0.2 0.4 Pengaruh penambahan natrium selenit terhadap kadar selenium dalam khamir terseleksi dari tanah vulkanis

0.1 0.2

0.3 0.4

Kode Isolat Biomassa Kering gram Tanpa Se 0.3602 0.2844 0.3526 0.2876 Dengan Se 0.3152 0.2552 0.2829 0.2452 41b 15 25s 39 4.3 Gambar 14 Biomassa kering p elet 5 10 15 20 25 41b 15 25s 39 4.3 Kode Sampel Persen Penurunan Gambar 15 Persentase p enurunan biomassa dengan pembuatan larutan kerja Se 0, 10, 20, 30, 40, 50 ppb dengan larutan HNO 3 0,2 N sebagai blanko. Pembuatan larutan standar kerja Se dilakukan melalui pengenceran berkala menggunakan teknik gravimetri penimbangan larutan stok Se 10000 ppm dari Delta Scientific Labs Ontario menggunakan HNO 3 0,2 N menjadi 200 ppm, 4000 ppb dengan 50 kali pengenceran pada setiap tahap. Larutan stok 4000 ppb diencerkan sebanyak 40 kali menjadi 100 ppb dan diencerkan kembali masing-masing hingga menghasilkan larutan kerja Se 0, 10, 20, 30, 40, 50 ppb. Pembuatan larutan kerja Se ini harus dilakukan pada waktu yang sama dengan analisis sampel karena kestabilan larutan kerja dalam tingkat ppb sangat kecil. Penyimpanan larutan kerja tingkat ppb dapat menurunkan keakuratan hasil pengukuran. Teknik penimbangan pada saat sekarang ini telah banyak digunakan karena lebih baik daripada teknik volumetri pemipetan. Teknik penimbangan memiliki akurasi tinggi karena kesalahan atau galat lebih kecil dan dapat dikoreksi balik menjadi konsentrasi yang sebenarnya. Teknik penimbangan tidak dipengaruhi oleh temperatur sebagaimana terjadi pada teknik volumetri. Kurva standar juga dapat digunakan untuk mengetahui Limit of Detection LOD yaitu konsentrasi terendah suatu analit dalam sampel yang dapat terdeteksi oleh alat dalam hal ini GF-AAS , walaupun tidak selalu dikuantifikasi. LOD diukur dari standar deviasi SD respon dan slope S dari kurva kalibrasi menurut persamaan : LOD = 3S yx slope Kurva standar Se memberikan persamaan sbb: y = ax + b y sebagai absorban terbaca alat, x sebagai konsentrasi Se terbaca alat, a sebagai slope kemiringan garis regresi, b sebagai intercept Analisis regresi penentuan konsentrasi Se pelet dan supernatan pada pengenceran pertama menghasilkan persamaan: y = 0,0015x + 0,0077 r = 0, 9942 LOD = 6, 80 ppb Analisis regresi penentuan konsentrasi Se pelet dan supernatan pengenceran kedua menghasilkan persamaan : y = 0,0018 x + 0,0070 r = 0, 9963 LOD = 5, 33 ppb Analisis regresi penentuan konsentrasi Se pada kontrol media YM menghasilkan persamaan : y = 0,0016 x + 0,0059 r = 0, 9962 LOD = 5, 625 ppb Syarat linieritas kurva standar ditentukan dari koefisien korelasi r yang mendekati nilai 1. Dari kurva standar yang dibuat menghasilkan nilai koefisien korelasi r diatas 0,9 sehingga menunjukkan kelinieran kurva standar Se dan korelasi antara konsentrasi standar Se dengan absorbansi yang terbaca. sehingga diharapkan dapat menghasilkan hasil analisis yang akurat. Nilai LOD berkisar antara 5 – 7 ppb. Nilai ini menunjukkan batas respon keakuratan hasil pengukuran. Jika nilai Kadar Se sampel yang terbaca di bawah LOD berarti tidak memberikan respon yang akurat. Penentuan Kadar Se Biomassa 4 isolat yang telah dipanen harus didestruksi terlebih dahulu sebelum dianalisis. Proses destruksi bertujuan untuk menghilangkan bahan-bahan organik dalam sampel sehingga tidak mengurangi akurasi pengukuran. Jenis destruksi yang digunakan adalah destruksi kering. Kelebihan dari metode destruksi kering dibandingkan dengan metode destruksi basah adalah tidak memerlukan reagen atau larutan pereaksi yang banyak. Proses destruksi ditempuh dengan memanaskan sampel di cawan porselen dalam tungku furnace sampai seluruh bahan organik habis teroksidasi sehingga diperoleh abu yang berwarna putih. Pada penentuan kadar Se digunakan suhu pengabuan 600 o C selama 5 hari. Ditambahkan 3 tetes PdCl 2 – askorbat sebagai chemical modifiers untuk menstabilkan Se agar tidak menguap pada suhu tinggi karena Se bersifat volatil dan menguap pada suhu 684,9 o C. Hal ini dimungkinkan karena penggunaan Pd yang memiliki titik didih tinggi hingga 1500 o C akan mengakibatkan terbentuknya alloy campuran logam yang stabil terhadap suhu tinggi sehingga dapat meningkatkan ashing temperature. Hasil perhitungan konsentrasi Se µg Seg biomassa dihitung dari konsentrasi Se pembacaan alat dikalikan dengan faktor pengenceran total. Hasil perhitungan hubungan antara konsentrasi Se dengan bobot biomassa kering merupakan kadar Se khamir per biomassa µg Gambar 16 – 17. Berdasarkan gambar 14, 15, 16 dan 17 secara umum biomassa keempat isolat mengalami penurunan akibat asupan Na 2 SeO 3 1,0027 ppm pada media tumbuhnya. Isolat kode 41b meski menghasilkan biomassa tertinggi sebesar 0,3152 g dengan persentase penurunan biomassa sebesar 14,29 , namun daya akumulasi Se dalam selnya paling rendah yaitu hanya 0,6197 µg. Isolat kode 25s memiliki persentase penurunan biomassa tertinggi sebesar 19,77 dengan daya akumulasi Se yang tinggi yaitu sebesar 2,1992 µg Se. Isolat kode 39 4.3 menghasilkan biomassa dan daya akumulasi Se terkecil yaitu berturut-turut 0,2452 g dan 0,4762 µg Se dengan persentase penurunan biomassa 14,74 ; isolat kode 15 memiliki persentase penurunan biomassa terkecil sebesar 10,27 dan memiliki daya akumulasi Se tertinggi yaitu 2,2532 µg Se. Dengan demikian isolat kode 15 dan isolat kode 25s merupakan isolat -isolat terbaik karena memiliki Kadar Se tinggi berturut-turut sebesar 2,2532 µg Se dan 2,1992 µg Se. Kedua isolat ini diisolasi dari tanah vulkanis Gunung Kerinci. Analisis statistik yaitu uji ANOVA menghasilkan nilai peluang F sebesar 0,0001 yang lebih kecil dari nilai a = 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat perbedaan nyata antara sampel dan di dalam sampel itu sendiri. Adanya perbedaan nyata mendasari dilakukannya uji lanjut Duncan untuk melihat secara spesifik sampel-sampel yang menunjukkan perbedaan nyata dalam hasil analisis konsentrasi maupun kadar Se. Berdasarkan perbedaan huruf di belakang nilai konsentrasi dan kadar Se maka dari Gambar 16 dapat diketahui bahwa dengan penambahan Se menghasilkan konsentrasi Se berbeda nyata pada blanko dan keempat isolat kecuali isolat 41b dan 39 4.3. Untuk perlakuan normal tanpa penambahan Se tidak terdapat perbedaan nyata pada blanko dan keempat isolat. Gambar 17 juga menunjukkan bahwa kadar Se berbeda nyata pada blanko dan keempat isolat dengan penambahan Se. Untuk perlakuan tanpa penambahan Se kembali menunjukkan tidak ada perbedaan nyata pada blanko dan keempat isolat. 1.9421 C 1.9661 C 7.7736 B 8.829 A 0.2552 D 0 E 0 E 0.060 E 0.041 E 0.104 E 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 41b 15 25s 39 4.3 Blanko Kode Sampel Konsentrasi Se µ g Seg biomassa Dengan Selenit Tanpa Selenit Gambar 16 Konsentrasi Se 0.2552 E 0.4762 D 0.6197 C 2.1992 B 2.2532 A 0 F 0 F 0.017 F 0.015 F 0.030 F 0.5 1 1.5 2 2.5 41b 15 25s 39 4.3 Blanko Kode Sampel Kadar Se µ g Dengan Selenit Tanpa Selenit Gambar 17 Kadar Se Tabel 2 Data penentuan kadar Se media YM Jenis Sampel Kadar Se Rata-rata µg Seg larutan Media Yeast Ekstrak Tak terdeteksi Malt Ekstrak Tak terdeteksi Peptone Tak terdeteksi Kontrol YM + Se 1.3076 Tanpa Se Tak terdeteksi Tidak terbacanya nilai konsentrasi Se pada supernatan baik tanpa maupun dengan penambahan Se, memberikan informasi bahwa seluruh senyawa Se dalam media tumbuh khamir dapat terakumulasi dalam biomassanya. Tingginya kadar Se yang diperoleh menunjukkan kemampuan khamir dalam mengakumulasi Se anorganik dalam media meski dapat menghambat pertumbuhan sel khamir. Untuk memastikan bahwa di dalam kontrol tanpa Se benar-benar tidak terdapat senyawa Se, dilakukan analisis Konsentrasi Se pula pada setiap bahan penyusun media YM cair yeast extract, malt extract dan bacto peptone serta analisis media YM cair. Semua analisis dilakukan tanpa destruksi pengukuran langsung direct measurement Tabel 2. Hasil analisis menunjukkan bahan -bahan penyusun media YM tidak mengandung senyawa-senyawa Se. Sedangkan Konsentrasi Se kontrol YM cair dengan asupan N a 2 SeO 3 1,0027 ppm memberikan hasil 1.3076 µg Seg larutan. Sedangkan hasil analisis kontrol YM + Na 2 SeO 3 1,0027 ppm dengan destruksi kering sebesar 0.2552 µg Seg larutan. Perbedaan yang cukup signifikan pada hasil Konsentrasi Se kontrol YM + Na 2 SeO 3 1,0027 ppm dengan ada tidaknya destruksi sampel sebelum analisis menunjukkan adanya pengaruh cara destruksi yang menyebabkan hilangnya senyawa Se selama pengabuan dalam tanur bersuhu tinggi. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Sebanyak 10 isolat khamir berhasil diisolasi dari 10 sampel tanah vulkanis gunung Kerinci dan TN.Rinjani. Terseleksi 4 isolat dengan kode 15 dan 25s berasal dari sampel tanah Kerinci serta kode 39 4.3 dan 41b berasal dari sampel tanah TN.Rinjani yang tahan terhadap toksisitas SeO 2 . Kadar Se tertinggi dihasilkan oleh isolat kode 15 yaitu 2,2532 µg dan diikuti oleh isolat kode 25s yaitu 2,1992 µg. Perbedaan nyata hasil analisis konsentrasi dan Kadar Se melalui Uji ANOVA dan uji lanjut Duncan memberikan informasi bahwa penambahan Na 2 SeO 3 1,0027 ppm memberikan efek signifikan terhadap peningkatan Kadar Se yang terakumulasi dalam sel khamir. Saran Khamir terseleksi yang diisolasi dari tanah vulkanis TN.Rinjani dan Gunung Kerinci merupakan sumber mikromineral Se yang potensial untuk dibudidayakan karena mengandung kadar Se cukup tinggi . Dengan kemampuan khamir mengakumulasi Se maka kadar Se alami dalam selnya dapat ditingkatkan dengan menumbuhkan dalam media mengandung Se. Khamir dapat difungsikan sebagai suplemen makanan berkadar Se tinggi dalam bentuk ekstrak khamir, maup un untuk bahan baku roti. Untuk mendapatkan biomassa khamir yang optimal perlu dilakukan fermentasi terkontrol dan perlu dicoba teknik pemisahan lain sehingga pelet dapat terpisah sempurna dari supernatan tanpa ada residu media yang ikut terendap bersama biomassa sel. Perlu dilakukan optimasi dan validasi metode penentuan kadar Se dengan beberapa ulangan sehingga kadar Se yang benar-benar terakumulasi dapat terdeteksi akurat dan teliti. Perlu dilakukan isolasi selenometionin dan identifikasi lanjut jenis sel khamir DAFTAR PUSTAKA Beatriz M, et al. 1997. Determination of selenomethionine in wheat samples. J. AAS 12 : 1041-1046. Beaty R, Jack DK. 1993. Concepts, Instrumentation, Technique in AAS, 2 nd edition. Norwalk USA: Perkin- Elmer Corporation. Casarett LJ, John D. 1986. Toxicology: Basic Science of Poisons. 3 th Ed. Curtis DK, Mary OA, John D, editor. New York : M c-Millan Publishing. Day RA, AL Underwood. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Ed ke-5. Jakarta : Erlangga. Dilaga SH. 1992. Nutrisi Mineral pada Ternak. Kajian Khusus Unsur Selenium. Jakarta: Akademika Presindo. Dummont E, 2006. Hypenated techniques for speciation of Se in biological matrices. [Thesis]. Bellegem : Department of Analytical Chemistry Universiteit Gent Elizabeth M, Landecker. 1996. Fundamentals of The Fungi, 4 th Ed. New Jersey : Prentice Hall. Febtiana. 2003. Analisis aktivitas glutation peroxidase dalam daun benalu teh Scurrula artropurpurea yang difermentasi oleh Acetobacter - Saccharomyces. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Kimia Institut Pertanian Bogor. Fuller CW, 1977. Electrothermal Atomization for Atomic Absorption Spectrometry. London : IBM Pr. Genhardt P. 1994. Methods for General and Molecular Bacteriology. RGE Murray, Willis A, Wood, Noel R Krieg, editor. Washington DC: American Society for Microbiology. Kurtzman PC. 1998. The Yeast, A Taxonomic Study. 4 th edition. Amsterdam, Lausanne, NY, Oxfort, Singapore, Tokyo: Elsevier. Laksmi. Oktober 2001. Waspadai serangan leukimia. Plasa.com: 149. Linder M. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme Dengan Pemakaian Secara Klinis. Jakarta: UI-Pr. Lobinski R, Edmonds JS, Suzuki KT, Uden PC. 2000. Species -selective determination of selenium compounds in biological material. Pure Appl Chem. 723: 447-461. Nakamuro K, Okuno T, Hasegawa T. 2000. Metabolism of s elenoaminoacids and contribution of selenium methylation to their t oxicity. J Health Sci 466: 418-421. Noviandi M, 2002. Pengaturan waktu ekstraksi taoge dan konsentrasi glukosa pada pertumbuhan khamir Torula sp untuk produksi selenium minimum. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Kimia Institut Pertanian Bogor. Pelczar MJ, Chan ECS. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. Volume ke-1,2. Hadieutomo RS, Imas T, Tjitrosomo SS, Angka SL, penerjemah; Jakarta : UI Pr. Terjemahan dari : Elements of Microbiology. Pohl D, et al. 1991. Determination of normal levels of Se in blood serum by G F- AAS. AA-Instrument At Work AA- 103. Price W.J, 1972. Analytical Atomic Absorption Spectrometry. London : Heyden Son. Sax NI, Lewia RJ. 1998. Dangerous Properties of Industrial Materials. Volume ke-3. 7 th Ed.. New York: Van Nostrand Rein Hold. Schrauzer G, et al. 2002. The selenium story. Feeding Times 72 . Slavica D, Ivana C. 2004. The fact and controverses about selenium. Acta Pharm 54 : 216 – 276. Slavin Morris, 1978. Atomic Absorption Spectrometry, 2 nd edition. New York : John Wiley and Sons. Spallholz JE. 2001. Selenium and The Prevention of Cancer Part 12. The Bulletin of Selenium -Tellurium Development Association. . LAMPIRAN Lampiran 1 Tahap penelitian Sampel Tanah Vulkanis Isolasi Khamir Pemurnian Isolat Khamir Perlakuan Penambahan Na 2 SeO 3 Seleksi Toksisitas SeO 2 0.1 Metode Spektrofotometri UV-Vis Pengukuran Kadar Selenium Metode GF-AAS Peremajaan Kuantitasi Biomassa Kering Penyuburan Lampiran 2 Sampel tanah Kerinci dan Rinjani Kode Tanah Asal Daerah Ketinggian m dpl Suhu ºC 14 k Kerinci, Ulu Jernih, Gunung tujuh 1495 28 – 30 16 k 1690 28 – 30 17 k 1700 28 – 30 18 k 1790 28 – 30 21 k 1900 28 – 30 23 k Kerinci, Ulu Jernih, Puncak Gunung tujuh 2100 28 – 30 25 k Kerinci, Gaosakti, Sumurup 815 28 – 30 14 Puncak Plawangan Senaru TN Rinjani 2590 28 – 30 39 Pos II TN Rinjani 1500 28 – 30 41 Danau Segara Anak TN Rinjani 2170 28 – 30 Lampiran 3 Tahap isolasi khamir 1 g tanah homogenkan dalam 9 m L akuades steril divortex Sampel Tanah Vulkanis Suspensi tanah Pengenceran 10 -2 , 10 -3 , 10 - 4 Media YM Padat + streptomisin Metode Cawan Sebar Seleksi Pertumbuhan Tahap Pemurnian dan Peremajaaan Preservasi Metode Agar Miring Perlakuan Berikutnya Lampiran 4 Hasil isolasi khamir Kode Isolat Kode Tanah Asal Isolat Asal Sampel Nama Daerah Ketinggian m dpl 13 14 k Ulu jernih Gunung Tujuh Gn.Kerinci 1495 15 17 25 s 25 k Gaosakti Sumurup Gn.Kerinci 815 25 q 53 39 4.1 39 Pos II Taman Nasional TN Rinjani 1500 39 4.3 41 a 41 Danau Segara Anak TN Rinjani 2170 41 b Lampiran 5 Tahap Uji Resistensi SeO 2 0,1 100 µ L biakan Pengenceran dengan 2,9 mL akuades Isolat dalam media YM cair + 0.1 bv SeO 2 + streptomisin Dihomogenkan Kalibrasi spektro dengan akuades Pengukuran pertumbuhan OD Spektro UV-Vis; λ = 600 nm Lampiran 6 Absorbansi uji resistensi SeO 2 0,1 0 .0 1 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08 1 2 3 4 5 W akt u I nkubasi Har i A b s o r b a n s i U n it 13 15 17 25 s 25 q 53 39 4.1 39 4.3 41 a 41 b Lampiran 7 Isolat terseleksi uji resistensi SeO 2 0,1 Kode Isolat Kode Tanah Asal Isolat Asal Sampel Nama Daerah Ketinggian m dpl 15 14 k Ulu jernih Gunung T ujuh Gn.Kerinci 1495 25 s 25 k Gaosakti Sumurup Gn.Kerinci 815 39 4.3 39 Pos II Taman Nasional TN Rinjani 1500 41 b 41 Danau Segara Anak TN Rinjani 2170 Lampiran 8 Optimasi GF-A A S N o Ashing Temperature oC Atomization Gas Flow m Lmenit Abs orbans Rata-rata R S D Jum Lah Ulangan Keterangan 1. 800 30 0.0342 2.63 3 Standar Se yang digunakan 20 ppb 2. 900 30 0.0345 1.16 2 3. 1000 30 0.0338 3.55 2 4. 1100 30 0.0354 1.69 2 5. 1200 30 0.0357 5.88 2 6. 1300 30 0.0351 3.42 2 7. 1200 0.0680 2.35 2 Lampiran 9 Kondisi GF-AAS GF-AAS Methode Analisis name : Selenium Se Instrument 1-Se Signal mode : BKG Corr Measurement Mode : Integral Slicing Height : Wave Length nm : 196 Determine the W.L : Auto Slit Width nm : 1.3 Time Constant s : 0.1 Lamp Current mA : 12.5 PMT Voltage V : 500 Analytical Methode 1-Se Injection Volume µl : 20 Cuvette Type : Tube A Temperature Control : optical Temperature Program Step Start End Temp oC Ramp Hold Time s Gas Flow mLmin Dry 80140 400 200 Ash 12001200 200 200 Atom 26002600 05 30 Clean 27002700 04 200 25 Lampiran 10 Penentuan Kadar Selenium Jenis Sampel Kode Massa Isi g Faktor Pengenceran FP FP Total Absorbansi Konsentrasi Terbaca Alat ppb Konsentrasi Se µg Seg biomassa Kadar Se Rata-rata µg FP 1 FP 2 A1 A2 1 2 1 2 Rata- rata Pelet P Cair C Tanpa asupan Na 2 SeO 3 41 P1 0.3602 13.9073 - 13.9073 0.0065 0.0065 41 C1 0.9908 5.0568 - 5.0568 0.0034 0.0032 15 P1 0.2844 17.6143 - 17.6143 0.0187 0.0144 7.3333 4.4667 0.1292 0.0787 0.1040 0.0296 15 C1 1.0017 4.9956 - 4.9956 0.0029 0.0034 25 P1 0.3526 14.1784 - 14.1784 0.0123 0.0118 3.0667 2.7333 0.0435 0.0388 0.0412 0.0145 25 C1 1.0010 4.9983 - 4.9983 0.0044 0.0046 39 P1 0.2876 17.3988 - 17.3988 0.0133 0.0125 3.7333 3.2000 0.0650 0.0557 0.0604 0.0174 39 C1 1.0015 5.0004 - 5.0004 0.0046 0.0048 BL 1 1.0016 4.9924 - 4.9924 0.0054 0.0063 Pelet P Cair C Dengan asupan Na 2 SeO 3 41 P2 0.3152 15.9017 5.9745 95.0047 0.0458 0.0427 21.5556 19.8333 2.0479 1.8843 1.9661 0.6197 41 C2 1.0020 4.9911 - 4.9911 0.0060 0.0062 15 P2 0.2552 19.6364 9.9978 196.3208 0.0876 0.0883 44.7778 45.1667 8.7908 8.8672 8.8290 2.2532 15 C2 1.0016 4.9918 - 4.9918 0.0032 0.0039 25 P2 0.2829 17.7031 10.0176 177.3426 0.0862 0.0856 44.0000 43.6667 7.8031 7.7440 7.7736 2.1992 25 C2 1.0004 4.9998 - 4.9998 0.0066 0.0074 39 P2 0.2452 20.4662 4.9916 205.0222 0.0245 0.0236 9.7222 9.2222 1.9933 1.8908 1.9421 0.4762 39 C2 1.0007 5.0005 - 5.0005 0.0084 0.0076 0.4667 0 0.0023 0 0.0012 0.0012 BL 2 1.0000 5.0265 - 5.0265 0.0873 0.0804 53.0667 48.4667 0.2667 0.2436 0.2552 0.2552 Keterangan : P1 = Sampel pelet tanpa penambahan Na 2 SeO 3 1,0027 ppm P2 = Sampel pelet dengan penambahan N a 2 SeO 3 1,0027 ppm C1 = Sampel supernatan tanpa penambahan N a 2 SeO 3 1,0027 ppm C2 = Sampel supernatan dengan penambahan Na 2 SeO 3 1,0027 ppm 26 Kurva Standar Media YM y = 0.0016x + 0.0059 r = 0.9962 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 10 20 30 40 50 60 Konsentrasi ppb Absorbansi unit Lampiran 11 Kurva standar dan analisis media YM Jenis Sampel Absorbansi Faktor Pengenceran FP Konsentrasi Terbaca Alat µgkg Kadar Se Sebenarnya µ g Seg larutan A1 A2 FP 1 FP 2 FP Total 1 2 1 2 Rata - rata Media Yeast Ekstrak 0.0039 0.0042 - - - - - - - - Malt Ekstrak 0.0029 0.0039 - - - - - - - - Peptone 0.0029 0.0040 - - - - - - - - Kontrol YM + Se 0.0353 0.0322 5.0005 15.0257 75.1360 18.3750 16.4375 1.3806 1.2350 1.3076 Tanpa Se 0.0049 0.0052 5.0024 - 5.0024 - - - - - Kurva Standar Media YM Kode Konsentrasi ppb Absorbansi A1 A2 A3 A rata-rata Standar 1 0.0035 0.0028 0.0023 0.0029 Standar 2 9.9998 0.0251 0.0201 0.0245 0.0232 Standar 3 19.996 0.0406 0.0397 0.0378 0.0394 Standar 4 29.999 0.056 0.0619 0.0565 0.0581 Standar 5 39.997 0.0693 0.0632 0.0726 0.0684 Standar 6 49.997 0.0842 0.0916 0.0775 0.0844 Lampiran 12 Kurva standar penentuan kadar Se Kode Konsentrasi ppb Absorbansi A1 A2 A3 A rata-rata Standar 1 0.0049 0.0045 0.0034 0.0043 Standar 2 9.9996 0.0217 0.0229 0.0229 0.0225 Standar 3 19.998 0.0424 0.0374 0.0444 0.0414 Standar 4 29.9935 0.056 0.0535 0.0581 0.0559 Standar 5 39.9953 0.0686 0.0687 0.0638 0.067 Standar 6 49.9971 0.0771 0.0836 0.0782 0.0796 Kurva Standar Se Yeast Dengan Matriks y = 0.0015x + 0.0077 r = 0.9942 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 10 20 30 40 50 60 Konsentrasi ppb Absorbansi unit Lampiran 13 Kurva standar penentuan kadar Se pengenceran 2 Kode Konsentrasi ppb Abs orbansi A1 A2 A3 A rata-rata Standar 1 0.0034 0.0033 0.0039 0.0035 Standar 2 9.9983 0.0227 0.0273 0.0255 0.0252 Standar 3 19.999 0.0448 0.0454 0.0491 0.0464 Standar 4 29.997 0.0618 0.0626 0.0596 0.0613 Standar 5 40 0.0775 0.0793 0.0775 0.0781 S tandar 6 49.9999 0.0885 0.0953 0.0928 0.0922 Kurva Standar Pengenceran 2 y = 0.0018x + 0.007 r = 0.9963 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08 0.09 0.1 10 20 30 40 50 60 Konsentrasi ppb Absorbansi Unit Lampiran 14 Perhitungan-perhitungan • Larutan Stock Se Delta Scientific Labs Produce; High Purity Se Ontario = 10000 ± 0.03 ppm = 1 x 10 7 ppb • Matriks Modifier PdCl 2 Mr. PdCl 2 = {106,4 + 35, 5x2} = 106,4 + 71 = 177,4 gmol Ar.Pd x massa PdCl 2 = 1000 ppm Mr.PdCl 2 106, 4 x massa PdCl 2 = 1000 ppm 177, 4 0,5998 x massa PdCl 2 = 1000 ppm massa PdCl 2 = 1667, 2224 mg1000mL = 16,672 mg10 mL = 0,0166 g10 m L = 0,02 g10 mL • Larutan Stok Natrium Selenit Na 2 SeO 3 Mr Na 2 SeO 3 = 263,01 gmol Ar Se = 78,96 gmol Fraksi Se x massa Na 2 SeO 3 = 1000 ppm 0,3002 x massa Na 2 SeO 3 = 100 mg100mL massa Na 2 SeO 3 = 333, 1113 mg100mL = 0,3331g100M l Massa Sebenarnya = 0,3340 g100mL = 334 mg100mL Konsentrasi Sebenarnya = 334 x 0.3002 = 100, 26680 mg100mL = 1002,6680 mg1000mL = 1002,6680 ppm • Larutan Na 2 SeO 3 1 ppm untuk pelarut media YM V1 x N1 = V2 x N2 0,125 mL x 1002,6680 ppm = 125 mL x N2 N2 = 1,0027 ppm • Larutan HNO 3 0.2 N ?