KECENDERUNGAN ISI PELECEHAN DALAM ACARA TELEVISI DI BULAN RAMADHAN (Analisis Isi Program Acara Sahurnya OVJ,Trans 7 dan Sahur Saatnya Sahuur, Rcti)

(1)

KECENDERUNGAN ISI PELECEHAN

DALAM ACARA TELEVISI DI BULAN RAMADHAN

(Analisis Isi Program Acara

Sahurnya OVJ,Trans 7 dan Sahur Saatnya Sahuur, Rcti)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

Oleh:

Arief Surya Pranata 201020040312436

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN ………. i

KATA PENGANTAR ………..……… ii

ABSTRAKSI ………. iii

DAFTAR TABEL ………..…….. iv

DAFTAR LAMPIRAN ……… v

BAB I: PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG ……….. 1

B. RUMUSAN MASALAH ……….. 4

C. TUJUAN PENELITIAN ... 4

D. KEGUNAAN PENELITIAN ……….... 4

1. Kegunaan Praktis ………... 4

2. Kegunaan Akademis ……….. 4

E. TINJAUAN PUSTAKA ……… 5

1. Komunikasi Massa ………... 5

2. Televisi Sebagai Media komunikasi Massa …………...…… 5

3. Kekerasan Aktual dan Simbolik ……… 7

4. Pelecehan ……….. 10

5. Tayangan Kekerasan dalam Televisi ………. 11

F. DEFINISI KONSEPTUAL ………... 12

1. Pelecehan ………..…………. 12

2. Acara Televisi ……… 13

G. METODE PENELITIAN ………...………... 13

.1. Tipe Penelitian ……… 13


(3)

3. Unit Analisis ……… 16

a. Unit Analisis Akting (nonverbal) ……… 16

b. Unit Analisis Dialog (verbal) ……….. 16

4. Teknik Pengumpulan Data ……….. 17

5. Teknik Analisis Data ………... 17

BAB II : DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. SEKILAS TENTANG TRANS 7 ………. 20

1. Latar Belakang Trans 7 ………. 20

2. Logo Trans 7 ………. 21

3. Struktur Manajemen ………. 21

4. Coverage Area ……….. 21

B. SEKILAS TENTANG RCTI ……….…………..…… 23

1. Latar Belakang RCTI ………..…….…… 23

2. Visi Misi RCTI ………. 23

3. Dewan Direksi RCTI ……… 25

C. SEKILAS TENTANG SAHURNYA OVJ ………..…… 25

1. Jenis Program ………..……. 25

2. Audience / Viewer Target ……… 26

3. Program Structure ……… 26

4. Materi Acara ………...…………. 26

5. Set dan Dekorasi ……….. 27

D. SEKILAS TENTANG SAHUR SAATNYA SAHUUR ………… 27

1. Jenis Program ……….. 27

2. Audience / Viewer Target ………... 28

3. Program Structure ………... 28

4. Materi Acara ………... 28


(4)

BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

A. PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA ………. 30

1. Analisis Terhadap Kategori Pelecehan dengan Asosiasi Binatang ... 32

2. Analisis Terhadap Kategori Pelecehan Dengan Asosiasi Seksual / Porno ... 34

2.1 Indikator Verbal Pada Kategori Seksual / porno ... 34

2.2 Indikator Nonverbal Pada Kategori Seksual / Porno ... 35

3. Analisis Terhadap Kategori Pelecehan dengan Disfemisme ... 36

3.1 Indikator Verbal pada Kategori Disefemisme ... 36

3.2 Indikator Nonverbal pada Kategori Disfemisme ... 39

4. Analisis Terhadap Kategori Pelecehan Dengan Stigmatisasi ... 47

4.1 Indikator Verbal Pada Kategori Stigmatisasi ... 48

4.2 Indikator Nonverbal Pada Kategori Stigmatisasi ... 53

B. UJI RELIABILITAS ... 67

1. Uji Reliabilitas Peneliti Dengan Koder Pertama ... 68

2. Uji Reliabilitas Peneliti Dengan Koder Kedua ... 69

BAB IV: PENUTUP A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA


(5)

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Arief Surya Pranata NIM : 201020040312436 Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : KECENDERUNGAN ISI PELECEHAN DALAM ACARA TELEVISI DI BULAN RAMADHAN (Analisis Isi Program Acara Sahurnya

OVJ,Trans 7 dan Sahur Semuaa Sahuur, Rcti)

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Joko Susilo, S.Sos, M.Si Nasrullah, S.Sos, M.Si.

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi


(6)

i

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Arief Surya Pranata NIM : 201020040312436 Konsentrasi : Audio Visual

Judul Skripsi : Kecenderungan Isi Pelecehan Dalam Acara Televisi Di Bulan Ramadhan (Analisis isi program acara Sahurnya OVJ,Trans 7 dan Sahur Saatnya Sahuur, RCTI)

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiya Malang

Dan dinyatakan LULUS

Pada hari : Sabtu Tanggal : 4 Mei 2013

Tempat : Ruang 609

Mengesahkan, Dekan FISIP UMM

Dr. Wahyudi, M. Si

Dewan Penguji:

1. Ibu Isnani Dzuhrina, M. Adv Penguji I ( )

2. Zen Amirudin, S.sos Penguji II ( )

3. Joko Susilo, S. Sos. M.Si Penguji III ( )


(7)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah NYA lah penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul ”Muatan Pelecehan Dalam Acara Televisi Di Bulan Ramadhan” (Analisis isi program acara Sahurnya OVJ,Trans 7 dan Sahur Saatnya Sahuur, RCTI)

Skripsi ini penulis ajukan guna memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, program studi Audio Visual, Universitas Muhammadiyah Malang. Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini pula penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para pihak yang bersangkutan, antara lain :

1. Bpk. Dr. Muhadjr Effendy, MAP selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang

2. Bpk. Dr. Wahyudi, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Politik UMM 3. Bpk. Nurudin S.Sos, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi saat ini. 4. Ibu. Dra. Frida Kusumastuti, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi

pada masa jabatannya waktu itu. Terima kasih untuk waktu dan bimbingan ibu dalam menyusun perkuliahan akhir saya.

5. Bpk. Nasrullah S.Sos, M.Si selaku dosen wali dan juga dosen pembimbing skripsi saya bersama dengan Bpk. Joko Susilo S.Sos, M.Si. Terima kasih untuk semua kesabaran, waktu dan bimbingan bapak yang sangat membantu saya sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini.

6. Untuk Orang Tua saya, terima kasih untuk kesabarannya dalam menghadapi kemalasan saya dan selalu menunggu saat-saat ini.

7. Untuk saudari-saudari saya, Liza dan Lita.

8. Untuk saudara ipar saya, Ko Robby, terima kasih sudah menjadi kakak laki-laki yang tidak saya miliki sebelumnya.


(8)

iii

9. Untuk sahabat-sahabat saya, Penyu, Ableh, Aries, Dekhie, Faisal, Agit, Eka Ello, dan lainnya, maaf tidak bisa menyebutkan semua. Terima kasih buat semua petualangan, semua bantuan, dan semua nasehat.

10.Untuk Lala, terima kasih untuk semua, untuk Juno El Maska, dukungannya yang aneh supaya bersemangat menyelesaikan skripsi ini. Menemani bimbingan dan semua hal lainnya yang diluar skripsi ini, terima kasih.

11.Untuk Eyang Uty di Surga, terima kasih sudah menganggap saya sebagai cucu sendiri selama saya di Malang, semoga Eyang tenang di surga.

12.Untuk Ichsan di Palangkaraya dengan bantuan skripsinya dan bimbingannya via berbagai macam media, Bang Ody juga selaku kakak nya Ichsan yang ikut membantu.

13.Untuk anak-anak 99 angkatan pertama dan kedua, terutama Omie, kentung dan Bava Aris, terima kasih untuk semua teman-teman.

14.Untuk semua pihak, teman, yang telah membantu saya selama ini yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu karena keterbatasan.

Skripsi ini tidak hanya bagian dari tanggung jawab saya sebagai seorang mahasiswa, akan tetapi juga tanggung jawab saya sebagai anak terhadap orang tua. Oleh karena itu saya ingin mengucapkan maaf dan ampunan sebesar-besarnya kepada kedua orang tua saya yang luar biasa. Maaf untuk kemalasan saya dalam menyelesaikan tanggung jawab saya. Maaf untuk semua waktu yang saya buang hanya karena ego saya. Dan terima kasih mamah-papah, untuk selalu sabar menunggu. Terima kasih telah menjadi orang tua yang luar biasa ditengah semua masalah pribadi yang harus saya hadapi. Semoga saya bisa menjadi anak yang membanggakan untuk kalian, Amin.

Dan untuk Liza dan Ko Robby, terima kasih juga untuk dukungannya. Liza dengan sikap keras dan terkadang emosional dalam memberikan semangat dan sangat mengena, terima kasih. Ko Robby dengan ciri khas nya sendiri dalam memberikan nasehat bahkan kadang solusi, terima kasih untuk kalian berdua. Dan semoga Allah SWT segera memberikan kalian Junior dan menjadikan saya seorang uncle. Untuk dede, jangan kau tiru semua hal buruk yang kakak mu


(9)

iv

lakukan, jadi orang yang lebih baik dari kakak-kakak mu ini. Dan anak yang menghormati orang tua selalu.

Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, terselip suatu rasa haru, bangga, serta bahagia dari lubuk hati penulis yang paling dalam. Akan tetapi, penulis menyadari bahwa sebagai seorang manusia biasa, penulis tidak luput dari kesalahan, demikian pula dalam penyusunan skripsi ini, masih banyak terdapat kekurangan, yang disebabkan adanya keterbatasan kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca, dalam upaya untuk menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat membawa berkah dan manfaat bagi para pembaca, serta pihak-pihak lain yang terkait dan berkepentingan.

Malang, 28 April 2013


(10)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Tipologi Kekerasan Galtung ………..… 8

Tabel 1.2 Lembar Koding ………..………… 15

Tabel 3.1 Pelecehan Secara Verbal Pada Acara Sahur Saatnya Sahuur ……….... 63 Tabel 3.2 Pelecehan Secara Nonverbal Pada Acara Sahur Saatnya Sahuur …….. 63 Tabel 3.3 Akumulasi Semua Kategori Pelecehan Pada Acara

Sahur Semuanya Sahuur ... 64 Tabel 3.4 Pelecehan Secara Verbal Pada Acara Sahurnya Opera Van Java ... 64 Tabel 3.5 Pelecehan Secara Nonverbal Pada Acara Sahurnya Opera Van Java .... 65 Tabel 3.6 Akumulasi Semua Kategori Pelecehan Untuk Acara

Sahurnya Opera Van Java ... 65 Tabel 3.7 Akumulasi Semua Kategori Pelecehan ... 66


(11)

v

DAFTAR LAMPIRAN

LEMBAR PERNYATAAN CODER 1 ……….. 75

LEMBAR CODER 1 ……….. 76

LEMBAR PERNYATAAN CODER 2 ……….. 88

LEMBAR CODER 2 ……….. 89


(12)

DAPTAR PUSTAKA

Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Fiske, John. 2006. Cultural and Comunication Studies: Sebuah Pengantar Paling Komprehensif. Yogyakarta: Jalasutra

Krippendorff, Klaus. 1991. Analisis Isi Pengantar Teori dan Metodologi. Jakarta: Rajawali Pers.

Mulyana, Deddy. 2002. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Rosda karya.

McQuail, Denis. 1989. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Erlangga.

Nurudin. 2004. Komunikasi Massa. Malang: Cespur.

Rakhmat, Jalaluddin.1993. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Rosda Karya.

Sobur, Alex. 2006. Semiotika Komunikasi, Bandung: Rosda Karya.

Stokes, Jane. 2003. How To Do Media and Cultural Studies: Penduan untuk Melaksanakan Penelitian dalam Kajian Media dan Budaya. Yogyakarta: Bentang.

Windhu, I. Marsana. 1992. Kekuasaan dan Kekerasan menurut Johan Galtung. Yogyakarta: Kanisius.

Media Internet

Vera, Namiroh. 2007 ”Kekerasan dalam Media Massa” (Online).

http://jurnal.bl.ac.id/wp-content/uploads/2007/01/blcom-v2-n1-artikel5-januari2007.pdf (diakses September 2012 - pukul 09.00).

KPI, 2011. ”Teguran Tertulis Sahur Semua Sahur RCTI” (Online)

http://www.kpi.go.id/component/content/article/12-umum/30118-teguran-tertulis-qsahur-semua-sahuurq-rcti- (Online). diakses Desember 2011-pukul 10.00 WIB).


(13)

KPI, 2011. ” Program RCTI “Sahur Semua Sahuur” Ditegur KPI” (Online) http://www.kpi.go.id/component/content/article/14-dalam-negeri-umum/30124-program-rcti-sahur-semua-sahuur-ditegur-kpi (Online). Diakses Desember 2011

”Pelecehan” Wikipedia Ensiklopedia Bebas (Online)

http://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Pelecehan (Diakses Desember 2011)

Komedi”. Wikipedia Ensiklopedia Bebas( Online).

http://www.wikipedia.org/wiki/Komedi (diakses Desember 2011- 10.30)

Skripsi

Ihsan, 2008. Kekerasan Simbolik Dalam Acara Komedi Di Televisi (Analisis Isi Program Acara Ngelenong Nyok di Trans TV). Skripsi (tidak diterbitkan)


(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Televisi merupakan sebuah hasil karya dari kemajuan teknologi pada bidang komunikasi dan informasi yang telah berkembang sangat cepat sehingga menjadi salah satu bentuk produk media massa yang sangat diminati oleh masyarakat. Hal ini terlihat dari, hampir setiap rumah di Indonesia memiliki pesawat televisi dirumah mereka, karena televisi sudah dianggap sangat penting dan sangat dibutuhkan. Televisi sebagai salah satu media komunikasi massa mempunyai empat fungsi yaitu ; sebagai sarana informasi (penerangan), mendidik (pendidikan), menghibur (hiburan), dan saran untuk mempengaruhi (influence) (Effendy, 2003 : 55). Dari empat fungsi tersebut, fungsi hiburan menjadi tayangan yang paling dominant pada televisi-televisi nasional maupun local di tanah air, karena cenderung bersifat santai, menghibur dan mudah untuk di konsumsi masyarakat, dengan kata lain tidak membuat berpikir.

Televisi merupakan media paling dekat dengan masyarakat dan telah menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Melalui tayangan-tayangan acaranya, televisi memiliki kekuatan yang cukup besar dalam memberikan stimulus-stimulus secara terus-menerus terhadap masyarakat. Baik itu stimulus yang bersifat konstruktif ataupun kea rah destruktif. Sehingga tidak dapat dipungkiri lagi tayangan televisi menjadi sebuah realitas virtual dalam segala strata dan bidang kehidupan, mulai dari kalangan bawah hingga kalangan atas, dari gaya hidup sampai berprilaku individu masyarakat.

Tampaknya pada saat ini kekerasan menjadi sangat populer didalam media program acara televisi. Ini terlihat dari cukup banyaknya tayangan televisi yang mempertunjukan kekerasan dalam programnya. Bahkan dalam program


(15)

2

acara televisi yang bergenre komedi pun di isi dengan bumbu-bumbu kekerasan dengan tujuan untuk menambah tingkat “kelucuan” acara tersebut.

Hampir disemua stasiun televisi di Indonesia memiliki acara yang ber-genre komedi. Bentuknya pun bermacam-macam; komedi situasi, komedi panggung, film, parodi, kuis, reality show, hingga talkshow. Komedi salah satu acara yang tetap menjadi favorit. Terbukti, 32 dari 99 mata acara yang ber-genre komedi distasiun televisi nasional menempati jam-jam prima (prime time). Akan tetapi, banyaknya acara komedi yang ada ini tidak dibarengi dengan perbaikan kualitas lawakan, justru menambahkan unsur-unsur pelecehan yang bersifat melecehkan secara simbolik didalamnya. Pelecehan bisa dikategorikan sebagai kekerasan simbolik, menurut Galtung yaitu kekerasan yang dilakukan melalui bahasa, baik verbal maupun nonverbal. Seringnya kemunculan kekerasan simbolik sudah menjadi hal yang wajar bahkan telah menjadi ”aktor” inti (pemeran utama) pada setiap acara komedi yang ada. Pelecehan yang hadir adalah dalam bentuk asosiasi binatang, asosiasi seksual/porno, disfemisme, dan stigmatisasi sering tampil sebagai bahan tertawaan. Ironisnya, disadari atau tidak, audience justru terpesona dan menikmati bentuk kekerasan simbolik tersebut.

Dalam penelitian ini, peneliti tertarik dengan program-program komedi yang ditayangkan pada bulan suci ramadhan. Yaitu program acara ”Sahurnya OVJ” yang ditayangkan oleh Trans 7 setiap hari selama bulan ramadhan,dimulai pada pukul 02:30-04:30. serta program acara ”Sahur Saatnya Sahuur” yang ditayangkan oleh RCTI, pada pukul 02:20-04:30.

Bulan Ramadhan dipercaya sebagai bulan yang suci. Bulan yang penuh Rahmat dari Tuhan dan penuh dengan Pahala. Bagi umat Islam bulan Ramadhan merupakan bulan dimana setiap umat beribadah atau berbuat kebaikan semua pahala nya akan dilipatgandakan oleh Allah SWT jika dibandingkan dengan bulan biasa.


(16)

3

Menariknya, meskipun saat itu sedang dalam suasana Ramadhan yang dipercaya sebagai bulan yang suci, beberapa acara televisi terutama acara komedi, terkadang masih mempertontonkan scene yang ada pelecehan nya, baik itu pelecehab non-verbal maupun verbal Sedikit kontras dengan suasana bulan penayangan acara tersebut dimana bulan Ramdhan dipercaya sebagai bulan yang suci, penuh kebaikan dan penuh hikmah.

Melihat dari fungsi komedi yang bersifat menghibur (entertaint), seharusnya jauh dari segala bentuk unsur-unsur pelecehan, walaupun verbal dan nonverbal. Karena jika diyakini bahwa tayangan hiburan ditelevisi memiliki pengaruh kuat terhadap prilaku audience-nya, maka pelecehan melalui lawakan itu tentu menghawatirkan. Sebab, cepat atau lambat efek dari pelecehan akan mengurangi sensitifitas kita terhadap pelecehan yang terjadi didunia nyata, dan pada akhirnya dapat menyebabkan tumbuhnya sikap tidak peka terhadap bentuk-bentuk kekerasan, pelecehan, perendahan harga diri manusia, dan perbuatan yang berkonotasi seksual/porno. Oleh sebab itu, peneliti menganggap fenomena pelecehan pada tayangan komedi ditelevisi ini menjadi menarik untuk dikaji terutama dikarenakan waktu penayangannya yang di bulan suci Ramadhan.

Dari latar belakang diatas, maka penelitian ini diberi judul:

”KECENDERUNGAN ISI PELECEHAN DALAM ACARA TELEVISI DI BULAN RAMADHAN”

(Analisis isi program acara Sahurnya OVJ,Trans 7 dan Sahur Saatnya Sahuur, RCTI)


(17)

4 B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah: Seberapa besar frekuensi kemunculan pelecehan pada program acara komedi ”Sahurnya OVJ” di Trans 7 dan ”Sahur Saatnya Sahuur” di RCTI?.

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Bentuk-bentuk pelecehan.

2. Prosentase kategori pelecehan apa yang paling sering/banyak muncul.

D. KEGUNAAN PENELITIAN 1. Kegunaan Praktis

a) Dapat dijadikan masukan bagi dunia pertelevisian khususnya pada acara komedi.

b) Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi peneliti pada khususnya dan mahasiswa komunikasi pada umumnya dalam mendalami studi tentang pelecehan pada acara komedi ditelevisi.

2. Kegunaan Akademis

a) Penelitian ini diharapkan berguna untuk pengembangan studi tentang pelecehan pada tayangan televisi khususnya pada acara komedi.

b) Dapat menambah wawasan baru sebagai sumbangan, evaluasi dan dijadikan referensi tambahan bagi masalah penelitian selanjutnya, terutama penelitian sejenis.


(18)

5 E. TINJAUAN PUSTAKA

1. Komunikasi massa

Pada era teknologi sekarang ini hidup sehari saja tanpa komunikasi massa adalah hal yang mustahil bagi kebanyakan orang. Namun demikian banyak diantara kita yang tidak mengetahui bagaimana media beraksi dan bagaimana mereka mempengaruhi kehidupan kita. Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya, yang kemudian disalurkan oleh pemancar dengan audio atau visual misalnya; televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku dan pita (Devito, 1997: 507).

Model komunikasi yang dianggap oleh para pakar komunikasi sebagai salah satu teori awal dalam sejarah perkembangan ilmu komunikasi adalah model komunikasi yang dikemukakan oleh Harold D. Lasswel. Salah satu cara terbaik untuk menerangkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan; Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect (Siapa Mengatakan Apa Melalui Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Efek Apa). Jawaban dari pertanyaan paradigmatic tersebut mengacu pada beberapa unsur-unsur proses komunikasi yaitu Communicator (Komunikator), Message (Pesan), Media (Media), Reciever (Komunikan), dan Effect (Efek) komunikasi (Effendy, 2003: 253).

2. Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa

Kemajuan pesat media dewasa ini, khususnya dalam cara penyampaian pesan yang semakin beragam, memang membutuhkan kejelian dari para penontonnya untuk menerjemahkan sekaligus menyikapi pesan yang dibawa. Televisi dalam proses komunikasinya menyampaikan pesan kepada masyarakat dengan gambar sebagai lambang utamanya. Pesan (message) sendiri tediri dari dua aspek, yakni isi atau isi pesan (the content of message) dan lambang (symbol)


(19)

6

sebagai pengekspresiannya. Pesan yang disiarkan media massa bersipat umum, karena memang demi kepentingan umum.

Memang persoalannya disini adalah media tidak bisa bersifat netral. Misalnya atribut-atribut tertentu yang dibawa dalam sebuah media dapat mengkondisikan pesan-pesan yang dikomunikasikan. Seperti yang dikatakan Marshall McLuhann, “the medium is the message”, medium itu sendiri merupakan pesan. “Apa-apa yang dikatakan” ditentukan secara mendalam oleh medianya. Terlebih lagi jika disadari bahwa dibalik pesan-pesan yang disalurkan lewat media niscaya tersembunyi berbagi mitos.

Televisi sebagai media komunikasi massa dalam realitasnya mempunyai keunggulan yang cukup besar dalam penyampaian pesan diantara produk media massa lainnya. Televisi bersifat langsung, karena pesan yang disampaikan kepada masyarakat tidak mengalami proses yang berbelit-belit seperti halnya media cetak. Karena televisi bisa menyampaikan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen tanpa ada hambatan ruang dan waktu (Nurudin, 2004: 8). Selain kemampuan penyampaian pesannya yang relatif cepat, televisi juga mampu menyiarkan suatu peristiwa yang tengah berlangsung melalui siaran langsung (live broadcast).

Dalam penyampaian pesan-pesannya televisi sebagai media massa tidak bisa dilepaskan dari fungsi komunikasi massa. Harold D. lasswell mengemukakan beberapa fungsi komunikasi massa, yakni: (1) As surveilance of the environment (sebagai fungsi pengawasan) (2) Correlation of the part of the society in responding to the environment (fungsi korelasi) (3) Transmission of the social hetigate from one generation to the next (sebagai fungsi pewarisan sosial). Kalau dihubungkan dengan fenomena yang ada dalam penelitian ini, fungsi ke empat (fungsi pewaris sosial) sangat dominan dalam memainkan perannya sebagai fungsi komunikasi massa. Apakah akan membentuk generasi akan datang kearah konstruktif atau destruktif dengan warisan-warisan sosialnya tersebut


(20)

7 3. Kekerasan Aktual dan Simbolik

Menurut kamus umum bahasa Indonesia, karangan Poerwadarminta dalam Windhu (1992: 62-63 ). Kekerasan diartikan sebagai sifat atau hal yang keras, kekuatan, paksaan. R. Audi dalam merumuskan ”violence” sebagai serangan atau penyalahgunaan fisik terhadap seseorang atau binatang; atau serangan, penghancuran, perusakan yang sangat keras, kasar, kejam, dan ganas atas milik atau sesuatu yang secara potensial dapat menjadi milik seseorang.

Sedangkan menurut Johan Galtung, pemahaman kekerasan lebih ditentukan pada segi akibat atau pengaruhnya pada manusia. Dimana ketika terjadi suatu keadaan atau tindakan yang membuat terhalangnya realisasi potensi diri dan pengembangan hak pribadi manusia, maka disitulah terjadi kekerasan. Karena suatu keadaan manusia yang di pengaruhi sedemikian rupa sehingga realisasi jasmani dan mental aktualnya berada di bawah realisasi potensialnya. Dan Galtung juga mendefinisikan kekerasan dengan amat luas, ia menolak konsep kekerasan sempit yaitu menghancurkan kemampuan somatis atau menghilangkan kesehatan fisik seseorang.

Apabila dilihat dari sudut pandang Galtung kekerasan dibagi dua sifat pokok. Pertama, Kekerasan personal: bersifat dinamis, mudah diamati, memperlihatkan fluktuasi (gejala naik-turun) yang hebat yang dapat menimbulkan perubahan. Dan kedua, Kekerasan struktural: Kekerasan ini bersifat statis (tetap), memperlihatkan stabilitas tertentu dan tidak tampak (Windhu 1992: 68-73).

Dalam penampakannya kekerasan mempunyai beberapa dimensi yang berbeda-beda. Apabila melihat pada tipologi kekerasan Galtung dibawah ini:


(21)

8

Tabel 1.1 tipologi kekerasan Galtung

Sumber: Kekuasaan & Kekerasan menurut Johan Galtung (Windhu, 1992:72 Kekerasan mempunyai enam dimensi penting dalam penampakannya, yaitu:

a. Kekerasan fisik dan psikologis.

Pembedaan ini penting meskipun tampak sederhana, karena ini berkaitan dengan pandangan Galtung yang menolak pengertian sempit tentang kekerasan, yaitu yang hanya terpusat pada kekerasan fisis. Dalam kekerasan fisik tubuh manusia disakiti secara jasmani bahkan bisa sampai pada pembunuhan. Di sini jelas bahwa kemampuan somatis korban berkurang atau hilang sama sekali. Ancaman, tekanan, indoktrinisasi, dan kebohongan yang dimaksudkan meredusir kemampuan mental atau otak yang menyebabkan kemampuan jiwa (rohani) berkurang dinamakan kekerasan psikologis.

b. Pengaruh positif dan negatif.

Untuk menerangkan pendekatan ini Galtung mengacu pada sistim orientasi imbalan (reward oriented). Seseorang dapat dipengaruhi tidak hanya menghukum bila ia bersalah, tetapi juga dengan memberikan imbalan. Sistem


(22)

9

imbalan sebenarnya mengandung “pengendalian”, tidak bebas, kurang terbuka dan cenderung manipulatif, meskipun membawa kenikmatan. Ia mau menekankan bahwa kesadaran untuk memahami kekerasan yang luas itu penting.

c. Ada obyek atau tidak.

Galtung memberi contoh, yaitu tindakan melemparkan batu ke mana-mana atau ujicoba senjata nuklir. Menurut Galtung tindakan semacam itu tetap ada ancaman tindakan kekerasan fisis dan psikologis. meskipun tidak memakan korban tetapi tetap membatasi tindakan manusia.

d. Ada subyek atau tidak.

Menurut Galtung kita tidak bisa berbicara kekerasan tanpa ada subyek yang melakukan kekerasan langsung. Jika kekerasan memiliki subyek atau pelaku, maka ia bersifat langsung atau personal, namun jika tidak ada pelakunya, maka kekerasan tersebut tergolong pada kekerasan struktural atau tidak langsung. Kekerasan struktural menimbulkan situasi-situasi negatif yaitu ketimpangan-ketimpangan pada sumber daya, pendidikan, pendapatan, kepandaian, keadilan serta wewenang untuk mengambil keputusan. Hal yang penting untuk dicatat adalah bahwa jika ada orang menderita kelaparan, sesungguhnya hal itu dapat diatasi. Jika hal itu tidak dilakukan, maka berarti telah terjadi kekerasan.

e. Disengaja atau tidak.

Perbedaan ini penting ketika orang harus mengambil keputusan mengenai kesalahan. Sering konsep tentang kesalahan ditangkap sebagai suatu perilaku yang disengaja, Galtung menekankan bahwa kesalahan yang walau tidak disengaja tetap merupakan suatu kekerasan, karena dilihat dari sudut korban, kekerasan tetap mereka rasakan, baik disengaja maupun tidak.

f. Yang tampak dan yang tersembunyi.

Kekerasan yang tampak adalah yang nyata dirasakan oleh obyek, baik secara personal maupun struktural. Sedangkan kekerasan tersembunyi tidak kelihatan namun tetap bisa dengan mudah meledak. Kekerasan tersembunyi


(23)

10

terjadi jika situasi menjadi begitu tidak stabil sehingga tingkat realisasi aktual manusia dapat menurun dengan begitu mudah. Situasi ini disebut sebagai keseimbangan yang goyah (unstable equilibrium).

Dari landasan dimensi Galtung diatas tentang kekerasan maka bisa ditarik pengertian bahwa kekerasan yang terjadi tidak hanya dengan tindakan langsung menuju kepada fisik saja, tapi juga kepada suatu tindakan atau perbuatan yang dilakukan secara halus dan mengakibatkan terhalangnya potensi diri seseorang dari kemampuan aktualnya.

Kekerasan simbolik adalah kekerasan yang melalui proses simbolisasi terhadap berbagai kekerasan yang terjadi secara aktual, dengan cara sangat wajar dan rujukan absah hingga akhirnya simbol itu dianggap sebagai kebenaran

Ketika kekerasan simbolik terjadi pada seseorang, maka seseorang itu terbawa dalam situasi dominasi simbolik. Dominasi simbolik (simbolic domination) terjadi ketika orang yang didominasi (dipaksa secara halus) menerima sebuah simbol dalam bentuknya yang distortif, lalu memberikan pengakuannya terhadap apa yang diterima secara distortif tadi sebagai kebenaran dan kemudian dijadikan acuan didalam berbagai bentuk praktek sosial. Dalam proses dominasi tersebut sebetulnya terjadi sebuah pemaksaan simbolik yang halus, akan tetapi orang yang didominasi tidak menyadari adanya pemaksaan atau menerima pemaksaan tersebut sebagai sesuatu yang wajar.

4. Pelecehan

Setiap perilaku berdasarkan usia, keterbatasan, status HIV, kondisi rumah tangga, jenis kelamin, orientasi seksual, perubahan gender, ras, warna kulit, bahasa, agama, aliran politik, serikat pekerja atau opini lainnya atau kepercayaan, bangsa atau latar belakang sosial, hubungan dengan minoritas, hak milik, kelahiran atau status lainnya yang tidak mendapatkan balasan setimpal atau


(24)

11

tidak dikehendaki yang mempengaruhi harga diri pria dan wanita (Guidelines on the Prevention of Workplace Harassment).

Pelecehan merupakan salah satu bentuk kekerasan yang lebih bersifat memberikan dampak negatif dalam segi psikologis. Dan jika diartikan berdasarkan dari pengertian kekerasan, pelecehan dapat diartikan sebagai suatu pola perilaku menyerang yang tampak bertujuan tidak baik terhadap orang yang menjadi sasarannya, biasanya (tapi tidak selalu) dengan tujuan untuk mengancam atau mengintimidasi target utamanya.

Pelecehan dapat berbentuk kata-kata, bahasa tubuh atau tindakan-tindakan yang cenderung untuk mengganggu, menimbulkan kewaspadaan, menyalahgunakan, mengolok-olok, mengintimidasi, mengecilkan, menghina atau mempermalukan orang lain atau hal-hal yang mengintimidasi, menimbulkan permusuhan, atau lingkungan kerja yang bersifat ofensif.

Pada umumnya, ada tiga bentuk pelecehan.

 Pelecehan fisik: contoh kekerasan (seksual) atau kontak fisik yang tidak diinginkan seperti ciuman atau sentuhan.

 Pelecehan verbal: contoh komentar, lelucon yang bersifat ofensif, hinaan yang bersifat personal, ungkapan yang bersifat menghina.  Pelecehan non-verbal/ visual: contoh mendelik,mengerling,

bersiul, perilaku yang bersifat mengancam, bahasa tubuh yang menyiratkan sesuatu yang bersifat seksual, atau „mengucilkan‟ seseorang.

5. Tayangan Kekerasan dalam Televisi

Diciptakannya televisi serta maraknya pemanfaatan alat media elektronik ini dalam masyarakat, membuat televisi menjadi media informasi terpenting di kalangan masyarakat berbagai negara dunia. Di satu sisi, televisi dapat menjadi sebuah sumber informasi yang baik serta berperan penting dalam peningkatan pendidikan dan taraf pemikiran masyarakat, sekaligus dapat menjadi


(25)

12

hiburan yang dapat menghilangkan berbagai stress sosial. Televisi juga dapat menjadi sarana pendidikan yang positif bagi masyarakat. Meskipun pemanfaatan televisi telah diupayakan sebaik mungkin, tetapi sayangnya langkah-langkah semacam ini masih jauh dari yang diharapkan.

Indonesia kini hidup di dalam sebuah dunia yang dikelilingi oleh berbagai bentuk suguhan ”tontonan” realitas kekerasan yang menyakitkan: penghancuran, pembantaian, peledakan bom, penjarahan, tawuran, penyiksaan, dan penculikan. Dimana tontonan kekerasan hadir setiap hari dan dengan berbagai varian beragam. Dari tayangan berita yang menayangkan tentang kejahatan secara jelas sampai kepada iklan kondom yang secara implisit mengkampanyekan budaya seks bebas.

Banyaknya acara televisi, terutama film-film dari barat yang menyuguhkan adegan-adegan atau dialog-dialog yang kasar atau memiliki unsur seksual tidak dapat dipungkiri mampu mempengaruhi moral, bahkan budaya dari masyarakat yang menyaksikan nya.

F. DEFINISI KONSEPTUAL

1. Pelecehan

Pelecehan adalah suatu pola perilaku menyerang yang tampak bertujuan tidak baik terhadap orang yang menjadi sasarannya, biasanya (tapi tidak selalu) dengan tujuan untuk mengancam atau mengintimidasi target utamanya. Tujuan tindakan ini adalah untuk membuat target menjadi tidak nyaman, merendahkan, menakut-nakuti, atau bahkan membuat mereka kecil hati. Pelecehan biasanya dihubungkan dengan pelecehan seksual, yaitu tindakan atau aktifitas yang bersifat seksual kepada individu lain tanpa persetujuan dari individu yang lain (individu yang dilecehkan).


(26)

13 2. Acara Televisi

Acara televisi adalah program acara dari sebuah stasiun televisi yang memiliki berbagai macam konsep. Mulai dari berita, acara musik, kuis, talk show, film, sinetron, komedi, reality show dan lainnya yang bertujuan untuk menginformasikan serta menghibur pemirsanya.

G. METODE PENELITIAN

1. Tipe penelitian

Beradasrkan permasalahan yang ada, penelitian ini menggunakan pendekatan yang bersifat deskriptif kuantitatif, yang pada dasarnya adalah penelitian yang hanya memaparkan situasi atau peristiwa yang ada. Selain itu, penelitian ini juga tidak mencari atau menjelaskan hubungan, serta tidak menguji hipotesis dan membuat sebuah prediksi (Rakhmat, 2005: 24). Dalam penelitian yang dilakukan peneliti tidak hanya terbatas pada pengumpulan data dan pengklasifikasian data. Tetapi meliputi analisa dan interpretasi data.

Metode penelitian yang digunakan adalah analisis isi (Content Analysis) karena dengan analisis isi, maka akan lebih sistematik dan bersifat obyektif jika dibandingkan dengan analisis yang lain. Hal itu sejalan dengan salah satu pemikiran dasar bahwa analisis isi itu dilaksanakan secara sistematik, obyektif dan bersifat kuantitatif (Wimmer & Joseph R. Dominick, 2000: 135).

Analisis isi (Content Analysis) adalah setiap prosedur sistematis yang dirancang untuk mengkaji isi informasi terekam. Datanya bisa berupa dokumen-dokumen tertulis, film-film, rekaman-rekaman audio, sajian-sajian video atau jenis media komunikasi lain, yang termasuk di dalamnya adalah media massa seperti radio, televisi, bioskop, papan poster, iklan dan sebagainya. Sebagai suatu


(27)

14

teknik penelitian, analisis isi mencakup prosedur-prosedur khusus untuk pemprosesan data ilmiah secara intuitif, analisis isi dapat dikarakterisasikan sebagai metode penelitian makna simbolik pesan-pesan (Krippendorff, 1991: 17). Analisis isi digunakan untuk memperoleh keterangan dari isi komunikasi yang disampaikan dalam bentuk lambang. Analisis isi juga dapat diterapkan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi surat kabar, majalah, buku, puisi, lagu, dan sebagainya (Rakhmat, 2005: 89).

Analisis isi bersifat kuantitatif, dengan menggunakan perangkat statistik sebagai analisis. Hal ini dapat mempermudah peneliti dalam membuat kesimpulan secara ringkas dan objektif. Oleh karena itu dalam analisis isi, kuantifikasi menjadi penting bagi peneliti dalam merepresentasikan konsep-konsep pesan secara akurat.

2. Struktur Kajian

Ruang lingkup penelitian ini adalah seluruh adegan (verbal dan nonverbal) yang mengindikasikan pelecehan pada acara Sahurnya OVJ episode ”Genk Anak Singkong dan Keju” di Trans 7 pada bulan Agustus 2011, pukul 02:30-04:30 dan pada acara Sahur Saatnya Sahuur, tanggal 29 Agustus 2011 di RCTI, pukul 02:20-04:30. Kategorisasi tersebut mencakup semua akting dan dialog yang mengandung pelecehan dalam setiap episode yang kemudian dimasukkan dalam coding sheet dan siap untuk dianalisis. Adapun kategori pelecehan yaitu:

a) Asosiasi pada binatang: adegan (akting dan dialog) yang ditujukan kepada manusia tetapi dengan berasosiasi pada binatang atau hewan. Contoh, ketika komeng berpantun melecehkan bopak “naik gerobak ke kalimantan, muka bopak kaya orang utan”.


(28)

15

b) Asosiasi pada seksual/porno: adegan (akting dan dialog) yang menjurus kepada seksualitas, porno atau aktivitas seksual antara pria dan wanita. Contoh, Syahrini mengasosiasikan kayu sebagai alat kelamin Sule

c) Disfemisme: mengasarkan atau mengeraskan fakta melalui adegan (akting dan dialog) sehingga maknanya berbeda dari sesungguhnya. Contoh, Olla Ramlan melecehkan gigi Bopak yang memang berbeda dengan pemain lain,

Olla: “Gigi kok ada jendelanya sih...”

d) Stigmatisasi: adegan (akting dan dialog) atau istilah ofensif (diucapkan/dilebelkan) yang ditujukan kepada seseorang/tindakan sehingga melahirkan pengertian lain dari keadaan sesungguhnya. Contoh‟ Komeng berpantun untuk Bopak, “naik gerobak ke Bandung, nih si Bopak muka nya kesandung”.

Dari hasil kategorisasi diatas kemudian dimasukkan ke dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 1.2

Lembar Koding (coding sheet)

Keterangan :

1. S1 : Asosiasi pada binatang 2. S2 : Asosiasi pada seksual/porno

3. S3 : Disfemisme: mengasarkan atau mengeraskan fakta melalui adegan 4. S4 : Stigmatisasi

NO Indikator S1 S2 S3 S4

1 Acting/Verbal

2 Dialog/Non-verbal


(29)

16

Dalam penelitian ini setiap kali kemunculan akting dan dialog yang mengandung pelecehan akan diberikan nilai atau skor 1.

3. Unit Analisis

Unit analisis merupakan elemen terkecil dan terpenting dari analisis

isi. Unit analisis dapat berupa sebuah kata atau simbol tunggal, sebuah tema

(pernyataan tunggal tentang sebuah objek) atau sebuah artikel lengkap. Dalam

analisis film dan televisi, unit analisis dapat berupa karakter, akting, dialog atau

seluruh program.

Penelitian ini sendiri hanya diarahkan pada setiap adegan, verbal dan

nonverbal yang mengandung unsur pelecehan dalam acara ”Sahurnya OVJ” dan ”Sahur Saatnya Sahuur”. Selanjutnya untuk penelitian ini digunakan dua buah unit analisis, yaitu :

a. Unit Analisis Akting (nonverbal)

Unit analisis akting dalam tayangan komedi adalah berupa peran atau akting

dari pada pemain dalam komedi tersebut. Akting adalah segala kegiatan yang

dilakukan guna menokohkan karakter atau membangun cerita dalam setiap

episode. Dalam hal ini, segala akting pemain yang mengindikasikan pada

kekerasan simbolik dapat digunakan sebagai unit analisis

b. Unit Analisis Dialog (verbal)

Unit analisis dialog adalah segala kalimat yang diucapkan oleh pemain dalam


(30)

17

episode. Dalam penelitian ini, dialog bisa berupa ucapan oleh karakter yang

mengarah pada muatan/mengindikasikan pada kekerasan simbolik.

4. Teknik Pengumpulan Data.

Dalam penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi yaitu teknik

pengumpulan data dengan menelaah catatan-catatan atau dokumen sebagai sumber

data. Data bisa berupa laporan resmi berbagai lembaga atau organisasi atau bahkan

perorangan tujuannya untuk mendeskripsikan praktek-praktek atau kondisi yang

ada. Dalam penerapannya, pengumpulan data dilakukan melalui teknik

dokumentasi yang diperoleh dengan merekam acara ”Sahurnya OVJ” dan ”Sahur Saatnya Sahuur” melalui media TV tunner internal dikomputer pada saat penayangannya di Trans 7 dan RCTI, kemudian diedit dengan premiere pro untuk

selanjutnya dijadikan dalam bentuk Video Compact Disk (VCD), untuk disusun

menjadi sebuah data penelitian. Data selanjutnya dianalisis dengan menggunakan

cara coding sheet yakni, data dikumpulkan melalui lembar koding yang dibuat

berdasarkan kategori yang ditetapkan pada tahap pembuatan alat ukur.

5. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan teknik analisa distribusi frekuensi. Alat analisis ini digunakan


(31)

18

(% Observed Agreement - % Expected Agreement)

(1 % Expected Agreement)

Data kuantitatif yang tersaji dalam tabel dianalisis secara deskriptif

menggunakan analisis distribusi prosentase berdasarkan kategori, yang kemudian

analisis deskriptif kualitatif juga digunakan untuk mengintepretasikan pesan yang

ada sesuai dengan perumusan masalah serta tujuan penelitian agar dapat ditarik

kesimpulan. Sedangkan untuk mengetahui keabsahan (reability) terhadap hasil

data, dalam penelitian ini peneliti sebagai pengkode pertama menunjuk satu orang

untuk menjadi pengkode kedua, kemudian hasil pengkodingan itu dibandingkan

dan diintepretasikan dengan menggunakan rumus dari Holsty yaitu:

2 M__ N1 + N2

Keterangan :

CR = Koefisien Reliabilitas

M = Jumlah pernyataan yang disetujui oleh dua pengkode

N1+ N2 = Jumlah pernyataan yang diberi kode oleh pengkode.

Selanjutnya untuk memperkuat hasil penelitian uji reliabilitas di atas

digunakan rumus Scott sebagai berikut:

pi =


(32)

19 Keterangan:

pi = Nilai keterandalan

Observed agreement = Prosentase persetujuan antar pengkode.


(1)

teknik penelitian, analisis isi mencakup prosedur-prosedur khusus untuk pemprosesan data ilmiah secara intuitif, analisis isi dapat dikarakterisasikan sebagai metode penelitian makna simbolik pesan-pesan (Krippendorff, 1991: 17). Analisis isi digunakan untuk memperoleh keterangan dari isi komunikasi yang disampaikan dalam bentuk lambang. Analisis isi juga dapat diterapkan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi surat kabar, majalah, buku, puisi, lagu, dan sebagainya (Rakhmat, 2005: 89).

Analisis isi bersifat kuantitatif, dengan menggunakan perangkat statistik sebagai analisis. Hal ini dapat mempermudah peneliti dalam membuat kesimpulan secara ringkas dan objektif. Oleh karena itu dalam analisis isi, kuantifikasi menjadi penting bagi peneliti dalam merepresentasikan konsep-konsep pesan secara akurat.

2. Struktur Kajian

Ruang lingkup penelitian ini adalah seluruh adegan (verbal dan nonverbal) yang mengindikasikan pelecehan pada acara Sahurnya OVJ episode ”Genk Anak Singkong dan Keju” di Trans 7 pada bulan Agustus 2011, pukul 02:30-04:30 dan pada acara Sahur Saatnya Sahuur, tanggal 29 Agustus 2011 di RCTI, pukul 02:20-04:30. Kategorisasi tersebut mencakup semua akting dan dialog yang mengandung pelecehan dalam setiap episode yang kemudian dimasukkan dalam coding sheet dan siap untuk dianalisis. Adapun kategori pelecehan yaitu:

a) Asosiasi pada binatang: adegan (akting dan dialog) yang ditujukan kepada manusia tetapi dengan berasosiasi pada binatang atau hewan. Contoh, ketika komeng berpantun melecehkan bopak “naik gerobak ke kalimantan, muka bopak kaya orang utan”.


(2)

b) Asosiasi pada seksual/porno: adegan (akting dan dialog) yang menjurus kepada seksualitas, porno atau aktivitas seksual antara pria dan wanita. Contoh, Syahrini mengasosiasikan kayu sebagai alat kelamin Sule

c) Disfemisme: mengasarkan atau mengeraskan fakta melalui adegan (akting dan dialog) sehingga maknanya berbeda dari sesungguhnya. Contoh, Olla Ramlan melecehkan gigi Bopak yang memang berbeda dengan pemain lain,

Olla: “Gigi kok ada jendelanya sih...”

d) Stigmatisasi: adegan (akting dan dialog) atau istilah ofensif (diucapkan/dilebelkan) yang ditujukan kepada seseorang/tindakan sehingga melahirkan pengertian lain dari keadaan sesungguhnya. Contoh‟ Komeng berpantun untuk Bopak, “naik gerobak ke Bandung, nih si Bopak muka nya kesandung”.

Dari hasil kategorisasi diatas kemudian dimasukkan ke dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 1.2

Lembar Koding (coding sheet)

Keterangan :

1. S1 : Asosiasi pada binatang 2. S2 : Asosiasi pada seksual/porno

3. S3 : Disfemisme: mengasarkan atau mengeraskan fakta melalui adegan 4. S4 : Stigmatisasi

NO Indikator S1 S2 S3 S4

1 Acting/Verbal 2


(3)

Dalam penelitian ini setiap kali kemunculan akting dan dialog yang mengandung pelecehan akan diberikan nilai atau skor 1.

3. Unit Analisis

Unit analisis merupakan elemen terkecil dan terpenting dari analisis isi. Unit analisis dapat berupa sebuah kata atau simbol tunggal, sebuah tema (pernyataan tunggal tentang sebuah objek) atau sebuah artikel lengkap. Dalam analisis film dan televisi, unit analisis dapat berupa karakter, akting, dialog atau seluruh program.

Penelitian ini sendiri hanya diarahkan pada setiap adegan, verbal dan nonverbal yang mengandung unsur pelecehan dalam acara ”Sahurnya OVJ” dan ”Sahur Saatnya Sahuur”. Selanjutnya untuk penelitian ini digunakan dua buah unit analisis, yaitu :

a. Unit Analisis Akting (nonverbal)

Unit analisis akting dalam tayangan komedi adalah berupa peran atau akting dari pada pemain dalam komedi tersebut. Akting adalah segala kegiatan yang dilakukan guna menokohkan karakter atau membangun cerita dalam setiap episode. Dalam hal ini, segala akting pemain yang mengindikasikan pada kekerasan simbolik dapat digunakan sebagai unit analisis

b. Unit Analisis Dialog (verbal)

Unit analisis dialog adalah segala kalimat yang diucapkan oleh pemain dalam menokohkan sebuah karakter atau dalam membangun sebuah cerita dalam


(4)

episode. Dalam penelitian ini, dialog bisa berupa ucapan oleh karakter yang mengarah pada muatan/mengindikasikan pada kekerasan simbolik.

4. Teknik Pengumpulan Data.

Dalam penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan menelaah catatan-catatan atau dokumen sebagai sumber data. Data bisa berupa laporan resmi berbagai lembaga atau organisasi atau bahkan perorangan tujuannya untuk mendeskripsikan praktek-praktek atau kondisi yang ada. Dalam penerapannya, pengumpulan data dilakukan melalui teknik dokumentasi yang diperoleh dengan merekam acara ”Sahurnya OVJ” dan ”Sahur Saatnya Sahuur” melalui media TV tunner internal dikomputer pada saat penayangannya di Trans 7 dan RCTI, kemudian diedit dengan premiere pro untuk selanjutnya dijadikan dalam bentuk Video Compact Disk (VCD), untuk disusun menjadi sebuah data penelitian. Data selanjutnya dianalisis dengan menggunakan cara coding sheet yakni, data dikumpulkan melalui lembar koding yang dibuat berdasarkan kategori yang ditetapkan pada tahap pembuatan alat ukur.

5. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik analisa distribusi frekuensi. Alat analisis ini digunakan dengan tujuan untuk mengetahui frekuensi kemunculan masing-masing kategori.


(5)

(% Observed Agreement - % Expected Agreement) (1 % Expected Agreement)

Data kuantitatif yang tersaji dalam tabel dianalisis secara deskriptif menggunakan analisis distribusi prosentase berdasarkan kategori, yang kemudian analisis deskriptif kualitatif juga digunakan untuk mengintepretasikan pesan yang ada sesuai dengan perumusan masalah serta tujuan penelitian agar dapat ditarik kesimpulan. Sedangkan untuk mengetahui keabsahan (reability) terhadap hasil data, dalam penelitian ini peneliti sebagai pengkode pertama menunjuk satu orang untuk menjadi pengkode kedua, kemudian hasil pengkodingan itu dibandingkan dan diintepretasikan dengan menggunakan rumus dari Holsty yaitu:

2 M__ N1 + N2

Keterangan :

CR = Koefisien Reliabilitas

M = Jumlah pernyataan yang disetujui oleh dua pengkode N1+ N2 = Jumlah pernyataan yang diberi kode oleh pengkode.

Selanjutnya untuk memperkuat hasil penelitian uji reliabilitas di atas digunakan rumus Scott sebagai berikut:

pi = CR =


(6)

Keterangan:

pi = Nilai keterandalan

Observed agreement = Prosentase persetujuan antar pengkode. Expected Agreement = Persetujuan yang diharapkan.