Pesan dakwah di media elektronik : analisis isi (QCA) terhadap acara Rahasia Sunnah di Trans 7

(1)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

HALIMATUSSA’DIYAH

NIM : 106051001818

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/2010 M


(2)

(ANALISIS ISI (QCA) TERHADAP ACARA RAHASIA

SUNNAH DI TRANS 7)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

Halimatussa’diyah

NIM : 106051001818

Pembimbing

Drs. Wahidin Saputra, M.A

NIP : 19700903 199603 1 001

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/ 2010 M


(3)

(ANALISIS ISI (QCA) TERHADAP ACARA RAHASIA SUNNAH DI TRANS 7)” telah diujikan dalam sidang Munaqosah di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 23 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 23 Juni, 2010

Sidang Munaqosah

Ketua Merangkap Anggota Sekertaris Merangkap Anggota

Drs. Mahmud Djalal, MA Umi Musyarofah, MA

NIP. 19520422 198103 1 002 NIP. 19710816 199703 2 002 Anggota

Penguji I Penguji II

Dra. Armawati Arbi, M.Si Dra. Hj. Jundah Sulaiman, MA NIP. 19650207 199103 2 002 NIP. 19620303 199203 2 001

Pembimbing

Drs. Wahidin Saputra, M.A NIP : 19700903 199603 1 001


(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata satu di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 23 Juni 2010


(5)

Setiap huruf di skripsi ini melambangkan

Doaku untuk Ayah di sisi-Nya

Dan Kupersembahkan

Karya sederhanaku ini untuk keluargaku tercinta…


(6)

Pesan Dakwah Di Media (Analisis Isi (QCA)Terhadap Acara Rahasia Sunnah di TRANS 7)

Oleh : Halimatussa’diyah (106051001818)

Kemasan materi dakwah menjadi hal yang penting untuk menyampaikan dakwah agar bisa sampai kepada sasaran. Munculnya media televisi dan media lainnya yang merupakan produk dari kemajuan teknologi komunikasi telah menyediakan berbagai kemudahan dan manfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Dakwah melalui televisi dapat diramu dengan segala bentuk cara baik langsung maupun tidak langsung.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti melakukan penelitian di TRANS7 dan mengkhususkannya pada program Rahasia Sunnah episode Desember 2010, merumuskan pertanyaan yakni: pesan dakwah yang terkandung dalam Rahasia Sunnah, yaitu mengenai Dakwah Dzatiyah, Dakwah Fardiyah, Dakwah Halaqoh dan Dakwah Profesional?

Untuk mendapatkan data dan hasil yang sempurna dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan metode pendekatan kualitatif deskriptif yakni berupa pengamatan yang mendalam terhadap isi pesan yang disampaikan dengna menjabarkan isi pesan tersebut secara mendalam dan apa adanya.

Peneliti menggunakan teori Mayring, mengenai Analisis Isi Kualitatif (Qulitatif Content Analysis (QCA)), mencoba untuk menggunakan kekuatan metodologi analisis isi dan penelitian komunikasi untuk menganalisa secara sisitematis sejumlah materi tekstual tapi dengan elaborasi langkah-langkah analisis kualitatif.

Setelah peneliti, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa isi pesan pada program Rahasia Sunnah di Trans 7 episode Desember 2009 yang terbagi dalam beberapa kategorisasi, maka peneliti melihat bahwa pada dasarnya pesan dakwah yang disampaikan lebih cenderung mendalami mengenai ketentuan hukum Islam sesuaia dengan tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Dakwah fardiyah dalam penelitian ini membahas: Pendekatan individu secara psikologis, Saling bertukar informasi, Saling bertukar pengalaman. (sensasi), persepsi (memaknai stimuli), memori (apa yang boleh diingat) dan cara berfikir menurut pandangan Islam. Kecerdasan intelektual, Kecerdasan emosi, Kecerdasan spiritual (hubungan dengan Allah). Dakwah halaqoh dalam penelitian ini membahas mengenai: Pendekatan kelompok dengan norma kelompok, Memahami norma kelompok. Dalam penelitian ini dakwah professional membahas mengenai Manajemen Dakwah, Profesi (para ahli) seperti: Drs.Sudaryanto (peneliti dari Universitas Udayana, dll. dan Profesi (para da’i) seperti: Ali Mustafa Ya’kub (Ulama MUI)


(7)

Tuhan yang Maha Agung yang dengan limpahan anugerah dan nikmat yang tak terukur kepada kami selaku peneliti, sehingga dapat memulai dan menyelesaikan penelitian ini. Shalawat teriring salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan baginda Nabi Besar Muhammad SAW. Amien.

Peneliti menyadari adanya kekurangan dan kelemahan yang melekat pada diri peneliti, khususnya pada penyelesaian skripsi ini. Namun Alhamdulillah dengan keterbatasan dan kekurangan ini akhirnya peneliti bisa menyelesaikan penelitian ini. Hal ini tidak terwujud sendirinya melainkan karena dukungan dan bantuan dari banyak pihak baik moril maupun materi, sehingga banyak ucapan terimakasih peneliti ucapkan kepada:

1. Keluarga tercinta, (Alm) Ayahanda Baniyamin, ibunda Asma, serta kakak-kakak tercinta Rachmawati, Nurhayati, Siti Hawa, Muhammad Ilham dan adik tersayang Istiqamah. Yang telah memberikan dukungan berupa materi serta do’a yang tulus dan menjadi motivasi bagi peneliti.

2. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Pembantu Dekan Bid. Akademik Drs. Wahidin Saputra, MA, Pembantu Dekan Bid. Adm. Umum Drs. Mahmud Jalal MA, Pembantu Dekan Bid. Kemahasiswaan Drs. Studi Rijal LK, MA;


(8)

telah memberikan sarana dan prasarana yang baik selama peneliti berada di kampus ini;

4. Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Ibu Hj. Umi Musyarofah, MA yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan nilai akademis di kampus tercinta ini;

5. Drs. Wahidin Saputra, MA selaku pembimbing yang telah membimbng peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik;

6. Bapak, Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, khususnya jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang telah memberikan wawasan ke-ilmuan, mendidik dan mengarahkan peneliti selama peneliti berada pada masa kuliah;

7. Bapak, Ibu pengawas Perpustakaan Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah membantu peneliti dalam mencari berbagai literature yang menunjang untuk skripsi ini;

8. Bapak, Ibu pengawas Perpustakaan Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah membantu peneliti dalam mencari berbagai literature yang menunjang untuk skripsi ini;

9. Seluruh pihak Trans 7 yang telah membantu peneliti dalam menyediakan wadah bagi peneliti untuk melakukan penelitian tersebut, khususnya pada program Rahasia Sunnah, kepada Mas Wahyu Nur Cahyadi selaku


(9)

dan ikatan persahabatan serta keluarga kecil selama peneliti berada di masa kuliah, kebahagiaan serta keakraban yang tidak akan terlupakan. 11.Kepada Badru Tamam dan KKS 95 Cianten yang telah memberikan

semangat, dorongan dan do’a yang tulus kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

12.Serta pihak-pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa hormat dan ucapan terimakasih kepada mereka semua.

Peneliti merasa perlu memberikan ucapan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada mereka yang telah peneliti sebutkan di atas, berkat dukungan, semangat, serta do’a yang tulus kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Tentu saja skripsi ini jauh dari nilai kesempurnaan, namun besar harapan peneliti bahwa skripsi ini dapat memberi manfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi pembaca. Amien

Jakarta, 23 Juni 2010

Halimatussa’diyah 106051001818


(10)

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Metodologi Penelitian ... 8

E. Tinjauan Pustaka ... 12

F. Peta Konsep ……… 13

G. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pesan Dakwah ... 15

1. Dakwah Dzatiyah ... 18

2. Dakwah Fardiyah ... 22

3. Dakwah Halaqoh ... 23

4. Dakwah Profesional... 27

B. Media Dakwah ... 32

C. Analisis Isi kualitatif (QCA) ... 35

BAB III GAMBARAN UMUM ACARA RAHASIA SUNNAH DI TRANS 7 A. Sekilas tentang TRANS 7 ... 40

B. Deskripsi Acara Rahasia Sunnah ... 43


(11)

v i

BAB IV PESAN DAKWAH ACARA RAHASIA SUNNAH

Pesan Dakwah Acara Rahasia Sunnah ... 49 1. Dakwah Dzatiyah

2. Dakwah Fardiyah 3. Dakwah Halaqoh 4. Dakwah Profesional

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 84 B. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 87 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(12)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberadaan media massa membawa pengaruh luas dibanding dengan komunikasi tatap muka. Besarnya eksistensi media komunikasi yang berakibat merubah informasi menjadi komoditi dalam masyarakat. Televisi sebagai salah satu media, memiliki peranan penting.

Sejak memiliki karakteristik yang sempurna yaitu gabungan antara audiovisual yang kemudian menjadi kesatuan yang menjadi daya tarik tersendiri, baik itu dilihat dari segi warna, suara, pencahayaan, program acara yang beragam, acara yang terus berkesinambungan baik itu yang bersifat langsung maupun interaktif dengan para pemirsa. Media televisi juga merupakan alat informasi, hiburan, dan kontrol sosial yang juga dapat menjadi penghubung wilayah secara geografis.

Sebagai media informasi, TV unggul dalam menyampaikan tayangannya yang dilengkapi dengan ulasan penjelas. Media siaran ini mampu menyampaikan suatu informasi dengan cepat, namun ia tidak dapat menguraikan segala aspeknya secara lengkap dan mendalam. Seperti yang dikutip oleh Jalaludin Rahmat, Televisi menggeser agama konvensional. Kutbahnya didengar dan disaksikan oleh jamaah yang lebih besar dari jamaah manapun, rumah adatnya tersebar di seluruh pelosok bumi, ritual-ritualnya diikuti dengan kehidmatan, dan boleh jadi lebih banyak menggetarkan hati,


(13)

juga mempengaruhi alam bawah sadar melebihi ibadah agama-agama yang pernah ada.1

Lahirnya televisi swasta yang beberapa tahun menyemaraki dunia hiburan, menambah kreatifitas dalam menayangkan program-program yang beragam. Persaingan dalam program siaran terjadi, masing-masing stasiun televisi tidak mau ketinggalan dalam memproduksi program-program baru, apalagi jika jenis acaranya diminati oleh masyarakat. Program keagamaan juga tidak kalah dengan program-program televisi lainnya seperti sinetron, infotainment, kuis, musik, dan lainnya. Setiap stasiun televisi berlomba dalam menyajikan program terbaik bagi masyarakat.

Di dalam dunia pertelevisian ada tiga pihak yang terlibat di dalamnya yakni yang menyajikan, yang disajikan dan yang menikmati. Pesawat televisi dianggap sebagai medium komunikasi massa yang efektif yang dapat digunakan sebagai alat pendidikan dan siaran keagamaan.

Dengan adanya kesadaran akan kehadiran media televisi sebagai media masyarakat post modern, program-program di televisi memang menyuguhkan tayangan yang tidak mendidik, akan tetapi disisi lain, televisi juga menyuguhkan tayangan-tayangan yang mendidik dan bernuansa islami.

Dengan mengetahui kelebihan televisi, maka alat tersebut dapat digunakan sebagai media dakwah, sebab sangat diharapkan bahwa dakwah yang dilakukan melalui televisi dapat berjalan dengan efektif dan efisisen, agar tujuan dalam mendidik umat dapat tercapai dengan baik.

1


(14)

Dakwah Islamiyah adalah ajakan kepada semua orang untuk mengakui, meyakini dan mengamalkan ajaran Islam, guna kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat. Orang yang menyeru disebut da’i dan apa-apa yang diserukannya adalah pesan-pesan dakwah.

Pemanfaatan televisi untuk kegiatan dakwah lebih sesuai sebab televisi adalah media elektronik yang menjangkau seluruh pemirsa secara merata dalam satu kegiatan yang dikemas secara rapi dan pemirsa dapat mudah menerimanya. Seolah pemirsanya dapat langsung berhadapan dalam jumlah yang cukup besar. Satu paket dakwah dapat diterima dalam jumlah besar mad’u. Dakwah melalui media komunikasi massa haruslah tetap berada dalam sistem komunikasi massa islam, yaitu selalu berpedoman pada Al-qur’an dan hadist Nabi sebagai landasan teori dan filosofinya.

Televisi mengantarkan berjuta-juta informasi. Melalui media televisi inilah, proses komunikasi keagamaan juga mulai berkembang. Kini dakwah tidak hanya dapat dilakukan dengan cara berkutbah atau berceramah secara langsung di setiap pengajian-pengajian. Kini dengan terciptanya media komunikasi modern, dakwah dapat dilakukan melalui radio, televisi, internet, bahkan handphone.

Sebenarnya kalau dilihat situasi kemandirian manusia di depan budaya materialistis, tetapi dakwah justru harus dapat dituangkan dalam bentuk pesan yang kompetitif diantara ide-ide lainnya yang juga ditawarkan kepada sasaran yang sama.


(15)

Dakwah sebagai proses menyeru kepada kebaikan (amar ma’ruf)

dengan menyampaikan informasi-informasi Illahi kepada manusia agar mereka mengikuti aturan-aturan Islam serta menjauhi segala larangan. Dakwah Islam selain mengajak umat kepada kebaikan, baik itu dalam pertarungan informasi dan hal yang lain. Seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi, informasi kini disalurkan dengan berbagai media yang serba canggih. Dengan mengedepankan prinsip efektifitas dan efisiensi lahirlah media penyalur informasi yang sangat menakjubkan. Dalam waktu sekejap suatu peristiwa di daerah terpencil dapat langsung diketahui oleh seluruh dunia serentak dan bersamaan. Dakwah sebagai suatu proses kegiatan komunikasi keagamaan dihadapkan pada perkembangan dan kemajuan teknologi komunikasi. Hal ini menuntut bagaimana proses dakwah dapat langsung beradaptasi dengan mad’u yang dihadapi, baik melalui media cetak atau media elektronik.

Berdakwah menggunakan media teknologi komunikasi merupakan salah satu bentuk mengoptimalkan fungsi tersebut. Media televisi khususnya sebagai hasil teknologi merupakan saluran yang bisa dipergunakan untuk memperluas jangkauan dakwah Islamiyah.

Dakwah sebagai salah satu kegiatan komunikasi keagamaan diharapkan pada perkembangan dan kemajuan teknologi yang makin canggih ini dapat beradaptasi terhadap kemajuan tersebut, artinya pesan-pesan dakwah di tuntut dikemas dan disampaikan dengan terpaan media komunikasi dan sesuai dengan mad’u yang dihadapi.


(16)

Bagi umat Islam, sunnah Nabi Muhammad SAW adalah pedoman hidup selain Al Qur'an dan Hadist dengan berbagai macam cabang ilmu yang diperoleh darinya. Untuk itu stasiun televisi swasta Trans 7 menyajikan program acara keagamaan rahasia sunnah. Rahasia Sunnah adalah program yang akan mengupas berbagai sunnah Rasul dari berbagai dimensi, seperti kesehatan, psikologi, keilmuan dan lainnya. Hasil penelusuran tim Rahasia Sunnah ini diperkuat oleh penjelasan ilmiah dari narasumber yang kredibel di bidangnya serta kajian dari sudut pandang ulama. Program ini akan menambah wawasan keislaman umat mengenai mukjizat di dalam Al-Quran dan hadist serta mengajak pemirsa untuk berpikir kritis tentang kajian IPTEK yang dapat dikaitkan dengan kitab pedoman hidup.

Acara Rahasia Sunnah di stasiun televisi Trans 7, merupakan acara keagamaan atau bisa dibilang kegiatan dakwah, yang disiarkan atau ditayangkan melalui televisi, yang mendapat respon baik dari masyarakat. Acara ini dikemas dengan sedemikian rupa sehingga memiliki nuansa yang berbeda dari yang ada, selain itu banyak mengandung pesan-pesan dakwah yang bermanfaat bagi seluruh pemirsa yang menyaksikannya.

Pesan dakwah yang disampaikan melalui acara Rahasia Sunnah di Trans 7 tujuannya adalah agar umat muslim dapat memahami Islam dari aspek ilmiah. Format pengemasan acaranya juga berbeda dari acara keagamaan yang lain. Dibuat semenarik mungkin, dengan format jalan-jalan, tetapi tetap disisipkan nilai-nilai keagamaannya, sehingga tidak membosankan untuk


(17)

ditonton. Materinya Jadi dikombain apa yang ada di Al-Qur’an dengan Sunnah Rasulullah.

Dengan latar belakang inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengambil penelitian mengenai program acara Rahasia sunnah di Trans 7. untuk itu penulis mengambil judul “Pesan Dakwah Di Media Elektronik (Analisis Isi (QCA) Acara Rahasia Sunnah di Trans 7)”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Untuk lebih memfokuskan penelitian ini, maka masalah yang dibahas akan peneliti batasi pada pesan dakwah rahasia sunnah di Trans 7 yang dibatasi episodenya yaitu episode bulan Desember 2009.

Dengan demikian untuk lebih memperjelas penelitian ini maka penulis merumuskan beberapa permasalahan, yaitu:

Pesan dakwah apa yang terkandung dalam acara Rahasia Sunnah? Yang digolongkan menjadi:

a. Pesan Dakwah Dzatiyah b. Pesan Dakwah Fardiyah c. Pesan Dakwah Halaqoh d. Pesan Dakwah Profesional

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


(18)

Berdasarkan permasalahan yang dibahas, maka terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini. Adapun tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui isi pesan yang terkandung dalam acara Rahasia Sunnah di TRANS 7.

Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini, yaitu:

Untuk mengetahui isi pesan dakwah yang terkandung dalam acara Rahasia Sunnah yaitu:

a.Pesan Dakwah Dzatiyah b.Pesan Dakwah Fardiyah c.Pesan Dakwah Halaqoh, dan d.Pesan Dakwah Profesional

2. Manfaat Penelitian

Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan manfaat, yaitu: a. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan ilmiah di bidang dakwah Islam, khususnya program keagaman dengan sarana televisi. Serta sebagai tambahan dan perbandingan bagi studi-studi selanjutnya, dan menambah studi penggunaan media massa.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi para teoritis, praktisi, dan aktivis dakwah, serta bagi pengelola stasiun televisi


(19)

agar dapat dijadikan sebagai sarana alternatif untuk mempertahankan dan menyebarkan nilai-nilai agama secara efektif dan efisien, supaya semakin banyak program-program keagamaan yang menarik dan diminati masyarakat.

D. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis isi

(content analisis). Metode ini merupakan metode yang sering digunakan

dalam mengkaji pesan-pesan dalam suatu media. Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi. Baik surat kabar, berita radio, iklan televisi serta bahan-bahan dokumentasi lainnya.2

Analisis Isi Kualitatif (Qualitatif Content Analysis (QCA)), mencoba untuk menggunakan kekuatan metodologi analisis isi dan penelitian komunikasi untuk menganalisa secara sisitematis sejumlah materi tekstual tapi dengan elaborasi langkah-langkah analisis kualitatif. (Mayring, 2000: 6)

Dengan demikian penelitian ini bermaksud menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif yakni berupa kata-kata tertulis atau lisan dari isi program rahasia sunnah. Dalam pendekatan deskriptif kualitatif penulis melakukan upaya mencatat, mengamati, serta menganalisis isi program, serta metode yang digunakan.

2

Dr. Bambang Setiawan dan Drs. Ahmad Muntaha, M.Si. Metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta:Universitas Terbuka, 2004), Cet. Ke-1. hal.79.


(20)

2. Tahapan Penelitian

a. Prosedur Penelitian

Adapun tahapan-tahapannya adalah, sebagai berikut: a) Kategorisasi

Kategorisasi adalah instrumen utama dalam penelitian analisis isi. Disini peneliti mengkategorisasikan pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam acara Rahasia Sunnah di Trans7, yang digolongkan dalam dakwah dzatiyah, dakwah fardiyah, dakwah halaqoh, dan dakwah profesional. b) Observasi

Peneliti melakukan observasi langsung yakni dengan melakukan pengamatan secara mendalam dengan mendatangi langsung ke kantor Trans 7 guna memperoleh data mengenai hal-hal yang menjadi objek penelitian yang berhubungan dengan pengawasan, peninjauan, penyelidikan dan riset. Teknik yang digunakan oleh peneliti adalah sifatnya pengamatan secara mendalam. Yakni observasi langsung untuk mendapatkan data mengenai materi siaran yang disampaikan pada setiap minggunya selama bulan Desember.

c) Wawancara

Wawancara merupakan suatu alat pengumpulan informasi yang langsung tentang beberapa jenis data. Untuk itu dalam penelitian ini, peneliti memperoleh data dari produser dan tim kreatif program Rahasia Sunnah. Bentuk wawancara yang digunakan adalah bebas terpimpin. Yaitu peneliti mempersiapkan beberapa pertanyaan yang kemudian dijawab


(21)

dengan bebas dan terbuka secara tatap muka langsung, sesuai dengan kebutuhan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan sesuai dengan penelitian.

d) Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel dengan melakukan teknik pengumpulan data dan menginvestasi dokumen-dokumen yang relevan serta memiliki keterkaitan dengan permasalahan yang diteliti oleh penulis. Dengan mempelajari dan menganalisa bahan-bahan berupa tulisan atau gambar yang diambil dari buku, arsip-arsip, foto-foto, rekaman-rekaman siaran dan lain sebagainya untuk menguatkan penelitian atas kebenaran data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara.

b. Pengolahan Data

a) Analisis Data

Data yang diperoleh secara deskriptif, yaitu menggambarkan keadaan yang sebenarnya dan dianggap akurat serta menuangkannya kedalam konteks penulisan karya ilmiah atau skripsi dengan cara menjabarkan, menerangkan, memberikan gambaran serta klasifikasi dan menginterpretasikan data-data yang terkumpul secara apa adanya terlebih dahulu, kemudian menarik kesimpulan atas permasalahan yang berkaitan dengan hal tersebut.

Untuk memudahkan dan memahami kandungan dari materi pada penelitian ini, maka peneliti melihat kepada transkrip data rekaman


(22)

berdasarkan tema yang disampaikan terlebih dahulu selama satu bulan yang berjumlah 7 tema berdasarkan kategori Akidah, Syari’ah, dan Akhlak yang kemudian isi pesan tersebut dipaparkan, sehingga muncul isi pesan berdasarkan kategorisasi yang dominan.

Table 1

Kategorisasi Isi Pesan

No. Kategorisasi Sub Kategorisasi

1. Dakwah Dzatiyah (intrapersonal comm.)

1. Sensasi menurut Islam (panca indera) 2. Persepsi menurut Islam(Tadabur alam) 3. Memori menurut Islam

4. Berfikir menurut Islam (Bersyukur dan bersatu)

5. Kecerdasan intelektual 6. Kecerdasan Emosi

7. Kecerdasan Spiritual (hubungan dengan Allah)

2. Dakwah Fardiyah (interpersonal comm.)

1. Pendekatan individu secara psikologis 2. Saling bertukar informasi

3. Saling bertukar pengalaman

3. Dakwah Halaqoh 1. Pendekatan kelompok dengan norma kelompok

2. Memahami norma kelompok 4, Dakwah Profesional 1. Manajemen Dakwah

2. Profesi (para ahli) 3. Profesi (para da’i)

b) Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah sumber-sumber tempat memperoleh keterangan. Dan dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah tim produksi rahasia sunnah. Sedangkan objeknya adalah naskah acara rahasia sunnah.


(23)

c) Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada salah satu stasiun televisi swasta Trans 7, yang beralamat di Jl. Kapt. P. Tendean kavling 12-14 A, Jakarta (12790). Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan pada bulan Maret-Mei 2010.

e) Teknik Penulisan

Isi penelitian ini akan ditulis berdasarkan penulisan Skripsi yang mengacu pada pedoman penulisan skripsi, tesis, dan disertasi yang berlaku di UIN Jakarta3.

E. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan pengamatan langsung peneliti di perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, mengenai skripsi yang membahas analisis isi pesan terhadap program acara televisi. Peneliti meninjau pada skripsi-skripsi yang sudah ada yang berkaitan dengan judul yang dianalisis peneliti, seperti:

“Analisis Program Kajian Silaturahim di Trans 7”, 2007, FDK, Jurusan KPI. Adapun permasalahan yang dibahas adalah mengetahui bagaimana tahapan-tahapan produksi program kajian silaturahim mulai dari pra produksi atau perencanaan, pelaksanaan produksi sampai kepada evaluasi produksi program kajian silaturahim di Trans 7.

Namun perlu diketahui bahwa skripsi ini tidak sama dalam isi maupun pembahasan dengan tujuan tersebut. Skripsi ini disusun berdasarkan analisis

3

Hamid Nasuhi, dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Jakarta : CeQDA, 2007), hal. 34


(24)

yang peneliti lakukan dengan pengamatan terhadap objek yang berkaitan yaitu mengenai acara Rahasia Sunnah di Trans 7. Pada pembahasan skripsi yang peneliti jelaskan banyak hal yang paparkan, antara lain mengenai pesan-pesan dakwah yang terkandung di dalamnya. Dari apa yang peneliti paparkan dalam skripsi ini, merupakan kesempurnaan pesan yang harus ada pada sebuah program televisi khususnya pada program Rahasia Sunnah di Trans 7.

F. Peta Konsep

Pesan Dakwah

D. Dzatiyah D. Fardiyah D. Halaqoh D. Profesional

G. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika yang digunakan oleh peneliti yakni terdiri dari lima bab mengikuti pokok masalah yang akan dibahas peneliti. Adapun sistematika penulisannya sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Yang di dalamnya terkandung latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, peta konsep, serta sistematika penulisan.


(25)

BAB II : LANDASAN TEORITIS

Yang di dalamnya terkandung pesan dakwah; yang terdiri dari dakwah dzatiyah, dakwah fardiyah, dakwah halaqoh, dan dakwah profesional, media dakwah; yang berisi dakwah melalui televisi, dan analisis isi kualitatif (QCA).

BAB III : GAMBARAN UMUM ACARA RAHASIA SUNNAH DI

TRANS 7

Yaitu mengenai sekilas tentang trans 7 dan deskripsi acara rahasia sunnah di trans 7 yang berisikan: latar belakang berdirinya acara rahasia sunnah, tujuan acara rahasia sunnah, sasaran acara rahasia sunnah.

BAB IV : PESAN DAKWAH ACARA RAHASIA SUNNAH

Yang berisi: pesan dakwah apa yang terdapat dalam acara rahasia sunnah yang digolongkan menjadi dakwah dzatiyah, dakwah fardiyah, dakwah halaqoh, dan dakwah profesional.

BAB V : PENUTUP


(26)

LANDASAN TEORITIS

A. Pesan Dakwah

Pesan merupakan inti atau perumusan tujuan dan maksud dari komunikator kepada komunikan. Dan pesan merupakan unsur yang sangat menentukan dalam proses komunikasi. Agar pesan dapat diterima dengan baik, maka pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.1 Dalam hal ini penyampaian pesan-pesan dakwah harus pula sesuai dengan apa yang diinginkan oleh khalayak, karena hal tersebut sangat berpengaruh pada penerimaan isi pesan-pesan yang disampaikan oleh pada da’i.

Sedangkan Dakwah pada hakikatnya adalah merupakan upaya untuk merubah suatu keadaan tertentu menjadi keadaan lain yang lebih baik menurut tolak ukur ajaran Islam.2 Untuk itu, pesan dakwah adalah upaya yang memiliki tujuan mengubah keadaan orang lain kepada dengan lebih baik menurut syariat Islam yang berisikan ajakan untuk beriman kepada Allah SWT.

Menurut Toto Tasmara pesan dakwah adalah sebuah pernyataan yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah baik yang tertulis maupun dengan pesan-pesan tersebut.3 Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,

1

Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik. (Bogor:Ghalia Indonesia, 2008), Cet. Ke-1. hal. 8

2

Idris A Somad, Diktat Ilmu Dakwah, Th. 1425 H/2004. hal. 24.

3 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 1987), Cet. Ke-1.

hal. 43.


(27)

pesan mengandung arti perintah, nasihat, amanat yang disampaikan orang lain.4

Menurut H. A. W. Widjaja pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan komunikator,5 sedangkan lain halnya dengan Onong Ucahyana Effendi mengatakan bahwa pesan adalah seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.6

Dengan demikian pesan dakwah adalah sesuatu yang disampaikan oleh

da’i kepada mad’u dengan muatan materi yang berisikan tentang aqidah,

syari’ah, dan akhlaq, sehingga dakwah yang disampaikan dapat diterima

dengan baik oleh mustami’i (pendengar). Pesan dakwah harus disampaikan dengan ke-Ilmuan yang cukup, karena jika pesan yang disampaikan hanya dengan Ilmu yang minim maka makna yang disampaikan akan memiliki berbeda makna, atau pergeseran makna. Dengan demikian materi yang disampaikan dapat menjerumuskan penerimanya, dan yang lebih membahayakan lagi apabila kebenaran atas kesalahan tersebut berkelanjutan menjadi sesuatu yang dianggap benar.

Adapun pesan-pesan dakwah di sini adalah pesan-pesan dari pada komunikasi yang bersumber dari Al-Qur’an. Sebagaimana firman-Nya :

4

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2003), hal- 761.

5

H. A. W. Widjaja, Ilmu Komunikasi, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), Cet. Ke-2. hal. 32.

6

Onong Ucahyana Effendi, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, (Bandung : Remaja Rosdakarya. 1994), Cet. Ke-8. hal. 18.


(28)

Artinya : “(yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang (pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai pembuat perhitungan”. (Q.S. Al-Ahzab : 39).

Untuk itu, agar pesan dakwah yang disampaikan da’i kepada mad’u

dapat diterima, maka menurut Wilbur Schramm memiliki beberapa kriteria pesan di antaranya:

Pesan hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian mad’u;

Pesan hendaknya dapat membangkitkan kebutuhan pribadi mad’u, sekaligus menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhannya itu;

Pesan hendaknya dapat menawarkan suatu jalan yang relevan dengan situasi di mana kelompok mad’u itu berada.7

Untuk itu pesan dakwah yang disampaikan da’i pada mad’u pada dasarnya bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber utama8 yang meliputi akidah, syari’at dan akhlak. Hal yang perlu disadari adalah bahwa ajaran yang diajarkan itu bukanlah semata-mata berkaitan dengan eksistensi dan wujud Allah SWT, namun bagaimana menumbuhkan kesadaran mendalam agar mampu memanifestasikan akidah, syari’at, dan akhlak dalam ucapan, pikiran, dan tindakan dalam kehidupan sehari-hari.

7

M. Hasan Tholchah. Dinamika Kehidupan Religius, (Jakarta: LF. Putra, 2004) .hal. 27.

8

Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997), Cet. Ke-1. h. 33.


(29)

Dengan demikian, pesan dakwah yang disampaikan oleh da’i kepada

mad’u haruslah dikemas dengan cara menarik dan menggunakan metode yang

sesuai di mana dakwah harus tampil secara aktual, faktual dan kontekstual. Aktual berarti mampu memecahkan masalah yang kekinian dan tengah hangat dibicarakan di masyarakat. Faktual dalam arti konkret dan nyata, serta kontekstual dalam arti relevan menyangkut problema yang sedang dihadapi oleh masyarakat. Karena dakwah bukanlah sebuah perjalanan yang mudah, banyak rintangan yang perlu dihadapi dari berbagai macam kalangan termasuk kalangan Islam sendiri.

1. Dakwah Dzatiyah

Setiap individu sebelum berdakwah dengan orang lain, harus dimulai dari diri sendiri bagaimana ia memanfaatkan pancainderanya (sensasi), persepsi (memaknai stimuli), memori (apa yang boleh diingat) dan cara berfikir menurut pandangan Islam. Keempat tahapan ini merupakan siklus komunikasi dalam diri manusia.

a. Sensasi

Seseorang menerima stimuli dari luar melalui panca inderanya disebut sensasi. Panca indera tesebut ada lima, yaitu: indera penciuman (hidung), indera perasa, indera pendengaran, indera penglihatan, dan indera pengecap. Pemanfaatan panca indera ini dituntun oleh ajaran Islam. Sumber-sumber pengetahuan, menurut epistimologi Islam, tak lain adalah indera, akal dan hati (intuisi). Aliran filsafat empirisme, indera dipandang sebagai satu-satunya sumber pengetahuan. Fungsi indera sebagai alat adaptasi, pertahanan hidup,


(30)

menghindari bahaya. Memiliki panca indera yang sempurna, manusia yang bersyukur dari karuniaNya maka mereka akan menggunakan panca indera, akal dan hati sesuai dengan pedoman Khaliknya (Pencipta dari makhluk) yang paling tahu kelemahan-kelemahan ciptaanNya dan bagaimana cara merawatnya.

Pandangan Yusuf Qardhawi terhadap batasan penggunaan panca indera. Berikut petunjuk mengenai batasan-batasan apa yang diperbolehkan oleh pancaindera menurut Islam.

a) Jangan mendekati zina

b) Berkhalwat dengan wanita bukan mahram adalah haram c) Jangan memandang lawan jenis dengan bersyahwat d) Larangan melihat aurat

e) Membatasi perhiasan yang boleh ditampakkan dan yang tidak f) Tabarruj adalah haram

g) Diperbolehkannya wanita melayani tamu suaminya h) Penyimpangan seksual termasuk dosa besar9

b. Persepsi

Persepsi berkaitan dengan aktivitas lanjutan dari sensasi. Persepsi diartikan sebagai proses memaknai stimuli. Persepsi antara satu orang dengan orang lain berbeda-beda. Ini dikarenakan beberapa faktor antara lain latar belakang da’i, kebudayaan, pengetahuan, dan pengalaman seseorang.

9


(31)

Akal kebiasaannya meruang terhadap objeknya, cenderung memahami sesuatu secara general atau homogen sehingga tidak mampu mengerti keunikan sebuah momen atau ruang. Membedakan manusia dengan hewan, adalah akal, mampu bertanya kritis (what, when, how, who) tanpa akal manusia dalam kegelapan kemampuan menangkap hakekat dari sesuatu yang diamati atau dipahaminya.

Menutup kekurangan akal manusia dilengkapi oleh Tuhan dengan instuisi atau hati (qolbu). Akal berputar pada tataran kesadaran hati menerobos kedalam ketidaksadaran (alam qolb) sehingga mampu memahami pengalaman-pengalaman non inderawi.

c. Memori

Memori berkaitan dengan kemampuan mengingat seseorang. Ternyata dalam memori dibantu oleh empat epistimologi Islam termasuk panca indera batin. Panca indera batin yang dimaksud yaitu: indera bersama, khayal, wahm dan imajinasi.10

Ingatan sangat berguna untuk merealisasikan kebaikan bagi manusia di dunia dan akhirat. Banyak ayat Al-Qur’an yang memerintahkan untuk selalu ingat kepada Allah dan tanda-tanda kekuasaanNya yang terdapat dalam semua ciptaanNya.

M. Usman Najati menjelaskan, diantara problem manusia adalah lupa. Ia dapat membahayakan dan menghalanginya untuk mengambil sikap yang tepat

10


(32)

dalam menghadapi masalah kehidupan.11 Beberapa ayat Al-Qur’an menjelaskan, bahwa dengan adanya sifat lupa pada manusia, setan menemukan jalan untuk mempengaruhinya. Sehingga membuatnya terkadang lupa tentang beberapa hal yang penting yang akan membawa kebaikan bagi dirinya. Juga terkadang membuatnya lalai dari mengingat Allah dan melaksanakan perintah-perintahnya.

d. Berfikir

Makna etimologi dalam kamus bahasa Indonesia, kata “pikir” berarti akal budi, ingatan, angan-angan, dan kata dalam hati. Sedangkan kata “berfikir” berarti menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu, menimbang-nimbang dalam ingatan.

Menurut terminologi pemikiran atau berfikir adalah kata benda dari aktifitas akal yang ada dalam diri manusia, baik kekuatan akal berupa kalbu, roh atau dzhin, dengan pengamatan dan pendalaman untuk menemukan makna yang tersembunyi dari persoalan yang dapat diketahui maupun untuk sampai pada hukum atau hubungan antara sesuatu. (Thoha Jabi Alwani,1989).

Berfikir sesungguhnya suatu kebutuhan insani yang tak terelakkan untuk tumbuh dan berkembang, yang sekaligus merupakan kebutuhan akan aktualisasi fitrahnya. Tegasnya, manusia tidak dapat lepas dari berfikir, seberapapun intensitas dan kuantitasnya.

11


(33)

2. Dakwah Fardiyah

Muh. Nuh mendefinisikan dakwah fardiyah adalah “ konsentrasi dengan dakwah atau berbicara dengan mad’u secara tatap muka atau dengan sekelompok kecil dari manusia yang mempunyai ciri-ciri dan sifat-sifat khusus.12

Dakwah fardiyah memiliki tiga pengertian yaitu: a. Mafhum Da’wah (seruan atau ajakan) b. Mafhum Haraki (gerakan)

c. Mafhum Tanzhimi (pengorganisasian)13

Bentuk-bentuk dakwah fardiyah bisa dibagi menjadi dua, yaitu:14

1. Dakwah fardiyah yang muncul dari individu yang sudah berintima’ (bergabung) dengan jama’ah dalam kapasitasnya sebagai da’i, melaksanakan kewajiban berupa tendensi tertentu dengan orang-orang baru, dalam upaya menarik mereka kepada fikrah Islamiyah dan selanjutnya menarik mereka untuk bergerak bersama jama’ah dalam aktivitas amal Islami.

2. Dakwah Fardiyah yang muncul dari individu yang belum berintimna’ kepada suatu jama’ah. Seorang muslim dengan kapasitasnya sebagai bagian dari ummah, melaksanakan kewajiban dakwah ilallah dengan jalan khotbah, ceramah, tulisan-tulisan dan makalah yang aktivitas ini

12 Dr. Sayid Muhammad Nuh, Dakwah Fardiyah Pendekatan Personal dalam Dakwah,

(2000, Solo: Era Intermedia). h. 47.

13 Ali Abdul Halim Mahmud, Dakwah Fardiyah: Metode Membentuk Pribadi Muslim,

(1995,Jakarta: Gema Insani Press), h. 29

14


(34)

tidak mempunyai sanad jama’I (kaitan jama’ah) dan organisasi atau tatanan hirarki.

Dakwah fardiyah adalah dakwah yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Adanya mukhathabah (berbincang-bincang) dan muwajahah (tatap muka) dengan mad’u secara dekat dan intens.

2. Istimrariyah. Terjaganya keberlanjutan dakwah, khususnya di saat-saat sulit dan dalam kesempitan.

3. Berulang-ulang. Dapat dilakukan setiap saat tanpa menunggu momen tertentu.

4. Mudah, bisa dilakukan setiap orang

5. Bisa terhindar dan tertutupi dari pandangan manusia, terutama musuh.

3.Dakwah Halaqoh

Halaqoh tidak akan mampu memberikan sumbangsih apa-apa selain ulasan materi, hal ini terjadi manakala halaqoh hanya sebatas rutinitas saja. Padahal fungsi yang sesungguhnya halaqoh bukanlah seperti itu, akan tetapi lebih jauh daripada itu, yakni bagaimana halaqoh mampu meledakkan potensi dari peserta halaqoh. Untuk itu halaqoh haruslah memenuhi beberapa variabel, dimana dengan variabel tersebut halaqoh mampu menjalankan sebagaimana fungsi yang sesungguhnya.

Kejenuhan dalam berhalaqoh disebabkan karena halaqoh tersebut tidak memiliki karakter halaqoh itu sendiri, sehingga dinamika halaqoh mengalami


(35)

kejumudan (primitive). Supaya halaqoh kita memiliki dinamika tersendiri serta produktif, maka, haruslah memiliki tiga karakter. Ketiga karakter tersebut adalah ;15

1. Aruhiyah (Ruh)

Amunisi ini penting mengingat setiap pergerakan yang kita lakukan tidak akan mampu kita maknai manakala kondisi ruhiyah kita kering apalagi sampai rapuh dimakan oleh godaan dunia. Dengan ruhiyah inipula seseorang mampu melewati setiap ujian yang ada di depan kita. Dengan ruhiyah pula seseorang akan mampu menikmati hari-hari dengan kesibukan berdakwah.

Ada tiga hal yang mesti tertanam dalam hati para aktivis dakwah agar kondisi ruhiyah terjaga

a) Al Aqidatul Imanniyah (Akidah Keimanan) yang mantap. Kenapa

akidah ini begitu penting, karena memang inilah pondasi seseorang dalam mengawali setiap aktivitasnya. Kita tentu ingat perjalanan para nabi mulai dari nabi Adam sampai nabi Muhammad Saw, mereka berjuang untuk membebaskan manusia dari menduakan Allah SWT menuju kesatuan akidah yang utuh.

b) Al A’daqotul Al Qolbiyah (Ikatan Hati), untuk menuju ruhiyah yang

mantap, maka kita harus mengikatkan hati ini dengan Allah SWT, sebab Dialah yang sesungguhnya memiliki hati kita dan dengan hati ini pula kita akan menemukan ketentraman batin dan ketengan jiwa.

15http://www.msani.net Dr. Attabiq Luthfi, MA, dakwatuna.com diakses pada tanggal 25


(36)

c) Al Ma’nawiyah Wal Khuluqiyah (Membangun Moralitas), di tengah – tengah kondisi saat ini, dimana moralitas seseorang sangat menjadi taruhan akan arti sebuah kehidupan. Mampukah seseorang tersebut menjaga iman dirinya dalam menghadapi tantangan dan godaan dunia. Usaha untuk terus selalu memperbaharui diri kita adalah sebuah keharusan.

2. Al Fikriyah (Ilmu)

Selain halaqoh harus mengandung unsur ruhiyah, halaqoh juga harus mengandung unsur Ilmu agar apa-apa yang kita sampaikan dan kita diskusikan bukan hanya sekedar omong kosong tanpa adanya fakta dan data secara ilmiah. Ciri sebuah halaqoh mengandung unsur ilmu adalah,

a) Al I’lmiyatu Watsaqofah, halaqoh bisa dikatakan mengandung unsur ilmu

manakala didalamnya ada suasana ilmiah, ciri ilmiah adalah objektif dan berdasarkan fakta.

b) Anadhoriyah, ini merupakan kemampuan analisis seorang kader tarbiyah

dalam setiap dinamika social politik yang terjadi.

c) Al Minhajiyah (memahami manhaj), arah dan platform seperti apakah

gerakan kita, itu haruslah dipahami betul para kader tarbiyah, sehingga para kader tidak mengalami kebingungan dalam melakukan manuver gerakan sesuai dengan kondisi yang ada.

d) Al Ijtima’iyah (bersosial), ajaran Islam bukanlah ajaran eksklusif yang hanya berlaku untuk satu kaum saja, akan tetapi Islam dilahirkan untuk semua ummat manusia. Dakwah tidak akan mengena jika kita tidak


(37)

pernah bersosial atau mengurung diri apalagi sampai mengisolasi dari dinamika yang ada.

e) Al Faniyah (berekonomi), perjuangan pasti membutuhkan pengorbanan

dan salah satu pengorbanan tersebut adalah ekonomi. Bahkan di era sekarang ini kaum kafir dan musuh – musuh Islam menjajah ummat Islam dengan ekonomi, maka dari itu sudah semestinya seorang aktivis dakwah haruslah berusaha untuk bisa memenuhi kebutuhan ekonomi sendiri, sehingga tidak perlu menengadahkan tangan untuk meminta-minta.

3. Ad Dakwah

Ada tiga muatan dakwah yakni, Al Harokah (pergerakan atau dinamis), Al Jihadiyah (semangat jihad) dan Al Jundiyah (ketaatan). Sebagaimana kita ketahui bahwa dinamika dakwah akan selalu berubah-rubah tidak statis, oleh karena itu seorang aktivis dakwahpun harus mampu menjawab perubahan tersebut, sehingga dakwah yang kita lakukan akan menjadi alternativ bagi ummat karena mampu berbicara dengan bahasa saat yang dibutuhkan.

Itulah karakter halaqoh yang harus dipenuhi supaya aktivitas halaqoh yang kita lakukan tidak semata-mata menggugurkan kewajiban sebagai seorang kader tarbiyah, akan tetapi kita mampu memaknai arti halaqoh yang sesungguhnya. Dengan demikian halaqoh kita akan senantiasa dinamis dan kreatif.

Jika ketiga karakter itu terpenuhi maka halaqoh akan mampu melaksanakan fungsinya, yaitu ;


(38)

b) Al Harokiyah (Bergerak/dinamis) c) Atandzimiyah (Mengorganisir) d) Al Fanatodiyah (Berpenghasilan)

4.Dakwah Profesional

Bagi seorang muslim profesionalisme adalah persoalan aqidah. (Arief Munandar) Di surat Al Baqarah ayat 208 Allah berfirman:

Wahai orang-orang yang beriman, Masuklah ke dalam Islam secara kaffah, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah syetan. Sungguh ia musuh yang nyata bagimu.

Kaffah mempunyai arti keseluruhan atau totalitas. Islam adalah nafas setiap perbuatan dan kehidupan seorang muslim. Oleh karena itu, ayat di atas memiliki maksud: dalam setiap perbuatan, lakukanlah secara totalitas. Dalam istilah manajemen, totalitas adalah penuh dedikasi atau profesional. Maka itu, ayat ini berbicara tentang profesionalisme.16

Pada dasarnya semua yang dilakukan seorang muslim mengharapkan ridho Allah. Dengan kata lain, setiap pekerjaan seorang muslim adalah persembahannya kepada Allah yang akan Ia nilai di akhirat. Selain Maha Membalas, Allah juga Maha Melihat. Nah, pertanyaan yang seharusnya direnungkan setiap muslim adalah: Apakah pantas kita mempersembahkan pekerjaan yang ala kadarnya, tidak dilakukan sepenuh hati kepada Tuhan,

16

http://www.msani.net Dr. Attabiq Luthfi, MA, dakwatuna.com diakses pada tanggal 25 Juli 2010


(39)

apalagi di tengah-tengah Ia melihat kita? Sudah seharusnya kita mempersembahkan yang terbaik dari kita.

Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap (Al Insyirah: 7-8)

Selalulah ingat bahwa Allah Maha Sempurna, maka tunjukkanlah kepada Allah amal yang sempurna agar Ia ridho kepada amal kita. Amal yang sempurna hanya didapat dengan usaha maksimal, dengan profesionalisme.

“Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah (argumentasi) yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”. (Yusuf: 108)

Kata kunci dari ayat ini seharusnya adalah kata “Bashirah” yang merupakan acuan profesionalitas dalam Islam. Semakin luas dan tajam bashirah seseorang, akan semakin profesional menggeluti bidang kerjanya. Apalagi konteks ayat ini jelas dalam konteks dakwah yang merupakan pekerjaan yang paling mulia. Dalam ayat ini Allah mendampingkan proses kewajiban dakwah dengan bashirah sebagai sebuah faridhah syar’iyyah yang dituntut oleh Islam. Justru kehidupan ini diciptakan oleh Allah diantaranya memang untuk menguji siapa yang benar-benar ihsan (profesional) dalam beramal.

“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya” (Al-Mulk: 2).


(40)

Ibnu Katsir mengidentifikasi bashirah sebagai sebuah keyakinan yang berlandaskan argumentasi syar’i dan aqli yang kokoh, serta tidak taklid buta. Menurut Syaukani, bashirah adalah pengetahuan yang mampu memilah yang hak dari yang bathil, yang benar dari yang salah dan begitu seterusnya. Inilah bangunan profesionalisme dalam dakwah yang tegaskan oleh ayat di atas; yaitu beramal dan berdakwah atas dasar ilmu, keyakinan, tiada keraguan apalagi persepsi yang tidak benar terhadap dakwah. Disinilah pentingnya sebuah pembinaan yang kontinu, meskipun terhadap da’i, karena da’ilah justru inti dari sebuah proses dakwah. Bahkan dikatakan dalam sebuah pepatah “beramal tanpa ilmu lebih banyak merusaknya daripada memperbaiki”.

Agar rasa dan sikap profesionalitas tampil, maka segala aktifitas seseorang harus diawali dengan sebuah kesadaran “nawaitu” yang benar. Diawali dengan taubatan nasuha yang akan memperbaiki hubungan dengan Allah. Salah dan bergesernya niat akan turut mempengaruhi kinerja seseorang dan mengakibatkan kerja yang asal-asalan, tidak sempurna dan cenderung apa adanya. Sofyan Tsauri pernah mengungkapkan: “Tidak ada sesuatu yang lebih aku perhatikan selain dari niat”. Inilah rahasianya kenapa setiap amal dalam Islam harus didasari niat yang benar dan tulus karena Allah. Rasa takut akan pertanggung jawaban dakwah di hadapan Allah juga akan turut memperkuat keseriusan dan kejelasan dakwah seseorang. Inilah maksud firman Allah swt: “(yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada


(41)

seorang(pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan”. (33: 39)

Dalam konteks ini, Dr. Ali Abdul Halim Mahmud menegaskan bahwa “Ahliyyatud Du’at” (kualifikasi dan profesionalisme para da’i) merupakan persoalan besar dalam dakwah yang harus diperhatikan dengan baik dan tidak boleh diabaikan dalam keadaan apapun. Karena para da’i dari kalangan nabipun merupakan manusia pilihan Allah, “Allah memilih utusan-utusan-(Nya) dari malaikat dan dari manusia; sesungguhnya Allah Maha

Mendengar lagi Maha Melihat”. (Al-Hajj: 75). Selanjutnya Ibnu Qayyim

merumuskan beberapa bangunan profesionalisme dakwah yang ternyata diawali dengan persoalan ilmu: Memiliki landasan ilmu atas apa yang ia sampaikan (Al-Ilmu Bima Yuballigh) yang diteruskan secara implementatif dengan sikap jujur dan benar terhadap apa yang ia sampaikan (Ash-Shidqu Fima Yuballigh) . Disinilah kedudukan ilmu sebagai pondasi dalam beramal. “Setiap orang yang beramal tanpa ilmu, maka amalnya tertolak, tidak diterima”.17

Seorang yang profesional adalah seorang yang tekun, sabar dan tahan godaan, senantiasa dinamis dan mencari kreatifitas baru dalam berdakwah, karena memang ia tidak akan pernah setuju dan rela jika dakwah ini vakum, berjalan di tempat dan tidak mendapat tempat di hati umat. Contoh paling fenomenal adalah nabi Nuh as. Ditengah penolakan kaumnya, ia tetap mencari terobosan baru dalam berdakwah agar keberlangsungan dakwah bisa

17http://www.msani.net Dr. Attabiq Luthfi, MA, dakwatuna.com diakses pada tanggal 25


(42)

dipertahankan. Ia tetap komit dan tegar, bahkan mencari alternatif sarana dakwah yang beragam sesuai dengan kondisi dan tuntutan kaumnya: “Nuh berkata: “Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang, maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran) Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada iman) dengan cara terang-terangan kemudian sesungguhnya aku (menyeru) mereka (lagi) dengan terang-terangan dan dengan diam-diam”. (Nuh: 5-9).

Disinilah profesionalitas kita akan terus diuji dengan beragam ujian sehingga akan lahir kaliber manusia yang diabadikan oleh Allah sebagai kelompok yang tetap tegar dan jujur dalam dakwah mereka, “Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya)”. (Al-Ahzab: 23). Inilah prinsip yang senantiasa dipegang oleh para pendahulu dakwah, karena mereka yakin bahwa kecintaan Allah hanya akan dianugerahkan kepada mereka yang beramal dengan tulus, cerdas, tuntas dan serius. Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah cinta jika hambaNya beramal dengan itqan”. Itqan dalam arti berbuat lebih banyak, lebih bermutu dan berkualitas dari umumnya orang mampu berbuat dan bekerja, seperti yang Allah gambarkan tentang kelompok manusia muhsin yang mampu beramal, lebih tinggi di atas rata-rata kebanyakan manusia sanggup beramal.


(43)

Ruang dakwah ke depan memang akan menuntut lebih profesionalisme kita dalam konteks “keilmuan” yang bisa dipertanggungjawabkan (bashirah) sehingga dakwah citra dakwah ini akan tetap baik seiring dengan permasalahan dan perkembangan dunia global yang lebih menantang. Mari ciptakan suasana ilmiyyah yang merupakan komponen dasar dari profesionalitas dalam dakwah kita. Allahu a’lam

B. Media Dakwah

Kata media merupakan jamak dari bahasa Latin yaitu medion, yang berarti alat perantara. Sedangkan secara istilah media berarti segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan tertentunya. Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa media dakwah berarti segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan.18

Dalam kamus, telekomunikasi media adalah sarana yang digunakan oleh komunikator sebagai saluran untuk menyampaikan suatu pesan kepada komunikan apabila komunikasi berada jauh tempatnya, banyaknya atau keduanya.19 Pemanfaatan media dalam berbagai kegiatan dakwah memungkinkan komunikasi antar da’i dan mad’u menjadi lebih dekat. Untuk itu, keberadaan media dakwah menjadi hal urgen mengingat dakwah melalui media akan lebih memudahkan da’i dalam menyampaikan pesan.20

18

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, ( Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), hal. 163.

19

Ghazali Syahdar BC.TT, Kamus Istilah Komunikasi, (Bandung: Djembatan 1992), Cet. Ke-2. hal. 22.

20

M. Bachri Ghazali, Dakwah Komunikatif Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), hal. 12.


(44)

Melalui media massa, seorang juru dakwah (da’i) dapat mengunjungi rumah-rumah, kantor-kantor, bahkan kamar rahasia sekalipun, untuk membisikkan pesan etika dan moral. Melalui kekuatan persuasinya, media massa akan menghadirkan nilai-nilai moral dan agama secara universal, sekaligus meghindari munculnya kesan eksklusif. 21

Masyarakat masa kini adalah masyarakat plural yang berkembang dengan berbagai kebutuhan yang praktis, sehingga kecanggihan teknologi mau tidak mau akan menghadapi dan menjadi idaman dalam kehidupan masyarakat. Dengan demikian, media dakwah merupakan wasilah bagi keberhasilan dakwah yang dilakukan.22

Komunikasi dengan menggunakan media massa saat ini memiliki pengaruh yang sangat besar dalam merubah masyarakat dengan keberadaan media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan internet. Menurut Soejono Soekanto mengatakan bahwa “perubahan pada masyarakat dunia saat ini merupakan gejala normal yang telah mempengaruhi dan menjalar dengan cepat menembus bagian-bagian dunia lainnya karena adanya komunikasi modern”.23

Dengan demikian, perkembangan teknologi yang sangat cepat ini dapat mempermudah manusia untuk berhubungan antara satu sama lainnya. Di antara media massa yang mengalami kemajuan pesat dan saat ini telah menarik banyak kalayak adalah radio. Hal ini di karenakan radio merupakan

21

M. Hasan Tholchah. Dinamika Kehidupan Religius, (Jakarta: LF. Putra, 2004) .hal. 57.

22

M. Hasan Tholchah. Dinamika Kehidupan Religius, hal. 61.

23

Soejono Soekanto, Sosiologi Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 1982), Cet. Ke-1. hal. 305.


(45)

salah satu jenis media massa yang memiliki peranan sangat signifikan dan pengaruh yang luas.

Dakwah Melalui Televisi

Tak dapat dibantah, televisi punya banyak keunggulan ketimbang jenis media massa lainnya. Pertama, pesan televisi disajikan secara audio-visual, berbeda dengan radio yang hanya audio dan surat kabar yang bersifat visual saja.

Dilihat dari sisi dakwah, pasti saja medium TV jauh lebih efektif dari pada jenis media-media massa lainnya. Selain itu, media dakwah di TV memiliki relevansi sosiologis, mengingat mayoritas masyarakat kita beragama Islam. Fungsi dakwah di televisi bisa membantu individu dan masyarakat untuk menemukan kembali dan memperkokoh nilai-nilai yang selama ini menjadi bagian dari identitas mereka.

Adanya televisi dakwah, secara sosiologis sesuai dengan kebutuhan dan potensi khalayak. Dari segi demokrasi informasi, televisi dakwah memberikan alternatif sajian informasi dan hiburan dan sosialisasi budaya yang lebih sehat dan bernuansa lokal.

Kemajuan di bidang pertelevisian di Indonesia menyebabkan terbukanya kesempatan menampilkan berbagai acara yang menyangkut budaya masyarakat. Masyarakat Indonesia yang religius, selama ini menikmati acara keagamaan melalui media cetak dan radio. Budaya menonton TV dalam masyarakat tentu dimanfaatkan bagi tayangan bernuansa agama.

Berikut ini adalah survey majalah Ummat (Januari 2007) terhadap media dakwah


(46)

MEDIA RESPONDEN

Televisi 60, 0 %

Radio 21,6 %

Media Cetak 6,0 %

Forum Pengajian, Media Konvensional

11. 6 %

Jadi, dakwah bukan lagi merupakan acara yang kaku dan penuh uraian dogmatis kaidah agama, tetapi sudah mengarah ke berbagai topik masalah kehidupan sehari-hari sebagai aplikasi dari ajaran agama, tanpa menghilangkan unsur hiburan.

C. Analisis Isi Kualitatif 1. Pengertian analisis isi

Menurut Budd (1967), analisis isi adalah suatu teknik sitematis untuk menganalisis isi pesan dan mengolah pesan atau suatu alat untuk mengobservasi dan menganalisis isi perilaku komunikasi yang terbuka dari komunikator yang dipilih.

Menurut Wazer dan Wiener, analisis isi adalah suatu prosedur sistematika yang disusun untuk menguji isi informasi yang terekam. Sedangkan menurut Krippendorf, analisis isi adalah suatu penelitian untuk membuat referensi-referensi valid dan dapat ditiru dari data ke konteks.

Putranto menyatakan analisis isi (content analysis) berhubungan dengan komunikasi, tepatnya berhubungan dengan isi komunikasi. Penelitian


(47)

dengan menggunakan teknik analisis isi merupakan teknik penelitian alternativ bagi kajian komunikasi yang pada umumnya cenderung lebih banyak mengarah pada penelitian sumber (source) maupun penerima (receiver).24

Namun demikian dalam analisis isi terdapat permasalahan yang timbul berkaitan dengan pelaksanaan di lapangan, antara lain:

a. Sulit mendapatkan secara pasti sample yang representative

b. Seringkali mendapatkan definisi kerja yang baik pada topic yang sedang dipelajari. Misalnya: apa itu kekerasan

c. Tidak selalu mudah mendapatkan unit yang dapat diukur, seperti susunan cerita atau gambar komik, apa yang dilakukan orang terhadap film atau artikel majalah.

d. Sulit membuktikan kesimpulan yang tepat.

Tuntutan metodologis analisis isi pada dasarnya sama dengan penelitian ilmiah pada umumnya. Tuntutan objektifitas dan sistematika merupakan prinsip yang lazim dipakai dalam analisis isi. Objektifitas menuntut agar kategori-kategori analisis didefinisikan secara jelas dan operasional sehingga peneliti lain dapat mengikutinya dengan tingkat realibilitas yang tinggi. Dan tuntutan sistematika bertujuan untuk mencegah penarikan kesimpulan oleh peneliti tidak adil artinya bukan hanya untuk menyokong hipotesis peneliti semata.25

24

Dodi M. Ghazali, Communication Measurement: Konsep dan Aplikasi Pengukuran

Kinerja Public Relations, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005), h.85

25


(48)

Penggunaan analisis isi dilakukan bila ingin memperoleh keterangan dari isi komunikasi yang disampaikan dalam bentuk lambang. Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi seperti: surat kabar, buku, puisi, lagu, cerita, lukisan, pidato, surat, peraturan, dsb.

2. Analisis isi kualitatif

Dalam analisis isi kualitatif yang digunakan merujuk pada data reduksi kualitatif yang akan mendapatkan suatu volume material kualitatif, disamping berusaha melakukan identifikasi inti konsistensi (core consistencies) dan makna yang terkandung dalam kata-kata teks yang utama.

Karena itu diperlukan suatu analisis isi yang lebih mendalam dan detail untuk memahami produk isi media dan mampu menghubungkannya dengan konteks social atau realitas yang terjadi sewaktu pesan dibuat. Karena semua pesan (teks, symbol, gambar dan sebagainya) adalah produk social dan budaya masyarakat. Inilah yang disebut analisis isi kualitatif.

Analisis isi yang digunakan adalah analisis isi kualitatif (QCA) yaitu mencoba untuk menggunakan kekuatan metodologi analisis isi dan penelitian komunikasi untuk menganalisa secara sistematis sejumlah materi tektual tapi dengan elaborasi langkah-langkah analisis kualitatif. (Mayring, 2000:6).

Kualitatif analisis isi (QCA) mencoba untuk menggunakan kekuatan metodologi analisis isi dan penelitian komunikasi untuk menganalisa secara sistematis sejumlah materi tekstual tapi dengan elaborasi langkah-langkah analisis kualitatif. (Mayring, 2000, hal:6). Prosedur utama formulasi kategori induksi menurut Mayring untuk dalam analisis isi adalah:


(49)

a) Research Question (s)

b) General Definition of Categories c) Definition of Level of Abstractions d) Inductive Formulation of Categories e) Final Categories of Material

f) Summative Reliability Check g) Qualitative Analysis

Langkah-langkah analisis dan aturan-aturan atau prosedur hanya merupakan temuan dasar, namun yang lebih ditekankan adalah meneguhkan adanya hubungan subyektif terhadap material atau teks-teks yang menjadi subyek penelitian, dan itu bukanlah langkah-langkah yang bersifat otomatis, namun yang lebih penting dilakukan adalah tindakan kreatif untuk menginterpretasikan makna-makna teks.

Altheide (1996:2) mengatakan bahwa analisis isi kualitatif disebut pula sebagai Ethnographic Content Analysis (ECA), yaitu perpaduan analisis isi objektif dengan observasi partisipan. Artinya istilah ECA adalah periset berinteraksi dengan material-material dokumentasi atau bahkan melakukan wawancara mendalam sehingga pernyataan-pernyataan yang spesifik dapat diletakkan pada konteks yang tepat untuk dianalisis.

Karena itu beberapa yang harus diperhatikan oleh periset: 26

1. Isi (content) atau situasi social seputar dokumen (pesan/teks) yang diriset. Misalnya, periset harus mempertimbangkan factor ideology institusi

26

Rachmat Kriyantono, S.Sos., M.Si. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), Cet. Ke-3. hal. 248


(50)

media, latar belakangan wartawan dan bisnis, karena factor-faktor ini menentukan isi berita dari media tersebut.

2. Proses atau bagaimana suatu produk media atau isi pesannya dikreasi secara actual dan diorganisasikan secara bersama. Misalnya, bagaimana berita diproses, bagaimana format pemberitaan TV yang dianalisis tadi disesuaikan dengan keberadaan dari tim pemberitaan, bagaimana realitas objektif diedit ke dalam realitas media massa, dan lainnya.

3. Emergence, yakni pembentukan secara gradual atau bertahap dari makna

sebuah pesan melalui pemahaman dan interpretasi. Di sini periset menggunakan dokumen atau teks untuk membantu memahami proses dan makna dari aktivitas-aktivitas social. Dalam proses ini periset akan mengetahui apa dan bagaimana si pembuat pesan dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya atau bagaimana si pembuat pesan mendefinisikan sebuah situasi (Ida, 2001:148).


(51)

40

A. Sekilas Tentang Trans 7

TRANS7 yang semula bernama TV7 berdiri dengan izin dari Departemen Perdagangan dan Perindustrian Jakarta Pusat dengan Nomor 809/BH.09.05/III/2000. Pada 22 Maret 2000, keberadaan TV7 telah diumumkan dalam Berita Negara Nomor 8687 sebagai PT. Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh. Dengan kerjasama strategis antara Para Group dan KKG, TV7 melakukan re-launching pada 15 Desember 2006 sebagai TRANS7 dan menetapkan tanggal tersebut sebagai hari lahirnya TRANS7. Di bawah naungan PT Trans Corpora yang merupakan bagian dari manajemen Para Group, TRANS7 diharapkan dapat menjadi televisi yang maju, dengan program- program in-house productions yang bersifat informatif, kreatif, dan inovatif.1

TRANS7 dengan komitmen menyajikan tayangan berupa informasi dan hiburan, menghiasi layar kaca di ruang keluarga pemirsa Indonesia. Berawal dari kerjasama strategis antara Para Group dan Kelompok Kompas Gramedia (KKG) pada tanggal 4 Agustus 2006, TRANS7 lahir sebagai sebuah stasiun swasta yang menyajikan tayangan yang mengutamakan kecerdasan, ketajaman, kehangatan penuh hiburan serta kepribadian yang aktif.

1


(52)

Logo TRANS7 membentuk empat sisi persegi panjang yang merefleksikan ketegasan, karakter yang kuat, serta kepribadian bersahaja yang akrab dan mudah beradaptasi. Birunya yang hangat tetapi bersinar kuat melambangkan keindahan batu safir yang tak lekang oleh waktu, serta menempatkannya pada posisi terhormat di antara batu-batu berlian lainnya. Perpaduan nama yang apik dan mudah diingat, diharapkan membawa TRANS7 ke tengah masyarakat Indonesia dan pemirsa setianya.

DEWAN KOMISARIS

Komisaris Utama Chairul Tanjung

Komisaris 1. Agung Adiprasetyo

2. Ishadi SK

3. Asih Winanti

DEWAN DIREKTUR

Direktur Utama Atiek Nur Wahyuni

Direktur Wishnutama

Direktur Keuangan dan Sumber Daya Ch. Suswati Handayani

Program-Program TRANS7

TRANS7 berkomitmen untuk menyajikan yang terbaik bagi pemirsanya, dengan menyajikan program informasi seperti Redaksi yang hadir


(53)

setiap pagi, siang, sore, dan malam yang dikemas secara apik dan dinamis, update dan informatif. TRANS7 juga menghadirkan program berita dan dokumenter lainnya seperti Selamat Pagi, TKP, Asal Usul, dan Jejak Petualang yang memberikan wawasan unik dan berbeda bagi pemirsa.

Tidak kalah informatif, program hiburan seperti I-Gosip Pagi, I-Gosip Siang, dan I-Gosip News, dan Wara Wiri, semakin lengkap menambah cakrawala di ruang keluarga. Program variety show seperti Full Color dan Komedi Lawak (Kolak) juga selalu dinantikan. TRANS7 juga pernah hadir dengan Empat Mata yang pernah menjadi program fenomenal di Indonesia. Kini trio Tukul-Peppy-Vega ’Ngatini’ hadir kembali di TRANS7 lewat program Bukan Empat Mata.

Program sport TRANS7 juga selalu dinantikan oleh para pecinta olahraga. Serie A akan menghadirkan pertarungan para pesebakbola seri A Liga Italia, sementara Liga Dunia akan menyajikan pertandingan-pertandingan tim unggulan dunia. Bagi para pecinta otomotif, MotoGP dan Superbike mengajak Anda untuk memacu adrenalin di lintasan balap kelas dunia. TRANS7 juga menyajikan tayangan informasi olahraga setiap hari di layar pemirsa, di antaranya Sport7, One Stop Football, dan Galeri Sepakbola Indonesia.

TRANS7 juga tidak melupakan pemirsa cilik dengan memberikan pengetahuan dan hiburan bagi mereka. Bocah Petualang dan Si Bolang Jalan-jalan menghadirkan keunikan kehidupan anak-anak di seluruh penjuru Indonesia. Laptop Si Unyil dan Buku Harian Si Unyil memberikan ilmu


(54)

pengetahuan yang mendasar bagi para pemirsa cilik. Jalan Sesama yang merupakan adaptasi dari Sesame Street juga dipercayakan untuk ditayangkan di TRANS7. Melalui Cita-citaku, TRANS7 berusaha menghadirkan keseharian profesi yang dicita-citakan anak-anak

Dilengkapi dengan sajian film-film berkualitas, Theater7 hadir pada momen-momen spesial, mengisi layar kaca anda. Serial-serial unggulan juga kerap kami hadirkan seperti Smalville, Supernatural, dan Heroes. Jangan lupakan pula program-program musik yang menyuguhkan persembahan para pemusik Indonesia lewat sajian Musik Spesial dan On The Spot.

Jangan pernah lewatkan sajian kami, dikemas secara cerdas, aktif, dan menghibur, hanya di TRANS7.

B. Deskripsi Acara Rahasia Sunnah

Nama Program Rahasia Sunnah

Format Non Drama

Jenis Program TV Magazine

Pukul 09.30 – 10.00 WIB

Durasi 30 Menit

Frekuensi 1 x Seminggu

Lingkup Materi Islami, informasi mengenai dunia kesehatan, kuliner, bisnis, pernak-pernik, yang disampaikan secara Islami dan juga jalan-jalan


(55)

Sasaran Umum

Tujuan Agar umat muslim dapat memahami Islam dari aspek ilmiah.

Sifat Rekaman atau Taping

1. Latar Belakang Berdirinya Rahasia Sunnah

Rahasia Sunnah adalah program yang akan mengupas berbagai sunnah Rasul dari berbagai dimensi, seperti kesehatan, psikologi, keilmuan dan lainnya. Hasil penelusuran tim Rahasia Sunnah ini diperkuat oleh penjelasan ilmiah dari narasumber yang kredibel di bidangnya serta kajian dari sudut pandang ulama. Program ini akan menambah wawasan keislaman umat mengenai mukjizat di dalam Al-Quran dan hadist serta mengajak pemirsa untuk berpikir kritis tentang kajian IPTEK yang dapat dikaitkan dengan kitab pedoman hidup.

Acara Rahasia Sunnah di stasiun televisi Trans 7, merupakan acara keagamaan atau bisa dibilang kegiatan dakwah, yang disiarkan atau ditayangkan melalui televisi, yang mendapat respon baik dari masyarakat. Acara ini dikemas dengan sedemikian rupa sehingga memiliki nuansa yang berbeda dari yang ada, selain itu banyak mengandung pesan-pesan dakwah yang bermanfaat bagi seluruh pemirsa yang menyaksikannya.

Pesan dakwah yang disampaikan melalui acara Rahasia Sunnah di Trans 7 tujuannya adalah agar umat muslim dapat memahami Islam dari aspek ilmiah.


(56)

Berawal dari seseorang pekerja televisi, Roni Suyanto yang gemar membaca buku-buku hadist. Banyak hal yang bermanfaat yang bisa diambil, bahkan hal-hal baru yang belum pernah diketahui dan sangat menarik untuk dipelajari. Kemudian ada beberapa hal yang menarik, yang membuat penasaran, karena menurut keyakinannya bahwa yang namanya Islam beserta dengan Al-Qur’an, sangat rasional dan sangat riil, mempelajari apa alasan-alasan ilmiah dari ajaran-ajaran Islam.

Seperti Rasulullah mencontohkan kita untuk mengunyah makanan itu 33 kali, kita meyakini bahwa apa yang diperintahkan atau dicontohkan Rasulullah itu adalah sesuatu yang baik. Sebenarnya makna dari kunyah makanan 33 Minimal dari segi kesehatan, kenapa kita tidur harus miring ke kanan. Dari aspek kesehatan terbukti setelah ada penelitian dari tim kedokteran, bahwa tidur miring ke kanan, paru-paru tidak kegencet, peredaran darah lebih lancar, juga pengobatan bagi orang yang ngorok atau yang mendengkur. Dan hadist itu keluar 1500 tahun yang lalu, pada saat ilmu kedokteran itu belum ada. Secara kekinian baru terbukti.

Sebetulnya yang dicontohkan Nabi itu apa aspek ilmiahnya. Kenapa makan harus pakai tangan kanan, bukan tangan kiri. Ternyata tangan kanan itu mengeluarkan enzim yang berbeda dengan tangan kiri, banyak hal yang membuat penasaran. ini alasan yang pertama. Yang


(57)

kedua, karena dia pekerja Televisi, maka tercetuslah ide untuk membuat program itu. 2

Lalu dari rasa penasaran dan ketertarikan terhadap ilmu-ilmu dari Al-Qur’an dan Hadist, maka tercetuslah ide untuk mengajukan sebuah program religi yang membahas mengenai kandungan isi dari Al-Qur’an dan Sunnah.

Maka ide ini dirapatkan kebetulan pada saat raker, rapat kerja. Raker itu membahas tentang usulan-usulan program, dan usulan program Rasun satu-satunya program yang diraker, dari sekian beberapa ratusan program yang diajukan pada saat itu, yang disetujui untuk dibikin paylet di bulan Ramadhan, pada 2007.

Jadi 2007 disetujui untuk dibikin paylet, tapi tayangnya 2008. Karena ada masalah perizinan presenter. Jadi wahyu itu WNA, harus ada izin imigrasi, jadi harus diizin segala urusan si wahyu supaya bisa dikontrak.

Sedangkan nama Rahasia Sunnah sendiri tercetus dari sekedar ngobrol-ngobrol bersama tim dan tercetuslah Rahasia Sunnah. Walaupun sebenarnya nama tersebut dari segi broadcast tidak menjual, terlalu berat, namun nama tersebut sudah terlanjur disetujui.

Format pengemasan acaranya juga berbeda dari acara keagamaan yang lain. Dibuat semenarik mungkin, dengan format jalan-jalan, tetapi

2 Wawancara pribadi dengan Roni Suyanto (Produser 1 Rahasia Sunnah), Jakarta :


(58)

tetap disisipkan nilai-nilai keagamaannya, sehingga tidak membosankan untuk ditonton. Materinya Jadi dikombain apa yang ada di Al-Qur’an dengan Sunnah Rasulullah.

2. Tujuan Rahasia Sunnah

Tujuannya ingin membuat penonton yang beragama muslim bangga dengan agamanya dan memahami Islam itu rasional dan lebih ilmiah. Makanya di dalam Rahasia Sunnah dibahas tentang keilmiahannya Islam.

Rahasia Sunnah sebagai sumber informasi dan kebutuhan untuk semua orang dengan kesan tidak menggurui, memberikan kabar baik atau solusi kususnya kepada umat Islam, untuk setiap masalah-masalah keseharian secara Islami yang dibawakan secara ringan dan memperkenalkan serta menyampaikan kekayaan Dakwah Islam bukan hanya dilihat dari sudut ceramahnya saja, tetapi dengan sentuhannya yang berbeda dan menarik.

Bahwa apa yang dicontohkan Rasulullah dan aspek yang ditunjukkan Al-Qur’an itu benar. Intinya tujuannya satu ngin membuat penonton yang beragama Islam bangga dengan agamanya dan dapat memahaminya dengan lebih rasional dan ilmiah.3

3 Wawancara pribadi dengan Roni Suyanto (Produser 1 Rahasia Sunnah), Jakarta :


(59)

jadi meyakini Islam dari sisi yang rasional. Islam jadi tidak taqliq , kita memahami Islam itu menurut rasional. Ada manfaatnya buat kita, jadi lebih yakin.

3. Sasaran Rahasia Sunnah

Sasaran acara Rahasia Sunnah adalah semua kalangan. Acara ini tidak memfokuskan penontonnya, karena tema-tema yang dibahas mengenai masalah umum yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dengan berpedoman kepada Al-Qur’an dan sunnah.4 Materi yang dihadirkan ringan-ringan, agar lebih mudah dimengerti oleh semua kalangan. Temanya juga yang berbeda-beda tiap minggunya membuat acara Rahasia Sunnah lebih menarik.

Format pengemasan acaranya juga berbeda dari acara keagamaan yang lain. Dibuat semenarik mungkin, dengan format jalan-jalan, tetapi tetap disisipkan nilai-nilai keagamaannya, sehingga tidak membosankan untuk ditonton.

4 Wawancara pribadi dengan Roni Suyanto (Produser 1 Rahasia Sunnah), Jakarta :


(60)

PESAN DAKWAH ACARA RAHASIA SUNNAH

A. Analisis Isi Pesan Dakwah Acara Rahasia Sunnah

Pada bab ini, peneliti akan menganalisis isi pesan dakwah yang terkandung dalam 7 pesan dakwah pada program Rahasia Sunnah episode desember 2009. Dalam menganalisis isi pesan tersebut, peneliti menggunakan metode analisis isi kualitatif (Qualitatif Content Analysis (QCA)), mencoba untuk menggunakan kekuatan metodologi analisis isi dan penelitian komunikasi untuk menganalisa secara sisitematis sejumlah materi tekstual tapi dengan elaborasi langkah-langkah analisis kualitatif. (Mayring, 2000: 6).

Menggunakan sistem ketegorisasi untuk membahas permasalahan dalam rumusan masalah yang peneliti teliti. Peneliti menggolongkan pengkategorisasian pesan dakwah rahasia sunnah yaitu dengan pesan dakwah dzatiyah, pesan dakwah fardiyah, pesan dakwah halaqoh, dan pesan dakwah professional. Dan meneliti pengkategorisasian yang diambil dari ke 7 naskah rahasia sunnah bulan desember 2009.

Pesan dakwah yang disampaikan melalui acara Rahasia Sunnah di Trans 7 tujuannya adalah agar umat muslim dapat memahami Islam dari aspek ilmiah. Materi yang disampaikan seputar masalah kehidupan sehari-hari


(61)

dengan berpedoman kepada Al-Qur’an dan sunnah.1 Materi yang berbeda-beda tiap minggunya membuat acara Rahasia Sunnah lebih menarik.

Beberapa materi Rahasia Sunnah episode Desember diantaranya: - Bolehkah Makan Ikan Mentah (4 Desember 2009

- Belut Laut Halal Dimakan (5 Desember 2009) - Bulu Babi?? Halal Ga Ya! (11 Desember 2009) - Musyrik Percaya Mitos Tokek (12 Desember 2009) - Binatang Besar Yang Pintar (18 Desember 2009) - Anggur dan Alkohol (19 Desember 2009)

- Jangkrik Halal dan Bergizi (25 Desember 2009)

1. Bolehkah Makan Ikan Mentah

Tabel 2

Kategorisasi Dakwah Dzatiyah

No. Kategorisasi Sub Kategorisasi

1. Sensasi menurut Islam (panca indera)

1. Mengagumi alam ciptaan Allah SWT 2. Terhampar pemandangan yang luar biasa 2. Persepsi menurut

Islam (tadabur alam)

Alhamdulillah dalam perjalanan kali ini, saya menjadi tahu boleh saja mengkonsumsi ikan laut tanpa dimasak atau mentah karena halal dan sehat, tapi untuk yang seger saja ya, kalau sudah dimasak silahkan itu sama-sama rezeki dari Allah SWT.

3. Memori menurut Islam 1. Oh, kayak makanan Jepang gitu

2. Teman-teman masih ingat dengan teman saya ini, bapak ini yang punya lumba-lumba terapi itu.

4. Berfikir menurut Islam 1. Pasti Allah memberikan rezeki yang sangat

1Wawancara pribadi dengan Roni Suyanto (Produser 1 Rahasia Sunnah), Jakarta :


(62)

(bersyukur dan bersatu)

berlimpah

2. Bener-bener Allah SWT adalah Maha Pemberi. Tidak ada yang dapat membantah-Nya.

5. Kecerdasan intelektual 1. Bener-bener bisa dimakan mentah kayak sushi dan sashimi

2. Penjelasan narator mengenai sashimi

3. Penjelasan pa aan dan narator mengenai cara membuat sushi

4. Penjelasan peneliti dan ulama mengenai ikan mentah dan kehalalannya

5. Alhamdulillah saya mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Dengan begini saya tidak ragu untuk makan ikan mentah, asal kondisinya masih baik dan segar

6. Kecerdasan emosi 1. Anak-anak mengagetkan wahyu dari belakang dengan menjejali ikan

2. Anak-anak berebut menghabiskan ikan yang telah diiris tipis

7. Kecerdasan spiritual (hubungan dengan Allah)

Allah memang telah menciptakan bumi, laut dan segala isinya untuk kepentingan manusia. Laut juga telah memberikan manusia banyak kenikmatan.

Tabel 3

Kategorisasi Dakwah Fardiyah

No. Kategorisasi Sub Kategorisasi

1. Pendekatan individu secara psikologis

1. Disana..oh kira-kira om boleh ikut ga? 2. nah, sini pak, saya mau coba iris ikannya 3. wah pak sini duduk dulu (menyuruh pa aan

duduk disampingnya) tadi saya menjelaskan kepada anak-anak untuk menunggu cuka dan jeruk nipis. Eh…mereka serbu bawa semua, tinggal ini doang.

4. kalau bapak sendiri suka makan ikan mentah ga (tanyanya pada peneliti)

5. eh ngomong-ngomong boleh duduk disini bersama beli made?

2. Saling bertukar informasi

Pa aan mengajarkan cara mengolah ikan mentah menjadi sashimi.

3. Saling bertukar pengalaman

1. Kebiasaan warga Sumberkima yang memakan ikan mentah-mentah


(63)

2. Wahyu membuat tuna saus tar-tar dan sashimi dibantu oleh pelayan restoran

Tabel 4

Kategorisasi Dakwah Halaqoh

No. Kategorisasi Sub Kategorisasi

1. Pendekatan kelompok Dengan norma

Kelompok

1. Wahyu ikut duduk di bilik bersama anak-anak dan pa aan

2. Wahyu ikut makan ikan mentah 2. Memahami norma

kelompok

1. Heran saya, padahal ikannya mentah kok suka ya..

Tabel 5

Kategorisasi Dakwah Profesional

No. Kategorisasi Sub Kategorisasi

1. Manajemen Dakwah Wahyu mencari penjelasan mengenai ikan mentah kepada peneliti dan kehalalannya kepada ulama

2. Profesi (para ahli) 1. Drs.Sudaryanto (peneliti dari Universitas Udayana

2. Pa Aan (warga Sumberkima) 3. Pelayan restoran

3. Profesi (para da’i) Ali Mustafa Ya’kub (Ulama MUI)

Mengkonsumsi ikan mentah merupakan hal yang biasa dilakukan oleh masyarakat di Sumberkime, Bali. Ikan yang digunakan biasanya ikan hasil tangkapan mereka sendiri di laut, seperti kerapu. Menyajikan ikan mentah ini juga sangat mudah, hanya diiris tipis, ditambahkan perasan jeruk nipis dan cuka, untuk menghilangkan amis, seperti sashimi.

Sashimi adalah makanan Jepang yang dibuat dari hasil laut yang segar tanpa dimasak. Sashimi ini biasanya disajikan dengan kecap asin, parutan jahe


(64)

dan wasabi. Dan banyak jenis ikan yang disajikan sebagai sashimi, seperti ikan tuna, salmon, salam dan cakalang. Namun bukan Cuma ikan saja cumi dan udang juga bisa dijadikan sashimi. Tapi yang penting penyajiannya harus mentah.

Allah memang telah menciptakan bumi, laut dan segala isinya untuk kepentingan manusia. Laut juga telah memberikan manusia banyak kenikmatan. Salah satunya adalah sumber makanan, dalam Al-qur’an surat Al- Maidah, ayat 96,

Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang

berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan; dan diharamkan atasmu (menangkap) binatang buruan darat, selama kamu dalam ihram. dan bertakwalah kepada Allah yang

kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.” (Q.S. Al-Maidah: 96).

Binatang buruan laut yang dimaksud adalah yang diperoleh dengan jalan usaha seperti mengail, memukat dan sebagainya. termasuk juga dalam pengertian laut disini ialah: sungai, danau, kolam dan sebagainya. Sedangkan makanan (yang berasal) dari laut maksudnya: ikan atau binatang laut yang diperoleh dengan mudah, Karena Telah mati terapung atau terdampar dipantai dan sebagainya. Orang-orang yang dalam perjalanan maksudnya sekelompok musafir yang membekali diri dengan apa yang mereka peroleh dari laut itu. Dikumpulkan maksudnya: kalian dikumpulkan dan digiring kepada-Nya.


(1)

belalang. Sementara belalang halal, maka jangkrik itu termasuk yang dihalalkan.

“Dihalalkan untuk 2 bangkai dan 2 darah. Adapun 2 bangkai yaitu ikan dan belalang, sedang 2 darah yaitu hati dan limpa. (HR. Bukhari Muslim)

Bahkan jangkrik bisa sebagai obat. Dari hasil penelitian dari kebiasaan zaman dahulu, jangkrik dipakai untuk mengobati rasa nyeri saat datang bulan.


(2)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Mengacu pada beberapa pertanyaan dalam rumusan masalah di atas, akhirnya diproleh serangkaian kesimpulan sebagai berikut:

Isi pesan dakwah pada program Rahasia Sunnah di Trans 7 episode Desember 2009 yang terbagi dalam beberapa kategorisasi, maka peneliti melihat bahwa pada dasarnya pesan dakwah yang disampaikan lebih cenderung mendalami mengenai ketentuan hukum Islam sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Bahwa dihalalkan mengkonsumsi ikan mentah, belut laut, bulu babi, dan jangkrik, anggur bisa menjadi haram, jika dipergunakan untuk minuman memabukkan, musyrik percaya pada mitos, bahwa suara tokek penentu keuntungan, dan ternyata gajah adalah binatang yang pintar, yang bisa melakukan berbagai atraksi.

Peneliti menggolongkan pengkategorisasian pesan dakwah rahasia sunnah yaitu dengan pesan dakwah dzatiyah, pesan dakwah fardiyah, pesan dakwah halaqoh, dan pesan dakwah professional.

a. Dakwah Dzatiyah

Setiap individu sebelum berdakwah dengan orang lain, harus dimulai dari diri sendiri bagaimana ia memanfaatkan pancainderanya (sensasi), persepsi (memaknai stimuli), memori (apa yang boleh diingat) dan cara


(3)

berfikir menurut pandangan Islam. Kecerdasan intelektual, Kecerdasan emosi, Kecerdasan spiritual (hubungan dengan Allah).

b. Dakwah Fardiyah

Dakwah fardiyah adalah konsentrasi dengan dakwah atau berbicara dengan mad’u secara tatap muka atau dengan sekelompok kecil dari manusia yang mempunyai ciri-ciri dan sifat-sifat khusus. Dakwah fardiyah dalam penelitian ini membahas: Pendekatan individu secara psikologis, Saling bertukar informasi, Saling bertukar pengalaman.

c. Dakwah Halaqoh

Dakwah halaqoh mampu meledakkan potensi dari peserta halaqoh. Untuk itu halaqoh haruslah memenuhi beberapa variabel, dimana dengan variabel tersebut halaqoh mampu menjalankan sebagaimana fungsi yang sesungguhnya. Dakwah halaqoh dalam penelitian ini membahas mengenai: Pendekatan kelompok dengan norma kelompok, Memahami norma kelompok d. Dakwah Profesional

Profesionalisme dakwah yang ternyata diawali dengan persoalan ilmu: Memiliki landasan ilmu atas apa yang ia sampaikan (Al-Ilmu Bima Yuballigh) yang diteruskan secara implementatif dengan sikap jujur dan benar terhadap apa yang ia sampaikan (Ash-Shidqu Fima Yuballigh).

Dalam penelitian ini dakwah professional membahas mengenai Manajemen Dakwah, Profesi (para ahli) seperti: Drs.Sudaryanto (peneliti dari Universitas Udayana, Pa Aan (warga Sumberkima), Pelayan restoran Melka Hotel Lovina, Pa Made (nelayan), Drs. Deny Suherman Yusup M.Sc. (Peneliti


(4)

86

Universitas Udayana), Dr. H. Ahmad Gimmy Prathama, M.Si (Psikolog) Pak De (penangkap tokek), Dedi Ramlan (Manager/ ahli gajah), Pa nanga (pemilik kebun anggur), Dr Yan Ramona (peneliti Univ Udayana), Dra. NM. Gari Msc (peneliti Univ Udayana), Pemetik anggur, Prof Dr Bambang Wirjatmadi-Ahli Gizi UNAIR, Penjual jangkrik, dan Profesi (para da’i) seperti: Ali Mustafa Ya’kub (Ulama MUI)

B. Saran

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam program siaran keagamaan Rahasia Sunnah di Trans 7, maka ada beberapa saran yang hendak peneliti sampaikana diantaranya:

1. Hendaknya materi yang disampaikan tidak terlalu panjang dengan bahasan jalan-jalan pembawa acara, juga diperbanyak penambahan bacaan Al-Qur’an, Hadist dan pendapat tokoh agama. Penambahan materi dengan tema-tema yang actual dengan kemasan berupa pemilihan kata yang lebih halus dan menarik, serta penambahan waktu siaran menjadi lebih panjang. Dengan demikian penonton akan lebih tertarik untuk menyaksikan dan mendalami ilmu-ilmu agama melalui program Rahasia Sunnah ini;

2. Harus adanya kesadaran yang tinggi khususnya bagi penonton dalam memahami dam mempelajari Islam, sebab tugas seorang da’i hanya menyampaikan materi pesan dakwahnya, namun dalam prakteknya kembali kepada usaha penonton untuk berusaha menjadi hamba yang lebih baik lagi.


(5)

Abdussalam bin salim as suhaimi. kitab “Jadilah Salafi Sejati”. Pustaka at Tazkia, 2007

Ar-Rifa’I, Muhammad NasiB. Kemudahan Dari Allah, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta: Gema Insani Press, 1999.

Arbi, Armawati. Dakwah dan Komunikasi. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2003. Bachtiar, Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta: Logos, 1997. Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai

Ghazali, M. Bachri. Dakwah Komunikatif Membangun Kerangka Dasar Ilmu Pustaka, 2003.

Effendi, Onong Ucahyana. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung : Remaja Rosdakarya, 1994.

Ghazali, M Dodi. Communication Measurement: Konsep dan Aplikasi Pengukuran Kinerja Public Relations. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005.

Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Komunikasi Dakwah. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997.

Mahmud, Ali Abdul Halim, Dakwah Fardiyah: Metode Membentuk Pribadi Muslim, Jakarta: Gema Insani Press, 1995.

Maraghi, Ahmad Musthafa. Tafsir Al-Maraghi. Semarang: Toha Putra, 1987. Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik. Bogor:Ghalia Indonesia,

2008.

Munir, Muhammad. Metode Dakwah. Jakarta:Kencana, 2006

Nasuhi, hamid. Dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Jakarta : CeQDA, 2007 Nata, Abudin. Peta Keberagaman Pemikiran Islam Di Indonesia.

Nuh, Sayid Muhammad Nuh, Dakwah Fardiyah Pendekatan Personal dalam Dakwah, Solo: Era Intermedia. 2000

Qardawi, Yusuf , Halal dan Haram, Jakarta: Robbani Press. 2000.


(6)

88

Rahmat, Jalaludin. Islam Aktual. Bandung: Mizan,1992. Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasara. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008.

Setiawan, Bambang dan Muntaha, Ahmad. Metode Penelitian Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka, 2004.

Soekanto, Soejono. Sosiologi Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers, 1982 Somad, A Somad. Diktat Ilmu Dakwah, Th. 1425 H/2004.

Syukir, Asmuni. Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al-Ikhlas, 1983. Syahdar, Ghazali BC.TT. Kamus Istilah Komunikasi. Bandung: Djembatan 1992. Tasmara, Toto. Komunikasi Dakwah. Jakarta : Gaya Media Pratama, 1987.

Tholchah, M. Hasan Tholchah. Dinamika Kehidupan Religius. Jakarta: LF. Putra, 2004.

Widjaja, H. A. W. Ilmu Komunikasi. Jakarta : Rineka Cipta, 2000.

Internet

www. Trans 7.co.id

http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=611&bagian=0 http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=434