Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang

(1)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

SKRIPSI

MOTOR BAKAR

KAJIAN EKSPERIMENTAL PENGGUNAAN BAHAN

BAKAR CAMPURAN DIMETIL ESTER DAN SOLAR (B-03)

DENGAN SOLAR TERHADAP PERFORMANSI MOTOR

DIESEL DAN EMISI GAS BUANG

Oleh:

AULIA FAHMI ADHA (0 6 0 4 2 1 0 0 4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKTENSI

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN MEDAN


(2)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

SKRIPSI

MOTOR BAKAR

KAJIAN EKSPERIMENTAL PENGGUNAAN BAHAN BAKAR CAMPURAN DIMETIL ESTER DAN SOLAR (B-03) DENGAN SOLAR

TERHADAP PERFORMANSI MOTOR DIESEL DAN EMISI GAS BUANG

Oleh :

AULIA FAHMI ADHA

NIM : 060 421 004

Dosen Pembimbing,

Ir. ISRIL AMIR Nip : 130 517 501

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PROGRAM PENDIDIKAN EKSTENSI

FAKULTAS TEKNIK

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN MEDAN


(3)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

TUGAS SARJANA

Nama : AULIA FAHMI ADHA

Nim : 060 421 004

Mata Pelajaran : MOTOR BAKAR

Spesifikasi : KAJIAN EKSPERIMENTAL PENGGUNAAN BAHAN BAKAR CAMPURAN DIMETIL ESTER

DAN SOLAR (B-03) DENGAN SOLAR TERHADAP PERFORMANSI MOTOR DIESELDAN EMISI GAS BUANG

Diberikan Tanggal : 3 / 2 / 2009 Selesai Tanggal : 25 / 5 /2009

Medan,

Ketua Departemen Teknik Mesin Dosen Pembimbing

Dr. Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri Ir. ISRIL AMIR

Nip : 132 018 668 Nip : 130 517 501

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PROGRAM PENDIDIKAN EKSTENSI

FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

MEDAN 2009 FAKULTAS TEKNIK USU

MEDAN


(4)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

SKRIPSI

MOTOR BAKAR

KAJIAN EKSPERIMENTAL PENGGUNAAN BAHAN BAKAR CAMPURAN DIMETIL ESTER DAN SOLAR (B-03) DENGAN SOLAR

TERHADAP PERFORMANSI MOTOR DIESEL DAN EMISI GAS BUANG

Oleh :

AULIA FAHMI ADHA

( 0 6 0 4 2 1 0 0 4 )

Telah diperiksa dalam sidang skripsi sarjana Periode ke – 127 tanggal 16 juli 2009

Disetujui oleh

Dosen Pembanding I, Dosen Pembanding II,

Ir.Raskita S.Meliala Ir. M.Syahril Gultom,MT


(5)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam yang jiwaku ada didalam genggamannya. Segala puji bagi-Nya yang dengan rahmat, rahim dan ridha-Nya penyusunan dan penulisan tugas sarjana yang berjudul “kajian eksperimental penggunaan bahan bakar campuran Dimetil Ester (B-03) dengan solar terhadap performansi motor diesel dan emisi gas buang” dapat diselesaikan.

Penyusunan dan penulisan tugas sarjana ini amat disadari tidak akan dapat diselesaikan sendiri. Semua yang telah tercapai tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya bagi semua pihak yang membantu yaitu :

1. Bapak Dr. Ing. Ir. Ikwansyah Isranuri sebagai Ketua Jurusan Teknik Mesin FT USU.

2. Bapak Ir. Isril Amir sebagai Koordinator PPSE Jurusan Teknik Mesin FT USU.

3. Bapak Ir. Isril Amir sebagai Dosen Pembimbing tugas sarjana.

4. Ayah dan ibu yang sangat aku banggakan, dan kedua adikku yang aku sayangi, yang selalu memberikan doa, ridha, semangat dan kasih sayang. 5. Keluarga di tebing tinggi, pasar merah dan tembung yang tak henti-hentinya

memberikan semangat dan dorongan serta nasihat yang berguna agar menjadi manusia yang lebih baik dalam pembelajaran, perjuangan dan kehidupan. 6. Teman-teman satu tim dalam tugas akhir: royland, ridho, henriko, jakson,

fatah, adrian, tatang, bang mul, bang atin yang telah berjuang bersama-sama. 7. Teman-teman satu angkatan 2006 ekstensi: parlindungan, jemmi, mangisi,


(6)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

persatu, terima kasih atas pertemanannya selama ini dan untuk yang akan datang.

8. Teman-teman nongkrong: yudi, dani, bang andi, fikri, devi, rina, ami, tama, bang agus, aga, boni, pak duan, bang udin dan lainnya.

9. Semua pihak yang membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan dan penulisan tugas sarjana ini.

Tentunya tetap ada kekurangan dan kesalahan yang tidak terhindarkan dalam penyusunan tugas sarjana ini. Semua merupakan keterbatasan sebagai manusia. Kalau pun ada kebenaran, itu semua semata-mata dari Allah SWT. Untuk itu masukan berupa kritik dan saran yang membangun amat diharapkan untuk perkembangan kedepan.

Semoga apa yang ada dalam tugas sarjana ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca secara umum dan penulis secara khusus

Medan, 1 Juni 2009


(7)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

DAFTAR ISI

LEMBAR SPESIFIKASI TUGAS KARTU BIMBINGAN SKRIPSI EVALUASI SEMINAR SARJANA ABSENSI PEMBANDING BEBAS

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Tujuan pengujian ... 3

1.3 Manfaat pengujian ... 3

1.4 Ruang lingkup pengujian ... 3

1.5 Sistematika pengujian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Performanasi motor diesel ... 5

2.1.1 Torsi dan Daya ... 5

2.1.2 Konsumsi bahan bakar spesifik (sfc) ... 6

2.1.3 Perbandingan udara bahan bakar ... 6

2.1.4 Efisiensi Volumetris ... 7

2.1.5 Efisiensi Thermal Brake ... 8


(8)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

2.2.1 Nilai kalor bahan bakar ... 9

2.3 Bahan bakar diesel... 11

2.4 Biodiesel ... ... 12

2.4.1 Karakteristik biodiesel... 13

2.4.2 Biodiesel dari minyak kelapa sawit ... 16

2.5 Emisi gas buang ... 17

2.6 Pengendalian emisi gas buang ... 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat ... 21

3.2 Bahan dan alat ... 21

3.2.1 Bahan ... 21

3.2.2 Alat... ... 21

3.3 Metode pengumpulan data ... 21

3.4 Metode pengolahan data... 22

3.5 Pengamatan dan tahap pengujian ... 22

3.6 Prosedur pengujian nilai kalor bahan bakar ... 23

3.7 Prosedur pengujian performansi motor diesel ... 26

3.8 Prosedur pengujian emisi gas buang ... 31

BAB IV HASIL DAN ANALISA PENGUJIAN 4.1 Pengujian nilai kalor bahan bakar ... 33

4.2 Pengujian performansi motor diesel ... 35

4.2.1 Daya ... 35

4.2.2 Torsi ... 41


(9)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

4.2.4 Rasio perbandingan udara bahan bakar ... 52

4.2.5 Efisiensi volumetris... 58

4.2.6 Efisiensi thermal brake ... 63

4.3 Pengujian emisi gas buang ... 73

4.3.1 Kadar Karbon Monoksida (CO) dalam gas buang ... 73

4.3.2 Kadar Nitrogen Oksida (NOx) dalam gas buang ... 77

4.3.3 Kadar Unburned Hidro Carbon (UHC) dalam gas buang ... 81

4.3.4 Kadar Karbon Dioksida (CO2) dalam gas buang ... 85

4.3.5 Kadar Sisa oksigen (O2) dalam gas buang ... 88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 93

5.2 Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Karakteristik mutu solar ... 11

Tabel 2.2 Struktur Kimia Asam Lemak pada Biodiesel ... 12

Tabel 2.3 Perbandingan Biodiesel dan Solar (Petrodiesel) ... 15

Tabel 2.4 Sifat fisik dan kimia minyak jarak ... 17

Tabel 3.1 Spesifikasi Mesin Diesel TD4A 4-langkah ... .... 27

Tabel 3.2 Spesifikasi TD4A 001 Instrumentation Unit ... 28

Tabel 4.1 Data hasil pengujian dan perhitungan bom kalorimeter ... 34

Tabel 4.2 Data hasil perhitungan untuk daya ... 36

Tabel 4.3 Data hasil perhitungan untuk torsi ... 41

Tabel 4.4 Data hasil perhitungan untuk Sfc...47

Tabel 4.5 Data hasil perhitungan untuk AFR...54

Tabel 4.6 Data hasil perhitungan untuk efisiensi volumetris...60

Tabel 4.7 Jumlah air yang terbentuk dari pembakaran tiap 1 kg biodiesel...65

Tabel 4.8 Data hasil perhitungan untuk efisiensi termal brake...68

Tabel 4.9 Kadar CO dalam gas buang...73

Tabel 4.10 Kadar NOx dalam gas buang...77

Tabel 4.11 Kadar UHC dalam gas buang...81

Tabel 4.12 Kadar CO2 dalam gas buang...85


(11)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Reaksi Transesterifikasi ... .... 16

Gambar 3.1 Bom kalorimeter ... 23

Gambar 3.2 Diagram alir Pengujian nilai kalor bahan bakar ... 25

Gambar 3.3 Mesin uji (TD4 A 001) ... .... 26

Gambar 3.4 TD4 A 001 4 –Stroke Diesel Engine ... .... 26

Gambar 3.5 TD4 A 001 Instrumentation Unit ... .... 27

Gambar 3.6 Diagram alir pengujian performansi motor bakar diesel ... .... 30

Gambar 3.7 Auto logic gas analizer ... .... 31

Gambar 3.8 Diagram alir pengujian emisi gas buang motor bakar diesel ... .... 32

Gambar 4.1 Grafik Daya vs putaran untuk beban 10 kg ... 37

Gambar 4.2 Grafik Daya vs putaran untuk beban 25 kg ... 39

Gambar 4.3 Grafik Torsi vs putaran untuk beban 10 kg... 42

Gambar 4.4 Grafik Torsi vs putaran untuk beban 25 kg... 44

Gambar 4.5 Grafik Sfc vs putaran untuk beban 10 kg ... 49

Gambar 4.6 Grafik Sfc vs putaran untuk beban 25 kg ... 50

Gambar 4.7 Kurva Viscous Flow Meter Calibration ... 53

Gambar 4.8 Grafik AFR vs putaran untuk beban 10 kg ... 56

Gambar 4.9 Grafik AFR vs putaran untuk beban 25 kg ... 57

Gambar 4.10 Grafik Efisiensi volumetris vs putaran untuk beban 10 kg ... 61

Gambar 4.11 Grafik Efisiensi volumetris vs putaran untuk beban 25 kg ... 62


(12)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

Gambar 4.13 Grafik BTE vs putaran untuk beban 25 kg... 71

Gambar 4.14 Grafik kadar CO vs putaran untuk beban 10 kg...74

Gambar 4.15 Grafik kadar Co vs putaran untuk beban 25 kg...75

Gambar 4.16 Grafik kadar NOX vs putaran untuk beban 10 kg...78

Gambar 4.17 Grafik kadar NOX vs putaran untuk beban 25 kg...79

Gambar 4.18 Grafik kadar UHC vs putaran untuk beban 10 kg...82

Gambar 4.19 Grafik kadar UHC vs putaran untuk beban 25 kg...83

Gambar 4.20 Grafik kadar CO2 vs putaran untuk beban 10 kg...86

Gambar 4.21 Grafik kadar CO2 vs putaran untuk beban 25 kg...88

Gambar 4.22 Grafik kadar O2 vs putaran untuk beban 10 kg...90


(13)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

DAFTAR NOTASI

Lambang Keterangan

PB

Satuan

Daya keluaran Watt

n Putaran mesin Rpm

T Torsi N.m

Sfc Konsumsi bahan bakar spesifik g/kW.h

.

f

m Laju aliran bahan bakar kg/jam

Vf Volume bahan bakar yang diuji Ml

tf Waktu untuk menghabiskan bahan bakar Detik

.

a

m Laju aliran massa udara kg/jam

ρa Kerapatan udara kg/m3

Vs Volume langkah torak m3

Cf Faktor koreksi

AFR Air fuel ratio

ηv Efisiensi volumetrik ηb Efisiensi thermal brake

HHV Nilai kalor atas bahan bakar kJ/kg

LHV Nilai kalor bawah bahan bakar kJ/kg

CV Nilai kalor bahan bakar kJ/kg

CV Panas jenis bom kalorimeter J/gr.oC M Persentase kandungan air dalam bahan bakar Qlc Kalor laten kondensasi uap air kJ/kg


(14)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini bahan bakar mesin diesel di Indonesia khususnya untuk jenis kendaraan roda empat didominasi oleh solar yang terbuat dari minyak bumi, padahal kebutuhan akan bahan bakar dari tahun ketahun terus meningkat berbanding terbalik dengan produksi dan cadangan minyak bumi di dalam negeri. Hal ini terlihat jelas pada akhir-akhir ini di negara kita sering terjadi kelangkaan bahan bakar minyak (BBM), bahkan Indonesia sudah menjadi negara importir netto minyak bumi. Oleh karena itu perlu dilakukan pengembangan sumber bahan bakar alternatif, khususnya untuk memenuhi kebutuhan mesin-mesin yang mengkonsumsi solar sebagai sumber bahan bakarnya (mesin diesel).

Beberapa upaya telah dilakukan dalam penelitian dan pengembangan sumber energi alternatif, diantaranya adalah pemanfaatan minyak nabati sebagai bahan bakar pengganti solar. Namun ditemukan beberapa kekurangan dari minyak nabati, dimana bila digunakan secara langsung akan menghasilkan senyawa yang dapat menyebabkan kerusakan pada mesin, karena membentuk deposit pada pompa injektor. Disamping itu viskositasnya yang tinggi mengganggu kinerja pompa injektor pada proses pengkabutan bahan bakar sehingga hasil dari injeksi tidak berwujud kabut yang mudah menguap melainkan tetesan bahan bakar yang sulit terbakar. Oleh karena itu, mesin-mesin kendaraan bermotor komersial perlu dimodifikasi jika akan menggunakan minyak nabati langsung sebagai pengganti bahan bakar solar. Hal ini tentu saja tidak ekonomis sehingga perlu dilakukan upaya untuk mengubah karakteristik minyak nabati sehingga dapat mengkonversi minyak nabati kedalam bentuk metil ester asam lemak (FAME : fatty acid methil

esters) yang lebih dikenal sebagai ”biodiesel”, melalui proses esterifikasi atau transesterfikasi.

Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa telah mengembangkan dan menggunakan biodiesel sebagai bahan bakar alternatif untuk mesin diesel secara luas dengan bahan baku minyak kedelai dan minyak rapessed ( minyak canola ).


(15)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

Sebagai negara penghasil minyak sawit terbesar dunia, Malaysia dan Indonesia juga telah mengembangkan produk biodiesel dari minyak sawit ( palm biodiesel ), meskipun belum dilakukan secara komersial. Khusus di Indonesia pengembangan biodiesel dari minyak sawit dirasa memiliki prospek yang baik dimana ketersediaan akan bahan baku yang cukup banyak sangat mendukung untuk pengembangan tersebut ( Tabel 1.1 ). Hal yang juga perlu untuk diperhatikan dalam pengembangan biodiesel ini adalah emisi gas buang yang dihasilkan harus lebih baik daripada bahan bakar solar sehingga biodiesel ini layak dijadikan alternatif pengga nti solar.

Tabel 1.1 Perkembangan Luas Perkebunan Kelapa Sawit dan Produksi CPO X 1000 Wilayah

1997 1998 1999 2000 2001 2002

Luas (Ha) Prod. (ton) Luas (Ha) Prod. (ton) Luas (Ha) Prod. (ton) Luas (Ha) Prod. (ton) Luas (Ha) Prod. (ton) Luas (Ha) Prod. (ton) 1.Sumatera : A. P.Rakyat B. P.Negara C. P.Swasta 1978 611 382 985 4768 1004 1637 2126 2140 678 407 1055 4950 1059 1625 2266 2384 801 430 1153 5924 1224 1700 2370 2744 891 438 1414 6597 1569 1788 3240 2810 900 446 1464 6850 1731 1803 3316 3897 1477 516 1898 8190 2979 1418 3794

2. Jawa : A. P.Rakyat B. P.Negara C. P.Swasta 22 6 11 4 33 14 12 7 22 6 11 4 32 13 12 7 21 6 11 4 29 11 17 1 21 6 11 4 34 18 13 4 21 6 11 4 37 19 14 4 23 6 12 5 34 14 16 4 3.Kalimantan: A. P.Rakyat B. P.Negara C. P.Swasta 409 159 38 213 437 195 115 127 493 166 51 276 491 197 163 131 637 187 56 395 523 225 104 194 844 233 54 554 741 299 13 309 971 236 62 674 834 327 138 369 957 254 59 644 1065 320 104 640

4. Sulawesi : A. P.Rakyat B. P.Negara C. P.Swasta 88 25 10 53 91 43 21 27 112 30 14 68 119 46 42 31 102 31 14 57 107 47 11 49 108 34 15 58 118 53 12 53 114 36 16 62 148 61 16 71 143 41 25 77 261 65 49 148

5. Irian Jaya : A. P.Rakyat B. P.Negara C. P.Swasta 19 11 8 0 51 36 15 0 23 11 5 6 48 33 15 0 28 13 5 10 52 31 21 0 52 25 6 21 91 39 25 27 56 26 6 24 100 43 25 32 53 30 19 4 72 49 21 3

Sumber : Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan ,1997 ,1998 ,1999, 2000, 2001 , 2002.


(16)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka dilakukan pengujian motor diesel dengan menggunakan bahan bakar biodiesel yang berbahan baku dimethil ester dengan memanfaatkan secara maksimal peralatan laboratorium yang ada.

1.2 Tujuan Pengujian

Mengetahui pengaruh pemakaian biodiesel dimethil ester (B-03) terhadap unjuk kerja mesin diesel.

1.3 Manfaat pengujian

1. Untuk pengembangan bahan bakar biodiesel yang akan digunakan pada mesin diesel ditinjau dari sudut prestasi mesin.

2 Memberikan informasi sebagai referensi bagi kalangan dunia pendidikan yang ingin melakukan riset dibidang otomotif dalam pengembangan bahan bakar biodiesel dan pengaruhnya terhadap performansi motor diesel.

1.4 Ruang lingkup Pengujian

1. Biodiesel yang digunakan adalah biodiesel berbahan baku minyak kelapa sawit ( Dimethil Ester B-03) .

2. Alat uji yang digunakan untuk menghitung nilai kalor pembakaran bahan bakar adalah ”Bom Kalorimeter”.

3. Mesin uji yang digunakan untuk mendapatkan unjuk kerja motor bakar diesel adalah Mesin Diesel 4-langkah dengan 4-silinder ( TecQuipment type. TD4A

001 ) pada laboratorium Motor Bakar Departemen Teknik Mesin USU.

4. Unjuk kerja mesin diesel yang dihitung adalah : - Daya (Brake Power)

- Rasio perbandingan udara-bahan bakar (Air Fuel Ratio) - Konsumsi bahan bakar spesifik (Specific Fuel Consumtion) - Efisiensi Volumetris (Volumetric Effeciency)


(17)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

5. Pada pengujian unjuk kerja motor bakar diesel, dilakukan variasi putaran dan beban yang meliputi :

- Variasi putaran : 1000-rpm, 1400-rpm, 1800-rpm, 2200-rpm , 2600-rpm , 2800-rpm.

- Variasi beban : 10 kg dan 25 kg. 1.5 Sistematika Penulisan

Tugas sarjana ini dibagi dalam beberapa bab dengan garis besar tiap bab adalah sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan

Bab ini berisikan latar belakang, tujuan, manfaat, dan ruang lingkup pengujian.

Bab II : Tinjauan Pustaka

Bab ini berisikan landasan teori yang digunakan yaitu mengenai motor diesel, bahan bakar biodiesel, pembakaran motor diesel, persamaan-persamaan yang digunakan, emisi gas buang kendaraan dan pengendaliannya.

Bab III : Metodologi Penelitian

Bab ini memberikan informasi mengenai tempat pelaksanaan pengujian, bahan dan peralatan yang dipakai serta tahapan dan prosedur pengujian.

Bab IV : Hasil dan Analisa Pengujian

Bab ini membahas tentang hasil data yang diperoleh dari setiap pengujian melalui pembahasan perhitungan dan penganalisaan dengan memaparkan kedalam bentuk tabel dan grafik.

Bab V : Kesimpulan dan Saran

Bab ini sebagai penutup berisikan kesimpulan dan saran yang diperoleh.  Daftar Pustaka

Daftar pustaka berisikan literatur yang digunakan untuk menyusun laporan.  Lampiran

Pada lampiran dapat dilihat hasil data yang diperoleh dari pengujian dalam bentuk tabel dan Undang-undang lingkungan hidup tentang baku mutu emisi untuk mesin tidak bergerak.


(18)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Performansi Motor Diesel

Motor diesel adalah jenis khusus dari mesin pembakaran dalam. Karakteristik utama dari mesin diesel yang membedakannya dari motor bakar yang lain terletak pada metode penyalaan bahan bakarnya. Dalam mesin diesel bahan bakar diinjeksikan kedalam silinder yang berisi udara bertekanan tinggi. Selama proses pengkompresian udara dalam silinder mesin, suhu udara meningkat, sehingga ketika bahan bakar yang berbentuk kabut halus bersinggungan dengan udara panas ini, maka bahan bakar akan menyala dengan sendirinya tanpa bantuan alat penyala lain. Karena alasan ini mesin diesel juga disebut mesin penyalaan kompresi (Compression Ignition Engines).

Motor diesel memiliki perbandingan kompresi sekitar 11:1 hingga 26:1, jauh lebih tinggi dibandingkan motor bakar bensin yang hanya berkisar 6:1 sampai 9:1. Konsumsi bahan bakar spesifik mesin diesel lebih rendah (kira-kira 25 %) dibanding mesin bensin namun perbandingan kompresinya yang lebih tinggi menjadikan tekanan kerja nya juga tinggi.

2.1.1 Torsi dan daya

Torsi yang dihasilkan suatu mesin dapat diukur dengan menggunakan

dynamometer yang dikopel dengan poros output mesin. Oleh karena sifat

dynamometer yang bertindak seolah–olah seperti sebuah rem dalam sebuah mesin, maka daya yang dihasilkan poros output ini sering disebut sebagai daya rem (Brake Power).

B

P = n T

60 . . 2π

... (2.1) Lit.5 hal 2-7

dimana :P = Daya keluaran (Watt) B n = Putaran mesin (rpm) T = Torsi (N.m)


(19)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

2.1.2 Konsumsi bahan bakar spesifik (specific fuel consumption, sfc)

Konsumsi bahan bakar spesifik adalah parameter unjuk kerja mesin yang berhubungan langsung dengan nilai ekonomis sebuah mesin, karena dengan mengetahui hal ini dapat dihitung jumlah bahan bakar yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah daya dalam selang waktu tertentu.

Bila daya rem dalam satuan kW dan laju aliran massa bahan bakar dalam satuan kg/jam, maka :

Sfc = B f P x m 3 . 10

... (2.2) Lit.5 hal 2-16

dimana : Sfc = konsumsi bahan bakar spesifik (g/kW.h).

.

f

m = laju aliran bahan bakar (kg/jam).

Besarnya laju aliran massa bahan bakar (

.

f

m ) dihitung dengan persamaan

berikut : 3600 10 . . 3 x t V sg m f f f f

= ... (2.3) Lit.5 hal 3-9

dimana : sgf = spesific gravity (dari tabel 2.4).

Vf = volume bahan bakar yang diuji (dalam hal ini 100 ml). f

t = waktu untuk menghabiskan bahan bakar sebanyak volume uji

(detik).

2.1.3 Perbandingan udara bahan bakar (AFR)

Untuk memperoleh pembakaran sempurna, bahan bakar harus dicampur dengan udara dengan perbandingan tertentu. Perbandingan udara bahan bakar ini disebut dengan Air Fuel Ratio (AFR), yang dirumuskan sebagai berikut :

AFR = .

.

f a m m

... (2.4) Lit.5 hal 2-8

dengan : ma = laju aliran masa udara (kg/jam).

Besarnya laju aliran massa udara (ma) juga dapat diketahui dengan membandingkan hasil pembacaan manometer terhadap kurva viscous flow meter


(20)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

calibration. Kurva kalibrasi ini dikondisikan untuk pengujian pada tekanan udara

1013 mb dan temperatur 20 0C, oleh karena itu besarnya laju aliran udara yang diperoleh harus dikalikan dengan faktor koreksi (Cf) berikut :

f

C = 3564 x P x a

5 , 2 ) 114 ( a a T T +

…….. (2.5) Lit.5 hal 3-11

Dimana : Pa = tekanan udara (Pa) Ta = temperatur udara (K) 2.1.4 Effisiensi volumetris

Jika sebuah mesin empat langkah dapat menghisap udara pada kondisi isapnya sebanyak volume langkah toraknya untuk setiap langkah isapnya, maka itu merupakan sesuatu yang ideal. Namun hal itu tidak terjadi dalam keadaan sebenarnya, dimana massa udara yang dapat dialirkan selalu lebih sedikit dari perhitungan teoritisnya. Penyebabnya antara lain tekanan yang hilang (losses) pada sistem induksi dan efek pemanasan yang mengurangi kerapatan udara ketika memasuki silinder mesin. Efisiensi volumetrik (ηv) dirumuskan dengan persamaan berikut :

v

η =

rak langkah to olume sebanyak v udara Berat terisap yang segar udara Berat

... (2.6) Lit.5 hal 2-9

Berat udara segar yang terisap =

n ma 2 . 60

.

... (2.7) Lit.5 hal 2-10

Berat udara sebanyak langkah torak = ρa. V ... (2.8) Lit.5 hal 2-7s Dengan mensubstitusikan persamaan diatas, maka besarnya effisiensi volumetris :

v

η =

n ma . 60 . 2 . . s a.V

1

ρ ... (2.9) Lit.5 hal 2-10 dengan : ρa = kerapatan udara (kg/m3)

s


(21)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

Diasumsikan udara sebagai gas ideal, sehingga massa jenis udara dapat diperoleh dari persamaan berikut :

a

ρ = a a T R

P

. ………...… (2.10) Lit.5 hal 3-12 Dimana : R = konstanta gas (untuk udara = 287 J/ kg.K)

2.1.5 Effisiensi thermal brake

Kerja berguna yang dihasilkan selalu lebih kecil dari pada energi yang dibangkitkan piston karena sejumlah energi hilang akibat adanya rugi–rugi mekanis (mechanical losses). Dengan alasan ekonomis perlu dicari kerja maksimum yang dapat dihasilkan dari pembakaran sejumlah bahan bakar. Efisiensi ini sering disebut sebagai efisiensi termal brake (brake thermal

efficiency, ηb). b

η =

masuk yang panas Laju aktual keluaran Daya

...(2.11) Lit.5 hal 2-15

Laju panas yang masuk Q, dapat dihitung dengan rumus berikut : Q =

.

f

m . LHV ...(2.12) Lit.5 hal 2-8

dimana, LHV = nilai kalor bawah bahan bakar (J/kg)

Jika daya keluaran (P ) dalam satuan kW, laju aliran bahan bakar B .

f

m dalam

satuan kg/jam, maka : b

η =

LHV m P f B .

. . 3600 ...(2.13) Lit.5 hal 2-15

2.2 Teori Pembakaran

Pembakaran adalah reaksi kimia, yaitu elemen tertentu dari bahan bakar setelah dinyalakan dan digabung dengan oksigen akan menimbulkan panas sehingga menaikkan suhu dan tekanan gas. Elemen mampu bakar (combustable) yang utama adalah karbon (C) dan hidrogen (H), elemen mampu bakar yang lain namun umumnya hanya sedikit terkandung dalam bahan bakar adalah sulfur (S). Oksigen yang diperlukan untuk pembakaran diperoleh dari udara yang merupakan campuran dari oksigen dan nitrogen.


(22)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

Nitrogen adalah gas lembam dan tidak berpartisipasi dalam pembakaran. Selama proses pembakaran, butiran minyak bahan bakar dipisahkan menjadi elemen komponennya yaitu hidrogen dan karbon dan masing-masing bergabung dengan oksigen dari udara secara terpisah. Hidrogen bergabung dengan oksigen untuk membentuk air dan karbon bergabung dengan oksigen menjadi karbon dioksida. Jika oksigen yang tersedia tidak cukup, maka sebagian dari karbon akan bergabung dengan oksigen dalam bentuk karbon monoksida. Pembentukan karbon monoksida hanya menghasilkan 30 % panas dibandingkan panas yang timbul oleh pembentukan karbon dioksida.

2.2.1 Nilai Kalor Bahan Bakar

Reaksi kimia antara bahan bakar dengan oksigen dari udara menghasilkan panas. Besarnya panas yang ditimbulkan jika satu satuan bahan bakar dibakar sempurna disebut nilai kalor bahan bakar (Calorific Value, CV). Bedasarkan asumsi ikut tidaknya panas laten pengembunan uap air dihitung sebagai bagian dari nilai kalor suatu bahan bakar, maka nilai kalor bahan bakar dapat dibedakan menjadi nilai kalor atas dan nilai kalor bawah.

Nilai kalor atas (High Heating Value,HHV), merupakan nilai kalor yang diperoleh secara eksperimen dengan menggunakan kalorimeter dimana hasil pembakaran bahan bakar didinginkan sampai suhu kamar sehingga sebagian besar uap air yang terbentuk dari pembakaran hidrogen mengembun dan melepaskan panas latennya. Secara teoritis, besarnya nilai kalor atas (HHV) dapat dihitung bila diketahui komposisi bahan bakarnya dengan menggunakan persamaan

Dulong :

HHV = 33950 C + 144200    

8

2 2

O

H + 9400 S ...(2.14) Lit. 3 hal. 44

HHV = Nilai kalor atas (J/kg)

C = Persentase karbon dalam bahan bakar H2 = Persentase hidrogen dalam bahan bakar


(23)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

O2 = Persentase oksigen dalam bahan bakar S = Persentase sulfur dalam bahan bakar

Nilai kalor bawah (low Heating Value, LHV), merupakan nilai kalor bahan bakar tanpa panas laten yang berasal dari pengembunan uap air. Umumnya kandungan hidrogen dalam bahan bakar cair berkisar 15 % yang berarti setiap satu satuan bahan bakar, 0,15 bagian merupakan hidrogen. Pada proses pembakaran sempurna, air yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar adalah setengah dari jumlah mol hidrogennya.

Selain berasal dari pembakaran hidrogen, uap air yang terbentuk pada proses pembakaran dapat pula berasal dari kandungan air yang memang sudah ada didalam bahan bakar (moisture). Panas laten pengkondensasian uap air pada tekanan parsial 20 kN/m2 (tekanan yang umum timbul pada gas buang) adalah sebesar 2400 kJ/kg, sehingga besarnya nilai kalor bawah (LHV) dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut :

LHV = HHV – 2400 (M + 9 H2)...(2.15) Lit. 3 hal. 44 LHV = Nilai Kalor Bawah (J/kg)

M = Persentase kandungan air dalam bahan bakar (moisture)

Dalam perhitungan efisiensi panas dari motor bakar, dapat menggunakan nilai kalor bawah (LHV) dengan asumsi pada suhu tinggi saat gas buang meninggalkan mesin tidak terjadi pengembunan uap air. Namun dapat juga menggunakan nilai kalor atas (HHV) karena nilai tersebut umumnya lebih cepat tersedia. Peraturan pengujian berdasarkan ASME (American of Mechanical

Enggineers) menentukan penggunaan nilai kalor atas (HHV), sedangkan

peraturan SAE (Society of Automotive Engineers) menentukan penggunaan nilai kalor bawah (LHV).


(24)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

Penggolongan bahan bakar mesin diesel berdasarkan jenis putaran mesinnya, dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu :

1. Automotive Diesel Oil, yaitu bahan bakar yang digunakan untuk mesin dengan kecepatan putaran mesin diatas 1000 rpm (rotation per minute). Bahan bakar jenis ini yang biasa disebut sebagai bahan bakar diesel yang biasanya digunakan untuk kendaraan bermotor.

2. Industrial Diesel Oil, yaitu bahan bakar yang digunakan untuk mesin-mesin yang mempunyai putaran mesin kurang atau sama dengan 1000 rpm, biasanya digunakan untuk mesin-mesin industri. Bahan bakar jenis ini disebut minyak

diesel.

Di Indonesia, bahan bakar untuk kendaraan motor jenis diesel umumnya menggunakan solar yang diproduksi oleh PT. PERTAMINA dengan karakteristik seperti pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Karakteristik mutu solar

NO P R O P E R T I E S L I M I T S TEST METHODS Min Max I P A S T M

1. Specific Grafity 60/60 0C 0.82 0.87 D-1298

2. Color astm - 3.0 D-1500

3. Centane Number or

Alternatively calculated Centane Index 45 48

-

- D-613

4. Viscosity Kinematic at 100 0

C cST or Viscosity SSU at 100 0C secs

1.6 35

5.8

45 D-88

5. Pour Point 0C - 65 D-97

6. Sulphur strip % wt - 0.5 D-1551/1552

7. Copper strip (3 hr/100 0C) - No.1 D-130

8. Condradson Carbon Residue %wt - 0.1 D-189

9. Water Content % wt - 0.01 D-482

10. Sediment % wt - No.0.01 D-473

11. Ash Content % wt - 0.01 D-482

12.

Neutralization Value :

- Strong Acid Number mgKOH/gr -Total Acid Number mgKOH/gr

- -

Nil 0.6

13. Flash Point P.M.c.c 0F 150 - D-93


(25)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

2.4 Biodiesel

Biodiesel adalah bahan bakar yang terbuat dari minyak tumbuh-tumbuhan atau lemak hewan. Komposisi biodiesel umumnya terdiri dari berbagai jenis asam lemak (tabel 2.2) yang melalui proses kimiawi ditransformasi menjadi ”Metil Ester Asam Lemak” (Fatty Acid Methil Esters = FAME).

Tabel 2.2 Struktur Kimia Asam Lemak Pada Biodiesel Nama Asan

Lemak

Jumlah Atom Karbon dan Ikatan

Rangkap

Rumus Kimia

Capriylic C 8 CH3(CH2)6COOH

Capric C 10 CH3(CH2)8COOH

Lauric C 12 CH3(CH2)10COOH

Myristic C 14 CH3(CH2)12COOH

Palmitic C 16 : 0 CH3(CH2)14COOH

Palmitoleic C 16 : 1 CH3(CH2)5CH=CH(CH2)7COOH

Stearic C 18 : 0 CH3(CH2)16COOH

Oleic C 18 : 1 CH3(CH2)7CH=CH(CH2)7COOH

Linoleic C 18 : 2 CH3(CH2)4CH=CHCH2CH=CH(CH2)7COOH

Linolenic C 18 : 3 CH3(CH2)2CH=CHCH2CH=CHCH2CH=CH(CH2)7CCOOH

Arachidic C 20 : 0 CH3(CH2)18COOH

Eicosenic C 20 : 1 CH3(CH2)7CH=CH(CH2)9COOH

Behenic C 22 : 0 CH3(CH2)20COOH

Eurcic C 22 : 1 CH3(CH2)7CH=CH(CH2)11COOH

Sumber : Biodisel Handling and Use Guedelines, National Renewable Energy Laboratory-A

National Laboratory of the U.S. Departement of Energys

Cara memproduksi biodiesel dapat dilakukan melalui proses transesterfikasi minyak nabati dengan metanol atau esterfikasi langsung asam lemak hasil hidrolisis dengan metanol. Namun, transesterfikasi lebih intensif dikembangkan karena proses ini lebih efisien dan ekonomis.


(26)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

Pemanfaatan minyak nabati sebagai pengganti bahan bakar yang berasal dari minyak bumi khususnya solar telah lama dikenal namun pengembangan produk biodiesel ternyata lebih menggembirakan dibandingkan dengan pemanfaatan minyak nabati yang langsung digunakan sebagai bahan bakar karena proses termal (panas) di dalam mesin akan teroksidasi atau terbakar secara relatif sempurna, tetapi dari gliserin akan terbentuk senyawa akrolein dan terpolimerisasi menjadi senyawa plastis yang agak padat. Senyawa ini menyebabkan kerusakan pada mesin, karena membentuk deposit pada pompa injektor. Karena itu perlu dilakukan modifikasi pada mesin-mesin kendaraan bermotor komersial apabila menggunakan minyak nabati langsung sebagai pengganti bahan bakar solar.

Selain dapat digunakan langsung, biodiesel juga dapat dicampur dengan solar atau minyak diesel lainnya dengan tujuan untuk mengubah karakteristiknya agar sesuai dengan kebutuhan. Bahan bakar yang mengandung biodiesel kerap dikenal sebagai ”BXX” yang merujuk pada suatu jenis bahan bakar dengan komposisi XX % biodiesel dan 1-XX % minyak diesel. Sebagai contoh, B100 merupakan biodiesel murni sedangkan B03 merupakan campuran dari 3 % biodiesel dan 97 % minyak diesel.

2.4.1 Karakteristik Biodiesel

Biodiesel tidak mengandung nitrogen atau senyawa aromatik dan hanya mengandung kurang dari 15 ppm (part per million) sulfur. Biodiesel mengandung kira-kira 11 % oksigen dalam persen berat yang keberadaannya mengakibatkan berkurangnya kandungan energi (LHV menjadi lebih rendah bila dibandingkan dengan solar) namun menurunkan kadar emisi gas buang yang berupa karbon monoksida (CO), hidrokarbon (HC), partikulat dan jelaga. Kandungan energi biodiesel kira-kira 10 % lebih rendah bila dibandingkan dengan solar. Efisiensi bahan bakar dari biodiesel kurang lebih sama dengan solar, yang berarti daya dan torsi yang dihasilkan proporsional dengan kandungan nilai kalor pembakarannya (LHV).

Kandungan asam lemak dalam minyak nabati yang merupakan bahan baku biodiesel menyebabkan biodiesel sedikit kurang stabil bila dibandingkan solar


(27)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

khususnya dalam hal terjadinya oksidasi. Perbedaan bahan baku menyebabkan kestabilan antara biodiesel yang satu berbeda dari biodiesel yang lainnya tergantung dari jumlah ikatan rangkap dari rantai karbon yang dikandungnya (C=C). Semakin besar jumlah ikatan rangkap rantai karbonnya maka kecenderungan untuk mengalami oksidasi semakin besar. Sebagai contoh, C 18 : 3 yang mempunyai tiga ikatan rangkap mempunyai sifat tiga kali lebih reaktif untuk mengalami oksidasi dibandingkan C 18 : 0 yang tidak memiliki tiga ikatan rangkap. Kestabilan suatu biodiesel dapat diprediksi dengan mengetahui jenis bahan bakunya.

Kestabilan yang rendah dari suatu jenis biodiesel dapat meningkatkan kandungan asam lemak bebas, menaikkan viskositas dan terbentuknya gums dan sedimen yang dapat menyumbat saringan bahan bakar. Oleh karena itu, biodiesel dan bahan bakar yang mengandung campurannya sebaiknya tidak disimpan lebih dari 6 bulan karena lamanya penyimpanan mempengaruhi terjadinya oksidasi. Salah satu cara yang dapat diupayakan bila biodiesel harus disimpan lebih dari 6 bulan adalah dengan menambahkan anti oksidan. Jenis anti oksidan yang dapat bekerja dengan baik pada biodiesel antara lain TBHQ (t-butyl hydroquinone),

Tenox 21 dan Tocopherol (Vitamin E).

Biodiesel mempunyai sifat melarutkan (Solvency). Hal ini dapat menimbulkan permasalahan, dimana bila digunakan pada mesin diesel yang sebelumnya telah lama menggunakan solar dan didalam tangki bahan bakarnya telah terbentuk sedimen dan kerak, maka biodiesel akan melarutkan sedimen dan kerak tersebut sehingga dapat menyumbat saluran dan saringan bahan bakar. Oleh karena itu, bila kandungan sedimen dan kerak pada tangki bahan bakar cukup tinggi, sebaiknya diganti sebelum menggunakan biodiesel. Hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan tidak menggunakan biodiesel murni melainkan campurannya. Sifat pelarut dari bahan bakar yang mengandung campuran biodiesel akan semakin berkurang seiring dengan berkurangnya kadar biodiesel didalamnya. Penelitian menunjukkan bahwa campuran antara biodiesel dan solar dengan komposisi 3 % : 97 % (B-03) mempunyai sifat pelarut yang cukup kecil sehingga dapat ditoleransi.


(28)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

Beberapa material seperti kuningan, tembaga, timah, dan seng dapat mengoksidasi biodiesel dan menghasilkan sedimen. Untuk mencegah hal ini, peralatan yang bersentuhan langsung dengan biodiesel sebaiknya terbuat dari

stainless steel atau aluminium. Selain bereakasi terhadap sejumlah meterial

logam, biodiesel juga cenderung menyebabkan peralatan yang terbuat dari karet alam mengembang sehingga sebaiknya diganti dengan karet sintetis.

Biodiesel murni mempunyai sifat pelumas yang baik, bahkan campuran bahan bakar yang mengandung biodiesel dalam komposisi yang rendah masih memiliki sifat pelumas yang jauh lebih baik dibanding solar.

Seperti halnya bahan bakar diesel lainnya, biodiesel dapat berubah fasa menjadi ”gel” pada temperatur yang rendah. Biodiesel memiliki tempertur titik tuang (pour point) yang lebih tinggi yaitu sekitar -15 sampai 100C dibandingkan solar, -35 sampai -150C sehingga pemakaian biodiesel murni pada daerah rendah kurang dianjurkan. Untuk menurunkan temperatur titik tuang biodiesel dapat dilakukan dengan mencampurkan solar, semakin besar komposisi solar dalam campuran, maka semakin rendah temperatur titik tuangnya. Cara lain adalah dengan menambahkan zat aditif, tetapi penelitian menunjukkkan bahwa pemakaian zat aditif seperti ”pour point depresant” tidak cukup efektif ketika digunakan pada B100.

Tabel 2.3 Perbandingan Biodiesel dan Solar (Petrodiesel)

Fisika Kimia Biodiesel Solar

Kelembaman (%) 0.1 0.3

Energi Power Energi yang dihasilkan 128.000 BTU

Energi yang dihasilkan 130.000 BTU Komposisi Metil Ester atau asam lemak Hidrokarbon

Modifikasi Engine Tidak diperlukan -

Konsumsi Bahan Bakar

Sama Sama

Lubrikasi Lebih tinggi Lebih rendah

Emisi CO rendah, total

hidrokarbon, sulfur dioksida, dan nitroksida

CO tinggi, total hidrokarbon, sulfur dioksida, dan

nitroksida Penanganan Flamable lebih rendah Flamable lebih tinggi Lingkungan Toxisitas rendah Toxisitas 10 kali lebih tinggi Keberadaan Terbarukan (renewable) Tidak terbarukan


(29)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

2.4.2 Biodiesel dari Minyak Kelapa Sawit

Proses pembuatan biodiesel dari kelapa sawit adalah melalui proses transesterifikasi, dilanjutkan dengan pencucian, pengeringan dan terakhir filtrasi, tetapi jika bahan baku dari CPO maka sebelumnya perlu dilakukan esterfikasi. 1. Transesterifikasi

Transesterifikasi meliputi dua tahap. Transesterifikasi I yaitu pencampuran antara kalium hidroksida (KOH) dan metanol (CH3OH) dengan minyak sawit. Reaksi transesterifikasi I berlangsung sekitar 2 jam pada suhu 58 – 650C. Bahan yang pertama kali dimasukkan ke dalam reaktor adalah asam lemak yang selanjutnya dipanaskan hingga suhu yang telah ditentukan. Reaktor transesterifikasi dilengkapai dengan pemanas dan pengaduk. Selama proses pemanasan pengaduk dijalankan. Tepat pada suhu reaktor 630C, campuran metanol dan KOH dimasukkan ke dalam reaktor. Pada akhir reaksi akan terbentuk metil ester dengan konversi sekitar 94 %. Selanjutnya produk ini diendapkan untuk memisahkan gliserol dan metil ester. Gliserol kemudian dikeluarkan dari reaktor agar tidak menggangu proses transesterifikasi II. Selanjutnya dilakukan transesterifikasi II pada metil ester dan setelah selesai dilakukan pengendapan dalam waktu yang lebih lama agar gliserol yang masih tersisa bisa terpisah.

Trigliserida Metanol Metil-Ester Gliserol Gambar 2.1 Reaksi Transesterifikasi

2. Pencucian

Pencucian hasil pengendapan pada transesterifikasi II bertujuan untuk menghilangkan senyawa yang tidak diperlukan seperti sisa gliserol dan metanol.


(30)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

Pencucian dilakukan pada suhu sekitar 550C. pencucian dilakukan tiga kali

sampai pH menjadi normal (pH 6,8 – 7,2).

3. Pengeringan

Pengeringan bertujuan untuk menghilangkan air yang tercampur dalam metil ester. Pengeringan dilakukan dengan cara memberikan panas pada produk dengan suhu sekitar 950C secara sirkulasi. Ujung pipa sirkulasi ditempatkan di tengah permukaan cairan pada alat pengering.

4. Filtrasi

Tahap akhir dari proses pembuatan biodiesel adalah filtrasi. Filtrasi bertujuan untuk menghilangkan partikel-partikel pengotor biodiesel yang terbentuk selama proses berlangsung, seperti kerak (kerak besi) yang berasal dari dinding reaktor atau dinding pipa atau kotoran dari bahan baku.

Tabel : 2.4 Karakteristik Mutu Biodiesel dari Minyak Kelapa Sawit

Parameter Palm Biodiesel ASTM PS 121

Viskositas pada 400C (csst)

5,0 – 5,6 1,6 – 6,0

Flash Point 172 > 100

Cetane Indeks 47 -49 > 40

Contradson Carbon Residu

0,03 – 0,04 < 0,05

Spesific Grafity 0,8624 -

Sumber : Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan

2.5 Emisi Gas Buang

Bahan pencemar (polutan) yang berasal dari gas buang dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori sebagai berikut :

1. Sumber

Polutan dibedakan menjadi polutan primer atau sekunder. Polutan primer seperti nitrogen oksida (NOx) dan hidrokarbon (HC) langsung dibuangkan ke udara bebas dan mempertahankan bentuknya seperti pada saat pembuangan.


(31)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

Polutan sekunder seperti ozon (O3) dan peroksiasetil nitrat (PAN) adalah polutan yang terbentuk di atmosfer melalui reaksi fotokimia, hidrolisis atau oksidasi. 2. Komposisi kimia

Polutan dibedakan menjadi organik dan inorganik. Polutan organik mengandung karbon dan hidrogen, juga beberapa elemen seperti oksigen, nitrogen, sulfur atau fosfor, contohnya : hidrokarbon, keton, alkohol, ester dan lain-lain. Polutan inorganik seperti : karbon monoksida (CO), karbonat, nitrogen oksida, ozon dan lainnya.

3. Bahan penyusun

Polutan dibedakan menjadi partikulat atau gas. Partikulat dibagi menjadi padatan dan cairan seperti : debu, asap, abu, kabut dan spray, partikulat dapat bertahan di atmosfer. Sedangkan polutan berupa gas tidak bertahan di atmosfer dan bercampur dengan udara bebas.

a.) Partikulat

Polutan partikulat yang berasal dari kendaraan bermotor umumnya merupakan fasa padat yang terdispersi dalam udara dan membentuk asap. Fasa padatan tersebut berasal dari pembakaran tak sempurna bahan bakar dengan udara, sehingga terjadi tingkat ketebalan asap yang tinggi. Selain itu partikulat juga mengandung timbal yang merupakan bahan aditif untuk meningkatkan kinerja pembakaran bahan bakar pada mesin kendaraan.

Apabila butir–butir bahan bakar yang terjadi pada penyemprotan kedalam silinder motor terlalu besar atau apabila butir–butir berkumpul menjadi satu, maka akan terjadi dekomposisi yang menyebabkan terbentuknya karbon–karbon padat atau angus. Hal ini disebabkan karena

pemanasan udara yang bertemperatur tinggi, tetapi penguapan dan pencampuran bahan bakar dengan udara yang ada didalam silinder tidak dapat berlangsung sempurna, terutama pada saat– saat dimana terlalu banyak bahan bakar disemprotkan yaitu pada waktu daya motor akan diperbesar, misalnya untuk akselerasi, maka terjadinya angus itu tidak dapat dihindarkan. Jika angus yang terjadi itu terlalu banyak, maka gas buang yang keluar dari gas buang motor akan bewarna hitam.

b.) Unburned Hidrocarbon (UHC)

Hidrokarbon yang tidak terbakar dapat terbentuk tidak hanya karena campuran udara bahan bakar yang gemuk, tetapi bisa saja pada campuran kurus bila suhu pembakarannya rendah dan lambat serta bagian dari dinding ruang pembakarannya yang dingin dan agak besar. Motor memancarkan banyak hidrokarbon kalau baru saja dihidupkan atau berputar bebas (idle) atau waktu pemanasan.

Pemanasan dari udara yang masuk dengan menggunakan gas buang meningkatkan penguapan dari bahan bakar dan mencegah pemancaran


(32)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

hidrokarbon. Jumlah hidrokarbon tertentu selalu ada dalam penguapan bahan bakar, di tangki bahan bakar dan dari kebocoran gas yang melalui celah antara silinder dari torak masuk kedalam poros engkol, yang disebut dengan blow by

gasses (gas lalu). Pembakaran tak sempurna pada kendaraan juga menghasilkan

gas buang yang mengandung hidrokarbon. Hal ini pada motor diesel terutama disebabkan oleh campuran lokal udara bahan bakar tidak dapat mencapai batas mampu bakar.

c.) Carbon Monoksida (CO)

Karbon dan Oksigen dapat bergabung membentuk senyawa karbon monoksida (CO) sebagai hasil pembakaran yang tidak sempurna dan karbon dioksida (CO2) sebagai hasil pembakaran sempurna. Karbon monoksida merupakan senyawa yang tidak berbau, tidak berasa dan pada suhu udara normal berbentuk gas yang tidak berwarna. Gas ini akan dihasilkan bila karbon yang terdapat dalam bahan bakar (kira–kira 85 % dari berat dan sisanya hidrogen) terbakar tidak sempurna karena kekurangan oksigen. Hal ini terjadi bila campuran udara bahan bakar lebih gemuk dari pada campuran stoikiometris, dan terjadi selama idling pada beban rendah atau pada output maksimum. Karbon monoksida tidak dapat dihilangkan jika campuran udara bahan bakar gemuk. Bila campuran kurus karbon monoksida tidak terbentuk.

d.) Nitrogen Oksida (NOx)

Senyawa nitrogen oksida yang sering menjadi pokok pembahasan dalam masalah polusi udara adalah NO dan NO2. Kedua senyawa ini terbuang langsung ke udara bebas dari hasil pembakaran bahan bakar. Nitrogen monoksida (NO) merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau sebaliknya nitrogen dioksida (NO2) berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam. NO merupakan gas yang berbahaya karena mengganggu saraf pusat. NO terjadi karena adanya reaksi antara N2 dan O2 pada temperatur tinggi diatas 1210 0C. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut :

O2 2O

N2 + O NO + N N + O2 NO + O

2.6 Pengendalian Emisi Gas Buang

Tingkat polusi udara dari mesin kendaraan tidak hanya dipengaruhi oleh teknologi pembakaran yang diterapkan dalam sistem itu saja, tetapi juga besar dipengaruhi oleh mutu bahan bakar yang dipakai. Dari segi kualitas bahan bakar, Indonesia sangat jauh tertinggal dari negara–negara lain. Emisi gas yang dihasilkan oleh pembakaran kendaraan bermotor pada umumnya berdampak


(33)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

negatif terhadap lingkungan. Ada beberapa cara yang dapat diambil untuk mengatasi masalah tersebut

antara lain :

1. Menyeimbangkan campuran udara-bahan bakar. 2. Pemanfaatan Positive Crankcase Ventilation (PCV).

3. Penggunaan sistem kontrol emisi penguapan bahan bakar antara lain : ECS

(Evaporation Control System), EEC (Evaporation Emission Control), VVR

(Vehicle Vapor Recovery) dan VSS (Vapor Saver System). 4. Penggunaan Exhaust Gas Recirculation (EGR).

5. Penggunaan filter particulate traps yang dikhususkan untuk mesin diesel. 6. Injeksi udara lebih kedalam silinder.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan tempat

Pengujian dilakukan di laboratorium motor bakar Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara selama 3 bulan 3 minggu. 3.2 Bahan dan alat

3.2.1 Bahan

Bahan yang menjadi objek pengujian ini adalah bahan bakar biodiesel dari minyak kelapa sawit .

3.2.2 Alat


(34)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

1. Mesin diesel 4-langkah 4-silinder ( TecQuipment type. TD4A 001 ). 2. Bom kalorimeter untuk mengukur nilai kalor bahan bakar.

3. Untuk emisi gas buang menggunakan alat uji auto gas analizer.

4. Alat bantu perbengkelan, seperti : kunci pas, kunci Inggris, kunci ring, kunci L, obeng, tang, palu, kertas amplas dan lain sebagainya.

5. Stop watch, untuk menentukan waktu yang dibutuhkan mesin uji untuk

menghabiskan bahan bakar dengan volume sebanyak 100 ml.

6. Termometer, untuk menghitung perubahan suhu yang terjadi antara sebelum masuk dan setelah keluar air cooler.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dipergunakan dalam pengujian ini meliputi :

a. Data primer, merupakan data yang diperoleh langsung dari pengukuran dan pembacaan pada unit instrumentasi dan alat ukur pada masing-masing pengujian.

b. Data sekunder, merupakan data yang diperoleh dari hasil penelitian karakteristik bahan bakar biodiesel yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan dan data mengenai karakteristik bahan bakar solar dari pertamina.

3.4 Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari data primer dan data sekunder diolah ke dalam rumus empiris, kemidian data dari perhitungan disajikan dalam bentuk tabulasi dan grafik.

3.5 Pengamatan dan tahap pengujian

Pada penelitian yang akan diamati adalah : 1. Parameter torsi (T) dan parameter daya (PB). 2. Parameter konsumsi bahan bakar spesifik (sfc). 3. Rasio perbandingan udara bahan bakar (AFR). 4. Efisiensi volumetris (ηv).


(35)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

5. Effisiensi thermal brake (ηb). 6. Parameter komposisi gas buang.

Prosedur pengujian dapat dibagi beberapa tahap, yaitu : 1. Pengujian nilai kalor bahan bakar.

2. Pengujian motor diesel dengan bahan bakar solar murni.

3. Pengujian motor diesel dengan bahan bakar biodiesel dimethil ester ( B-03).

3.5 Prosedur Pengujian Nilai Kalor Bahan Bakar

Alat yang digunakan dalam pengukuran nilai kalor bahan bakar ini adalah alat uji “Bom Kalorimeter”.

Gambar 3.1 Bom kalorimeter. Peralatan yang digunakan meliputi :

- Kalorimeter, sebagai tempat air pendingin dan tabung bom. - Tabung bom, sebagai tempat pembakaran bahan bakar yang diuji.


(36)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

- Tabung gas oksigen.

- Alat ukur tekanan gas oksigen, untuk mengukur jumlah oksigen yang dimasukkan ke dalam tabung bom.

- Termometer, dengan akurasi pembacaan skala 0.01 0C.

- Elektromotor yang dilengkapi pengaduk untuk mengaduk air pendingin. - Spit, untuk menentukan jumlah volume bahan bakar.

- Pengatur penyalaan (saklar), untuk menghubungkan arus listrik ke tangkai penyala pada tabung bom.

- Kawat penyala (busur nyala), untuk menyalakan bahan bakar yang diuji. - Cawan, untuk tempat bahan bakar di dalam tabung bom.

- Pinset untuk memasang busur nyala pada tangkai penyala, dan cawan pada dudukannya.

Adapun tahapan pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Mengisi cawan bahan bakar dengan bahan bakar yang akan diuji.

2. Menggulung dan memasang kawat penyala pada tangkai penyala yang ada pada penutup bom.

3. Menempatkan cawan yang berisi bahan bakar pada ujung tangkai penyala, serta mengatur posisi kawat penyala agar berada tepat diatas permukaan bahan bakar yang berada didalam cawan dengan menggunakan pinset.

4. Meletakkan tutup bom yang telah dipasangi kawat penyala dan cawan berisi bahan bakar pada tabungnya serta dikunci dengan ring “O”sampai rapat. 5. Mengisi bom dengan oksigen (30 bar).

6. Mengisi tabung kalorimeter dengan air pendingin sebanyak 1250 ml. 7. Menempatkan bom yang telah terpasang kedalam tabung kalorimeter. 8. Menghubungkan tangkai penyala penutup bom ke kabel sumber arus listrik. 9. Menutup kalorimeter dengan penutupnya yang dilengkapi dengan pengaduk. 10.Menghubungkan dan mengatur posisi pengaduk pada elektromotor.


(37)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

12.Menghidupkan elektromotor selama 5 (lima) menit kemudian membaca dan mencatat temperatur air pendingin pada termometer.

13.Menyalakan kawat penyala dengan menekan saklar.

14.Memastikan kawat penyala telah menyala dan putus dengan memperhatikan lampu indikator selama elektromotor terus bekerja .

15.Membaca dan mencatat kembali temperatur air pendingin setelah 5 (lima) menit dari penyalaan berlangsung.

16.Mematikan elektromotor pengaduk dan mempersiapkan peralatan untuk pengujian berikutnya.

17.Mengulang pengujian sebanyak 5 (lima) kali berturut–turut.

Diagram alir pengujian nilai kalor bahan bakar yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.2

a

Mulai

b

 Berat sampel bahan

bakar 0,20 gram  Volume air

pendingin: 1250 ml  Tekanan oksigen 30

Bar

Pengujian = 5 kali

HHVRata - rata = 5

5

1 i

iΣ= HHV ( J/kg) Melakukan pengadukan terhadap

air pendingin selama 5 menit

Mencatat temperatur air pendingin T1 (OC)


(38)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

Gambar 3.2 Diagram alir Pengujian nilai kalor bahan bakar. 3.6 Prosedur Pengujian Performansi Motor Diesel

Disini dilakukan pengujian dengan menggunakan mesin diesel 4-langkah 4-silinder ( TecQuipment type. TD4A 001 ).

Menyalakan bahan bakar

Melanjutkan pengadukan terhadap air pendingin selama 5 menit

Mencatat kembali temperatur air pendingin T2 (OC)

Menghitung HHV bahan bakar :

HHV = (T2 – T1 – Tkp) x Cv x 1000 ( J/kg )

a

b


(39)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

Gambar 3.3 Mesin uji (TD4 A 001)

Gambar 3.4 TD4 A 001 4–Stroke Diesel Engine

Tabel 3.1 Spesifikasi Mesin Diesel TD4A 4-langkah

TD111 4-Stroke Diesel Engine


(40)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

Langkah dan diameter 3,125 inch-nominal dan 3,5 inch

Kompresi ratio 22 : 1

Kapasitas 107 inch3 (1,76 liter)

Valve type clearance 0,012 inch (0,30 mm) dingin

Firing order 1-3-4-2

Sumber : Panduan Praktikum Motor Bakar Diesel Laboratorium Motor Bakar

Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik USU.

Mesin ini juga dilengkapi dengan TD4 A 001 Instrumentation Unit dengan spesifikasi sebagai berikut :

Gambar 3.5 TD4 A 001 Instrumentation Unit

Tabel 3.2 Spesifikasi TD4 A 001 Instrument Unit

TD4 A 001 Instrument Unit

Fuel Tank Capasity 10 liters


(41)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

Tachometer 0–5000 rev/min

Torque Meter 0–70 Nm

Exhaust Temperature Meter 0–1200 0C

Air Flow Manometer Calibrated 0–40 mm water gauge

Sumber : Panduan Praktikum Motor Bakar Diesel Laboratorium Motor Bakar

Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik USU.

Pada pengujian ini, akan diteliti performansi motor diesel serta komposisi emisi gas buang . Pengujian ini dilakukan pada 5 tingkat putaran mesin, yaitu : 1000,1400,1800,2200,2600 dan 2800 rpm serta 2 variasi beban yaitu : 10 kg dan 25 kg.

Sebelum pengujian dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pengkalibrasian terhadap torquemeter yang terdapat pada instrumentasi mesin uji dengan langkah– langkah sebagai berikut :

1. Menghubungkan unit instrumentasi mesin kesumber arus listrik. 2. Memutar tombol span searah jarum jam sampai posisi maksimum. 3. Mengguncangkan/menggetarkan mesin pada bagian lengan beban.

4. Memutar tombol zero, hingga jarum torquemetre menunjukkan angka nol. 5. Memastikan bahwa penunjukan angka nol oleh torquemeter telah akurat

dengan mengguncangkan mesin kembali.

6. Menggantung beban sebesar 10 kg pada lengan beban.

7. Mengguncangkan/menggetarkan mesin sampai posisi jarum torquemeter menunjukkan angka yang tetap.

8. Melepaskan beban dari lengan beban.

Pengkalibrasian ini dilakukan setiap kali akan dilakukan pengujian sebelum mesin dihidupkan. Setelah dilakukan pengkalibrasian, maka pengujian dapat dilakukan dengan langkah–langkah sebagai berikut :

1. Menghidupkan pompa air pendingin dan memastikan sirkulasi air pendingin mengalir dengan lancar melalui mesin.

2. Menghidupkan mesin dengan cara menarik tali starter, memanaskan mesin selama 15–20 menit pada putaran rendah (± 1500 rpm).


(42)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

3. Mengatur putaran mesin pada 1500 rpm dengan menggunakan tuas kecepatan dan memastikannya melalui pembacaan tachometer.

4. Menggantung beban sebesar 10 kg pada lengan beban.

5. Menutup saluran bahan bakar dari tangki dengan memutar katup saluran bahan bakar sehingga permukaan bahan bakar didalam pipette turun.

6. Mencatat waktu yang dibutuhkan mesin untuk menghabiskan 100 ml bahan bakar dengan menggunakan stopwatch dengan memperhatikan ketinggian permukaan bahan bakar didalam pipette.

7. Mencatat torsi melalui pembacaan torquemeter, temperatur gas buang melalui

exhaust temperature meter, dan tekanan udara masuk melalui air flow manometer.

8. Membuka katup bahan bakar sehingga pipette kembali terisi oleh bahan bakar yang berasal dari tangki.

9. Mengulang pengujian untuk variasi putaran dan beban mesin.

Diagram alir pengujian performansi motor bakar diesel yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.6.

Mulai

 Volume Uji bahan bakar : 100 ml

 Temperatur udara : 27 OC

 Tekanan udara: 1 bar

Putaran: n rpm


(43)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

Gambar 3.6 Diagram alir Pengujian performansi motor bakar diesel

3.7 Prosedur Pengujian Emisi Gas Buang

Pengujian emisi gas buang yang dilakukan meliputi kadar CO2, O2, HC, CO, dan NOx yang terdapat pada hasil pembakaran bahan bakar . Pengujian ini dilakukan bersamaan dengan pengujian unjuk kerja motor bakar diesel dimana gas buang yang dihasilkan oleh mesin uji pada saat pengujian diukur untuk mengetahui kadar emisi dalam gas buang. Pengujian emsi gas buang yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan alat auto logic gas analizer .

 Mencatat waktu yang dibutuhkan untuk menghabiskan 100 ml bahan bakar.

 Mencatat Torsi

 Mencatat temperatur gas buang

Mencatat tekanan udara masuk mm H2O

Menganalisa data hasil pembacaan alat ukur dengan rumus empiris

Mengulang pengujian dengan beban, putaran yang berbeda.


(44)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

Gambar 3.7 Auto logic gas analizer

Mulai

Menyambungkan perangkat autogas analizer ke komputer

Mengosongkan kandungan gas dalam auto logic gas analizer


(45)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

Gambar 3.8 Diagram alir pengujian emisi gas buang motor bakar diesel

BAB IV

HASIL DAN ANALISA PENGUJIAN

4.1 Pengujian Nilai Kalor Bahan Bakar

Data temperatur air pendingin sebelum dan sesudah penyalaan (T1 dan T2) yang telah diperoleh pada pengujian “Bom Kalorimeter” selanjutnya digunakan untuk menghitung nilai kalor atas bahan bakar (HHV) dengan persamaan berikut :

Memasukkan gas fitting kedalam knalpot motor bakar

Menunggu kira-kira 2 menit hingga pembacaan stabil dan melihat

tampilannya di komputer

Mengulang pengujian dengan beban dan putaran yang berbeda


(46)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

HHV = (T2 – T1 – Tkp) x Cv x 1000 ( J/kg ) Lit.1 hal 12

dimana:

HHV = Nilai kalor atas ( High Heating Value )

T1 = Temperatur air pendingin sebelum penyalaan ( 0C ) T2 = Temperatur air pendingin sesudah penyalaan ( 0C ) Cv = Panas jenis bom kalorimeter ( 73.5296 J/kg 0C ) Tkp = Kenaikan temperatur akibat kawat penyala ( 0,05 0C )

Hasil perhitungan nilai kalor atas bahan bakar Solar (HHV) pada pengujian ini dikalikan dengan faktor koreksi (Fk) sebesar 0,6695. Faktor koreksi tersebut didapat dari perbandingan antara standarisasi nilai kalor solar 44.800 J/kg (engineering tool box) dengan HHV rata-rata solar yang telah diuji dengan bom kalorimeter sebesar 66.911,936 J/kg. Sedangkan untuk perhitungan nilai kalor atas bahan bakar Biodiesel dimetil ester (B-03) dikalikan dengan faktor koreksi (Fk) sebesar 0,999945. Faktor koreksi tersebut didapat dari perbandingan antara HHV rata-rata solar yang telah diuji dengan bom kalorimeter sebesar 44.797,541 J/kg dengan standarisasi nilai kalor solar sebesar 44.800 J/kg.

Pada pengujian pertama bahan bakar biodiesel dimethil ester (B-03) , diperoleh : T1 = 25,67 0C

T2 = 26,49 0C, maka:

HHV(B-03) = (26,49 – 25,67 – 0,05 ) x 73.5296 x 1000 x Fk = 56.617,7 x 0,999945

= 56.614,586 J/kg

Pada pengujian pertama bahan bakar solar , diperoleh : T1 = 26,65 0C

T2 = 27,75 0C, maka:

HHV(solar) = (27,75 – 26,65 – 0,05 ) x 73.529,6 x 1000 x Fk = 77.206,08 x 0,6695


(47)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

Cara perhitungan yang sama dilakukan untuk menghitung nilai kalor pada pengujian kedua hingga kelima. Selanjutnya untuk memperoleh harga nilai kalor rata–rata bahan bakar digunakan persamaan berikut ini :

HHVRata - rata = 5

5

1 i

iΣ= HHV

( J/kg ) Lit.1 hal 12

Data temperatur air pendingin sebelum dan sesudah penyalaan serta hasil perhitungan untuk nilai kalor pada pengujian pertama hingga kelima dan nilai kalor rata–rata dengan menggunakan bahan biodiesel (B-03) dan solar murni, dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini :

Tabel 4.1 Data hasil pengujian dan perhitungan bom kalorimeter Bahan Bakar No. Pengujian

T

1

T

2

HHV

HHV rata-rata

Biodiesel ( B-03 )

1 25,67 26,49 56.614,586

45.585,769 2 26,69 27,35 52.203,144

3 27,51 28,18 45.585,844 4 28,62 29,14 34.556,729 5 25,75 26,33 38.968,544

Solar

1 26,65 27,75 51.689,470

44.797,541 2 27,75 28,61 39.874,734

3 28,68 29,70 47.751,225 4 25,71 26,87 39.874,734 5 26,95 27,91 44.797,541 4.2 Pengujian Performansi Motor Bakar Diesel

Data yang diperoleh dari pembacaan langsung alat uji mesin diesel

4-langkah 4-silinder (TecQuipment type. TD4A 001) melalui unit instrumentasi dan

perlengkapan yang digunakan pada saat pengujian antara lain : Putaran (rpm) melalui tachometre.

Torsi (N.m) melalui torquemetre.


(48)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

♦ Temperatur gas buang (0C), melalui pembacaan exhaust temperature metre. ♦ Waktu untuk menghabiskan 100 ml bahan bakar (s), melalui pembacaan

stopwatch.

4.2.1 Daya

Besarnya daya dari masing-masing pengujian pada tiap variasi beban dan putaran dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :

B

P = n T

60 . . 2π

dimana :P = Daya keluaran (Watt) B

n = Putaran mesin (rpm) T = Torsi (N.m)

Untuk pengujian dengan menggunakan bahan bakar biodiesel (B-03) : Beban : 10 kg

Putaran : 1000 rpm

P =B T

n

60 . . 2π

= 60 5 1000 .

14 , 3 . 2

x


(49)

(B-10) dan solar murni pada tiap kondisi pembebanan dan putaran dapat

ditampilkan dalam bentuk tabel berikut ini : Tabel 4.2 Data hasil perhitungan untuk daya

Beban

STATIS

(kg)

Putaran

(rpm)

Daya (kW)

Biodiesel (B-03)

Solar

10

1000 0,523 3,34912

1400 3,1401 6,30079

1800 6,2802 8,94900

2200 7,3269 11,05248

2600 8,3736 13,06224

2800 7,3269 14,06688

25

1000 2,61675 7,90183

1400 6,80355 11,42934

1800 12,5604 15,26040

2200 17,27055 19,34184

2600 16,7472 23,67531

2800 15,7005 25,78928

• Pada pembebanan 10 kg (gambar 4.1), daya terendah mesin terjadi pada pengujian dengan menggunakan bahan bakar biodiesel (B-03) pada putaran

1000 rpm yaitu 0,523 kW. Sedangkan daya tertinggi terjadi pada pengujian

dengan menggunakan solar pada putaran 2800 rpm sebesar 14,06688 kW. • Pada pembebanan 25 kg (gambar 4.2), daya terendah mesin terjadi pada

pengujian dengan menggunakan bahan bakar biodiesel (B-03) pada putaran 1000 rpm yaitu sebesar 2,61675 kW. Sedangkan daya tertinggi terjadi saat menggunakan bahan bakar solar pada putaran 2800 rpm yaitu sebesar


(50)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

pada beban 10 kg dan putaran 1000 rpm yaitu 0,523 kW. Sedangkan daya tertinggi terjadi ketika menggunakan bahan bakar solar pada beban 25 kg dan putaran 2800 rpm yaitu sebesar 25,78928 kW.

Besar kecil daya mesin bergantung pada besar kecil torsi yang didapat. Daya yang dihasilkan mesin dipengaruhi oleh putaran poros engkol yang terjadi akibat dorongan piston yang dihasilkan karena adanya pembakaran bahan bakar dengan udara. Jika konsumsi bahan bakar dan udara diperbesar maka akan semakin besar pula daya yang dihasilkan mesin. Semakin cepat poros engkol berputar maka akan semakin besar daya yang dihasilkan.

Perbandingan besarnya daya untuk masing-masing pengujian pada setiap variasi beban dan putaran dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 4.1 Grafik Daya vs putaran untuk beban 10 kg. Gambar diatas didapat dari persamaan :

D

aya (

k

W

)


(51)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

Solar

Linear model Poly5:

f(x) = p1*x^5 + p2*x^4 + p3*x^3 + p4*x^2 + p5*x + p6 Coefficients:

p1 = -9.766e-016 p2 = 9.916e-012 p3 = -3.87e-008 p4 = 7.128e-005 p5 = -0.05472 p6 = 16.55 Goodness of fit: SSE: 1.288e-025 R-square: 1

Adjusted R-square: NaN RMSE: NaN

Biodiesel

Linear model Poly5:

f(x) = p1*x^5 + p2*x^4 + p3*x^3 + p4*x^2 + p5*x + p6 Coefficients:

p1 = -1.162e-014 p2 = 1.123e-010 p3 = -4.232e-007 p4 = 0.0007726 p5 = -0.6731 p6 = 223.5 Goodness of fit: SSE: 1.939e-023 R-square: 1

Adjusted R-square: NaN RMSE: NaN


(52)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

Gambar 4.2 Grafik Daya vs putaran untuk beban 25 kg. Gambar diatas didapat dari persamaan :

Gambar persamaan 4.2 (Beban statis 25 kg) FIT 1 (Biodiesel)

Linear model Poly5:

f(x) = p1*x^5 + p2*x^4 + p3*x^3 + p4*x^2 + p5*x + p6 Coefficients:

p1 = 9.64e-015 p2 = -8.932e-011 p3 = 3.142e-007 p4 = -0.0005253 p5 = 0.4303 p6 = -136.9 Goodness of fit: SSE: 1.218e-023 R-square: 1

Adjusted R-square: NaN

D

aya (

k

W

)


(53)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

FIT 2 (Solar) Linear model Poly5:

f(x) = p1*x^5 + p2*x^4 + p3*x^3 + p4*x^2 + p5*x + p6 Coefficients:

p1 = -3.307e-014 p2 = 3.173e-010 p3 = -1.179e-006 p4 = 0.002114 p5 = -1.817 p6 = 605.9 Goodness of fit: SSE: 3.185e-022 R-square: 1

Adjusted R-square: NaN RMSE: NaN

Dari gambar 4.1 dan 4.2 dapat dilihat bahwa penggunaan bahan bakar biodiesel (B-03) daya yang bekerja menjadi lebih lebih kecil dibandingkan solar dikarenakan torsi yang dihasilkan dari penggunaan bahan bakar biodiesel juga kecil tetapi tidak mengurangi kekuatan motor tersebut. Sehingga mesin / motor akan menjadi lebih awet dan bisa bertahan lama karena mesin tidak terlalu dipaksakan bekerja secara maksimum. Jadi bahan bakar biodiesel ini cocok digunakan pada mobil – mobil bermesin diesel, bahan bakar bagi sampan untuk nelayan melaut, truk – truk pengangkut.


(54)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

Besarnya daya yang dihasilkan dari masing–masing pengujian baik dengan menggunakan biodiesel (B-03) dan solar pada tiap kondisi pembebanan dan putaran dapat dihitung dan ditampilkan dalam bentuk tabel dibawah ini :

Tabel 4.3 Data hasil pembacaan langsung unit instrumentasi

DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BIODIESEL (B-03)

BEBAN STATIS

(kg)

HASIL PEMBACAAN UNIT INSTRUMENTASI

PUTARAN (rpm)

1000 1400 1800 2200 2600 2800

10

Torsi (N.m) 5 30 60 70 80 70

Waktu menghabiskan 100 ml bahan bakar (s) 410 265 175 132 103 99

Aliran Udara ( mm H2O ) 3,5 7 12,5 18 24,5 29

Temperatur Gas Buang ( oC) 100 120 140 200 220 240

25

Torsi (N.m) 25 65 120 165 160 150

Waktu menghabiskan 100 ml bahan bakar (s) 338 228 153 110 94 88

Aliran Udara ( mm H2O ) 4 6,5 12,5 18 24,5 29

Temperatur Gas Buang ( oC) 100 120 160 220 240 240

DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR SOLAR

BEBAN STATIS

(kg)

HASIL PEMBACAAN UNIT INSTRUMENTASI

PUTARAN (rpm)

1000 1400 1800 2200 2600 2800

10

Torsi (N.m) 32 43 47,5 48 48 48

Waktu menghabiskan 100 ml bahan bakar (s) 301 167 117 78 66 64

Aliran Udara ( mm H2O ) 3,5 7,0 11,5 18,0 24,5 27,5

Temperatur Gas Buang ( oC) 100 160 240 300 320 340

25

Torsi (N.m) 75,5 78,0 81,0 84,0 87,0 88,0

Waktu menghabiskan 100 ml bahan bakar (s) 304 243 173 135 99 90

Aliran Udara ( mm H2O ) 4,5 7,5 12,0 16,0 24,5 28,5


(55)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

pengujian dengan menggunakan bahan bakar biodiesel (B-03) pada putaran

1000 rpm yaitu sebesar 5 N.m. Sedangkan torsi tertinggi mesin terjadi pada

pengujian dengan menggunakan bahan bakar biodiesel (B-03) pada putaran

2600 rpm sebesar 80 N.m.

• Pada pembebanan 25 kg (gambar 4.4), torsi terendah mesin terjadi pada pengujian dengan menggunakan bahan bakar biodiesel (B-03) pada putaran

1000 rpm yaitu 25 N.m. Sedangkan torsi tertinggi mesin terjadi pada

pengujian dengan menggunakan bahan bakar biodiesel (B-03) pada putaran

2200 rpm yaitu sebesar 165 N.m.

Torsi terendah terjadi ketika menggunakan bahan bakar biodiesel (B-03) pada beban 10 kg pada putaran 1000 rpm yaitu sebesar 5 N.m. Sedangkan torsi tertinggi terjadi ketika menggunakan bahan bakar biodiesel (B-03) pada beban 25 kg pada putaran 2200 rpm yaitu sebesar 165 N.m.

Perbandingan harga Torsi untuk masing-masing pengujian pada setiap variasi beban dan putaran dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 4.3 Grafik Torsi vs Putaran untuk beban 10 kg.

T

or

si

(

N

.m )

Putaran ( rpm ) Putaran ( rpm )


(56)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

Gambar persamaan 4.3 (beban statis 10 kg) FIT 1 (Biodiesel)

Linear model Poly5:

f(x) = p1*x^5 + p2*x^4 + p3*x^3 + p4*x^2 + p5*x + p6 Coefficients:

p1 = -1.11e-013 p2 = 1.072e-009 p3 = -4.04e-006 p4 = 0.007377 p5 = -6.426 p6 = 2134 Goodness of fit: SSE: 1.791e-021 R-square: 1

Adjusted R-square: NaN RMSE: NaN

FIT 2 (Solar)

Linear model Poly5:

f(x) = p1*x^5 + p2*x^4 + p3*x^3 + p4*x^2 + p5*x + p6 Coefficients:

p1 = -3.901e-015 p2 = 3.674e-011 p3 = -1.272e-007 p4 = 0.0001874 p5 = -0.08592 p6 = 24.91 Goodness of fit: SSE: 1.441e-024 R-square: 1

Adjusted R-square: NaN RMSE: NaN


(57)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

Gambar 4.4 Grafik Torsi vs putaran untuk beban 25 kg. Gambar diatas didapat dari persamaan :

Gambar 4.4 (beban statis 25 kg) FIT 1 (biodiesel)

Linear model Poly5:

f(x) = p1*x^5 + p2*x^4 + p3*x^3 + p4*x^2 + p5*x + p6 Coefficients:

p1 = -2.106e-015 p2 = 1.976e-011 p3 = -7.305e-008 p4 = 0.0001329 p5 = -0.1116 p6 = 109.6 Goodness of fit: SSE: 7.674e-025 R-square: 1

Adjusted R-square: NaN RMSE: NaN

FIT 2 (Solar)

T

or

si

(

N

.m )


(58)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

f(x) = p1*x^5 + p2*x^4 + p3*x^3 + p4*x^2 + p5*x + p6 Coefficients:

p1 = 9.21e-014 p2 = -8.533e-010 p3 = 3.002e-006 p4 = -0.005018 p5 = 4.111 p6 = -1308 Goodness of fit: SSE: 1.591e-021 R-square: 1

Adjusted R-square: NaN RMSE: NaN

Torsi adalah suatu keadan benda mengalami puntir atau gaya gunting akibat beban puntir. Dari gambar 4.3 dan 4.4 dapat dilihat bahwa penggunaan bidiesel (B-03) ini dapat membuat torsi menjadi lebih kecil sehingga daya yang dihasilkan juga bisa lebih kecil, sehingga akan membuat mesin menjadi lebih awet dan tahan lama untuk beroperasi.Jadi bahan bakar biodiesel (B-03) ini cocok digunakan pada truk – truk pengangkut yang membawa peralatan besar, sampan nelayan dan juga kendaraan bermesin diesel.

4.2.3 Konsumsi bahan bakar spesifik

Konsumsi bahan bakar spesifik (Specific fuel consumption, Sfc) dari masing–masing pengujian pada tiap variasi beban dan putaran dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :

Sfc = B f

P x

m 3

.

10

dimana : Sfc = konsumsi bahan bakar spesifik (g/kW.h)

.

f


(59)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

persamaan berikut :

3600 10 . . 3 x t V sg m f f f f − = dimana : f

sg = spesific gravity biodiesel = 0,8624

f

V = Volume bahan bakar yang diuji (dalam hal ini 100 ml). f

t = waktu untuk menghabiskan bahan bakar sebanyak volume uji (detik).

Dengan memasukkan harga sgf , harga tf yang diambil dari percobaan sebelumnya harga Vf yaitu sebesar 100 ml, maka laju aliran bahan bakar untuk pengujian dengan menggunakan bahan bakar biodiesel (B-03) :

Beban : 10 kg Putaran : 1000 rpm

.

f m =

410 10 . 100 8624 ,

0 x −3

x 3600 = 0,77422 44 kg / jam

Dengan diperolehnya besar laju aliran bahan bakar, maka dapat dihitung harga konsumsi bahan bakar spesifiknya (Sfc).

Untuk pengujian dengan menggunakan bahan bakar biodiesel (B-03) : Beban : 10 kg

Putaran : 1000 rpm

Sfc =

523 , 0 10 7742244 ,

0 x 3


(60)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.

beban yang bervariasi, maka hasil perhitungan Sfc untuk kondisi tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.4 Konsumsi bahan bakar spesifik (sfc) dengan bahan bakar biodiesel (B-03) dan solar .

Dengan Bahan Bakar Biodiesel (B-03) Beban

Statis (kg)

Putaran (rpm)

Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (sfc) (gr/kWh)

10

1000 1.480,3526

1400 373,09711

1800 282,48781

2200 321,00888

2600 359,96627

2800 428,01184

25

1000 351,02036

1400 200,14319

1800 161,55349

2200 163,422705

2600 197,21556


(1)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.


(2)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.


(3)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.


(4)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.


(5)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.


(6)

Aulia Fahmi Adha : Kajian Eksperimental Penggunaan Bahan Bakar Campuran Dimetil Ester Dan Solar (B-03) Dengan Solar Terhadap Performansi Motor Diesel Dan Emisi Gas Buang, 2009.