UNSUR PELANGGARAN UNDANG-UNDANG PENYIARAN NOMOR 32 TAHUN 2002 PADA PROGRAM ACARA TELEVISI (Analisis isi pada Program Acara Comedy Project Trans TV)

(1)

i

UNSUR PELANGGARAN UNDANG-UNDANG PENYIARAN

NOMOR 32 TAHUN 2002 PADA PROGRAM ACARA

TELEVISI

(Analisis isi pada Program Acara Comedy Project Trans TV)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana ( S-1 )

PANJI MAS AGAM PAHLAWAN 08220212

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

ii LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

NAMA : Panji Mas Agam Pahlawan

NIM : 08220212

JURUSAN : Ilmu Komunikasi

FAKULTAS : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

JUDUL SKRIPSI : Unsur Pelanggaran Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 Pada Program Acara televisi

(Analisis isi pada Program Acara Comedy Project Trans TV)


(3)

iii LEMBAR PENGESAHAAN

Nama : Panji Mas Agam Pahlawan

Nim : 08220212

Kosentrasi : Audio Visual

Judul Skripsi : Unsur Pelanggaran Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 Pada Program Acara televisi (Analisis isi pada Program Acara Comedy Project Trans TV)

Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang


(4)

iv PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Panji Mas Agam Pahlawan

Tempat, Tanggal Lahir : Ponorogo, 04 Desember 1989

NIM : 08220212

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul :

UNSUR PELANGGARAN UNDANG-UNDANG PENYIARAN NOMOR 32 TAHUN 2002 PADA PROGRAM ACARA TELEVISI

(Analisis isi pada Program Acara Comedy Project Trans TV)

adalah bukan karya ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 12 Januari 2013 Yang menyatakan,


(5)

v BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

1. Nama : Panji Mas Agam Pahlawan

2. NIM : 08220212

3. Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 4. Jurusan : Ilmu Komunikasi

5. Konsentrasi : Audio Visual

6. Judul Skripsi : Unsur Pelanggaran Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 Pada Program Acara

Televisi (Analisis isi pada Program Acara Comedy Project Trans TV)

7. Pembimbing : 1.Zen Amirudin S.sos 2.Dr. Wahyudi, M.Si 8. Kronologi Bimbingan :


(6)

vi ABSTRAKSI

Panji Mas Agam Pahlawan, 08220212

UNSUR PELANGGARAN UNDANG-UNDANG PENYIARAN

NOMOR 32 TAHUN 2002 PADA PROGRAM ACARA TELEVISI Analisis isi pada Program Acara Comedy Project Trans TV

Pembimbing : Zen Amirudin, S.Sos, dan Dr. Wahyudi, M.Si ( xiv + 120 halaman + 3 lampiran)

Bibliografi ; 14 buku dan 17 sumber lain

Kata Kunci : Pelanggaran Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002,Comedy Project

Beragam program acara televisi dibuat dan disajikan kepada masyarakat menjadikan masyarakat dengan leluasa memilih dan menikmati acara yang ditayangkan. Genre komedi saat ini sangat digemari pemirsa televisi pada umumnya. comedy project adalah sebuah variety show komedi , tidak banyak orang menyadari bahwa tayangan comedy project mengandung banyak sekali pelanggaran Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 Pasal 36 ayat (5) dan (6). Bagi pemirsa acara itu mempunyai fungsi sebagai media hiburan setelah seharian beraktivitas bekerja maupun belajar. Dibalik acara itu, tidak banyak yang menyadari bahwa tayangancomedy projectmempunyai dampak yang kurang baik bagi pemirsa. Pemirsa hanya menyadari tayangan itu dapat menghibur dan membuat tertawa tanpa mengetahui dampak negatifnya. Mengingat sangat beragam pemirsa televisi mulai dari anak-anak sampai orang dewasa, terlebih anak-anak sangat mudah untuk menirukan apa yang mereka lihat di televisi.

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah berapa banyak frekuensi kemunculan unsur pelanggaran Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 pada acara televisi comedy project Trans TV. Dengan tujuan untuk mengetahui berapa banyak frekuensi kemunculan unsur pelanggaran Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 dalam hal ini program acara televisi comedy projectTrans TV yang dijadikan objek penelitian baik audio maupun visual.

Melalui metode penelitian analisis isi dengan pendekatan deskriptif kuantitatif di mana data yang diperoleh berasal dari mengamati comedy project dan kemudian di analisis sesuai struktur kategori yang telah ditentukan yang merujuk pada Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 Pasal 36 ayat (5) dan (6) yaitu kategori bohong, kekerasan, cabul/porno, dan perjudian. Unit analisis dalam penelitian ini adalah durasi pelanggaran Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 Pasal 36 ayat (5) dan (6) yang diamati dalam program acara televisi comedy project Trans TV dalam 3 episode diambil secara random. Penelitian ini juga menggunakan satuan ukur persentase kemunculan durasi yang mengandung adegan pelanggaran. Hasil pengamatan tersebut kemudian diuji reliabilitasnya dengan menggunakan rumus Holsty dan didistribusikan ke dalam rumus Scott Pi sehingga didapatkan hasil yang lebih valid.


(7)

vii Berdasarkan analisis isi yang telah dilakukan, peneliti dapat menarik kesimpulan setelah dilakukan pengkodingan data maka dapat diketahui bahwa pada comedy project mengandung pelanggaran Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 Pasal 36 ayat (5) dan (6). Hasil penelitian menunjukkan dari keseluruhan tayangan Comedy Project yang peneliti ambil secara random sebanayak 3 episode 7808 detik atau 100 % dapat dikatakan bahwa frekuensi kemunculan kategori paling besar unsur pelanggaran Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 pasal 36 adalah kategori bohong sebanyak 295 detik atau 53 % dari 100 % kemunculan, kekerasan sebanyak 222 detik atau 40 % dari 100 % kemunculan, cabul / porno sebanyak 40 detik atau 7 % dari 100 % kemunculan, dan untuk kategori perjudian tidak muncul sama sekali dari 3 episode tersebut. Disarankan untuk peneliti selanjutnya untuk lebih memperhatikan masalah pengkategorian yang dalam hal ini menyangkut penelitian analisis isi. Kategori-kategori yang diambil untuk menganalisis suatu objek penelitian haruslah ada batasan-batasan, sehingga tidak terjadi kerancuan dalam proses penelitian maupun pengkodingan. Kepada masyarakat untuk memilih program hiburan yang lebih baik sehingga tidak terjadi imitasi yang negatif. Untuk pengelola Trans TV untuk lebih memikirkan isi program acara yang akan dibuat mengingat dampat yang negatif bagi penonton dan kepada lembaga-lembaga yang berwenang untuk lebih menyeleksi program acara yang akan ditayangkan ke masyarakat umum.

Malang, 12 Januari 2012

Peneliti,


(8)

viii KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb,

Alhamdulillahi rabbil alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena hanya atas rahmat dan karunia Nya sehingga skripsi dengan judul Unsur Pelanggaran Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 Pada Program Acara Televisi dalam Comedy Project ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam tetap dilimpahkan kepada nabi agung Muhammad SAW, yang telah membimbing umatnya dari zaman jahilliyah menuju zaman islamiah.

Skripsi ini disusun selain sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana (S-1), juga dengan maksud untuk memberikan referensi dan penjelasan kepada para akademisi khususnya mahasiswa jurusan ilmu komunikasi, para praktisi yang bergerak di bidang pertelevisian, serta masyarakat Indonesia tentang pentingnya memahami pelanggaran Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 yang ada pada program acara televisi.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak menghadapi tantangan dan kesulitan, atas dukungan dan kemurahan hati yang telah diberikan oleh berbagai pihaklah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Abdullah Masmuh, M.Si. selaku Dosen Wali Angkatan 2008 Kelas C Ilmu Komunikasi.

2. Bapak Zen Amirudin S.sos I yang telah banyak membantu, meluangkan waktu dan dengan sabar membimbing, memberikan masukan serta pengarahan yang sangat berarti dalam penyusunan skripsi ini.

3. Dr. Wahyudi, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Malang sekaligus sebagai Dosen Pembimbing II yang selalu menyediakan waktu untuk membimbing dan mengarahkan dalam penelitian ini.

4. Seluruh dosen Ilmu Komunikasi UMM atas ilmu-ilmu bermanfaat yang telah diberikan selama ini.


(9)

ix 5. Ibunda Dyah Rini Astuti tercinta yang selalu sabar memberi dukungan

moral serta selalu mendoakan setiap saat tanpa lelah.

6. Ayahanda Sulakun tercinta yang selalu memberi inspirasi serta berjuang keras mencarikan biaya untuk kuliah sampai terselesaikan skripsi ini. 7. Kakakku Tyas Wahyu Ari Sunu selalu memberi dukungan dan sebagai

sang inspirator.

8. Semua teman temanku Ilmu Komunikasi angkatan 2008. Semoga kita semua sukses dunia akherat.

9. Koderku mas Randi dan Dila yang dengan senang hati mengisi lembar coding penelitian skripsi ini.

10. Sumber inspirasiku Lizya, terimakasih banyak atas dukungannya selama ini.

11. Sahabat-sahabatku Vicky, Dadang, Dimas, Mita, Daus, Zaid, Faris, Rama dan semua sahabatku yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu yang selalu memberi dukungan serta berbagi kebahagiaan bersama.

12. Seluruh anggota kelompok studi sinematografi Kine Klub UMM. banyak ilmu-ilmu sinemaografi yang bermanfaat telah aku dapatkan.

13. Dan semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu, atas bantuan dan dukungannya dalam menyelesaikan penelitian ini.

Peneliti menyadari apa yang telah ditulis masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kepada para pembaca dengan segala kerendahan hati penulis akan menyambut baik setiap saran dan kritik untuk perbaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan berkah dan rahmat-Nya pada kita semua, Amien.

Wassalamu alaikum Wr.Wb.

Malang, 19 Januari 2013 Penulis,


(10)

x DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR ORISINALITAS ... iv

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Tinjauan Pustaka ... 7

E.1. Komunikasi Massa ... 7

E.2. Funsi Komunikasi Massa ... 10

E.3. Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa... 13

E.4. Penyiaran Sebagai Komunikasi Massa... 16

E.5. Jenis-Jenis Program Siaran ... 20

E.6. Audien Penyiaran... 24

E.7. Undang-Undang Penyiaran... 27

E.8. .... Teori Tanggungjawab Sosial...30

F. Metode Penelitian ... 31


(11)

xi

F.2. Unit Analisis dan Satuan Ukur ... 35

F.3. Teknik Pengumpulan Data... 34

F.4. Struktur Kategorisasi ... 34

F.5. Teknik Perolehan Data... 37

F.6. Uji Reliabilitas ... 39

BAB II GAMBARAN OBYEK PENELITIAN A. Profil Trans TV ... 42

A.1. Jajaran Direksi Trans TV ... 44

A.2. Program Siaran Trans TV ... 45

B. Comedy Project Trans TV ... 47

B.1. Jenis Program Acara... 47

B.2. Audience... 45

C. Pemain Comedy Project ... 42

C.1. Profil Narji... 49

C.2. Profil Wendy ... 50

C.3. Profil Denny ... 51

C.4. Profil Soimah... 51

C.5. Profil Adul ... 52

C.6. Profil Oppie Kumis ... 53

C.7. Profil Maya Septha ... 53

C.8. Profil Budi Anduk ... 54

C.9. Profil Ohang ... 55

C.10. Profil Rahma Azhari... 56

C.11. Profil Raffi Ahmad ... 56

BAB III PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisa Data ... 60

B. Unsur Pelanggaran Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002... 62


(12)

xii

B.2. Data Episode Perguruan Si Olin... 73

B.3. Data Episode Soimah Mengundang Boyband Fenomenal Cemas ... 82

C. Uji Reliabilitas ... 88

C.1. Episode Dokter Jantung ... 90

C.2. Episode Perguruan Si Olin ...94

C.3. Episode Soimah Mengundang Boyband Fenomenal Cemas... 67

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 102

B. Saran ... 104


(13)

xiii DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Lembar Koding Penelitian ... 37

Tabel 1.2 Pengungkapan Pelanggaran ... 38

Tabel 2.3 Distribusi Frekuensi Kemunculan Pelanggaran ... 39

Tabel 2.1 Daftar Program Siaran Trans TV ... 45

Tabel 3.1 Total Pelanggaran Undang-Undang Penyiaran Nomor .32 Tahun 2002 dalam 3 Episode ... 60

Tabel 3.2 Frekuensi Kemunculan Pelanggaran Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002... 61

Tabel 3.3 Pengungkapan Pelanggaran Episode Dokter Jantungan ... 62

Tabel 3.4 Distribusi Kemunculan Pelanggaran dalam Episode Dokter Jantungan ... 72

Tabel 3.5 Pengungkapan Pelanggaran Episode Perguruan Si Olin... 62

Tabel 3.6 Distribusi Kemunculan Pelanggaran dalam Episode Perguruan Si Olin... 72

Tabel 3.7 Pengungkapan Pelanggaran Episode Soimah Mengundang Boyband Fenomenal Cemas ...82

Tabel 3.8 Distribusi Kemunculan Pelanggaran dalam Episode Soimah Mengundang Boyband Fernenal Cemas... 87

Tabel 3.9 TotalObserved AgreementAntara Peneliti dan Koder I Episode Dokter Jantungan ... 90

Tabel 3.10Epected AgreementAntara Peneliti dan Koder I Episode Dokter Jantungan ... 91

Tabel 3.9 TotalObserved AgreementAntara Peneliti dan Koder II Episode Dokter Jantungan ... 92

Tabel 3.10Epected AgreementAntara Peneliti dan Koder II Episode Dokter Jantungan ... 93

Tabel 3.9 TotalObserved AgreementAntara Peneliti dan Koder I Episode Perguruan Si Olin ... 94 Tabel 3.10Epected AgreementAntara Peneliti dan Koder I Episode


(14)

xiv Perguruan Si Olin ... 95 Tabel 3.9 TotalObserved AgreementAntara Peneliti dan Koder II Episode

Perguruan Si Olin ... 96 Tabel 3.10Epected AgreementAntara Peneliti dan Koder II Episode

Perguruan Si Olin ... 97 Tabel 3.9 TotalObserved AgreementAntara Peneliti dan Koder I Episode

Soimah Mengundan Boyband Fenomenal Cemas... 98 Tabel 3.10Epected AgreementAntara Peneliti dan Koder I Episode

Soimah Mengundan Boyband Fenomenal Cemas... 99 Tabel 3.9 TotalObserved AgreementAntara Peneliti dan Koder II Episode

Soimah Mengundan Boyband Fenomenal Cemas... 100 Tabel 3.10Epected AgreementAntara Peneliti dan Koder II Episode

Soimah Mengundan Boyband Fenomenal Cemas... 101

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.1 Hasil Koding Peneliti, Koder I, dan Koder II Lampiran 2. Pernyataan dan Biodata Koder


(15)

xv DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Bungin, Burhan. 2007. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat.Jakarta: Kencana.

Eriyanto. 2011. Analisis Isi: Pengantar Metodologi untuk Penelitian Komunikasi dan Ilmu-ilmu Sosial lainya.Jakarta: Kencana.

Hamidi. 2007. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan Laporan Penelitian. Malang: UMM Press.

Kuswandi, Wawan. 1996. Komunikasi Massa. Sebuah Analisis Isi Media Penyiaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

McQuail, Denis. 1994. Teori Komunikasi Massa : Suatu Pengantar. Jakarta : Erlangga.

Morissan. 2009. Manajemen Media Penyiaran: Mengelola Radio dan Televisi. Jakarta: Kencana.

Mufid, Mumamad. 2007.Komunikasi dan Regulasi Penyiaran.Jakarta: Kencana. Nurudin. 2007.Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Metodologi Penelitian Komunikasi. Bandung: PT

Remaja Rosda Karya.

Wahyudi, JB. 1986.Media Komunikasi Massa Televisi. Bandung: Alumni.

Wimmer, Roger D. & Joseph R. Dominick. 2000, Mass Media Research. An Introduction.London.: Wadsworth Publishing Company

Wiryanto. 2003.Teori Komunikasi. Jakarta: PT Grasindo.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran. 2007. Jakarta: Komisi Penyiaran Indonesia Lembaga Negara Independen.


(16)

xvi Non Literatur

http://www.scribd.com/doc/73467673/23/PENYIARAN-TELEVISI diakses 27 Maret 2012 jam 17.05 WIB.

http://massofa.wordpress.com/2008/01/28/metode-analisi-isi-reliabilitas-dan-validitas-dalam-metode-penelitian-komunikasi/.

diakses 28 Maret 2012 jam 20.35 WIB.

http://www1.transtv.co.id/frontend/aboutus/view/company diakses pada tanggal 27 Juli 2012 pukul 10.30 WIB. http://www1.transtv.co.id/frontend/aboutus/view/company/16

diakses pada tanggal 27 Juli 2012 pukul 06.40 WIB. http://www1.transtv.co.id/frontend/home/category

diakses pada tanggal 28 Juni 2012 pukul 19.05 WIB. http://www1.transtv.co.id/frontend/review/index/258

diakses pada tanggal 28 Juni 2012 pukul 19.40 WIB. http://id.wikipedia.org/wiki/Narji

diakses pada tanggal 1 Juli 2012 pukul 06.40 WIB. http://id.wikipedia.org/wiki/Wendy_Armoko

diakses pada tanggal 1 Juli 2012 pukul 07.10 WIB. http://www.pikiran-rakyat.com/node/175641

diakses pada tanggal 1 Juli 2012 pukul 08.20 WIB. http://id.wikipedia.org/wiki/Soimah_Pancawati

diakses pada tanggal 1 Juli 2012 pukul 08.40 WIB. http://id.wikipedia.org/wiki/Adul

diakses pada tanggal 1 Juli 2012 pukul 16.25 WIB.

http://www.inmystery.com/2010/03/top-10-dari-yang-lagi-nge-trend-pelawak.html

diakses pada tanggal 2 Juli 2012 pukul 06.15 WIB http://profilseleb.blogspot.com/2009/10/maya-septha-profil.html

diakses pada tanggal 2 Juli 2012 pukul 07.10 WIB http://id.wikipedia.org/wiki/Budi_Anduk


(17)

xvii http://panjoelsengeh.wordpress.com/2010/08/26/7-pelawak-gokil-versi-panjoel/

diakses pada tanggal 3 Juli 2012 pukul 09.40 WIB. http://id.wikipedia.org/wiki/Rahma_azhari

diakses pada tanggal 3 Juli 2012 pukul 09.50 WIB. http://id.wikipedia.org/wiki/Raffi_Ahmad


(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Televisi lahir karena perkembangan teknologi khususnya teknologi elektronika. Saat ini televisi mengalami perkembangan yang sangat pesat untuk menyampaikan pesan-pesan dan informasi pada masyarakat. Hampir semua orang tidak ada yang tidak melihat televisi. Televisi dengan berbagai program acara yang ditayangkannya telah mampu menarik minat penonton, dan membuat penonton ketagihan untuk selalu menyaksikan acara-acara yang ditayangkan. Dengan berbagai program acara yang ditayangkan mulai dari entertainment, berita, iklan, sampai pada sinetron-sinetron dan film-film, televisi telah mampu menarik penonton anak-anak, remaja dan orang tua untuk terus menyaksikan acara demi acara yang dikemas sedemikian rupa agar menarik, sehingga membuat penonton ketagihan dengan acara yang disajikan.

Televisi merupakan salah satu media massa yang dapat meyampaikan pesan dan informasi kepada masyarakat. Televisi termasuk media massa yang paling luas dikonsumsi oleh masyarakat luas dibanding dengan media massa yang lain, karena merupakan salah satu media massa yang paling efektif dalam menyampaikan pesan. Fungsi dari media massa itu sendiri sama dengan fungsi komunikasi massa. Jay Black dan Frederick C. Whitney (dalam Nurudin, 2007:64) mengatakan bahwa fungsi komunikasi massa adalah sebagai to inform


(19)

2 (menginformasikan), to entertain (memberi hiburan), to persuade (membujuk),

transmission of the culture (transmisi budaya).

Sejarah perkembangan stasiun televisi di Indonesia sendiri diawali dengan berdirinya stasiun televisi nasional Televisi Republik Indonesia (TVRI) sebagai televisi pertama di Indonesia yang pada awalnya bertujuan untuk menyiarkan secara langsung pembukaan Asean Games IV pada 17 Agustus 1962. Sejak saat itu mulai bermunculan televisi – televisi swasta yang berkembang pesat di Indonesia, dimulai dengan berdirinya RCTI sebagai televisi swasta pertama diikuti SCTV, TPI, ANTV, INDOSIAR, TRANS TV, TRANS 7, Metro TV, Global TV, dan tv swasta serta tv - tv lokal lainnya yang juga mulai menjamur di berbagai wilayah Indonesia.

Stasiun televisi melakukan persaingan yang ketat dan melakukan berbagai cara untuk bertahan, beragam acara pun dibuat yang semakin meningkat di antara banyaknya televisi swasta di Indonesia membuat stasiun – stasiun tv ini menggunakan berbagai macam cara untuk bertahan, beragam acara pun dibuat dan disajikan kepada masyarakat menjadikan masyarakat dengan leluasa memilih dan menikmati acara yang ditayangkan. Tiap televisi bersaing untuk menarik minat penonton, berlomba – lomba untuk mendapatkan penonton setia sebanyak – banyaknya. Acara beragampun mulai dikembangkan dalam dunia pertelevisian Indonesia demi meningkatkan kepuasan pelanggannya.

Namun, kebanyakan program acara televisi itu tidak mendidik dan berdampak negatif. Sebagai contoh, iklan komersial yang menimbulkan budaya konsumtif, sinetron yang mengagungkan kemewahan dan kekerasan secara vulgar


(20)

3 sehingga dapat merubah budaya masyarakat sesuai program tersebut, infotainment mengabaikan kode etik jurnalistik sehingga terjadi fitnah, reality show yang banyak pelecehan, variety show komedi tidak memperhatikan norma-norma kesopanan dan kesusilaan juga banyak kekerasan verbal maupun non-verbal yang vulgar.

Pada dasarnya televisi berfungsi sebagai media komunikasi untuk medapatkan informasi, pendidikan dan hiburan, tentu tidak ada permasalahan yang kontroversial dengan fungsi tersebut. Barulah pada sisi televisi sebagai media bisnis banyak muncul program acara yang mengabaikan isi acara yang berdampak negatif. Namun ketika demi bisnis terjadi banyak eksploitasi yang berlebihan untuk menarik pengiklan sebanyak-banyaknya tanpa mempersoalkan ruang publik. Media televisi adalah media yang menggunakan ruang publik dan seharusnya menghormati hak pihak atau individu lain yang juga termasuk di wilayah itu.

Dengan kondisi seperti itu, untuk menarik pemirsa dan para pengiklan yang sebanyak-banyaknya, stasiun televisi membuat program acara yang mencerminkan masyarakat pada umumnya. Namun uang adalah segalanya, segala peraturan dan kode etik penyiaran lebih diabaikan. Akan tetapi peraturan dan kode etik dibuat untuk melindungi masyarakat dari program acara yang merugikan pemirsa. Akibatnya banyak terjadi kekerasan terjadi pada masyarakat karena dampak dari cerminan acara televisi.

Semakin banyak pemirsa yang menyukai sebuah progam acara televisi, semakin gencar stasiun televisi menyiarkan program acara tersebut. Namun


(21)

4 landasan peraturan yang tertulis dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang penyiaran diabaikan begitu saja tanpa lagi dijadikan dasar dalam membuat program acara.

Genre komedi saat ini sangat digemari pemirsa televisi pada umumnya. Pemirsa membutuhkan sebuah hiburan yang dapat mengobati rasa lelah setelah seharian beraktivitas bekerja atau belajar. Oleh sebab itu stasiun televisi membuat program acara bergenre komedi variety show komedi situasi untuk menarik pemirsa sebanyak-banyaknya.

Program acara komedi di Indonesia sendiri sudah ada sejak lama, seperti yang dulu kita kenal sebuah grup lawak bernama Srimulat yang tampil di RCTI. Kemudian program komedi lain yang lebih modern mulai menjamur di berbagai stasiun tv di Indonesia hingga sekarang, seperti Suami – Suami Takut Istri, OB, Tawa Sutra, Opera Van Java, Stand Up Comedy, dan lain sebagainya.

Salah satu stasiun televisi yang memproduksi program acara variety show

komedi adalah Trans TV dengan program acara yang tergolong baru yaitu Comedy Project yang mulai hadir 5 september 2011 dengan jadwal tayang senin-jumat jam 18.15 WIB. Comedy Project adalah sebuah variety show komedi, yang menampilkan kolaborasi antara grup lawak CAGUR dengan komedian ternama lainnya seperti Soimah, Adul dan Oppie Kumis. Juga menampilkan komedi musikal yang dibawakan oleh grup lawak Teamlo dan para bintang tamu yang memerankan peran tertentu dalam setiap ceritanya.

Dibalik acara itu, tidak banyak yang menyadari bahwa tayangan Comedy Project mempunyai dampak yang kurang baik bagi pemirsa. Pemirsa hanya


(22)

5 menyadari tayangan itu dapat menghibur dan membuat tertawa tanpa mengetahui dampak negatifnya. Namun, pihak stasiun televisi dengan gencar menayangkan acara itu tanpa memikirkan dampak negatif bagi pemirsanya.

Unsur kekerasan, pelecehan, dan aroma vulgar sering muncul pada program acara Comedy Project mulai dari mendorong, memukul, membentak, hingga merayu sambil mencolek atau memegang bagian tubuh perempuan. Padahal semua itu melanggar Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran. Namun itu semua diabaikan begitu saja.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui pelanggaran yang ada pada program acara Comedy Project Trans TV ditinjau dari Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran, terutama yang dijelaskan pada isi siaran yang dilarang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah: berapa banyak frekuensi kemunculan durasi unsur pelanggaran Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 pada acara televisi Comedy Project Trans TV episode “Dokter Jantungan”, “Perguruan Si Olin”, ” Soimah Mengundang Boyband Fenomenal Cemas”.


(23)

6 C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa banyak frekuensi kemunculanunsur pelanggaran Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 pada acara televisi Comedy Project Trans TV baik audio maupun visual.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, dapat diungkapkan bahwa penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Akademis

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan tambahan referensi bagi mahasiswa jurusan ilmu komunikasi khususnya konsentrasi Audio Visual dalam memahami dan menjelaskan pelangaran isi siaran suatu program acara di televisi berdasar Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi dunia pertelevisian Indonesia dalam membuat program acara yang berkualitas khususnya di bidang hiburan. Juga sebagai masukan kepada produser maupun seluruh kru acara televisi untuk membuat acara televisi yang berlandaskan Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 agar masyarakat tidak teracuni dengan program acara yang berdampak negatif.


(24)

7 E. Tinjauan Pustaka

E.1 Komunikasi Massa

Komunikasi tidak akan pernah lepas dari kehidupan manusia. Setiap bidang dari kehidupan manusia dilakukan dengan komunikasi, baik verbal ataupun non-verbal untuk menyampaikan pesan ataupun mendapatkan pesan. Begitu juga dengan komunikasi massa mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari untuk mendapatkan informasi.

Dalam komunikasi massa, ada banyak bentuk media yang bisa disebut media massa salah satunya televisi. (Wawan Kuswandi, 1996:16) komunikasi massa adalah berkomunikasi dengan massa (audiens atau khalayak sasaran). Massa disini dimaksudkan sebagai para penerima pesan (komunikan) yang memiliki status sosial dan ekonomi yang hiterogen satu sama lainnya. Pada umumnya, proses komunikasi massa tidak menghasilkan “feed back” (umpan balik) yang langsung, tetapi tertunda dengan waktu yang relatif.

Ada satu definisi komunikasi massa yang dikemukakan Michael W. Gamble dan Teri Kwal Gamble (1986) akan semakin memperjelas apa itu komunikasi massa jika mencakup hal-hal sebagai berikut: (dalam Nurudin, 2007:8)

1. Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan modern untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat kepada khalayak yang luas dan tersebar. Pesan itu disebarkan melalui media modern pula antara lain surat kabar, majalah, televisi, film, atau gabungan diantara media tersebut.


(25)

8 2. Komunikator dalam komunikasi massa dalam menyebarkan

pesan-pesannya bermaksud mencoba berbagi pengertian dengan jutaan orang yang tidak saling kenalatau mengetahui satu sama lain. Anonimitas

audience dalam komunikasi massa inilah yang membedakan pula dengan jenis komunikasi yang lain. Bahkan pengirim dan penerima pesantidak salingt mengenal satu sama lain.

3. Pesan adalah milik publik. Artinya bahwa pesan ini bisa didapatkan dan diterima oleh banyak orang. Karena itu, diartikan milik publik.

4. Sebagai sumber, komunikator massa biasanya adalah organisai formal seperti jaringan, ikatan, atau perkumpulan. Dengan kata lain, komunikatornya tidak berasal dari seseorang, tetapi lembaga. Lembaga ini pun biasanya berorientasi pada keuntungan, bukan organisai suka rela atau nirlaba.

5. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper (penapis informasi). Artinya, pesan-pesan yang disebarkan atau dipancarkan dikontrol oleh sejumlah individu dalam lembaga tersebut sebelum disiarkan lewat media massa. Ini berbeda dengan komunikasi antarpribadi, kelompok atau publik dimana yang mengontrol bukan sejumlah individu. Beberapa individu dalam komunikasi massa itu ikut berperan dalam membatasi, memperluar pesan yang disiarkan. Contohnya adalah seorang reporter, editor film, penjaga rubrik, dan lembaga sensor lain dalam media itu bisa berfungsi sebagai


(26)

9 6. Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda. Kalau dalam jenis komunikasi yang lain, umpan balik bisa bersifat langsung. Misalnya, dalam komunikasi antar persona. Dalam kunikasi ini umpan balik langsung dilakukan, tetapi komunikasi yang dilakukan lewat surat tidak bisa langsung dilakukan alias tertunda (delayed).

Ada beberapa unsur dalam komunikasi massa (dalam Wiryanto, 2000: 3), anatara lain :

1. Unsur Sumber atau Komunikator

Sumber utama dalam komunikasi massa adalah lembaga, organisasi atau orang yang bekerja dengan fasilitas lembaga atau organisasi. Yang dimaksud dengan lembaga atau organisasi adalah perusahaan surat kabar, stasiun radio atau televisi, studio film, penerbit buku, atau majalah.

2. Unsur Pesan

Pesan – pesan dalam komunikasi massa haruslah dapat diproduksi dalam jumlah yang sangat besar dan dapat menjangkau audiens yang sangat banyak jumlahnya.

3. Unsur Saluran atau Media

Unsur ini menyangkut semua peralatan mekanik yang digunakan untuk menyebarluaskan pesan – pesan komunikasi massa.Tanpa saluran ini pesan – pesan tidak dapat menyebar secara cepat, luas dan simultan. Media yang dimaksud adalah surat kabar, majalah, radio, film, televisi, dan internet.


(27)

10 4. Unsur Penerima

Unsur ini menyangkut sasaran – sasaran komunikasi massa, seperti perorangan – perorangan yang membaca surat kabar, yang membuka halaman – halaman majalah, yang sedang mendengarkan berita radio, yang sedang menikmati film bioskop atau film televisi, dan yang sedang menggunakan internet disebut sebagai perorangan – perorangan dalam

mass audience.

5. Unsur Efek

Efek adalah perubahan – perubahan yang terjadi di dalam diri audiens sebagai akibat terpaan pesan – pesan media.

E.2 Fungsi Komunikasi Massa

Perkembangan masyarakat yang dipacu oleh kemajuan teknologi komunikasi yang semakin canggih menunjukkan pengaruh yang kuat terhadap kemekaran media massa. Tetapi di pihak lain secara timbal balik ini menimbulkan dampak yang teramat kuat pula terhadap masyarakat. Adapun fungsi komunikasi massa (dalam Burhan Bungin, 2007: 79-81) :

1. Fungsi Pengawasan

Media massa merupakan sebuah medium dimana dapat digunakan untuk pengawasan terhadap aktivitas masyarakat pada umumnya. Fungsi pengawasan ini bisa berupa peringatan dan kontrol sosial maupun kegiatan persuasif. Pengawasan dan kontrol sosial dapat


(28)

11 dilakukan untuk aktivitas preventif untuk mencengah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

2. Fungsi Social Learning

Fungsi utama dari komunikasi massa melalui media massa adalah melakukan guiding dan pendididkan sosial kepada seluruh masyarakat. Media massa bertugas untuk memberikan pencerahan-pencerahan kepada masyarakat dimana komunikasi massa itu berlangsung. Komunikasi massa dimaksudkan agar proses pencerahan itu berlangsung efektif dan efesien dan menyebar secara bersamaan dimasyarakat secara luas.

3. Fungsi Penyampaian Informasi

Komunikasi massa yang mengandalkan media massa, memiliki fungsi utama, yaitu menjadi proses penyampaian informasi kepada masyarakat luas. Komunikasi massa memungkinkan informasi dari intitusi publik tersampaikan kepada masyarakat secara luas dalam waktu cepat sehingga fungsi informatif tercapai.

4. Fungsi Transformasi Budaya

Fungsi informatif adalah fungsi-fungsi yang bersifat statis, namun fungsi-fungsi laen yang lebih dinamis adalah fungsi transformasi budaya. Komunikasi massa sebagaimana sifat-sifat budaya massa, maka yang terpenting adalah komunikasi massa menjadi proses transformasi budaya yang dilakukan bersama-sama oleh semua


(29)

12 komponen komunikasi massa, terutama yang didukung oleh media massa.

5. Hiburan

Fungsi lain dari komunikasi adalah hiburan, bahwa seirama dengan fungsi-fungsi lain, komunikasi massa juga digunakan sebagai medium hiburan, terutama karena komunikasi massa menggunakan media massa, jadi fungsi-fungsi hiburan yang ada pada media massa juga merupakan bagian dari fungsi komunikasi massa.

Menurut Ahli, ada beberapa fungsi dari komunikasi massa itu sendiri adalah :

1. Menurut, Jay Black dan Frederick C. Whitney (1988) antara lain: (1) to inform (menginformasikan), (2) to entertain (memberikan hiburan), (3)

to persuade (membujuk), (4) transmition of the culture (tranmisi budaya).

2. Menurut, John Vivian dalam bukunya The Media Of Mass Comuinication (1991) disebutkan; (1) providing information, (2)

providing enterinment, (3) helping to persuade, dan (4) contributing to social cohesion (mendorong kohesi sosial).

3. Menurut, Harold D. Lasswell yakni, surveillance of the environment

(fungsi pengawasan), Correlation of the part of society in responding to the environment (fungsi korelasi), transmission of the social heritage from one generation to the next (fungsi pewarisan sosial).


(30)

13 4. Menurut, Charles Robert Wright (1998) fungsi komunikasi massa sama dengan pendapat yang dikemukan oleh Harold D. Laswell, namun dia menambahkan fungsi lain yaitu fungsi entertainment

(hiburan).

5. Menurut Alexis S. Tan : Memberi informasi, mendidik, mempersuasi, serta menyenangkan dan memuaskan kebutuhan komunikan (Nurudin, 2007: 64).

Dari fungsi-fungsi komunikasi massa diatas, perkembangan teknologi komunikasi massa memang sangatlah penting untuk mendapatkan informasi-informasi manusia sebagai makhluk sosial. Namun media massa mempunyai imbal balik dampak yang sangat kuat terlepas dampak positit maupun negatif.

E.3 Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa

Begitu banyak jenis media komunikasi massa mulai dari surat kabar, majalah, buku, radio, film, televisi dan lain sebagainya. Diantara jenis media komunikasi massa tersebut yang paling efektif adalah televisi. (J.B Wahyudi, 1986: 49) Televisi berasal dari dua kata yang berbeda asalnya, yaitu tele

(bahasa Yunanni) yang berarti jauh, dan visi (videre – bahasa Latin) berarti

penglihatan. Dengan demikian televisi yang dalam bahasa inggrisnya television

diartikan dengan melihat jauh. Melihat jauh disini diartikan dengan, gambar dan ssuara yang diproduksi disuatu tempat (studio televisi) dapat dilihat dari tempat “lain” melalui sebuah perangkat penerima.


(31)

14 Prinsip televisi ditemukan oleh Paul Nipkow dari jerman pada tahun1884, namun baru tahun 1928 Vlandimir Zworkyn (Amerika Serikat) menemukan tabung kamera atau iconoscope yang bisa menangkap dan mengirim gambar dari bentuk gambar optis kedalam sinyal elektronis untuk selanjutnya diperkuat dan ditompangkan kedalam gelombang radio. Zworkyn dengan bantuan Philo Farnsworth berhasil menciptakan pesaawat televisi pertama yang dipertunjukan

kepada umum pada pertemuan World’s Fair pada tahun 1939. Perang dunia

ke-2 sempat menghentikan perkembangan televisi. Namun setelah perang usai, teknologi baru yang telah disempurnakan selama perang, berhasil mendorong kemajuan televisi. Kamera televisi baru tidak lagi membutuhkan banyak cahaya sehingga para pengisi acara di studio tidak lagi kepanasan. Selain itu, layar televisi sudah menjadi lebih besar terdapat lebih banyak program yang tersedia dan sejumlah stasiun televisi lokal mulai membentuk jaringan. Masa depan televisi mulai terlihat menjanjikan.

Televisi sebagai salah satu bentuk media massa memiliki ciri dan sifat yang berbeda dengan media massa lainnya, bahkan antara sesama media penyiaran, misal radio dan televisi, terdapat berbagai perbedaan sifat. Media massa televisi meskipun sama dengan radio dan film sebagai media massa elektronik, tetapi mempunyai mempunyai ciri dan sifat yang berbeda, terlebih lagi dengan media massa cetak seperti surat kabar dan majalah. Media dapat dibaca kapan saja tetapi televisi dan radio hanya dapat dilihat sekilas dan tiddak dapat diulang. (Morissan, 2009: 6).


(32)

15 Media massa televisi tidak bisa dipungkiri mempunyai keunggulan dalam menyampaikan pesan ke publik. (dalam Wawan Kuswandi, 1996: 8) Menurut Skomis dalm bukunya “Television and Society: An Incuest and Agenda” (1965), dibandingkan dengan media massa lainnya (radio, surat kabar, majalah, buku, dan sebagainya), televisi tampaknya mempunyai sifat yang istimewa. . Televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar yang bisa bersifat politis, bisa juga bersifat informatif, hiburan dan pendidikan, atau bahkan gabungan gabungan dari ketiga unsur tersebut. Tv menciptakan suasana tertentu, yaitu para pemirsanya dapat melihat dengan duduk santai tanpa kesengajaan untuk menyaksikannya. Penyampaian pesan seolah-olah langsung antara komunikator dan komunikan. Informasi yang disampaikan oleh televisi, akan mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat secara visual

Televisi sebagai komunikasi massa dapat dijelaskan (dalam Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa: 1996: 16) Komunikasi massa media televisi ialah proses komunikasi antara komunikator dengan komunikan (massa) melalui sebuah sarana, yaitu televisi. Komunikasi massa media televisi bersifat periodik. Dalam komunikasi massa media tersebut, lembaga penyelenggara komunikasi bukan secara perorangan, melainkan melibatkan banyak orang dengan organisasi yang kompleks serta pembiayaan yang besar. Karena media televisi bersifat “transitory” (hanya meneruskan) maka pesan-pesan yang disampaikan melalui media massa tersebut, hanya dapat didengar dan dilihat secara sekilas. Pesan-pesan di televisi bukan hanya didengar, tetapi juga dapat


(33)

16 dilihat dalam gambar yang bergerak (audio visual). (JB. Wahyudi, Komunikasi Jurnalistik).

Memasukkan paradigma Lasswell dalam komunikasi massa media televisi, secara tegas memperlihatkan bahwa dalam setiap pesan yang disampaikan televisi, tentu saja mempunyai tujuan khalayak sasaran serta akan mengakibatkan umpan balik, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi media komunikasi televisi daopat mempengaruhi perubahan dalam kehidupan manusia. Masyarakat harus bisa menerima konsekuensi atas kebutuhannya untuk mendapatkan informasi atau hanya untuk mencari hiburan setelah beraktivitas sehari-hari. Namun perlu diperketat untuk isi pesan yang disampaikan melalui pihak yang berwenang agar tidak terjadi perubahan yang negatif pada pemirsa.

E.4 Penyiaran Sebagai Komunikasi Massa

Perkembangan teknologi komunikasi telah melahirkan masyarakat yang makin besar tuntutannya akan hak untuk mengetahui dan hak untuk mendapatkan informasi. Informasi telah menjadi kebutuhan bagi masyarakat dan telah menjadi komoditas penting dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, penyiaran media massa mempunyai peranan penting untuk mendapatkan informasi.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran pada Bab 1 Pasal 1 poin 2 yang dimaksud penyiaran adalah


(34)

17 kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan/atau sarana transmisi di darat, dilaut atau diantariksa dengan menggunakan spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel, dan /atau media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran.

Dan pada Bab 1 Pasal 1 poin 4 dijelaskan penyiaran televisi adalah media komunikasi massa dengar dan pandang, yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara atau gambar secara umum, baik terbuka maupun tertutup, berupa program yang teratur dan berkesinambungan.

Perkembangan siaran telelevisi diawali munculnya penemuan Paul Nipkow. Pada tahun 1883, pada saat Telegraph dan Telephone, mulai dipergunakan orang dengan prinsip kata-kata diubah menjadi signal dan selanjutnya signal diubah lagi menjadi kata-kata melalui kabel secara elektris, maka pada saat itu Paul Nipkow, seorang mahasiswa jerman di Berlin menemukan prinsip gambar kecil yang dibentuk oleh elemen-elemen secara teratur. Pada tahun 1884 Paul Nipkow menyempurnakan alat penemuanya didalam bentuk lingkaran nipkow atau jantra nipkow dan kemudian para ahli mengembangkan alat tersebut sehingga menghasilkan siaran televisi (J.B. Wahyudi, 1986: 58).

Sejarah penggunaan frekuensi Siaran TV di Indonesia dimulai dengan penggunaan saluran VHF oleh TVRI pada tahun 1962. Sejaksaat itu sampai sekitar tahun 1990-an, TVRI menjadi sebagai satu-satunya penyelenggara


(35)

18 Siaran TV di Indonesia dengan jangkauanwilayah siaran hampir mencapai 80% wilayah Indonesia. Terdapatsekitar 400 pemancar TVRI di seluruh wilayah Indonesia yang menggunakan frekuensi VHF Sehingga penggunaan kanal VHF relatifcukup padat di Indonesia.Sejak tahun 1987, TVRI mulai berencana untuk beralih ke saluranUHF. Asumsi yang digunakan TVRI saat itu adalah dibutuhkan satu sampai dengan dua saluran UHF untuk menyediakan layanan sejumlah program nasional di seluruh wilayah Indonesia tersebut.

Dimulai tahun 1990-an, secara perlahan Pemerintah Departemen Penerangan memberikan izin penyelenggaraan kepada penyelenggara TV Swasta. Pada saat itu Direktorat Jenderal Radio, TV dan Film-Departemen Penerangan (Ditjen RTF-Deppen)bekerjasama dengan JICA (Japan Indonesia Cooperation Agency) membuat Master Plan Frekuensi TV UHF untuk 7 program nasional (5 program TV swasta nasional dan 2 programa TVRI).

Dalam penyiaran media massa radio ataupun televisi biasanya terdiri dari beberapa orang atau tim. Mulai dari orang administrasi, orang-orang teknis dan orang-orang-orang-orang penyiaran. Pada dasarnya dalam sebuah penyiaran agar pesan dapat tersampaikan ke pemirsa terdapat tiga unsur utama yaitu studio televisi, transmisi, dan pesawat televisi.


(36)

19 Siaran televisi dapat terlaksana untuk menyampaikan pesan dengan proses seperti pada gambar dibawah ini:

TELEVISI MEDIUM

Bertindak sebagai Komunikator dan sekaligus sebagai Sumber Informasi

adalah pihak penyelenggara Siaran. Idea/Isi Pesan komunikator diproduksi dengan dan disiarkan melalui Stasiun Televisi (studio dan transmisi) dan selanjutnya isi pesan (hasil produksi) dapat dilihat oleh Komunikan melalui

Pesawat Televisi (receiver). Isi Pesan itu bertujuan untuk mengubah sikap dan

perilaku atau mempengaruhi komunikan. (J.B Wahyudi, 1986: 47).

Penyiaran pada dasarnya merupakan kemajuan teknologi yang dihasilkan manusia pada saat kurang efektifnya menciptakan atau menerima pesan terutama ke orang banyak sekaligus (massa) untuk berkomunikasi. Dalam teori media dan masyarakat massa Barran & Davis (2000) misalnya dikatakan bahwa media memililki sejumlah asumsi untuk membentuk masyarakat, yakni:

1. Media massa (tak terkecuali penyiaran) memiliki efek yang berbahaya sekaligus menular bagi masyarakat. Untuk meminimalisir efek ini di Eropa pada masa 1920-an, penyiaran dikendalikan oleh pemerintah, walaupun

Studio Transmissi ISI PESAN Pesawat

televisi Komunikator

+ Sumber Informasi

Massa Komunikan


(37)

20 ternyata kebijakan ini justru berdampak buruk di Jerman dengan digunakannya penyiaran untuk propaganda Nazi.

2. Media masssa memiliki kekuatan untuk mempengaruhi pola pikir rata-rata audiennya. Bahkan pada asumsi berikutnya dalam teori ini dikatakan bahwa ketika pola pikir seseorang sudah terpengaruh oleh media, maka semakin lama pengaruh tersebut semakin besar.

3. Rata-rata orang yang terpengaruh oleh media, dikarenakan mereka mengalami keterputusan dengan institusi sosial yang sebelumnya justru melindungi dari efek negatif media. Relevan dengan hal tersebut John Dewey, seorang pemikir pendidikan, misalnya pernah berkata bahwa efek negatif media dapat disaring melalui pendidikan. (Muhammad Mufid, 2005:19).

E.5 Jenis-Jenis Program Siaran

Televisi merupakan media massa yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat saat ini. Begitu banyak dan beragam jenis program acara televisi yang disajikan tiap harinya. Variari program acara di televisi dibuat semenarik mungkin untuk menaarik audien. Dari berbagai jenis program tersebut dapat dikelompokan menjadi dua bagian besar antara lain:

1. Program Informasi

Program informasi adalah segala jenis siaran yang bertujuan untuk memberikan tambahan pengetahuan(informasi) kepada khalayak


(38)

21 audien. Program informasi dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu:

a. Berita Keras. Berita keras atau hard news adalah segala informasi penting dan/atau menarik yang harus segera disiarkan oleh media penyiarankarena sifatnya yang harus segera ditanyangkan agar dapat diketahui khalayak audien secepatnya. Berita keras dapat dibagi kedalam beberapa bentuk, yaitu; (1) Straight News. Straight news

berarti berita “langsung” (straight), maksudnya suatu berita yang singkat (tidak detail) dengan hanya menyajikan informasi terpenting saja yang mencakup 5W+1H (who, what, where, when, why, dan how) terhadap suatu peristiwa yang diberitakan. (2) Feature. Feature

adalah berita ringan namun menarik. Pengertian “menarik” disini adalah informasi yang lucu, unik, aneh, menimbulkan kekaguman, dan sebagainya. (3) Infotainment. Infotainment adalah berita yang menyajikan informasi mengenai kehidupan orang-orang yang dikenal masyarakat (celebrity), dan karena sebagian besar mereka bekerja pada industri hiburan,seperti pemain film/sinetron, penyanyi dan sebagainya.

b. Berita Lunak. berita lunak atau soft news adalah segala informasi yang penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam (indepth) namun tidak bersifat harus segera ditanyangkan. Berita lunak dapat dibagi kedalam beberapa bentuk, yaitu; (1) Current Affair. Current affair adalah program yang menyajikan informasi


(39)

22 yang terkait dengan suatu berita penting yang muncul sebelumnya namun dibuat secara lengkap dan mendalam. (2) Magazine. Magazine

adalah program yang menampilkan informasi ringan namun mendalam atau dengan kata lain magazine adalah feature dengan durasi yang lebih panjang. (3) Dokumenter. Dokumenter adalah program informasi yang bertujuan untuk pembelajaran dan pendidikan namun disajikan dengan menarik. (4) Talk Show. Program talk show

atau perbincangan adalah program yang menampilkan satu atau beberapa orang untuk bahas suatu topik tertentu yang dipandu oleh seorang pembawa acara (host).

2. Program Hiburan

Program hiburan adalah segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur audien dalam bentuk musik, lagu, cerita, dan permaianan.Program yang termasuk dalam kategori hiburan adalah:

a. Drama. Program drama adalah pertunjukan (show) yang menyajikan cerita mengenai kehidupan atau karakter seorang atau beberapa orang (tokoh) yang diperankan oleh pemain (artis) yang melibatkan konflik dan emosi. Program televisi yang termasuk dalam program drama adalah: (1) Sinetron. Sinetron merupakan drama yang menyajikan cerita dari berbagai tokoh secara bersamaan. Masing-masing tokoh memiliki alur cerita mereka sendiri-sendiri tanpa harus dirangkum menjasi suatu kesimpulan. Akhir cerita sinetron cenderung selalu


(40)

23 terbuka dan sering kali tanpa penyelesaian (open-ended). (2) Film. Film disini adalah film layar lebar yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan film. Karena tujuan pembuatannya untuk layar lebar (theater), maka biasanya film baru bisa ditayangkan di televisi setelah terlebih dahulu dipertunjukan di bioskop atau bahkan setelah film itu didistribusikan atau dipasarkan dalam bentuk VCD atau DVD.

b. Permainan. Permainan atau game show merupakan suatu bentuk program yang melibatkan sejumlah orang baik secara individu maupun kelompok (tim) yang saling bersaing untuk mendapatkan sesuatu. Menjawab pertanyaan dan/atau memenangkan suatu bentuk permnainan. Progam ini pun dapat dirancang dengan melibatkan audien. Program permainan dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: (1) Quiz Show. Ini merupakan bentuk program permainan yang paling sederhana dimana sejumlah peserta saling besaing untuk menjawab sejumlah pertanyaan. Quiz merupakan permainan yang menekankan pada kemampuan intelektual. (2) Ketangkasan. Peserta dalam permainan ini harus menunjukan kemampuan fisik atau ketangkasannya untuk melewati suatu halangan atau rintangan atau melalkukan suatu permainan yang membutuhkan perhitungan dan strategi. (3) Reality Show. Sesuai dengan namanya, maka program ini mencoba menyajikan suatu situasi seperti konflik, persaingan, atau hubungan berdasarkan realitas yang sebenarnya.


(41)

24 c. Musik. Program musik dapat ditampilkan dalam dua format, yaitu video klip atau konser.Program musik berupa konser dapat dilakukan di lapangan (outdoor) ataupun didalam studio (indoor). Program musik saat ini sangat ditentukan dengan kemampuan artis untuk menarik audien.

d. Pertunjukan. Pertunjukan adalah program yang menampilkan kemampuan (performance) seseorang atau beberapa orang pada suatu lokasi baik di studio maupun diluar studio, di dalam ruangan (indoor) ataupun di luar ruangan (outdoor). (Morissan, 2009: 208-219)

E.6 Audien Penyiaran

Berbagai jenis program acara di televisi bermunculan setiap harinya mulai dari program informasi atau pun hiburan. Program acara televisi dibuat berdasarkan audien. Audien dijadikan sebagai dasar pembutan program acara seberapa kekuatan atau kelemahan suatu program acara. Menurut Hiebert dan kawan-kawan audience dalam komunikasi massa setidaknya mempunyai lima karakteristik sebagai berikut.

1. Audience cenderung berisi individu-individu yang condong untuk berbagi pengalaman dan dipengaruhi oleh hubungan sosial diantara mereka.


(42)

25 2. Audience cenderung besar. Besar disini berarti tersebar keberbagai wilayah jangkauan sasaran komunikasi massa. Meskipun begitu, ukuran luas ini sifatnya juga bisa relatif.

3. Audience cenderung heterogen. Mereka berasal dari berbagai lapisan dan kategori sosial.

4. Audien cenderung anonim, yakni tidak mengenal satu sama lain.bagaimana mungkin audience bisa mengenal khalayak televisi yang jumlahnya jutaa?tidal mengenal tersebut tidak ditekankan satu kasus per kasus, tetapi meliputi semua audience.

5. Audience secara fisik dipisahkan dari komunikator. (Nurudin, 2007: 105-106).

Dengan demikian, dalam membuat suatu program acara khususnya televisi perlu diperhatikan karakteristik audien. Dalam membuat program acara perlu menentukan segmentasi audien agar program berhasil. Segmentasi diperlukan agar dalam membuat program acara stasiun televisi dapat melayani audien dengan baik, memuaskan kebutuhan dan keinginan audien secara efektif. Namun, tidak asal membuat sebuah program acara diperlukan pembagian segmentasi agar program sesuai sasaran dan tidak berdampak negatif.

Oleh karena itu, diperkukan teknik-teknik riset untuk mengetahui keinginan-keinginan audien. Sangat penting untuk memahami


(43)

kelompok-26 kelompok audien yang ada ditengah masyarakat. Dasar-dasar dalam melakukan segmentasi audien yaitu: (dalam Morrisan, 2009:167).

1. Segmentasi Demografis

Segmentasi audien berdasarkan demografi pada dasarnya adalah segmentasi yang didasarkan pada peta kependudukan, misalnya: usia, jenis kelamin, besarnya anggota keluarga, pendidikan tertinggi yang dicapai, jenis perkerjaan konsumen, tingkat penghasilan, agama, suku, dan sebagainya. Semua itu disebut dengan variabel-variabel demografi. Data demografi dibutuhkan antara lain untuk mengantisipasi perubahan-perubahan audien menyangkut bagaimana media penyiaran menilai potensi audien yang tersedia setiap area geografi yang dapat dijangkau.

2. Segmentasi Geografis

Segmentasi ini membagi khalayak audien berdasarkan jangkauan geografis. Pasar audien dibagi-bagi kebeberapa unit geografis yang berbeda yang mencakup suatu wilayah negara, provinsi kabupaten, kota hingga ke lingkungan perumahan.

3. Segmentasi Geodemografis

Ini merupakan gabungan dari segmentasi geografis dengan segmentasi demografis. Para penganut konsep ini percaya bahwa mereka yang menempati geografis yang sama cenderung memiliki karakter-karakter demografis yang sama pula, namun wilayah tempat tinggal mereka harus


(44)

27 sesempitkan mungkin, misalknya kawasan-kawasan pemukinan atau kelurahan dikota-kota besar. Contoh, orang-orang yang sama-sama tinggal didaerah elit di suatu kota cenderung untuk mememiliki karakteristik yang sama. Dengan kalimat lain, mereka yang tinggal di daerah elit memiliki karakter yang berbeda dengan mereka yang bertempat tinggal di kawasan perkampungan.

4. Segmentasi Psikografis

Psikografis adalah segmentasi berdasarkan gaya hidup dan kepribadian manusia. Gaya hidup mempengaruhi perilaku seseorang, dan ahkirnya menentukan pilihan-pilihan konsumsi seseorang. Misalnya, seorang wanita karir dan seorang wanita ibu rumah tangga tentu saja memiliki gaya hidup yang berbeda yang memepengaruhi bagaimana mereka membelanjakan uang mereka dan mempengaruhi kebutuhan mereka terhadap jenis program penyiaran.

E.7 Undang-Undang Penyiaran

Begitu banyak jenis program penyiaran acara di televisi saat ini, mulai dari program informasi sampai program hiburan semua itu untuk memenuhi kebutuhan pemirsa. Segala bentuk dasar penyiaran sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran. Sitem penyiaran nasional didasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan demi tercapainya asas, tujuan, fungsi dan arah penyiaran nasional untuk mewujudkan cita-cita nasional.


(45)

28 Dalam Bab II Pasal 4 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran dijelaskan bahwa; ayat (1) Penyiaran sebagai komunikasi massa mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendididkan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial. Ayat (2) Dalam menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), penyiaran juga mempunyai fungsi ekonomi dan kebudayaan.

Saat ini berbagai macam jenis program siaran di produksi stasiun televisi. Isi siaran pun sungguh bervariasi untuk menarik audien dan tidak jauh juga para pemasang iklan. Namun, dengan begitu banyaknya program acara tidak banyak yang menggunakan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran sebagai dasar pembuatan sebuah program siaran.

Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran Bab IV Pelaksaan Siaran bagian pertama Isi Siaran Pasal 36 diwajibkan, yakni ayat: (1) Isi siaran wajib mengandung informasi, pendidikan, hiburan, dan manfaat

untuk pembentukan intelektualitas, watak, moral, kemajuan, kekuatan bangsa, menjaga kesatuan dan kesatuan, serta mengamalkan nilai-nilai agama.

(2) Isi siaran dari jasa penyiaran televisi, yang diselenggarakan oleh Lembaga Penyiaran Swasta dan Lembaga Penyiaran Publik, wajib memuat sekurang-kurangnya 60% (enam puluh per seratus) mata acara yang berasal dari dalam negeri.


(46)

29 (3) Isi siaran wajib memberikan perlindungan dan pemberdayaan kepada khalayak khusus, yaitu anak-anak dan remaja, dengan menyiarkan mata acara pada waktu yang tepat, dan lembaga penyiaran wajib mencantumkan dan/atau menyebutkan klasifikasi khalayak sesuai dengan isi siaran.

(4) Isi siaran wajib dijaga netralisasinya dan tidak boleh mengutamakan kepentingan golongan tertentu.

Dan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran Bab IV Pelaksaan Siaran bagian pertama Isi Siaran Pasal 36 ditulis dengan jelas bahwa isi siaran dilarang, yakni ayat:

(5) Isi siaran dilarang:

a. Bersifat fitnah, menghasut, menyesatkan dan/atau bohong;

b. Menonjolkan unsur kekerasan, cabul, perjudian, penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang; atau

c. Mempertentangkan suku, agama, ras, dan antargolongan.

(6) Isi siaran dilarang memperolokkan, merendahkan, melecehkan dan/atau mengabaikan nilai-nilai agama, martabat manusia Indonesia, atau, merusak hubungan internasional.


(47)

30 E.8 Teori Tanggungjawab Sosial

Teori ini berkembang di Amerika Serikat pada abad ke 20. Teori ini terbentuk dari tulisan W.E Hocking, Komisi kebebasan pers, para pelaksana media, dan kode-kode etik media massa. Asumsi dari teori ini adalah bahwa kebebasan harus disertaitanggung jawab yang sepadan. Pendorong utamanya adalah tumbuhnya kesadaran bahwa dalam hal-hal tertentu yang penting, pasar bebas telah gagal untuk memenuhi janji akan kebebasan pers dan untuk menyampaikan maslahat yang diharapkan bagi masyarakat.

Dari asumsi diatas, dapat dilihat bahwa teori tanggung jawab sosial harus berusaha mengawinkan tiga prinsip, yaitu kebebasan dan pilihan individual, prinsip kebebasan media, dan prinsip kewajiban media terhadap masyarakat. Teori ini dapat diterapkan secara luas, karena ia meliputi beberapa jenis media cetak privat dan lembaga siaran publik, yang dapat dipertanggungjawabkan melalui berbagai bentuk prosedur demokratis pada masyarakat.

Adapun prinsip utama teori tanggungjawab social adalah sebagai berikut: (Denis McQuail, 1994:117)

1. Media seyogyanya menerima dan memenuhi kewajiban tertentu kepada masyarakat.

2. Kewajiban tersebut terutama dipenuhi dengan mengungkapkan standart yang tinggi atau professional tentang keinformasian, kebenaran, ketepatan, obyektifitas dan keseimbangan.


(48)

31 3. Dalam menerima dan menerapkan kewajiban tersebut, media seyogyanya dapat mengatur diri sendiri dalam kerangka hukum dan lembaga yang ada.

4. Media seyogyanya menghindari segala sesuatu yang mungkin menimbulkan kejahatan, kerusakan atau ketertiban umum atau penghinaan terhadap minoritas, etnik atau agama.

5. Media secara keseluruhan hendaknya bersifat pluralis dan mencerminkan kebinekaan masyarakatnya, dengan memberikan kesempatan yang sama untuk mengungkapkan berbagai sudut pandang dan hak untuk menjawab. 6. Masyarakat dan publik, berdasarkan prinsip yang disebut pertama,

memiliki hak untuk mengharapkan standar prestasi yang tinggi dan intervensi dapat dibenarkan untuk mengamankan kepentingan umum.

7. Wartawan dan media professional seyogyanya bertanggungjawab terhadap masyarakat dan juga kepada perusahaan serta pasar.

F. Metode Penelitian

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah menggunakan metode analisis isi yang bersifat kuantitatif. Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk isi komunikasi. Analisis isi (content analysis) adalah penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa. Pelopor analisis isi adalah Harold D. Lasswell, yang memelopori teknik symbol coding, yaitu mencatat lambang atau pesan secara sistematis, kemudian diberi interpretasi (Sofa,


(49)

32 2008). Barelson (1952:18) menyebutkan bahwa Analisis Isi adalah suatu teknik penelitian yang dilakukan secara objektif, sistematis dan deskripsi kuantitatif dari isi komunikasi yang tampak (manifest) (Eriyanto, 2011:15)

Dalam penelitian dengan menggunakan metode analisis isi juga diperlukan beberapa prosedur dasar dalam membuat rancangan penelitian. Berikut adalah prosedur dasar pembuatan rancangan penelitian dan pelaksanaan studi analisis isi yang terdiri atas 6 tahapan langkah, yaitu:

1. Merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesisnya

2. Melakukan sampling terhadap sumber – sumber data yang telah dipilih

3. Pembuatan kategori yang dipergunakan dalam analisis

4. Pendataan suatu sample dokumen yang telah dipilih dan melakukan pengkodean

5. Pembuatan skala dan item berdasarkan kriteria tertentu untuk pengumpulan data

6. Interpretasi/penafsiran data yang diperoleh. (Sofa, 2008).

Metode deskriptif dapat diartikan melukiskan variabel demi variabel, satu demi satu (Jalaludin, 2005:22). Analisis isi kuantitatif dapat didefinisikan sebagai suatu teknik penelitian ilmiah yang ditujukan untuk mengetahui gambaran karakteristik isi dan menarik inferensi dari isi (Eriyanto. 2011:15).


(50)

33 F.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah program acara variety show Comedy Project di Trans TV Episode “Dokter Jantungan”, “Perguruan Si Olin”, ” Soimah Mengundang Boyband Fenomenal Cemas” yang mengandung unsur pelanggaran Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran.

F.2 Unit Analisis dan Satuan Ukur

Dalam Eriyanto (2011:58) langkah awal yang penting dalam analisis isi ialah menentukan unit analisis. Krippendorff (2007:97), mendefinisikan unit anlisis sebagai apa yang diobservasi, dicatat dan dianggap sebagai data, memisahkan menurut batas-batasnya dan mengidentifikasi untuk analisis berikutnya.

Unit analisis dalam penelitian ini adalah pelanggaran Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran dari sisi audio dan visual yang diamati dalam program acara televisi Comedy Project Trans TV.

Satuan ukur dalam penelitian ini adalah durasi kemunculan unsur pelanggaran Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 dari setiap komedi sesuai struktur kategorisasi yang sudah diurailkan baik audio maupun visual dalam program acara Comedy Project Trans TV.


(51)

34 F.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam (Suharsimi, 2006:231) metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan dua cara dalam pengumpulan data, yaitu : 1. Data primer, teknik pengumpulan data berupa dokumentasi yang diperoleh

dengan cara mengunduh program acara Comedy Project di situs www.mytrans.com kemudian memutar dan menonton 3 episode yang telah dipilih peneliti dan selanjutnya melakukan analisis di setiap episodenya.

2. Data sekunder, data pendukung yang diperoleh dari buku, majalah, surat kabar, ataupun internet yang berhubungan dengan rumusan masalah penelitian yang bisa digunakan untuk referensi atau menunjang kelengkapan data.

F.4 Struktur Kategorisasi

Penyusunan kategori merupakan tahapan penting dalam analisis isi. Kategori berhubungan dengan bagaimana isi (content) kita kategorikan. Menyusun kategori harus dilakukan dengan baik dan berhati-hati agar tepat dan jelas yaitu kemunculan unsur pelanggaran Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran khususnya pada pasal 36 dalam program acara Comedy Project. Berikut struktur kategorisasi yang ditentukan peneliti untuk mempermudah proses coding, yaitu:


(52)

35 1. Bohong, yaitu mengatakan sesuatu hal yang tidak sesuai sebenarnya

kepada orang lain. Dalam kategori ini antara lain :

 Fitnah, yaitu perkataan bohong atau tanpa berdasarkan kebenaran fakta yang disebarkan dengan maksud menjelekkan orang lain yang dapat mempengaruhi kehormatan, wibawa, atau reputasi seseorang.

 Menghasut, yaitu mengeluarkan kata-kata atau kalimat-kalimat mendorong, mengajak, membangkitkan amarah orang supaya berbuat sesuatu dengan tujuan agar merugikan dan membenci orang lain sehingga dapat memecah belah persatuan dan tali persaudaraan.

 Menyesatkan, yaitu perkataan mengajak atau membawa ke jalan yang salah atau sesat yang dengan secara sengaja.

 Menggombal, yaitu perkataan ucapan tidak benar, tidak sesuai kebenaran atau omongan bohong, rayuan.

2. Kekerasan, yaitu tayangan perbuatan seseorang atau kelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain.

 Kekerasan Verbal, yaitu tindakan yang dilakukan dengan ucapan kata-kata atau kalimat-kalimat yang disampaikan untuk melukai atau menyakiti perasaan orang lain. Yang termasuk dalam kekerasan verbal adalah memperolok, merendahkan, melecehkan, menghina, memaki, mengumpat, menghardik dan berbicara dengan intonasi tinggi.


(53)

36

 Kekerasan Non-Verbal, yaitu adegan tindakan kekerasan yang dilakukan dengan kekerasan fisik atau jasmani seseorang sehingga dapat menimbulkan penderitaan atau menyakiti pada tubuh orang lain atau bahkan kematian. Yang termasuk kekerasan non-verbal yaitu memukul, mendorong, melempar, membanting, menendang, menarik dengan tangan atau dengan benda mati untuk melukai seseorang secara fisik.

3. Cabul atau Porno, yaitu substansi dalam media atau alat komunikasi yang dibuat untuk menyampaikan gagasan-gagasan mengeksploitasi seksual, kecabulan dan atau retorika sehingga dapat menimbulkan birahi yang melihatnya. Tindakan atau dialog yang sifatnya melecehkan atau merendahkan orang lain secara seksual yaitu, mencium dengan paksa, mencolek, menjawil, meraba bagian tubuh yang sensitif, ucapan atau rayuan yang mengandung arti mesum atau jorok, dan tatapan mata kebagian tubuh yang sensitif.

4. Perjudian, yaitu mempertaruhkan satu nilai atau sesuatu yang dianggap bernilai, dengan menyadari adanya risiko dan harapan-harapan tertentu pada peristiwa-peristiwa permainan, pertandingan, perlombaandan kejadian-kejadian yang tidak / belum pasti hasilnya. yang termasuk dalam indikator ini adalah taruhan dalam suatu peristiwa, permainan judi dengan menggunakan media tertentu misalkan kartu judi.


(54)

37 F.5 Teknik Perolehan Data

Langkah pertama yang dilakukan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah melihat dan mengamati program acara Comedy Project Trans TV yang sudah diunduh untuk memperoleh data berupa audio dan visual yang terdapat pada setiap episode yang mengandung unsur pelanggaran Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran khususnya pada pasal 36. selanjutnya untuk mempermudah pengkategorisasian maka dibuat lembar koding seperti contoh dibawah, kemudian data-data yang masuk ke lembar koding akan dilakukan analisa secara deskriptif.

Tabel 1.1

Lembar Koding Penelitian

Episode Durasi Waktu

Unsur Pelanggaran Undang-Undang No 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran Bohong Kekerasan Cabul/

Porno Perjudian

A V A V A V A V


(55)

38 Keterangan :

Tabel diatas diisi dengan tanda

 = menandakan adanya Unsur Pelanggaran Undang-Undang No 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran tersebut

- = menandakan tidak adanya Unsur Pelanggaran Undang-Undang No 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran tersebut.

Data tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabel pengungkapan pelanggaran untuk mendeskripsikan bentuk pelanggaran yang terhjadi pada masing-masing kategori di tiap-tiap durasi. Adapun tabel tabel penggungkapan yang digunakan sebagai berikut.

Tabel 1.2

Pengungkapan Pelanggaran

Durasi Gambar Bentuk Pelanggaran

Selanjutnya mulai tabel tersebut dilakukan analisa deskriptif, dimana peneliti melakukan interpretasi atau penafsiran untuk memberikan penjelasan deskriptif mengenai seberapa sering prosentase unsur penggaran yang terdapat pada Comedy Project.

Setelah data kemunculan pelanggaran disajikan dan disdeskripsikan, hasil analisis tersebut dimasukkan dalam tabel distribusi frekuensi untuk


(56)

39 mempermudah perhitungan guna mengetahui frekuensi kemunculan pelanggaran dari masing-masing kategori sebagai hasil akhirnya. Adapun tabel distribusi frekuensi yang digunakan adalah sebagai berikut.

Tabel 1.3

Tabel Distribusi Frekuensi Kemunculan Pelanggaran

No Kategori

Pelanggaran

Frekuensi durasi yang

muncul X %

1 Bohong

2 Kekerasan 3 Cabul/Porno 4 Perjudian

F.6 Uji Reliabilitas

Dalam analisis isi, alat ukur yang dipakai adalah lembar coding (coding sheet). Dipastikan lembar coding yang dipakai adalah alat ukur yang terpercaya (reliabel). Reliabilitas sangat penting dalam analisis isi. Seperti dikatakan oleh Kaplan dan Goldsen sebagai berikut: “Pentingnya reabilitas terletak pada jaminan yang diberikannya bahwa data yang diperoleh independen dari peristiwa, instrumen atau orang yang mengukurnya. Data yang reliabel, menurut definisi, adalah data yang tetap konstan dalam seluruh variasi pengukuran.” (Eriyanto, 2011:281-282).

Dalam perhitungan reabilitas membutuhkan dua atau lebih orang coder.


(57)

40 menilai sesuai dengan petunjuk dalam lembar coding. Hasil dari pengisian coder

itulah yang diperbandingkan, dilihat berapa persamaan dan berapa pula perbedaannya. Untuk uji reabilitas peneliti dibantu oleh dua orang coder (orang yang melakukan pengkodingan) dalam pengkodingan data penelitian. Hal ini dilakukan untuk menjaga reabilitas dalam pengkategorisasian. Untuk menghitung persetujuan dari hasil penelitian para coder, peneliti menggunakan formula Holsti (Eriyanto, 2011:290) adalah sebagai berikut:

CR = 2 1 2 N N M  Keterangan:

CR = Coefisien Reliability

M = Jumlah pernyataan yang disetujui oleh dua pengkode

N1, N2 = Jumlah pernyataan yang diberi kode oleh pengkode dan peneliti dari hasil yang diperoleh, akan ditemukan observed agreement yang diperoleh dari penelitian.

Kemudian kesepakatan dari hasil peneliti dan para koder diuji lagi dengan menggunakan rumus Pi Indeks Scott sebagai berikut

Pi =

Keterangan :

Pi = Nilai Keterandalan

Agreement Expected % -1 Agreement Expected % -Agreement Observed %


(58)

41

Observed Agreement = Persentase yang ditemukan dari pernyataan yang disetujui antar pengkode (nilai CR)

Expected Agreement = Persentase yang diharapkan

Seperti yang telah dikemukakan oleh Holtsy (1969) dalam Roger D. Wimmer, Joseph R. Dominick, Mass Media Research an Introduction (2000,151), untuk menguji reliabilitas perlu adanya perhitungan tingkat kesepakatan antara peneliti dan koder. Jika tingkat kesepakatan mencapai 0,75 atau lebih maka data yang diperoleh dinyatakan valid dan reliabel. Namun sebaliknya, jika tingkat kesepakatan tidak mencapai 0,75 maka kategori operasionalnya perlu dibuat lebih spesifik lagi.


(1)

36  Kekerasan Non-Verbal, yaitu adegan tindakan kekerasan yang dilakukan dengan kekerasan fisik atau jasmani seseorang sehingga dapat menimbulkan penderitaan atau menyakiti pada tubuh orang lain atau bahkan kematian. Yang termasuk kekerasan non-verbal yaitu memukul, mendorong, melempar, membanting, menendang, menarik dengan tangan atau dengan benda mati untuk melukai seseorang secara fisik.

3. Cabul atau Porno, yaitu substansi dalam media atau alat komunikasi yang dibuat untuk menyampaikan gagasan-gagasan mengeksploitasi seksual, kecabulan dan atau retorika sehingga dapat menimbulkan birahi yang melihatnya. Tindakan atau dialog yang sifatnya melecehkan atau merendahkan orang lain secara seksual yaitu, mencium dengan paksa, mencolek, menjawil, meraba bagian tubuh yang sensitif, ucapan atau rayuan yang mengandung arti mesum atau jorok, dan tatapan mata kebagian tubuh yang sensitif.

4. Perjudian, yaitu mempertaruhkan satu nilai atau sesuatu yang dianggap bernilai, dengan menyadari adanya risiko dan harapan-harapan tertentu pada peristiwa-peristiwa permainan, pertandingan, perlombaandan kejadian-kejadian yang tidak / belum pasti hasilnya. yang termasuk dalam indikator ini adalah taruhan dalam suatu peristiwa, permainan judi dengan menggunakan media tertentu misalkan kartu judi.


(2)

37 F.5 Teknik Perolehan Data

Langkah pertama yang dilakukan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah melihat dan mengamati program acara Comedy Project Trans TV yang sudah diunduh untuk memperoleh data berupa audio dan visual yang terdapat pada setiap episode yang mengandung unsur pelanggaran Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran khususnya pada pasal 36. selanjutnya untuk mempermudah pengkategorisasian maka dibuat lembar koding seperti contoh dibawah, kemudian data-data yang masuk ke lembar koding akan dilakukan analisa secara deskriptif.

Tabel 1.1

Lembar Koding Penelitian

Episode Durasi

Waktu

Unsur Pelanggaran Undang-Undang No 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran

Bohong Kekerasan Cabul/

Porno Perjudian

A V A V A V A V


(3)

38 Keterangan :

Tabel diatas diisi dengan tanda

 = menandakan adanya Unsur Pelanggaran Undang-Undang No 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran tersebut

- = menandakan tidak adanya Unsur Pelanggaran Undang-Undang No 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran tersebut.

Data tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabel pengungkapan pelanggaran untuk mendeskripsikan bentuk pelanggaran yang terhjadi pada masing-masing kategori di tiap-tiap durasi. Adapun tabel tabel penggungkapan yang digunakan sebagai berikut.

Tabel 1.2

Pengungkapan Pelanggaran

Durasi Gambar Bentuk Pelanggaran

Selanjutnya mulai tabel tersebut dilakukan analisa deskriptif, dimana peneliti melakukan interpretasi atau penafsiran untuk memberikan penjelasan deskriptif mengenai seberapa sering prosentase unsur penggaran yang terdapat pada Comedy Project.

Setelah data kemunculan pelanggaran disajikan dan disdeskripsikan, hasil analisis tersebut dimasukkan dalam tabel distribusi frekuensi untuk


(4)

39 mempermudah perhitungan guna mengetahui frekuensi kemunculan pelanggaran dari masing-masing kategori sebagai hasil akhirnya. Adapun tabel distribusi frekuensi yang digunakan adalah sebagai berikut.

Tabel 1.3

Tabel Distribusi Frekuensi Kemunculan Pelanggaran

No Kategori

Pelanggaran

Frekuensi durasi yang

muncul X %

1 Bohong 2 Kekerasan 3 Cabul/Porno 4 Perjudian

F.6 Uji Reliabilitas

Dalam analisis isi, alat ukur yang dipakai adalah lembar coding (coding sheet). Dipastikan lembar coding yang dipakai adalah alat ukur yang terpercaya (reliabel). Reliabilitas sangat penting dalam analisis isi. Seperti dikatakan oleh Kaplan dan Goldsen sebagai berikut: “Pentingnya reabilitas terletak pada jaminan yang diberikannya bahwa data yang diperoleh independen dari peristiwa, instrumen atau orang yang mengukurnya. Data yang reliabel, menurut definisi, adalah data yang tetap konstan dalam seluruh variasi pengukuran.” (Eriyanto, 2011:281-282).

Dalam perhitungan reabilitas membutuhkan dua atau lebih orang coder. Masing-masing koder akan diberi alat ukur (lembar coding) dan diminta untuk


(5)

40 menilai sesuai dengan petunjuk dalam lembar coding. Hasil dari pengisian coder itulah yang diperbandingkan, dilihat berapa persamaan dan berapa pula perbedaannya. Untuk uji reabilitas peneliti dibantu oleh dua orang coder (orang yang melakukan pengkodingan) dalam pengkodingan data penelitian. Hal ini dilakukan untuk menjaga reabilitas dalam pengkategorisasian. Untuk menghitung persetujuan dari hasil penelitian para coder, peneliti menggunakan formula Holsti (Eriyanto, 2011:290) adalah sebagai berikut:

CR = 2 1 2 N N M  Keterangan:

CR = Coefisien Reliability

M = Jumlah pernyataan yang disetujui oleh dua pengkode

N1, N2 = Jumlah pernyataan yang diberi kode oleh pengkode dan peneliti dari hasil yang diperoleh, akan ditemukan observed agreement yang diperoleh dari penelitian.

Kemudian kesepakatan dari hasil peneliti dan para koder diuji lagi dengan menggunakan rumus Pi Indeks Scott sebagai berikut

Pi =

Keterangan :

Pi = Nilai Keterandalan

Agreement Expected % -1 Agreement Expected % -Agreement Observed %


(6)

41 Observed Agreement = Persentase yang ditemukan dari pernyataan yang disetujui

antar pengkode (nilai CR)

Expected Agreement = Persentase yang diharapkan

Seperti yang telah dikemukakan oleh Holtsy (1969) dalam Roger D. Wimmer, Joseph R. Dominick, Mass Media Research an Introduction (2000,151), untuk menguji reliabilitas perlu adanya perhitungan tingkat kesepakatan antara peneliti dan koder. Jika tingkat kesepakatan mencapai 0,75 atau lebih maka data yang diperoleh dinyatakan valid dan reliabel. Namun sebaliknya, jika tingkat kesepakatan tidak mencapai 0,75 maka kategori operasionalnya perlu dibuat lebih spesifik lagi.


Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Terhadap Pertanggungjawaban Pidana Lembaga Penyiaran Berlangganan Melalui Kriminalisasi Di Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran

0 40 133

KEKERASAN SIMBOLIK DALAM ACARA KOMEDI DI TELEVISI (Analisis Isi Program Acara Ngelenong Nyok di Trans TV)

0 22 2

KANDUNGAN UNSUR PELECEHAN VERBAL DAN NON VERBAL DALAM PROGRAM COMEDY TELEVISI (Analisis Isi pada program acara “Comedy Night Live” di Station Televisi NET)

1 31 24

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG No. 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN GUNA MENUJU SISTEM PENYIARAN BERJARINGAN PADA TELEVISI LOKAL (STUDI MEDIA PADA TELEVISI LOKAL JTV SURABAYA DAN M&H TV SURABAYA)

0 5 43

Unsur Kekerasan pada Tayangan Talk Show di Televisi (Analisis Isi Pada Program Acara Talk show “ Rumpi No Secret ” di Trans Tv)

9 22 33

Analisis strategi pemasaran program acara variety comedy show "Extravaganza" pada PT Trans TV.

1 48 124

PELANGGARAN HAK PRIVASI (PRIVACY RIGHTS) PADA PROGRAM SIARAN INFOTAINMENT YANG DITAYANGKAN OLEH LEMBAGA PENYIARAN TELEVISI SWASTA DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NO. 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN D.

0 1 2

PERAN DEWAN PENGAWAS LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK TVRI DAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DALAM MENJAGA NETRALITAS ISI PROGRAM SIARAN TVRI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN.

0 0 1

ASPEK HUKUM TAYANGAN PROGRAM REPORTASE INVESTIGASI DI TRANS TV YANG MEMPENGARUHI ANAK BERPERILAKU NEGATIF BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN.

0 0 2

SINETRON DAN PELANGGARAN UNDANG-UNDANG (Studi Analisis Isi Kekerasan pada Sinetron Anak Jalanan di RCTI yang Berpotensi Melanggar Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran serta Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran).

0 0 18