PERANAN CAMAT SEBAGAI PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) DALAM PEMELIHARAAN DATA PENDAFTARAN TANAH (Studi di Kecamatan Batanghari Nuban Kabupaten Lampung Timur )

(1)

(Studi di Kecamatan Batanghari Nuban Kabupaten Lampung Timur )

(Skripsi)

Oleh Kartika Agustina

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(2)

ABSTRAK

PERANAN CAMAT SEBAGAI PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) DALAM PEMELIHARAAN DATA PENDAFTARAN TANAH

(Studi di Kecamatan Batanghari Nuban Kabupaten Lampung Timur )

Oleh Kartika Agustina

Peran Camat sebagai PPAT Sementara didefinisikan secara jelas dan legal dalam PP No. 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah yang mengatur bahwa tugas pokok PPAT adalah melaksanakan sebagian pendaftaran tanah dengan membuat akta sebagai bukti telah dilakukan perbuatan hukum tertentu mengenai hak tanah atau hak bagi pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah yang diakibatkan oleh perbuatan hukum itu. Selain itu kedudukan Camat sebagai PPAT juga diatur dalam Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN Nomor 4 Tahun 1999. Dengan berpedoman pada PP No.37 Tahun 1998 tersebut serta ditinjau dari aspek geografis, demografi, sosial budaya, dan sejarah Kecamatan Batanghari Nuban Kabupaten Lampung Timur, maka peneliti memilih fokus penelitian pada dua objek utama, yaitu Jual-Beli dan Peralihan hak karena pewarisan.


(3)

dimana penelitian ini dilakukan di Kecamatan Batanghari Nuban Kabupaten Lampung Timur. Selain itu juga untuk melihat seberapa efektif dan efisien peranan Camat sebagai PPAT dalam mengakomodir kepentingan masyarakat Kecamatan Batanghari Nuban Kabupaten Lampung Timur mengenai masalah pendaftaran hak-hak atas tanah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan camat telah cukup baik melaksanakan perannya sebagai PPAT Sementara dalam pemeliharaan data pendaftaran tanah karena Jual-Beli dan Pewarisan. Namun demikian masih ditemukan beberapa hambatan dan kekurangan yang terjadi pada prakteknya, antara lain terletak pada proses pemeriksaan objek, proses penandatangan akhir pada Akta yang tidak lengkap, dan mengenai tidak adanya peraturan tertulis yang jelas dan sah secara hukum mengenai biaya pembuatan Akta. Oleh karena itu, Camat harus bersikap lebih profesional dan cermat dalam menjalankan tugasnya. Selain itu, diperlukan juga peraturan tertulis dan legal yang mengatur tentang biaya pemeliharaan data pendaftaran tanah tersebut.


(4)

ABSTRACTION

ROLE OF SUB-DISTRICT CHIEF AS MAKER FUNCTIONARY OF LAND ACT (MFLA) IN MAINTENANCE OF LAND REGISTRY DATA (Study in Sub-District of Batanghari Nuban Sub-Province of East Lampung)

By

Kartika Agustina

Role of Sub-District Chief as Interim Maker Functionary of Land Act (MFLA) defined clearly and legal in Government Regulation Number 37 Year 1998 about Occupation Regulation Maker Functionary of Land Act which is arrange about MFLA principal duty is to execute some of land registries with made act as evidence has been conducted selected law action about land rights or rights for data changing registration of land registry which is impacted by that law action. Besides, Sub-District Chief position as MFLA is also arranged in Regulation of Agraria Minister/Head of BPN Number 4 Year 1999. Based on that Government Regulation Number 37 Year 1998 and also evaluated from geographical aspect, demography, culture social, and history of Batanghari Nuban Sub-District East Lampung Sub-Province, so researcher choose research focus at two main objects, Land Trading and Rights Change because Inheritance.


(5)

registry data, where this research conducted in Sub-District of Batanghari Nuban Sub-Province of East Lampung. Besides this research goal is also to know how effective and efficient role of Sub-District Chief as MFLA in accommodating importance of society Batanghari Nuban District East Lampung Sub-Province about registration rights of land's problem. Method that used in this research is qualitative descriptive method.

The result of this research indicate that overalls Sub-District Chief have good enough execute his role as Interim MFLA in maintenance of Land Registry Data cause of Land Trading and Inheritance. But there is still found several obstacle and resistances that happened in practice. For example, in object checking process, final signatory process at incomplete act, and the lack of written regulation that clear and legal about cost and act making. Therefore, Sub-District Chief have to behave more careful and professional in running his duties. Besides also needed written regulation and legal which arrange about cost of land registry data maintenance.


(6)

Motto

Hari ini, esok, dan seterusnya berusahalah

untuk terus berkembang

Hiduplah dari, oleh, dan hanya untuk Allah SWT

Sang Khalik Maha Mulia

Allah kelak akan memberikan kelapangan

sesudah kesempitan

(QS. Ath-Thalaq : 7)

Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan

(QS. Al-Insyirah : 5-6)


(7)

Persembahan:

Bismillahirrohmaanirrohiim.

Dengan penuh ketulusan dan kerendahan hati,

kupersembahkan karya kecilku ini sebagai tanda bakti,

sayang dan cintaku kepada:

Ibuku tercinta

Ayahku tersayang

Kakak dan Adikku tersayang

Keponakanku tersayang

Kekasihku tersayang

Sahabat-sahabatku

Semua orang yang menunggu kesuksesanku

Almamaterku tercinta


(8)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam juga selalu tercurah kepada junjungan dan teladan seluruh alam, Nabi Muhammad SAW.

Judul yang diambil dalam skripsi ini adalah: Peranan Camat sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dalam Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah (Studi di Kecamatan Batanghari Nuban Kabupaten Lampung Timur), yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan Universitas Lampung. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Hi. Aman Toto Dwijono, M.H., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung,


(9)

3. Bapak Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. 4. Bapak Drs. Yana Ekana P.S, M.Si. selaku dosen Pembimbing Akademik

sekaligus Pembimbing Utama yang telah berkenan meluangkan waktu dan perhatian, memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini.

5. Seluruh Dosen FISIP khususnya Jurusan Ilmu Pemerintahan, terimakasih untuk segala ilmu dan bantuan yang telah diberikan.

6. Seluruh Staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung, Ibu Riyanti, Mbak Siti, Mas Dwi, dan karyawan-karyawan lain yang telah memberikan bantuannya selama ini.

7. Bapak Dwi Sutrisno selaku Camat Batanghari Nuban Kabupaten Lampung Timur.

8. Bapak Drs. Umar Dani selaku Sekretaris Camat Batanghari Nuban Kabupaten Lampung Timur.

9. Bapak Hi. Sardono AP, S.Pd. selaku Kepala Seksi Pemerintahan Batanghari Nuban Kabupaten Lampung Timur

10. Bapak Drs. Istamar, S.H., M.B.A. selaku Kepala Kantor BPN Kabupaten Lampung Timur

11. Bapak Suhadi, A. Ptnh., selaku Kepala Seksi Sengketa konflik dan perkara Kantor BPN Kabupaten Lampung Timur.


(10)

12. Kedua orangtuaku tercinta Ayah Serda Sukardi Alwi dan Ibu Suyati atas segala curahan kasih sayang, dukungan dan do'a yang tak pernah putus untuk ananda selama ini.

13. Kakakku tersayang, Okta Indrawati, S.E. dan Adikku tersayang Fitriana Rahmawati, Kakak Iparku Gunawan Jaya, A.Md., dan keponakanku tersayang si cantik Chalisa Kullusachstya Gunawan. Terimakasih atas segala do'a, dukungan dan kasih sayang selama ini.

14. Belahan jiwa-ku Briptu Alex Kurniadi, terimakasih selama lima tahun ini selalu mendampingi dan mengisi hari-hari ku dalam suka dan duka, juga atas bantuan dan dukungan nya dalam proses penyusunan skripsi ini.

15. Sahabatku Muharrama Istnaini Andika Poeloen, S.E., terimakasih atas bantuan dan dukungannya selama proses penyusunan skripsi ini (Maaf ya kalau selama ini aku sering menyusahkan dirimu).

16. Teman seperjuangan-ku Dede Maya Umaya, Verdiana Oktarianti, Indah Yuliyanti, dan Sukma Wulan (Walau kita belum lama bersahabat, tetapi segala kebaikan dan bantuan dari kalian sungguh sangat berharga, terimakasih ya sahabat-sahabat ku).

17. Istiara Madyasari Rustam, S.Kom., M.M. (Terimakasih ya cinta buat semuanya), Mbak Yuli (terimakasih buat nasehat dan bantuannya selama aku penelitian di Lampung Timur, semoga selalu bahagia dengan keluarga kecilnya). Juga untuk sahabat-sahabatku Meri Martalia (Terimakasih ya say buat kasih sayangnya selama ini), Maya, Vita, Mala, Meriza, Sinta, Mitha, Arif, Bayu, Ira Sukma Yuliana, dan Pepi (Terimakasih ya).


(11)

Singgih, Andi, Arlan, Wendy, Reza, Yusep, Tuying, dan Bachtiar.

19. Adik-adik tingkatku Ilmu Pemerintahan Angkatan 2005-2006 Non Reguler khususnya: Ira, Icha, Johan, Reja, Aziz, Apriana, Nesya, Ross, dan Dani. (Terimakasih atas bantuan dan dukungannya ya).

20. Serda Syawal, Serda Gatot Subroto, Kak Tatang Agung Pranoto, Kak Rudianto Ahad, Kak Ahnar, Abang Dede Anwar dan Ujung Saputra (Terimakasih buat kakak-kakakku untuk do'a dan dukungannya).

21. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini

Semoga Allah SWT membalas segala budi baik yang telah mereka berikan kepada penulis.

Bandar Lampung, Desember 2010 Penulis,


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

1. Tujuan Penelitian ... 10

2. Kegunaan Penelitian ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Peranan ... 11

B. Pengertian dan kedudukan Camat ... 12

1. Pengertian Camat ... 12

2. Kedudukan Camat ... 13

C. Pengertian Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) ... 14

D. Dasar Hukum Pengangkatan Pejabat PPAT ... 15

E. Daerah Kerja PPAT ... 16

F. Tugas dan wewenang PPAT ... 16

1. Tugas PPAT ... 16

2. Wewenang PPAT ... 17

G. Pengertian PendaftaranTanah dan Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah .20 1. Pengertian Pendaftaran Tanah ... 20

2. Pengertian Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah ... 22

H. Pengertian Akta dan Akta Tanah ... 23

1. Pengertian Akta ... 23


(13)

III. METODE PENELITIAN ... 29

A. Tipe Penelitian ... 29

B. Fokus Penelitian ... 30

C. Lokasi Penelitian ... 32

D. Jenis Data ... 33

1. Data Primer ... 33

2. Data Sekunder ... 33

E. Sumber Informasi ... 34

F. Teknik Pengumpulan Data ... 35

1. Observasi ... 35

2. Wawancara ... 35

3. Dokumentasi ... 36

G. Teknik Pengolahan Data ... 36

1. Editing ... 36

2. Interpretasi Data ... 36

H. Teknik Analisis Data ... 37

IV. GAMBARAN UMUM ... 38

A. Gambaran Umum Lokasi Kecamatan Batanghari Nuban ... 38

1. Sejarah Singkat ... 38

2. Letak Geografis ... 39

3. Demografi ... 40

4. Administrasi Kecamatan ... 41

5. Organisasi Pemerintahan ... 43

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45


(14)

B. Peranan Camat Sebagai PPAT Sementara Dalam Pemeliharaan Data

Pendaftaran Tanah ... 47

a. Peranan Camat Sebagai PPAT Sementara Dalam Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah Karena Transaksi Jual-Beli ... 52

1. Melakukan Pemeriksaan Kelengkapan Berkas ... 53

2. Memeriksa Pihak-pihak yang Terkait ... 57

3. Melakukan Pemeriksaan Terhadap Objek Pendaftaran Tanah ... 59

4. Membuat Akta Jual-Beli Atas Tanah ... 60

5. Menyampaikan Akta Dalam Waktu 7 Hari ... 61

6. Menggunakan Formulir Yang Baku ... 62

7. Melakukan Penjilidan Akta ... 63

8. Membuat Buku Daftar Akta ... 63

9. Mengirimkan Laporan Bulanan ... 64

10. Membuat Permohonan SK Camat Kepada BPN ... 65

11. Mengupayakan Adanya Balik Nama Sertifikat ... 66

12. Menyampaikan Sertifikat ... 67

b. Peranan Camat Sebagai PPAT Sementara Dalam Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah Karena Hak Waris ... 67

C. Peranan Camat Sebagai PPAT Sementara Dalam Melakukan Penyuluhan ..70

D. Contoh Salah Satu Implementasi Fakta Peranan Camat Sebagai PPAT Sementara Dalam Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah ... 74

VI. SIMPULAN DAN SARAN ... 81

A. Simpulan ... 81


(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Luas Desa, Dusun, RW, dan RT di Kecamatan Batanghari Nuban ... 39 Tabel 2. Jumlah Penduduk Kecamatan Batanghari Nuban ... 40 Tabel 3. Jumlah Pegawai Kecamatan Batanghari Nuban ... 42 Tabel 4. Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 42


(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka Pikir ... 28 Gambar 2. Struktur Organisasi Kecamatan Batanghari Nuban ... 44


(17)

(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang, Bandar Lampung, pada tanggal 14 Agustus 1985, merupakan putri kedua dari tiga bersaudara pasangan Serda Sukardi Alwi dan Suyati.

Jenjang pendidikan formal penulis diawali dari Taman Kanak-kanak (TK) Mutiara Bandar Lampung, lalu dilanjutkan di SD Kartika II-6 Bandar Lampung.

Pada tahun 1997 penulis melanjutkan pendidikan ke SLTP Negeri 12 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2000, kemudian dilanjutkan di SMU Utama 2 Bandar Lampung dan diselesaikan pada tahun 2003. Tahun 2004 penulis diterima sebagai mahasiswa program S1 Non Reguler pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Lampung, melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Non Reguler Universitas Lampung.

Penulis melaksanakan Praktek Kuliah Kerja Lapangan (PKL) pada bulan Juli-Agustus 2007, di Desa Banjar Agung Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan. Pada Bulan Desember Tahun 2010 penulis berhasil menyelesaikan pendidikannya dan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan di Universitas Lampung.


(19)

(20)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hak-hak atas tanah mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia saat ini, makin padat penduduknya akan menambah lagi pentingnya kedudukan akan tanah dalam kehidupan manusia.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria untuk kemudian disebut UUPA (Lembaran Negara Tahun 1960 No.104). telah mengatur bahwa tanah diseluruh Wilayah Negara Republik Indonesia harus didaftarkan / diinventarisasikan. Lebih lanjut ditegaskan dalam Pasal 23 (1) UUPA yang berisikan bahwa hak milik, demikian pula setiap peralihan, hapusnya dan pembebanannya dengan hak-hak lain harus didaftarkan menurut ketentuan-ketentuan yang dimaksud dalam Pasal 19 UUPA. Pasal 19 ayat (1) UUPA mengatur bahwa untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah diseluruh Wilayah Republik menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Peraturan Pemerintah yang dimaksud adalah Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah (Lembaran Negara Tahun 1997 No.24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah (Lembaran Negara Tahun 1997 No.59) yang menggantikan Peraturan Pemerintah No.10 Tahun 1961. Peraturan Pemerintah ini


(21)

mengatur tata cara pendaftaran, syarat-syarat baik pendaftaran tanah untuk pertama maupun pemeliharaan data pendaftaran tanah, termasuk mengatur pendaftaran karena peralihan. Menurut Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, dijelaskan salah satu tujuan pendaftaran tanah adalah untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan. terselenggaranya pendaftaran tanah secara baik merupakan dasar dan perwujudan tertib administrasi dibidang tanah dan satuan rumah susun, termasuk peralihan, pembebanan dan hapusnya wajib didaftar. Hal tersebut menurut diadakannya pemeliharaan data pendaftaran tanah.

Bertujuan supaya hak milik atas tanah dan hak-hak atas tanah lainnya benar-benar mendapat jaminan kepastian hukum maka setiap peralihan atau perubahan hak milik atas tanah atau hak-hak atas tanah lainnya harus didaftar pada Kantor Pertanahan. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 36 ayat (1) dan (2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 yang berisikan:

a. Pemeliharaan data pendaftaran tanah dilakukan apabila terjadi perubahan pada data fisik atau yuridis objek pendaftaran tanah yang telah terdaftar. b. Pemegang hak yang bersangkutan wajib mendaftarkan perubahan sebagai

mana dimaksud pada ayat (1) di Kantor Pertanahan.

Perubahan data fisik seperti yang dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) tersebut di atas terjadi kalau diadakan pemisahan, pemindahan atau penggabungan bidang-bidang tanah yang sudah didaftar. Perubahan data yuridis misalnya jika diadakan pengelolaan atau pemindahan hak atas tanah yang sudah didaftar. Dengan adanya ketentuan Pasal 36 ayat (2) Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997 Tentang


(22)

3

Pendaftaran Tanah, dapat diketahui bahwa dalam melakukan perubahan atau peralihan pada setiap hak milik atas tanah maupun hak-hak atas tanah lainnya wajib di daftarkan, dimana hal itu dilakukan agar perselisihan mengenai penguasaan hak milik atas tanah dan hak-hak atas tanah lainnya dapat dihindarkan dan juga memberikan jaminan kepastian hukum. Agar buku tanah selalu sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya maka setiap peralihan hak yang mengakibatkan perubahan atas buku tanah harus dicatat di Kantor Pertanahan.

Dalam ketentuan umum buku Tuntutan Bagi Pejabat Pembuat Akta Tanah dinyatakan bahwa tugas pendaftaran tanah itu ditugaskan kepada Direktorat Pendaftaran Tanah Direktorat Jenderal Agraria Departemen Dalam Negeri dengan Kantor-Kantor Agraria Seksi Pendaftaran Tanah di daerah-daerah Tingkat II (sekarang Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota). Dalam melaksanakan tugas tersebut Kepala Kantor Pertanahan dibantu oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah dan Pejabat lain yang ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997. Dimana Pejabat tersebut diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Negara Agraria/Kepala BPN. Untuk mempermudah rakyat di daerah terpencil yang tidak ada PPAT dalam melakukan perbuatan hukum mengenai tanah, dapat di tunjuk PPAT sementara. Yang dapat ditunjuk sebagai PPAT sementara itu adalah Pejabat Pemerintah yang menguasai keadaan daerah yang bersangkutan, yaitu Camat (Irawan Soerodjo,2003:119).

Dalam penjelasan umum Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah dinyatakan bahwa di dalam pelaksanaan administrasi Pertanahan harus selalu sesuai dengan keadaan dan


(23)

status sebenarnya mengenai bidang tanah bersangkutan, baik yang menyangkut data fisik mengenai bidang tanah tersebut maupun mengenai hubungan hukum yang menyangkut bidang tanah itu, atau data yuridisnya. Dalam hubungan dengan pencatatan data yuridis, khususnya pencatatan perubahan data yuridis yang sudah tercatat sebelumnya, peran PPAT sangatlah penting, sebab menurut ketentuan di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, peralihan, dan pembebasan hak atas tanah hanya dapat didaftarkan apabila dibuktikan dengan akta PPAT. PPAT sudah dikenal sejak berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah, yang merupakan Peraturan Pendaftaran Tanah sebagai pelaksana Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA). Dalam hal ini PPAT berfungsi sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah yang bermaksud memindahkan hak atas tanah, memberikan hak baru, atau membebankan hak atas tanah.

Fungsi PPAT ditegaskan lagi dalam UU Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan dengan Tanah. Dalam Pasal 1 ayat (4) UU No.4 Tahun 1996, PPAT disebut sebagai Pejabat Umum yang diberi wewenang untuk membuat akta pemindahan hak atas tanah, akta pembebasan hak atas tanah dan akta pemberian kuasa membebankan hak tanggungan, yang bentuknya ditetapkan oleh Menteri Negara Agraria/Kepala BPN. Tugas PPAT dalam pelaksanaan kegiatan Pendaftaran Tanah adalah sebagai pembuat akta-akta tanah tertentu, akta-akta tersebut berfungsi sebagai sumber data yang diperlukan dalam rangka pemeliharaan data yang disimpan di Kantor Pertanahan. Mengingat peran PPAT atau Camat sebagai PPAT Sementara sangat


(24)

5

berharga dalam mewujudkan tertib administrasi pertanahan maka PPAT atau Camat sebagai PPAT Sementara wajib mengirimkan akta yang dibuatnya ke Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota untuk didaftarkan dalam daftar buku tanah yang bersangkutan (Pasal 36 ayat (2) Peraturan Pemerintah Tahun 1997). Akta yang dimaksud adalah akta yang diatur dalam Pasal 95 ayat (1) Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 3 Tahun 1997 yaitu:

a. Akta Jual-Beli b. Akta Tukar-Menukar c. Akta Hibah

d. Akta Pemasukan ke dalam Perusahaan e. Akta pembagian hak bersama

f. Akta pemberian hak tanggungan

g. Akta pemberian hak guna bangunan atas tanah hak milik h. Akta pemberian hak pakai atas tanah hak milik.

Dalam Pasal 40 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, dinyatakan bahwa jangka waktu pengiriman akta tersebut ditetapkan selambat-selambatnya 7 (tujuh) hari sejak tanggal ditandatanganinya akta yang bersangkutan. Dimana hal tersebut dilakukan agar perselisihan mengenai penguasaan hak milik atas tanah ataupun hak-hak atas tanah lainnya dapat dihindarkan dan juga untuk memberikan jaminan kepastian hukum.

Jabatan PPAT menurut Peraturan Pemerintah No.37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah pada dasarnya mempunyai peran yang sangat penting dalam pemeliharaan data pendaftaran tanah, yaitu dengan


(25)

membuat alat bukti mengenai telah terjadinya perbuatan hukum mengenai sebidang tanah yang kemudian dijadikan dasar untuk mendaftar perubahan data yuridis yang diakibatkan oleh perbuatan hukum itu (Irawan Soerodjo, 2003:140-141).

Mengenai pemeliharaan data pendaftaran tanah telah dirumuskan pengertiannya di dalam Pasal 1 angka (12) PP No.24 Tahun 1997, tentang Pendaftaran Tanah, dimana yang dimaksud dengan pemeliharaan data pendaftaran tanah adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk menyesuaikan data fisik dan data yuridis dalam peta pendaftaran, daftar tanah, daftar nama, surat ukur, buku tanah, dan sertifikat dengan perubahan-perubahan yang terjadi kemudian.

Kabupaten Lampung Timur memiliki perkembangan dan kemajuan ekonomi yang diiringi dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan tanah dengan berbagai macam alasan dan kegunaan baik untuk tempat tinggal maupun keperluan lain. Dalam mendapatkan hak atas tanah tersebut masyarakat memperolehnya dari berbagai macam cara diantaranya diperoleh dari jual-beli, warisan atau hibah, dan lain-lain hal tersebut menimbulkan peralihan atau perubahan kepemilikan atas tanah yang mana hal ini tidak terlepas dari peran Camat sebagai PPAT Sementara. Namun dalam prakteknya di Kabupaten Lampung Timur sendiri masih sering terjadi peralihan hak milik atas tanah yang dilakukan belum didaftarkan ke Kantor Pertanahan setempat, hal ini disebabkan transaksi tanah yang berkaitan dengan pemindahan hak atas tanah maupun pembebanan hak atas tanah dilakukan masyarakat dengan cara di bawah tangan atau dihadapan Kepala Desa/Lurah, sehingga tidak menutup kemungkinan ada pihak yang dirugikan. Hal ini terjadi


(26)

7

disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat untuk mendaftarkan haknya, meskipun Pemerintah telah mengeluarkan peraturan pelaksanaan pendaftaran hak milik atas tanah yang tujuannya adalah untuk menjamin kepastian hukum hak atas tanah. Kurangnya kesadaran masyarakat tersebut untuk mendaftarkan setiap peralihan ataupun perubahan hak milik atas tanah ataupun hak-hak atas tanah lainnya dikarenakan ada anggapan dalam masyarakat bahwa untuk mengurus pendaftaran tanah memerlukan proses yang rumit, memerlukan waktu yang lama, serta biaya yang besar. Dalam hal ini selayaknya Camat sebagai PPAT sementara dapat memberikan pengertian dan penyuluhan kepada masyarakat diwilayahnya mengenai arti penting pendaftaran tanah.

Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu diketahui peran Camat sebagai PPAT sementara dalam pemeliharaan data pendaftaran tanah karena akta PPAT merupakan salah satu sumber data bagi pelaksanaan pendaftaran dan pemeliharaan data tanah, oleh karena itu Camat sebagai PPAT Sementara bertanggung jawab memeriksa syarat-syarat untuk sahnya pembuatan hukum atas tanah yang bersangkutan. Seperti yang kita ketahui peran Camat sebagai kepala eksekutif administrator, pimpinan pembina di wilayahnya yang sudah sedemikian berat menjadi semakin berat dengan tugasnya atau peranannya sebagai PPAT yang dilakukannya.

Peran Camat sebagai PPAT Sementara didefinisikan secara jelas dan legal dalam PP No. 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah yang mengatur bahwa tugas pokok PPAT adalah melaksanakan sebagian pendaftaran tanah dengan membuat akta sebagai bukti telah dilakukan perbuatan


(27)

hukum tertentu mengenai hak tanah atau hak bagi pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah yang diakibatkan oleh perbuatan hukum itu. Perbuatan hukum mengenai peranan Camat yang dimaksud pada ayat (1) tersebut adalah: Jual-Beli, Tukar Menukar, Hibah, Pemasukkan kedalam perusahaan, Pembagian hak bersama, Pembagian Hak Guna Bangunan/Hak Pakai atas tanah Hak Milik, Pemberian Hak Tanggungan, dan Pemberian kuasa membebankan Hak Tanggungan.

Dengan berpedoman pada PP No. 37 Tahun 1998 tersebut, maka penulis berusaha menemukan fokus penelitian pada dua obyek utama, yaitu Jual-Beli dan Peralihan hak karena pewarisan. Penulis memilih dua obyek tersebut karena mempertimbangkan kondisi geografis, demografi, sosial budaya, dan sejarah Kecamatan Batanghari Nuban Kabupaten Lampung Timur, dimana diketahui bahwa wilayah Kecamatan Batanghari Nuban sebagian besar adalah daerah dataran yang terdiri dari lahan sawah seluas 3079,50 ha dan bukan sawah seluas 2962,275 ha, serta sebagian kecil berbukit-bukit. Mata pencaharian penduduk sebagian besar sebagai petani, pedagang, buruh tani, PNS, dan di perkebunan serta tambang. Selain itu, di wilayah Kecamatan Batanghari Nuban masih jarang dijumpai perusahaan-perusahaan besar yang melakukan aktivitas usahanya disana, serta hal-hal yang berkaitan dengan pembuatan akta karena pemasukan dalam perusahaan, Akta Hak Guna Bangunan, Hak Tanggungan, dan lain-lain. Dari aspek sejarah Kecamatan Batanghari Nuban, penulis mendapat informasi dari Kepala Seksi Pemerintahan Kecamatan Batanghari Nuban bahwa dalam proses pemeliharaan pendaftaran tanah di berbagai kecamatan di Lampung Timur khususnya di Kecamatan Batanghari Nuban, faktor-faktor yang sering menjadi


(28)

9

penyebab terjadinya pemeliharaan data pendaftaran tanah adalah yang disebabkan peralihan hak karena jual-beli dan peralihan hak karena pewarisan. Kedua faktor ini menjadi kasus yang paling sering muncul dalam proses pemeliharaan data pendaftaran tanah di berbagai kecamatan di Lampung Timur. Sehingga dengan mempertimbangkan pada aspek-aspek tersebut, maka penulis memfokuskan penelitian pada proses pemeliharaan data pendaftaran tanah karena jual-beli dan peralihan hak karena pewarisan.

Berdasarkan latar belakang fenomena yang terjadi di masyarakat mengenai polemik pendaftaran tanah dan pemeliharaan datanya dalam lingkup kerja kecamatan, maka menarik untuk diteliti lebih mendalam mengenai fungsi dan peranan Camat sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dalam pemeliharaan data pendaftaran tanah. Sehingga judul yang diangkat dalam penelitian ini adalah: Peranan Camat sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dalam Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah. (Studi di Kecamatan Batanghari Nuban Kabupaten Lampung Timur )

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

Bagaimanakah Peranan Camat Sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dalam Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah di Kecamatan Batanghari Nuban Kabupaten Lampung Timur.


(29)

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui Peranan Camat Sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah, penelitian ini dilakukan di Kecamatan Batanghari Nuban Kabupaten Lampung Timur.

b. Untuk melihat seberapa efektif dan efisien peranan Camat sebagai PPAT , khususnya pada pemeliharaan data pendaftaran tanah karena jual-beli dan pewarisan, dalam mengakomodir kepentingan masyarakat Kecamatan Batanghari Nuban Kabupaten Lampung Timur mengenai masalah pendaftaran hak-hak atas tanah.

2 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan pada tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan berguna:

a. Secara teoritis, sebagai sumbangsih pemikiran penulis bagi perkembangan ilmu pemerintahan dan ilmu hukum yang berkaitan dengan masalah agrarian khususnya yang berkaitan dalam pemeliharaan data pendaftaran tanah.

b. Secara praktis, bisa dijadikan sebagai salah satu bahan refrensi yang menambah wawasan di bidang hukum agraria.


(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Peranan

Pengertian peranan menurut Margono Slamet adalah mencakup tindakan atas perilaku yang dilaksanakan oleh seseorang yang menempati suatu posisi dalam masyarakat (Margono Slamet, 1985:15). Sedangkan W.J.S Poerwadarminta memberikan suatu batasan peranan sebagai suatu yang memegang pimpinan utama dalam terjadinya sesuatu atau peristiwa (W.J.S Poerwadarminta, 1982:735).

Lebih lanjut Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa:

Peranan merupakan hak dan kewajiban yang bersifat sukarela walaupun tidak terlalu mudah untuk menetapkan apakah secara subtansial peranan merupakan hak dan kewajiban, oleh karena itu dipergunakan istilah anthority atau power bagi kedudukan itu dipergunakan superior dan kepatuhan kedudukan informal. Apabila orang yang telah melaksanakan hak dan kewajiban, maka ia telah melaksanakan peranan (Soerjono Soekanto, 1982:4)”.

Dari beberapa pendapat tersebut diatas maka dapat dikatakan bahwa pengertian peranan dalam hal ini adalah kedudukan atau posisi yang dilaksanakan oleh camat yang didalamnya terdapat hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang pimpinan atau kepala wilayah kecamatan.


(31)

B. Pengertian dan Kedudukan Camat

1. Pengertian Camat

Di dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 terdapat landasan mengenai pengertian camat, yaitu pada pasal 126:

1. Kecamatan dibentuk di wilayah kabupaten/kota dengan Perda berpedoman kepada Peraturan Pemerintah.

2. Kecamatan dipimpin oleh camat yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan sebagian wewenang Bupati atau Walikota untuk menganani sebagian urusan otonomi daerah.

3. Camat juga mempunyai tugas untuk menyelenggarakan tugas umum pemerintahan.

4. Camat diangkat oleh Bupati atau Walikota atas usulan dari sekretaris daerah kabupaten atau kota dari pegawai negeri sipil yang memenuhi syarat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

5. Camat dalam menjalankan tugas-tugasnya dibantu oleh perangkat kecamatan dan bertanggung jawab kepada Bupati atau Walikota melalui Sekretaris Daerah kabupaten atau kota.

6. Perangkat kecamatan bertanggung jawab kepada camat.

7. Pelaksanaan ketentuan tentang kecamatan ditetapkan dengan peraturan Bupati atau Walikota dengan berpedoman pada peraturan pemerintah.

Berdasarkan ketentuan tersebut diatas, camat merupakan perangkat daerah Kabupaten/Kota yang menerima pelimpahan sebagian kewenangan pemerintahan Bupati/Walikota. Dengan kedudukan tersebut camat mempunyai tugas yang luas


(32)

13

cakupannya meliputi bidang pemerintahan, ketentraman dan ketertiban umum, pembangunan dan sosial kemasyarakatan sehingga sesuai dengan tugasnya camat merupakan pelaksana pemerintahan umum dilingkungan kekuasaannya yang meliputi segala aspek yang menyangkut hajat hidup masyarakat banyak. Dalam pelaksanaan meningkatkan pelayanan prima di wilayahnya, camat melaksanakan peraturan dan kebijaksanaan yang telah digariskan oleh atasannya yaitu Bupati atau Walikota.

2. Kedudukan Camat

Kedudukan Camat selaku kepala wilayah dapat dilihat pada pasal 1 Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 82 Tahun 1984 tentang pola organisasi pemerintah wilayah Kecamatan menyatakan bahwa:

1. Kecamatan adalah lingkungan kerja perangkat Pemerintah wilayah Kecamatan yang meliputi beberapa Desa atau Kelurahan.

2. Pemerintah wilayah Kecamatan adalah Camat beserta perangkat lainnya yang menyelenggarakannya urusan pemerintahan umum di Kecamatan.

3. Instansi otonom adalah aparat Pemerintah Daerah Tingkat 1 atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota yang ditempatkan dan mempunyai lingkungan kerja di wilayah Kecamatan.

4. Instansi vertikal adalah perangkat dari departemen yang mempunyai lingkungan kerja di wilayah Kecamatan.

5. Unsur aparat Departemen Dalam Negeri adalah aparat agraria dan pertahanan sipil (HANSIP) yang mempunyai lingkungan kerja di wilayah Kecamatan.


(33)

C. Pengertian Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)

Untuk memberikan suatu perumusan pengertian:

Madjloes (1978 : 5), mengemukakan: “Pejabat pembuat akta tanah (PPAT) adalah pejabat umum yang khusus berwenang membuat akta dan menandatangani akta tanah dalam hal memindahkan hak atas tanah sebagai tanggungan, terhadap mereka yang menghendaki adanya akta sebagai bukti, serta menyelenggarakan administrasi sebagaimana yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan”.

Akta Pejabat Pembuat Akta Tanah merupakan akta yang di buat oleh dan di hadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah. Pejabat Pembuat Akta Tanah merupakan pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta otentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah, sebagaimana diatur dalam pasal 1 angka 1 PP Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan PPAT. Dengan demikian akta Pejabat Pembuat Akta Tanah dibuat oleh dan dihadapan pejabat umum yang diberi kewenangan untuk itu, maka akta PPAT merupakan akta otentik (Irawan Soerodjo,2003:44).

Menurut Irawan Soeradjo (2003:119) menteri dapat menunjuk pejabat-pejabat (Camat dan Kepala Desa) sebagai PPAT sementara atau PPAT khusus.

Menurut Pasal 5 ayat (3), Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998, Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) diangkat dan diberhentikan oleh Menteri dan diangkat untuk suatu daerah kerja tertentu, untuk melayani masyarakat dalam pembuatan akta PPAT di daerah yang belum cukup terdapat Pejabat Pembuat Akta Tanah untuk melayani golongan masyarakat tertentu dalam pembuatan akta


(34)

15

PPAT tertentu. Menteri dapat menunjuk pejabat-pejabat di bawah ini sebagai PPAT sementara atau PPAT khusus, yaitu:

1. Camat atau Kepala Desa untuk melayani pembuatan akta di daerah yang belum cukup terdapat PPAT sebagai PPAT Sementara.

2. Kepala Kantor Pertanahan untuk melayani pembuatan akta PPAT yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan program-program pelayanan masyarakat atau untuk melayani pembuatan akta PPAT tertentu bagi Negara sahabat berdasarkan atas resipositas sesuai pertimbangan dari Departemen Luar Negeri, sebagai PPAT Khusus.

D. Dasar Hukum Pengangkatan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)

Dasar hukum pengangkatan / penunjukan dan pemberhentian PPAT adalah: a. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah. b. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Pejabat

Pembuat Akta Tanah.

c. Peraturan Menteri Agraria / Kepala BPN Nomor 4 Tahun 1999 tentang ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan PPAT.

Syarat untuk dapat diangkat menjadi PPAT terdapat dalam pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan PPAT yaitu:

a. Berkewarganegaraan Indonesia. b. Berusia sekurang-kurangnya 30 tahun.


(35)

c. Berkelakuan baik yang dinyatakan dengan surat keterangan yang dibuat oleh instansi kepolisian setempat.

d. Belum pernah dihukum penjara karena melakukan kejahatan berdasarkan Putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

e. Sehat jasmani dan rohani.

f. Lulus program pendidikan spesialis notariat atau program pendidikan khusus PPAT yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan tinggi.

g. Lulus ujian yang diselenggarakan oleh kantor Menteri Negara Agraria / BPN.

E. Daerah Kerja PPAT

Daerah adalah suatu tempat seseorang melakukan aktifitas atau kegiatan dalam rangka mencapai tujuan untuk memberi pelayanan kepada yang memerlukan. Menurut Pasal 1 ayat (8) PP No.37 Tahun 1998 tentang PPAT daerah kerja adalah suatu wilayah yang menunjukan kewenangan seorang PPAT untuk membuat akta mengenai hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah susun yang terletak di dalamnya.

F. Tugas dan Wewenang PPAT

1. Tugas PPAT

Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah, mengatur bahwa “tugas pokok PPAT adalah melaksanakan sebagian pendaftaran tanah dengan membuat akta sebagai bukti telah dilakukan perbuatan hukum tertentu mengenai hak tanah atau hak


(36)

17

milik atas satuan rumah susun yang akan dijadikan dasar bagi pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah yang diakibatkan oleh perbuatan hukum itu. Perbuatan hukum yang dimaksud pada ayat (1) diatas adalah:

a. Jual-Beli. b. Tukar-Menukar. c. Hibah.

d. Pemasukan kedalam perusahaan. e. Pembagian hak bersama.

f. Pembagian hak guna bangunan / hak pakai atas tanah hak milik. g. Pemberian hak tanggungan.

h. Akta pemberian hak pakai atas tanah hak milik.

2. Wewenang PPAT

Mengenai wewenang Pejabat Pembuat Akta Tanah telah diatur didalam pasal 4 (empat) Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah, yaitu:

a. Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) hanya berwenang membuat akta mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun yang terletak didalam daerah kerjanya.

b. Akta tukar menukar, akta pemasukan kedalam perusahaan dan akta pembagian hak bersama mengenai beberapa hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah susun yang tidak semuanya terletak di dalam daerah kerja seorang PPAT, dapat dibuat oleh PPAT yang daerah kerjanya meliputi salah satu


(37)

bidang tanah atau satuan rumah susun yang haknya menjadi objek perbuatan hukum di dalam akta.

Berdasarkan pasal 39 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah, Pejabat Pembuat Akta Tanah dapat menolak membuat akta, yaitu bila:

a. Tidak menyerahkan sertifikat asli untuk tanah yang terdaftar.

b. Surat keterangan bahwa yang bersangkutan menguasai tanah tersebut (data fisik).

c. Salah satu pihak tidak berhak.

d. Pemegang kuasa adalah kuasa mutlak atau tidak berhak. e. Belum ada ijin jika ada keharusan.

f. Masih dalam sengketa data fisik dan data yuridis. g. Belum membayar biaya balik nama.

Berdasarkan pasal 5 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah, diatur mengenai penunjukan Camat sebagai PPAT sementara. Berkaitan dengan kewenangan Camat sebagai PPAT bertugas untuk melaksanakan perannya sebagai PPAT dibidang agrarian agar ditaati oleh masyarakat. Adapun tugas Camat di bidang agraria adalah: a. Camat harus menguasakan agar ketentuan-ketentuan dalam bidang agrarian

landreform, perjanjian bagi hasil dan transaksi tanahtetap di patuhi.

b. Dalam melaksanakan transaksi tanah antara lain jual-beli tanah, jual gadai warisan, Camat sebagai PPAT senantiasa bertindak menurut


(38)

ketentuan-19

ketentuan yang berlaku. Terutama dalam hal gadai agar tidak terjadi unsur pemerasan.

c. Tanpa mengurangin ketentuan-ketentuan yang di tetapkan oleh Pemerintah Daerah, Camat harus menjaga agar penggunaan atau pemilikan tanah pertanian atau tanah lainnya yang dimiliki oleh swasta dengan berpedoman pada Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.

d. Camat harus memperhatikan dan wajib membantu semua urusan agrarian, landreform, pendaftaran tanah dan pemeliharaan datanya, yang kegiatannya berada di Kecamatan, dan kongkretnya harus diadakan pemeriksaan dan penelitian terhadap sebidang tanah di wilayahnya.

e. Camat wajib berperan dalam panitia pemeriksaan tanah, yaitu untuk mengadakan pemeriksaan permohonan hak milik, hak pakai, hak penguasaan atas tanah Negara, untuk mencegah kekeliruan yang dapat menimbulkan sengketa dalam hal pemeriksaan Camat bekerja sama dengan Kepala Desa harus dianggap sebagai pejabat yang paling mengetahui riwayat keadaan tanah.

f. Karena jabatannya Camat ditunjuk sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah Sementara untuk wilayah kerjanya.

g. Dalam melaksanakan tugasnya sebagai PPAT, Camat berperan dalam menyelenggarakan suatu daftar dari akta-akta yang dibuatnya, menurut bentuk yang ditetapkan serta menyimpan yang asli dari akta yang dibuatnya, selain itu Camat sebagai PPAT wajib memperhatikan petunjuk yang diberikan oleh Pejabat yang berwenang, dengan memperhatikan syarat-syarat sebagai berikut:


(39)

1. Setiap pemindahan hak harus disertai sertifikat tanah yang bersangkutan. 2. Bilamana tanah tersebut belum dibukukan, harus disertai surat bukti hak

yang dibuat oleh Kepala Desa.

3. Tanah yang menjadi objek perjanjian tidak dalam sengketa. 4. Tanda bukti biaya pendaftaran.

h. Camat bertugas melakukan penyuluhan dan pengarahan kepada masyarakat tentang pentingnya pendaftaran tanah.

i. Camat sebagai PPAT bertugas dalam membantu Kepala Kantor Pertanahan dalam melaksanakan tugas pendaftaran tanah dengan membuat akta mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun yang akan dijadikan dasar perubahan data yuridis mengenai tanah tersebut. (Bayu Suryaningrat, 1981:82-84).

G. Pengertian Pendaftaran Tanah dan Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah

1. Pengertian Pendaftaran Tanah

Pasal 1 Butir (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah telah memberi rumusan mengenai Pendaftaran Tanah, dimana yang dimaksud dengan Pendaftaran Tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, yang meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satu rumah susun, termaksud pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas


(40)

21

satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang menbebaninya. (Boedi Harsono,1999 ; 491 ).

Salah satu tujuan diselenggarakan pendaftaran tanah adalah untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan, agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam rangka melakukan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah atau satuan rumah susun yang sudah terdaftar.

Peralihan hak atas tanah adalah merupakan pemindahan hak atas tanah dari seseorang kepada orang lain. Dengan demikian peralihan hak merupakan perbuatan hukum yang sengaja dilakukan dengan tujuan agar hak atas tanah berpindah dari yang mengalihkan kepada yang menerima peralihan.

Berdasarkan Pasal 20 ayat (2) Undang-undang Pokok Agraria bahwa hak milik dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain. Di sini ditemukan dua perkataan yang satu sama lain mempunyai pengertian yang berbeda, maksud dari beralih adalah suatu peristiwa pemindahan hak milik atas tanah tanpa sengaja atau tanpa adanya kemauan dari pemegang hak atas tanah tersebut disebabkan adanya suatu peristiwa hukum.

Dari uraian Pasal 20 UUAP, dapat disimpulkan bahwa sebab-sebab peralihan hak pada prinsipnya dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu:

1. Peralihan hak karena adanya perbuatan hukum yang sengaja dilakukan untuk mengalihkan suatu hak atas tanah, missalnya pemberian hak baru oleh pemerintah atau pemilik tanah, serta pemindahan atau penyerahan hak.


(41)

2. Peralihan hak karena adanya suatu peristiwa hukum yang dengan sendirinya mengakibatkan hak tersebut beralih.

2. Pengertian Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah

Dalam Pasal 1 angka 12 PP No. 24 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah telah memberikan rumusan mengenai pemeliharaan data pendaftaran tanah, dimana yang dimaksud dengan pemeliharaan data pendaftaran tanah adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk menyesuaikan data fisik dan data yuridis dalam peta pendaftaran, daftar nama, surat ukur, buku tanah dan sertifikat dengan perubahan-perubahan yang terjadi kemudian.

Data fisik dan data yuridis dijelaskan dalam Pasal 1 angka 6 dan 7 Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah, yaitu:

a. Angka 6: "Data fisik adalah keterangan mengenai letak, batas dan luas bidang tanah dan satuan rumah susun yang didaftar, termasuk keterangan mengenai adanya bangunan atau bagian bangunan diatasnya."

b. Angka 7: "Data yuridis adalah keterangan mengenai status hukum bidang tanah dan satuan rumah susun yang didaftar, pemegang haknya dan hak pihak lain serta beban lain yang membebaninya."

Pengaturan lebih lanjut mengenai pemeliharaan data pendaftaran tanah diatur dalam Pasal 94 ayat 1 Peraturan Pemerintah Menteri Negara Agraria Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 3 Tahun 1997 tentang ketentuan pelaksanaan PP No. 21 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah, yang berisikan:


(42)

23

Pemeliharaan data pendaftaran tanah dilaksanakan dengan perubahan data fisik dan atau data yuridis objek pendaftaran tanah yang telah terdaftar dengan mencatatnya di dalam daftar umum sesuai dengan ketentuan di dalam peraturan ini.

H. Pengertian Akta dan Akta Tanah

1. Pengertian Akta

Istilah Akta dalam bahasa Belanda disebut acte/akte dan dalam bahasa Inggris disebut act. Pada umumnya mempunyai dua arti, yaitu:

1. Perbuatan Hukum (recht handeling)

2. Suatu tulisan yang dibuat sebagai alat bukti perbuatan hukum yaitu beberapa tulisan yang ditujukan kepada pembuktian sesuatu.

Menurut pendapat R. Subekti dan Tjitrososoedibio pengertian akta adalah perbuatan yang merupakan penjabaran dari kata Actum (Kamus ; Hukum, 1980:9). Pada dasarnya akta merupakan surat tanda bukti berisi pernyataan (keterangan, pengakuan, keputusan) resmi yang dibuat menurut peraturan yang berlaku, disaksikan dan disahkan oleh Notaris atau pejabat pemerintah yang berwenang.

Menurut Abdulkadir Muhammad (1986:135) akta adalah surat yang bertanggal dan diberi tandatangan, yang memuat peristiwa-peristiwa yang menjadi dasar suatu hak atau perikatan yang digunakan untuk pembuktian.

Berdasarkan pengertian diatas, tidak semua surat dapat disebut akta, melainkan hanya surat-surat tertentu yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:


(43)

1. Surat itu harus ditandatangani

2. Surat itu harus memuat peristiwa yang menjadi dasar dari suatu hak dan perikatan.

3. Surat itu harus diperuntukkan sebagai alat bukti.

2. Pengertian Akta Tanah

Akta tanah merupakan bagian dari surat, sedangkan yang dimaksud dengan surat adalah serangkaian kata-kata dalam bentuk tulisan yang mengandung maksud tertentu dari pembuatannya dan bersifat umum. Kata akta tanah menunjuk ruang lingkup dari kegiatan yang dilakukan oleh pejabat yang bersangkutan, tentang bentuk objek dan hasilnya juga merupakan kegiatan pemerintahan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Adapun kegunaan akta tanah adalah: 1. Sebagai syarat formalitas

Maksudnya apabila akta itu tidak ada atau tidak dapat diperlihatkan maka dapat diganti dengan pengakuan langsung dari orang yang seharusnya dan dari siapa akta itu diperlukan.

2. Sebagai alat bukti umum

Maksudnya apabila dikemudian hari timbul suatu masalah mengenai tanah tersebut maka akta tanah tersebut dapat digunakan sebagai bukti bagi pihak-pihak yang bersangkutan.


(44)

25

Maksudnya adalah bahwa untuk melakukan suatu perbuatan hukum harus dibuktikan dengan akta. Jadi tanpa dibuktikan dengan akta perbuatan hokum tersebut dianggap tidak pernah terjadi.

I. Jenis-jenis Akta

Berdasarkan Pasal 1867 KUHPerdata, akta dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu Akta Autentik dan akta dibawah tangan. Berikut ini akan diuraikan masing-masing jenis akta tersebut:

1. Akta Autentik

Menurut Sudikno Mertokusumo (1982:19) akta autentik adalah akta yang dibuat oleh pejabat yang diberi wewenang untuk itu oleh penguasa, membuat ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan, baik dengan maupun tanpa bantuan dari yang berkepentingan yang mencatat apa yang dimintakan untuk dibuat di dalamnya oleh yang berkepentingan. Akta autentik terutama memuat keterangan seorang pejabat yang menerangkan apa yang dilakukannya dan dilihat dihadapannya. Sedangkan Soegondo Notodisoerjo (1993:42) menyatakan bahwa akta autentik adalah akta yang dibuat dan diresmikan dalam bentuk menurut hukum oleh atau dihadapan pejabat umum yang berwenang untuk berbuat demikian, ditempat dimana akta itu dibuat.

Dari pendapat-pendapat diatas, dapat diketahui bahwa akta autentik itu mengandung beberapa unsur pokok, yaitu:

a. Akta itu dibuat dan diresmikan dalam bentuk tertentu menurut hokum. b. Akta itu dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum.


(45)

c. Akta itu dibuat oleh atau dihadapan pejabat yang berwenang, membuatnya di tempat dimana akta itu dibuat, jadi akta itu harus dibuat di tempat wewenang pejabat yang membuatnya.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa akta merupakan bukti yang sempurna apabila akta tersebut mempunyai 3 (tiga) daya bukti, yaitu:

a. Daya Bukti Lahir yaitu apabila akta itu memang kelihatan dan memiliki tanda-tanda akta yang dibuat sebagai bukti diantara para pihak.

b. Daya Bukti Formil yaitu mengenai apakah keterangan dalam akta itu sesuai dengan apa yang diterangkan oleh yang menerangkan dan yang menurunkan tanda tangan dalam akta itu.

c. Daya Bukti materil yaitu mengenai apa yang diterangkan dalam akta itu terjadi dan dilakukan.

2. Akta dibawah tangan

Akta dibawah tangan adalah akta yang sengaja dibuat untuk dibuktikan oleh para pihak tanpa bantuan dari seorang pejabat (Sudikno Merokusumo, 1982:120) Bila akta autentik adalah suatu akta yang dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum yang ditentukan oleh Undang-undang, maka akta dibawah tangan dikatakan sebagai suatu akta yang dibuat tidak dihadapan pegawai umum melainkan dibuat dan ditandatangani si pembuat dengan maksud agar surat itu dapat dipergunakan sebagai alat pembuktian.

Undang-undang menentukan bahwa akta dibawah tangan dapat merupakan alat bukti yang lengkap sepanjang tanda tangan itu sah, apabila tanda tangan atau tulisan tersebut dipungkiri maka proses pemeriksaan harus diselesaikan


(46)

27

terlebih dahulu. Apabila tanda tangan sudah diakui, maka akta dibawah tangan itu memberikan suatu bukti yang sempurna terhadap orang-orang yang menandatanganinya seperti suatu akta autentik.

Dari 2 (dua) jenis akta tersebut diatas, akta yang dibuat PPAT adalah akta autentik karena akta tersebut dibuat oleh atau dihadapan pejabat yang ditunjuk instansi berwenang yaitu Camat. Di dalam akta autentik memuat penjelasan sebagai berikut:

a. Pihak yang turut serta.

b. Para ahli waris atau orang-orang yang mendapat hak. (Prof. R. Subekti,SH dan R. Tjitrosudibio:1996)

J. Kerangka Pikir

Peranan Camat merupakan kegiatan manajemen yang berupa pekerjaan untuk menguraikan sedemikian rupa sehingga pekerjaan tersebut bisa terlaksana sesuai dengan rencana dan tujuan bersama.

Peranan aparat kecamatan sangatlah penting terutama peranan Camat sebagai PPAT dalam Peraturan Pemerintah Nomor 37 tahun 1998 Tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah, di dalam Pasal 5 ayat (3) diatur mengenai penunjukan Camat sebagai PPAT sementara. Berkaitan dengan kewenangan Camat sebagai PPAT bertugas untuk melaksanakan perannya sebagai PPAT di bidang agraria. Kemudian di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997


(47)

Tentang Pendaftaran Tanah khususnya pada Pasal 12 tentang Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah.

Berdasarkan uraian di atas apabila dituliskan dalam sebuah kerangka pikir maka dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1 KERANGKA PIKIR

Peraturan Pemerintahan Nomor 24 Tahun 1997 tentang

Pendaftaran Tanah

Pasal 12 tentang Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah Peraturan Pemerintahan

Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat

Pembuat Akta Tanah

Pasal 5 ayat (3) diatur mengenai penunjukkan Camat sebagai

PPAT Sementara

Pasal 2 tentang Tugas Pokok dan Kewenangan PPAT

Peranan Camat sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dalam Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah


(48)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Peneliti berusaha untuk menggambarkan peranan Camat sebagai PPAT dalam pemeliharaan data pendaftaran tanah sehingga tergolong ke dalam penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat serta situasi-situasi, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena sosial (Hasan, 2004 : 13).

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang yang dialami oleh subyek penelitian misalnya prilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu kontek khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Maleong, 2004:6).

Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan metode penelitian deskriptif adalah metode penelitian untuk merumuskan sebuah gambaran yang tersusun secara sistematis, faktual dan akurat mengenai kejadian nyata, sifat-sifat serta hubungan fenomena yang akan diteliti yang pada akhirnya dapat mengungkapkan suatu kebenaran. Melalui metode


(49)

deskriptif dengan pendekatan kualitatif diharapkan akan mampu memberikan gambaran bagaimana kualitas pelayanan dalam proses pembuatan

B. Fokus Penelitian

Pentingnya fokus penelitian dalam penelitian kualitatif adalah untuk membatasi studi dan bidang kajian penelitian. Menurut Sugiyono (2006:233) batasan masalah dalam penelitian kualitatif disebut dengan fokus, yang berisi pokok masalah yang masih bersifat umum. Tanpa adanya fokus penelitian, maka peneliti akan terjebak pada melimpahnya volume data yang diperolehnya di lapangan. Karena itu, fokus penelitian memiliki peranan yang sangat penting dalam membimbing dan mengarahkan jalannya penelitian melalui fokus penelitian ini, suatu informasi di lapangan dapat di pilah-pilah sesuai dengan konteks permasalahan, sehingga rumusan masalah dan fokus penelitian saling berkaitan karena permasalahan penelitian dijadikan acuan penentuan fokus penelitian. Meskipun fokus dapat berubah dan berkurang sesuai dengan kata yang ditentukan di lapangan.

Penelitian ini menitikberatkan pada wujud pelaksanaan Peranan Camat Sebagai PPAT Dalam Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah. Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah dan juga berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 37 tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah, peranan dapat diwujudkan dengan melakukan perencanaan dan penyusunan program kerja, pelaksanaan dan pemantauan, serta evaluasi dan laporan. Dalam penelitian ini, peranan yang akan dilihat adalah pada aspek pelaksanaan dan pemantauan yang dalam penelitian ini


(50)

31

akan melihat sejauhmana pelaksanaan tertib pertanahan maupun peranan camat di bidang agraria.

Dalam PP No.24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah disebutkan dalam Pasal 12 bahwa Pemeliharaan data pendaftaran tanah adalah kegiatan pendaftaran untuk menyesuaikan data fisik dan data yuridis dalam peta pendaftaran, daftar tanah, daftar nama, surat ukur, buku tanah, dan sertifikat dengan perubahan-perubahan yang terjadi kemudian. Sedangkan dalam PP No. 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah disebutkan bahwa tugas pokok PPAT adalah melaksanakan sebagian pendaftaran tanah dengan membuat akta sebagai bukti telah dilakukan perbuatan hukum tertentu mengenai hak tanah atau hak bagi pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah yang diakibatkan oleh perbuatan hukum itu. Perbuatan hukum mengenai peranan Camat yang dimaksud pada ayat (1) tersebut adalah: Jual-Beli, Tukar Menukar, Hibah, Pemasukkan kedalam perusahaan, Pembagian hak bersama, Pembagian Hak Guna Bangunan/Hak Pakai atas tanah Hak Milik, Pemberian Hak Tanggungan, dan Pemberian kuasa membebankan Hak Tanggungan.

Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah (PP) No.24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, khususnya pada Pasal 12 tentang Pemeliharaan data pendaftaran tanah dan juga berdasarkan pada Peraturan Pemerintah (PP) No.37 Tahun 1998 tentang Peranan Camat sebagai PPAT Sementara tersebut, penulis memilih fokus penelitian pada dua obyek utama, yaitu Jual-Beli dan Peralihan hak karena pewarisan. Alasan penulis memilih dua obyek tersebut sebagai fokus penelitian adalah mempertimbangkan kondisi geografis, demografi, sosial budaya,


(51)

dan sejarah Kecamatan Batanghari Nuban Kabupaten Lampung Timur. Selain itu, penulis mendapat informasi dari Kepala Seksi Pemerintahan Kecamatan Batanghari Nuban mengenai sejarah pencatatan pendaftaran tanah di kecamatan tersebut, bahwa dalam proses pemeliharaan pendaftaran tanah di Kecamatan Batanghari Nuban, faktor-faktor yang sering menjadi penyebab terjadinya pemeliharaan data pendaftaran tanah adalah yang disebabkan peralihan hak karena jual-beli dan peralihan hak karena pewarisan. Kedua faktor ini menjadi kasus yang paling sering muncul dalam proses pemeliharaan data pendaftaran tanah di berbagai kecamatan di Lampung Timur. Sehingga dengan mempertimbangkan pada aspek-aspek tersebut, maka penulis memfokuskan penelitian pada proses pemeliharaan data pendaftaran tanah karena jual-beli dan peralihan hak karena pewarisan.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di Kecamatan Batanghari Nuban Kabupaten Lampung Timur, dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut memiliki permasalahan yang relevan dengan judul dan mudah di jangkau. Selain itu banyak proses pembelajaran di bidang pemerintahan yang dapat di ambil manfaatnya. Selain itu peneliti menilai dan sedikit melihat bagaimana cara pemeliharaan data pendaftaran tanah yang mekanismenya di lakukan di Desa Kedaton 1 Batanghari Nuban Kecamatan Batanghari Nuban Kabupaten Lampung Timur.


(52)

33

D. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini di bagi menjadi dua yaitu : 1. Data Primer

Data primer di peroleh secata langsung dari lokasi penelitian, baik melalui pengamatan langsung oleh peneliti di lapangan yang berawal dari sumber awal atau asli dan catatan yang di peroleh peneliti yang relevan dengan permasalahan serta hasil wawancara. Pada penelitian ini yang menjadi sumber data adalah Aparat Kecamatan Batanghari Nuban (Camat, Sekretaris Camat, Kepala Seksi Pemerintahan), Kepala Kantor Pertanahan BPN Lampung Timur, Kepala Seksi Sengketa dan informan yang melaksanakan pemeliharaan data pendaftaran tanah. Informan ini dipilih secara sengaja dengan mempertimbangkan bahwa mereka dapat memberikan informasi yang akurat tentang hal-hal yang ingin diketahui oleh peneliti menyangkut obyek penelitian. Dengan kata lain yang dijadikan informan adalah mereka yang berkompeten dan mengetahui permasalahan yang diteliti oleh penulis. Hasil wawancara penelitian terhadap para informan serta catatan-catatan peneliti selama melakukan observasi pada bulan Februari hingga Maret 2009.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data pendukung yang digunakan sebagai penunjang data primer. Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen, bahan-bahan pustaka, kutipan para ahli yang dikutip dari literatur, dll. Data sekunder dari penelitian ini berupa formulir, yang mekanismenya atau prosedurnya dilakukan di


(53)

desa. Kemudian dalam pelaksanaannya dilakukan di kecamatan oleh Camat selaku PPAT.

E. Sumber Informasi

Sumber informasi dalam pelaksanaan penelitian ini adalah pihak-pihak yang berkompeten dan mengetahui permasalahan yang di teliti oleh penulis, adapun yang menjadi sumber informasi dalam penelitian ini adalah:

a. Camat Batanghari Nuban Kabupaten Lampung Timur : Dwi Sutrisno

b. Sekretaris Camat Batanghari Nuban Kabupaten Lampung Timur : Drs. Umar Dani

c. Kepala Seksi Pemerintahan Batanghari Nuban Kabupaten Lampung Timur : H. Sardono. AP, S. Pd.

d. Kepala Kantor Pertanahan BPN Kabupaten Lampung Timur : Istamar, S.H, M.B.A

e. Kepala Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara : Suhadi, A. Ptnh.

f. Masyarakat yang telah melakukan pendaftaran tanah: 1. Darmo Yatman (Dusun 2).

2. Kasim (Dusun 2). 3. Parino (Dusun 2). 4. Giman (Dusun 2). 5. Yatmin (Dusun 3). 6. Tri Jumiatun (Dusun 3).


(54)

35

F. Teknik Pengumpulan Data

Data di lapangan yang diperlukan, dikumpulkan dengan teknik tertentu yang disebut teknik pengumpulan data, teknik pengumpulan data ini disusun melalui alat bantu yang disebut instrumen penelitian. Teknik pengumpulan data digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Observasi

Teknik ini digunakan untuk mengamati objek penelitian langsung serta meninjau lokasi yang menjadi objek penelitian, dalam teknik atau kegiatan ini dilakukan juga kegiatan pencatatan tentang berbagai hasil pengamatan, gejala-gejala bagaimana peranan Camat sebagai PPAT dalam pemeliharaan data pendaftaran tanah atas tanah di Kecamatan Batanghari Nuban Kabupaten Lampung Timur. Peneliti melakukan pengamatan secara langsung dan melakukan pencatatan data atau informasi secara sistematis terhadap objek penelitian. Observasi awal dilakukan peneliti pada bulan Oktober 2008 dan observasi pada saat peneliti turun lapangan pada bulan Februari hingga Maret 2009.

2. Wawancara

Teknik ini digunakan dengan cara melakukan tanya jawab atau percakapan langsung dengan seluruh sumber informasi yang ada berdasarkan daftar pertanyaan yang diajukan oleh peneliti sebagai panduan sumber data. Wawancara diartikan sebagai suatu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan tanya jawab tatap muka secara langsung antara pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan (Interview


(55)

Guide) panduan wawancara (Moh. Nazir,2003:193). Wawancara dilakukan pada akhir bulan Februari dan awal bulan Maret tahun 2009.

3. Dokumentasi

Pengumpulan data yang berasal dari Kantor Kecamatan Batanghari Nuban Kabupaten Lampung Timur dan Kantor Pertanahan Nasional Kabupaten Lampung Timur.

G. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari lapangan, selanjutnya di olah melalui beberapa tahapan:

1. Editing

Editing adalah kegiatan memeriksa hasil wawancara yang telah dilakukan dengan pihak Aparat Kecamatan, Aparat Kantor Pertanahan Nasional dan masyarakat yang membuat akta jual beli tanah megenai Peranan Camat sebagai PPAT dalam pendaftaran tanah di Kecamatan Batanghari Nuban Kabupaten Lampung Timur.

2. Interprestasi Data

Interprestasi Data yaitu memberikan penafsiran atau penjabaran atas hasil wawancara dengan pihak aparat Kecamatan, aparat Kantor Pertanahan Nasional dan masyarakat yang melakukan pemeliharaan data pendaftaran tanah untuk di cari makna yang lebih mendalam.


(56)

37

H. Teknik Analisis Data

Analisis data pada penelitian kualitatif meliputi tahap-tahap sebagai berikut (Milles dan Huberman, 1992:16-20):

1. Reduksi data yaitu data yang di peroleh di lokasi penelitian (data lapangan) yang dituangkan dalam uraian atau laporan yang lengkap dan terperinci. Jawaban yang diperoleh dari lapangan dikelompokkan berdasarkan pertanyaan, jawaban yang sama dan berbeda dipisahkan dan menentukan temannya. Reduksi data dilakukan selama proses pengumpulan data berlangsung.

2. Penyajian data, merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan melihat penyajian, dapat dipahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan atas pemahaman yang di dapat dari penyajian data-data tersebut.

3. Penarikan kesimpulan, peneliti melakukan verifikasi secara terus menerus sepanjang proses penelitian berlangsung. Yaitu sejak awal memasuki lokasi penelitian dan selama proses pengumpulan data. Peneliti berusaha untuk menganalisis data yang di peroleh kemudian diwujudkan dalam suatu kesimpulan yang tentatif.


(57)

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam Bab. V, maka kesimpulan yang diambil dalam penelitian ini adalah:

1. Dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan PP No. 37 Tahun 1998 dan PP No. 24 Tahun 1997, peranan Camat Batanghari Nuban Kabupaten Lampung Timur sebagai PPAT Sementara pada prakteknya meliputi dua hal yaitu: Peranan Camat Sebagai PPAT Sementara dalam Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah karena Transaksi Jual-Beli dan Peranan Camat Sebagai PPAT Sementara dalam Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah karena Hak Waris (Pewarisan). Selain itu, Peranan Camat Sebagai PPAT Sementara juga terwujud dalam melakukan penyuluhan kepada masyarakat akan pentingnya pembuatan akta mengenai hak atas tanah dan dilakukan oleh pejabat yang berwenang yaitu Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT).

2. Camat sebagai PPAT dalam pemeliharaan data pendaftaran tanah pada prakteknya menemukan berbagai hambatan yaitu adanya anggapan bahwa untuk mengurus pendaftaran tanah baik untuk pertama kali maupun pemeliharaan datanya harus melalui proses yang sulit, lamanya proses pengecekan di Kantor Pertanahan, Kurangnya sarana dan prasarana yang


(58)

82

dibutuhkan, dan kurangnya sosialisasi kepada masyarakat tentang pendaftaran tanah.

3. Secara keseluruhan camat telah cukup baik melaksanakan perannya sebagai PPAT Sementara meskipun masih ada beberapa kekurangan yang terjadi pada prakteknya. Kekurangan tersebut antara lain terletak pada proses pemeriksaan objek apakah benar-benar tidak dalam sengketa atau jaminan, proses penandatangan akhir pada Akta yang tidak lengkap, dan mengenai biaya administasi yang dikeluarkan. Sebab sampai saat ini belum ada peraturan resmi yang mengatur tentang biaya pembuatan Akta Tanah dan masalah ini bergantung pada kebijakan masing-masing kecamatan. Sehingga pada prakteknya dikhawatirkan akan muncul praktek korupsi dalam proses pemeliharaan data pendaftaran tanah.

B. Saran

Untuk menjamin kepastian hukum hak atas tanah serta membantu program Pemerintah mewujudkan tertib Hukum Pertanahan, maka saran yang diberikan adalah:

1. Pendaftaran tanah dan pemeliharaan datanya sebagai rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah, memerlukan dukungan dan peran Camat sebagai PPAT serta Kantor Pertanahan dalam melakukan tugas dan jabatannya secara profesional dan bertanggungjawab. Camat sebagai PPAT Sementara harus bersikap lebih cermat, teliti dan profesional dalam menjalankan tugasnya, sehingga data yang disajikan dalam Akta Tanah kredibel dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.


(59)

2. Agar masyarakat tidak mengalami kesulitan dalam mendaftarkan tanahnya, perlu diadakan sosialisasi atau penyuluhan yang lebih detail dan terencana kepada masyarakat tentang Pendaftaran Tanah, terutama mengenai ketentuan biaya dan jangka waktu proses pendaftaran tanah dengan jelas dan transparan. Dalam hal ini perlu dibuat peraturan tertulis yang sah di mata hukum mengenai biaya pembuatan Akta-akta Tanah. Sehingga praktek korupsi yang mungkin terjadi dalam proses pemeliharaan data pendaftaran tanah dapat dihindarkan.


(60)

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kedudukan Camat Sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)

Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) adalah pejabat umum yang diberi kewenangan untuk mengkonstantir suatu perbuatan hukum atas tanah antara pihak-pihak yang berkepentingan untuk dituangkan dalam bentuk Akta. Pengertian 'membantu' Kepala Kantor Pertanahan dalam melaksanakan tugas pendaftaran tanah adalah dengan membuat akta mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun yang merupakan alat bukti yang dijadikan sebagai dasar pendaftaran perubahan data yuridis mengenai data tersebut.

Pada dasarnya pengangkatan Pejabat Pembuat Akta Tanah oleh pejabat yang berwenang bukan untuk kepentingan diri pejabat itu sendiri, tetapi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang memerlukan alat bukti tertulis otentik dan perbuatan hukum yang dilakukan oleh mereka yang berkepentingan.

Sebagai pejabat yang bertugas di bidang agraria, maka jabatan PPAT selalu diartikan dengan suatu wilayah tertentu yang menjadi wilayah kerjanya. Pada prinsipnya di dalam suatu wilayah kecamatan ada seorang Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Dalam hal-hal tertentu dapat dikecualikan seorang PPAT mempunyai daerah kerja lebih dari satu wilayah. Namun untuk suatu wilayah yang belum dipenuhi formasi pengangkatan PPAT, maka dapat ditunjuk Camat


(61)

sebagai PPAT sementara. Jika di Kecamatan tersebut kemudian diangkat seorang PPAT, maka Camat tersebut masih tetap menjadi PPAT sementara sampai berakhir masa tugasnya.

Kedudukan Camat sebagai PPAT sementara juga ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 Tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah. Dalam Bab III yang menjelaskan tentang pengangkatan dan pemberhentian PPAT, pada Pasal 5 Ayat 3 disebutkan bahwa:

Untuk melayani masyarakat dalam pembuatan akta PPAT di daerah yang belum cukup terdapat PPAT atau untuk melayani golongan masyarakat tertentu dalam pembuatan akta PPAT tertentu, Menteri dapat menunjuk pejabat-pejabat di bawah ini sebagai PPAT Sementara atau PPAT Khusus:

a. Camat atau Kepala Desa untuk melayani pembuatan akta di daerah yang belum cukup terdapat PPAT, sebagai PPAT Sementara.

b. Kepala Kantor Pertanahan untuk melayani pembuatan akta PPAT yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan program-program pelayanan masyarakat atau untuk melayani pembuatan akta PPAT tertentu bagi negara sahabat berdasarkan asas resiprositas sesuai pertimbangan dari Departemen Luar Negeri sebagai PPAT khusus

Dalam pengangkatan camat sebagai PPAT sementara, pengambilan sumpah jabatan sebagai PPAT sementara dilakukan oleh Kepala Kantor Pertanahan. Hal ini dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 Tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah. Di dalam Bab IIV yang berisi tentang sumpah jabatan PPAT, pada Pasal 16 Ayat 5 disebutkan bahwa:


(62)

47

Pengambilan sumpah jabatan sebagai PPAT Sementara bagi Kepala Desa dilakukan oleh dan atas prakarsa Kepala Kantor Pertanahan di Kantor Kepala Desa yang bersangkutan setelah Kepala Kantor Pertanahan menerima tembusan penunjukkan Kepala Desa tersebut sebagai PPAT Sementara

B. Peranan Camat Sebagai PPAT Sementara Dalam Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah

Sebelum dibahas lebih mendalam mengenai peranan Camat sebagai PPAT Sementara dalam pemeliharaan data pendaftaran tanah, akan dijelaskan lebih dahulu mengenai sebab-sebab yang mengharuskan dilakukannya pendaftaran hak atas tanah dan perlunya pemeliharaan data atas pendaftaran tanah tersebut.

Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Pasal 1 Butir (1) tentang Pendaftaran Tanah dijelaskan bahwa pendaftaran tanah adalah rangkaian rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, yang meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satu rumah susun, termaksud pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.

Dalam penyajian data pendaftaran tanah sebagai daftar umum terdapat berbagai perincian mengenai data pendaftaran tanah tersebut. Hal ini dijelaskan dalam hasil


(63)

wawancara dengan Kepala Kantor Pertanahan BPN Kabupaten Lampung Timur, Bapak Istamar, S.H., M.B.A.:

" Penyajian data pendaftaran tanah sebagai daftar umum terdiri atas berbagai unsur yang memuat informasi dan mendukung bukti-bukti pengakuan hak atas tanah tersebut. Data tersebut terdiri atas: peta pendaftaran tanah, daftar tanah, surat ukur, buku tanah, dan daftar nama."

Penjelasan mengenai unsur-unsur yang tertuang dalam data pendaftaran tanah tersebut adalah:

a. Peta Pendaftaran Tanah adalah peta yang menggambarkan bidang atau bidang tanah untuk keperluan pendaftaran tanah.

b. Daftar Tanah yaitu dokumen dalam bentuk daftar yang memuat identitas bidang tanah dengan sistem penomoran.

c. Surat Ukur adalah dokumen yang memuat data fisik suatu bidang tanah dalam bentuk peta dan uraian yang diambil datanya dari peta pendaftaran tanah d. Buku Tanah yaitu dokumen dalam bentuk daftar yang memuat data yuridis

dan data fisik suatu obyek pendaftaran tanah yang sudah ada haknya.

e. Daftar Nama adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat keterangan mengenai penguasaan tanah dengan suatu hak atas tanah, atau hak pengelolaan, dan mengenai kepemilikan hak atas satuan rumah susun oleh orang perseorangan, atau badan hukum tertentu.

Kepala Kantor Pertanahan BPN Kabupaten Lampung Timur, Bapak Istamar, S.H., M.B.A. juga menjelaskan bahwa:


(64)

49

" Salah satu tujuan diselenggarakannya pendaftaran tanah adalah untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan, agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam rangka melakukan tindakan hukum mengenai bidang-bidang tanah atau satuan rumah susun yang sudah terdaftar tersebut."

Sehingga dengan dilakukan pendaftaran tanah, akan terselenggara tertib administrasi pertanahan yang baik, dan dapat menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan, agar dengan mudah diperoleh data yang diperlukan dalam rangka melakukan tindakan hukum mengenai bidang-bidang tanah atau satuan rumah susun yang sudah terdaftar tersebut. Dengan demikian segala perselisihan mengenai penguasaan hak milik atas tanah dan hak-hak atas tanah lainnya dapat dihindarkan dan diselesaikan dengan memberikan jaminan kepastian hukum yang jelas.

Secara umum, pemeliharaan data pendaftaran tanah dilakukan apabila terjadi perubahan data fisik atau data yuridis terhadap objek pendaftaran tanah yang telah terdaftar. Hal ini dijelaskan oleh Bapak Istamar, S.H., M.B.A. selaku Kepala Kantor Pertanahan BPN Kabupaten Lampung Timur:

"Berdasarkan PP Nomor 24 Tahun 1997 Pasal 12, pemeliharaan data pendaftaran tanah dilakukan apabila terjadi perubahan data fisik atau data yuridis objek pendaftaran tanah yang telah terdaftar. Perubahan data fisik dan data yuridis objek pendaftaran tanah tersebut dicatat didalam daftar umum sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah tentang pendaftaran tanah."


(65)

Sedangkan yang dimaksud dengan data fisik dan data yuridis dijelaskan juga oleh Bapak Istamar, S.H., M.B.A. selaku Kepala Kantor Pertanahan BPN Kabupaten Lampung Timur:

"Berdasarkan PP No. 24 tahun 1997 Pasal 1 butir 6 dan 7 tentang pendaftaran tanah, data fisik adalah keterangan mengenai letak, batas dan luas bidang tanah dan satuan rumah susun yang didaftar, termasuk keterangan mengenai adanya bangunan atau bagian bangunan diatasnya. Sedangkan data yuridis adalah keterangan mengenai status hukum bidang tanah dan satuan rumah susun yang didaftar, pemegang haknya dan hak pihak lain serta beban lain yang membebaninya."

Kemudian Bapak Hi. Sardono AP, S.P.d selaku Kepala Seksi Pemerintahan Batanghari Nuban Kabupaten Lampung Timur menjelaskan mengenai beberapa faktor penyebab perlunya pemeliharaan data pendaftaran tanah dalam petikan wawancara berikut:

"Dalam pemeliharaan data pendaftaran tanah, disebabkan oleh berbagai faktor seperti pemeliharaan data karena pemindahan hak yang tidak melalui lelang atau hak melalui lelang, peralihan hak karena jual-beli, tukar-menukar, dan hibah, peralihan hak karena pewarisan, penggabungan atau peleburan perseroan atau koperasi, pembebanan hak, perpanjangan jangka waktu hak atas tanah, pemecahan, pemisahan, dan penggabungan bidang tanah, karena penolakan pendaftaran peralihan dan pembebanan hak, pembagian hak bersama, hapusnya hak tanggungan, hapusnya hak atas tanah , hak pengelolaan, dan hak milik atas satuan rumah susun, perubahan nama dan berdasarkan putusan atau penetapan ketua pengadilan."


(1)

Motto

Hari ini, esok, dan seterusnya berusahalah

untuk terus berkembang

Hiduplah dari, oleh, dan hanya untuk Allah SWT Sang Khalik

Maha Mulia

Allah kelak akan memberikan kelapangan

sesudah kesempitan

(QS. Ath-Thalaq : 7)

Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan

(QS. Al-Insyirah : 5-6)


(2)

Persembahan:

Bismillahirrohmaanirrohiim.

Dengan penuh ketulusan dan kerendahan hati,

kupersembahkan karya kecilku ini sebagai tanda bakti,

sayang dan cintaku kepada:

Ibuku tercinta

Ayahku tersayang

Kakak dan Adikku tersayang

Keponakanku tersayang

Kekasihku tersayang

Sahabat-sahabatku

Semua orang yang menunggu kesuksesanku

Almamaterku tercinta


(3)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam juga selalu tercurah kepada junjungan dan teladan seluruh alam, Nabi Muhammad SAW.

Judul yang diambil dalam skripsi ini adalah: Peranan Camat sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dalam Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah (Studi di Kecamatan Batanghari Nuban Kabupaten Lampung Timur), yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan Universitas Lampung. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Hi. Aman Toto Dwijono, M.H., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung, sekaligus selaku Pembahas yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan selama proses penyusunan skripsi ini

3. Bapak Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.


(4)

4. Bapak Drs. Yana Ekana P.S, M.Si. selaku dosen Pembimbing Akademik sekaligus Pembimbing Utama yang telah berkenan meluangkan waktu dan perhatian, memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini.

5. Seluruh Dosen FISIP khususnya Jurusan Ilmu Pemerintahan, terimakasih untuk segala ilmu dan bantuan yang telah diberikan.

6. Seluruh Staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung, Ibu Riyanti, Mbak Siti, Mas Dwi, dan karyawan-karyawan lain yang telah memberikan bantuannya selama ini.

7. Bapak Dwi Sutrisno selaku Camat Batanghari Nuban Kabupaten Lampung Timur.

8. Bapak Drs. Umar Dani selaku Sekretaris Camat Batanghari Nuban Kabupaten Lampung Timur.

9. Bapak Hi. Sardono AP, S.Pd. selaku Kepala Seksi Pemerintahan Batanghari Nuban Kabupaten Lampung Timur

10. Bapak Drs. Istamar, S.H., M.B.A. selaku Kepala Kantor BPN Kabupaten Lampung Timur

11. Bapak Suhadi, A. Ptnh., selaku Kepala Seksi Sengketa konflik dan perkara Kantor BPN Kabupaten Lampung Timur.

12. Kedua orangtuaku tercinta Ayah Serda Sukardi Alwi dan Ibu Suyati atas segala curahan kasih sayang, dukungan dan do'a yang tak pernah putus untuk ananda selama ini.

13. Kakakku tersayang, Okta Indrawati, S.E. dan Adikku tersayang Fitriana Rahmawati, Kakak Iparku Gunawan Jaya, A.Md., dan keponakanku tersayang


(5)

si cantik Chalisa Kullusachstya Gunawan. Terimakasih atas segala do'a, dukungan dan kasih sayang selama ini.

14. Belahan jiwa-ku Briptu Alex Kurniadi, terimakasih selama lima tahun ini selalu mendampingi dan mengisi hari-hari ku dalam suka dan duka, juga atas bantuan dan dukungan nya dalam proses penyusunan skripsi ini.

15. Sahabatku Muharrama Istnaini Andika Poeloen, S.E., terimakasih atas bantuan dan dukungannya selama proses penyusunan skripsi ini (Maaf ya kalau selama ini aku sering menyusahkan dirimu).

16. Teman seperjuangan-ku Dede Maya Umaya, Verdiana Oktarianti, Indah Yuliyanti, dan Sukma Wulan (Walau kita belum lama bersahabat, tetapi segala kebaikan dan bantuan dari kalian sungguh sangat berharga, terimakasih ya sahabat-sahabat ku).

17. Istiara Madyasari Rustam, S.Kom., M.M. (Terimakasih ya cinta buat semuanya), Mbak Yuli (terimakasih buat nasehat dan bantuannya selama aku penelitian di Lampung Timur, semoga selalu bahagia dengan keluarga kecilnya). Juga untuk sahabat-sahabatku Meri Martalia (Terimakasih ya say buat kasih sayangnya selama ini), Maya, Vita, Mala, Meriza, Sinta, Mitha, Arif, Bayu, Ira Sukma Yuliana, dan Pepi (Terimakasih ya).

18. Teman-teman Ilmu Pemerintahan angkatan 2004 Non Reguler: Risma, Holva, Nani, Martha, Yuyun, Gita, Tina, Heppy, Dini, Aang, Komeng, Cing He, Ari, Singgih, Andi, Arlan, Wendy, Reza, Yusep, Tuying, dan Bachtiar.

19. Adik-adik tingkatku Ilmu Pemerintahan Angkatan 2005-2006 Non Reguler khususnya: Ira, Icha, Johan, Reja, Aziz, Apriana, Nesya, Ross, dan Dani. (Terimakasih atas bantuan dan dukungannya ya).


(6)

20. Serda Syawal, Serda Gatot Subroto, Kak Tatang Agung Pranoto, Kak Rudianto Ahad, Kak Ahnar, Abang Dede Anwar dan Ujung Saputra (Terimakasih buat kakak-kakakku untuk do'a dan dukungannya).

21. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini

Semoga Allah SWT membalas segala budi baik yang telah mereka berikan kepada penulis.

Bandar Lampung, Desember 2010 Penulis,