Pengaruh Pupuk Kandang dan Penutup Tanah Terhadap Erosi pada Ultisol Kebun Tambunan A DAS Wampu, Langkat

Pengaruh Pupuk Kandang dan Penutup Tanah Terhadap Erosi pada Ultisol
Kebun Tambunan A DAS Wampu, Langkat
The Effect of Organic Manure and Cover Crop on Ultisol Erosion
in Tambunan Area, Wampu Catchment Area, Langkat
Pandapotan Simatupang
Pengajar di Dept. Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian USU, Medan, 20155
Diterima 01 Maret 2005 / Disetujui 16 Juli 2005

Abstract
Erosion has caused a lot of disaster recently in Wampu Watershed Area of Langkat. There
were two factors that could possibly reduce erosion significantly ie reclame the soil and cover the land
with vegetation. The objective of this experiment to get the best combination of organic manure and
cover crop to reduce erosion. The experiment was conducted at USU Experimental Farm of
Tambunan A Langkat. The treatments were organized in factorial, the first factor was organic
manure (0, 5 and 10 tons/ha) and the second factor was cover crop (blank, Brachiaria decumbens
and Centrosema pubescens). The design used was a Factorial Randomized Block Design with three
replications. The evaluated variables were run off and erosion. The results indicated that there was a
real interaction between the two treatments. The best combination was Brachiaria decumbens with
10 tons/ha of organic manure. This combination reduced the erosion 81 % and run off 51 %. These
results should be reevaluated with other cover crops in Wampu Watershed Area because this
watershed was the second priority for the Forest Department to be rehabilitated.

Keywords: Run off, erosion, organic manure and Brachiaria decumbens or Centrosema
pubescens.

Abstrak
Erosi merupakan masalah besar yang perlu segera diatasi di DAS Wampu Langkat.
Dua faktor yang mempunyai peluang besar untuk mengatasi erosi tersebut di daerah ini
adalah mengintensifkan penggunaan pupuk organik dan menutup tanah dengan vegetasi.
Tujuan pengkajian yang dilakukan di Kebun Percobaan USU Tambunan A Langkat adalah
mendapatkan kombinasi terbaik antara pupuk kandang dan jenis penutup tanah. Untuk itu
perlakuan disusun secara faktorial dimana faktor pertama adalah dosis pupuk kandang (0, 5
dan 10 ton/ha) dan faktor kedua adalah penutup tanah (tanpa Brachiaria decumbens dan
Centrosema pubescens). Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok
Faktorial dengan tiga ulangan. Variabel yang diamati adalah aliran permukaan dan erosi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara kedua faktor ini terbaik yaitu
penggunaan 10 ton pupuk kandang /ha pada tanaman Brachiaria decumbens. Pada perlakuan
ini erosi dapat ditekan sebesar 81 % dan aliran permukaan sebesar 15 % Sebaiknya hasil
penelitian ini dikembangkan terutama di DAS Wampu ini yang termasuk Prioritas II
Departemen Kehutanan untuk direhabilitasi.
Kata kunci: Aliran permukaan, erosi, pupuk kandang dan Brachiaria decumbens atau
Centrosema pubescens.


Pendahuluan
DAS Wampu yang termasuk
Prioritas II Rencana Rehabilitasi Hutan dan
Lahan Lima Tahun (Dirjen Pengelola DAS
dan Rehabilitasi Lahan, 2002) belakangan

89

ini semakin menonjol dengan bencana alam
Banjir Besar Bahorok lebih satu tahun yang
lalu yang menewaskan penduduk serta
menghancurkan lahan pertanian termasuk
pemukiman lokasi wisata alam Bahorok.

Pandapotan Simatupang: Pengaruh Pupuk Kandang dan
Penutup Tanah terhadap Erosi

Penutup tanah yang
berkurang secara

drastis terutama pada daerah miring adalah
penyebab utama bencana tersebut. Usaha
utama dalam mengatasi erosi adalah
menghambat aliran permukaan sehingga air
meresap
kedalam
tanah
dengan
memperbaiki
sifat
tanah
serta
melindunginya dari pukulan hujan (Arsyad,
2000).
Penelitian ini berpedoman pada
usaha tersebut dengan perlakuan pupuk
kandang dan pemilihan tanaman penutup
tanah. Bahan organik amat berperan pada
pembentukan struktur tanah yang baik dan
stabil sehingga meningkatkan infiltrasi dan

kemampuan menyimpan air. Sedangkan
vegetasi yang mematahkan pukulan hujan
melalui mahkota dan aliran permukaan
oleh batang, menahan partikel tanah pada
tempatnya dan mempertahankan kapasitas
tanah dalam menyimpan air (Asdak, 1995)
juga merupakan penyumbang bahan organik
dari atas dan dalam tanah.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mendapatkan kombinasi terbaik dari dua
faktor tersebut dalam menurunkan erosi.

Bahan dan Metoda
Penelitian ini dilakukan pada tanah
Ultisol di Kebun Percobaan USU
Tambunan A, termasuk DAS Wampu
Langkat dengan kemiringan 26 % dengan
pengamatan terus-menerus selama 1 tahun
yaitu dari September 1999 sampai dengan
Agustus 2000 dengan curah hujan 2914 mm

tanpa bulan kering (Lampiran 1),
sedangkan penanaman penutup tanah dan
pemupukan dimulai Nopember 1998.
Ukuran petak perlakuan adalah
lebar 2 m serta panjang 6 m sesuai dengan
arah miring lereng. Perlakuan yang diuji
adalah kombinasi dosis pupuk kandang dan
jenis tanaman penutup tanah yang disusun
secara faktorial. Dosis pupuk kandang mulai
dari tanpa, dosis 6 dan 12 kg/petak setara 5
dan 10 ton/ha masing-masing P0, P1 dan
P2. Perlakuan kedua adalah jenis penutup

tanah yaitu Leguminosa serbaguna sentro
(Centrosema pubescens) dan rumput bede
(Brachiaria decumbens) dan tanpa penutup
tanah masing-masing dengan kode C1, C2
dan C0. Pupuk kandang diberikan setiap
enam bulan melalui pencampuran dengan
tanah atas sedalam 10 cm dibarengi

pemangkasan penutup tanah sehingga
tinggal 30 cm dari atas tanah, tanaman lain
tidak diperkenankan tumbuh. Jarak tanam
penutup tanah Brachiaria adalah 30 cm x
40 cm sedangkan Centrosema 20 cm x 30
cm dengan dosis pupuk yaitu masing-masing
75 kg/ha pupuk SP-36 dan KCl sedangkan
Urea 100 kg/ha. Urea kedua dengan dosis
yang sama diberikan 3 minggu setelah
tanam. Rancangan yang digunakan adalah
rancangan acak kelompok dengan 3
ulangan. Variabel yang dianalisa adalah
aliran permukaan dan erosi.
Setiap petak dikelilingi beton tipis
tinggi 25 cm dimana 10 cm berada dalam
tanah dan 15 cm lagi diatas tanah dengan
jarak setiap petak 40 cm sehingga infiltrasi
horizontal dapat dihindari. Volume aliran
permukaan beserta tanah yang terangkut
pada setiap kejadian hujan yang terkumpul

dalam bak penampung setiap petak dicatat,
diambil dan dikeringkan yang merupakan
besarnya erosi yang terjadi. Untuk
menghindari luapan sewaktu hujan lebat,
air berlebih ditampung ditempat yang lebih
rendah. Volume untuk contoh analisa erosi
yaitu massa tanah terangkut disesuaikan
dengan volume aliran yang ada dalam bak
penampung. Semua contoh dikumpul sesuai
perlakuannya dan ditetapkan melalui
beberapa
kali
pengeringan
selama
penelitian.

Hasil dan Pembahasan
a. Aliran Permukaan
Pemberian pupuk kandang dengan
nyata

menurunkan
besarnya
aliran
permukaan seperti tertera pada Tabel 1. Hal
ini karena pupuk kandang tersebut
memperbaiki fisik tanah terutama struktur

90

Jurnal Ilmiah Pertanian KULTURA • Vol. 40 • No. 2 • September 2005

sehingga permeabilitas meningkat dan
semakin tinggi dosis, aliran permukaan
turun dengan nyata. Penutup tanah dengan
rumput Bede juga menurunkan aliran
permukaan dengan nyata dibandingkan
Centrosema.
Alasan
utama
adalah

penutupan tanah lebih luas karena menurut
Reksodihardjo (1985) bobot rumput
dihasilkan lebih tinggi yaitu 20-45 ton
dibanding Centrosema yang hanya 15
ton/ha/th. Interaksi keduanya pada P2C2
menurunkan aliran permukaan paling
rendah dengan nyata yaitu 51 % dibanding
tanpa perlakuan.
b. Erosi
Seperti halnya aliran permukaan,
peningkatan pengunaan pupuk kandang
dan juga penutup tanah menurunkan erosi
dengan nyata. Hal ini sejalan dengan
penelitian Abuyamin dan Suwardjo (1979)
di Darmaga I pada kemiringan 15 – 22 %
menunjukkan erosi menurun sampai 29 %
dengan tanaman rumput bede dibanding
tanah terbuka. Selain itu penelitian
Sinukaban dan Yahya (1989) menunjukkan
Tabel 1.


P0C0
P0C1
P0C2
P1C0
P1C1
P1C2
P2C0
P2C1
P2C2

erosi
yang
linier
negatif
dengan
meningkatnya penggunaan mulsa tanaman
jagung sebagai penutup tanah.
Interaksi antara kedua perlakuan itu
juga menurunkan erosi dengan nyata dan

yang paling rendah adalah pada P2C2 yaitu
dengan 0.96 mm/th (setara 11.58 ton/ha/th)
dibanding dengan 5,02 mm/th (setara 60,21
ton/ha/th) pada tanpa perlakuan. Menurut
Arsyad (2000), angka erosi tertinggi yang
diperkenankan bagi tanah paling dalam
hanya 2,5 mm/th sehingga erosi pada
P0C0 (terbuka) jauh melebihi yang
diperkenankan. Pengaruh penutup tanah
lebih dominan dibanding pupuk kandang
pada semua perlakuan dalam menurunkan
aliran permukaan ataupun erosi seperti
tertera pada Tabel 1. Pada Gambar 1
kelihatan penurunan erosi jauh lebih nyata
dibanding aliran permukaan seperti terlihat
pada perlakuan P2C2 masing-masing 81
dan 51 % dibanding tanpa perlakuan. Hal
ini mungkin disebabkan oleh miringnya
lereng yaitu 26%.

Pengaruh pemberian pupuk kandang dan penutup tanah terhadap aliran permukaan dan erosi
Aliran
Erosi
Perlakuan
2
permukaan
mm/th* ton/ha/th*
kg/12m /tahun
l/12 m2/tahun
7902
e
72,25
f
5,02
60,21
6547
cd
33,65
d
2,31
28,04
5748
b
21,80
bc
1,51
18,16
7239
de
64,25
e
4,46
53,54
5833
bc
28,25
cd
1,96
23,54
5115
b
17,65
ab
1,23
14,71
7190
de
59,40
e
4,13
49,50
5427
b
23,35
bc
1,62
19,46
3901
a
13,90
a
0,96
11,58

Catatan: Angka dalam satu kolom dengan huruf sama pada masing-masing perlakuan tidak nyata pada
perlakuan dan kombinasi taraf 5 % sesuai uji Duncan.
C0: tanpa penutup tanah, C1: Centrosema pubescens, C2: Brachiaria decumbens
P0: tanpa pupuk kandang, P1: pupuk kandang 5 ton/ha, P2: pupuk kandang 10 ton/ha
* Taksiran, berdasar kerapatan volume 1,2 g/cm3

91

Pandapotan Simatupang: Pengaruh Pupuk Kandang dan
Penutup Tanah terhadap Erosi

120

100

%

80

60

40

20

0
PoCo

PoC1

PoC2

P1Co

P1C1

P1C2

P2Co

P2C1

P2C2

aliran
permukaan
erosi

Gambar 1. Perbandingan aliran permukaan dan erosi oleh kombinasi perlakuan terhadap tanpa
perlakuan

c. Proses Pengembangannya
Penelitian ini mengharuskan tanah
kritis segera direhabilitasi dengan menutup
tanah terutama kedua tanaman diatas
ataupun lainnya yang sejenis. Persyaratan
utama adalah mempunyai manfaat ganda.
Selain mencegah erosi misalnya untuk
makanan ternak, bahan industri (seperti :
tikar, kertas, bahan makanan) serta
menambah hara tanah melalui fiksasi N.

Kesimpulan
Aliran permukaan dan erosi paling
rendah adalah pada perlakuan P2C2 yaitu
10 ton pupuk kandang/ha pada rumput bede
masing masing 3901 l/12 m2/tahun dan 0.96
mm/thn
(setara
11.58
ton/ha/th).
Penurunan erosi jauh lebih tinggi dibanding
aliran permukaan oleh perlakuan diatas
yaitu masing masing 81 % dan 51 %
dibanding tanpa perlakuan.

Saran
Perlu penelitian lebih lanjut
terutama
keunggulan
rumput
bede
dibanding penutup tanah lainnya terutama
di DAS Wampu karena DAS ini termasuk
Prioritas II Rencana Rehabilitasi Hutan dan
Lahan Lima Tahun.

Daftar Pustaka
Abujamin, S. dan Suwardjo. 1979.
Pengaruh teras, sistem pengelolaan
tanaman dan sifat hujan terhadap
erosi dan aliran permukaan pada
tanah
Latosol
Darmaga.
Pub.02/KTA/1979/PT. LPT Bogor.
Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air.
IPB Press, Bogor.
Asdak, C. 1995. Hidrologi dan pengelolaan
Daerah Aliran Sungai.Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Direktorat Jenderal Pengelolaan DAS dan
Rehabilitasi Lahan. 2002. Rencana
Rehabilitasi Hutan dan Lahan Lima
Tahun. Departemen Kehutanan.
Reksohadiprodjo, S. 1981. Produksi
Tanaman Hijauan Makanan Ternak
Tropik
(Rangkuman)
BPFE
Yogyakarta.
Sinukaban, N. dan M. Yahya. 1989. Studi
aliran permukaan dan erosi dengan
stimulan hujan pada tanah latasol
darmaga yang diberi mulsa. Prosiding
Kongres Nasional V HITI, Medan 710 Desember. hlm 547–560.

92

Jurnal Ilmiah Pertanian KULTURA • Vol. 40 • No. 2 • September 2005

Lampiran 1
Curah hujan Kebun Tambunan A Langkat
September 1999 – Agustus 2000
Bulan
September 1998
Oktober
November
Desember
Januari 1999
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
Jumlah

93

Curah Hujan
(mm)
217
237
174
219
125
108
356
606
278
126
121
347
2914

Hari
Hujan
20
18
11
22
12
8
19
14
9
7
7
22
169