BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kerangka Teoritis
1. Hasil Belajar Agama Islam
Hasil belajar sering sekali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk
mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat.
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pegertian hasil product menunjuk
pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Hasil produksi adalah
perolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan mengubah bahan menjadi barang jadi.
1
Perubahan perilaku sebagai perbuatan belajar sering disebut sebagai hasil belajar.
2
Menurut Abdurrahman dalam buku Asep Jihad, hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Siswa yang
berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.
3
Dewasa ini tujuan pembelajaran lebih diartikan sebagai suatu hasil yang dicapai oleh siswa. Dengan kata lain, tujuan pembelajaran pada waktu yang lalu
berpusat pada pendidik atau guru, sedangkan tujuan pembelajaran dewasa ini selalu berpusat pada siswa. Dengan berpusatnya tujuan pembelajaran kepada
1
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, Yogyakatra:Pustaka Pelajar, cet.3, 2011, h. 44
2
Gagne R. A dan Discolt, Essential Of LearningFor Instructio ,New Jersey Prantice Hall: t.p. , h. 95
3
Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta: Multi Press, cet. 1, 2008 , h. 14
12
siswa, keberhasilan pembelajaran lebih banyak dinilai dari seberapa jauh perubahan-perubahan perilaku yang diinginkan telah terjadi pada diri siswa.
4
Hasil belajar atau perubahan perilaku yang menimbulkan kemampuan yang dapat berupa hasil utama pengajaran maupun hasil sampingan pengiring.
Hasil utama pengajaran adalah kemampuan hasil belajar yang sudah direncanakan untuk diwujudkan dalam kurikulum dan tujuan pembelajaran. Sedang hasil
pengiring adalah hasil belajar yang dicapai namun tidak direncanakan untuk dicapai. Misalnya setelah mengikuti pelajaran siswa menyukai pelajaran fiqih
yang semula tidak disukai karena siswa senang dengan cara mengajar guru.
5
Belajar disekolah dilakukan melalui kegiatan, pengalaman dan latihan yang disusun terlebih dahulu secara terencana. Sekolah telah menerapkan terlebih
dahulu tujuan tertentu, sehingga perubahan tingkah laku seseorang yang melakukan kegiatan belajar melalui sekolah dapat dinilai melalui evaluasi dengan
melakukan tes atau ujian dan hasil yang diperoleh disebut dengan prestasi belajar. Hasil belajar perlu dievaluasi. Evaluasi dimaksudkan sebagai cermin untuk
melihat kembali apakah tujuan yang ditetapkan telah tercapai dan apakah proses belajar telah berlangsung efektif untuk memperoleh hasil belajar.
6
Pada akhirnya prestasi belajar yang baik akan tercapai apabila siswa memiliki kemauan dan motivasi yang tinggi serta belajar yang tinggi, belajar yang
sungguh-sungguh diiringi dengan peraturan-peraturan sifatnya membangun dan dilandasi dengan kesadaran, sehingga dapat meningkatkan pola pikir yang pada
akhirnya tercermin pada tingkah lakunya sehari-hari. Dengan demikian prestasi belajar sebagai hasil belajar yang dapat dicapai
siswa dalam kegiatan sekolah. Menurut pandangan Islam, bahwa belajar merupakan kewajiban setiap muslim, karena dengan belajar cara berfikir manusia
akan selalu berkembang. Sesuai dengan hadits Rasulullah saw, yakni:
4
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, cet. 7, 2009, h. 156
5
Purwanto, Evaluasi…, h. 49
6
Ibid , h. 47
Artinya: Menuntut ilmu adalah kewajiban atas setiap laki-laki dan perempuan Ibnu Majah .
7
Maka dari hadits di atas, jelas bahwa islam telah meletakkan dasar-dasar tentang pentingnya belajar, yakni suatu kewajiban kepada setiap muslim laki-laki
maupun perempuan. Selanjutnya dalam Alquran surah Al-Mujadalah: 5811 Allah swt
berfirman, yakni:
+
,- . 012 324
4 532
6 789:;
789:; 4
= 4 6
? A BC4. ?2
DE F G H
6 1 I
J ?.1? LM NB
OPPQ
Artinya: Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: berlapang-
lapanglah dalam majlis, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: berdirilah kamu,
maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
8
Berdasarkan ayat di atas, jelas agama kedudukan orang yang memiliki ilmu pengetahuan akan ditinggikan Allah derajatnya. Allah akan memberikan
7
Muhammad Faiz Almath, 1100 Hadits Terpilih Jakarta: Gema Insani Press, 1991, h. 207
8
Mahmud Junus, Tarjamah Alquran Al Karim Bandung : PT. Alma’arif , cet. 7, 1988, h. 165
beberapa keistimewaan kepada mereka yang memiliki ilmu didunia maupun diakhirat, apakah ilmu agama atau ilmu umum.
Belajar berhubungan dengan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam
situasi ini, perubahan tingkah laku tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan, respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat
seseorang.
9
W.S.Winkel mengungkapkan dalam bukunya berjudul psikologi pengajaran bahwa:
Belajar merupakan kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan dari luar, apa yang terjadi dalam diri seseorang yang sedang belajar dan tidak dapat
diketahui secara langsung hanya dengan mengamati orang itu. Bahkan hasil belajar orang tersebut tidak dapat langsung kelihatan tanpa orang itu melakukan
suatu yang menampakkan kemampuannya yang telah diperoleh melalui belajar.
10
Penjelasan di atas dapat diketahui bahwa belajar bagi manusia adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungannya yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Bila lebih luas lagi bahwa belajar harus
dapat meliputi segi kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar dibidang kognitif seperti kreativitas. Kreativitas adalah hasil
belajar dalam kecakapan kognitif, sehingga menjadi kreatif dapat dipelajari melalui proses belajar mengajar. Hasil belajar dalam kecakapan kognitif itu
memiliki hierarki bertingkat-tingkat. Adapun tingkat-tingkat yang dimaksud adalah:
a Informasi non verbal
b Informasi fakta dan pengetahuan verbal
c Konsep dan prinsip
9
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002 , h. 82
10
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, Jakarta: Grasinda, 1991, h. 35
d Pemecahan masalah dan kreativitas
Informasi non verbal dikenal dipelajari dengan cara penginderaan terhadap objek-objek dan peristiwa-peristiwa secara langsung. Sedangkan
informasi fakta adalah informasi yang dikenal oleh orang yang mempunyai latar belakang kebudayaan yang sama dan juga informasi itu diterima sebagai
sesuatu yang betul dan semestinya. Informasi fakta dapat digolongkan menjadi 2 macam, yaitu:
a Asoisasi bermakna yang tingkatnya rendah. Misalnya mendengar kata
“buku” diasoisasikan dengan benda “buku” dan b
Pengetahuan verbal yang meliputi: • Pengetahuan yang khusus
• Pengetahuan tentang cara-cara memperlakukan atau menghadapi pengetahuan khusus
• Pengetahuan universal. 3.
Konsep dan Prinsip, perkataan dan konsep berhubungan erat sekali. Perkataan menunjuk pada konsep tertentu dan sebaliknya pegalaman
tentang konsep tertentu menimbulkan perkataan yang sesuai. 4.
Pemecahan masalah dan kreativitas, pemecahan masalah itu tidak selalu mengikuti urutan yang teratur, melainkan dapat meloncat-loncat antara
macam-macam langkah tersebut. Secara tradisional kreativitas dibatasi sebagai mewujudkan sesuatu yang baru dalam kenyataan.
11
Hasil belajar pada dasarnya merupakan suatu hasil yang telah dicapai dari usaha berlatih untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Dalam suatu pendidikan
prestasi belajar sangat diharapkan oleh setiap siswa sebagai siswa dalam babak akhir selama siswa tersebut mengikuti proses belajar mengajar.
12
11
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhnya Jakarta: Rineka Cipta, cet. 5, 2010, h. 138-145
12
Arief .S. Sadiman,dkk, Media Pendidikan Jakarta: Raja Grafindo, 1993, h. 1
Sementara Muhibbin Syah mengemukakan bahwa belajar merupakan perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam atau
keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai pengalaman.
13
Soedijarto menyatakan bahwa dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan
baik tujuan kurikuler maupun kegiatan instruksional menggunakan klasifikasi tiga hasil belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
14
Dapat kita simpulkan bahwa hasil belajar pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif dan psikomotorik
dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu. Menurut A.J. Romizowski dalam buku Muhibbin Syah hasil belajar merupakan keluaran
outputs dari suatu sistem pemrosesan masukan input. Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi sedangkan keluarannya adalah
perbuatan atau kinerja performance.
15
Agar peserta didik dapat berhasil belajar diperlukan persyaratan tertentu antara lain seperti dikemukakan berikut ini 1. kemampuan yang berfikir yang
tinggi bagi para siswa, hal ini ditandai dengan berfikir kritis, logis, sistematis dan objektif; 2. menimbulkan minat yang tinggi terhadap mata pelajaran; 3.bakat
dan minat khusus para siswa dapat dikembangkan sesuai potensinya; 4. menguasai bahan-bahan dasar yang diperlukan untuk meneruskan pelajaran
disekolah yang menjadi lanjutannya; 5. menguasai salah satu bahasa asing bagi siswa yang telah memenuhi syarat untuk itu, 6. stabilitas psikis; 7. kesehatan
jasmani; 8.lingkungan yang tenang; 9. Kehidupan ekonomi yang memadai; 10.Menguasai teknik belajar di sekolah dan di luar sekolah.
Hasil belajar siswa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati,
13
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, cet. 2, 2003, h. 90
14
Soedijarto, Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu Jakarta: Balai Pustaka, 1993 , h. 44
15
Syah, Psikologi…, h. 14
mendengarkan ,meniru dan lain sebagainya. Belajar itu akan lebih baik kalau subjek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik.
Sehingga belajar pada hakikatnya adalah proses perubahan yang terus-menerus pada diri manusia karena usaha untuk mencapai kehidupan dan sesuai dengan
cita-cita serta falsafah hidupnya.
16
Konsep tentang belajar turut menentukan bahan pelajaran yang akan disajikan kepada anak-anak dengan menggunakan bahan tersebut agar tercapai
tujuan yang diinginkan. Jadi belajar menempatkan seseorang dari status abilitas yang satu ke tingkat abilitas yang lain dan perubahan tersebut menurut Bloom
meliputi tiga ranahmatra yaitu matra kognitif, afektif dan psikomotorik. Jika belajar kita hubungkan dengan prestasi, maka terjadilah integrasi menjadi prestasi
belajar. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh atau dicapai oleh peserta didik melalui proses belajar pada suatu lembaga.
17
Agama bukan sekedar pengetahuan, tetapi juga keyakinan, keimanan dan penyerahan diri pada Tuhan yang Maha Esa, sehingga dari segi psikologi prestasi
belajar agama siswa tidak sekedar menyentuh aspekranah kognitif cognitive domain
, yang didalamnya termasuk penguasaan pengetahuan knowledge, pemahamanpengertian comprehension, penggunaan aplocation, kemampuan
menganalisis analysis, kemampuan memperpadukan syntesis dan kemampuan melakukan penilaian evalution. Penguasaan agama bagi setiap pemiliknya,
apalagi telah menyelesaikan pendidikan menengah keagamaan harus menyentuh ranah afektif affective domain dan ranah kognitif dan ranah psikomotorik
psycho-motor domain.
18
Krathwohl membagi hasil belajar afektif dalam buku Purwanto, lima tingkat yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Hasil
16
Agus Soejanto, Bimbingan Belajar yang Sukses Surabaya: Aksara Baru, 1990 ,h. 32
17
S.Nasution, Asas-asas Kurikulum Bandung: Jemmars, 1982, h.109
18
Nawawi dan Martini, Pengaruh Hubungan Manusiawi dikalangan Siswa Terhadap Prestasi Belajar di SD Tahun II. No.1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan R.I
, h.83
belajar disusun secara hirarki mulai dari tingkat paling rendah dan sederhana hingga yang paling tinggi dan kompleks.
Sedangkan untuk hasil belajar psikomotorik menurut Harrow masih dalam buku Purwanto, bahwa hasil belajar psikomotorik diklasifikasikan menjadi enam,
yaitu gerakan refleks, gerakan fundamental dasar, kemampuan perseptual, kemampuan fisik, gerakan keterampilan dan komunikasi tanpa kata. Namun,
taksonomi yang paling banyak digunakan adalah hasil belajar psikomotorik dari Simpson, yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan
kompleks dan kreativitas.
19
Untuk menciptakan siswa yang berprestasi bukanlah hal yang mudah, karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Secara obyektif faktor-faktor itu
antara lain seperti materi, metode, sistem evaluasi, sarana, motivasi dan yang paling menentukan tinggi rendahnya kualitas lulusan atau prestasi belajar adalah
kemampuan dasar atau profesionalisme guru.
20
Guru perlu mengenal hasil belajar dan kemajuan belajar siswa yang telah diperoleh sebelumnya, misalnya dari sekolah lain, ssebelum memasuki
sekolahnya sekarang. Hal-hal yang perlu diketahui itu ialah antara lain penguasaan pelajaran, keterampilan-keterampilan belajar dan bekerja. Pengenalan
ini guru dapat mendiagnosis kesulitan belajar siswa, dapat memperkirakan hasil dan kemajuan belajar selanjutnya, kendati hasil-hasil tersebut dapat saja berbeda
dan bervariasi sehubungan motivasi, kematangan dan penyesesuaian sosial.
21
Uraian tersebut terlihat banyak faktor sebenarnya yang mempengaruhi hasil belajar siswa, tidak terlepas dari faktor dari dalam diri siswa itu sendiri dan
juga faktor eksternal terutama profesionalisme yang dimiliki oleh guru.
22
Guru sebagai faktor yang mempengaruhi prestasi hasil belajar siswa tampak hubungan
19
Purwanto, Evaluasi…, h. 89
20
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi Jakarta: Rineka Cipta, cet.2, 1993, h.96
21
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar Jakarta: PT. Bumi Aksara, cet. 1, 2001, h. 103
22
Purwanto, Psikologi…, h.107
guru dengan unsur-unsur kurikulum, seperti metode, sarana dan konteks yang mempengaruhi pembelajaran yang berkualitas tinggi.
23
Di samping itu, masih ada lagi faktor lain yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar pada setiap orang”… faktor luar dan dalam. Faktor dari
luar yaitu lingkungan dan instrumental. Faktor lingkungan terdiri dari alam dan sosial, sedangkan instrumental terdiri dari kurikulumbahan pelajaran,
gurupengajar, sarana dan fasilitas dan administrasimanajemen. Faktor dari dalam yaitu fisiologi dan psikologi. Fisiologi yaitu kondisi fisik dan kondisi pancaindera.
Sedangkan psikologi yaitu minat,bakat, kecerdasan, motivasi dan kemampuan kognitif.
24
Faktor lain dari dimensi lingkungan yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran adalah faktor iklim sosial-psikologis. Maksudnya keharmonisan
hubungan antara orang yang terlibat dalam lingkungan sekolah. Iklim sosial- psikologis secara internal adalah hubungan antara orang yang terlibat dalam
lingkungan sekolah, sedangkan iklim sosial-psikologi eksternal adalah keharmonisan hubungan antara pihak sekolah dengan dunia luar.
25
Khusus mengenai waktu yang disenangi untuk belajar seperti pagi hari atau sore hari, seorang ahli bernama J. Binggers berpendapat bahwa belajar pada
pagi hari lebih efektif daripada belajar pada waktu-waktu lainya. Namun menurut penelitian beberapa ahli gaya belajar, hasil belajar itu tidak bergantung pada
waktu secara mutlak, tetapi bergantung pada pilihan waktu yang cocok dengan kesiapsiagaan siswa.
Dengan demikian, waktu yang digunakan siswa untuk belajar yang selama ini sering dipercaya berpengaruh terhadap hasil belajar siswa tidak perlu
dihiraukan. Sebab bukan waktu yang penting dalam belajar melainkan kesiapan
23
Arikunto, Manajemen…, h. 218
24
Purwanto, Psikologi…, h. 107
25
Wina sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan Jakarta: Kencana, cet. 7, 2010, h. 56-57
sistem memori siswa dalam menyerap, mengelola dan menyimpan item-item informasi dan pengetahuan yang dipelajari siswa tersebut.
Akan tetapi menurut hasil penelitian mengenai kinerja baca, sekelompok mahasiswa di sebuah universitas di Austaralia Selatan, tidak ada perbedaan yang
berarti antara hasil membaca pada pagi hari dan hasil membaca pada sore hari. Selain itu dengan keeratan korelasi antara study time preference waktu yang
disenangi untuk belajar dengan hasil membaca pun sulit dibuktikan.
26
Aktivitas belajar tersebut dapat diketahui oleh guru dari perlakuan siswa terhadap bahan belajar. Proses belajar dialami oleh siswa dan aktivitas belajar
dapat diamati oleh guru. Dalam interaksi belajar mengajar ditemukan bahwa proses belajar merupakan kunci keberhasilan belajar
Dalam proses belajar ditemukan tiga tahap penting faktor intern dan ekstern
, yaitu : 1 Sebelum belajar. Hal yang berpengaruh pada belajar menurut Biggs
Telfer dan Winkel adalah, ciri khas pribadi, minat, kecakapan, pengalaman dan keinginan belajar. Hal-hal sebelum terjadi belajar
tersebut merupakan merupakan keadaan awal. Keadaan awal tersebut diharapkan mendorong terjadinya belajar.
2 Proses belajar yaitu suatu kegiatan yang dialami dan dihayati oleh siswa sendiri. Kegiatan atau proses belajar ini terpengaruh oleh sikap,
motivasi, konsentrasi, mengolah, menyimpan, menggali dan unjuk berprestasi, rasa percaya diri siswa, intelegensi dan keberhasilan belajar,
kebiasaan belajar dan cita-cita siswa. 3 Sesudah belajar: yaitu merupakan tahap untuk prestasi hasil belajar.
27
26
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan: Dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Rosdakarya, cet. 15, 2010, h. 136
27
Dimyati dan Mudjianto, Belajar dan Pembelajaran Jakarta: Rinekacipta, cet. 3, 2006, h. 238
Sedangkan faktor-faktor ekstrem belajar yang berpengaruh pada aktivitas belajar yaitu:
1 Guru sebagai pembina siswa belajar
2 Prasarana dan sarana pembelajaran
3 Kebijakan penilaian lingkungan sosial siswa di sekolah
4 Kurikulum sekolah
28
Di samping faktor internal dan eksternal siswa sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf
keberhasilan proses belajar siswa tersebut. Seorang siswa yang terbiasa mengaplikasikan pendekatan belajar deep sedang, mungkin sekali berpeluang
untuk meraih prestasi belajar yang bermutu daripada siswa yang menggunakan pendekatan belajar surface atau reproductive pendekatan rendah.
29
Faktor pendekatan belajar siswa dalam buku Muhibbn Syah terbagi pada: pada tiga bagian, yang pertama pendekatan tinggi yaitu, speculative dan
Achieving, kedua, pendekatan sedang yaitu analytical, deep dan ketiga,
pendekatan rendah yaitu, refreductive dan surface.
30
Faktor pengaruh dari dalam diri siswa merupakan hal yang logis jika dilihat bahwa perbuatan belajar adalah perbuatan tingkah laku individu yang
disadarinya. Jadi sejauh mana usaha siswa untuk mengkondisikan dirinya bagi perbutan belajar, sejauh itu pula hasil belajar akan dicapai.
Meskipun demikian, hasil belajar yang dicapai oleh siswa masih dipengaruhi oleh faktor yang datang dari luar dirinya yang disebut lingkungan.
Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah ialah kualitas pengajaran yang dikelola oleh guru.
31
28
Ibid , h. 247-253
29
Syah, Psikologi…, h. 136
30
Ibid, h. 137
31
M. Suparta dan Herry Noer Aly, Metodologi Pengajaran Agama Islam Jakarta: Amissco, cet. 3, 2003, h. 59
Menurut Dimyati dan Mudjianto dalam bukunya belajar dan pembelajaran siswa yang belajar akan mengalami perubahan. Bila sebelum belajar
kemampuannya hanya 25 misalnya, maka setelah belajar selama lima bulan akan menjadi 100. Hasil belajar tersebut meningkatkan kemampuan mental.
Pada umumnya hasil belajar tersebut meliputi ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik.
32
Seperti dikemukakan oleh Clark pada buku Nana Sudjana bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70 dipengaruhi kemampuan siswa dan 30 dipengaruhi
oleh lingkungan. Di samping faktor kemampuan yang dimiliki siswa juga ada yang lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian siswa, sikap dan kebiasaan
belajar siswa, ketekunan, sosial, ekonomi dan fisik dan psikis. Caroll berpendapat bahwa nilai hasil belajar siswa dipengaruhi oleh lima , yakni bakat belajar, waktu
yang tersedia untuk belajar, waktu yang diperlukan siswa untuk menjelaskan pelajaran, kualitas pengajaran dan kemampuan individu.
33
Kemampuan siswa dan kualitas pengajaran mempunyai hubungan berbanding lurus dengan hasil belajar siswa. Adanya pengaruh kualitas
pengajaran, khususnya kompetensi guru terhadap hasil belajar siswa telah ditunjukkan oleh hasil penelitian. Salah satu diantaranya penelitian dibidang
pendidikan kependudukan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa 76,6 hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kompetensi guru, dengan rincian kemampuan
guru mengajar memberikan sumbangan 32,43, penguasaan materi pelajaran memberikan sumbangan 32,58 dan sikap guru terhadap mata pelajaran
memberikan sumbangan 8, 60.
34
Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tidak tahu dan dari
tidak mengerti menjadi mengerti. Tingkah laku memilikiunsur subjektif dan
32
Mudjianto, Belajar..., h. 175
33
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar Bandung: t.p., cet. 3 1995, h. 30-40
34
Ibid , h. 42
unsure motoris. Unsur subjektif adalah unsur rohaniah sedangkan unsur motoris adalah unsur jasmaniah. Seseorang sedang berfikir dapat dilihat dari raut
mukanya, sikapnya dalam rohaniahnya tidak bisa kita lihat. Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan
tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek itu adalah:
1 Pengetahuan,
6 Emosional, 2
Pengertian, 7 Hubungan social,
3 Kebiasaan,
8 Jasmani. 4
Keterampilan, 9 Etis atau budi pekerti, dan
5 Apresiasi
10 Sikap Kalau seseorang telah melakukan perubahan belajar maka akan terlihat
terjadinya perubahan dalam salah satu atau beberapa aspek tingkah laku tersebut.
35
Belajar yang efektif sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor kondisional yang ada.
Faktor-faktor itu adalah sebagai berikut: 1
Faktor kegiatan, penggunaan dan ulangan, siswa yang belajar banyak melakukan kegiatan seperti melihat, mendengar, merasakan, berfikir
maupun kegiatan yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan, sikap, kebiasaan dan minat.
2 Belajar memerlukan latihan agar pelajaran yang terlupakan dapat
dikuasai kembali dan pelajaran yang belum dikuasai akan dapat lebih mudah dikuasai
3 Belajar siswa akan lebih berhasil jika siswa merasa berhasil dan
mendapatkan kepuasannya. Belajar hendaknya dilakukan dalam suasana yang menyenangkan.
35
Hamalik, Proses…, h. 30
4 Siswa belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil atau gagal dalam
belajarnya. 5
Faktor asoisasi besar manfaatnya dalam belajat karena semua pengalaman belajar antara yang lama dengan yang baru secara
beruruten akan diasoisasikan, sehingga menjadi satu kesatuan pengalaman
6 Pengalaman masa lampau bahan apersepsi dan pengertian-pengertian
yang telah dimiliki oleh siswa, besar peranannya dalam proses belajar. 7
Faktor kesiapan belajar, siswa yang telah siap belajar akan dapat melakukan kegiatan belajar lebih mudah dan lebih berhasil.
8 Faktor minat dan usaha. Belajar dengan minat akan mendorong siswa
belajar lebih baik daripada belajar tanpa minat. 9
Faktor-faktor fisiologis. Kondisi badan siswa yang belajar sangat berpengaruh dalam proses belajar
10 Faktor intelegensi. Siswa yang cerdas akan lebih berhasil dalam
kegiatan belajar.
36
2. Minat Belajar