Alat dan Bahan Praktikum Kimia

semuanya dapat dilaksanakan, hal ini dikarena beberapa faktor diantaranya 1 beberapa sekolah memfungsikan laboratorium sebagai kelas, 2 guru menggunakan metode demonstrasi dalam pembelajaran sebagai pengganti praktikum, 3 waktu yang ada digunakan untuk mengejar materi pelajaran, 4 jumlah alat dan bahan yang tidak mencukupi untuk menunjang kegiatan praktikum.

4.1.4 Alat dan Bahan Praktikum Kimia

Berdasarkan hasil penelitian yang secara keseluruhan berasal dari 3 sumber yaitu data dokumentasi keadaan laboratorium yang menyangkut data inventaris alat dan bahan laboratorium, jurnal pelaksanaan kegiatan praktikum pada masing- masing sekolah yang dihubungkan terhadap standar kebutuhan alat dan bahan laboratorium sesuai Permendiknas No. 24 tahun 2007 serta dikaitkan dengan implementasi kurikulum 2013 dan data yang bersumber dari pendidik maupun tenaga kependidikan mengenai pelaksanaan kegiatan praktikum, diperoleh hasil analisis data dalam bentuk persentase ketersediaan alat maupun bahan yang dapat dilihat pada Lampiran 6. Data penelitian menyangkut tentang kajian dokumen kurikulum 2013 berupa identifikasi kebutuhan alat dan bahan praktikum kimia SMA berdasarkan kompetensi dasar dan indikator sesuai Permendikbud No. 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menegah Atas madrasah Aliyah dan Permendikbud No. 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum dapat dideskripsikan sebagai berikut, terdapat 5 judul percobaan untuk kelas X peminatan Matematika dan Ilmu Alam, 11 judul percobaan untuk kelas XI peminatan Matematika dan Ilmu Alam dan 7 judul percobaan untuk kelas XII peminatan Matematika dan Ilmu Alam. Dari analisis kebutuhan alat dan bahan untuk 23 jenis judul percobaan tersebut didapatkan persentase ketersediaan alat dan bahan untuk masing-masing sekolah seperti yang ada pada Gambar 4.8 dan 4.9. Gambar 4.8 Skor Kesiapan Laboratorium Indikator Alat Gambar 4.9 Skor Kesiapan Laboratorium Indikator Bahan Keberhasilan program implementasi kurikulum 2013 sangat ditentukan oleh faktor daya dukung ketersediaan alat dan bahan praktikum mengingat hakekat dari kurikulum 2013 adalah pembelajaran berbasis saintifik dan menuntut siswa untuk mencari tahu Discovery learning, sistem penilaian bersifat autentik dengan mengedepankan pada proses kerja peserta didik bukan hasil kerjanya sehingga 20 40 60 80 S-01 S-02 S-03 S-04 P er sen tase Kode Sekolah 60 65 70 75 80 S-01 S-02 S-03 S-04 P er sen tase Kode Sekolah pembelajaran dengan metode eksperimen untuk pelajaran kimia sangat tepat, akibatnya pengelola pendidikan wajib menyiapkan sarana dan prasarana laboratorium. Mengacu pada kompetensi inti KI dari KI 1 sampai KI 4 sudah sangat jelas tersirat bahwa tujuan pembelajaran saintifik yang merupakan basis dari implementasi kurikulum 2013 dapat terwujud melalui pembelajaran dengan mengefektifkan penggunaan laboratorium. Berdasarkan kajian pembahasan tersebut maka keberhasilan implementasi kurikulum 2013 akan tergantung dari sejauh mana pemerintah mampu memicu, memacu dan memotifasi baik melalui pemenuhan sarana dan prasarana laboratorium dan perumusan kebijakan yang berpihak pada komitmen untuk mengubah mindset guru untuk melaksanakan pembelajaran sesuai dengan hakekat kurikulum 2013. Dari hasil penelitian, terbukti bahwa guru kurang maksimal dalam memanfaatkan laboratorium kimia dalam proses belajar mengajar, seperti yang ditertera pada Tabel 2. Tabel 4.2. Jumlah Praktikum Yang Pernah Dilaksanakan Siswa Kode Sekolah Jumlah Praktikum Yang Pernah Dilaksanakan Total Persentase Kelas X Kelas XI S-01 S-02 S-03 S-04 1 2 1 2 2 5 3 3 2 7 4 21,43 14,26 50,00 28,52 Dari Tabel 4.2 dapat kita ketahui bahwa ketersediaan alat dan bahan praktikum yang baik tidak otomatis membuat penggunaan laboratorium untuk kegiatan pembelajaran menjadi optimal pula. Terbukti rata-rata persentase penggunaan laboratorium kimia dari empat sekolah hanya sebesar 28,55. Jumlah ini sangat tidak maksimal dibandingkan dengan ketersediaan alat dan bahan yang ada. Berpijak pada hal tersebut dapat dirangkum bahwa efektivitas dari intensitas pemanfaatan alat dan bahan laboratorium kimia menujukan kualifikasi sangat kurang.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan data-data penelitian yang sudah dideskripsikan, menunjukkan bahwa laboratorium kimia di SMA Negeri se-Kabupaten Jepara memiliki kondisi yang beragam untuk masing-masing indikator kesiapan laboratorium yang ada, Lampiran 14. Hal ini dapat dilihat dari indikator-indikator yang diuraikan pada masing-masing sekolah, yaitu sebagai berikut. 4.2.1 S-01 SMA N 1 Pecangaan 4.2.1.1 Desain Ruang Laboratorium Kimia Laboratorium kimia SMA Negeri 1 Pecangaan sudah mempunyai desain ruangan yang sangat sesuai untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan persentase sebesar 74,19 . Laboratorium ini terbagi menjadi tiga ruang yaitu ruang praktik, ruang staf dan ruang gudang. Laboratorium kimia SMA Negeri 1 Pecangaan memang tidak selengkap yang dikemukakan Santosa 2009, namun praktikum tetap dapat berjalan dengan baik karena ruang praktik dapat juga difungsikan sebagai ruang timbang dan ruang persiapan, mengingat menimbang bahan kimia dan mempersiapkan alat dan bahan kimia dianggap sebagai rangkaian dari kegiatan mempersiapkan praktikum. Kegiatan praktikum yang membutuhkan ruang gelap biasanya memanfaatkan laci atau kardus yang diberi sedikit lubang untuk memasukkan tangan guna menghindarkan zat dengan