Dari gambar 4.3 dapat dilihat bahwa konsumsi bahan bakar spesifik pada pembebanan dan putaran yang sama penggunaan bahan bakar biodiesel B-06 lebih
rendah dibandingkanpenggunaan dengan bahan bakar solar. Pada pembebanan 10 kg, sfc terendah pada motor diesel terjadi pada
pengujian dengan menggunakan biodiesel B-06 pada putaran 1400 rpm sebesar 205,78 gkWh. Sedangkan sfc tertinggi terjadi pada pengujian dengan
menggunakan solar pada putaran 2200 rpm dan 2600 rpm sebesar 360,12 gkWh. Pada pembebanan 25 kg, sfc terendah pada motor diesel terjadi pada
pengujian dengan menggunakan biodiesel B-06 pada putaran 1400 rpm sebesar 96,10 gkWh. Sedangkan sfc tertinggi terjadi pada pengujian dengan
menggunakan solar pada putaran 2800 rpm sebesar 133,76 gkWh.
4.2.4 Rasio udara bahan bakar AFR
Rasio bahan bakar air fuel ratio dari masing–masing jenis pengujian dihitung berdasarkan rumus berikut :
AFR =
. .
f a
m m
dimana : AFR = air fuel ratio
. a
m
= laju aliran massa bahan bakar kgjam
Besarnya laju aliran udara
. a
m
diperoleh dengan membandingkan besarnya tekanan udara masuk yang telah diperoleh melalui pembacaan air flow
manometer Tabel 4.3 terhadap kurva viscous flow metre calibration. Pada pengujian ini, dianggap tekanan udara Pa sebesar 100 kPa
≈
1 bar dan temperatur Ta sebesar 27
C. kurva kalibrasi dibawah dikondisikan untuk pengujian pada tekanan udara 1013 mb dan temperatur 20
C, maka besarnya laju aliran udara yang diperoleh harus dikalikan dengan faktor koreksi berikut :
Universitas Sumatera Utara
f
C
= 3564 x
a
P x
5 ,
2
114
a a
T T
+
= 3564 x 1 x
5 ,
2
273 27
] 114
273 27
[ +
+ +
= 0,946
Gambar 4.4 Kurva Viscous Flow Meter Calibration lit.10 hal 3-11.
Untuk pengujian dengan menggunakan biodiesel B-06, beban 10 kg dan putaran 1000 rpm, tekanan udara masuk = 4 mm H
2
O Tabel 4.3. Dari kurva kalibrasi diperoleh laju aliran massa udara sebesar 11,38 kgjam untuk tekanan
udara masuk = 10 mm H
2
O , sehingga untuk tekanan udara masuk = 4 mm H
2
O diperoleh laju aliran massa udara sebesar 4,552 kgjam, setelah dikalikan faktor
koreksi C
f
, maka laju aliran massa udara yang sebenarnya :
a
m
.
= 4,552 x 0,946 = 4,308 kgjam
Universitas Sumatera Utara
Dengan cara perhitungan yang sama, maka diperoleh harga laju aliran massa udara m
a
untuk masing–masing pengujian tiap variasi beban dan putaran . Dengan diperolehnya harga laju aliran massa bahan bakar, maka dapat dihitung
besarnya rasio udara bahan bakar AFR. Untuk pengujian dengan menggunakan bahan bakar biodiesel B-06,
beban 10 kg dan putaran 1000 rpm :
AFR = 0,696
308 ,
4 = 6,24
Hasil perhitungan AFR untuk masing–masing pengujian pada tiap variasi beban dan putaran dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.5 Perbandingan udara dan bahan bakar AFR pada pengujian biodiesel B-06 dan solar .
Dengan Bahan Bakar Biodiesel B-06 Beban
Statis kg
Putaran rpm
Perbandingan Udara dan Bahan Bakar AFR
10
1000 6,24
1400 7,35
1800 8,89
2200 9,42
2600 10,31
2800 10,74
25
1000 5,63
1400 7,40
1800 8,84
2200 9,42
2600 10,34
2800 10,63
Universitas Sumatera Utara
Dengan Bahan Bakar Solar Beban
Statis kg
Putaran rpm
Perbandingan Udara dan Bahan Bakar AFR
10
1000 5,62
1400 7,23
1800 7,83
2200 8,22
2600 9,45
2800 8,59
25
1000 6,0
1400 7,74
1800 7,64
2200 7,3
2600 9,11
2800 8,45
Perbandingan harga AFR masing-masing pengujian pada setiap variasi beban dan putaran dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 4.5 Grafik AFR vs putaran untuk beban 10 kg dan 25 kg.
2 4
6 8
10 12
1000 1400
1800 2200
2600 2800
Biodiesel B-06, beban 10kg
Solar, beban 10kg Biodiesel B-06, beban
25kg Solar, beban 25kg
Putaran rpm
AF R
Universitas Sumatera Utara
Dari gambar 4.5 dapat dilihat bahwa rasio udara bahan bakar AFR pada pembebanan dan putaran yang sama, penggunaan bahan bakar biodiesel B-06
lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan bahan bakar solar. Pada pembebanan 10 kg, AFR terendah pada motor diesel terjadi pada
pengujian dengan menggunakan solar pada putaran 1000 rpm sebesar 5,62. Sedangkan AFR tertinggi terjadi pada pengujian dengan menggunakan biodiesel
B-06 pada putaran 2800 rpm sebesar 10,74 . Pada pembebanan 25 kg, AFR terendah pada motor diesel terjadi pada
pengujian dengan menggunakan biodiesel B-06 pada putaran 1000 rpm sebesar 5,63. Sedangkan AFR tertinggi terjadi pada pengujian dengan menggunakan
biodiesel B-06 pada putaran 2800 rpm sebesar 10,63 .
4.2.5 Efisiensi volumetrik