dalam rentang hidup manusia dalam suatu periode
merupakan sebuah gagasan mengenai kenyataan alamiah yang diterima luas oleh
anggota masyarakat pada suatu waktu tertentu. Papalia et al. (2005) membagi
periode perkembangan manusia menjadi