Toyota Alphard tipe V3.0 AT tahun 2003, 1 satu unit mobil Jaguar X type 2.0 V6 tahun 2002, rumah yang terletak di Bali, 2 dua unit Apartemen di Jakarta
Utara. Kasus ini diawali dari perceraian yang diikuti dengan gugatan rekonvensi antara penggugat dan tergugat telah terjadi perjanjian perkawinan dan di dalam
perjanjian tersebut menyatakan pemisahan harta. Sesuai dengan putusan No 0502Pdt.G2013PAJS yang di keluarkan oleh Pengadilan Agama Jakarta Selatan
menetapkan penggugat dan tergugat masing-masing mendapat setengah bagian dari harta bersama aktiva dan passiva.
Selama ini baru sebagian kecil masyarakat Indonesia yang membuat perjanjian itu sebelum menikah. Anggapan bahwa setelah menikah segala sesuatu
melebur menjadi satu membuat setiap pasangan merasa enggan untuk membuat perjanjian tersebut.
Dari sinilah penulis ingin mengangkat permasalahan yang ada dalam putusan berkaitan dengan kedudukan perjanjian perkawinan terhadap harta
bersama sebagai acuan pembahasan dalam menulis skripsi yang berjudul :
“AKIBAT HUKUM PERJANJIAN PERKAWINAN TERHADAP HARTA BERSAMA PASCA PERCERAIAN Studi Putusan Pengadilan Agama
Jakarta Selatan Nomor 0502Pdt.G2013PAJS”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas tentang Akibat Hukum Perjanjian PerkawinanTerhadap Harta Bersama Pasca Perceraian Studi Putusan Pengadilan
Agama Jakarta Selatan No 0502Pdt.G2013PAJS diatas, maka penulis dapat mengidentifikasi beberapa permasalahan yaitu :
1 Dengan adanya suatu perjanjian perkawinan mengikat sebagai Undang-
Undang bagi kedua belah pihak yang membuat perjanjian perkawinan, dan pihak ketiga tersangkut.
2 Kedudukan dari perjanjian perkawinan disesuaikan dengan syarat-syarat
perjanjian dalam Pasal 1320 KUHPerdata. 3
Isi perjanjian perkawinan dapat menyangkut segala hal yang tidak bertentangan dengan ketentuan perjanjian secara umum serta telah di
daftarkan di Pegawai Pencatat Nikah. 4
Apabila perjanjian perkawinan tersebut dibuat setelah terjadinya perkawinan maka perjanjian tersebut dianggap batal demi hukum.
5 Perjanjian perkawinan yang dibuat oleh kedua belah pihak yang apabila salah
satu membuat pelanggaran maka pihak yang dirugikan dapat mengajukan pembatalan perkawinan atau diajukan sebagai gugatan perceraian.
1.3 Batasan Masalah
Agar masalah yang akan penulis bahas tidak meluas sehingga dapat mengakibatkan ketidakjelasan pembahasan masalah, maka penulis akan
membatasi masalah yang akan dikaji sebagai berikut : 1.
Kedudukan Perjanjian Perkawinan terhadap Harta Bersama Pasca Perceraian 2.
Akibat Hukum Perjanjian Perkawinan terhadap Harta Bersama Pasca Perceraian.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah-masalah yang muncul terkait dengan Akibat Hukum Perjanjian Perkawinan terhadap Harta Bersama Pasca Perceraian yang di putus
oleh Pengadilan Agama, maka rumusan tersebut penulis rinci dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :
1 Bagaimanakah keddudukan serta akibat hukum perjanjian perkawinan
terhadap harta bersama pasca perceraian dalam putusan Nomor 0502Pdt.G2013PAJS ?
2 Bagaimanakah pertimbangan hakim mengenai perjanjian perkawinan
terhadap harta bersama pasca perceraian dalam putusan Nomor 0502Pdt.G2013PAJS ?
1.5 Tujuan Penelitian