ANALISIS PROSES KOMUNIKASI DAN UNJUK KERJA ANTARA TERMINAL PENGGUNA DAN SERVER APLIKASI PADA JARINGAN INTERNET PROTOCOL MULTIMEDIA SUBSYSTEM TERINTEGRASI

(1)

ANALISIS PROSES KOMUNIKASI DAN UNJUK KERJA ANTARA TERMINAL PENGGUNA DAN SERVER APLIKASI PADA JARINGAN

INTERNET PROTOCOL MULTIMEDIA SUBSYSTEM TERINTEGRASI

Oleh

OKTAVIANA DAMAYANTI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA TEKNIK

Pada

Jurusan Teknik Elektro

Fakultas Teknik Universitas Lampung

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRAK

ANALISIS PROSES KOMUNIKASI DAN UNJUK KERJA ANTARA TERMINAL PENGGUNA DAN SERVER APLIKASI PADA JARINGAN

INTERNET PROTOCOL MULTIMEDIA SUBSYSTEM TERINTEGRASI

Oleh

Oktaviana Damayanti

Internet Protocol Multimedia Subsystem (IMS) dikembangkan untuk menyediakan suatu arsitektur jaringan baru yang memungkinkan konvergensi antara data-suara, dan teknologi serta aplikasi jaringan bergerak lainnya melalui basis Internet Protocol (IP). IMS menggunakan Session Initiation Protocol (SIP) untuk melakukan proses-proses pensinyalan. Penelitian ini membahas proses komunikasi dan beberapa parameter Quality of Service (QoS) pada jaringan IMS terintegrasi, yang meliputi jitter, max delta, delay, throughput, dan packet loss. QoS diukur dengan beberapa scenario layanan, yaitu panggilan suara, panggilan dengan video, dan pesan cepat. Pengujian dan pengukuran dilakukan melalui pengembangan sebuah testbed core network IMS berbasis OpenIMSCore. Pengguna IMS mengakses core network melalui akses jaringan kabel LAN dan jaringan nirkabel WiFi access point. Karakteristik proses komunikasi dan unjuk kerja dari kedua akses tersebut dibandingkan dan dianalisis. Dapat disimpulkan bahwa OpenIMSCore berfungsi dengan baik dalam melayani pengguna, dan menampilkan proses-proses komunikasi yang sesuai dengan standard SIP RFC 3261. Dari hasil uji perbandingan, dapat disimpulkan bahwa QoS dari akses melalui jaringan tetap LAN dan WiFi memenuhi semua syarat dan rekomendasi dari standard ITU-T. Namun, kinerja yang ditunjukkan melalui akses LAN lebih baik dibandingkan dengan akses layanan melalui WiFi pada semua skenario layanan.

Kata kunci : Internet Protocol Multimedia Subsystem (IMS), Internet Protocol (IP), Session Initiation Protocol (SIP), OpenIMSCore, IMS Core Network, Quality of Service (QoS)


(3)

Judul Skripsi

Nama Mahasiswa

Nomor Pokok Mahasiswa Jurusan

Fakultas

:

ANALISIS PROSES KOMUMKASI DAn

UJT]K KERJA AFTTARA TERMINAL

PENGGT'NA DAN SERVER APLIKASI

PADA JARINGAN INTERNET PROTOCOL

MULTIMEDIA SUBSYSTEM TERINTEGRASI

OKTAYTANA DAMAYANTI 0g15fRrc67

MENYETUJUI

:: ]::

.

Komisi Pembimbing

ru_

Dr.Ing. Ardian Ulvan, S;T., M.Sc. NrP. 19731128 199903 1 005'

-16?J

Sofiati A[ustine, S.T.,M.T. NIP. 19720807 r999A3 2 A01

2.

Ketua Jurusan Teknik Elektro

m

Agos

t/

Trisanto, Ph.D.


(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah dilakukan oleh orang lain dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak

terdapat karya atau pendapatyang ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah

ini

sebagaimana yang disebutkan

di

dalam daftar pustaka. Selain itu saya menyatakan pula bahwa skripsi ini dibuat oleh saya sendiri.

Apabila pernyataan saya tidak benar maka saya bersedia dikenai sanksi sesuai dengan hukum yang berlaku.


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iv

LEMBAR PENGESAHAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

SANWACANA ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR SINGKATAN ... xix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Tujuan Penelitian ... 2

1.3 Manfaat Penelitian ... 3

1.4. Rumusan Masalah ... 3

1.5 Batasan Masalah ... 4


(6)

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Kajian Literatur... 6

2.2. IP Multimedia Subsystem (IMS) ... 7

2.2.1. Konsep IMS ... 7

2.2.2. Arsitektur IMS ... 10

2.2.3. Pensinyalan Pada IMS ... 12

2.2.4. Layanan IMS ... 14

2.2.5. Application Server (AS) ... 14

2.2.6. Home Subscriber Server (HSS) ... 16

2.3. Session Initiation Protocol (SIP) ... 17

2.3.1. Arsitektur Komponen SIP ... 17

2.3.2. Pesan SIP ... 19

2.4. Jaringan Wireless ... 20

2.5. Internet Protocol (IP) ... 22

2.6. Real Time Protocol ... 22

2.7. Quality of Servic (QoS) ... 22

2.8. Open IMS ... 25

2.9. Protocol Analyzer Wireshark ... 26

III. METODE PENELITIAN ... 28

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ... 28

3.2. Alat dan Bahan ... 28

3.3. Tahap Penelitian ... 30

3.4. Diagram Alir Penelitian ... 39


(7)

xv

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 42

4.1. Analisa Komunikasi Hasil Pengukuran ... 42

4.2. Analisa Hasil Pengukuran ... 48

4.2.1. Analisa delay registrasi user ... 48

4.2.2. Analisa delay layanan Application Server ... 50

4.2.3. Analisa jitter dan max delta layanan Application Server ... 68

4.2.4. Analisa throughput layanan Application Server ... 73

4.2.5. Analisa packet loss layanan Application Server ... 75

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 77

A. Simpulan ... 77

B. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

IP Multimedia Subsystem (IMS) awalnya didefinisikan oleh The 3rd Generation Partnership Project (3GPP) dan 3GPP2. Fokusnya adalah untuk menyediakan arsitektur jaringan mobile baru yang memungkinkan konvergensi data, suara, dan teknologi jaringan mobile melalui infrastruktur berbasis Internet Protocol (IP).

Dalam perkembangan komunikasi multimedia saat ini, IMS merupakan sebuah solusi karena dapat menyediakan berbagai layanan diantaranya Push to Talk Over Celullar (POC), real time video sharing, voice messaging, video conference dan lain-lain. Selain itu, dengan kemampuannya sebagai sebuah soft-switch, IMS mampu mengkonvergensikan berbagai platform teknologi kedalam satu jaringan tunggal yang menjadi karakteristik generasi jaringan masa depan (Next Generation Network – NGN).

Sementara itu, WiFi access point adalah teknologi jaringan yang banyak digunakan untuk mempermudah pengguna dalam mengakses jaringan. Access point biasanya digunakan di lingkungan perumahan, perkantoran, dan lingkungan indoor lainnya. Access point dapat diintegrasikan dengan layanan IMS dalam penyediaan layanan pengguna end-to-end dan layanan dari server aplikasi (Application server – AS).


(9)

2

Session Initiation Protocol (SIP) merupakan protokol pensinyalan yang digunakan dalam jaringan IMS dimana Call Session Control Function (CSCF) merupakan server inti pensinyalan SIP dalam arsitektur IMS. SIP memiliki fungsi registrasi, pembangunan sesi, dan mengatur partisipan termasuk menmbangun, memodifikasi, dan mengakhiri suatu sesi layanan dengan satu atau lebih pegguna.

Tugas Akhir ini menginvestigasi dan menganalisis proses komunikasi antara terminal pengguna dan AS, dan membandingkan proses komunikasi dan kualitas layanan yang di hasilkan melalui WiFi access point dan kabel LAN. Untuk dapat mengevaluasi pertukaran informasi yang dihasilkan dari terminal pengguna hingga AS dibuat rancangan simulasi antara terminal pengguna, IMS core network, dan AS dalam bentuk sebuah testbed jaringan.

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah :

1. Memperlihatkan kinerja SIP yang terjadi dari terminal pengguna hingga AS. 2. Memperlihatkan proses pertukaran informasi yang terjadi mulai dari terminal

pengguna hingga AS.

3. Melakukan pengamatan terhadap proses pertukaran informasi yang terjadi dari terminal pengguna hingga AS.

4. Membandingkan dan menganalisa proses pertukaran informasi yang terjadi dari terminal pengguna hingga AS melalui WiFi access point dan kabel LAN. 5. Membandingkan dan menganalisa kualitas layanan yang dihasilkan melalui


(10)

6. Melakukan pengamatan kinerja dari perangkat lunak OpenIMSCore yang digunakan sebagai IMS Core Network.

1.3. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui proses dan prosedur komunikasi antara terminal pengguna dan AS pada sistem IMS yang terintegrasi.

2. Mengetahui kinerja dari SIP pada proses komunikasi antara terminal pengguna dan AS.

3. Mengetahui mekanisme dan prosedur pertukaran informasi antara terminal pengguna dan AS.

4. Mengetahui kualitas layanan yang dihasilkan melalui WiFi access point dan kabel LAN.

5. Mengetahui kinerja dari perangkat lunak OpenIMSCore yang digunakan sebagai IMS Core Network.

1.4. Rumusan Masalah

1. Bagaimana mensimulasikan kinerja SIP yang terjadi dari terminal pengguna hingga AS.

2. Bagaimana mensimulasikan IMS core network menggunakan software OpenIMS.


(11)

4

1.5. Batasan Masalah

Penelitian ini akan dibatasi oleh hal-hal sebagai berikut:

1. Pembahasan meliputi perbandingan pertukaran informasi yang dihasilkan dari terminal pengguna hingga AS.

2. IMS Core network disimulasikan menggunakan software OpenIMS.

3. Sistem jaringan IMS terintegrasi menggunakan satu buah WiFi access point yaitu routerboard 300 dalam sistem jaringan ethernet.

4. Jenis layanan yang digunakan adalah Instant Messaging (IM), Video Call, dan Voice Call.

5. Besar nilai bandwidth yang digunakan diasumsikan sama pada setiap jenis layanan.

6. Hanya menggunakan dua jenis perangkat lunak yang digunakan sebagai client yaitu Boghe dan IMSdroid.

7. Codec suara yang digunakan adalah G.729 dan codec video yang digunakan adalah H.624.

8. Jarak antara client dan access point yang digunakan sebesar 1 m.

1.6 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan dan pemahaman mengenai materi tugas akhir ini, maka tulisan akan dibagi menjadi lima bab, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Memuat latar belakang, tujuan, perumusan masalah, batasan masalah, manfaat, hipotesis, dan sistematika penulisan.


(12)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Memuat tinjauan dan telaah literatur dari beberapa hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan topik tugas akhir ini. Membahas tentang teori-teori dasar IMS, yang meliputi arsitektur, operasional, elemen-elemen IMS, dan sistem jaringan wifi.

BAB III METODE PENELITIAN

Memuat langkah-langkah penelitian yang dilakukan diantaranya waktu dan tempat penelitian, alat dan bahan, dan proses pembuatan dan simulasi sistem.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi hasil simulasi yang dihasilkan dan membahas analisa perbandingan data-data hasil simulasi yang diperoleh.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


(13)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Literatur

Penulis [1] melakukan penyelidikan implementasi VoIP menggunakan OpenIMSCore sebagai infrastruktur jaringannnya. Dimana penulis melakukan pengujian jaringan dengan melakukan perubahan bandwidth dan melihat performansi QoS VoIP, yaitu delay, jitter dan packet loss untuk mendapatkan bandwidth minimum sehingga performasi VoIP dapat berjalan dengan baik sesuai dengan standar. Dalam uji cobanya client menggunakan transmisi kabel LAN dalam mengakses layanan.

Penulis [2] melakukan penyelidikan performansi layanan pesan cepat pada jaringan implementasi OpenIMSCore. Dalam penelitiannya penulis melakukan perubahan bandwidth menggunakan standar ITU-T seri V, IDSL, dan HDSL. Pada setiap bandwidth, parameter QoS delay diukur sebannyak tiga kali percobaan melalui SIP MESSAGE yang diperoleh. Hasil delay ketiga percobaan dirata-rata untuk melihat nilai delay pada bandwidth tersebut. Standar minimum fungsi IM pada V.32 (9,6 Kbps) sedangkan untuk performansi yang optimal didapatkan pada standar V.92 (56 Kpbs). Dalam uji cobanya client menggunakan transmisi kabel LAN dalam mengakses layanan.


(14)

2.2 IP Multimedia Subsystem (IMS)

IMS merupakan suatu teknologi komunikasi yang dapat menyatukan sistem komunikasi wireless dan wired dalam suatu jaringan yang real time, ekstensibel, dan dapat memberi layanan multimedia secara interaktif. IMS didesain sehingga mampu menyediakan layanan aplikasi streaming (suara, video, gambar) yang lebih kompetitif, memiliki mobilitas yang lebih besar, dan serta memiliki layanan yang lebih baik. IMS juga didesain untuk mampu bekerja tanpa dibatasi area maupun domain yang ada. Prinsip kerja jaringan IMS adalah menggunakan sesi untuk menangani setiap layanan yang diminta oleh pengguna [3].

2.2.1 Konsep IMS

IMS merupakan suatu konsep yang didesain dan ditentukan oleh 3GPP yang merupakan suatu persetujuan kerjasama dari berbagai macam badan standar yang dibentuk pada Desember 1998.

IMS meningkatkan kemampuan mode packet switched (PS) jaringan bergerak (seperti G.729, 3G) dengan mendukung jasa dan aplikasi berbasis IP melalui protokol Session Initiation Protocol (SIP). Secara efektif, IMS menyediakan suatu arsitektur pemersatu yang mendukung cakupan yang luas dari jasa berbasis IP di atas jaringan paket dan CS, memanfaatkan perbedaan teknologi akses wireless dan fixed.

IMS dirancang untuk menyediakan sejumlah kemampuan kunci yang diperlukan untuk memungkinkan jasa baru IP melalui jaringan bergerak. Bidang yang baru dari jasa IP ini harus mempertimbangkan kompleksitas multimedia, batasan


(15)

8

jaringan, pengaturan mobilitas dan pengaturan akan banyak munculnya aplikasi-aplikasi. Walaupun IMS telah dirancang untuk jaringan bergerak, namun dapat juga digunakan untuk menyediakan jasa untuk jaringan fixed.

IMS menggunakan protokol SIP untuk negosiasi sesi multimedia dan sesi manajemen. IMS adalah suatu jaringan SIP bergerak penting, yang dirancang untuk mendukung fungsionalitas jaringan bergerak. Di dalamnya tersedia routing, lokasi jaringan, dan fungsi-sungsi pengalamatan. Berbeda dengan domain CS dan PS, domain IMS memungkinkan jenis sesi media apapun untuk dibuat. Dan juga mengijinkan penyedia jasa untuk melakukan kemampuan mengkombinasikan jasa dari domain CS dan PS di sesi yang sama. Kemampuan ini membuka sejumlah jasa yang baru dan inovatif untuk user-touser dan multi-user seperti peningkatan jasa suara, video telephony, chat, push to talk dan konferensi multimedia, semua ini didasarkan pada konsep suatu sesi multimedia.

Mobility Management

Infrastruktur IMS memungkinkan jasa sebuah perangkat komunikasi bergerak IP untuk menemukan pengguna lain di jaringan dan kemudian melakukan sesi dengan pengguna tersebut. Komponen kunci IMS yang memungkinkan manajemen mobilitas adalah Call Session Control Function (CSCF) dan Home Subscriber Service (HSS). HSS memegang semua data pelanggan dan memperbolehkan pemakai untuk menemukan dan berkomunikasi dengan end user yang lain. Fungsi utama CSCF adalah sebagai proxy, yang membantu setup, mengatur sesi dan meneruskan pesan ke jaringan IMS.


(16)

Quality of Service (QoS)

IMS menyediakan suatu solusi yang efektif dan distandardisasi untuk operator yang ingin menerapkan jasa IP mobile yang real-time tanpa bergantung pada kerja transmisi yang baik dan menghasilkan ketidakpuasan pelanggan. Komunikasi IP mobile yang real-time itu sulit karena adanya bandwidth yang berubah-ubah, yang mempengaruhi transmisi paket IP melalui jaringan. Mekanisme Quality of Service (QoS) telah dikembangkan dalam rangka mengalahkan isu itu dan menyediakan

beberapa bentuk tingkat jaminan transmisi sebagai pengganti ‘best effort’. QoS memastikan bahwa unsur-unsur kritis dari transmisi IP seperti transmision rate, gateway delay dan error rate dapat diukur, ditingkatkan dan dijamin. Para pemakai bisa menetapkan tingkatan mutu yang mereka perlukan tergantung pada jenis jasa dan keadaan pemakai.

 Eksekusi Layanan, Pengendalian , dan Interaksi

Di suatu susunan jasa bergerak yang kompleks dimana operator telah membuat sejumlah besar jasa, tentu saja multak bagi operator untuk bisa mengendalikan jasa dan interaksi antar berbagai komponen layanan. IMS menyediakan solusi bagi tantangan ini dengan menyediakan jasa yang efisien, sesuai dengan kemampuan yang ditetapkan.

 Pihak ketiga pembuat Interfaces

IMS menyediakan arsitektur yang distandardisasi untuk memungkinkan kelanjutan dari pengembangan jasa IP. Berbagai jasa IMS dapat dikembangkan dengan tidak tergantung dan pada waktu yang sama menggunakan fitur umum dari infrastruktur IMS [4].


(17)

10

2.2.2 Arsitektur IMS

Lapisan jaringan IMS terbagi menjadi 3, yaitu Layer Server Aplikasi (menyediakan end user logic), Layer Session Control (terdapat CSCF yang mengatur sesi registrasi hingga komunikasi data), Layer Transport dan Endpoint (untuk menginisiasi dan mengakhiri pensinyalan SIP). IMS mampu menanggulangi inefisiensi softswitch dengan cara membangkitkan multi layanan dalam satu session. Yang berperan sentral dalam hal ini adalah protokol SIP dengan 3 server berbeda : S-CSCF, P-CSCF, dan ICSCF. Masing-masing CSCF memiliki tugas yang berbeda-beda. Secara umum semua jenis CSCF memiliki peran selama sesi registrasi dan sesi pembentukan. Gambar 2.1 menunjukan arsitektur IP Multimedia Subsistem.

1. Proxy-CSCF

P-CSCF merupakan titik awal dari pengguna dalam IMS. Hal ini berarti semua trafik pensinyalan SIP dari UE akan dikirimkan ke P-CSCF. Demikian pula dengan pengakhiran pensinyalan SIP dari jaringan dikirimkan melalui P-CSCF ke UE. P-CSCF bertanggung jawab untuk menjaga rahasia keamanan untuk pensinyalan SIP. Hal ini dilakukan selama proses registrasi SIP seperti UE dan P-CSCF melakukan negosiasi IPSec.

2. Interrogating-CSCF

I-CSCF merupakan titik kontak dalam sebuah jaringan operator untuk semua koneksi yang ditentukan untuk pelanggan dari jaringan tersebut.

Terdapat beberapa tugas dari I-CSCF diantaranya:


(18)

b. Menentukan S-CSCF berdasarkan kemampuan yang diterima dari HSS. c. Merutekan permintaan yang masuk untuk menentukan S-CSCF atau

application server.

3. Serving-CSCF

S-CSCF merupakan titik fokus dari IMS yang bertanggungjawab untuk menangani proses registrasi, membuat keputusan perutean, menjaga sesi, dan menyimpan profile layanan. Ketika seorang user mengirimkan permintaan registrasi, hal tersebut akan di teruskan ke S-CSCF, S-CSCF akan mengunduh data otentifikasi dari HSS. Berdasarkan data otentifikasi yang diberikan HSS, dilakukan pembangkitan pertukaran informasi dengan UE. Setelah menerima respon dan memverifikasi, S-CSCF menerima registrasi dan memulai pengawasan status registrasi. Setelah proses tersebut berlangsungpengguna dapat memulai dan menerima layanan dari IMS. Selain itu S-CSCF mengunduh profile layanan dari HSS sebagai bagian dari proses registrasi.


(19)

12

2.2.3 Pensinyalan Pada IMS

SIP digunakan sebagai protokol pensinyalan dalam lingkungan IMS. Protokol SIP didefinisikan dalam RFC 3261 [5] yang memiliki fungsi registrasi, pembangunan sesi, manajemen sesi, dan mengatur partisipan. termasuk menciptakan, memodifikasi, dan mengakhiri sesi dengan satu atau lebih partisipan.

Pensinyalan SIP merupakan metode utama yang digunakan untuk registrasi pengguna dan sesi kontrol dalam arsitektur IMS. CSCF merupakan sever inti pensinyalan dalam arsitektur IMS. keduanya bekerja sebagai SIP registrar dan stateful SIP proxy server. Gambar 2.2 menggambarkan prosedur pensinyalan dalam inti IMS.


(20)

Prosedur pensinyalan dimulai dengan SIP REGISTER pengguna meminta untuk dikirimkan ke P-CSCF. Karena bandwidth antarmuka udara yang terbatas, pesan dikompresi sebelum dikirim oleh pengguna dan didekompresi di P-CSCF. Jika beberapa S-CSCF ada di home network pengguna, sebuah I-CSCF perlu disebarkan untuk memilih S-CSCF yang melayani sesi pengguna. Dalam hal ini, P-CSCF menyelesaikan pengalamatan dari home I-CSCF pengguna dengan menggunakan home domain name pengguna dan meneruskan REGISTER ke I-CSCF [7].

Setelah I-CSCF mengirimkan User Authorization Request (UAR) ke HSS, yang mengembalikan alamat S-CSCF, lalu I-CSCF memilih satu S-CSCF dan meneruskan pesan REGISTER. S-CSCF mengirimkan sebuah pesan Multimedia Authentication Request (MAR) ke HSS untuk mengunduh data otentifikasi pengguna. S-CSCF juga menyimpan Uniform Resource Indicator (URI) di dalam HSS. kemudian HSS memberi respon pesan Multimedia Authentication Answer (MAA). S-CSCF membentuk sebuah respon SIP 401Unauthorised dengan sebuah pertanyaan yang harus dijawab oleh UE. Setelah pertanyaan dijawab, maka otentifikasi berhasil. S-CSCF mengirimkan sebuah Server Assignment Request (SAR) untuk memberitahu HSS bahwa pengguna telah terdaftar dan HSS dapat mengunduh profil pengguna. HSS memberi balasan dengan jawaban Server Assignment Answer (SAA). Akhirnya, S-CSCF mengirimkan 200 pesan OK untuk menginformasikan UE proses registrasi sukses.


(21)

14

2.2.4 Layanan IMS

IMS memiliki beberapa layanan yang dapat digunakan diantaranya [4]: 1. Push to Talk over Cellular (PoC)

2. Real Time Video Sharing 3. Aplikasi Interaktif

4. Layanan Pesan Cepat 5. Pesan Suara

6. IMS enabled Voice and Video Telephony, IMS memungkinkan panggilan suara dan video dibawa ke suatu jaringan inti paket (VoIP).

7. Video-conferencing

2.2.5 Application Server (AS)

Application Server (AS) merupakan sebuah server SIP yang menjalankan layanan pada IMS. AS dapat bertindak sebagai SIP User Agent Client (UAC), Sip User Agent Server (UAS) atau SIP Back to Back User Agent (B2BUA). AS menjadi antarmuka S-CSCF yang meneruskan permintaan ke AS spesifik. Apabila terdapat beberapa AS dalam IMS, HSS berisi kriteria filter yang akan memilih AS berdasarkan konten tertentu dari permintaan yang masuk [8]. Antarmuka dari S-CSCF ke AS disebut IMS Centralised Services (ICs) dan didefinisikan dalam 3GPP TS.23.228 [9]. Gambar 2.3 sampai 2.7 menunjukan peran yang berbeda dari sebuah AS yang terjadi dan hasil yang berbeda dalam pensinyalan IMS [10].


(22)

Gambar 2.3. Application Server Bertindak Sebagai Terminating UA atau Redirected Server

Gamba 2.4. Application Server Bertindak Sebagai Originating UA


(23)

16

Gambar 2.6. Application Server Melakukan Kontrol Third Party Call yang Bertindak Menginisiasi B2BUA

Gambar 2.7. Sebuah SIP melewati S-CSCF tanpa Application Server

2.2.6. Home Subscriber Server (HSS)

Home Subscriber Server (HSS) adalah database pengguna yang menyimpan profil pengguna, dan menunjukkan keaslian dan kewenangan pengguna termasuk identifikasi pengguna, kontrol informasi, dan lokasi pengguna. Bagian ini serupa dengan Home Location Register (HLR) dan Autenthication Center (AUC) pada Code Division Multiple Access (CDMA) maupun Global System for Mobile (GSM) [11].


(24)

HSS dalam peran dasarnya merupakan sebuah database terpusat untuk entitas IMS, PS, dan CS. HSS merupakan entitas jaringan inti yang berperan sangat penting dalam melakukan otentifikasi pengguna, otorisasi dan manajemen sesi. HSS bersama dengan CSCF melengkapi fungsi Control Layer pada IMS untuk berlangganan dan manajemen sesi. HSS mendukung antarmuka yang berbeda dari jaringan IMS, jaringan PS / GPRS, jaringan CS/G.729, dan jaringan IP pada umumnya.

2.3 Session Initation Protocol (SIP)

Session Initation Protocol (SIP) merupakan sebuah application–layer control protocol yang dapat membentuk, memodifikasi, dan mengakhiri sesi multimedia seperti panggilan telepon internet [12].

2.3.1. Arsitektur Komponen SIP

Secara umum jaringan SIP terdiri dari dua komponen dasar, yaitu SIP user agent dan SIP network server. SIP user agent merupakan komponen dari client yang memulai dan menjawab panggilan.

Arsitektur SIP terdiri dari beberapa elemen fungsional, diantaranya: 1. User Agent

SIP user agent (UA) merupakan sebuah perangkat akhir yang dapat memulai dan menerima panggilan SIP. UA bisa berupa laptop, telepon genggam atau sebuah perangkat akhir yang dapat digunakan sebagai mesin penjawab. SIP mendukung arsitektur peer-to-peer dan client server. UA bertindak sebagai client, dimana


(25)

18

antara client satu dan yang lainnya dapat saling berhubungan satu sama lain dan dapat melakukan suatu sesi.

2. User Agent Server

Dalam model client server, ketika mengirim permintaan atau menerima tanggapan, SIP UA bertindak sebagai client, disebut dengan UAC. Penerima SIP UA bertindak sebagai server (menerima permintaan dan mengirimkan tanggapan) disebut dengan UAS. UAC dan UAS merupakan sebuah entitas yang terdapat pada setiap SIP user agent.

3. Back to Back User Agent (B2BUA)

Ketika entitas SIP bertindak sebagai UAC dan UAS maka entitas SIP tersebut dapat di sebut sebagai Back-to-Back User Agent (B2BUA). B2BUA memproses permintaan untuk memutuskan bagaimana permintaan panggilan akan dijawab. 4. Proxy Server

SIP proxy server merupakan komponen utama dalam infrastruktur SIP. Merupakan entitas pertama yang menerima semua permintaan panggilan keluar dari SIP UA. Merutekan permintaan yang melintas dan menempatkan permintaan ke server terdekat dengan tujuan SIP UA. Umumnya terdapat dua SIP proxy server, satu berada disisi pemanggil dan lainnya berada di sisi penerima panggilan.

5. Registrar

Registrar SIP merupakan tempat penyimpanan informasi lokasi dari UA. Registrar menerima permintaan registrasi dari UA dan menempatkan informasi tersebut dalam lokasi penyimpanan data. Ketika lokasi atau perangkat yang di gunakan


(26)

UA berubah, UA akan mengirimkan pesan permintaan SIP kepada registrar. SIP proxy server juga memanfaatkan informasi lokasi yang tersimpan dalam registrar untuk mengetahui lokasi dari UA.

6. Redirect Server

Server redirect merespon permintaan SIP dengan sebuah alamat dimana pesan SIP akan diarahkan. Server redirect memetakan alamat tujuan ke satu atau lebih alamat [13].

2.3.2. Pesan SIP

Pesan yang terdapat dalam SIP terbagi dalam dua format, diantaranya:

1. Request, merupakan pesan yang dikirim dari client ke server, dimana request berisi mengenai operasi perminataan yang ingin dilakukan oleh client. Pesan request dari SIP dibagi menjadi enam jenis, diantaranya:

a. INVITE : menunjukan bahwa user atau layanan sedang diundang untuk bergabung dalam suatu sesi.

b. ACK: menunjukan bahwa client telah menerima respon akhir dari suatu request INVITE.

c. OPTION: digunakan untuk menanyakan suatu server mengenai kemampuan yang dimilikinya.

d. BYE: menunjukan bahwa client mengindikasikan server jika sesi akan segera diakhiri.

e. CANCEL: menunjukan bahwa request yang dberikan akan dibatalkan. f. REGISTER: menunjukan bahwa client mendaftarkan informasi kontak.


(27)

20

2. Response, merupakan pesan yang dikirim dari server ke client, dimana response berisi status balasan dari operasi permintaan yang ingin dilakukan oleh client. Pesan response berisi kode status dan keterangan mengenai kondisi dari pesan request yang diberikan. Terdapat tiga digit angka kode status dalam pesan response SIP. Terdapat enam jenis pesan response SIP, diantaranya [5]: a. 1xx: Provisional, pesan telah berhasil diterima dan melanjutkan proses dari

request yang diberikan.

b. 2xx: Success, tindakan yang ingin di lakukan telah berhasil diterima, dimengerti, dan disetujui.

c. 3xx: Redirection, tindakan lebih lanjut perlu dikakukan untuk melengkapi request yang diberikan.

d. 4xx: Client Error, request berisi sintak yang salah sehingga tidak dapat dikenali oleh server, dan server tidak dapat memprosesnya.

e. 5xx: Server Error, server gagal untuk memproses permintaan yang sah, dalam hal ini terdapat masalah pada server.

f. 6xx, Global Failure, request tidak dapat di lakukan pada server manapun.

2.4. Jaringan Wireless

Teknologi utama yang digunakan untuk membangun sebuah jaringan nirkabel murah yang saat ini banyak digunakan adalah protokol 802.11, yang dikenal oleh banyak kalangan sebagai Wi-Fi.

Terdapat banyak protokol dalam standar 802.11, dan tidak semua berhubungan secara langsung dengan protokol radio itu sendiri. Terdapat tiga standar jaringan nirkabel yang saat ini banyak digunakan dan mudah diaplikasikan, diantaranya:


(28)

a. 802.11 b, disahkan oleh IEEE pada tanggal 16 September 1999. Terdapat jutaan perangkat yang mendukung 802.11b sejak dikeluarkan tahun 1999. 802.11b menggunakan mekanisme transmisi yang disebut sebagai Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS). Memiliki kecepatan maksimum 11 Mbps, dengan kecepatan penggunaan data aktual hingga 5 Mbps.

b. 802.11g merupakan protokol jaringan nirkabel yang datang belakangan dipasaran jaringan nirkabel karena belum disahkan hingga bulan juni 2013. Walaupun protokol 802.11g datang terlambat, 802.11g merupakan protokol jaringan nirkabel yang banyak digunakan sebagai fitur standar pada hampir semua laptop dan telepon gengam. Menggunakan mekanisme transmisi Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM). Memiliki kecepatan data maksimum 54 Mbps dan bisa turun menjadi 11 Mbps.

c. 802.11 a merupakan protokol jaringan nirkabel yang juga disahkan pada tanggal 16 September 1999, 802.11 a menggunakan modulasi OFDM. Protokol ini memiliki kecepatan data maksimum 54 Mbps, dengan aktual throughput sampai dengan 27 Mbps. Protokol 802.11a beroperasi pada pita industrial, scientific and medical (ISM) antara 5.745 dan 5.805 Ghz dan pada pita Unlicensed National Information Infrastructure (UNII) antara 5.150 dan 5.320 Ghz. Hal ini menyebabkan protokol 802.11a tidak cocok dengan 802.11b atau 802.11g, dan dengan frekuensi yang lebih tinggi berarti memiliki jangkauan yang lebih pendek dibandingkan dengan 802.11b/g dengan daya pancar yang sama [14].


(29)

22

2.5. Internet Protocol (IP)

Internet Protocol (IP) merupakan protokol network layer yang berisi informasi pengalamatan dan beberapa informasi kendali untuk memungkinkan paket di salurkan dalam sebuah jaringan. IP merupakan sebuah protokol lapisan jaringan utama dalam TCP/IP. Seiring dengan TCP, IP mewakili inti dari protokol internet. IP bekerja dengan baik pada jaringan komunikasi LAN maupun WAN.

IP memiliki dua tanggungjawab utama, yaitu menyediakan mode hubungan connectionless, mengirimkan data melalui sebuah jaringan, dan menyediakan fragmentasi dan reassembly dari datagram untuk mendukung data link dengan ukuran maximum-transmission unit (MTU) yang berbeda [15].

2.6. Real Time Protocol

Protokol RTP merupakan suatu protokol yang berfungsi untuk membawa suatu data real time baik yang dikirimkan secara unicast ataupun multicast melalui jaringan berbasis IP [16]. RTP didesain untuk membawa informasi waktu bersama dengan data yang dikirimkan sehingga RTP digunakan untuk membawa data audio maupun video streams. RTP terdiri dari suatu data dan bagian kendali yang disebut dengan Real Time Control Protocol (RTCP) [17].

2.7. Quality of Service (QoS)

Quality of Service menunjukkan kemampuan sebuah jaringan untuk menyediakan layanan yang lebih baik lagi bagi layanan trafik yang melewatinya. QoS


(30)

merupakan sebuah system arsitektur end to end dan bukan merupakan sebuah feature yang dimiliki oleh jaringan.

QoS suatu network merujuk ke tingkat kecepatan dan keandalan penyampaian berbagai jenis beban data di dalam suatu komunikasi. Dalam QoS meliputi beberapa hal yaitu: throughput, delay, jitter, delta max (latency) dan packet Loss.

Throughput

Throughput adalah kemampuan sebenarnya suatu jaringan dalam melakukan pengiriman data. Biasanya throughput dikaitkan dengan bandwidth karena throughput memang bisa disebut dengan bandwidth dalam kondisi yang sebenarnya. Sementara throughput sifatnya adalah dinamis tergantung trafik yang sedang terjadi. Semakin besar bit-rate maka akan semakin besar pula throughput nya, semakin besar nilai throughput nya akan menunjukkan semakin bagus pula kemampuan jaringan dalam mentransmisikan file.

....(2.1) Delay

Delay (waktu tunda) merupakan interval waktu yang dibutuhkan oleh suatu paket data saat data mulai dikirim dan keluar dari proses antrian dari titik sumber awal hingga mencapai titik tujuan.

...(2.2) Jitter

Jitter merupakan variasi delay antar paket yang terjadi pada jaringan IP. Besarnya nilai jitter akan sangat dipengaruhi oleh variasi beban trafik dan besarnya tabrakan antar paket (congestion) yang ada dalam jaringan IP. Semakin besar beban trafik


(31)

24

di dalam jaringan akan menyebabkan semakin besar pula peluang terjadinya congestion dengan demikian nilai jitter-nya akan semakin besar. Semakin besar nilai jitter akan mengakibatkan nilai QoS akan semakin turun. Untuk mendapatkan nilai QoS jaringan yang baik, nilai jitter harus dijaga seminimum mungkin. Jitter pada paket RTP dapat dihitung menggunakan perhitungan jitter yang dideskripsikan dalam RFC 3550 [18].

Perkiraan dari variansi satistik pada waktu antarkedatangan paket data RTP, diukur dalam satuan timestamp dan dinyatakan sebagai sebuah bilangan bulat. Interarrival jitter (J) didefinisikan sebagai rata-rata deviasi dari selisih (D) jarak paket dari pengirim dibandingkan dengan pengirim.

... (2.3) Si,Sj = RTP timestamp dari paket i dan j,

Ri = waktu kedatangan dalam RTP timestamp dari paket i dan j

Persamaan 2.3 menunjukan perhitungan selisih (D) dari dua paket i dan j. Karena paket RTP datang secara kontinyu pada penerima maka selisih (D) dari pasangan paket (paket n dan paket n-1) juga dihitung secara kontinyu. Sehingga interarrival jitter dapat dihitung dengan persamaan:

.... (2.4) Packet Loss

Packet loss dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, mencakup penurunan signal dalam media jaringan, melebihi batas saturasi jaringan, paket yang corrupt dan kesalahan hardware jaringan. Dalam hal kerugian paket, penerima akan meminta retransmission atau pengiriman secara otomatis resends walaupun segmen telah


(32)

tidak diakui. Walaupun TCP dapat memulihkan dari kerugian paket, retransmitting paket yang hilang menyebabkan throughput yang berhubungan dengan koneksi dapat berkurang. Retransmission ini menyebabkan keseluruhan throughput yang berhubungan dengan koneksi menurun jauh. Packet Loss (paket hilang) terjadi ketika satu atau lebih paket data yang melewati satu jaringan gagal mencapai tujuannya. Packet loss ini merupakan persentase dari rasio perbandingan jumlah paket yang diterima terhadap jumlah paket yang dikirim [19]. % 100    et dikirim Jumlah pak et sampai Jumlah pak et dikirim Jumlah pak s Packet Los Persentase ...(2.4)

Delta max (latency)

Delta max atau disebut latency merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mengirimkan suatu paket dari satu titik ke titik yang lainnya. Misalnya suatu jaringan membutuhkan waktu 24 ms untuk mengirimkan pesan dari ujung ke ujung, artinya jaringan tersebut memiliki delta max 24 ms.

2.8. OPEN IMS

OpenIMS adalah perangkat lunak yang dikembangkan oleh FOKUS (Institut Jerman) Desember 2006. FOKUS mengimplementasikan beberapa komponen secara terintergrasi seperti CSCFs, HSS, Application Servers, dan lainnya yang dapat dilihat pada gambar 2.9 [20].


(33)

26

Gambar 2.8. Testbed Open IMS [21]

2.9. PROTOCOL ANALYZER WIRESHARK

Wireshark adalah salah satu dari sekian banyak tool Network Analyzer yang banyak digunakan oleh network administrator untuk menganalisa kinerja jaringannya. Wireshark banyak disukai karena antarmukanya yang menggunakan Graphical User Interface (GUI) atau tampilan grafis.

Wireshark mampu menangkap paket-paket data/informasi yang ada dalam jaringan. Semua jenis paket informasi dalam berbagai format protokol pun akan dengan mudah ditangkap dan dianalisa. Karenanya tak jarang peralatan ini juga dapat dipakai untuk sniffing (memperoleh informasi penting seperti kata sandi email atau akun lain) dengan menangkap paket-paket yang ada di dalam jaringan


(34)

dan menganalisanya. Peralatan ini tidak mengenal antarmuka modem dan hanya dapat bekerja dalam jaringan melalui LAN/Ethernet Card yang ada di PC. [22]


(35)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan pada : Waktu : September 2012 – Juni 2013

Tempat : Laboratorium Teknik Telekomunikasi Jurusan Teknik Elektro Universitas Lampung dan Research Development Center Czech Technical University in Prague.

3.2. Alat dan Bahan

Adapun peralatan dan bahan-bahan yang digunakan pada penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Dua buah personal komputer

2. Satu buah access point Routerboard 300 3. Satu buah Switch

4. Sistem operasi Linux Ubuntu versi 12.04 5. Sistem Operasi Windows 7

6. Sistem operasi Android Gingerbread 7. Perangkat lunak Open IMS

8. Perangkat lunak Wireshark 9. Perangkat lunak Boghe


(36)

10. Perangkat lunak IMSDroid 11. Perangkat lunak winbox

Wireshark & Client Boghe 192.168.129.54

Client Boghe 192.168.129.58 IMS Core Network

Access Point

Ruterboard 333 a/b/g

Client IMSDroid 192.168.129.187 SWITCH 1

SWITCH 2

Client Boghe 192.168.129.56 (a)

(b)

Gambar 3.1. Topologi jaringan

(a) Akses layanan via LAN (b) Akses layanan via access point

Gambar topologi jaringan di atas menunjukkan gambaran sistem komunikasi yang akan dilakukan pada penelitian ini.


(37)

30

3.3. Tahap Penelitian

Pada penyelesaian tugas akhir ini ada beberapa tahapan kerja yang dilakukan antara lain:

1. Studi literatur

Dalam studi literatur dilakukan pencarian informasi baik dari buku, jurnal, bahan dari internet maupun sumber-sumber lain yang berkaitan dengan penelitian ini, diantaranya adalah:

a. Jaringan Wireless b. IMS

c. OpenIMS

d. Application Server e. IMS Client

2. Studi dan Instalasi Perangkat Lunak

Pembelajaran tentang perangkat lunak ini dilakukan pada tingkat perangkat lunak dan Sistem Operasi yang mendukung program untuk penelitian ini. Pada penelitian ini di gunakan beberapa perangkat lunak diantaranya OpenIMSCore, Wireshark, Boghe, IMSDroid, dan winbox dan sistem operasi yang digunakan pada penelitian ini diantaranya Linux Ubuntu versi 12.04, Windows 7, dan Android Gingerbread. Sistem Operasi Linux Ubuntu versi 12.04 pada penelitian ini digunakan sebagai sistem operasi yang digunakan pada server IMS Core Network yang menggunakan perangkat lunak OpenIMS dari FOKUS (Institut Jerman). Sistem operasi Windows 7 dalam penelitian ini merupakan sistem operasi yang digunakan pada komputer yang memuat perangkat lunak wireshark,


(38)

aplikasi Boghe yang digunakan sebagai client, dan winbox yang digunakan untuk mengkonfigurasi jaringan. Komputer ini yang terhubung dengan server IMS. Sistem Operasi Android Gingerbread dalam penelitian ini merupakan sistem operasi yang digunakan pada smart phone yang memuat perangkat lunak IMSDroid, yang juga di gunakan sebagai client IMS.

3. Perancangan Test Bed IMS Core Network

Dalam tahap perancangan ini testbed OpenIMS Core Network disimulasikan dengan menggunakan software OpenIMS Core melalui terminal yang ada pada sistem operasi Ubuntu versi 12.04.

4. Registrasi user pada server IMS Core Network

Dalam penelitian ini agar user dapat menggunakan layanan dari IMS Core Network, user harus terdaftar pada server IMS Core Network terlebih dahulu. Adapun tahapan dalam registrasi user diantaranya:

a. Mengklik USER IDENTITIES >> IMS Subscription >> Create. Kemudian mengisi Name, Capabilities Set, dan Preffered S-CSCF seperti yang ditunjukan gambar 3.17.


(39)

32

b. Setelah mengisi Name, Capabilities Set, dan Preffered S-CSCF pada IMS Subscription kemudian mengklik save. Kemudian akan muncul tampilan pengaturan IMS Subscription seperti di bawah ini:

Gambar 3.3.Tampilan pengaturan IMS Subscription (2)

c. Mengklik simbol + pada Create & Bind new IMPI untuk mengisi identitas dari user. Sehingga muncul tampilan pengaturan Private User Identity seperti gambar di bawah ini. Kemudian mengisi kolom Identity dan Secret Key.


(40)

d. Kemudian akan muncul tampilan pengaturan seperti gambar 3.5 Setelah itu mengklik simbol + pada Create & Bind new IMPU untuk mengisi Private User Identity.

Gambar 3.5.Tampilan pengaturan Private User Identity (2)

e. Kemudian akan muncul tampilan pengaturan Public User Identity –IMPU-. Lalu mengisi kolom Identity, Service Profile, Charging-info Type, dan IMPU seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.6 di bawah ini.


(41)

34

f. Setelah itu muncul tampilan seperti gambar 3.7 di bawah ini. Kemudian mengisi Add Visited Network dengan open-ims.test

Gambar 3.7. Tampilan pengaturan Public User Identity (2)

5. Instalasi User Equipment (Client)

Dalam penelitian ini digunakan dua buah aplikasi yang di gunakan sebagai client OpenIMSCore, yaitu boghe (digunakan pada PC) dan IMSDroid (digunakan pada telepon genggam berbasis android).

A. IMSDroid

IMSDroid dapat diunduh melalui halaman web

https://code.google.com/p/imsdroid/downloads/list. Terdapat beberapa versi aplikasi IMSDroid dimana pada penelitian ini digunakan aplikasi IMSDroid versi imsdroid-2.544.836.apk. Aplikasi IMSDroid ini hanya dapat di gunakan pada


(42)

telepon genggam dengan sistem operasi Android. Tahapan penginstallan aplikasi IMSDroid ini adalah sebagai berikut:

a. Unduh IMSDroid melalui halaman web

https://code.google.com/p/imsdroid/downloads/list.

b. Kemudian menginstall IMSDroid pada telepon genggam dengan sistem operasi Android.

Gambar 3.8. Tampilan instalasi IMSDroid

c. Setelah proses instalasi selesai, pengaturan identitas client dapat dilakukan dengan menekan option >> identity seperti yang ditunjukan pada gambar 3.9.


(43)

36

Gambar 3.9. Pengaturan identitas client pada IMSDroid

d. Kemudian mengatur IP dan port server yang digunakan dengan menekan option >> network (lihat gambar 3.10).

Gambar 3.10. Pengaturan IP dan port server pada IMSDroid


(44)

B. Boghe

Boghe merupakan salah satu aplikasi yang dapat digunakan sebagai IMS client. Terdapat beberapa versi aplikasi Boghe dimana pada penelitian ini digunakan aplikasi Boghe versi Boghe_2.0.153.836.sfx.exe. Aplikasi Boghe ini di gunakan pada komputer dengan sistem operasi Windows 7. Tahapan penginstallan aplikasi Boghe ini adalah sebagai berikut:

a. Unduh Boghe melalui halaman web

https://code.google.com/p/boghe/downloads/list

b. Kemudian install Boghe pada komputer dengan sistem operasi windows. c. Setelah proses instalasi selesai mengatur identitas dari client dengan menekan

tools >> options >> identity, seperti yang tunjukkan gambar 3.11.

Gambar 3.11. Pengaturan identitas client pada Boghe

f. Kemudian atur IP dan port server yang digunakan dengan cara menekan tools >> options >> network (lihat gambar 3.12).


(45)

38

Gambar 3.12. Pengaturan IP dan port server pada Boghe

g. Setelah semua konfigurasi telah selesat diatur, maka aplikasi Boghe siap digunakan.

6. Simulasi dan Uji Coba

Pada tahap ini dilakukan simulasi dan uji coba terhadap sistem yang sudah dirancang dimana client terhubung dengan test bed IMS core network melalui WiFi Access Point.

7. Analisa Hasil dan Pembahasan

Pada tahapan ini akan dilakukan analisa hasil dan pembahasan dari sistem yang telah dibangun. Dari hasil uji coba kita dapat melihat apakah telah berjalan dengan baik. Sistem dikatakan telah berjalan dengan baik apabila sistem dapat melakukan proses pertukaran informasi. Hasil simulasi dan uji coba disajikan dalam bentuk


(46)

trace file yang berisi rekaman seluruh paket yang terekam pada perangkat lunak wireshark.

3.4. Diagram Alir Penelitian

Dalam pengerjaan penelitian tugas akhir ini, tahapan penelitian digambarkan dalam suatu diagram alir penelitian yang dapat dilihat pada gambar 3.13. Penelitian tugas akhir ini dimulai dengan melakukan studi literatur berupa pencarian informasi baik dari buku, jurnal, bahan bacaan dari internet maupun sumber-sumber lain yang berkaitan dengan penelitian ini. Setelah melakukan studi literatur dilakukan pencarian alat dan bahan yang akan digunakan. Setelah alat dan bahan yang diperlukan telah tersedia, maka perancangan testbed dari OpenIMSore Network pada sistem operasi Linux Ubuntu versi 12.04 dapat dilakukan. Dalam perancangan ini di perlukan beberapa package yang dibutuhkan agar perancangan OpenIMS Core dapat berhasil, diantaranya: subversion, sun-java6-jdk, mysql-server, libmysqlclient15-dev, libxml2, libxml2-dev, bind9, ant, flex, bison, dan libcurl. Selain itu diakukan beberapa konfigurasi pada named.conf.local, resolf.conf, dan hosts. Jika terjadi kegagalan dalam perancangan testbed dari OpenIMSCore Network maka package yang telah terinstall dan konfigurasi yang telah dilakukan harus diperiksa kembali. Perancangan dapat dikatakan berhasil apabila server P-CSCF, I-CSCF, S-CSCF, dan HSS dapat berjalan dengan baik dan benar. Setelah pembangunan testbed dari OpenIMSCore Network telah berhasil, selanjutnya dapat dilakukan konfigurasi pada routerboard 300 yang digunakan sebagai WiFi access point, dimana testbed OpenIMSCore Network terhubung dengan routerboard 300 tersebut. Tahap


(47)

40

selanjutnya adalah mengintalasi perangkat lunak yang digunakan sebagai client pada device.. Setelah instalasi client selesai, maka dilakukan pengaturan konfigurasi aplikasi agar client dapat mengakses layanan. Setelah konfigurasi selesai, maka client siap digunakan untuk melakukan uji coba layanan, dimana bentuk layanan yang diakukan berupa Instant Messaging, Voice Call, dan Video Call. Apabila uji coba layanan tidak berhasil maka seluruh prosedur konfigurasi yang telah dilakukan pada testbed OpenIMSCore Network harus di periksa kembali.

Apabila uji coba berhasil, penangkapan paket yang dihasilkan dengan menggunakan perangkat lunak wireshark dapat dilakukan, dimana keluaran yang dihasilkan berupa trace file yang berisi proses komunikasi, throughput, delay, dan jitter yang dihasilkan ketika layanan berlangsung. Setelah keluaran yang dihasilkan berupa trace file diperoleh, selanjutnya dilakukan analisa terhadap data yang diperoleh dengan melakukan peninjauan kembali terhadap literatur pendukung.


(48)

Tidak Penghubungan AP, IMS

core network, dan Client

Layanan berjalan Mulai

Studi pustaka dan literatur

Pencarian alat dan bahan

Alat dan bahan Tersedia

Perancangan test bed

IMS core Network

Perancangan

test bed sukses Trace File

Konfigurasi Access Point

yang digunakan

Konfigurasi Access Point selesai

Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya

Konfigurasi client

Konfigurasi client selesai

Ya

Hasil dan pembahasan

Kesimpulan dan saran

Selesai

Tidak Instalasi aplikasi client

pada device

Instalasi client selesai

Ya


(49)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan dan analisis yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Kinerja SIP yang terjadi mulai dari terminal pengguna hingga Application Server dapat dilihat memalui trace file yang diperoleh menggunakan perangkat lunak wireshark.

2. Dari data hasil pengukuran proses pertukaran informasi yang terjadi mulai dari terminal pengguna hingga AS yang ditunjukan pada gambar 4.1, gambar 4.2, dan gambar 4.3 dapat dikatakan bahwa proses pertukaran informasi SIP yang dihasilkan sesuai dengan standar pensinyalan SIP yang ada pada RFC 3261.

3. Proses pertukaran informasi yang terjadi mulai dari terminal pengguna hingga Application Server yang dihasilkan melalui kabel LAN dan WiFI access point adalah sama.

4. Berdasarkan QoS throughput, packet loss, delay, jitter dan delta yang dihasilkan pada layanan Application Server menggunakan kabel LAN dan WiFi access point, QoS yang dihasilkan menggunakan kabel LAN lebih baik bila dibandingkan dengan QoS yang dihasilkan melalui WiFi access point.


(50)

5. Besar max delta (latency) yang dihasilkan memiliki kuantitas nilai yang berbeda untuk tiap-tiap skenario (panggilan pendek, panggilan sedang, dan panggilan panjang). Nilai pengukuran max delta juga berbeda saat diakses melalui kabel LAN dengan nilai saat diakses melalui WiFi access point. Akan tetapi kedua metode akses memiliki nilai max delta yang ,dapat memenuhi standar ITU-T G.114, yang merekomendasikan max delta maksimum untuk VOIP sebesar 150 ms.

6. Besar jitter yang yang dihasilkan melalui penggunaan kabel LAN dan WiFi access point untuk masing-masing skenario panggilan pendek, panggilan sedang, dan panggilan panjang juga menghasilkan kuantitas nilai yang berbeda-beda. Akan tetapi secara umum dapat dikatakan bahwa nilai jitter yang dihasilkan pada kedua metode akses memenuhi standar, dimana jitter yang dihasilkan kurang dari 100 ms.

7. Besar packet loss yang dihasilkan dengan akses melalui kabel LAN dan WiFi access point untuk layanan voice call dan video call dengan skenario waktu panggilan pendek, panggilan sedang, dan panggilan panjang memiliki kuantitas nilai berbeda-beda. Pada pengunaan kabel LAN packet loss yang dihasilkan kurang dari 1 %, sedangkan melalui WiFi access point packet loss yang dihasilkan lebih dari 1 %.

8. Perangkat lunak OpenIMSCore yang digunakan sebagai IMS Core Network bekerja dengan baik karena dapat melayani setiap layanan yang akan digunakan oleh client.


(51)

79

B. Saran

1. Pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan uji coba dengan melakukan pengaturan besar bandwidth yang digunakan pada WiFi access point agar QoS yang dihasilkan dapat lebih baik.

2. Pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat membangkitkan trafik jaringan yang dapat mempengaruhi kualitas jaringan dari OpenIMSCore sehingga testbed dapat merepresentasikan keadaan jaringan secara real.

3. Penelitian selanjutnya juga diharapkan dapat membuat manajemen panggilan pada OpenIMSCore karena berdasarkan penelitian ini, dengan menggunakan lama panggilan pendek, sedang, dan tinggi, dapat terlihat bahwa OpenIMSCore tidak memiliki manajemen panggilan, yang diperlukan dalam pengaturan sistem telekomunikasi.

4. Pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat membuat supplementary sevice seperti call forwarding, call transfer, call conference, dan lainnya yang dapat diintegrasikan dengan OpenIMSCore.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

[1] Pelangi, Z., “Implementasi VOIP Menggunakan Open IMS Core Sebagai Infrastruktur Jaringan”, Universitas Indonesia, Depok, 2010.

[2] Noveanto, M.S., Sirat, D., “Analisa Performansi Layanan Instant Messagging Pada Implementasi Open IMS Core”, Universitas Indonesia, Depok, 2010.

[3] Henning, T.C., Djanali, S., Husni, M., “Kualitas Layanan IP Multimedia Subsystem”, Institute Teknologi Sepuluh November, Surabaya, 2010.

[4] Ismail, N., R. Yusep, Langi, Armien, Z. R., “IP MULTIMEDIA SUBSYSTEM (IMS) MENDORONG MUNCULNYA PELUANG DAN

MODEL BISNIS BARU”, Institut Teknologi Bandung, Bandung, 2006.

[5] J. Rosenberg, H. Schulzrinne, G. Camarillo, A. Johnston, J. Peterson, R. Sparks, M. Handley, and E. Schooler. “SIP: Session Initiation Protocol”, RFC 3261, Juni 2002.

[6] Ulvan, M., Ulvan, A., Bestak, R., “Network Entry Procedure in LTE-based Femtocell Network”.


(53)

[7] Ulvan, M., Bestak, R., Ulvan, A., “The Study of IMS Functionality in

Femtocell Environment”, IEEE 9th Malaysia International Conference on, Communications (MICC), Kuala Lumpur, Malaysia, December 2009. Print ISBN: 978-1-4244-5531-76.

[8] IP-Solutions AB, “ Introduction to IMS Application Development &

Integration”, White Paper, Sweden, 2008,

http://www.ip-solutions.se/wp-content/uploads/imsappl.pdf, Diakses Tanggal 8 Oktober 2012.

[9] 3GPP TS 23.228 V10.4.0, “ IP Multimedia Subsystem (IMS)”, Stage 2 (Release 10), 2011.

[10] 3GPP TS 23.218 version 10.0.0, “IP Multimedia (IM) session handling and IM call model”, Stage 2 (Release 10), Maret 2011.

[11] Nasrial, Rudyno, “Arsitektur Jaringan IMS”, http://mobileindonesia.files.wordpress.com/2011/01/arsitektur-jaringan-ims.pdf . Diakses tanggal 22 September 2012.

[12] Javvin, “Network Protocols Handbook”, USA, 2005,

http://bkarak.wizhut.com/www/lectures/networks-07/NetworkProtocolsHandbook.pdf. Diakses tanggal 30 April 2013.

[13] Mikkka Poikselka, The IP Multimedia Subsystem Concept and Services, 2006, Jhohn Woley &Sons Ltd, England, ISBN 978-0-470-01906-1.


(54)

ebook.pdf,. Diakses tanggal 30 April 2013.

[15] Steven, W.Richard, “The Protocol”, addison wesley publishy company, New Jersey, 1994.

[16] Hens, F.J & Caballero, J.M, “Triple Play : Building the converged network for IP, VoIP and IPTV ”, John Wiley & Sons, 2008.

[17] Deolens, “ANALISA LAYANAN VIDEO ON DEMAND PADA

ARSITEKTUR IP MULTIMEDIA SUBSYSTEM”, Universitas Indonesia, 2010.

[18] H. Schulzrinne, S. Casner, R. Frederick, and V. Jacobson, “RTP: A Transport Protocol for Real-Time Applications”, RFC 3550, Juli 2003.

[19] Jeni, A.R., “SIMULASI PENGARUH PROPAGASI RADIO TERHADAP QoS (Quality Of Service) PADA WLAN IEEE 802.11 g MENGGUNAKAN NETWORK SIMULATOR 2 (NS-2)”, Universitas Lampung, Bandar

Lampung, 2012.


(55)

[21] FOKUS Fraunhofer Institute, “OSIMS - The FOKUS Open Source IMS Core”,

http://www.fokus.fraunhofer.de/en/fokus_testbeds/open_ims_playground/co mponents/osims/index.html. Diakses tanggal 11 Oktober 2012.

[22] http://se900.wordpress.com/2009/05/12/capture-packet-dengan-wireshark/. Diakses tanggal 11 Oktober 2012.


(1)

78

5. Besar max delta (latency) yang dihasilkan memiliki kuantitas nilai yang berbeda untuk tiap-tiap skenario (panggilan pendek, panggilan sedang, dan panggilan panjang). Nilai pengukuran max delta juga berbeda saat diakses melalui kabel LAN dengan nilai saat diakses melalui WiFi access point. Akan tetapi kedua metode akses memiliki nilai max delta yang ,dapat memenuhi standar ITU-T G.114, yang merekomendasikan max delta maksimum untuk VOIP sebesar 150 ms.

6. Besar jitter yang yang dihasilkan melalui penggunaan kabel LAN dan WiFi access point untuk masing-masing skenario panggilan pendek, panggilan sedang, dan panggilan panjang juga menghasilkan kuantitas nilai yang berbeda-beda. Akan tetapi secara umum dapat dikatakan bahwa nilai jitter yang dihasilkan pada kedua metode akses memenuhi standar, dimana jitter yang dihasilkan kurang dari 100 ms.

7. Besar packet loss yang dihasilkan dengan akses melalui kabel LAN dan WiFi access point untuk layanan voice call dan video call dengan skenario waktu panggilan pendek, panggilan sedang, dan panggilan panjang memiliki kuantitas nilai berbeda-beda. Pada pengunaan kabel LAN packet loss yang dihasilkan kurang dari 1 %, sedangkan melalui WiFi access point packet loss yang dihasilkan lebih dari 1 %.

8. Perangkat lunak OpenIMSCore yang digunakan sebagai IMS Core Network bekerja dengan baik karena dapat melayani setiap layanan yang akan digunakan oleh client.


(2)

79

B. Saran

1. Pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan uji coba dengan melakukan pengaturan besar bandwidth yang digunakan pada WiFi access point agar QoS yang dihasilkan dapat lebih baik.

2. Pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat membangkitkan trafik jaringan yang dapat mempengaruhi kualitas jaringan dari OpenIMSCore sehingga testbed dapat merepresentasikan keadaan jaringan secara real.

3. Penelitian selanjutnya juga diharapkan dapat membuat manajemen panggilan pada OpenIMSCore karena berdasarkan penelitian ini, dengan menggunakan lama panggilan pendek, sedang, dan tinggi, dapat terlihat bahwa OpenIMSCore tidak memiliki manajemen panggilan, yang diperlukan dalam pengaturan sistem telekomunikasi.

4. Pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat membuat supplementary sevice seperti call forwarding, call transfer, call conference, dan lainnya yang dapat diintegrasikan dengan OpenIMSCore.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

[1] Pelangi, Z., “Implementasi VOIP Menggunakan Open IMS Core Sebagai

Infrastruktur Jaringan”, Universitas Indonesia, Depok, 2010.

[2] Noveanto, M.S., Sirat, D., “Analisa Performansi Layanan Instant

Messagging Pada Implementasi Open IMS Core”, Universitas Indonesia, Depok, 2010.

[3] Henning, T.C., Djanali, S., Husni, M., “Kualitas Layanan IP Multimedia Subsystem”, Institute Teknologi Sepuluh November, Surabaya, 2010.

[4] Ismail, N., R. Yusep, Langi, Armien, Z. R., “IP MULTIMEDIA SUBSYSTEM (IMS) MENDORONG MUNCULNYA PELUANG DAN MODEL BISNIS BARU”, Institut Teknologi Bandung, Bandung, 2006.

[5] J. Rosenberg, H. Schulzrinne, G. Camarillo, A. Johnston, J. Peterson, R.

Sparks, M. Handley, and E. Schooler. “SIP: Session Initiation Protocol”,

RFC 3261, Juni 2002.

[6] Ulvan, M., Ulvan, A., Bestak, R., “Network Entry Procedure in LTE-based Femtocell Network”.


(4)

[7] Ulvan, M., Bestak, R., Ulvan, A., “The Study of IMS Functionality in

Femtocell Environment”, IEEE 9th Malaysia International Conference on, Communications (MICC), Kuala Lumpur, Malaysia, December 2009. Print ISBN: 978-1-4244-5531-76.

[8] IP-Solutions AB, “ Introduction to IMS Application Development & Integration”, White Paper, Sweden, 2008, http://www.ip-solutions.se/wp-content/uploads/imsappl.pdf, Diakses Tanggal 8 Oktober 2012.

[9] 3GPP TS 23.228 V10.4.0, “ IP Multimedia Subsystem (IMS)”, Stage 2

(Release 10), 2011.

[10] 3GPP TS 23.218 version 10.0.0, “IP Multimedia (IM) session handling and IM call model”, Stage 2 (Release 10), Maret 2011.

[11] Nasrial, Rudyno, “Arsitektur Jaringan IMS”, http://mobileindonesia.files.wordpress.com/2011/01/arsitektur-jaringan-ims.pdf . Diakses tanggal 22 September 2012.

[12] Javvin, “Network Protocols Handbook”, USA, 2005,

http://bkarak.wizhut.com/www/lectures/networks-07/NetworkProtocolsHandbook.pdf. Diakses tanggal 30 April 2013.

[13] Mikkka Poikselka, The IP Multimedia Subsystem Concept and Services, 2006, Jhohn Woley &Sons Ltd, England, ISBN 978-0-470-01906-1.


(5)

[14] Flickenger, Rob, dkk, “Wireless Networking in the Developing World”, Desember 2007, http://www.piscespacific.org/livesite/files/wndw2-ebook.pdf,. Diakses tanggal 30 April 2013.

[15] Steven, W.Richard, “The Protocol”, addison wesley publishy company, New Jersey, 1994.

[16] Hens, F.J & Caballero, J.M, “Triple Play : Building the converged network

for IP, VoIP and IPTV ”, John Wiley & Sons, 2008.

[17] Deolens, “ANALISA LAYANAN VIDEO ON DEMAND PADA

ARSITEKTUR IP MULTIMEDIA SUBSYSTEM”, Universitas Indonesia, 2010.

[18] H. Schulzrinne, S. Casner, R. Frederick, and V. Jacobson, “RTP: A Transport Protocol for Real-Time Applications”, RFC 3550, Juli 2003.

[19] Jeni, A.R., “SIMULASI PENGARUH PROPAGASI RADIO TERHADAP

QoS (Quality Of Service) PADA WLAN IEEE 802.11 g MENGGUNAKAN NETWORK SIMULATOR 2 (NS-2)”, Universitas Lampung, Bandar

Lampung, 2012.


(6)

[21] FOKUS Fraunhofer Institute, “OSIMS - The FOKUS Open Source IMS Core”,

http://www.fokus.fraunhofer.de/en/fokus_testbeds/open_ims_playground/co mponents/osims/index.html. Diakses tanggal 11 Oktober 2012.

[22] http://se900.wordpress.com/2009/05/12/capture-packet-dengan-wireshark/. Diakses tanggal 11 Oktober 2012.