dari serangkaian kebijakan dan keputusan keuangan dalam suatu perusahaan. Dengan demikian dapat dikatakan profitabilitas perusahaan merupakan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktivitas operasional perusahaan selama satu periode.
Profitabilitas dapat memberikan gambaran tentang bagaimana kinerja perusahaan dalam mengelola keuangan perusahaan. Terdapat beberapa rasio yang digunakan
untuk mengukur profitabilitas perusahaan, diantaranya gross profit margin yaitu perbandingan laba kotor dengan penjualan, net profit margin yaitu perbandingan
laba setelah pajak dengan penjualan, return on equity yaitu perbandingan laba setelah pajak earning after tax dengan modal sendiri, dan return on asset yaitu
perbandingan laba setelah pajak earning after tax terhadap total asset perusahaan Fakhruddin dan Hadianto, 2001.
Penelitian ini menetapkan return on asset sebagai proksi profitabilitas. Hal ini
didasarkan pada suatu pertimbangan, karena return on asset dapat mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan memanfaatkan
total aset yang dimiliki untuk menghasilkan laba tersebut, sehingga dapat menjadi indikator keberhasilan perusahaan dalam pandangan para investor.
2.1.1 Return on Asset
Return on asset merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengukur
tingkat hasil investasi yang dilakukan investor dengan membandingkan antara laba bersih dengan total aset perusahaan. Rasio ini digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan.
Menurut Lestari dan Sugiharto 2007, return on asset adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan
aktiva perusahaan. Dengan kata lain, semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktivitas asset dalam memperoleh keuntungan bersih. Hal tersebut
selanjutnya akan meningkatkan daya tarik investor kepada perusahaan. Peningkatan daya tarik perusahaan akan menjadikan perusahaan tersebut semakin
diminati oleh investor, karena tingkat pengembalian yang semakin besar. Hal ini juga akan berdampak pada harga saham dari perusahaan tersebut di pasar modal
juga akan semakin meningkat, sehingga secara langsung akan meningkatkan nilai perusahaan tersebut.
2.2 Struktur Modal
Struktur modal merupakan salah satu keputusan keuangan yang dihadapi oleh
manajer keuangan berkaitan dengan komposisi hutang, saham preferen, dan saham biasa yang harus digunakan oleh perusahaan. Struktur modal tercermin
pada hutang jangka panjang dan unsur-unsur modal sendiri, kedua dana tersebut merupakan dana jangka panjang perusahaan.
Menurut Sartono 2001, struktur modal dapat didefinisikan sebagai komposisi
antara jumlah hutang jangka pendek, hutang jangka panjang, saham preferen, dan saham biasa, sedangkan menurut Riyanto 2001 struktur modal adalah
perimbangan atau perbandingan antara modal asing hutang jangka panjang dengan modal sendiri.
Menurut Husnan 1993, teori struktur modal yang optimal adalah suatu struktur dimana biaya riil marginal real cost dari masing-masing sumber
pendanaan adalah sama. Struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang meminimumkan biaya modal perusahaan.
Menurut Brigham and Houston 1996, kebijakan struktur modal akan
menimbulkan trade off tarik-ulur antara risiko biaya modal dan tingkat pengembalian perusahaan. Apabila perusahaan menggunakan hutang, maka risiko
yang ditanggung pemegang saham menjadi semakin besar, tetapi tingkat pengembalian perusahaan pun akan semakin meningkat.
2.2.1
Trade Off Theory
Trade-off theory adalah teori yang membahas hubungan antara struktur modal dengan nilai perusahaan. Model trade-off mengasumsikan bahwa, struktur modal
perusahaan merupakan hasil trade-off dari keuntungan pajak dengan menggunakan hutang dengan biaya yang akan timbul sebagai akibat penggunaan
hutang tersebut. Trade-off theory menjelaskan bahwa struktur modal yang optimal ditemukan
dengan menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan hutang. Esensi trade-off theory dalam struktur modal adalah
menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan hutang. Sejauh manfaat lebih besar, tambahan hutang masih
diperkenankan. Apabila pengorbanan karena penggunaan hutang sudah lebih besar, maka tambahan hutang sudah tidak diperbolehkan.