Guru wb

  

Guru Wiyata Bakti adalah Guru bukan PNS yang membantu mengajar di

sekolah negeri, dengan jumlah jam mengajar dan tanggung jawab sama

dengan Guru PNS. Mereka wajib mengajar minimal 24 jam perminggu dan

memiliki kualifikasi sebagai Guru dengan pendidikan Strata 1 Kependidikan

sesuai dengan PP 74 Tahun 2008. Sungguhpun mereka bukan PNS tetapi

melaksanakan tugas profesinya sama dengan tugas Guru PNS. Menurut PP

  

74 Tahun 2008 pasal 1 ayat 1, Guru adalah pendidik profesional dengan

tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,

menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur

pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Maksudnya

adalah Guru tidak hanya transfer pengetahuan saja, tetapi juga harus

membentuk kepribadian peserta didik sesuai kultur yang ada. Mereka harus

memenuhi kualifikasi akademik dan kompetensi yang dibutuhkan.

Kekurangan Guru

  

Tanpa bantuan Guru Wiyata Bakti, maka pelaksanaan pembelajaran akan sangat terganggu,

karena saat ini untuk Sekolah Dasar, mestinya ada 6 Guru kelas bila jumlah rombelnya ada

6 dari kelas 1 sampai kelas 6, dan ditambah seorang Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan

Kesehatan dan seorang Guru Agama serta seorang Kepala Sekolah. Sehingga setiap sekolah

dasar harusnya memiliki 9 Guru PNS termasuk Kepala Sekolah agar pembelajaran bisa

berjalan lancar, belum termasuk petugas Taman atau Penjaga Sekolah. Saat ini jumlah Guru

PNS di Sekolah Dasar rata-rata hanya 3-4 orang PNS, sehingga banyak kekurangan Guru,

katakan setiap sekolah kekurangan Guru antara 3 – 4 orang. Itu terjadi pada sekolah yang

jumlah rombongan belajarnya hanya 6 rombel, padahal dalam kenyataan ada sekolah yang

memiliki kelas paralel terutama sekolah yang ada di perkotaan, artinya kelas 1 ada 2 rombel

atau 3 rombel katakan Kelas I A, B dan C, maka kekurangan Gurunya akan semakin banyak.

Kekurangan Guru tersebut saat ini hanya bisa diatasi dengan kehadiran Guru Wiyata Bakti.

Tanpa kehadiran mereka kegiatan belajar mengajar tidak akan berjalan dengan baik. Setelah

terbitnya PP 48 Tahun 2005 tanggal 11 November 2005 pemerintah dan sekolah tidak boleh

mengangkat Guru Wiyata Bakti. Dalam hal ini pemerintah memang tidak pernah

mengangkat Guru Wiyata Bakti, karena Guru Wiyata Bakti yang dimaksud di sini Surat

Keputusannya harus ditandatangani oleh Bupati atau Walikota. Karena sekolah tidak

memiliki Guru secara lengkap, dan tidak ada pilihan lain kecuali sekolah harus mengangkat

Guru Wiyata Bakti melalui Komite Sekolah, karena memang sangat dibutuhkan. Bila tidak

  

ada mereka maka kegiatan belajar mengajar akan lumpuh, sebab ada beberapa kelas yang

tidak ada Gurunya. Wali murid atau orang tua murid akan menuntut agar putra-putrinya

tetap bisa mendapat pelajaran di sekolah. Sekolah mengangkat Guru Wiyata Bakti adalah

solusi yang cerdas, walaupun tidak ada anggaran untuk honor, kecuali dana Bantuan BOS

yang sangat terbatas.

Gelombang Pensiun Guru Inpres

  

Dengan pengangkatan Guru Inpres secara masal pada masa pemerintah Orde Baru, mulai

tahun 1974, sekali mengangkat bisa mencapai belasan ribu Guru, dan diperkirakan mulai

tahun 2015, Guru tersebut akan mulai pensiun masal. Saat ini juga sudah mulai terasa

terjadi pensiun dari pengangkatan masal tersebut, rata-rata setiap kecamatan yang pensiun

ada 2-3 orang Guru setiap bulan. Maka dalam satu tahun di setiap kecamatan yang pensiun

sekitar 25 orang Guru, bila satu kabupaten ada 25 kecamatan, maka yang pensiun dalam

satu bulan sekitar 25 X 25 orang = 625 orang. Bila dihitung skala provinsi maka angkanya

menjadi sangat besar, tidak sebanding dengan pengangkatan Guru PNS yang saat ini

terjadi, dengan kuota sekitar 30 orang untuk Guru Sekolah Dasar, belum termasuk Guru di

lingkungan SMP sampai SMA/ SMK. Secara perhitungan kasar pada suatu titik tertentu akan

terjadi kekurangan Guru yang luar biasa, dan siapa yang akan mengajar anak-anak

generasi muda kita. Kita sadar bahwa masa depan bangsa dan negara ini ada di tangan

generasi muda yang kita didik saat ini. Tetapi bila pemerintah tidak segera mengambil

keputusan untuk mengangkat Guru sebanding dengan yang pensiun, maka kekurangan itu

tidak akan pernah tertangani. Rerata Guru yang ada saat ini usianya di atas 50 tahun dan

sebagian besar sudah mendekati pensiun karena pengangkatan masal Guru Inpres Tahun

70-an. Bila dihitung rata-rata jumlah sekolah dan jumlah Guru secara nasional tidak

kekurangan, barangkali ada penumpukan guru entah di mana. Percayalah pemerintah pasti

sudah memikirkannya, di bulan Agustus 2015 menurut informasi akan ada seleksi K-2 yang

belum lolos dan kuota hanya 30 ribu seluruh Indonesia, mohon K-2 mempersiapkan diri dan

yang baru menjadi Guru Wiyata Bakti juga bersabar antre, apalagi yang masih mengikuti

kuliah di Universitas Terbuka.

Honor yang Belum Layak

  

Saat artikel ini saya tulis, masih ada Guru Wiyata Bakti yang mendapat honor sekitar

Rp150.000 sampai Rp 300.000, ada juga yang lebih dari itu. Dan bersyukur ada Pemerintah

Daerah sudah membantu Tunjangan Kesejahteraan sebesar Rp 400.000. perbulan yang

  

meningkatkan kesejahteraan Guru WB. Namun karena Guru Wiyata Bakti jumlahnya sangat

banyak, maka belum semua Guru WB menerimanya, mereka yang menerimanya dengan

kategori sudah mengabdi minimal 4 tahun dan memenuhi syarat yang lain. Saat ini

mestinya sekolah hanya menerima Guru Wiyata Bakti yang sudah memenuhi kualifikasi

akademik artinya sudah S1 PGSD, nyatanya tidak demikian, banyak yang menjadi Guru

Wiyata Bakti tetapi belum memiliki S1 PGSD bahkan sedang kuliah karena syarat untuk bisa

kuliah di Universitas Terbuka harus mengajar, menurut ketentuan mestinya tidak demikian.

Setelah kuliah mereka menuntut honor, ada yang sudah bakti bertahun-tahun tetapi tidak

memiliki kelas karena sejatinya sekolah tidak membutuhkannya. Menurut aturan, sekolah

mengambil Guru Wiyata Bakti karena memang sekolah kekurangan Guru, saat ini yang saya

amati Guru yang ingin kuliah minta keterangan mengajar hanya sebagai syarat untuk bisa

kuliah. Padahal sekolah tidak membutuhkannya, sehingga terjadi penumpukan Guru Wiyata

Bakti yang jumlahnya cukup banyak di suatu sekolah, jadi wajar bila mereka tidak pernah

mendapat kelas untuk mengajar ia hadir di sekolah untuk bekerja apa saja. Pemberian

tidak enak keterangan mengajar oleh Kepala Sekolah atau Komite Sekolah dikarenakan rasa

dan tidak kepenak,karena hubungan pertemanan dengan orangtua Guru Wiyata Bakti

tersebut.

Sumber honor Guru Wiyata Bakti berasal dari Dana BOS dan paling banyak hanya 20 %

dibagi jumlah Guru Wiyata Bakti. Dana lain memang tidak ada, karena bila Guru WB

jumlahnya banyak, maka penerimaannya juga tidak banyak, kisaran Rp 150.00 sampai Rp

300.000. Nominal angka itu memang belum layak, dan sangat tidak layak, karena

kebutuhan hidup personal juga meningkat. Banyak keluhan para Guru Wiyata Bakti,

berkaitan dengan honor, namun harus berbuat apa karena adanya seperti itu, bahkan ada

yang menuntut untuk diangkat menjadi PNS, itu sah-sah saja tetapi pengangkatan menjadi

PNS ada mekanisme dan aturannya.

  

Anton Awaludin, S.Pd dari Cicalengka Kab. Bandung dalam suratnya kepada MPR inti tulisan

antara lain demikian :

...............kami adalah guru honorer yang berpenghasilan Rp 400.000,-/ bulan.

  

Tidak sebanding dengan lama kuliah 5 tahun, penghasilan kami di bawah

pemulung, kuli sapu, pengemis, sedangkan kami dituntut untuk mendidik,

mengajar baca, tulis dst.... maaf bila ada kata yang menyinggung ... Demikian inti surat tersebut.

  Nilai Plus Guru Wiyata Bakti

  

Sebagian besar Guru Wiyata Bakti yang sudah lama mengabdi memiliki Ijazah Sarjana

Pendidikan dari LPTK dengan Gelar S.Pd. ( Sarjana Pendidikan ) Jurusan PGSD, bagi Guru

yang memiliki ijazah Sarjana bukan Pendidikan misalnya : S.H., S.E., S.Si, atau yang lain,

mereka rela untuk kuliah lagi di Universitas Terbuka dengan gelar S.Pd. S.D. agar

pendidikannya linier, mereka memiliki ijazah 2S, bukan S2, mereka kuliah dengan biaya

sendiri atau mendapat bantuan sebesar Rp 3.500.000 ada yang menerima satu kali selama

kuliah, dan ada yang belum pernah menerima bantuan sama sekali, tetapi tetap mengikuti

kuliah. Mereka tertarik menjadi Guru barangkali karena kesejahteraan Guru yang baik

dengan adanya Tunjangan Profesi, sungguh pun belum semua mendapatkannya. Rata-rata

mereka masih muda dan memiliki semangat kerja yang tinggi, cekatan bila mendapatkan

tugas, menguasai Teknologi Informasi yang baik, sehingga dalam mengajarnyapun cukup

baik, walaupun tidak menutup kemungkinan ada yang kurang dan tidak bisa mengajar. Jam

kerja mereka sama dengan Guru PNS dari pukul 07.00 sampai 14.00 setiap hari dan kadang

ada yang pulang sampai sore hari. Karena Guru Wiyata Bakti mudah untuk diberi tugas yang

lain, mungkin karena takut pada pimpinan atau karena memang kinerjanya cukup baik.

Menurut pengamatan memang kinerjanya baik, kadang Guru PNS mengandalkan pada Guru

Wiyata Bakti. Tetapi tidak menutup kemungkinan ada yang kinerjanya tidak baik, ada yang

sering absen dengan berbagai alasan, ini yang tidak kita harapkan, karena bula sudah

memiliki kelas atau menjadi wali kelas, siswanya yang kebingungan seperti anak ayam

kehilangan induk. Bila terjadi seperti ini Guru lain yang harus mengajar rangkap, yang pasti

tidak efektif. Mudah-mudahan para Guru Wiyata Bakti menyadarinya sehingga tidak sering

absen.

Harapan Menjadi PNS

  

Semua Guru Wiyata Bakti dan tenaga bakti yang lain di sekolah, baik Penjaga Sekolah

maupun Tenaga Tata Usaha pasti punya harapan untuk bisa diangkat menjadi Pegawai

Negeri Sipil. Dan saat ini pengangkatan CPNS dengan seleksi tertulis, sehingga banyak yang

tidak lolos selain karena kuotanya sangat terbatas. Harapan mereka yang sudah bermasa

kerja 3 tahun bahkan lebih dari itu dan sudah memenuhi kualifikasi akademik dengan

mengantongi ijazah Sarjana Pendidikan yang sesuai dengan tugasnya dan memenuhi jam

mengajar 24 jam/ minggu dan sudah terdata dalam Dapodik, berharap bisa diangkat

menjadi PNS dengan seleksi administrasi. Harapan lain bila mereka belum terangkat

menjadi CPNS berharap Pemerintah Daerah bisa memberi honor secara rutin minimal sama

dengan UMK atau UMR Kabupaten/ Kota.

  

Kita bersyukur bahwa awal tahun 2015 ini telah diangkat Guru dan Tenaga Wiyata Bakti

yang telah lolos seleksi di tahun 2014 yang dikenal dengan K 2 ( Kategori ) di tiap

kabupaten. Dengan penyerahan SK CPNS berarti ada penambahan tenaga CPNS, walaupun

belum memenuhi SPM ( Standar Pelayanan Minimal ). Bantu aku mengerjakan survey di

REFORMASI BIROKRASI YANG HARUS DIPAHAMII OLEH GURU Istiningsih *) Dalam rangka membangun profesi guru sebagai profesi yang bermartabat, yakni untuk mencapai  visi pendidikan nasional melalui proses pembelajaran yang berkualitas, maka perlu dilaksanakan  Penilaian Kinerja Guru secara berkelanjutan dan teratur. Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru 

dimaksudkan bukan untuk menyulitkan guru, tetapi sebaliknya Penilaian Kinerja Guru dilaksanakan 

untuk membantu guru dalam mewujudkan profesionalismenya, karena harkat dan martabat suatu  profesi ditentukan oleh kualitas layanan profesi yang bermutu.

Hasil Penilaian Kinerja Guru dapat dimanfaatkan untuk menyusun profil kinerja guru sebagai input 

dalam penyusunan program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan. Hasil Penilaian Kinerja 

Guru dan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan merupakan dasar penetapan perolehan angka

kredit guru dalam rangka pengembangan karir guru sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan 

Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 

tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Jika semua ini dapat dilaksanakan dengan 

baik dan obyektif, maka cita­cita pemerintah untuk menghasilkan “insan yang cerdas komprehensif 

dan berdaya saing tinggi” lebih cepat direalisasikan.

Menyambut diberlakukannya Peraturan Menteri Pendayaguanaan Aparatur Negara dan Reformasi 

Birokrasi No.16 tahun 2009 tentang Jabatan Guru dan angka Kreditnya yang diberlakukan mulai 1 

Januari 2013 mengisyaratkan bahwa untuk kenaikan pangkat dan golongan perlu dilakukan  Penilaian Kinerja Guru (PKG) ) dan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)

Mengingat pentingnya pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru (PKG) dan Pengembangan Keprofesian 

Berkelanjutan (PKB), maka hal itu harus dipahami oleh semua pemangku kepentingan pendidikan, 

terutama Pengawas, Kepala Sekolah, dan Guru. Perlu diketahuai PKG adalah penilaian dari tiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka  pembinaan karir kepangkatan dan jabatannya. Dalam PKG, Guru wajib mencatat dan 

menginventarisasikan seluruh kegiatan yang dilakukan. PKG terhadap guru dilakukan minimal satu 

kali dalam setahun. PKG untuk kenaikan pangkat guru yang akan dipertimbangkan untuk naik  pangkat dilakukan minimal dua kali dalam satu tahun , yaitu tiga bulan sebelum periode kenaikan  pangkat Pegawai Negeri Sipil. Merujuk pada permen di atas, untuk menjadi guru prrofesional  memang harus berbasis PKG dan diperlukan pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) .  Rohmadi Muhammad (2012: v)

  Adapun guru profesional harus juga memiliki empat standar kompetensi yaitu: Kompetensi  paedagogik, Kompetensi profesional, Kompetensi kepribadian, dan Kompetensi sosial

Tuntutan guru agar menjadi pribadi professional dalam melaksanakan tugas akhir­ akhir ini semakin 

menguat terutama ditujukan pada mereka yang sudah lulus dalam penjaringan tes PNS (Pegawai 

Negeri Sipil ). Dulu pendidikan keprofesionalan guru hanya diperoleh dari perguruan tinggi dengan 

mentranfer ilmu pengetehuan dan pelatihan mengajar dengan nilai lulus sesuai mata kuliah yang  ditempuh saja sudah dianggap professional, tetapi sekarang masih perlu melalui uji kompetennsi  dengan program induksi guru pemula melalui proses penilaian guru induksi.

Pada Reformasi Birokrasi ini guru akan menjadi profesional bila melalaui proses Penilaian Induksi 

Guru Pemula Berbasis Sekolah ( PIGPBS ) tentunya tidak lepas dari adaya kemauan , waktu ,dan 

kemampuan yang saling berhubungan satu dengan yang lain karena jika salah satu tidak ada maka 

tidak mungkin akan menjadi guru profesional. Dalam hal ini guru menjadi professional tidak hanya 

mengadakan Perubahan Birokrasi ( PB ) saja melaiankan harus lulus Penilaian Induksi Guru  Pemula Berbasis Sekolah melalui berbagai tahap dan sesui petunjuk teknis..

Adapun Alur Program Induksi Guru Pemula sebagai berikut : “Siapa yang menjadi guru pemula ? “. 

Adapun guru pemula disini adalah Guru Baru, Guru Bantu Baru , Guru Wiyata Bhakti Baru yang 

mendapat tugas dari Gubernur, Bopati, Wali Kota untuk bertugas menjadi Guru Baru di tempat tugas

sesuai dengan Surat Tugasnya sebagai CPNS di tempat tugas yang baru dimana ia ditugaskan. 

Disini guru pemula mendapat pembelajaran di tempat kerja dari guru pembimbing atau guru senior 

yang ditunjuk oleh Kepala Sekolah atau Kepala Sekolah sendiri yang menjadi pembimbing pada  guru pemula. Unsur yang dinilai meliputi disiplin datang di tempat tugas, proses melaksanakan tugas, 

penyelesaian tugas sampai penilaian analisa tindak lanjut serta pengamatan jam pulang dari tempat 

tugas. Semua itu dinilai oleh guru pembimbing sesuai dengan petunjuk teknis Penilaian Induksi  Guru Pemula Berbasis Sekolah ( PIGPBS ).

Guru pembimbing adalah guru panutan yang lebih berpengalaman dan berkeahlian serta memiliki 

kemampuan interpersonal tinggi. Guru pembimbing mendukung serta membimbing guru pemula  dalam program induksi berbasis sekolah, mengobservasi proses pembelajaran dan memberi  masukan secara teratur.  Syarat pembimbing yang baik :

  1.Mampu berempati dengan situasi yang dihadapi guru pemula,serta mampu memberi dukungan  moral dan sosial. 

  2.Dianggap sebagai guru yang ahli dari guru­guru lain,juga oleh murid.

  3.Merupakan sosok panutan yang posistif dalam berhubungan dengan lingkungan sekitar, anak­ anak, dan remaja.

  4.Mampu berbagi dan menjelaskan praktek mengajarnya dengan orang lain 5.Bersikap ramah, mudah didekati,jujur, dan adil.

  

6.Mampu menegaskan dialog yang jujur dan orisinil tentang kinerja, menyeimbangkan keberanian 

dengan mempertimbangkan terhadap guru pemula.

  7.Memahami perilaku prosedur di sekolah. Guru harus dengan sadar diri untuk terus belajar, baik kompetensi paedagogik maupun 

profesionalismenya. Seorang guru harus menjadi teladan dan berkomunikasi dengan baik di kelas  maupun di luar kelas. Selain itu, keteladanan tersebut juga harus tampak pada karya­karya yang  dapat mengimplementasikan kreatifitasnya dalam mendidik secara simultan dalam proses  pembelajaran maka akan terbentuk insan ­ insan cendekiawan yang luar biasa. Rahmadi,  Mohammad, (2012:19) Reformasi birokrasi hendaknya didasari tiga ranah yaitu adanya kemauan, waktu, dan adanya  kemampuan untuk merubah pola pikir lama / paradikma lama menjadi pola pikir baru/ paradikma  baru. Saat ini masih bisa mingajukan kenaikan pangkat dengan cara menilai bukti kegiatan guru 

oleh tim penilaian angka kridit tetapi di tahun 2013 penilaian dari asesor tentang bukti kegiatan pada

Penilaian Kinerja Guru (PKG) dan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB). Dulu  pembelajaran berpusat pada guru dengan tranmisi pengetahuan dan anak hanya memperoleh  sesuatu dari pembelajaran guru, tetapi sekarang pembelajaran berpusat pada siswa disini guru  hanya berperan sebagai fasilitator dan motifator, anak yang menemukan sesuatu sendiri yang 

diperoleh dari pemahaman, pengammatan, percoban,dan penemuan pada praktek langsung dalam 

pembelajaran sesuai dengan rencana persiapan pembelajaran dipersiapkan oleh guru untuk  mencapai tujuan dalam pembelajaran tertentu. Pada akhirnya reformasi birokrasi pendidik dapat meningkatkan kenerja guru secara menyeluruh  dalam hal perencanaan, pengelolaan pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran,  maupun peningkatan dalam wawasan kependidikan serta pengembangan profesi khususnya.

BIDANG SD Sekolah dasar

  Sekolah dasar (disingkat SD;Inggris:Elementary School) adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Saat ini murid kelas 6 diwajibkan mengikuti Ujian Nasional (dahulu Ebtanas) yang mempengaruhi kelulusan siswa. Lulusan sekolah dasar dapat melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah pertama (atau sederajat).

  Pelajar sekolah dasar umumnya berusia 7-12 tahun. Di Indonesia, setiap warga negara berusia 7-15 tahun tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yakni sekolah dasar (atau sederajat) 6 tahun dan sekolah menengah pertama (atau sederajat) 3 tahun. Sekolah dasar diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta. Sejak diberlakukannya otonomi daerah pada tahun 2001, pengelolaan sekolah dasar negeri (SDN) di Indonesia yang sebelumnya berada di bawah Departemen Pendidikan Nasional, kini menjadi tanggung jawab pemerintah daerah kabupaten/kota. Sedangkan Departemen Pendidikan Nasional hanya berperan sebagai regulator dalam bidang standar nasional pendidikan. Secara struktural, sekolah dasar negeri merupakan unit pelaksana teknis dinas pendidikan kabupaten/kota. Pendidikan dasar di Indonesia pada dasarnya dibedakan menjadi dua yaitu yang dikelola oleh pemerintah biasanya disebut Sekolah Dasar Negeri dan Madrasah Ibtidaiyah Negeri sedang yang kedua dikelola oleh masyarakat biasanya disebut Sekolah Dasar Swasta dan Madrasah Ibtidaiyah Swasta. SD dibawah lingkup Depdiknas sedang MI dibawah lingkup Depag. disamping itu ada pula sekolah dasar dibawah lingkup Depdiknas berciri khas agama dengan sebutan Sekolah Dasar Islam atau Sekolah Dasar Kristen dll.

  Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Sekolah Dasar

  (1) Bidang Sekolah Dasar mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan di bidang Sekolah Dasar. (2) Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidang

  Sekolah Dasar mepunyai fungsi :

  a. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang Sekolah Dasar;

  b. pengoordinasian pengelolaan urusan kurikulum Sekolah Dasar ;

  c. pengoordinasian pengelolaan urusan sarana dan prasarana Sekolah Dasar; dan

  d. pengoordinasian pengelolaan urusan pembinaan pendidik dan tenaga kependidikan Sekolah Dasar. (3). Kepala Bidang Sekolah Dasar mempunyai tugas pokok memimpin pelaksanaan urusan di bidang Sekolah Dasar. (4). Penjabaran tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (3), adalah sebagai berikut:

  a. menyusun konsep perumusan kebijakan teknis di bidang Sekolah Dasar;

  b. menyusun rencana, program kerja, kegiatan, laporan kinerja dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas; c. memimpin dan mengoordinasikan pelaksanaan tugas Bidang Sekolah Dasar;

  d. memberikan saran, pendapat dan pertimbangan kepada atasan;

  e. mendistribusikan tugas, memberikan petunjuk dan arahan kepada bawahan;

  f. menganalisis hasil proses dan kegiatan belajar mengajar Sekolah Dasar dan kesetaraan Sekolah Dasar; g. menyusun konsep rencana peningkatan kemampuan guru dan tenaga kependidikan lainnya; h. mengoordinasikan pelaksanaan pengadaan dan pendistribusian sarana pendidikan; i. memberikan masukan/rekomendasi penempatan, pemindahan pendidik dan tenaga kependidikan lainnya sesuai lingkup tugasnya; j. memberi layanan teknis di bidang Pendidikan Sekolah Dasar dan kesetaraan k. memberikan pertimbangan ijin pembukaan, penutupan, dan penggabungan Sekolah Dasar dan kesetaraan Sekolah Dasar; l. menyusun usul pembangunan dan rehabilitasi gedung Sekolah Dasar dan kesetaraan Sekolah Dasar; m. menyusun petunjuk penerimaan siswa baru dan mutasi, pelaksanaan kurikulum, evaluasi belajar dan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS); n. membina dan membimbing implementasi kurikulum nasional dan lokal; o. memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kurikulum, pemerataan pendidik dan tenaga kependidikan lainnya, pendayagunaan sarana prasarana Sekolah Dasar dan kesetaraan Sekolah Dasar; p. melakukan monitoring dan evaluasi kinerja Bidang Sekolah Dasar; q. membina, mengawasi dan menilai kinerja bawahan termasuk memberikan penilaian Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan(DP3); dan r. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai bidang tugasnya.

  Seksi Kurikulum Sekolah Dasar

  (1) Seksi Kurikulum mempunyai tugas pokok melaksanakan perencanaan, pemberdayaan, pengembangan dan pembinaan kurikulum Sekolah Dasar. (2) Kepala Seksi Kurikulum mempunyai tugas pokok memimpin pelaksanaan perencanaan, pemberdayaan, pengembangan dan pembinaan kurikulum Sekolah Dasar. (3) Penjabaran tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah sebagai berikut: a.membantu menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang kurikulum

  Sekolah Dasar; b.menyusun rencana, program kerja, kegiatan, laporan kinerja dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas; c. memimpin dan mengoordinasikan pelaksanaan tugas Seksi Kurikulum Sekolah

  Dasar;

  d. memberikan saran, pendapat dan pertimbangan kepada atasan;

  e. mendistribusikan tugas, memberikan petunjuk dan arahan kepada bawahan;

  f. menyusun konsep petunjuk pelaksanaan penerimaan siswa baru Sekolah Dasar dan kesetaraan Sekolah Dasar; g.menyusun bahan penyempurnaan dan pengembangan kurikulum Sekolah dan kesetaraan Sekolah Dasar; h. menyelia dan mengusulkan keabsahan kurikulum tingkat satuan pendidikan; i. memberikan bimbingan dan pembinaan dalam pengimplementasian kurikulum Sekolah Dasar dan kesetaraan Sekolah Dasar; j.mempersiapkan pedoman pelaksanakan administrasi pembelajaran Sekolah

  Dasar dan kesetaraan Sekolah Dasar; k. menyusun pedoman pelaksanaan penerimaan siswa baru dan kalender pendidikan

  Sekolah Dasar dan kesetaraan Sekolah Dasar; l.menyusun pedoman pengisian buku induk siswa dan buku laporan hasil belajar dan m. memfasilitasi pemberian beasiswa; n. melaksanakan dan memfasilitasi lomba akademis siswa; o. menyusun analisa hasil pencapaian target kurikulum Sekolah Dasar dan kesetaraan Sekolah Dasar; p.memberikan layanan teknis kurikulum dan Sekolah Dasar dan kesetaraan Sekolah

  Dasar; q. menyusun konsep petunjuk evaluasi belajar Sekolah Dasar dan Sekolah Luar

  Biasa, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; r.menyusun bahan penyempurnaan sistem evaluasi belajar Sekolah Dasar dan kesetaraan Sekolah Dasar; s. menyebarluaskan petunjuk pelaksanaan evaluasi belajar Sekolah Dasar; t. melaksanakan monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan ulangan umum akhir semester, ujian sekolah dasar/ujian nasional dan kesetaraan Sekolah Dasar; u. melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan penerimaan siswa baru Sekolah Dasar dan kesetaraan Sekolah Dasar; v. melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kurikulum Sekolah

  Dasar/Sekolah Dasar Luar Biasa dan Sekolah Luar Biasa berdasarkan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang telah ditetapkan; w. melaksanakan pembinaan dan pengembangan rintisan Sekolah Dasar inklusi; x. melakukan monitoring dan evaluasi kinerja Seksi Kurikulum Sekolah Dasar; y. membina, mengawasi dan menilai kinerja bawahan termasuk memberikan Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3); dan z. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai bidang tugasnya.

  Seksi Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar

  (1) Seksi Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar mempunyai tugas pokok melaksanakan pendataan, perencanaan, pengembangan dan pendayagunaan sarana dan prasarana Sekolah Dasar dan kesetaraan Sekolah Dasar. (2) Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar mempunyai tugas pokok memimpin pelaksanaan pendataan, perencanaan, pengembangan dan pendayagunaan sarana dan prasarana Sekolah Dasar dan kesetaraan Sekolah Dasar. (3) Penjabaran tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (2), adalah sebagai berikut:

  a. membantu menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang sarana dan prasarana Sekolah Dasar; b. menyusun rencana, program kerja, kegiatan, laporan kinerja dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas; c. memimpin dan mengoordinasikan pelaksanaan tugas Seksi sarana dan prasarana Sekolah Dasar; d. memberikan saran, pendapat dan pertimbangan kepada atasan;

  e. mendistribusikan tugas, memberikan petunjuk dan arahan kepada bawahan;

  f. melakukan pendataan dan menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana Sekolah Dasar dan kesetaraan Sekolah Dasar; g. memverifikasi data tingkat kerusakan dan kebutuhan sarana dan prasarana Sekolah Dasar dan kesetaraan Sekolah Dasar; h. menyusun dan mengusulkan daftar skala prioritas pengadaan dan rehabilitasi sarana dan prasarana Sekolah Dasar dan kesetaraan Sekolah Dasar; i. membantu mengoordinasikan pelaksanaan pengadaan dan pendistribusian sarana Sekolah Dasar dan kesetaraan Sekolah Dasar; j. membantu mengoordinasikan pelaksanaan rehabilitasi dan pembangunan gedung Sekolah Dasar dan kesetaraan Sekolah Dasar; k. melakukan monitoring dan evaluasi kinerja Seksi sarana dan prasarana Sekolah

  Dasar; l. membina, mengawasi dan menilai kinerja bawahan termasuk memberikan Daftar

  Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3); dan m. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai bidang tugasnya.

  Seksi Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar

  (1) Seksi Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar mempunyai tugas pokok melaksanakan fasilitasi pelaksanaan kebijakan, pembinaan dan penerapan standar teknis di bidang pendidik dan tenaga kependidikan Sekolah Dasar. (2) Kepala Seksi Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar mempunyai tugas pokok melaksanakan fasilitasi pelaksanaan kebijakan, pembinaan dan penerapan standar teknis di bidang pendidik dan tenaga kependidikan Sekolah Dasar dan kesetaraan Sekolah Dasar.

  (3) Penjabaran tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (2), adalah sebagai berikut: a. membantu menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang pembinaan pendidik dan tenaga kependidikan Sekolah Dasar; b.menyusun rencana, program kerja, kegiatan, laporan kinerja dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas; c. memimpin dan mengoordinasikan pelaksanaan tugas Seksi Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar; d. memberikan saran, pendapat dan pertimbangan kepada atasan;

  e. mendistribusikan tugas, memberikan petunjuk dan arahan kepada bawahan;

  f. melaksanakan pemberian penghargaan dan perlindungan pendidik dan tenaga kependidikan Sekolah Dasar dan kesetaraan Sekolah Dasar; g.menyiapkan bahan penyusunan program peningkatan kualifikasi, tunjangan fungsional, kesejahteraan guru Wiyata Bakti dan sertifikasi pendidik dan tenaga kependidikan guru Sekolah Dasar dan kesetaraan Sekolah Dasar; h.melaksanakan dan memfasilitasi proses penelitian berkas sertifikasi pendidik dan tenaga kependidikan serta tunjangan kesejahteraan guru wiyata bakti dan tunjangan fungsional guru wiyata bakti dan non wiyata bakti; i. mengoordinasikan proses penetapan angka kredit pendidik dan tenaga kependidikan Sekolah Dasar serta pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan kesetaraan Sekolah Dasar; k. menyiapkan bahan rekomendasi ijin belajar/keterangan belajar pendidik dan tenaga kependidikan (fungsional) Sekolah Dasarserta pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan kesetaraan Sekolah Dasar; l.memfasilitasi program dan kegiatan pemberdayaan Kelompok Kerja Guru (KKG),

  Kelompok Kerja Kepala sekolah (KKKS); m. menyiapkan dan melaksanakan kegiatan lomba Guru Sekolah Dasar, Kepala

  Sekolah Dasar dan Pengawas Sekolah Dasar/Taman Kanak-Kanak berprestasi/berdedikasi; n. memberi masukan mutasi pendidik dan tenaga kependidikan Sekolah Dasar; o. melakukan monitoring dan evaluasi kinerja Seksi Pembinaan Pendidik dan

  Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar; p.membina, mengawasi dan menilai kinerja bawahan termasuk memberikan penilaian Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3); dan q.melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai perundang-undangan yang berlaku.

  Menjadi guru bukanlah pekerjaan yang gampang bukan pula pekerjaan yang sulit. Menjadi guru memberikan kita kesempatan pada diri kita untuk mengeksploitasi semua kemampuan pemecahan masalah yang kita miliki. Setiap hari dalam semua kegiatan pembelajaran tentu dihadapkan pada berbagai persoalan yang terjadi scara tak terduga. Nah dalam hal seperti inilah kemampuan yang telah kita dapatkan saat kuliah diperlukan sekali. disini  saya  akan  membatasi  masalah  pada  kinerja  guru  Wiyata  Bakti ( WB  ). Adilkah  bila kita memberikan beban tugas yang sama seperti guru PNS bahkan yang sudah mendapat sertifikasi ? Dalam hal ini tentunya kita perlu memandangnya dari segala sisi secara obyektif. berikut   saya paparkan beberapa pandangan pribadi penulis. 1. Pengalaman      Jika kita melihat dari sisi ini tentu beban mengajar yang diberikan Kepala Sekolah adalah sangat membantu   WB   mendapatkan   pengalaman   mengajar   yang   sesungguhnya.   Dengan   jumlah   jam mengajar   yang   sama   seperti   guru   PNS,   WB   memliki   banyak   kesempatan   untuk   menerapkan berbagai  metode  yang  didapatkan  selama  masa   kuliah.  Pengalaman  ini  sangat  berguna  sekali apabila   nantinya   para   WB   tersebut   mendapatkan   kesempatan   menjadi   guru   PNS.   Dengan pengalaman yang didapat sebelumnya akan menjadikan WB tersebut menjadi guru yang sangat berkompeten di bidangnya. Hal seperti inilah yang diharapkan dapat tertanam dalam semua jiwa guru Wb di seluruh Indonesia. Begitu juga yang penulis tanamkan dalam diri penulis sewaktu masih menjadi guru WB ( sekarang PNS ). 2. Kesejahteraan     dilihat dari sisi kesejahteraan tentu akan sangat tidak seimbang antara kompensasi yang didapat dengan beban yang kita tanggung. Secara Profesional kita dituntut untuk memenuhi kewajiban kita sebagai   seorang   guru   (   membuat   perencanaan   sampai   evaluasi   dan   tindak   lanjut   ),   tetapi kesejahteraan yang didapat sangat minim. Tentunya hal inilah yang selama ini memengaruhi kinerja para   WB   (   walaupun   bukan   faktor   utama   ),   sehingga   membatasi   diri   mereka   sendiri   dari tentu seperti prinsip ekonomi dimana dengan modal seminimal mungkin untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Dengan dasar pemikiran yang seperti ini pengajaaran yang diberikan pun akan akan menjadi kurang bermakna. 3. Agama     Ditinjau  dari segi agama maka hal tersebut bisa kita jadikan sebagai sumber amal kebaikan dan kebajikan bagi modal hidup kita kelak di akhirat. Karena semua ilmu yang kita ajarkan pasti akan sangat bermanfaat bagi para siswa. 4. Individu     Setiap individu Wb tentu memiliki pemikiran sendiri­sendiri tentang beban tugas yang diterimanya. Ada   beberapa   sikap   umum   yang   bisa   saya   paparkan   tentang   sikap   para   WB   tentang   beban mengajar yang diterimanya sebagai contoh adalah WB menganggap sebagai penghargaan dan kepercayaan dari KS akan kemampuan yang dimiliki WB       Seorang Kepala Sekolah tentu tidak dengan sembarangan memberikan tugas mengajar seperti PNS.   Tentunya   ada   penilaian   tersendiri   yang   menganggap   bahwa   Wb   tersebut   mampu   untuk melakukan tugas ini. Dengan diberikannya tugas ini kepada kita adalah sebagai bentuk apresiasi atas kinerja kita selama ini Jadi kesimpulannya adalah bahwa beban mengajar yang diberikan kepada WB setara dengan  beban PNS adalah sah­sah saja. Tentang hasil mengajar para WB akan sangat bergantung pada dari segi mana WB tersebut menerima tugas itu sehingga antara WB satu dengan lainnya akan berbeda. Dan   penulis   berdoa   untuk   para   WB   diseluruh   dunia   yang   melakukan   tugasnya   dengan   ikhlas semoga   apa   yang   mereka   lakukakan   akan   segera   mendapatkan   balasannya   di   dunia   dan menabungnya untuk di akhirat. AMIN