PENGEMBANGAN BUKU SISWABERBASIS MASALAH DI SMP NEGERI 1 BUAY PEMUKA BANGSA RAJA

PENGEMBANGAN BUKU SISWA BERBASIS MASALAH DI SMP
NEGERI 1 BUAY PEMUKA BANGSA RAJA

Oleh
Indah Palupi

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2013

ABSTRAK
PENGEMBANGAN BUKU SISWABERBASIS MASALAH DI SMP

NEGERI 1 BUAY PEMUKA BANGSA RAJA
Oleh
Indah Palupi

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun 2008 tentang Buku Teks
Pelajaran Pasal 1 dinyatakan bahwa Buku Teks pelajaran adalah buku acuan wajib
untuk digunakan di sekolah. Pemanfaatan media pembelajaran Fisika terutama
buku siswa sangat diperlukan untuk mengefektifkan kegiatan pembelajaran.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah diperlukannya buku siswa berbasis
masalah untuk membelajarkan Hukum Newton

di SMP N 1 Buay Pemuka

Bangsa Raja.

Metode pengembangan yang dilakukan, yaitu : (1) Analisis kebutuhan, (2)
Identifikasi sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan, (3) Identifikasi spesifikasi
produk yang diinginkan pengguna, (4) Pengembangan produk, (5) Uji internal:
Uji kelayakan produk, (6) Uji eksternal: Uji kemanfaatan produk oleh pengguna,

(7) Produksi. Data penelitian dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan
metode tes khusus.

Berdasarkan hasil uji internal, Buku hasil pengembangan memenuhi produk
sebesar 99% yang berarti Buku hasil pengembangan telah sesuai dengan
spesifikasi produk yang direncanakan. Berdasarkan hasil uji kesesuaian materi,

diperoleh nilai sebesar 99% atau secara kualitatif materi yang dipaparkan dalam
Buku sangat sesuai. Berdasarkan hasil uji eksternal, tingkat kemenarikan produk
sebesar 3,5 dengan rentang nilai maksimal skor penilaian yaitu 4 dan
dikonversikan ke pernyataan penilaian menurut Suyanto (2009:20), secara
kualitatif buku menarik atau baik digunakan sebagai sumber belajar. secara
kualitatif Buku menarik digunakan sebagai sumber belajar. Berdasarkan kajian
pembelajaran yang dilakukan oleh kelompok uji diperoleh nilai sebesar 87%
siswa mencapai standar kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan, hal ini
menunjukkan Buku hasil penelitian efektif digunakan sebagai alternatif sumber
belajar bagi siswa SMP kelas VIII.

Keyword : Penelitian dan Pengembangan, Buku Fisika, Pembelajaran Berbasis
Masalah


DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. v
I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 4
E. Ruang Lingkup ............................................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning) . 6
B. Buku Siswa ................................................................................... 7
C. Media Pembelajaran...................................................................... 9

D. Media Berbasis Cetak ................................................................... 11
III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian .......................................................................... 13
B. Prosedur Penelitian Pengembangan .............................................. 14
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Analisis Kebutuhan ................................................................
Identifikasi Sumber Daya .....................................................
Identifikasi Spesifikasi Produk ..............................................
Pengembangan Produk ..........................................................
Uji Internal .............................................................................
Uji Eksternal ..........................................................................

16
17

17
18
18
20

7.

Produk .................................................................................... 21

C. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 21
1. Metode Wawancara ................................................................ 21
2. Metode Observasi ................................................................... 22
3. Metode Tes Khusu .................................................................. 22
D. Metode Analisis Data .................................................................... 23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengembangan .................................................................... 26
B. Pembahasan .................................................................................. 37
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ...................................................................................... 41
B. Saran ............................................................................................ 41

DAFTAR PUSTAKA

43

1

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun 2008 tentang Buku
Teks Pelajaran Pasal 1 dinyatakan bahwa Buku Teks pelajaran adalah buku
acuan wajib untuk digunakan di sekolah yang memuat materi pembelajaran
dalam rangka meningkatkan keilmuan, ketakwaan, akhlak mulia, dan
kepribadian, pengusaaan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan
kepekaan dan kemampuan estetis, peningkatan kemampuan kinestetis dan
kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan. Standar
nasional pendidikan tersebut ditetapkan oleh Badan


Standar Nasional

Pendidikan (BSNP). Pasal 35 ayat 2 UU No.2o tahun 2003 menyebutkan
bahwa BSNP bertugas membuat acuan untuk pengembangan kurikulum,
tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiyaan
termasuk standarisasi terhadap kualitas buku pelajaran.

Pembelajaran fisika dengan pembelajaran berbasis masalah (Problem Based
Learning) menggunakan keterpaduan dari metode ceramah, belajar kelompok,
diskusi, praktikum, penemuan (discovery) hingga inkuiri (inquary).

Berdasarkan hasil observasi terhadap buku ajar fisika IPA kelas VIII tentang
materi hukum newton yang digunakan di SMP Negeri 1 Buay Pemuka
Bangsa Raja dapat diketahui bahwa buku yang digunakan ini kurang mampu

2
untuk meningkatkan pengetahuan dan hasil belajar siswa tentang materi
hukum newton, hal ini dapat dilihat dari hasil belajar nilai KKM siswa.
Seharusnya buku yang digunakan tersebut mampu untuk meningkatkan

pengetahuan siswa. Seharusnya siswa memanfaatkan fasilitas yang dimiliki
sekolah misalnya perpustakaan. Perpustakaan merupakan salah satu pilihan
yang tepat, sebagai tempat untuk meningkatkan pengetahuan dan hasil belajar
siswa terutama dalam hal ini untuk materi hukum newton. Tetapi
kenyataannya sampai saat ini pun sekolah belum memiliki suatu produk yang
tuntunan belajar mengarahkan siswa untuk belajar sehingga siswa dapat
menguasai pengetahuan ajarnya secara tuntas dengan menggunakan fasilitas
perpustakaan sekolah. Padahal perpustakaan sekolah sebenarnya memiliki
buku-buku yang membantu siswa untuk memperbaiki retensi pengetahuan
dan hasil belajarnya.

Pemanfaatan media pembelajaran fisika terutama buku siswa sangat
diperlukan untuk mengefektifkan kegiatan pembelajaran. Media yang efektif
digunakan hendaknya mampu meningkatkan aktifitas dan minat belajar siswa.
Untuk mendapatkan media yang efektif dapat digunakan buku yang disusun
menggunakan model dan metode tertentu. Banyak sekolah menggunakan
buku yang diterbitkan oleh beberapa penerbitan nasional. Beberapa
kekurangan yang terdapat pada buku pembelajaran fisika yang diterbikan oleh
penerbitan nasional jika ditinjau dengan model pembelajaran berbasis
masalah sebagai berikut.


3
1.

Kelengkapan sajian isi pembelajaran
Berdasarkan analisis dalam Standar Isi tahun 2006, suatu sajian pembelajaran
dapat berjalan secara optimal jika terdapat kesesuaian Standar Kompetensi,
Kompetensi Dasar, kelengkapan pemilihan materi, adanya contoh penerapan
konsep, adanya soal latihan untuk pendalaman konsep, adanya alat evaluasi
serta adanya umpan balik terhadap keberhasilan pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran diperlukan
adanya kesesuaian antar komponen dalam suatu sajian pembelajaran yang
dipadukan dengan suatu metode pembelajaran yang sesuai. Dari hasil analisis
kelengkapan sajian pembelajaran dalam buku yang digunakan oleh beberapa
sekolah di Buay Madang, ternyata isi pembelajarannya kurang mematuhi
KTSP. Hal ini disebabkan kebanyakan buku yang ada hanya menyajikan
ringkasan materi dan soal latihan. Kondisi tempat penerbitan yang tidak sama
dengan kondisi yang ada di Buay Madang menyebabkan materi yang
disajikan kurang sesuai dengan kenyataan.


2.

Kelemahan dari segi metode pembelajaran
Metode pembelajaran dipilih untuk memudahkan dalam penyampaian materi
pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan dalam buku terbitan
Penerbitan Nasional seringkali tidak sesuai dengan gaya belajar siswa yang
ada di daerah, sehingga siswa kesulitan dalam menggunakan buku untuk
mendukung pembelajarannya.
Berdasarkan kondisi tersebut di atas salah satu alternatif yang diharapkan
dapat membantu penyelenggaraan pembelajaran yang aktif bagi siswa adalah
dengan adanya buku yang disusun dengan pembelajaran berbasis masalah.

4
Konteks isi dari buku ini disesuaikan dengan kondisi yang ada di Buay
Madang, siswa dapat menggunakan buku ini untuk membantu mempelajari
materi pelajaran secara mandiri atau bersama kelompok belajarnya tanpa
kehadiran seorang guru, sehingga siswa dapat lebih aktif dan termotivasi
untuk belajar fisika. Selain itu, dengan keberadaan buku fisika ini nantinya
dapat memberikan alternatif pemecahan permasalahan pembelajaran yang
berkaitan dengan media pembelajaran di SMP.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
rumusan masalah adalah diperlukannya buku siswa berbasis masalah untuk
membelajarkan hukum newton di SMP Negeri 1 Buay Pemuka Bangsa Raja.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan buku siswa berbasis
masalah di SMP Negeri 1 Buay Pemuka Bangsa Raja.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian pengembangan ini yaitu
tersedianya pilihan sumber belajar berbasis masalah untuk membelajarkan
hukum newton di SMP Negeri 1 Buay Pemuka Bangsa Raja.

E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari berbagai macam perbedaan penafsiran tentang penelitian
ini, maka diberikan batasan sebagai berikut :

5
1. Pembelajaran berbasis masalah merupakan pendekatan pembelajaran siswa
pada masalah autentik, sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya
sendiri. Pembelajaran berbasis masalah bercirikan penggunaan masalah
kehidupan nyata serta menyelesaikan masalah.
2. Produk yang akan dihasilkan adalah Buku Berbasis Masalah di SMP
Negeri 1 Buay Pemuka Bangsa Raja.
3. Materi pokok yang disajikan dalam materi ini adalah :
Materi

: Hukum Newton.

Standar Kompetensi : Memahami usaha, gaya dan energi dalam
kehidupan sehari-hari.
Kompetensi Dasar

: Menerapkan hukum newton untuk menjelaskan
berbagai peristiwa dalam kehidupan sehari-hari.

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning)

Salah satunya menurut Duch (1995) dalam http://www.uii.ac.id pembelajaran
berdasarkan masalah (Problem Based Learning) adalah metode pendidikan
yang mendorong siswa untuk mengenal cara belajar dan bekerja sama dalam
kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata.
Simulasi masalah digunakan untuk mengaktifkan keingintahuan siswa
sebelum mulai mempelajari suatu objek. Pembelajaran berdasarkan masalah
menyiapkan siswa untuk berfikir kritis dan analitis, serta mampu
mendapatkan dan menggunakan sumber-sumber pembelajaran secara tepat.

Brook dan Martin dalam Yassa (2002 : 68) mengemukakan beberapa ciri
penting dari pembelajaran berbasis masalah, yaitu sebagai berikut :
a. Tujuan pembelajaran dirancang untuk dapat merangsang dan melibatkan
pembelajaran dalam pola pemecahan masalah, sehingga pembelajaran
diharapkan mampu mengembangkan keahlian belajar dalam bidangnya
secara langsung dalam mengidentifikasi masalah.
b. Adanya keberlanjutan permasalahan dalam hal ini ada dua tuntutan yang
harus dipenuhi yaitu : pertama, masalah harus memunculkan konsep dan
prinsip yang relevan dalam kandungan materi yang dibahas. Kedua,
permasalahan harus bersifat real sehingga dapat melibatkan pembelajaran
tentang kesamaan dengan suatu permasalahan.
c. Adanya presentasi permasalahan, pembelajaran dilibatkan dalam
mempresentasikan permaslahan sehingga pembelajaran merasa memiliki
permasalahan tersebut.
d. Pengajar berperan sebagai tutor dan fasilitator. Dalam posisi ini maka
peran dari fasilitator adalah mengembangkan kreatifitas berfikir para
pembelajaran dalam bentuk keahlian dalam pemecahan masalah dan
membantu pembelajaran untuk menjadi mandiri.

7

Pembelajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu
sama lain (paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil).
Bekerja sama yang memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat
dalam tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi
pengalaman dan berdialog untuk mengembangkan keterampilan sosial dan
keterampilan berfikir.

B. Buku Siswa

Menurut Trianto, dkk (2002 : 112) buku siswa merupakan buku panduan bagi
siswa dalam kegiatan pembelajaran yang memuat materi pembelajaran,
kegiatan penyelidikan berdasarkan konsep, kegiatan sains, informasi, dan
contoh-contoh penerapan sains dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, buku
bacaan siswa ini juga sebagai panduan belajar, baik dalam proses
pembelajaran di kelas maupun belajar mandiri. Materi ajar berisikan garis
besar bab, kata-kata sains yang dapat dibaca pada uraian materi pelajaran,
tujuan yang memuat tujuan yang hendak dipakai setelah mempelajari materi
ajar, materi pelajaran berisi uraian materi yang harus dipelajari, bagan atau
gambar yang mendukung ilustrasi pada uraian materi, kegiatan percobaan
menggunakan alat dan bahan sederhana dengan teknologi sederhana yang
dapat dikerjakan oleh siswa, uji diri setiap submateri pokok, dan masalahmasalah dalam kehidupan sehari-hari yang perlu didiskusikan. Buku siswa
pada pembelajaran terpadu dikembangkan berdasarkan materi-materi dari

8

mata pelajaran-mata pelajaran yang terkait sesuai dengan kompetensi dasar
yang dipadukan.
Menurut Arsyad, dkk (2001 : 78) buku siswa adalah suatu buku yang berisi
materi pelajaran berupa konsep-konsep atau pengertian-pengertian yang akan
dikonstruksi siswa melalui masalah-masalah yang ada didalamnya yang
disusun berdasarkan pendekatan. Buku siswa dapat digunakan siswa sebagai
sarana penunjang untuk kelancaran kegiatan belajarnya dikelas maupun
dirumah. Oleh karena itu, dalam menggembangkan buku siswa konsep dan
gagasan-gagasan harus berupa konsep dasar.
Indikator validasi buku siswa meliputi :
1. Komponen kelayakan isi
a. Cakupan materi, meliputi : keluasan materi dan kedalaman materi.
b. Akurasi materi, meliputi : akurasi fakta, akurasi konsep, akurasi
prosedur/metode, akurasi teori.
c. Kemutakhiran, meliputi : kesesuaian dengan perkembangan ilmu,
keterkinian/ketermasan ficur (contoh-contoh), kutipan termassa (up to
date), satuan yang digunakan adalah satuan Sistem Internasional.
d. Merangsang keingin tahuan, meliputi : menumbuhkan rasa ingin tahu,
member tantangan untuk belajar lebih jauh.
e. Mengembangkan kecakepan hidup, meliputi : mengembangkan
kecakapan hidup, social dan akademik.
2. Komponen bahasa
a. Sesuai dengan perkembangan siswa, meliputi : kesesuaian dengan
tingkat perkembangan berpikir dan social emosional siswa.
b. Komunikatif, meliputi : keterpahaman siswa terhadap pesan,
kesesuaian ilustrasi dengan substansi pesan, dialogis dan interaktif,
kemampuan memotivasi siswa untuk merespon pesan, dorongan
berpikir kritis pada siswa.
c. Koherensi dan keruntutan alur piker, meliputi (1) ketertautan antar
bab, antar bab dan sub-bab, antar sub-sub dalam bab dan antara alinea
dalam sub bab; (2) keutuhan makna dalam bab, dalam sub-bab dan
makna dalam satu alinea.
d. Kesesuaian dengan kaidah bahas Indonesia yang benar, meliputi :
ketepatan tata bahasa, ketepatan ejaan.
e. Penggunaan istilah dan symbol/lambing, meliputi : konsistensi
penggunaan istilah, konsistensi penggunaan symbol.
3. Komponen penyajian

9

a. Teknik penyajian, meliputi : konsistensi sistematika sajian dalam bab,
kelogisan penyajian, keruntutan konsep, hubungan antara fakta antara
konsep dan antara prinsip serta antara teori, keseimbangan antar bab
dan keseimbangan substansi antar sub-sub dalam bab,
kesesuain/ketepatan ilustrasi dengan materi dalam bab, identifikasi
table, gambar dan lampiran.
b. Penyajian pembelajaran, meliputi : berpusat pada siswa, keterlibatan
siswa, keterjalinan komunikasi interaktif, kesesuaian dan karakteristik
mata pelajaran, kemampuan merangsang kedalaman berpikir siswa,
kemampuan memunculkan umpan balik untuk evaluasi.

C. Media Pembelajaran

Media

pembelajaran

diartikan

sebagai

segala

sesuatu

yang

dapat

dipergunakan dan berfungsi menyampaikan pesan pembelajaran dari
penyampai pesan (guru) kepada penerima pesan (siswa).
Susilana dan Riyana (2007: 5) menjelaskan bahwa kata media berasal dari
bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara
harfiah berarti perantara atau penghantar.
Susilana dan Riyana (2007: 6) mengemukakan bahwa:
Media pembelajaran selalu terdiri atas dua unsur penting, yaitu unsur
peralatan atau perangkat keras (hardware) dan unsur pesan yang
dibawanya (message/software). Dengan begitu, media pembelajaran
memerlukan peralatan untuk menyajikan, namun yang terpenting bukanlah
peralatan itu, tetapi pesan atau informasi belajar yang dibawakan oleh
media tersebut.
Sedangkan Gerlacch dan Ely dalam Asyhar (2011: 7-8) mengemukakan
bahwa:
Media pembelajaran memiliki cakupan yang sangat luas, yaitu termasuk
manusia, materi atau kajian yang membangun suatu kondisi yang membuat
peserta didik mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap.
Ia juga mengatakan media pembelajaran mencakup semua sumber yang

10

diperlukan untuk untuk melakukan komunikasi dalam pembelajaran,
sehingga bentuknya bisa berbentuk perangkat keras (hardware), seperti
komputer, televisi, proyektor, dan perangkat lunak (software) yang
digunakan dalam perangkat keras.
Media pembelajaran merupakan semua sumber yang diperlukan untuk
melakukan komunikasi dalam pembelajaran yang dapat berupa hardware dan
software. Media pembelajaran memiliki cakupan yang sangat luas, karena
semua sumber yang diperlukan dalam pembelajaran merupakan media
pembelajaran.
Sedangkan menurut National Education Associaton dalam Sudrajat (2008:1)
Media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun
pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras.
Menurutnya media pembelajaran mempunyai beberapa fungsi diantaranya:
(a) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang
dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbedabeda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan
pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan
sebagainya; (b) Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut.
Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang
dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek
dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk
gambar-gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial; (c)
Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas; (d) Media
pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta
didik dengan lingkungannya; (e) Media menghasilkan keseragaman
pengamatan; (f) Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar,
konkrit, dan realistis; (g) Media membangkitkan keinginan dan minat bar;,
(h) Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar;
(i) Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang
konkrit sampai dengan abstrak.

11

Media pembelajaran mempunyai beberapa fungsi dalam proses pembelajaran
diantaranya

membangkitkan keinginan dan minat baru, menumbuhkan

motivasi belajar dan memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari
yang konkrit sampai dengan abstrak dan lain-lain tergantung dari jenis media
yang digunakan.
Menurut Sudrajat (2008: 2) terdapat berbagai jenis media belajar antara lain:
(1) Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik.
(2) Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan
sejenisnya. (3) Projected still media : slide; over head projektor (OHP), in
focus dan sejenisnya. (4) Projected motion media : film, televisi, video
(VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran
merupakan segala sesuatu (baik benda hidup maupun benda mati) yang dapat
menyalurkan pesan dari suatu sumber, dapat merangsang fikiran, perasaan,
dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses
belajar secara efisien dan efektif pada diri peserta didik. Sedangkan beberapa
manfaat dari penggunaan media pembelajaran antara lain adalah dapat
memperjelas

penyajian

pesan

informasi,

dapat

meningkatkan

dan

mengarahkan perhatian siswa sehingga menimbulkan motivasi belajar,
interaksi secara langsung antara siswa dan lingkungannya dan meningkatkan
kemungkinan siswa untuk belajar sendiri sesuai dengan kemampuan dan
minatnya tanpa kepasifan.

12

D. Media Berbasis Cetakan

Materi pengajaran berbasis cetakan yang paling umum dikenal adalah buku
teks, buku penuntun atau lembar kerja siswa, jurnal, majalah, dan lembaran
lepas. Teks berbasis cetakan menuntut enam elemen yang perlu diperhatikan
pada saat merancang, yaitu konsistensi, format, organisasi, daya tarik, ukuran
huruf, dan penggunaan space kosong.

Perancang pengajaran harus berupaya untuk membuat materi dengan media
berbasis teks ini menjadi interaktif, Masduki (2008) petunjuk yang dapat
membantu menyiapkan media berbasis teks yang interaktif yaitu:
a.
b.
c.
d.

e.

Sajikan informasi dalam jumlah yang selayaknya dapat dicerna, diproses,
dan dikuasai.
Pertimbangkan hasil pengamatan dan analisis kebutuhan siswa dan
siapkan latihan yang sesuai dengan kebutuhan tersebut.
Pertimbangkan hasil analisis respons siswa.
Siapkan kesempatan bagi siswa untuk dapat belajar sesuai dengan
kecepatan dan kemampuan mereka, keberhasilan penyajian materi
dengan media berbasis teks sangat ditentukan oleh kesempatan siswa
belajar berdasarkan kemampuannya.
Gunakan beragam jenis latihan dan evaluasi seperti main peran, studi
kasus, berlomba, atau simulasi.

Beberapa cara yang digunakan untuk menarik perhatian pada media berbasis
cetakan adalah warna, huruf, dan kotak.

Warna digunakan sebagai alat

penuntun dan penarik perhatian kepada informasi yang penting. Informasi
yang penting dapat pula diberi tekanan dengan menggunakan kotak.
Penggunaan garis bawah sebagai alat penuntun sedapat mungkin dihindari
karena membuat kata itu sulit dibaca.

III. METODE PENGEMBANGAN

A. Desain Pengembangan

Pengembangan ini menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan
(Research and Development) yang berorientasi untuk mengembangkan dan
memvalidasi produk. Pengembangan yang dilakukan adalah pembuatan
media instruksional berupa Buku Pembelajaran Fisika. Sasaran dari
pengembangan ini adalah materi hukum newton (kompetensi dasar
menerapkan hukum newton untuk menjelaskan berbagai peristiwa dalam
kehidupan sehari-hari).

Subjek uji coba produk penelitian pengembangan terdiri atas ahli desain, ahli
isi/materi pembelajaran, uji satu lawan satu (one for one) dan uji lapangan
(field test). Uji ahli desain yang merupakan seorang master dalam bidang
teknologi pendidikan dalam mengevaluasi desain media pembelajaran yaitu
salah seorang dosen Pendidikan Fisika Unila Uji ahli bidang isi/materi
dilakukan oleh ahli bidang isi/materi untuk mengevaluasi isi/materi
pembelajaran dalam buku yaitu seorang guru mata pelajaran IPA SMP yang
berlatar belakang Pendidikan Fisika yang sudah bersertifikat.
Selanjutnya untuk uji satu lawan satu dan uji lapangan dikenakan kepada
siswa yang belum pernah menempuh materi yang terdapat dalam buku,
dimana uji satu lawan satu diambil sampel penelitian yaitu 2 orang siswa

14

yang dapat mewakili populasi target dan uji lapangan dikenakan kepada satu
kelas sampel yang dipilih secara acak.

B. Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan ini mengacu pada model pengembangan media
instruksional yang diadaptasi dari Suyanto dan Sartinem (2009).

Desain

tersebut meliputi tujuh tahapan prosedur pengembangan produk dan uji
produk, yaitu:
(1) Analisis kebutuhan,
(2) Identifikasi sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan,
(3) Identifikasi spesifikasi produk yang diinginkan pengguna,
(4) Pengembangan produk,
(5) Uji internal: Uji kelayakan produk,
(6) Uji eksternal: Uji kemanfaatan produk oleh pengguna,
(7) Produksi.

Dengan mengadaptasi model tersebut, maka prosedur pengembangan yang
digunakan yaitu:

15

Tahap VII
Produksi

Revisi

Uji Lapangan

Uji Satu Lawan 1
Tahap VI
Uji Kemanfaatan Produk (Prototipe III)

Revisi
Uji Ahli Desain

Uji Ahli Materi
Tahap V
Uji Internal/kelayakan produk (Prototipe II)

Tahap IV
Pengembangan Produk (Prototipe I)

Tahap III
Identifikasi Spesifikasi Produk

Tahap II
Identifikasi Sumber Daya

Tahap I
Analisis Kebutuhan

Gambar 3.1 Model Pengembangan media instruksional diadaptasi dari prosedur
pengembangan produk dan uji produk menurut Suyanto dan
Sartinem (2009)

16

1.

Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan untuk mengetahui sejauh
pembelajaran yang dikembangkan.

mana diperlukannya media

Analisis kebutuhan dilakukan dengan

metode wawancara dan observasi langsung. Wawancara adalah suatu teknik
untuk mendapatkan data dengan mengadakan komunikasi verbal dengan
responden atau sumber data.

Wawancara dalam penelitian ini ditujukan

kepada guru mata pelajaran fisika kelas VIII. Wawancara terhadap guru mata
pelajaran dilakukan bertujuan untuk menggali informasi tentang pemanfaatan
sarana dan prasarana dalam pembelajaran, mengetahui kendala-kendala
dalam pemanfaatan sarana dan prasarana dalam pembelajaran, dan untuk
mengetahui materi yang membutuhkan media Problem Based Learning
(Lampiran 1).

Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru mata pelajaran fisika kelas VIII
ternyata di SMP Negeri 1 Buay Pemuka Bangsa Raja sarana dan prasarana
yang ada belum termanfaatkan secara maksimal, seperti pemanfaatan buku
sebagai sumber belajar, begitu juga buku paketnya belum termanfaatkan
secara maksimal dalam pembelajaran. Belum terdapat media pembelajaran
(buku) yang dapat memvisualisasikan materi yang nyata (pada materi hukum
newton) dan guru merasa agak kesulitan menjelaskan materi tersebut kepada
siswa secara real sehingga dibutuhkan sebuah media pembelajaran yang dapat
memvisualisasikan materi tersebut.

17

Observasi langsung yang berupa sebuah wawancara dilakukan kepada salah
satu siswa (Lampiran 2). Dari hasil observasi langsung diketahui bahwa di
SMP negeri 1 Buay Pemuka Bangsa Raja belum terdapat sarana yang
mendukung untuk pembelajaran menggunkan buku berbasis masalah. Hasil
wawancara dan observasi inilah yang menjadi acuan penulisan latar belakang
masalah penelitian pengembangan ini.

2.

Identifikasi Sumber Daya

Identifikasi sumber daya untuk memenuhi kebutuhan dilakukan dengan
menginventarisir segala sumber daya yang dimiliki, baik sumber daya guru
maupun sumber daya sekolah seperti perpustakaan, laboratorium, yang
mendukung dan ketersediaan media pembelajaran fisika. Atas dasar potensi
sumber daya yang dimiliki maka peneliti melakukan pengembangan buku
berbasis masalah, ditetapkan suatu produk dengan spesifikasi tertentu.
Spesifikasi tersebut telah disesuaikan dengan sumber daya yang dimiliki
sekolah, juga dengan kebutuhan yang ingin dipenuhi berdasarkan analisis
kebutuhan.

3.

Identifikasi Spesifikasi Produk

Identifikasi produk dilakukan untuk mengetahui ketersediaan sumber daya
yang mendukung pengembangan produk dengan memperhatikan hasil analisis
kebutuhan dan identifikasi sumber daya yang dimiliki oleh sekolah. Pada
tahap ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

18

a.

Menentukan topik atau materi pokok pembelajaran yang akan
dikembangkan.

b.

Mengidentifikasi kurikulum untuk mendapatkan indentifikasi materi
pelajaran dan indikator ketercapaian dalam pembelajaran.

c.

4.

Menentukan format pengembangan video interaktif.

Pengembangan Produk

Kegiatan pengembangan pada tahap ini dilakukan pembuatan Buku Fisika
dengan menerapkan pendekatan pembelajaran berbasis masalah pada materi
gaya. Dengan memperhatikan retensi bekal awal ajar siswa dan tugas studi
pustaka, diharapkan siswa dapat mempersiapkan materi yang berkaitan,
kemudian dipadukan dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah yang
dapat memberikan peluang kepada siswa untuk melibatkan kecerdasan
majemuk dan mengembangkan kemampuan pemecahan masalah serta
melakukan prinsip kerja ilmiah terkait dengan materi yang diajarkan secara
mandiri. Penerapan pendekatan pembelajaran berbasis masalah ini merupakan
format pembelajaran dengan Buku fisika yang dapat digunakan sebagai
sumber belajar mandiri oleh siswa yang mengacu pada proses pemecahan
masalah untuk memperoleh pengetahuannya. Hasil pengembangan pada
langkah ini berupa prototipe 1.
5.

Uji Internal

Tahap lima pada pengembangan ini yaitu tahap uji internal. Uji internal yang
dikenakan pada produk terdiri dari meliputi uji spesifikasi dan uji kualitas

19

produk, yang dilakukan oleh ahli desain dan ahli isi/ materi pembelajaran.
Buku fisika yang telah dibuat diberi nama prototipe 1, kemudian dikenakan
uji spesifikasi produk yang bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian produk
yang direncanakan dengan berpedoman pada instrumen uji yang telah
ditetapkan. Prosedur uji spesifikasi produk menggunakan langkah-langkah
sebagai berikut:
1.

Menentukan indikator penilaian yang akan digunakan untuk menilai
prototipe 1 yang telah dibuat.

2.

Menyusun instrumen uji spesifikasi berdasarkan indikator penilaian yang
telah ditentukan.

3.

Melaksanakan uji spesifikasi produk ini dilakukan oleh ahli desain
pembelajaran.

4.

Melakukan analisis terhadap hasil uji untuk mendapatkan perbaikan
materi pembelajaran yang sesuai dengan KTSP dan prosedur
pengembangan yang sesuai dengan pendekatan pembelajaran berbasis
masalah.

5.

Merumuskan rekomendasi perbaikan berdasarkan analisis hasil uji
spesifikasi produk.

6.

Mengkonsultasikan hasil rekomendasi perbaikan yang telah diperbaiki
kepada ahli desain pembelajaran.

Setelah melalui uji spesifikasi akan dihasilkan prototipe II. Prototipe II ini
kemudian dikenakan uji kualitas produk dengan berpedoman instrumen uji

20

yang telah ditetapkan. Uji kualitas produk ini yang meliputi langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Menentukan indikator penilaian yang digunakan untuk menilai prototipe
II hasil uji spesifikasi produk yang telah dibuat.
2) Menyusun instrumen uji kualitas produk berdasarkan indikator penilaian
yang telah ditentukan.
3) Melaksanakan uji kualitas produk yang dilakukan oleh ahli isi/ materi,
dalam hal ini dilakukan oleh guru mata pelajaran fisika, atau ahli desain
media pembelajaran.
4) Melakukan analisis terhadap hasil uji kualitas produk untuk memperoleh
perbaikan kualitas produk yang dihasilkan.
5) Merumuskan rekomendasi perbaikan berdasarkan hasil uji kualitas
produk.
6) Mengkonsultasikan hasil rekomendasi perbaikan yang telah diperbaiki
kepada ahli isi/ materi dan ahli desain media pembelajaran.

Setelah mengalami uji kualitas produk, maka prototipe II akan mendapat
saran-saran perbaikan dari ahli isi/ materi dan akan diperoleh prototipe III.

6.

Uji Eksternal

Hasil prototipe III akan dikenakan uji eksternal yaitu One Shot Case Study,
yaitu memberikan perlakuan tertentu pada subjek kemudian dilakukan
pengukuran terhadap variabel tanpa adanya kelompok pembanding dan tes
awal. Uji coba ini dimaksudkan untuk melihat kesesuaian dengan teori,

21

kemenarikan, dan efektifitas media dalam pembelajaran. Pada uji ini, produk
diberikan kepada siswa untuk digunakan sebagai sumber belajar dan
sekaligus media belajar.
Sebagai umpan balik, pada tahap uji coba ini diberikan angket yang berisi uji
kemanfaatan produk oleh pengguna, yaitu: (1) kemenarikan, (2) kemudahan
menggunakan produk, dan (3) ketercapaian tujuan pembelajaran sesuai
dengan kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran fisika. Dari hasil uji
tersebut akan diperoleh saran atau masukan terkait manfaat produk yang
dihasilkan. Berdasarkan masukan-masukan tersebut oleh pengembang akan
dilakukan penyempurnaan sehingga dihasilkan prototipe IV yang merupakan
produk akhir pengembangan.

7.

Produksi

Setelah dilakukan perbaikan dari hasil uji eksternal maka dihasilkan prototipe
III kemudian dilaksanakan tahap keenam, yaitu produksi.

Tahap ini

merupakan tahap akhir dari penelitian pengembangan.

C. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian pengembangan ini digunakan tiga macam metode
pengumpulan data. Ketiga macam metode tersebut meliputi:
1.

Metode wawancara
Metode wawancara digunakan untuk mengetahui dan menganalisis
kebutuhan media pembelajaran (Lampiran 1).

22

2.

Metode Observasi
Metode observasi dilakukan untuk mengetahuai buku di sekolah yang
menunjang proses pembelajaran (Lampiran 2).

3.

Metode Tes Khusus
Metode tes khusus digunakan untuk mengetahui tingkat efektifitas
ketergunaan produk yang dihasilkan sebagai media pembelajaran. Pada
tahap ini produk digunakan sebagai sumber belajar, pengguna (siswa)
diambil berdasarkan teknik acak atas dasar kesetaraan subjek penelitian
untuk memenuhi kebutuhan berdasarkan analisis kebutuhan dan
menggunakan desain penelitian One-Shot Case Study.

Gambar dari

desain yang digunakan adalah sebagai berikut:
X

O

Gambar 3.2 One-Shot Case Study
Keterangan: X = Treatment, penggunaan buku.
O = Hasil belajar siswa
Tes khusus ini dilakukan oleh satu kelas sampel siswa kelas VIII SMP
Negeri 1 Buay Pemuka Bangsa Raja, pada tahap ini siswa menggunakan
buku berbasis masalah sebagai media pembelajaran, kemudian siswa
tersebut diberi soal post-test. Hasil post-test dianalisis ketercapaian
tujuan pembelajaran sesuai dengan nilai KKM yang harus terpenuhi.

23

D. Metode Analisis Data

Setelah data diperoleh, selanjutnya adalah menganalisis data tersebut. Data
hasil observasi dan wawancara di jadikan sebagai latar belakan dilakukannya
penelitian ini. Data kesesuaian desain dan materi pembelajaran pada produk
diperoleh dari ahli desain dan ahli materi melalui uji/validasi ahli. Data
kesesuaian tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan produk
yang dihasilkan untuk digunakan sebagai media pembelajaran. Data
kemenarikan, kemudahan penggunaan dan kemanfaatan produk diperoleh
melalui hasil uji lapangan kepada pengguna secara langsung.
Sedangkan data hasil belajar yang diperoleh melalui tes setelah penggunaan
produk digunakan untuk menentukan tingkat efektivitas produk sebagai
media pembelajaran.
Analisis data berdasarkan instrumen uji satu lawan satu dilakukan untuk
mengetahui respon dari siswa terhadap media yang sudah dibuat. Instrumen
penilaian uji satu lawan satu memiliki 2 pilihan jawaban sesuai konten
pertanyaan, yaitu: “Ya” dan “Tidak”.

Revisi dilakukan pada konten

pertanyaan yang diberi pilihan jawaban “Tidak”.
Data kemudahan, kemenarikan, kemanfaatan dan efektifitas media sebagai
sumber belajar diperoleh dari uji lapangan kepada siswa sebagai pengguna.
Angket respon terhadap penggunaan produk memiliki 4 pilihan jawaban
sesuai konten pertanyaan, misalnya: “sangat menarik”, “menarik”, “kurang
menarik” dan “tidak menarik” atau “sangat baik”, “baik”, “kurang baik” dan
“tidak baik”.

24

Masing-masing pilihan jawaban memiliki skor berbeda yang mengartikan
tingkat kesesuaian produk

bagi pengguna. Penilaian instrumen total

dilakukan dari jumlah skor yang diperoleh kemudian dibagi dengan jumlah
total skor kemudian hasilnya dikalikan dengan banyaknya pilihan jawaban.
Skor penilaian dari tiap pilihan jawaban ini dapat dilihat dalam Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Skor Penilaian terhadap Pilihan Jawaban
Pilihan Jawaban

Pilihan Jawaban

Skor

Sangat menarik

Sangat baik

4

Menarik

Baik

3

Kurang menarik

Kurang baik

2

Tidak menarik

Tidak baik

1

Hasil dari skor penilaian tersebut kemudian dicari rata-ratanya dari sejumlah
sampel uji coba dan dikonversikan ke pernyataan penilaian untuk menentukan
kualitas dan tingkat kemanfaatan produk yang dihasilkan berdasarkan
pendapat pengguna.
Pengkonversian skor menjadi pernyataan penilaian ini dapat dilihat dalam di
bawah ini:
Tabel 3.2 Konversi Skor Penilaian Menjadi Pernyataan Nilai
Kualitas dalam Suyanto (2009:20)
Skor Penilaian

Rerata Skor

4

3,26 - 4,00

Klasifikasi
Sangat baik

3

2,51 - 3,25

Baik

2

1,76 - 2,50

Kurang Baik

1

1,01 - 1,75

Tidak Baik

25

Sedangkan untuk data hasil post test digunakan untuk mengukur tingkat
efektifitas media, sebagai pembanding digunakan nilai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) pada materi di sekolah. Apabila 75% nilai siswa yang
diberlakukan uji coba telah mencapai

KKM, dapat disimpulkan produk

pengembangan layak dan efektif digunakan sebagai media pembelajaran.

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan dari pengembangan ini adalah:
1. Dihasilkan Buku Berbasis Masalah pada SMP kelas VIII yang menuntun
siswa untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh sekolah,
meningkatkan retensi bekal awal ajar dan disusun dengan menerapkan
tahap-tahap pendekatan pembelajaran berbasis masalah.
2. Keefektifan Buku Fisika hasil pengembangan berdasarkan hasil uji
kebermanfaatan produk yang telah dilakukan dinyatakan efektif digunakan
sebagai alternatif sumber belajar bagi kelompok uji siswa kelas VIII di
SMP N 1 Buay Pemuka Bangsa Raja.

B. Saran

Berdasarkan simpulan penelitian pengembangan disarankan sebagai berikut :
1. Kegiatan

penelitian

lanjutan

berupa

pengembangan

Buku

fisika

menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis masalah untuk pokok
bahasan yang lain atau pengembangan Buku fisika menggunakan
pendekatan pembelajaran yang lain.

42

2. Kegiatan pengujian penggunaan Buku hasil pengembangan dalam skala
besar untuk mengetahui kelebihan Buku sebagai sumber belajar bagi siswa
kelas VIII SMP.
3. Cakupan materi yang disampaikan sebaiknya diperluas lagi, baik
penjabaran materi maupun soal-soal latihan lebih diperkaya lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar. 2001. Media Pengajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Asyhar, Rayanda. 2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung
Persada (GP) Press Jakarta.
Borg, D. Walter, Joyce P. Gall and Meredith D. Gall. 2002. Education Research. USA:
Library of Congress Cataloging in Publication Data.
Masduki. 2008. Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika Menggunakan Model Siklus
Belajar Untuk Siswa Kelas VII Mts Mathla’ul Anwar Bandar Lampung: Unila.
Nurhadi dan Budi. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/
CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: UM.
Savoie, J.M. dan Hughes, A.S. 1994. Problem Based Learning as a Classroom Solution.
USA: Library of Congress Cataloging in Publication Data.
Sudrajat, Akhmad. 2008. Media Pembelajaran.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/konsep-mediapembelajaran/. Diakses pada tanggal 16 November 2012.
Susilana, Rudi, & Cepi Riyana. 2007. Media Pembelajaran. Bandung: CV Wacana
Prima.
Suyanto, Eko dan Sartinem. 2009. Pengembangan Contoh Lembar Kerja Fisika
Siswa dengan Latar Penuntasan Bekal Awal Ajar Tugas Studi Pustaka dan
Keterampilan Proses untuk SMA Negeri 3 Bandar Lamung. Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan 2009. Bandar Lampung: Unila
Shvoong. Diakses pada tanggal 16 November 2012. Dari Buku Siswa.
http://www.id.shvoong.com/social-sciences/education/2251813-pengertianbuku-siswa/#ixzz2d7wx42xA.
Solehan. Diakses pada tanggal 16 November 2012. Dari Prinsip Pengembangan Media
Pendidikan. http://www.uii.ac. id/2006/03/21/prinsip-pengembangan-mediapendidikan-sebuah-pengantar.
Trianto dan Mudjiono. 2002. Buku Siswa. Jakarta: Pt Bumi Aksara.